OLEH :
FREDY ANTORO
2022207209562
Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan(Rose & Janet, 2018). Masa post partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira enam minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil
(Wahyuningsih, 2018)
Menurut Wahyuningsih (2018) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase
kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan perlu melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus,
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling perencanaan KB
berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah yang ada antara otototot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan terjadinya pendarahan setelah plasenta lahir (Cunningham,
2013).
Perubahan – perubahan yang terdapat pada serviks sesudah postpartum yaitu padaorgan
serviks seperti menganga berbentuk corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
yaitu timbulnya berupa trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira – kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa – sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen – ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang pada
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur – angsur kembali seperti sedia
1) Involusi uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil, baik dalam
bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi
fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas simfisis pubis/ sekitar 12 cm.
Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga
2) Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu setelah
post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia rubra, serosa dan alba.
menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah
beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat
Perubahan sistem perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8
Manitoba, 2019).
gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan
normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu hamil
setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasenta.
Perubahan sistem kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala 3 ketika
volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post
partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post partum.
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat
meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan
suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan
adanya infeksi seperti sepsis puerperalis(infeksi selama post partum), infeksi saluran
lain.
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian bagi ibu.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut
berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan peran professional
kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan bertambah dengan adanya
kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk
sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untukmenjadi ibu yang sebenarnya.
Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu pasca melahirkan agar ibu dapat
leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti
merawat tali pusat, menyusui, mengganti popok tetapi juga dari segi psikologis seperti
menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga
(Wahyuningsih, 2018). Ketika menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :
a.Fase taking in
Fase taking in merupakan periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir. Fase taking in adalah periode ketergantungan
dimana pada saat tersebut, fokus perhatian ibu akan tertuju pada bayinya sendiri. Rubin
menetapkan periode selama beberapa hari ini sebagai fase menerima dimana seorang ibu
juga membutuhkan perlindunganserta perawatan yang bisa menyebabkan gangguan
mood dalam psikologi. Fase tersebut akan berlangsung antara 2 hingga 3 hari(Budiman
et al., 2020). Rasa cemas, depresi dalam psikologi dan juga kenikmatan terhadap peran
barunya tersebut terkadang juga semakin mempersempit persepsi seorang ibu sehingga
informasi yang disampaikan pada saat tersebut kemungkinan harus diulang kembali.
Beberapa rasa tidak nyaman yang biasa terjadi dalam masa ini diantaranya adalah sakit
perut, nyeri di area luka jahitan jika ada, tidur tidak cukup dan kelelahan sehingga yang
harus lebih diperhatikan dalam fase tersebut adalah banyak istirahat, komunikasi dan
juga asupan nutrisi. Sedangkan untuk gangguan psikologis yang biasa dialami oleh ibu
selama fase ini diantaranya yaitu rasa tidak nyaman karena perubahan fisik, rasa kecewa
terhadap bayi, merasa tidak bersalah karena tidak dapat menyusui bayi dan kritik yang
berasal dari suami atau keluarga tentang perawatan bayi(Budiman et al., 2020).
Fase taking holdmerupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang
baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan
c. Fase letting go
Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga
untuk memenuhi kebutuhan bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa
nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
a. Perdarahan Postpartum
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir, atau
nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi
alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran
urinari, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab
terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise,
denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas
sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
atau implantasi placenta). Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain
sebagai berikut.
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(Wahyuningsih, 2018).
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub
involusi. Faktor penyebab sub involusi, antara lain: Sisa plasenta dalam uterus,
fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala
kematian karena infeksi. Gejala klinis peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan gejalanya adalah
demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada
2) Peritonitis umum Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat
dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia,
f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan
penglihatan Kabur
Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa disebabkan oleh
tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya ≥90 mmHg). Pusing
(Wahyuningsih, 2018).
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit meningkat
proses autolisis, proses iskemic serta mulainya laktasi, dalam hal ini disebut
demam reabsorbsi. Hal ini adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta
h. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, puting susu
yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet yang kurang baik, kurang
istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala
makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh
yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna memulihkan
pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi. Keadaan ini secara klinis
(pada tungkai). Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan udema
2018).
k. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih. Pada masa nifas awal
sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering
menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman,
a. Personal hygiene
Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum, kondisi ibu pasca
melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Personal Hygiene pada ibu hamil
adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan
infeksi karena badan kotor yang banyak mengandung kuman – kuman. Tujuan dari
personal hygiene adalah memelihara kebersihan diri ibu hamil, mencegah penyakit
b. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan
untuk merawat bayi salah satunya pada perawatan tali pusat nanti.
c. Senam nifas
Senam nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu untuk memperbaiki sirkulasi darah,
dan memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot
panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Sudirman
pada bayi diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis dengan tindakan sederhana.
