Anda di halaman 1dari 92

AKUNTABILITAS DAN ALOKASI DANA ORGANISASI

KEAGAMAAN PADA SAAT PANDEMI COVID-19


TAHUN 2020
(STUDI KASUS DI GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA PETRA
COMMUNITY CHURCH)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S 1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh :
Laksamana Riza Soerosoputra
NIM. B.211.18.0044

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2022
PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Laksamana Riza Soerosoputra

Nomor Induk Mahasiswa : B.211.18.0044

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : AKUNTABILITAS DAN ALOKASI DANA

ORGANISASI KEAGAMAAN PADA SAAT

PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 (STUDI

KASUS DI GEREJA PANTEKOSTA DI

INDONESIA PETRA COMMUNITY

CHURCH)

Dosen Pembimbing : Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

Semarang, 25 Januari 2022


Dosen Pembimbing

(Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA)
PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI

Nama Penyusun :Laksamana Riza Soerosoputra

Nomor Induk Mahasiswa : B.211.18.0044

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : AKUNTABILITAS DAN ALOKASI DANA

ORGANISASI KEAGAMAAN PADA SAAT

PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 (STUDI

KASUS DI GEREJA PANTEKOSTA DI

INDONESIA PETRA COMMUNITY CHURCH)

Dosen Pembimbing : Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

Semarang, 25 Januari 2022


Dosen Pembimbing

(Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA)
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Laksamana Riza Soerosoputra

Nomor Induk Mahasiswa : B.211.18.0044

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : AKUNTABILITAS DAN ALOKASI DANA


ORGANISASI KEAGAMAAN PADA SAAT
PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 (STUDI
KASUS DI GEREJA PANTEKOSTA DI
INDONESIA PETRA COMMUNITY CHURCH)

Dosen Pembimbing : Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 4 Februari


2022

Tim Penguji

1. Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA ( )

2. Abdul Karim,S.E.,M.Si,Akt ( )

3. Windasari Rachmawati,S.E.,M.M ( )
PENGESAHAN REVISI SKRIPSI

Nama Penyusun : Laksamana Riza Soerosoputra

Nomor Induk Mahasiswa : B.211.18.0044

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : AKUNTABILITAS DAN ALOKASI DANA


ORGANISASI KEAGAMAAN PADA SAAT
PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 (STUDI
KASUS DI GEREJA PANTEKOSTA DI
INDONESIA PETRA COMMUNITY
CHURCH)

Dosen Pembimbing : Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal4 Februari


2022

Tim Penguji

1. Yohanes Suhardjo,S.E.,M.Si.,Ak.,CA ( )

2. Abdul Karim,S.E.,M.Si,Akt ( )

3. Windasari Rachmawati,S.E.,M.M ( )
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Laksamana Riza Soerosoputra,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul: AKUNTABILITAS DAN
ALOKASI DANA ORGANISASI KEAGAMAAN PADA SAAT
PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 (STUDI KASUS DI GEREJA
PANTEKOSTA DI INDONESIA PETRA COMMUNITY CHURCH),
adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau
pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai
tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang
saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan
pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik
skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian
terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang
lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah
diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 25 Januari 2022


Yang membuat pernyataan,

(Laksamana Riza Soerosoputra)


NIM : B.211.18.0044
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Orang bodoh tidak pernah belajar dari kesalahannya sendiri

Orang pintar belajari dari kesalahannya sendiri

Orang bijak belajar dari kesalahan orang lain.”

-Sun Tzu-

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan

jalan dan juga kekuatan disetiap langkah dan proses penyusunan skripsi. Untuk

kedua orang tua sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada

terhingga ku persembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga

yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang tertulis kata

cinta dalam persembahan. Dan juga untuk guru, saudara, sahabat tercinta, dan

teman-teman kuliah maupun organisasi yang telah membantu saya dalam bentuk

support, semangat serta doanya sampai penyusunan skripsi ini selesai.


ABSTRAK

Di tahun 2020, pandemi COVID-19 tengah meluas dan memberikan dampak yang
sangat signifikan dikalangan dan bidang apapun termasuk organisasi nirlaba atau
non profit khususnya pada organisasi keagamaan. Di dalam khasus ini,
pertanggungjawaban pelaporan keuangan organisasi keagamaan dan alokasi dana
perlu dipertanyakan. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kesesuaian pelaporan keuangan Gereja Pantekosta di Indonesia Petra
Community Church Semarang serta bagaimana akuntabilitas dan alokasi dana
Gereja tersebut di era pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gereja Pantekosta
di Indonesia Petra Community Church telah menyusun beberapa strategi agar
Gereja tetap bisa berjalan dengan mengalokasikan beberapa dana untuk memenuhi
kebutuhan Gereja di era pandemi COVID-19. Perbedaan konkrit lainnya terkait
transparansi yang harus disesuaikan dengan situasi yang ada saat ini yaitu dalam
penggunaan dana yang harus diprioritaskan untuk penanganan saat COVID-19 dan
prosedur Gereja dalam menyampaikan informasi terkait hasil persembahan melalui
kolekte yang didapatkan.

Kata kunci : Akuntabilitas; Transparansi; Alokasi Dana


ABSTRACT

In 2020, the COVID-19 pandemic is expanding and has a very significant impact
among and in any field, including non-profit or non-profit organizations, especially
religious organizations. In this particular case, the accountability of the financial
reporting of religious organizations and the allocation of funds needs to be
questioned. The purpose of this research is to analyze the suitability of the financial
reporting of the Pentecostal Church in Indonesia Petra Community Church
Semarang and how the accountability and allocation of Church funds is in the era
of the COVID-19 pandemic. The research method used is a qualitative method. The
results of the study show that the Pentecostal Church in Indonesia Petra
Community Church has developed several strategies so that the Church can
continue to run by allocating some funds to meet the needs of the Church in the era
of the COVID-19 pandemic. Another concrete difference related to transparency
that must be adapted to the current situation is in the use of funds that must be
prioritized for handling COVID-19 and the Church's procedures in conveying
information related to the results of offerings through the collections obtained.

Keywords: Accountability; Transparency; Budget allocation


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Contents
PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI ........................................................................... i
PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ......................................................................... iii
PENGESAHAN REVISI SKRIPSI .................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................vi
ABSTRACT ..................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ix
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7
2.1 Telaah Teori ...................................................................................................... 7
2.1.1 Akuntabilitas ............................................................................................. 7
2.2.1 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba atau Non Profit ...................... 7
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 9
2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 13
Gambar 2.1 ...................................................................................................................... 14
Kerangka Pemikiran ...................................................................................................... 14
BAB III............................................................................................................................. 15
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 15
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 15
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 15
3.3 Partisipan ......................................................................................................... 15
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data.................................................. 16
3.4.1 Wawancara .............................................................................................. 16
3.4.2 Observasi ................................................................................................. 16
3.4.3 Dokumentasi ............................................................................................ 17
3.5 Pengujian Kualitas Data................................................................................. 18
3.5.1 Triangulasi (Triangulation) ................................................................... 19
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................... 20
Gambar 3.1 ...................................................................................................................... 21
Siklus Analisis Data Model Miles dan Huberman ....................................................... 21
BAB IV ............................................................................................................................. 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 22
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................................................ 22
4.1.1 Sejarah Berdirinya Gereja ............................................................................. 22
Gambar 4.1 ...................................................................................................................... 23
Denah Bangunan Gereja Petra Community Church .................................................. 23
4.1.2 Lokasi Gereja Pantekosta di Indonesia PCC ............................................... 23
4.1.3 Tata Pelayanan Gereja Pantekosta di Indonesia PCC ................................ 24
4.1.4 Tugas Pengurus Petra Community Church ................................................. 25
Gambar 4.2 ...................................................................................................................... 30
Struktur Pengurus Gereja PCC ................................................................................... 30
4.2 Hasil Pengujian Kualitas Data ........................................................................... 30
4.2.1 Tabel Triangulasi Sumber...................................................................... 31
4.2.2 Triangulasi Metode ................................................................................. 34
4.3 Pembahasan ......................................................................................................... 47
4.3.1 Perencanaan Alokasi Dana Gereja ........................................................ 47
4.3.2 Pelaksanaan Alokasi Dana Gereja ........................................................ 48
4.3.3 Pelaporan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Gereja ....................... 49
BAB V .............................................................................................................................. 51
PENUTUP ........................................................................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................................ 52
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 52
5.4 Agenda Penelitian Selanjutnya ...................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 54
LAMPIRAN..................................................................................................................... 55
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1…………………………………………………………….30

Tabel 4.2…………………………………………………………….31
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1………………………………………………………14

Gambar 3.1………………………………………………………21

Gambar 4.1………………………………………………………23

Gambar 4.2………………………………………………………29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemunculan virus baru yang bernama COVID-19 telah mengubah

beberapa aspek yang berdampak di hampir seluruh dunia. Dengan adanya

pendemi ini tentu saja menimbulkan dampak yang cukup signifikan di

seluruh bidang salah satunya adalah orgnasisasi nirlaba atau non profit

khususnya organisasi di bidang keagamaan. Karena situasi yang sangat

tidak memungkinkan, berbagai aktivitas di tempat ibadah secara terpaksa

terhenti dan harus dilaksanakan secara daring atau online demi mencegah

perputaran rantai penularan COVID-19 di Indonesia. Hal ini tentu saja

menimbulkan rasa tidak nyaman bagi masyarakat sekitar yang ingin

melakukan ibadahnya di rumah ibadah mereka masing-masing. Selain itu,

pertanggungjawaban dalam pelaporan keuangan organisasi keagamaan

juga perlu dipertanyakan.

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pemegang kepercayaan

untuk memberikan pertanggunggjawaban, menyajikan dan

mengungkapkan semua kegiatan dan kegiatannya yang merukapan

tannggung jawabnya kepada prinsip yang memiliki hak dan wewenang

untuk menerima pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2018). Praktik

akuntabilitas sangatlah diperlukan di dalam setiap organisasi yang ada.

Akuntabilitas adalah salah satu prinsip dalam melaksanakan Good

Corporate Governance (GCG) yang meliputi beberapa hal yaitu fairness,


transparency, accountability, and responsibility (OECD, 1998). Desakan

dalam melaksanakan Good Corporate Governance tidak terbatas hanya di

organisasi privat saja, tetapi juga terhadap organisasi publik, salah satunya

adalah organisasi keagamaan (Randa, 2011). Dengan terlaksananya Good

Corporate Governance akan menimbulkan kepercayaan pada Stakeholder

pada organisasi.

Dalam sebuah organisasi keagamaan seperti gereja, sangatlah

penting untuk diberlakukan adanya akuntabilitas keuangan. Dalam

organisasi keagamaan, akuntabilitas keuangan dapat diartikan sebagai

sebuah kewajiban orang yang sudah diberikan amanah untuk memberikan

pertanggungjawabannya kepada umat maupun donatur yang memiliki

privilege untuk meminta pertanggungjawaban atas penggunaan dana

tersebut. Gereja adalah salah satu organisasi sektor publik nirlaba yang

berada dalam lingkungan masyarakat.

