Anda di halaman 1dari 31

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN”

DOSEN PENGAMPU:

AINUN ARIZAH, S.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1

- Fauziah Ahsyam - Miranda


- Sitti Syaharana - Nurjanna
- Sudarmi - Wahyuni Umar
- Ayu Suraya - Sulgiah Oktami
- Mawadda

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Akuntansi Keperilakuan ini yang membahas mengenai “Pengantar Akuntansi
Keperilakuan”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam
makalah ini yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi para
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Makassar, 19 maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 4

BAB II Pembahasan

A. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Akuntansi ................................................. 5


B. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Keperilakuan ............................................ 11
C. Berbagai Perspektif tentang ilmu keperilakuan ............................................. 12
D. Memasuki Akuntansi Keperilakuan.............................................................. 16
E. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi .......... 18
F. Dimensi Akuntansi Keperilakuan ................................................................. 21
G. Akuntansi keperilakuan: perluasan logis dari peran akuntansi tradisional .... 22
H. Landasan teori dan pendekatan akuntansi keperilakuan ................................ 23
I. Lingkup dan sasaran hasil akuntansi keperilakuan ........................................ 24
J. Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi perilaku ........... 25
K. Pengaruh organisasi terhadap perubahan perilaku......................................... 27

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................................... 29

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah
mengenal hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan
semakin majunya peradaban manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari
proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang
modern seperti saat ini.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis
sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks.
Begitu pula dengan kemajuan dalam teknologi computer akuntasi yang memungkinkan
informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang
ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan
informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun
pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku
dari para pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi.
Kesempurnaan tehnis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa
tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar tehnik yang didasarkan pada efektivitas dari segala
prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di dalam
organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu akuntansi?
2. Apa pengertian ilmu keperilakuan?
3. Bagaimana perspektif berdasarkan perilaku manusia?
4. Apa saja yang memasuki akuntansi keperilakuan?
5. Mengapa mempertimbangkan aspek keperilakuan pada akuntansi?
6. Bagaimana dimensi akuntansi keperilakuan?
7. Apa saja landasan teori dan pendekatan akuntansi keperilakuan?
8. Bagaimana lingkup dan sasaran hasil dari akuntansi keperilakuan?
9. Apa saja persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan akuntansi keperilakuan?
10. Bagaimana pengaruh organisasi terhadap perilaku?

3
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian ilmu akuntansi.
2. Menjelaskan pengertian ilmu keperilakuan.
3. Menjelaskan perspektif berdasarkan perilaku manusia.
4. Menjelaskan yang memasuki akuntansi keperilakuan.
5. Menjelaskan yang mempertimbangkan aspek keperilakuan pada akuntansi.
6. Menjelaskan dimensi akuntansi keperilakuan.
7. Menjelaskan landasan teori dan pendekatan akuntansi keperilakuan.
8. Menjelaskan lingkup dan sasaran hasil dari akuntansi keperilakuan.
9. Menjelaskan persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan akuntansi keperilakuan.
10. Menjelaskan pengaruh organisasi terhadap perilaku.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU AKUNTANSI

Pengertian dari ilmu akuntansi adalah suatu ilmu yang dipergunakan untuk mempelajari seluruh aktivitas
pemasukan dan pengeluaran keuangan.

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang semakin pesat, memastikan semua bidang ilmu untuk
membuka diri termasuk pengkajian ilmu akuntansi. Kajian tentang sejarah akuntansi telah mengalami
metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti sekarang ini. Meskipun tidak ada
catatan yang dapat digunakan untuk menunjuk secara langsung kapan akuntansi mulai dipraktikkan,
dapat diperkirakan bahwa akuntansi telah digunakan sejak zaman sebelum masehi. Dengan semakin
majunya peradaban manusia, tentu saja pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan telah menjadi bagian
dari proses transaksi di setiap perdagangan.

