PDF Makalah Kekosongan Hukum - Compress
PDF Makalah Kekosongan Hukum - Compress
FAKULTAS HUKUM
PAGI
KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH : 1.RIONALDY
SAPUTRA
2.MAHARANI
3.ICHA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Makalah ini berjudul Penafsiran dan Cara Mengisi Kekosongan
Hukum.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Ilmu Hukum. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
pembaca tentang penafsiran atau interpretasi hukum dan cara mengisi kekosonan
hukum.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam rangka penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Maka dari itu, penulis
memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sebagai masukan untuk
Dafar isi
Kata pengantar………………………………………………………………………….i
Dafar isi…………………………………………………………………………………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………iii
A. Latar belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………..1
C. Tujuan penulisan………………………………………………………………….2
D. Manaat penulisan………………………………………………………………..2
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………3
a. Penafsiran hukum…………………………………3
b. Metode penafsiran…………………………………3
c. Konstruksi hukum………………………………….9
d. Penghalusan hukum………………………………10
e. Argumentum a contrario………………………….11
Bab 3 penutup
a. Kesimpulan…………………………………………12
b. Saran………………………………………………..13
c. Daftar pustaka…………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-
hari
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda sangat perlu mempelajari ilmu
hukum untuk kita jadikan landasan dalam menjalani kehidupan sehari-
hari
terutama ketika terjadi peristiwa yang tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau tidak diatur juga dalam kebiasaan atau norma-norma yang ada di
masyarakat. Hal itu perlu untuk dipelajari karena menyangkut kehidupan kita di
lingkungan masyarakat yang kebanyakan masyarakatnya kurang mengetahui dan
paham akan hukum.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penafsiran hukum?
2. Bagaimana metode-metode penafsiran hukum?
3. Bagaimana cara menerapkan metode penafsiran hukum?
4. Bagaimana cara mengisi kekosongan hukum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penafsiran hukum.
2. Untuk mengetahui macam-macam metode penafsiran hukum beserta contohnya.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara menerapkan metode penafsiran hukum.
4. Untuk mengetahui cara mengisi kekosongan hukum.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian penafsiran hukum.
2. Dapat mengetahui macam-macam metode penafsiran hukum beserta contohnya.
3. Dapat mengetahui dan memahami cara menerapkan metode penafsiran hukum.
4. Dapat mengetahui cara mengisi kekosongan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penafsiran Hukum (Interpretasi Hukum)
1. Definisi Penafsiran Hukum
terbenam dan matahari terbit dan pada pasal 97 KUH Pidana : hari adalah waktu
selama 24 jam dan yang dimaksud dengan bulan adalah waktu selama 30 hari.
Penafsiran secara resmi berasal dari pembentuk undang-undang itu sendiri,
bukan dari sudut pelaksana hukum yakni hakim. Dalam penafsiran ini, kebebasan
hakim dibatasi.
c. Penafsiran Historis
Penafsiran historis merupakan penafsiran yang dilakukan dengan ketentuan
hukum yang didasarkan pada jalannya sejarah yang mempengaruhi pembentukan
hukum tersebut. Pewarisan historis terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Sejarah hukum, yaitu suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara memahami
undang-undang dalam konteks sejarah hukum. Pemikiran yang mendasari
ditetapkannya metode ini adalah anggapan bahwa setiap undang-undang selalu
merupakan reaksi dari kebutuhan sosial yang memenuhi pengaturan. Setiap
pengatur dapat dipandang sebagai langkah dalam perkembangan sosial masyarakat
sehingga langkah itu maknanya diketahui. Hal ini meliputi semua lembaga yang
terlibat dalam pelaksaaan undang-undang.
2) Sejarah undang-undang, yaitu penafsiran undang-undang dengan menyelidiki
memperluas isi pengertian suatu ketentuan hukum dengan maksud agar dengan
memperluas tersebut, hal-hal yang tadinya tidak termasuk dalam ketentuan hukum
tersebut dan belum ada ketentuan hukum lain yang mengaturnya, dapat dicakup
oleh hukum yang diperluas tersebut.
Contohnya, pada pasal 492 KUHP Pidana ayat (1) “barang siapa dalam
keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas, atau mengganggu ketertiban,
atau mengancam keamanan orang lain, atau melakukan suatu yang harus dilakukan
dengan hati-hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan tertentu lebih dahulu
agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain, diancam dengan
pidana kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling banyak tiga ratus
tujuh puluh lima rupiah.
h. Penafsiran Restriktif
Penafsiran restriktif atau membatasi merupakan penafsiran yang membatasi
Sedangkan untuk hukum publik yang sifatnya memaksa tidak boleh dilakukan
analogi karena terikat pada pasal KUH Pidana. Pasal tersebut menegaskan, bahwa
seseorang tidak dapat dihukum, selain atas kekuatan ketentuan pidana
dalam undang-undang.