Gereja mendapatkan dana dari berbagai hal seperti perpuluhan, dan

sumbangan dari jemaat yang beribadah di Gereja tersebut. Terkadang,

dana-dana yang didapatkan oleh Gereja dari perpuluhan, persembahan, dan

sumbangan yang diberikan dari para jemaat memiliki jumlah yang tidak

sedikit dan harus bisa dipertanggungjawabkan dalam pengelolaannya

sebagai timbal balik dari penerimaan pendapatan. Jemaat yang telah

menyumbangkan maupun memberikan persembahan memiliki privilege

untuk mengetahui transparansi dalam penggunaan dana dengan adanya

laporan keuangan yang sudah dibuat. Untuk menilai seberapa besar

tanggung jawab bendahara dalam menciptakan informasi keuangan dengan


lengkap dan jelas, pelaporan keuangan dalam sebuah gereja sangatlah perlu

dilakukan agar terciptanya rasa percaya bagi setiap anggota maupun jemaat

di Gereja. Karena, sebagai entitas yang sumber dananya berasal dari

persembahan maupun sumbangan dari jemaat, akuntabilitas dan

transparansi menjadi kunci utama dari pelaporan keuangan Gereja yang

bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan khususnya disaat seperti ini

dimana pandemi COVID-19 muncul.

Organisasi gereja dituntut untuk melakukan transparansi dan

praktik akuntabilitas keuangan. Transparansi adalah keterbukaan

pemerintahan kepada masyarakat mengenai pertanggungjawaban

pemerintah tersebut dengan pertimbangan kepada masyarakat mempunyai

hak secara menyeluruh. Jadi, transparansi dapat diartikan sebagai

keterbukaan informasi dari pihak agen kepada pihak prinsipal dengan

pertimbangan bahwa prinsipal mempunyai privilege untuk mengetahui

semua pertanggungjawaban pihak agen tersebut. Selama ini organisasi

gereja dianggap kurang transparan dan terkesan tertutup dalam praktik

manajemen modern (Randa, 2011). Menurut Berry (2005) dalam Randa

(2011), praktik akuntabilitas keuangan dalam organisasi keagamaan Gereja

masih sangat kurang, hal ini disebabkan kuatnya pengaruh para pemimpin

dan tradisi salam organisasi Gereja yang sudah lama berjalan. Dalam situasi

seperti ini dapat menyebabkan kasus-kasus penyelewengan terjadi dalam

gereja yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat atau jemaat Gereja.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Saerang

(2001) dalam Dewi, et al (2015), akuntabilitas dalam organisasi Gereja


dipandang sebagai aktivitas individu dan kelompok yang meliputi aspek

sosial, spiritual, dan keuangan. Akuntabilitas lebih banyak ditentukan oleh

para pemimpin Gereja pada aspek organisasi. Menurut Berry (2005) dalam

Randa (2011) organisasi gereja memiliki praktik – praktik yang telah lama

dijalankan dan cenderung sulit untuk menerima perubahan.

Saudara Riza, salah satu jemaat aktif di GPdI Petra Community

Church, mengatakan bahwa sistem transparansi keuangan Gereja terhadap

para jemaat di Gereja sangatlah jarang atau bisa dikatakan sangatlah

kurang. Para jemaat hampir tidak pernah mengalami transparansi keuangan

yang dikelola oleh Gereja. Saudara Dito Galatia, salah satu jemaat aktif di

GPdI Eben Heizer, menetap di Gereja yang memiliki lembaga gereja yang

sama dengan saudara Riza. Meskipun memiliki lembaga Gereja yang sama,

tetapi sistem transparansi yang dilakukan sangatlah berbanding terbalik.

Saudara Dito Galatia mengatakan bahwa di GPdI Eben Heizer selalu

melakukan transparansi keuangan yang dikelola oleh Gereja setiap

bulannya agar para jemaat bisa mengetahui seberapa banyak dana Gereja

yang didapatkan setiap bulannya.

Fenomena yang terjadi ini sangatlah menarik untuk diteliti lebih

lanjut, terlebih lagi di masa saat ini dimana terjadinya pandemi COVID-19

yang hingga saat ini masih saja belum reda yang berdampak signifikan

terhadap tatanan di segala bidang termasuk organisasi keagamaan. Dengan

adanya penelitian seperti ini diharapkan kegiatan ini dapat menambah

pengetahuan yang lebih mendalam terkait standar pengelolaan keuangan

organisasi nirlaba atau non profit khususnya sebuah Gereja dan bagaimana
pelaporan keuangan yang seharusnya dilaporkan pada masa pandemi

COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian

pelaporan keuangan Gereja Pantekosta di Indonesia Petra Community

Church, Semarang dan menganalisis akuntabilitas dan transparansi

pelaporan keuangan di Gereja Pantekosta di Indonesia Petra Community

Church, Semarang terlebih lagi di masa pandemi COVID-19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas adalah

: “Bagaimana Transparansi, Alokasi, dan Akuntabilitas Laporan Keuangan

Organisasi Keagamaan pada saat Pandemi Covid-19 di Tahun 2020”.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui transparansi,

alokasi, dan akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Komisi Gereja

Pantekosta di Indonesia Petra Community Church. Penulis juga

mengharapkan agar penelitian ini akan bermanfaat bagi :

1. Bagi Universitas Semarang

Penulis sangat mengharapkan agar penelitian ini dapat menjadi acuan,

bahan baca, dan kepustakaan bagi Universitas, sehingga mampu

memberikan masukan-masukan bagi pihak yang sedang mendalami

topik yang serupa.

2. Bagi GPdI Petra Community Church


Penulis juga mengharapkan agar penelitian ini juga memberikan

pandangan kepada organisasi keagamaan GPdI Petra Community

Church dalam praktik transparansi, alokasi dan akuntabilitas keuangan

yang dijalankan.

3. Bagi penulis

Penelitian ini akan menjadi sebuah tahap dalam menerapkan beberapa

teori akuntansi khususnya yang ada di dalam organisasi sektor publik

dan menambah pengetahuan bagi penulis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Teori

2.1.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah bentuk dari pertanggungjawaban suatu

organisasi atas tanggung jawab yang diperoleh, khususnya dalam

pengelolaan keuangan suatu organisasi yang umumnya digunakan

oleh stakeholder atau pihak eksternal organisasi tersebut (Sari et al.,

2018). Dalam hal ini akuntabilitas juga dapat disebut sebagai salah

satu prinsip dasar tata kelola rganisasi dengan pertanggungjawaban

kinerja yang transparan tanpa adanya hal yang disembunyikan.

Sebuah organisasi itu harus dikelola secara teratur dan sesuai

kebutuhan organisasi dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan

stakeholder (Mongan et al., 2019). Dalam hal ini sangat penting untuk

melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG),

terutama akuntabilitas dan transparansi harus diterapkan pada

organisasi nirlaba atau non profit yang termasuk dalam organisasi

keagamaan.

2.2.1 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba atau Non Profit

Menurut PSAK No. 1 terkait Penyajian Laporan Keuangan,

laporan keuangan adalah penyajian posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu organisasi yang disajikan secara sistematis atau

terstruktur. Laporan keuangan sendiri mempunyai tujuan untuk


menyediakan informasi kinerja keuangan, posisi keuangan, dan arus

kas organisasi yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan

ekonomik bagi pengguna laporan keuangan (Ikatan Akuntansi

Indonesia, 2018).

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan

PPSAK 13 : Pencabutan PSAK 45 : Pelaporan Keuangan Entitas

Nirlaba pada 11 April 2019. Dengan demikian, entitas yang akan

menggunakan PSAK 45 untuk pedoman dalam pelaporan

keuangannya beralih ke ISAK 35. ISAK 35 atau kepanjangan dari

Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 35 mulai terlihat efektif

pada tanggal 1 Januari 2020. Entitas yang mengarah kepada nonlaba

merupakan sebuah istilah baru yang menggantikan arti dari entitas

nirlaba. Pelaporan keuangan entitas yang mengarah ke nonlaba

disajikan dan ditata dengan tetap bertumpu pada PSAK 1 termasuk

persyaratan dalam penyajian lapoan keuangan, struktur laporan

keuangan dan syarat minimal isi laporan keuangan. Laporan keuangan

entitas yang mengarah ke nonlaba terdiri dari lima laporan, yaitu :

1) Laporan Posisi Keuangan yang berguna untuk memberikan

sebuah informasi tentang aset, liabilitas, aset neto, dan

informasi yang terkait hubungan di antara unsur-unsur

tersebut di waktu tertentu.

2) Laporan Penghasilan Komprehensif menilai seberapa besar

tingkat keberhasilan sebuah entitas, dimana laporan tersebut


memberikan sebuah informasi terkait keuntungan dan

kerugian entitas selama periode tertentu.

3) Laporan Perubahan Aset Neto memberikan informasi aset

neto tanpa adanya pembatasan dari sumber daya, aset neto

dengan pembatasan sumber daya, dan penghasilan

komprehensif lain. Terdapat informasi lain mengenai aset

neto yang dibebaskan dari pembatasan.

4) Laporan Arus Kas bertujuan untuk menyediakan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode

tertentu. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2

mengenai Laporan Arus Kas atau SAK ETAP Bab 7.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan memiliki tugas untuk

memberikan sebuah penjelasan atau rincian jumlah dan pos-

pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan laporan

keuangan.

2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya

Ada beberapa penelitian yang pembahasannya masih relevan untuk

dipakai sebagai referensi dalam meneliti yaitu penelitian yang dimiliki

oleh Maria Kurniati Gedi Raya (2017) yang berjudul Evaluasi

Implementasi Pelaporan Keuangan Sebagai Bentuk Akuntabilitas

Organisasi Keagamaan (Studi Kasus: Gereja Katolik Paroki St. Paulus

Miki Salatiga). Di dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan

evaluasi tentang penerapan standar dalam pengelolaan keuangan yang

akan dilaksanakan oleh Gereja Katolik Paroki St. Paulus Miki apakah
sudah sesuai dengan standar pelaporan keuangan Keuskupan Agung

Semarang yang terpacu pada PSAK 45 revisi tahun 2011 atau belum.

Metode yang akan dipakai adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil dari

penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan bahwa penerapan

standar pengelolaan keuangan Gereja Katolik Patoki St. Paulus Miki

Salatiga sudah sesuai dengan standar pelaporan keuangan Keuskupan

Agung Semarang yang terpacu pada PSAK 45 revisi tahun 2011. Namun

terdapat beberapa perbedaan dalam penyesuaian dan dalam cara mencatat

laporan keuangan yang telah dibuat oleh GPM karena harus sesuai dengan

karakteristik Paroki (Raya, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Jayasinge

di tahun 2009 dengan judul “Religius ‘Spirit and Peoples’ Perceptions of

Accountability in Hindu and Buddhist Religious Organizations” praktik

akuntabilitas yang dilakukan dalam masyarakat Hindu dan Buddha

sangatlah dipengaruhi oleh kesetiaan, aspirasi, kepercayaan, patronase,

status sosial, persaingan, dan kekuasaan. Praktek akuntabilitas yang hanya

diimplementasikan sebatas “ritual seremonial” yang memiliki tujuan

untuk menguatkan citra benar dan bijaksana kuil agar masyarakat religius.