Pada awalnya, "dasar pembukuan" atau "statistik akuntansi" dimanifestasikan sebagai suatu pencatatan
dari berbagai barang, kebutuhan praktis, perkembangannya menjadi berhubungan erat dengan
perkembangan manusia dan masyarakat, khususnya kepada penemuan besar umat manusia. Momen
khusus dalam sejarah akuntansi adalah munculnya perdagangan dengan barang dan selanjutnya,
munculnya mata uang sebagai setara umum, serta munculnya dan berkembangnya berbagai bentuk
tulisan dan angka. Terutama dikenalkannya angka nol ke dalam ilmu matematika. Berkat penemuan angka
nol, maka dunia matematika di zaman sekarang semakin maju, misalnya dengan ditemukan berbagai
rumus seperti rumus sinus, cosinus, tangent, ataupun rumus trigonometri. Selain dalam dunia
matematika, penemuan angka nol ternyata sangat memengaruhi dunia teknologi khususnya
komputer/digital, yaitu ditemukannya gerbang logika dan kode ASCII.

Akuntansi yang merupakan suatu sistem dan prosedur yang menghasilkan laporan keuangan
dimaksudkan untuk membantu pengguna (user) dalam mengambil keputusan, ternyata mengandung
seperangkat esensi perilaku (behavioral) yang syarat dengan muatan integrasi dengan berbagai ilmu
(teori) sosial lainnya. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-
faktor lingkungan. Dalam arti, teori yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respons terhadap lingkungan. Bab ini diawali dengan
menjelaskan apa yang disebut ilmu akuntansi.

suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah
keuangan perusahaan guna membantu pengguna internal dan eksternal dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi." Sementara, Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the
American Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan: "akuntansi sebagai seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi serta kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang
berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, serta interpretasi dari hasil proses tersebut".

5
Menurut Accounting Principles Board (APB) System Statement No. 4 mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut. "Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan, mengenai suatu entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan ekonomi, sebagai dasar dalam memilih di antara beberapa alternatif."

Terlepas dari sesuai tidaknya definisi di atas (karena masih banyak ditemukan berbagai kelemahan di
dalam definisi tersebut), definisi dari American Accounting Association (AAA) menawarkan perspektif
yang lebih luas. AAA mendefinisikan akuntansi sebagai: "suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
dan pengomunikasian informasi ekonomi yang memungkinkan pertimbangan dan pengambilan
keputusan yang didasarkan pada informasi terkini oleh pengguna informasi."

Dalam definisi APB, akuntansi didefinisikan dengan mengacu pada konsep informasi kuantitatif di mana
dinyatakan bahwa "akuntansi adalah aktivitas jasa". Fungsi akuntansi menurut definisi tersebut adalah
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi di mana
informasi tersebut diperkirakan bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, yaitu dalam
menentukan pilihan di antara alternatif yang ada, baik dalam konteks program kerja maupun dalam
tindakan.

Dari beberapa definisi di atas menyiratkan bahwa akuntansi pada dasarnya juga dirancang untuk
memenuhi kebutuhan praktis. Artinya, teori akuntansi memiliki hubungan yang bersifat definitif dengan
praktik akuntansi. Apabila struktur akuntansi sebagal hasil rekayasa telah diterapkan dalam lingkungan
tertentu, maka secara sempit, akuntansi dapat dipandang sebagai suatu proses atau kegiatan yang
meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian,
penggabungan, pengikhtisaran, dan penyajian data keuangan dasar yang terjadi sebagai akibat dari
kegiatan operasi suatu unit organisasi, dengan cara-cara tertentu, untuk menghasilkan informasi yang
relevan bagi pihak yang berkepentingan. Pengguna internal informasi akuntansi adalah organisasi yang
memiliki struktur organisasi, yang memandang laporan akuntansi sebagai landasan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pendanaan, investasi, dan kegiatan operasional. Pengguna eksternal

meliputi kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analis keuangan, dan badan atau lembaga
pemerintah. Dengan demikian, informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai hasil
dari sistem informasi keuangan bertujuan antara lain:

1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor
serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber
ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal kekayaan tersebut.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaandalam
menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi utangnya.
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber pendanaan perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu pengguna dalam memperkirakan arus kas masuk
ke dalam perusahaan.

6
 TUJUAN AKUNTANSI

Tujuan akuntansi pada umumnya dibagi ke dalam tiga bagian, bagian tersebut meliputi: (1) informasi
untuk pengambilan keputusan, (2) pengguna informasi, (3) tujuan pengguna, dan (4)
pertanggungjawaban.