Tujuan lain perawatan tali pusatpun berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman
tetanus kedalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi
pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara tidak
Tujuan perawatan payudara pada ibu post partum menurut Maryunani (2015),
tujuan perawatan payudara diantaranya:
Sedangkan menurut Astuti et al (2015) Tujuan Breast Care yaitu sebagai berikut :
d) Dapat merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar.
payudara diantaranya:
a) Persiapkan ibu
2) Buka pakian
b) Persiapkan alat
1) Handuk
5) Baskom dua yang masing-masing berisi air hangat dan air dingin
c) Pelaksanaan
1) Buka pakian ibu, lalu letakkan handuk di atas panggkuan ibu tutuplah
3) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit
agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada
puting susu
4) Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu
datar
5) Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari
1. Pengurutan I
Licinkan kedua tangan dengan baby oil dan sokong payudara kiri dengan
tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai
dari pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada daerah puting
2. Pengurutan II
berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.
3. Pengurutan III
4. Pengurutan IV
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah putting,
bergantian kira-kira lima menit. Dan keringkan dengan handuk dan pakailah
BH
payudara(Kumalasari, 2015).
a. Pengkajian
Anamnesa
1) Identitas ibu
Nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang digunakan. Usia ibu dalam kategori usia subur
(15-49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari
35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan dan pekerjaan klien. (Taufan,2014).
2) Keluhan utama
Umumnya ibu post partum persalinan normal akan mengeluhkan nyeri pada bagian
Pada tinjauan kasus riwayat kesehatan yang lalu diikaji untuk mengetahui apakah ibu
lain.
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti TBC
5) Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis alat kontrasepsi yang digunakan, waktu penggunaan dan adanya
keluhan selama penggunaan. Pada ibu post partum persalinan normal tidak ada hubungannya
(1) Kepala
Bentuk kepala oval dan bulat, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam dan tidak
Mata : Mata simetris kanan dan kiri, sklera mata berwarna putih, konjungtiva berwarna
merah muda.
Hidung : Bentuk normal, keadaan bersih, tidak ada polip, pertumbuhan rambut hidung
jugularis
(3) Dada :
(1)) Payudara
Payudara simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, areola mamae berwarna hitam
merata, payudara terasa padat, papilla mammae menonjol, colostrum ada, tidak ada
suara nafas vesikuler, ada suara nafas tambahan atau tidak yaitu wheezing atau ronchi.
(3)) Jantung
Kecepatan denyut apical reguler, irama jantung normal, umumnya tidak ada kelainan
(4) Abdomen
Abdomen mungkin masih menonjol atau membesar, tinggi fundus uterus turun 1-2 jari
setiap 24 jam, konsistensi uterus keras atau lembek. Perkusi timpani pada usus, bising
usus normal
(5) Genetalia
Jumlah dan jenis lochea biasanya terdapat pengeluaran lochea rubra (berwarna merah)
yang menetap selama 3 hari. Berapa kali ganti pembalut dalam sehari.
(6) Ekstermitas Atas : Pada pasien persalinan normal Lingkar Lengan Atas 23 cm, tidak ada
edema .
Ekstremitas bawah : Ada edema, tidak ada varises
b.Analisa Data
Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengolahan data dan analisa data
(Sulistyowati,2012).
c. Diagnosa keperawatan
1) Jelaskan kepada klien tentang nyeri. Meliputi pengertian nyeri,penyebab nyeri, faktor
2) Observasi nyeri
4) Anjurkan klien teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri misalnya nafas dalam
dan distraksi
Rasional
2) Untuk mengetahui pengetahuan karakteristik dan keparahan nyeri yang dialami klien
4) Teknik ini bertujuan untuk meminimalisir rasa nyeri klien dengan menarik nafas dan
Intervensi
Rasional
d. Implementasi
e. Implementasi
defisit pengetahuan :
Implementasi nyeri :
f. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai (Mitayani,2009)
Pf) Skala nyeri 0, wajah tidak menyeringai, TTV dalam atas normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pengetahuan
kriteria hasil :
Pf) Pemahaman tentang masalah pasien bertambah dan pasien tidak kebingungan saat
1. Teori peregangan
2. Penurunan plasenta
3. Teori prostaglandin
4. Iritasi mekanik
Post Partum
Pembengkakan
Payudara
Nyeri Akut