Dalam penelitian ini menganalisis bagaimana organisasi nirlaba atau non

profit terutama keagamaan Buddha dan Hindu menganggap bahwa praktek

akuntabilitas yang berstruktu dan rasional tetapi juga berdampingan

dengan unsur-unsur religius. Metode penelitian yang digunakan dalam

pelaksanaan penelitian ini adalah metode etnografi yang berdasarkan pada

dua studi kasung yang berbeda yaitu pada sebuah kuil Buddha dan candi
Hindu. Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan metode

kualitatif dalam melakukan pengumpulan data. Data kemudian terkumpul

melalui observasi partisipan dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh

Fransiskus Randa pada tahun 2011 dengan judul “Akuntabilitas Keuangan

Dalam Organisasi Keagamaan” studi etnografi pada sebuah Gereja Katolik

di Tanah Toraja menunjukkan bahwa adanya praktik akuntabilitas tata

kelola harta benda gerejawi yang lebih baik di tingkat stasi. Dalam hal ini

dibuktikan dengan adanya pengolahan dana stasi dan dana pembangunan

yang telah dilaporkan pertanggungjwabannya terhadap para umat secara

transparan dan mengumumkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran

yang telah dilakukan pada setiap hari Minggu. Dalam konteks organisasi

paroki, praktik akuntabilitas tata kelola harta benda gerejawi yang telah

dijalankan oleh gereja paroki adalah setengah hati. Praktik ini muncul

karena telah ditopang berbagai aturan yang menempatkan para pemimpin

gereja sebagai pusat yang mendorong style para pastor lainnya yang lebih

cenderung sentralistik dan otoriter dalam pengelolaan harta benda

Gerejawi pada tingkat paroki. Tujuan dari adanya penelitan ini adalah

untuk memaknai dan menggambarkan praktik akuntabilitas keuangan

yang ada di organisasi Gereja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

paradigma interpretif dan metode etnografi dalam melaksanakan

penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan

cara observasi partisipan dan wawancara terbuka.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh KGSS


Dewi dan rekannya pada tahun 2015 yang memiliki judul “Konsep

Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan” studi kasus yang

dilaksanakan di Gereja Kerasulan Baru Indonesia, Distrik Jawa Timur dan

Bali telah menunjukkan bahwa :

a. Proses pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh perwakilan

masing-masing Gereja, yaitu pemangku jabawan, dan

pertanggungjawaban keuangan yang akan disampaikan kepada

Kantor yang berada di Cabang Yogyakarta lalu ke Kantor Pusat

Bandung.

b. Akuntabilitas keuangan yang ada di dalam pengelolaan

keuangan terlaksana dengan baik, karna konsep pengelolaan

keuangan GKBI berbasis teologi dan melibatkan tenaga

profesional. Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti

menganalisis bagaimana konsep dan praktik akuntabilitas

keuangan yang ada di dalam Gereja dan bagaimana jemaat

mempercayai sepenuhnya pengelolaan keuangan yang mereka

sendiri tidak terlibat di dalamnya. Penelitian ini dilaksanakan

menggunakan metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan

melewati beberapa tahap yaitu wawancara, observasi,

dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan melalui tiga

tahapan yang terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan

menarik kesimpulan.

Yunita Fitria (2017) juga telah melaksanakan sebuah penelitian

dengan topik relevan dengan judul “Akuntabilitas Pada


Organisasi Religi” studi kasus Masjid-Masjid yang berlokasi di

daerah Balikpapan, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui isu akuntabilitas organisasi

keagamaan khususnya di Masjid-Masjid yang berada di

Balikpapan, kalimantan Timuir. Metode yang digunakan adalah

metode analisis data dengan pendekatakn hermeneutik. Hasil

penelitian memperlihatkan bahwa ada tiga jenis Masjid topologi

yaitu yayasan, pemerintah, dan masyarakat di Balikpapan

memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan menyebabkan

adanya sebuah perbedaan dari mekanisme akuntabilitasnya.

Dalam Topologi Masjid juga menentukan apakah mekanisme

akuntabilitas yang digunakan formal atau informal (Fitria, 2017)

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menunjukkan adanya hubungan antara

identifikasi masalah yang berada di lapangan, pertanyaan dalam

penelitian, dan tujuan maupun kegunaan yang diharapkan akan tercapai

dalam penelitian ini. Didalam kerangka pemikiran ini juga dapat berisikan

tentang tahapan atau langkah yang harus dilakukan oleh peneliti untuk

menjawab terkait sesuatu yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Kerangka pemikiran yang ada di dalam penelitian ini sebagai berikut :


Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Akuntabilitas

Transparansi Pengelolaan Dana


Alokasi Dana Gereja Gereja

Di Masa Pandemi

Sie Bendahara
Gereja
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian

adalah Studi Kasus dengan metode Kualitatif. Menurut Miles and

Huberman (1994: 6-7) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 22) penelitian

kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang didapari

dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi yang ada dalam

kehidupan sehari – hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini akan dilakukan

secara langsung di Gereja Pantekosta di Indonesia Petra Community

Church sehingga hasil yang akan didapatkan hanya berlaku pada objek

yang akan diteliti saja.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Gereja Pantekosta di Indonesia

Petra Community Church.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2021

sampai Januari 2022

3.3 Partisipan

Pemlihan partisipan sebagai sumber data dalam melaksanakan

penelitian ini berdasarkan atas subjek yang diteliti. Partisipan yang


menguasai semua informasi bersedia penuh untuk memberikan data dan

informasi lengkap dan akurat mengenai setiap pengelolaan dana Gereja.

Narasumber yang dijadikan partisipan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah Ketua Umum, Sub Departemen Public Relation, Bidang Pastoral.

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data

Menurut Sugiyono (2016:224) teknik pengambilan data merupakan

langkah yang strategis dalam penelitian, yang nantinya bisa memperoleh

sebagian data. Dalam penelitian ini terdapat teknik-teknik pengambilan

data yang dapat dilakukan sebagai berikut :

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data

yang didapatkan dari informan dengan tanya jawab secara langsung

dengan subjek penelitian. Menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur. Peneliti melaksanakan wawancara melalui video call via

whatsapp sesuai dengan permintaan dari informan demi menjalankan

protokol kesehatan dan secara tatap muka. Dimulai dengan pertanyaan

terkait apa saja kegiatan Gereja selama masa pandemi COVID-19,

kemudian kendala apa saja terkait pengelolaan dan pelaporan

keuangan selama masa pandemi COVID-19, hingga bagaimana

bentuk akuntabilitas dan alokasi pelaporan keuangan Gereja,

khususnya di saat masa pandemi COVID-19.

3.4.2 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti.


Menggunakan observasi non partisipan atau peneliti berkedudukan

sebagai pengamat. Peneliti mengamati seperti apa format laporan

keuangan yang sudah dibuat dan bagaimana bentuk transparansi

dalam pelaporan keuangan Gereja Pantekosta di Indonesia Petra

Community Church, Semarang.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

meminta data yang ada di dalam sebuah perusahaan yang berupa

bagan struktur organisasi, serta dokumen terkait pengelolaan dana

Gereja. Berupa bukti-bukti penelitian yang akan diperoleh peneliti

seperti format laporang keuangan Gereja, buku Pedoman Tata Kelola

Harta Benda Gereja, dan bukti pendukung lainnya.

Data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Data

Primer dan Data Sekunder. Penulis menggunakan data-data ini

dikarenakan pengumpulan datanya didapatkan melalui wawancara,

catatan-catatan yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Menurut Sugiyono

(2016;225) data primer merupakan data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini data primer yang akan

didapatkan melalui hasil wawancara maupun pengamatan secara langsung

pihak Gereja yang dilakukan penulis untuk menjawab setiap pertanyaan

yang ada di dalam penelitian yaitu dengan pihak yang terkait. Menurut

Sugiyono (2016;255) data sekunder merupakan sumber data yang tidak


langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pada umumnya

penelitian ini ada dua sumber yang digunakan sebagai berikut :

1. Data Primer yaitu sebuah informasi yang bisa didapatkan oleh

peneliti dari informan pertama yang berada di lapangan secara

langsung. Setiap peneliti bisa mendapatkan data primer dari

hasil wawancara yang telah dilaksanakan secara terstruktur

dengan informan, yaitu bagian struktural pengurus Petra

Community Church

2. Data Sekunder merupakan sebuah data yang bisa didapatkan

peneliti secara tidak langsung atau tidak perlu berada di

lapangan secara langsung. Data sekunder telah diolah dan

disajikan pihak lain, dengan tujuan komersial maupun

nonkomersial. Peneliti memperoleh data sekunder lewat

perantara bagian Sekretasis dan Ketua Umum berupa profil

yang dimiliki oleh Gereja, keuangan Gereja, serta data lainnya

yang dapat mendukung kebutuhan untuk memperlancar

penelitian.

3.5 Pengujian Kualitas Data

Agar bisa mendapatkan data yang valid, peneliti perlu melakukan

beberapa uji kualitas data terhadap hasil penelitian yang sesuai dengan

hasil penelitian. Uji kualitas data adalah pengujian data yang dilakukan

untuk menilai kebenaran dan keabsahan penelitian dengan analisis

kualitatif. Kualitas dara penelitian akan ditunjukkan jika partisipan

menyatakan bahwa transkrip penelitian memang benar adanya sebagai


pengalaman dari dirinya sendiri. Prosedur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 Triangulasi (Triangulation)

Menurut Moloeng (2010) Triangulasi adalah sebuah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Dalam triangulasi ini selain dipakai untuk mengecek kebenaran juga

dilakukan untuk memperkuat data. Berikut prosedur triangulasi yang

dilakukan oleh peneliti :

A. Triangulasi Sumber

Pengujian kredibilitas dilakukan dengan cara

menelusuri data yang sudah didapatkan dari beberapa

sumber. Data tersebut dianalisis oleh peneliti sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya

akan dimintai kesepakatan.

B. Triangulasi Teknik

Dalam triangulasi ini digunakan untuk menguji

kredibilitas data yang akan dilakukan dengan cara

memeriksa data kepada sumber yang sama dengan

menggunakan teknik berbeda.

C. Triangulasi Waktu

Keseluruhan data yang sudah didapatkan dengan cara

teknik wawancara di waktu yang tepat pada saat

narasumber masih merasa fresh, akan menghasilkan data


yang valid sehingga lebih kredibel. Kemudian dapat

dilakukan dengan pengecekan dengan observasi,

wawancara, serta teknik yang lain dalam waktu atau

kondisi yang berbeda, maka dapat dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sebuah kepastian dapat

ditemukan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan oleh peneliti untuk

melaksanakan penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang

telah dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984 : 21-23) dalam Emzir

(2014). Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam

melaksanakan analisis data, yaitu :

1. Reduksi Data

Tahapan dalam reduksi data adalah proses pemilihan,

pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransromasian

data yang masih belum jadi yang dihasilkan dari catatan yang

didapatkan di lapangan. Pada tahapan ini data hasil transkrip

wawancara dan dokumen dipilih dan difokuskan pada hal-hal

yang berkaitan dengan proses pertanggungjawaban keuangan.