1. Informasi untuk Pengambilan Keputusan

Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan
keputusan, terutama oleh pelaku bisnis. Informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai
sistem informasi yang bisa mengukur dan mengomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan
ekonomi. Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan
berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Informasi
akuntansi yang dihasilkan dari laporan keuangan berguna untuk menyusun berbagai proyeksi, misalnya
proyeksi kebutuhan uang kas di masa depan. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung
akan mengurangi ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas.

Informasi akuntansi berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi keuangan dari suatu unit bisnis,
baik usaha jasa, dagang, maupun manufaktur. Agar informasi akuntansi dapat dimanfaatkan oleh manajer
atau pemilik usaha, maka informasi tersebut disusun dalam bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan. Arus informasi akuntansi keuangan dari perusahaan kecil sangat bermanfaat untuk
mengetahui bagaimana perkembangan usaha perusahaan, bagaimana struktur modalnya, berapa
keuntungan yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu.

Informasi akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah
informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi
akuntansi yang seharusnya dibutuhkan

oleh manajemen perusahaan kecil dan menengah dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat
terbatas sekali. Banyak kelemahan dalam praktik akuntansi terutama pada perusahaan kecil. Kelemahan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang
dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan.

2. Informasi bagi Pengguna

Kegunaan informasi akuntansi telah diuraikan secara ringkas dan telah dijelaskan bahwa pihak yang
memerlukan informasi akuntansi berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Akuntansi menyediakan
cara untuk mengumpulkan data ekonomis dan melaporkannya kepada bermacam-macam individu dan
pihak-pihak yang berkepentingan. Pemilik dan calon pemilik perusahaan perlu mengetahui bagaimana
keadaan keuangan perusahaan dan prospeknya di masa depan. Bagi pemilik, informasi itu dapat
digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan
tersebut atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya di tempat lain. Bagi calon pemilik untuk
memutuskan apakah ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Di sisi lain, pihak kreditor ingin mengetahui perkembangan perusahaan setelah pinjaman diberikan. Bank
harus selalu menilai kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah harus
memberi tambahan pinjaman atau menarik pinjaman yang telah diberikan. Bagi calon kreditor, informasi

7
tentang perusahaan diperlukan untuk menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk
diberikan.

Badan pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan keuangan perusahaan untuk tujuan pajak dan
pengaturannya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi akuntansi perusahaan untuk memeriksa
kebenaran jumlah pajak yang dilaporkan. Pegawai dan serikat pekerjanya sangat tertarik mengenai
stabilitas dan profitabilitas perusahaan yang mempekerjakannya.

Pihak yang sangat tergantung dan paling banyak berhubungan dengan hasil akhir akuntansi adalah
mereka yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan perusahaan atau biasa disebut dengan
manajemen perusahaan. Jenis informasi yang dibutuhkan untuk tiap-tiap manajemen perusahaan
berbeda sesuai dengan besarnya perusahaan. Manajemen perusahaan kecil mungkin hanya
membutuhkan informasi akuntansi yang sedikit. Semakin besar perusahaan, semakin sedikit kesempatan
manajemen perusahaan untuk berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari. Akan tetapi,
perusahaan harus mendapatkan informasi yang tepat pada waktunya mengenai berbagai aspek yang
terdapat dalam perusahaan tersebut.

3. Tujuan Pengguna

Setiap kelompok pengguna laporan keuangan memiliki tujuan yang berbeda untuk pelaporan keuangan.
Misalnya, manajer dan auditor sering berbeda pendapat tentang tujuan yang tepat untuk akuntansi.
Misalnya, manajer dari banyak perusahaan kecil bersama dengan auditor diketahui telah merasa bahwa
proses penetapan standar dipengaruhi tujuan perusahaan yang lebih besar. Jika seseorang membuat
gagasan untuk memproduksi serangkaian laporan tujuan khusus, orang

harus memilih informasi yang relevan dari berbagai model ramalan dan keputusan untuk pengguna.
Sangat mungkin untuk menentukan model keputusan mana yang digunakan dengan mencari bagaimana
pengguna sebenarnya mengambil keputusan dan informasi apa yang diinginkannya. Akan tetapi, prosedur
ini mungkin tidak menuntun pada hasil terbaik karena pengguna dibatasi oleh informasi akuntansi yang
sekarang tersedia. Demikian pula, mereka mungkin tidak menggunakan model terbaik berdasarkan
informasi yang disediakan untuk mereka.