2) Penghalusan Hukum
Penghalusan hukum dalam bahasa Belanda disebut rechtsverfijning, yang
berasal dari kata fijn yang berarti halus. Menurut bahasa Inggris,
tindakan penghalusan hukum lazim disebutrefinement of the law. Penghalusan
hukum ialah memperlakukan hukum sedemikian rupa (secara halus) sehingga
seolah-olah tidak ada pihak yang disalahkan. Sifar dari penghalusan hukum
adalah tidak mencari kesalahan daripada pihak dan apabila suatu pihak
disalahkan maka akan timbul ketegangan. Namun Prof. Sudikno Mertokusumo
(2006:71) lebih memilih istilah penyempitan hukum. Penyempitan hukum bukan
merupakan argumentasi untuk membenarkan rumusan peraturan perundang-
undangan. Kalau tidak dirumuskan secara halus, maka rumusan dalam peraturan
perundang-undangan terlalu luas.
Berdasarkan tujuannya, hukum tidak boleh menyelesaikan suatu perkara
secara tidak adil atau tidak sesuai dengan realitas sosial. Namun kadang hakim
tidak dapat menerapkan suatu ketentuan tertulis karena jika diterapkan justru
menimbulkan ketidakadilan. Dalam hal ini, hakim terpaksa mengeluarkan perkara
tersebut dari lingkungan peraturan tadi, dan selanjutnya menyelesaikan perkara
menurut kaidah yang ia buat sendiri. Perbuatan mengeluarkan peraturan itulah
yang oleh Utrecht disebut penghalusan hukum. Contohnya, apabila terjadi tabrakan
antara motor dengan motor yang mengakibatkan keduanya mengalami kerusakkan
parah. Keduanya sama-sama salah dan harus membayar ganti rugi sehingga terjadi
suatu kompensasi.
3) Argumentum a Contrario (Pengungkapan secara Berlawanan)
Penafsiran a Contrario adalah penafsiran undang-undang yang didasarkan
atas pengingkaran artinya berlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dengan
soal yang diatur dalam suatu pasal dalam undang-undang.
bedasarkan pengingkaran ini ditarik kesimpulan bahwa masalah perkara yang
dihadapi tidak
2. Mempeluas berlakunya
ketentuan hukum atau Mempersempit berlakunya
peraturan perundang- ketentuan undang-undang.
undangan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penafsiran hukum merupakan suatu upaya yang pada dasarnya menerangkan,
menjela skan, dan menega skan, baik dalam arti memperluas
maupun mempersempit pengertian hukum yang ada, dalam rangka
penggunaannya untuk
Oleh karena itu, diharapkan hakim untuk bersikap adil dan lebih bijak
dalam
is t
mmeeaahhaaddaapp s s uu kkaa
uuaa t rj uu i yyaanngg
i s r ee t aadd
t si aakkaa
dd mmaa yyaa
snngg aannppaa
i ili mmeemmaannddaanngg
. aappaa yyaanngg gg dd aadd nnyyaa
eedda
ann
DDAAFFTTAARR PPUUSSTTAAKKAA
Kansil, .SS. TT
.( 11998899
). PPeennggaannttaarr IIllmmuu HHuukkuumm. ddaann
J rt : l i
st TTaattaa
. HHuukkuumm IInnddoonneessiiaa aakkaa aa BBaa aa kkaa
Soeros C , .( 22000066
). . J IIllmmuu
PPeennggaannttaarr rt : i HHuukkuumm
r r fi . aakkaa aa SS nnaa GG aa
RozieC .( kkaa
). fsir . [ li ]. rs i : tt :// li -
r i 1111
PPuu . l s t. PPeennaa
/ / aann
/ fsirHHuukkuumm
- . t l [ OOnnt nnee
r ] TTee eedd aa hh
aa
Lapa nnaannddaa sr YYuu
.( ).
aann l i
22001122 AAnnaa oogg tr ddaann
ri . [ aali ].
CCoonn
rs i : aatt oo
://l i OOnn . nneer r ss. /t / t - str si- l s -
TTee eedd aa hh pp oogg kkaahhuukkuumm wwoo ddpp ee ccoomm aagg mmee
ooddee kkoonn[31 uukk
hukum-yaitu/ ppeenngghhaa
Oktober 2013] uu aann