2. Penyajian Data

Tahapan penyajian data adalah proses dari penyajian data

hasil transkrip wawancara dan dokumen yang sudah di reduksi

dalam bentuk berupa teks naratif atau kata-kata. Di dalam tahapan

ini, data hasil traskrip wawancara dan dokumen yang


dicantumkan dalam teks naratid atau kata-kata untuk memberikan

jawaban pada rumusan masalah sehingga menghasilkan

informasi yang jelas dan mudah untuk dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan ini

didapatkan dari infromasi atau data yang telah direduksi dan

disajikan serta menjawab rumusan masalah yang sudah dijelaskan

sebelumnya.

Model Interaktif Miles dan Huberman dalam analisis data ditunjukkan

pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Siklus Analisis Data Model Miles dan Huberman

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Penarikan
Reduksi Data Kesimpulan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Gereja

Gereja Pantekosta di Indonesia Petra Community Church,

sudah berdiri sejak tahun 1984. Awal mulanya Gereja PCC memiliki

nama “Gereja Pantekosta Karangsari”, karena lokasinya di daerah

Karangsari. Seiring dengan pertumbuhan gereja, maka Gereja perlu

memperluas lahan untuk tempat ibadah. Kemudian Gereja membeli

tanah di Jl. M.T. Haryono 844 Semarang. Pada tahun 1987

ditahbiskan gedung gereja baru di atas Jl. M.T. Haryono 844, beserta

gedung dua lantai untuk TK & SD Petra. Kemudian nama Gereja

diubah menjadi Gereja Petra dengan landasan pemakaian nama

tersebut adalah karena Petra berarti “Batu Karang” seperti yang

dikatakan Alkitab.

Pada tahun 2001, telah dibeli tanah seluas kurang lebih 900

meter persegi yang terletak di samping Gereja Petra oleh Majelis

Gereja Semarang. Lalu pada tahun 2010 dibangun gedung Gereja

Petra yang baru di atas lahan Jl. M.T. Haryono 844-846 dan bangunan

terdiri dari tiga lantai. Bangunan ditahbiskan pada tanggal 1 Juni

2011. Kemudian pada hari pentahbisan gedung baru pada tanggal 1

Juni 2011, menjadi Petra Community Church. Istilah Community,


menunjuk kepada Gereja yang terdiri dari berbagai ragam etnis dan

pemikiran, namun bersatu dalam sebuah komunitas, dan hidup dalam

kasi persaudaraan. Atas dasar komunitas yang seperti itu, Petra

Community Church berjalan maju untuk menyelesaikan tugas dan

panggilan yang sudah Tuhan percayakan, yaitu menjadi gereja yang

kuat dan memberkati. Atas dasar pemikiran semacam itulah, maka

dipilih nama Petra Community Church sebagai ganti dari Gereja

Petra.

Gambar 4.1

Denah Bangunan Gereja Petra Community Church

4.1.2 Lokasi Gereja Pantekosta di Indonesia PCC

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Petra Community

Church terletak di Jl. MT. Haryono No.844-846, Karangturi, Kec.

Semarang Tim., Kota Semarang, Jawa Tengah 50124, Tlp: (024)

8414445
4.1.3 Tata Pelayanan Gereja Pantekosta di Indonesia PCC

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Petra Community

Church dalam melaksanakan pelayanan menganut sistem

presbyterial. Sistem gereja ini menempatkan majelis gereja memiliki

sebuah kedaulatan terendiri untuk mengatur dan mengelola gereja.

Berikut adalah struktur tata pelayanan GPdI Petra Community Church

1. Ketua Umum

2. Sekretaris

3. Bendahara

4. Bidang Pastoral

5. Bidang disciples

6. Bidang worship ministry

7. Bidang diakonia

a. Sub Dept. Diakonia Pendidikan

b. Sub Dept. Diakonia Kesehatan

c. Sub Dept. Diakonia Kedukaan

8. Departemen Sekretariat

a. Sub Dept. Perawatan Bangunan

b. Sub Dept. Legal

c. Sub Dept. Wedding Organizer

9. Bidang Pastoral 1

a. Dept. Ibadah Raya


10. Bidang Pastoral 2

a. Dept Petra Kids

b. Dept. Teen & Youth

c. Dept. Keluarga Muda

11. Bidang Pastoral 3

a. Dept. Penyerahan Anka

b. Dept. Precious Women

c. Dept. Bimbingan Pra-nikah

d. Dept. Perjamuan Suci

12. Bidang Disciples 1

a. Dept. MMK

13. Bidang Disciples 2

a. Dept. Komsel

14. Bidang Worship Ministry 1

a. Dept. Doa

b. Dept. Multimedia

15. Bidang Worship Ministry 2

a. Dept. Pelayanan Penyembahan

b. Creative Ministry Dept

4.1.4 Tugas Pengurus Petra Community Church

Adapun masing-masing tugas yang dimiliki setiap penguruh PCC :


1. Ketua Umum

a. Menjadi pemimpin bersama dengan sekretaris

umum dalam melaksanakan setiap rapat majelis

yang dilaksanakan

b. Menjadi penanggungjawab umum dalam segala

sesuatuyang terjadi atas Gereja dan atas yang

dilakukan oleh Gereja, mewakili majelis dan

Gereja baik ke luar maupun ke dalam.

c. Berwenang menandatangani surat-surat Gereja

bersama sekretaris umum.

2. Sekretaris

a. Menjadi pemimpin rapat majelis bersama ketua

umum

b. Memiliki tanggung jawab atas administrasi gereja

yang meliputi agenda persuratan, kearsipan,

dokumentasi, inventarisasi, dan pengawasan atas

tenaga keja TU Gereja.

c. Berwenang menandatangani surat-surat Gereja

bersama Ketua Umum.

3. Bendahara

a. Bertanggungjawab atas pengelolahan keuangan

gereja, termasuk tugas utama pengarahan dan

pengawasan terhadap tugas Gereja.


b. Memiliki tanggung jawab atas pengeluaran dana

yang bersifat insidentil, setelah dikonsultasikan

dengan persetujuan ketua umum.

c. Mempersiapkan informasi kuangan untuk

pelaporan dalam rapat majelis maupun dalam

rangka verifikasi keuangan Gereja.

4. Departemen Ibadah Raya

a. Menyusun dan memastikan terlaksananya jadwal

pelayanan ibadah.

b. Mengampu bidang pendukung ibadah dalam

melaksanakan program pelayanannya.

5. Departemen Petra Kids

a. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan anak yaitu

pelayanan sekolah minggu

b. Menyelenggarakan pembinaan anak baik iman,

perilaku, dan moral kristiani melalui kegiatan-

kegiatan rutin diluar sekolah minggu.

c. Memotivasi terbinanya anak-anak warga gereja

menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan

Tuhan

d. Melaksanakan program bidang anak dan

melaporkan tugasnya kepada majelis gereja.


6. Komisi Teen & Youth

a. Melaksanakan program Bidang Teen & Youth dan

melaporka tugasnya kepada majelis gereja.

b. Menyelenggarakan pembinaan Teen & Youth

khususnya dalam kegiatan persekutuan Teen &

Youth.

c. Pendampingan dalam rangka pengembangan

talentan Teen & Youth dan memotivasi mereka

untuk berperan dalam pelayanan gereja sesuai

kemampuan.

7. Departemen Keluarga Muda

a. Menyelenggarakan pembinaan keluarga muda

dengan materi-materi pembinaan actual sesuai

kebutuhan.

b. Pendampingan iman terhadap keluarga yang

terkena musbah maupun yang sedang mengalami

pergumulan dalam hidup.

c. Memotivasi keterlibatan aktif keluarga muda

dalam melaksanakan pelayan gereja.

d. Melaksanakan program bidang keluarga muda dan

melaporkan tugasnya kepada majelis gereja.

8. Departemen Precious Women

a. Melaksanakan pendampinan bagi para wanita

dikalangan manapun
b. Melaksanakan program komisi Precious Women

dan melaporkan tugasnya kepada majelis gereja.

9. Komisi Diakonia

a. Mengelola dan menyalurkan bantuan dana bagi

warga kurang mampu.

b. Menyalurkan bantuan dana bagi anak usia sekolah

dari keluarga kurang mampu.

c. Memotivasi, menyalurkan, dan mengupayakan

partisipasi bantuan warga jemaat bagi warga

gereja/warga masyarakat yang dirasa perlu

banuan, jemaat sakit, dan keluarga kurang mampu.

d. Melaksanakan program bidang diakonia dan

melaporkan pelaksanaan programnya kepada

majelis gereja.
Gambar 4.2

Struktur Pengurus Gereja PCC

4.2 Hasil Pengujian Kualitas Data

Hasil pengujian kualitas data yang sudah didapatkan akan diuraikan

dalam bentuk kesimpulan atas jawaban dari informan yang berhubungan

dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah diajukan oleh peneliti dengan

cara wawancara mendalam kepada para informan seperti Ketua Umum,

Sub Dept. Public Relation, dan Bidang Pastoral yaitu pihak yang

berkompeten dalam pengelolaan alokasi dana Gereja di masa Pandemi

COVID-19 tahun 2020. Hasil ini berguna untuk menjadi jaminann bahwa

data tersebut bersifat kredibel atau bisa untuk dipercaya. Pengujian

kualitas data dalam penelitian kualitatif biasanya disebut dengan pengujian

kredibilitas data. Dalam melaksanakan pengujian kredibilitas data


menggunakan Metode Triangulasi.

Tabel 4.1 Data Partisipan atau Informa

No. Nama ( inisial ) Jabatan

1. GT Ketua Umum

2. MS Sub Dept. Public Relation

3. DF Bidang Pastoral

4.2.1 Tabel Triangulasi Sumber

Tabel 4.2 Triangulasi sumber

Pertanyaan Partisipan GT Partisipan MS Partisipan DF

1. Bagaimana cara Transparansi Pelaksanaan Dilakukan pada saat

Gereja untuk dilakukan pada saat transparansi acara khusus yang

bisa tetap acara tertentu dilaksanakan di hanya bisa diikuti

transpaansi acara khusus seperti jemaat Gereja PCC

terhadap jemaat retret

2. Bagaimana Para pengurus sudah Semua cukup aktif Setiap pengurus

tingkat berperan cukup baik dalam proses memiliki antusias

partisipasi dan aktif dalam perencanaan yang tinggi dengan

pengurus Gereja pengelolaan alokasi pengelolaan alokasi memberikan

dalam proses dana Gereja dana Gereja pendapat-pendapat

perencanaan terkait alokasi dana


pengelolaan

alokasi dana

Gereja selama

pandemi

COVID-19 ?

3. Bagaimana Dari rapat pengurus Hasil dari rapat Pelaksanaan rapat

mekanisme diambil pengurus disepakati untuk mendapat

perencanaan kesepakatan, bersama kemudian perencanaan

pengelolaan kemudian meminta dilakukan kemudian disepakati

alokasi dana persetujuan Ketua pengelolaan bersama dan eksekusi

Gereja selama Umum, dan

pandemi pengesahan bersama

COVID-19 ?

4. Siapa saja yang Seluruh pengurus Seluruh pengurus Seluruh Pengurus

ikut serta dalam Gereja Gereja Gereja

rangka

perencanaan

pengelolaan

alokasi dana

Gereja pada saat

Pandemi

COVID-19 ?
5. Apakah ada Tidak ada, karena Tidak ada Tidak ada, semua

kesulitan dari Gereja langsung tau berjalan dengan lancar

Gereja dalam apa yang harus

megelola dana dilakukan

Gereja selama

Pandemi

COVID-19 ?