4. Pertanggungjawaban

Laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan merupakan salah satu kesulitan lain dalam
penetapan tujuan untuk pelaporan keuangan akuntan di mana pengguna hanya satu sisi dari persamaan
informasi. Informasi mempunyai potensi untuk memengaruhi perilaku pengguna maupun pemasoknya.
Oleh karena itu, kedua belah pihak harus mempertimbangkan pengalihan informasi tersebut. Dengan kata
lain, seseorang harus memperhitungkan tujuan pemasok selain tujuan penerima. Jika tidak ada yang lain,
orang harus mempertimbangkan biaya penyediaan informasi. Yuji Ijiri (1982)5 berusaha menghimpun
berbagai pihak yang bersangkutan dalam suatu model pertanggungjawaban yang menggambarkan
adanya akuntor, akuntee, dan akuntan. Ijiri menjelaskan sebagai berikut:

"kerangka dasar berdasarkan pertanggungjawaban akuntansi adalah untuk menyediakan suatu sistem
arus informasi yang wajar di antara akuntor dan akuntee....... Berdasarkan hubungan
pertanggungjawaban yang mendasari, akuntee mempunyai hak tertentu untuk mengetahui, pada saat
yang sama kerangka dasar ini mengakui bahwa akuntor juga mempunyai hak untuk melindungi rahasia.

8
Lebih banyak informasi mengenai akuntor tidak selalu lebih baik. Mungkin lebih baik dari sudut pandang
akuntee, tetapi tidak demikian halnya dari keseluruhan hubungan pertanggungjawaban."

 AKUNTANSI SEBAGAI SUATU SISTEM INFORMASI

Akuntansi menjadi faktor terdepan yang berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan sistem sosial
kita. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha lainnya sering
kali ditentukan oleh penggunaan informasi akuntansi berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki. Seperti
yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, tujuan utama akuntansi adalah menghasilkan
informasi keuangan melalui proses pencatatan, pelaporan, dan interpretasi atas data-data ekonomi yang
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, sistem dapat diartikan sebagai
suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Secara garis
besar, sistem harus memiliki sasaran, input-output, dan lingkungan untuk mencapai target dasar yang
telah ditetapkan. Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi dijelaskan pada bagian berikut.

1. Akuntansi adalah Sistem

Manajemen, pengguna, dan personel sistem diperlukan dalam pengembangan sistem. Umumnya,
kelompok perancang atau tim proyek pengembangan sistem terdiri atas para pengguna, analis, dan wakil
manajemen yang bertugas untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna sistem, mengembangkan
spesifikasi teknis, dan mengimplementasikan sistem baru. Masalah teknis, organisasi, dan manajemen
proyek akan muncul pada saat implementasi sistem. Sistem informasi yang baru mungkin juga
menciptakan hubungan kerja yang baru di antara para karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan
juga perubahan struktur organisasi. Faktor teknis, perilaku, situasi, dan kepegawaian yang berkaitan perlu
dipertimbangkan sebelum proyek dilaksanakan. Kegagalan untuk melakukan hal tersebut menyebabkan
output yang dihasilkan tidak bermanfaat meskipun sistem yang dirancang merupakan sistem yang baik
secara teknis. Keterlibatan karyawan perlu terus-menerus digalakkan setelah sistem tersebut
diimplementasikan. Keterlibatan pengguna perlu dipertimbangkan bahkan sejak saat perancangan sistem.
Filosofi perancangan sistem yang berorientasi pada pengguna membantu membentuk perilaku dan
merupakan pendekatan yang baik terhadap pengembangan sistem dalam konteks organisasi.

