Anda di halaman 1dari 2

TRADISI APITAN DI KABUPATEN PATI

Oleh Siswanto

Pati ini sangat kaya akan budaya. seperti wayang kulit ini sudah mulai tampil
lagi, apalagi setiap bulan Apit kalau orang Jawa (sedekah bumi) ini sebagai bentuk
masyarakat melestarikan budaya. sedekah bumi sendiri adalah tradisi yang dilakukan
pada awal bulan Muharam atau Syura. Acara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur
kepada Sang Maha Kuasa karena telah memberikan bumi tempat kita berpijak dengan
segala rezeki berupa hasil bumi untuk keberlangsungan hidup manusia. Acara ini
umumnya digelar di tempat umum yang dianggap sakral seperti halaman masjid, balai
desa, atau lapangan. Seperti upacara tradisional daerah kebanyakan, masyarakat akan
menyajikan sesajen saat melakukan upacara Sedekah Bumi. Tetapi, seiring
perkembangan zaman, sesajen ini hanya berupa simbolis untuk menghormati adat dan
para orang tua saja, tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai magis.

Harapanya kesenian wayang kulit sering di adakan festival berkesenian untuk


nguri-uri budaya, agar budaya wayang kulit atau tradisi tidak di lupakan oleh
masyarakat setempat khususnya di kota Pati. Potensi di Pati ini sangat kompleks. Di
Pati terdapat seni budaya dan seniman sangat banyak. Potensi ini  bisa dikembangkan
lagi. Di jadikan seni budaya, potensi yang sudah teruji.
Tradisi Apitan atau sedekah bumi bermakna sebagai wujud ungkapan rasa
syukur warga terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan makna filosofis bahwa manusia tercipta dari tanah, yang merupakan unsur
bumi, lalu hidup di atas bumi dan mengonsumsi serta memanfaatkan segala hal yang
dihasilkan oleh bumi, kelak manusia akan mati dan kembali ke bumi.
Tradisi Apitan di Kabupaten pati ini pada umumnya diisi dengan doa Bersama di
punden, pagelaran wayang kulit, pagelaran ketoprak, dan kesenian daerah lainnya.
Tradisi Apitan juga kerap diramaikan dengan mengadakan festifal dll. Prosesi dalam
pelaksanaan tradisi Apitan dimulai dari pembukaan, sambutan, doa Apitan yang
dimulai dengan tiga kali takbir, dilanjutkan dengan membaca ayat suci, shalawat nabi,
tahlil, serta doa bersama yang dipandu oleh pemuka agama di punden atau makam
leluhur.
Kemudian dilanjutkan dengan agenda makan bersama, pertunjukan wayang dan
kesenian lainya yang di gelar di sekitaran punden tersebut dan yang terahit di isi
penutupan .
Tradisi Apitan di Desa trimulyo, Kecamatan kayen, Kabupaten pati”
tradisi Apitan juga berfungsi untuk mengajarkan nilai-nilai edukasi bagi masyarakat
terutama anak-anak untuk tidak melupakan adat istiadat atau bedaya leluhurnya.
Nilai-nilai tersebut antara lain adalah nilai religiusitas, kejujuran, kedisipllinan, cinta
tanah air, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan rasa tanggung
jawab. Tradisi Apitan juga menunjukkan teladan bagi generasi muda untuk bisa
menjadikan tradisi Apitan sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang
harus terus dijaga dan dilestarikan.

Name : Siswanto

Penulis adalah mahasiswa iain kudus

Anda mungkin juga menyukai