6. Bagaimana Adanya laporan Membuat laporan Membuat laporan

bentuk pertanggungjawaban pertanggungjawaban pertanggungjawaban

pengawasan yang harus dibuat terkait penggunaan agar bisa memantau

yang dilakukan oleh setiap pengurus dana yang penggunaan dana

oleh Gereja digunakan yang diberikan

dalam rangka

pengelolaan

alokasi dana

Gereja selama

Pandemi

COVID-19 ?

7. Apa saja yang Menghentikan Menghentikan Menghentikan

dilakukan gereja kegiatan-kegiatan kegiatan yang harus kegiatan Gereja yang

untuk tetap bisa Gereja seperti Retret mengeluarkan dana harus dilakukan di

mempertahankan dan yang lainnya yang cukup besar luar Gereja

keuangan Gereja
selama Pandemi

COVID-19 ?

8. Selama Dialihkan untuk Dipakai untuk Membeli peralatan

Pandemi, alokasi mengembangkan menunjang kegiatan untuk menunjang

dana Gereja perangkat-perangkat ibadah online agar ibadah online dan

dialihkan untuk untuk ibadah online lebih nyaman alat-alat untuk

menjadi apa saja mensterilkan Gereja

9. Apakah Pemasukan sedikit Cukup membuat Sedikit demi sedikit

pemasukan demi sedikit mulai keuangan Gereja mulai membaik

Gereja mulai membaik stabil

membaik setelah

membuka ibadah

offline meskipun

ada pembatasan

kuota ?

4.2.2 Triangulasi Metode

Pada pelaksanaan penelitian kualitafi ini dilakukan dengan

menggunakan triangulasi metode pada analisis data yang dilakukan

oleh peneliti, yaitu dengan cara metode observasi yang dilakukan di

Gereja Petra Community Church. Dengan metode observasi, peneliti

melakukan wawancara mendalam kepada 3 informan (Pengurus


Gereja) yang dianggap mampu menjawab rumusan masalah yang

sudah dibuat dalam penelitian ini.

Berikut adalah hasil wawancara observasi peneliti bersama 3

informan Pengurus Gereja (Ketua Umum, Sub Dept. Public Relation,

dan Bidang Pastoral) di Gereja Petra Community Church.

1. Hasil wawancara dengan Ketua Umum Gereja pada

tanggal 26 Januari 2022 di Pastoral Ketua Umum daerah

Pleburan.

Riza : “Selamat siang om, sebelumnya perkenalkan

nama saya Laksamana Riza Soerosoputra

mahasiswa USM, tujuan dan maksud saya hadir

disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang

bertujuan untuk penelitian skripsi saya terkati

alokasi dana Gereja PCC selama masa Pandemi

COVID-19. Selanjutnya silahkan om untuk bisa

memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om

di Gereja PCC.”

GT : ”Selamat siang juga. Nama saya GT yang saat ini

menjabat sebagai Ketua Umum di gereja PCC.”

Riza : “Baik terima kasih om, mungkin bisa langsung

masuk ke pertanyaan saja ya om ?”

GT : “Ya silahkan.”

Riza : ”Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara

Gereja untuk tetap bisa transparansi terhadap


jemaat ?”

GT : ”Untuk melaksanakan transparansi hanya bisa

dilaksanakan pada saat acara tertentu saja

misalnya retret begitu.”

Riza : ”Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi

pengurus Gereja dalam proses perencanaan

pengelolaan alokasi dana Gereja selama Pandemi

?”

GT : ”Para pengurus sudah berperan cukup baik dan

aktif dalam pengelolaan alokasi dana Gereja.”

Riza :”Selanjutnya, Bagaimana mekanisme

perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja

selama pandemi ?”

GT : ”Pertama diadakan terlebih dahulu rapat

pengurus, kemudian setiap pengurus memberikan

pendapat terkait alokasi dana, kemudian hasil yang

sudah didapatkan dibicarakan kepada saya terlebih

dahulu selaku Ketua Umum, kemudian jika sudah

nanti di acc secara bersama.”

Riza : ”Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam

rangka perencanaan pengelolaan alokasi dana

gereja pada saat Pandemi ?”

GT : ”Semua pengurus Gereja terlibat dalam

pengelolaan alokasi dana Gereja begitu pun


dengan saya sendiri.”

Riza : ”Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja

dalam mengelola dana Gereja selama pandemi ?”

GT : ”Tidak ada, karena Gereja langsung tau apa yang

harus dilakukan dan bergerak cepat agar dana bisa

digunakan dengan benar.”

Riza : ”Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan

yang dilakukan oleh Gereja dalam rangka

pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

GT : ”Adanya laporan pertanggungjawaban yang

harus dibuat oleh setiap pengurus, jadi dari situ

kita bisa mengetahui berapa pengeluaran yang

dikeluarkan apakah sudah sesuai atau belum

dengan laporan yang sudah dibuat.”

Riza : ”Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja

untuk tetap bisa mempertahankan keuangan

Gereja selama pandemi ?”

GT : ”Menghentikan kegiatan-kegiatan Gereja seperti

Retret dan yang lainnya, karena sangat tidak

memungkinkan juga untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan seperti itu karena dulu ada Lock

Down juga dan penyebaran COVID masih sangat

cepat. Jadi semua kegiatan luar Gereja harus

dihentikan demi kepentingan Gereja dan juga


memutus rantai penyebaran COVID.”

Riza : ”Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja

dialihkan untuk menjadi apa saja ?”

GT : ”Dialihkan untuk mengembangkan perangkat-

perangkat untuk ibadah online. Jadi kami membeli

beberapa perangkat-perangkat elektronik seperti

Sound System, menambah kecepatan WI-FI,

membeli Kamera yang baru demi menunjang

ibadah online supaya para jemaat yang ada di

rumah tetap bisa mengikuti ibadah online dengan

nyaman tanpa gangguan.”

Riza : ”Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai

membaik setelah membuka ibadah offline

meskipun ada pembatasan kuota ?”

GT : ”Pemasukan sedikit demi sedikit mulai membaik.

Meskipun bisa dikatakan masih sangat kurang dan

jauh dari sebelumnya, tetapi Puji Tuhan keuangan

sudah mulai membaik dan pulih.”

Riza : ”Sudah cukup om, terimaksih atas waktu dan

informasi yang sudah om berikan untuk saya.

Terimakasih om.”

GT : ”Ya sama-sama, semoga informasinya berguna

buat skripsinya ya.”

Riza : ”Amin om.”


2. Hasil wawancara dengan Sub Dept. Public Relation pada

tanggal 27 Januari 2022 di Rumah informan

Riza : “Selamat sore om, sebelumnya perkenalkan

nama saya Laksamana Riza Soerosoputra

mahasiswa USM, tujuan dan maksud saya hadir

disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang

bertujuan untuk penelitian skripsi saya terkati

alokasi dana Gereja PCC selama masa Pandemi

COVID-19. Selanjutnya silahkan om untuk bisa

memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om

di Gereja PCC.”

MS : “Selamat sore juga. Nama saya MS yang saat ini

menjabat sebagai Sub Dept. Public Relation di

gereja PCC.”

Riza : “Baik terima kasih om, mungkin bisa langsung

masuk ke pertanyaan saja ya om ?”

MS : “Ya silahkan.”

Riza : “Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara

Gereja untuk tetap bisa transparansi terhadap

jemaat ?”

MS : “Pelaksanaan transparansi dilaksanakan di acara

khusus seperti retret seperti itu. Tetapi karena

sekarang masih pandemi, transparansi untuk


sementara hanya bisa dilihat oleh pengurus Gereja

saja.”

Riza : “Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi

pengurus Gereja dalam proses perencanaan

pengelolaan alokasi dana Gereja selama Pandemi

?”

MS : “Semua cukup aktif dalam proses perencanaan

pengelolaan alokasi dana Gereja. Jadi setiap

pengurus memberikan setiap usulan yang ada

untuk alokasi dana yang akan dilaksanakan oleh

Gereja. Begitu kurang lebihnya.”

Riza :“Selanjutnya, Bagaimana mekanisme

perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja

selama pandemi ?”

MS : “Kalau mekanismenya itu kita harus melalui

rapat pengurus terlebih dahulu kemudian hasil dari

rapat pengurus disepakati bersama kemudian

dilakukan pengelolaan.”

Riza : “Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam

rangka perencanaan pengelolaan alokasi dana

gereja pada saat Pandemi ?”

MS : “Tentu saja seluruh pengurus Gereja yang sudah

terbentuk. Karena itu juga termasuk salah satu

tugas seluruh pengurus dimasa pandemi ini.”


Riza : ”Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja

dalam mengelola dana Gereja selama pandemi ?”

MS : ”Tidak ada, hingga saat ini tidak ada masalah

ataupun kendala yang kami hadapi, bisa dibilang

lancar-lancar saja.”

Riza : ”Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan

yang dilakukan oleh Gereja dalam rangka

pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

MS : ”Kami harus membuat yang namanya laporan

pertanggungjawaban agar bisa memantau

penggunaan dana yang diberikan. Jadi bisa dilihat

antara pengeluaran dan data harus sama agar tidak

terjadi kesalahan.”

Riza : ”Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja

untuk tetap bisa mempertahankan keuangan

Gereja selama pandemi ?”

MS : ”Dari kami terpaksa harus menghentikan

kegiatan Gereja yang harus dilakukan di luar

Gereja. Karena yang pertama hal itu dilakukan

agar pengeluaran dari Gereja tidak membengkak

mengingat pemasukan berkurang cukup banyak

selama pandemi. Dan yang kedua sangat tidak

mungkin melaksanakan kegiatan di luar Gereja

mengingat sedang ada Pandemi COVID-19.”


Riza : ”Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja

dialihkan untuk menjadi apa saja ?”

MS : ”Untuk alokasi sendiri kami menggunakannya

untuk membeli peralatan yang berhubungan

dengan elektronik untuk menunjang ibadah online

dan alat-alat untuk mensterilkan Gereja. Meskipun

demikian Puji Tuhan sekali karena dari pihak

Gereja tidak perlu merumahkan para pekerja-

pekerja yang ada di Gereja seperti satpam, bagian

bersih-bersih Gereja, dan pegawai lainnya.”

Riza : ”Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai

membaik setelah membuka ibadah offline

meskipun ada pembatasan kuota ?”

MS : ”Kalau itu bisa dibilang cukup membuat

keuangan Gereja stabil. Meskipun belum membaik

seperti biasanya tetapi tidak menjadi masalah.”

Riza : ”Sudah cukup om, terimakasih atas waktu dan

informasi yang sudah om berikan untuk saya.

Terimakasih om.”

MS : ”Ya sama-sama, kalau ada yang bisa saya bantu

bisa langsung kabarin saya lagi saja.”

Riza : ”Siap om.”

3. Hasil wawancara dengan Bidang Paroki pada tanggal 28

Januari 2022 di rumah informan


Riza : “Selamat sore tante, sebelumnya perkenalkan

nama saya Laksamana Riza Soerosoputra

mahasiswa USM, tujuan dan maksud saya hadir

disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang

bertujuan untuk penelitian skripsi saya terkati

alokasi dana Gereja PCC selama masa Pandemi

COVID-19. Selanjutnya silahkan om untuk bisa

memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om

di Gereja PCC.”

DF : ”Selamat sore juga. Nama saya DF yang saat ini

menjabat sebagai Bidang Pastoral di gereja PCC.”

Riza : ”Baik terima kasih tante, mungkin bisa langsung

masuk ke pertanyaan saja ya tante ?”

DF : “Ya silahkan.”

Riza : ”Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara

Gereja untuk tetap bisa transparansi terhadap

jemaat ?”

DF : ”Untuk melaksanakan transparansi itu harus

dilakukan pada saat acara khusus yang hanya bisa

diikuti jemaat Gereja PCC contohnya seperti acara

Precious Women yang isinya jemaat perempuan

yang sudah mendaftar untuk ikut acara. Kemudian

diakhir acara kami akan menampilkan berapa dana

yang terkumpul selama sebulan di Gereja PCC.”


Riza : ”Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi

pengurus Gereja dalam proses perencanaan

pengelolaan alokasi dana Gereja selama Pandemi

?”

DF : ”Kalau dilihat dari hasil rapat-rapat sebelumnya

sih setiap pengurus memiliki antusias yang tinggi

dengan memberikan pendapat-pendapat terkait

alokasi dana. Karena bisa dibilang setiap pengurus

memiliki kepentingan yang sama yaitu untuk

Gereja dan jemaat juga.”

Riza :”Selanjutnya, Bagaimana mekanisme

perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja

selama pandemi ?”

DF : ”Awalnya harus melaksanaan rapat untuk

mendapat hasil perencanaan terkait alokasi dana.

Kemudian disepakati bersama dan dari hasil yang

sudah didapatkan kita siap untuk eksekusi.”

Riza : ”Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam

rangka perencanaan pengelolaan alokasi dana

gereja pada saat Pandemi ?”

DF : ”Kalau itu seluruh Pengurus Gereja ikut serta sih

dalam perencanaan itu.”

Riza : ”Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja

dalam mengelola dana Gereja selama pandemi ?”


DF : ”Hingga saat ini bisa dibilang tidak ada, dan

semoga saja seterusnya juga begitu dan semua

berjalan dengan lancar.”

Riza : ”Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan

yang dilakukan oleh Gereja dalam rangka

pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

DF : ”Untuk pengawasan itu dari kami ada yang

namaya laporan pertanggungjawaban. Jadi setiap

pengurus harus membuat laporan

pertanggungjawaban terkait penggunaan dana

yang digunakan. Hal itu dilakukan agar kita bisa

memantau apakah jumlah dana yang digunakan

sudah sesuai dengan data yang ada.”

Riza : ”Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja

untuk tetap bisa mempertahankan keuangan

Gereja selama pandemi ?”

DF : ”Kalau itu pastinya kami harus menghentikan

kegiatan yang mengeluarkan dana yang cukup

besar. Biasanya itu kegiatan-kegiatan diluar

Gereja seperti retret dan lainnya. Kemudian kita

juga tidak mengundang pembicara dari luar,

karena itu pasti kita harus mengeluarkan dana

yang cukup banyak seperti akomodasinya. Apalagi

masih pandemi seperti ini jadi cukup riskan jika


harus mengundang pembicara dari luar.”

Riza : ”Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja

dialihkan untuk menjadi apa saja ?”

DF : ”Alokasi dana itu dipakai untuk menunjang

kegiatan ibadah online agar lebih nyaman. Jadi

kami membeli barang-barang seperti sound system

baru, kamera yang lebih canggih, kira-kira seperti

itu sih yang berhubungan dengan berjalannya

ibadah online. Untuk di dalam Gereja sendiri itu

untuk biaya kebersihan Gereja, peralatan seperti

disinfektan, air purifier agar Gereja tetap steril

begitu.”

Riza : ”Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai

membaik setelah membuka ibadah offline

meskipun ada pembatasan kuota ?”

DF : ”Puji Tuhan bisa dibilang sedikit demi sedikit

mulai membaik. Karena mengingat juga Pandemi

ini tidak hanya berdampak pada Gereja saja, tetapi

juga jemaat-jemaat yang ada di Gereja. Karena hal

ini pastinya mempengaruhi perekonomian

masing-masing jemaat.”

Riza : ”Sudah cukup tante, terimakasih atas waktu dan

informasi yang sudah tante berikan untuk saya.

Terimakasih tante.”
DF : ”Ya sama-sama, semoga skripsinya bisa selesai

dengan lancar ya.”

Riza : ”Siap tante.”

4.3 Pembahasan

Penelitian ini membahas bagaimana peran setiap pengurus Gereja

dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan laporan

pertanggungjawaban terkait alokasi dana Gereja Petra Community Church

yang telah dilakukan selama masa Pandemi COVID-19 di tahun 2020.

Untuk mewujudkan prinsip akuntabilitas alokasi dana Gereja, mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan laporan pertanggungjawaban terkait

alokasi dana Gereja, secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut :

4.3.1 Perencanaan Alokasi Dana Gereja

Perencanaan adalah suatu proses penetuan suatu hal yang akan

dicapai dimasa yang akan datang dan menetapkan tahapan-

tahapan yang diperlukan agar bisa mencapai hal yang ingin dicapai.

Dengan adanya sebuah perencanaan maka kegiatan atau tujuan akan

lebih tercapai dan terarah. Dalam perencanaan dana Gereja perlu

dilakukan perencanaan yang strategis dengan selurus pengurus Gereja

agar keuangan gereja khususnya terkait dengan alokasi dana Gereja

bisa tersalurkan dengan baik dan tepat sasaran. Mekanisme

perencanaan alokasi dana Gereja PCC adalah memprioritaskan untuk

kegiatan yang paling mendesak yaitu ibadah yang dilaksanakan secara

daring. Kemudian beberapa dana dialokasikan untuk kebutuhan dalam

Gereja yang berguna untuk terjaganya kebersihan dalam Gereja.


Beberapa dana juga digunakan untuk membantu beberapa jemaat

yang juga terdampak perekonomiannya yang disebabkan karena

Pandemi COVID-19. Seluruh pengurus sudah membuat perencanaan

anggaran yang sudah disepakati bersama dengan sepengetahuan

Ketua Umum.

4.3.2 Pelaksanaan Alokasi Dana Gereja

Pelaksanaan adalah suatu perbuatan atau tindakan dari sebuah

perencanaan yang sudah dibuat dan disusun secara matang dan

terperinci sesuai dengan kebutuhan atau kegiatan yang ingin dicapai.

Pada tahun 2020 dimana tahun pertama adanya Pandemi COVID-19

dimana para pengurus Gereja sudah membuat rencana anggaran dan

program yang sudah sesuai dengan kondisi pandemi yang terjadi di

tahun 2020. Dana digunakan untuk membeli keperluan yang

dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ibadah yang dilakukan secara

daring seperti Sound System, Kamera untuk merekam ibadah yang

lebih bagus, kecepatan WI-FI yang ditingkatkan agar saat

melaksanakan Live Streaming tidak terjadi kendala, alat musik yang

harus diperbaharui, semu itu digunakan agar proses kegiatan ibadah

yang dilakukan secara daring bisa berjalan dengan lancar tanpa suatu

kendala yang tidak diinginkan.

Kemudian beberapa dana dialokasikan untuk kebutuhan dalam

Gereja yang berguna untuk terjaganya kebersihan dalam Gereja

seperti tempat cuci tangan yang memadahi, Hand Sanitizer, Air

Purifier, Thermogun, dan sterilisasi bangunan Gereja. Beberapa dana


juga digunakan untuk membantu beberapa jemaat yang juga

terdampak perekonomiannya yang disebabkan karena Pandemi

COVID-19. Bantuan yang diberikan seperti membeli dagangan bagi

pengusaha yang terkena dampak, memberikan sembako bagi jemaat

yang kurang mampu, dan masih banyak lagi.

4.3.3 Pelaporan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Gereja

Akuntabilitas merupakan hal yang sangat diperlukan dalam

suatu organisasi khususnya organisasi nirlaba atau non-profit.

Akuntabilitas sendiri adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang

berarti proses dalam penganggaran keuangan yang berawal dari

proses perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus dapat

dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada jemaat Gereja.

Pertanggungjawaban sangat wajib untuk dijalankan atau dibuat agar

setiap dana Gereja yang sudah terkumpul dari persembahan dan

perpuluhan para jemaat dapat tersalurkan dengan baik dan tepat pada

sasaran. Pertanggungjawaban pengelolaan alokasi dana di Gereja

Petra Community Church sudah sesuai dengan rincian anggaran

belanja yang terealisasi. Laporan pertanggungjawaban Gereja Petra

Community Church dilaporkan pada saat Gereja melaksanakan acara

diluar Gereja seperti retret. Dalam pelaporan terkait administrasi yang

dilakukan oleh pengurus Gereja PCC dalam alokasi dana Gereja

melaporkan laporan realisasi yang dilengkapi dengan bukti belanja

yang berupa kwitansi, nota-nota dan dokumentasi berupa foto

kegiatan, jadi tidak hanya realisasi saja tetapi juga ada bukti kegiatan
yang menjadi bukti penunjang terkait transparansi juga. Pelaporan

terkait transparansi alokasi dana Gereja PCC ini biasa dilakukan

sebulan sekali, hal ini dilakukan agar jemaat bisa mengetahui

perkembangan alokasi dana Gereja selama sebulan


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah

dilaksanakan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa akuntabilitas pada

pengelolaan dana Gereja Petra Community Church mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban masih kurang

transparan. Hal ini dikarenakan adanya kejadian salah satu Gereja yang

ada di Semarang yaitu saat Gereja sedang melakukan transparansi terkait

persembahan dan perpuluhan yang didapatkan selama sebulan kepada

jemaat, ditengah-tengah jemaat ternyata ada oknum yang bukan menjadi

salah satu bagian dari Gereja tersebut dan menyalahgunakan data

transparansi Gereja tersebut dan menimbulkan hal yang tidak diinginkan

oleh Gereja manapun. Melalui hal tersebut, Gereja Petra Community

Church belajar dari pengalaman Gereja tersebut dan meniadakan

transparansi setelah selesai ibadah mingguan. Agar transparansi tetap bisa

berjalan, Gereja Petra Community Church melaksanakan transparansi

pada saat acara tertentu dimana hanya jemaat dari Petra Community

Church sajalah yang bisa mendaftar seperti acara Retret Gereja. Dalam

pelaksanaan alokasi dana Gereja selama Pandemi COVID-19 pada tahun

2020 sudah dilakukan dengan cara yang cukup bagus demi menjaga

keuangan Gereja juga mengingat Gereja merupakan organisasi nirlaba

atau non-profit.
5.2 Saran

Dalam melaksanakan penyampaian informasi terkait transparansi

keuangan Gereja Petra Community Church, Gereja bisa memulai untuk

menyampaikan informasi tersebut dan baiknya dilakukan secara tertulis

dan lisan setiap setiap sebulan sekali agar para jemaat Gereja Petra

Community Church mengerti akan perencanaan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban penggunaan dari dana Gereja sebagai bentuk dari

keterbukaan Gereja untuk menyampaikan pengelolaan dana Gereja. Hal

ini dikarenakan Gereja sudah menerapkan sistem pendaftaran yang cukup

ketat seperti harus sudah vaksin tahap dua untuk bisa mengikuti ibadah

mingguan, maka dari itu pihak Gereja bisa memantau siapa saja yang hadir

untuk beribadah.

5.3 Keterbatasan Penelitian

1. Kurangnya transparansi terkait angka dalam keuangan Gereja Petra

Community Church yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi disalah

satu Gereja terkait penyalahgunaan data transparansi dana Gereja.

2. Penelitian hanya terfokus pada perencanaan, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban pengelolaan dana Gereja selama Pandemi

COVID-19.

3. Wawancara sedikit terhambat dikarenakan narasumber yang

dibutuhkan memiliki kesibukan tersendiri dan cukup sulit untuk

dihubungi.
5.4 Agenda Penelitian Selanjutnya

Saran yang dapat peneliti sampaikan untuk peneliti selanjutnya yang

akan meneliti terkait keuangan organisasi nirlaba khususnya organisasi

keagamaan adalah diharapkan peneliti mendapatkan objek penelitian

organisasi keagamaan dengan cakupan yang lebih luas, artinya

menggunakan setidaknya lebih dari satu objek penelitian dalam rumusan

masalah yang lebih luas, dan belum mendapatkan acuan pada penyusunan

laporan keuangan sehingga hasil dapat menjadi sebuah bahan evaluasi dan

dapat dibandungkan. Objek penelitian pun diharapkan dapat memiliki

keterbukaan dalam memperlihatkan data maupun informasi yang sesuai

dengan kebutuhan yang diperlukan oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Basrowi; Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

Dewi, K.G.S.S., Atmadja, A.W.T., dan Adiputra, M. . (2015). Konsep

Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan (Studi

Kasus Pada Gereja Kerasulan Baru Di Indonesia, Distrik Jawa

Timur Dan Bali). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi

S1), 3(1).

Fitria, Y. (2017). Akuntabilitas pada Organisasi Religi; Studi Kasus

Masjid-Masjid di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Akuntabel, 14(1), 38.

https://doi.org/10.29264/jakt.v14i1.1353

Ikatan Akuntan Indonesia. (2018). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

IAI.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2011). Psak 45. Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan, 45(45), 45.1-45.2.

Kelum Jayasinghe Teerooven Soobaroyen. 2009. "Religious “Spirit” and

Peoples' Perceptions of Accountability in Hindu and Buddhist

Religious Organizations", Accounting, Auditing & Accountability

Journal,Vol. 22 Iss 7 pp. 997 – 1028.


Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI

Yogyakarta.

Randa, Fransiskus. 2011. “Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi

Keagamaan”. Jurnal Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi,

Volume 9, Nomer 2, 59- 83. http://academia.edu

Randa, Fransiskus. 2015. “Analisis Dimensi Akuntabilitas Pada NGO

Gereja”. Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat,

Volume 14, Nomer 2. http://academia.edu

Raya, M. K. G. (2017). Evaluasi Implementasi Pelaporan Keuangan

Keagamaan (Studi kasus : Gereja Katolik Paroki St . Paulus Miki

Salatiga ). Journal of Accounting & Management Innovation,

1(1), 1–21.
LAMPIRAN
Lampiran A : Hasil Wawancara Lisan

Nama Peneliti : Laksamana Riza Soerosoputra

Nama Partisipan (Inisial) : 1. GT (Ketua Umum)

2. MS ( Sub Dept. Public Relation)

3. DF (Bidang Pastoral)

Tanggal Wawancara Mendalam : 25 & 27 Januari 2022

Berikut adalah hasil wawancara observasi peneliti bersama 3 informan

Pengurus Gereja (Ketua Umum, Sub Dept. Public Relation, dan Bidang Pastoral)

di Gereja Petra Community Church.

1. Hasil wawancara dengan Ketua Umum Gereja pada tanggal 26 Januari 2022

di Pastoral Ketua Umum daerah Pleburan.

Riza : “Selamat siang om, sebelumnya perkenalkan nama saya

Laksamana Riza Soerosoputra mahasiswa USM, tujuan dan maksud

saya hadir disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang

bertujuan untuk penelitian skripsi saya terkati alokasi dana Gereja

PCC selama masa Pandemi COVID-19. Selanjutnya silahkan om

untuk bisa memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om di

Gereja PCC.”

GT :”Selamat siang juga. Nama saya GT yang saat ini menjabat sebagai

Ketua Umum di gereja PCC.”


Riza : “ Baik terima kasih om, mungkin bisa langsung masuk ke

pertanyaan saja ya om ?”

GT : “ Ya silahkan.”

Riza :” Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara Gereja untuk tetap

bisa transparansi terhadap jemaat ?”

GT :” Untuk melaksanakan transparansi hanya bisa dilaksanakan pada

saat acara tertentu saja misalnya retret begitu.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi pengurus Gereja

dalam proses perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja selama

Pandemi ?”

GT :” Para pengurus sudah berperan cukup baik dan aktif dalam

pengelolaan alokasi dana Gereja.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana mekanisme perencanaan pengelolaan

alokasi dana Gereja selama pandemi ?”

GT :” Pertama diadakan terlebih dahulu rapat pengurus, kemudian

setiap pengurus memberikan pendapat terkait alokasi dana,

kemudian hasil yang sudah didapatkan dibicarakan kepada saya

terlebih dahulu selaku Ketua Umum, kemudian jika sudah nanti di

acc secara bersama.”

Riza :”Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam rangka perencanaan

pengelolaan alokasi dana gereja pada saat Pandemi ?”

GT : ”Semua pengurus Gereja terlibat dalam pengelolaan alokasi dana

Gereja begitu pun dengan saya sendiri.”

Riza :” Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja dalam mengelola


dana Gereja selama pandemi ?”

GT :” Tidak ada, karena Gereja langsung tau apa yang harus dilakukan

dan bergerak cepat agar dana bisa digunakan dengan benar.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

Gereja dalam rangka pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

GT :” Adanya laporan pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh

setiap pengurus, jadi dari situ kita bisa mengetahui berapa

pengeluaran yang dikeluarkan apakah sudah sesuai atau belum

dengan laporan yang sudah dibuat.”

Riza :” Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja untuk tetap bisa

mempertahankan keuangan Gereja selama pandemi ?”

GT :” Menghentikan kegiatan-kegiatan Gereja seperti Retret dan yang

lainnya, karena sangat tidak memungkinkan juga untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti itu karena dulu ada Lock

Down juga dan penyebaran COVID masih sangat cepat. Jadi semua

kegiatan luar Gereja harus dihentikan demi kepentingan Gereja dan

juga memutus rantai penyebaran COVID.”

Riza :” Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja dialihkan untuk

menjadi apa saja ?”

GT :” Dialihkan untuk mengembangkan perangkat-perangkat untuk

ibadah online. Jadi kami membeli beberapa perangkat-perangkat

elektronik seperti Sound System, menambah kecepatan WI-FI,

membeli Kamera yang baru demi menunjang ibadah online supaya

para jemaat yang ada di rumah tetap bisa mengikuti ibadah online
dengan nyaman tanpa gangguan.”

Riza :” Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai membaik setelah

membuka ibadah offline meskipun ada pembatasan kuota ?”

GT :” Pemasukan sedikit demi sedikit mulai membaik. Meskipun bisa

dikatakan masih sangat kurang dan jauh dari sebelumnya, tetapi Puji

Tuhan keuangan sudah mulai membaik dan pulih.”

Riza :” Sudah cukup om, terimaksih atas waktu dan informasi yang sudah

om berikan untuk saya. Terimakasih om.”

GT :” Ya sama-sama, semoga informasinya berguna buat skripsinya

ya.”

Riza :” Amin om.”

2. Hasil wawancara dengan Sub Dept. Public Relation pada tanggal 27 Januari

2022 di Rumah informan

Riza : “Selamat sore om, sebelumnya perkenalkan nama saya Laksamana

Riza Soerosoputra mahasiswa USM, tujuan dan maksud saya hadir

disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang bertujuan untuk

penelitian skripsi saya terkati alokasi dana Gereja PCC selama masa

Pandemi COVID-19. Selanjutnya silahkan om untuk bisa

memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om di Gereja PCC.”

MS :”Selamat sore juga. Nama saya MS yang saat ini menjabat sebagai

Sub Dept. Public Relation di gereja PCC.”

Riza : “ Baik terima kasih om, mungkin bisa langsung masuk ke

pertanyaan saja ya om ?”
MS : “ Ya silahkan.”

Riza :” Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara Gereja untuk tetap

bisa transparansi terhadap jemaat ?”

MS :” Pelaksanaan transparansi dilaksanakan di acara khusus seperti

retret seperti itu. Tetapi karena sekarang masih pandemi,

transparansi untuk sementara hanya bisa dilihat oleh pengurus

Gereja saja.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi pengurus Gereja

dalam proses perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja selama

Pandemi ?”

MS :” Semua cukup aktif dalam proses perencanaan pengelolaan alokasi

dana Gereja. Jadi setiap pengurus memberikan setiap usulan yang

ada untuk alokasi dana yang akan dilaksanakan oleh Gereja. Begitu

kurang lebihnya.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana mekanisme perencanaan pengelolaan

alokasi dana Gereja selama pandemi ?”

MS :” Kalau mekanismenya itu kita harus melalui rapat pengurus

terlebih dahulu kemudian hasil dari rapat pengurus disepakati

bersama kemudian dilakukan pengelolaan.”

Riza :”Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam rangka perencanaan

pengelolaan alokasi dana gereja pada saat Pandemi ?”

MS :” Tentu saja seluruh pengurus Gereja yang sudah terbentuk. Karena

itu juga termasuk salah satu tugas seluruh pengurus dimasa pandemi

ini.”
Riza :” Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja dalam mengelola

dana Gereja selama pandemi ?”

MS :” Tidak ada, hingga saat ini tidak ada masalah ataupun kendala yang

kami hadapi, bisa dibilang lancar-lancar saja.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

Gereja dalam rangka pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

MS :” Kami harus membuat yang namanya laporan pertanggungjawaban

agar bisa memantau penggunaan dana yang diberikan. Jadi bisa

dilihat antara pengeluaran dan data harus sama agar tidak terjadi

kesalahan.”

Riza :” Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja untuk tetap bisa

mempertahankan keuangan Gereja selama pandemi ?”

MS :” Dari kami terpaksa harus menghentikan kegiatan Gereja yang

harus dilakukan di luar Gereja. Karena yang pertama hal itu

dilakukan agar pengeluaran dari Gereja tidak membengkak

mengingat pemasukan berkurang cukup banyak selama pandemi.

Dan yang kedua sangat tidak mungkin melaksanakan kegiatan di

luar Gereja mengingat sedang ada Pandemi COVID-19.”

Riza :” Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja dialihkan untuk

menjadi apa saja ?”

MS :” Untuk alokasi sendiri kami menggunakannya untuk membeli

peralatan yang berhubungan dengan elektronik untuk menunjang

ibadah online dan alat-alat untuk mensterilkan Gereja. Meskipun

demikian Puji Tuhan sekali karena dari pihak Gereja tidak perlu
merumahkan para pekerja-pekerja yang ada di Gereja seperti

satpam, bagian bersih-bersih Gereja, dan pegawai lainnya.”

Riza :” Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai membaik setelah

membuka ibadah offline meskipun ada pembatasan kuota ?”

MS :” Kalau itu bisa dibilang cukup membuat keuangan Gereja stabil.

Meskipun belum membaik seperti biasanya tetapi tidak menjadi

masalah.”

Riza :” Sudah cukup om, terimakasih atas waktu dan informasi yang

sudah om berikan untuk saya. Terimakasih om.”

MS :” Ya sama-sama, kalau ada yang bisa saya bantu bisa langsung

kabarin saya lagi saja.”

Riza :” Siap om.”

3. Hasil wawancara dengan Bidang Paroki pada tanggal 28 Januari 2022 di

rumah informan

Riza : “Selamat sore tante, sebelumnya perkenalkan nama saya

Laksamana Riza Soerosoputra mahasiswa USM, tujuan dan maksud

saya hadir disini adalah ingin melaksanakan wawancara yang

bertujuan untuk penelitian skripsi saya terkati alokasi dana Gereja

PCC selama masa Pandemi COVID-19. Selanjutnya silahkan om

untuk bisa memperkenalkan diri dan menjelaskan jabatan om di

Gereja PCC.”

DF :”Selamat sore juga. Nama saya DF yang saat ini menjabat sebagai

Bidang Pastoral di gereja PCC.”

Riza : “ Baik terima kasih tante, mungkin bisa langsung masuk ke


pertanyaan saja ya tante ?”

DF : “ Ya silahkan.”

Riza :” Untuk pertanyaan pertama, Bagaimana cara Gereja untuk tetap

bisa transparansi terhadap jemaat ?”

DF :” Untuk melaksanakan transparansi itu harus dilakukan pada saat

acara khusus yang hanya bisa diikuti jemaat Gereja PCC contohnya

seperti acara Precious Women yang isinya jemaat perempuan yang

sudah mendaftar untuk ikut acara. Kemudian diakhir acara kami

akan menampilkan berapa dana yang terkumpul selama sebulan di

Gereja PCC.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana tingkat partisipasi pengurus Gereja

dalam proses perencanaan pengelolaan alokasi dana Gereja selama

Pandemi ?”

DF :” Kalau dilihat dari hasil rapat-rapat sebelumnya sih setiap pengurus

memiliki antusias yang tinggi dengan memberikan pendapat-

pendapat terkait alokasi dana. Karena bisa dibilang setiap pengurus

memiliki kepentingan yang sama yaitu untuk Gereja dan jemaat

juga.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana mekanisme perencanaan pengelolaan

alokasi dana Gereja selama pandemi ?”

DF :” Awalnya harus melaksanaan rapat untuk mendapat hasil

perencanaan terkait alokasi dana. Kemudian disepakati bersama dan

dari hasil yang sudah didapatkan kita siap untuk eksekusi.”

Riza :”Selanjutnya, Siapa saja yang ikut serta dalam rangka perencanaan
pengelolaan alokasi dana gereja pada saat Pandemi ?”

DF :” Kalau itu seluruh Pengurus Gereja ikut serta sih dalam

perencanaan itu.”

Riza :” Selanjutnya, Apakah ada kesulitan dari Gereja dalam mengelola

dana Gereja selama pandemi ?”

DF :” Hingga saat ini bisa dibilang tidak ada, dan semoga saja

seterusnya juga begitu dan semua berjalan dengan lancar.”

Riza :” Selanjutnya, Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

Gereja dalam rangka pengelolaan alokasi dana Gereja ?”

DF :” Untuk pengawasan itu dari kami ada yang namaya laporan

pertanggungjawaban. Jadi setiap pengurus harus membuat laporan

pertanggungjawaban terkait penggunaan dana yang digunakan. Hal

itu dilakukan agar kita bisa memantau apakah jumlah dana yang

digunakan sudah sesuai dengan data yang ada.”

Riza :” Selanjutnya, Apa saja yang dilakukan gereja untuk tetap bisa

mempertahankan keuangan Gereja selama pandemi ?”

DF :”Kalau itu pastinya kami harus menghentikan kegiatan yang

mengeluarkan dana yang cukup besar. Biasanya itu kegiatan-

kegiatan diluar Gereja seperti retret dan lainnya. Kemudian kita juga

tidak mengundang pembicara dari luar, karena itu pasti kita harus

mengeluarkan dana yang cukup banyak seperti akomodasinya.

Apalagi masih pandemi seperti ini jadi cukup riskan jika harus

mengundang pembicara dari luar.”

Riza :” Kemudian selama pandemi, alokasi dana Gereja dialihkan untuk


menjadi apa saja ?”

DF :” Alokasi dana itu dipakai untuk menunjang kegiatan ibadah online

agar lebih nyaman. Jadi kami membeli barang-barang seperti sound

system baru, kamera yang lebih canggih, kira-kira seperti itu sih

yang berhubungan dengan berjalannya ibadah online. Untuk di

dalam Gereja sendiri itu untuk biaya kebersihan Gereja, peralatan

seperti disinfektan, air purifier agar Gereja tetap steril begitu.”

Riza :” Selanjutnya, apakah pemasukan gereja mulai membaik setelah

membuka ibadah offline meskipun ada pembatasan kuota ?”

DF :” Puji Tuhan bisa dibilang sedikit demi sedikit mulai membaik.

Karena mengingat juga Pandemi ini tidak hanya berdampak pada

Gereja saja, tetapi juga jemaat-jemaat yang ada di Gereja. Karena

hal ini pastinya mempengaruhi perekonomian masing-masing

jemaat.”

Riza :” Sudah cukup tante, terimakasih atas waktu dan informasi yang

sudah tante berikan untuk saya. Terimakasih tante.”

DF :” Ya sama-sama, semoga skripsinya bisa selesai dengan lancar ya.”

Riza :” Siap tante.”


Lampiran B : Hasil Wawancara dengan Metode

Triangulasi

Nama Peneliti : Laksamana Riza Soerosoputra

Nama Partisipan (Inisial) : 1. GT (Ketua Umum)

2. MS ( Sub Dept. Public Relation)

3. DF (Bidang Pastoral)

Tanggal Wawancara Mendalam : 25 & 27 Januari 2022

Tabel Triangulasi Sumber

Pertanyaan Partisipan GT Partisipan MS Partisipan DF

1. Bagaimana cara Transparansi dilakukan Pelaksanaan Dilakukan pada saat


transparansi acara khusus yang
Gereja untuk pada saat acara tertentu dilaksanakan di hanya bisa diikuti
acara khusus seperti jemaat Gereja PCC
bisa tetap retret

transpaansi

terhadap jemaat

2. Bagaimana Para pengurus sudah Semua cukup aktif Setiap pengurus


dalam proses memiliki antusias yang
tingkat berperan cukup baik perencanaan tinggi dengan
pengelolaan alokasi memberikan pendapat-
partisipasi dan aktif dalam dana Gereja pendapat terkait alokasi
dana
pengurus Gereja pengelolaan alokasi

dalam proses dana Gereja


perencanaan

pengelolaan

alokasi dana

Gereja selama

pandemi

COVID-19 ?

3. Bagaimana Dari rapat pengurus Hasil dari rapat Pelaksanaan rapat


pengurus disepakati untuk mendapat
mekanisme diambil kesepakatan, bersama kemudian perencanaan kemudian
dilakukan disepakati bersama dan
perencanaan kemudian meminta pengelolaan eksekusi

pengelolaan persetujuan Ketua

alokasi dana Umum, dan

Gereja selama pengesahan bersama

pandemi

COVID-19 ?

4. Siapa saja yang Seluruh pengurus Seluruh pengurus Seluruh Pengurus


Gereja Gereja
ikut serta dalam Gereja

rangka

perencanaan

pengelolaan

alokasi dana

Gereja pada saat

Pandemi

COVID-19 ?
5. Apakah ada Tidak ada, karena Tidak ada Tidak ada, semua
berjalan dengan lancar
kesulitan dari Gereja langsung tau

Gereja dalam apa yang harus

megelola dana dilakukan

Gereja selama

Pandemi

COVID-19 ?

6. Bagaimana Adanya laporan Membuat laporan Membuat laporan


pertanggungjawaban pertanggungjawaban
bentuk pertanggungjawaban terkait penggunaan agar bisa memantau
dana yang penggunaan dana yang
pengawasan yang harus dibuat oleh digunakan diberikan

yang dilakukan setiap pengurus

oleh Gereja

dalam rangka

pengelolaan

alokasi dana

Gereja selama

Pandemi

COVID-19 ?

7. Apa saja yang Menghentikan Menghentikan Menghentikan kegiatan


kegiatan yang harus Gereja yang harus
dilakukan gereja kegiatan-kegiatan mengeluarkan dana dilakukan di luar
yang cukup besar Gereja
untuk tetap bisa Gereja seperti Retret

mempertahankan dan yang lainnya

keuangan Gereja
selama Pandemi

COVID-19 ?

8. Selama Pandemi, Dialihkan untuk Dipakai untuk Membeli peralatan


menunjang kegiatan untuk menunjang
alokasi dana mengembangkan ibadah online agar ibadah online dan alat-
lebih nyaman alat untuk mensterilkan
Gereja dialihkan perangkat-perangkat Gereja

untuk menjadi untuk ibadah online

apa saja ?

9. Apakah Pemasukan sedikit Cukup membuat Sedikit demi sedikit


keuangan Gereja mulai membaik
pemasukan demi sedikit mulai stabil

Gereja mulai membaik

membaik setelah

membuka ibadah

offline meskipun

ada pembatasan

kuota ?
Lampiran C : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran D : Dokumentasi

WAWANCARA BERSAMA KETUA UMUM GEREJA PCC

WAWANCARA BERSAMA SUB DEPT. PUBLIC RELATION


WAWANCARA BERSAMA BIDANG PASTORAL
Lampiran E : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa

N.I.M : B.211.18.0044

Nama Lengkap : Laksamana Riza Soerosoputra

Tempat & Tanggal Lahir : Semarang, 26 Desember 1999

Alamat Lengkap : Jl. Taman Ketapang Timur Semarang

B. Riwayat Pendidikan Formal & Non-Formal

1. SDK Sang Timur, lulus tahun 2012

2. SMP K YSKI Semarang, lulus tahun 2015

3. SMA Theresiana 01 Semarang, lulus tahun 2018

4. LKMM-TD Fakultas Ekonomi Universitas Semarang tahun 2018

5. LDK Fakultas Ekonomi Universitas Semarang tahun 2018

6. Pelatihan Pasar Modal tahun 2018

C. Riwayat Pengalaman Berorganisasi / Pekerjaan


1. Ketua Departemen Penalaran Himpunan Mahasiswa Jurusan

Akuntansi USM Tahun 2018

2. Divisi TIK Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi USM

Tahun 2019

3. Divisi Musik Remaja Filadelfia Gereja PCC Tahun 2019

4. Staff Magang Badan Eksekutif Mahasiswa Pusat USM Tahun 2020

5. Beswan Djarum Angkatan 36 Tahun 2020

Semarang, 25 Januari 2021

Laksamana Riza Soerosoputra


15

Anda mungkin juga menyukai