Di samping itu, dukungan manajemen puncak merupakan faktor penting yang menentukan efektivitas
penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen
puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu:

1. sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan. Karena manajemen
puncaklah yang paling mengetahui rencana perusahaan, maka mereka harus terlibat dalam
pengembangan sistem yang baru sehingga sistem tersebut sesuai dengan rencana perusahaan dan
dengan demikian, mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
3. Keterlibatan manajemen puncak menjamin bahwa tujuan perusahaan lebih ditekankan daripada aspek
teknisnya.
4. Manajemen puncak merupakan pihak yang paling dapat menginterpretasikan kemungkinan manfaat
yang ingin diperoleh dari sistem yang akan dikembangkan, di mana hal ini merupakan pertimbangan
utama dalam pemilihan sistem yang akan dikembangkan.
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan manfaat dan menghasilkan keputusan yang lebih
baik dalam pengembangan sistem.

9
Dukungan manajemen puncak sebenarnya harus ada pada semua tahap pengembangan sistem, yaitu
dari tahap perencanaan strategi, tahap perencanaan sistem, sampai tahap implementasi.

2. Akuntansi adalah Informasi

Selain merupakan sistem, akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu informasi. Ini merupakan
fenomena yang menarik dengan adanya jargon yang menyatakan bahwa menguasai informasi sama
artinya dengan menguasai dunia, dan siapa yang menguasai informasi akan memenangkan persaingan.
Hal ini tidaklah mengherankan karena pada era sekarang ini, penguasaan informasi menjadi sangat
dominan, sampai-sampai informasi diakui sebagai salah satu sumber daya. Oleh karena itu, perusahaan
harus berupaya mengoptimalkan peran informasi guna mencapai tujuannya.

Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu.
Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengicap lebih dikarenakan adanya kebutuhan setiap unit
bisnis untuk mendapatkan

posisi keunggulan kompetitif. Untuk maksud tersebut, sekali lagi, peran akuntansi tidak dapat
dikesampingkan. Bagaimana suatu produk dapat bersaing di pasaran jika manajemen tidak mengetahui
besarnya biaya produksi dari produk tersebut? Bagaimana biaya produksi produk tersebut dapat
ditentukan secara tepat jika manajemen tidak mengetahui secara persis banyaknya sumber daya yang
telah dikonsumsi oleh produk tersebut? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab secara baik
melalui sistem informasi akuntansi yang baik pula. Dengan demikian, tidak mengherankan jika dikatakan
bahwa akuntansi dapat disamakan dengan informasi. Lewat seperangkat prosedur dan teknik akuntansi,
informasi dapat diakses secara lebih cepat, relevan, dan lengkap. Dalam kaitannya dengan akuntansi
sebagai informasi, beberapa jenis sistem informasi yang telah berkembang saat ini, seperti pemrosesan
data elektronik (electronic data processing-EDP), pemrosesan data (data processing), sistem informasi
manajemen (management information system-MIS), sistem pendukung keputusan (decision support
system-DSS), sistem pakar (expert system), sistem informasi eksekutif (executif information system- EIS),
dan sistem informasi akuntansi (accounting information system-AIS); merupakan bukti bahwa sistem
informasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang semakin kompleks. Oleh karena itu,
untuk dapat bertahan dan tumbuh, perusahaan saat ini harus menggunakan sistem informasi yang sesuai
dengan perkembangan lingkungan bisnisnya. Namun, agar proyek pengembangan sistem informasi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak sia-sia, tahapan yang harus dilalui dalam pengembangan sistem perlu
dipahami dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut terdiri atas:

1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi terhadap solusi dari
masalah sistem, serta penekanan pada tujuan keseluruhan sistem;
2. Perancangan sistem, yaitu proses menspesifikasikan perincian solusi yang dipilih oleh proses
analisis sistem;
3. Implementasi sistem, yaitu proses menempatkan rancangan prosedur dan metode baru atau
revisi ke dalam operasi.

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut sebagai "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan
informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan bahasa sebab akuntansi dapat berperan
sebagai media komunikasi yang mengomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi
yang terjadi di suatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala,
dan peristiwa ekonomi tersebut. Akuntansi menyediakan kerangka konseptual untuk data ekonomi dan

10
bahasa yang menjadi tolok ukur bagi berbagai macam penggunaan data tersebut dalam penyusunan
laporan keuangan.

Secara umum, bahasa dapat diartikan sebagai suatu simbol yang disusun tidak secara acak atau
sembarangan. Simbol ini disusun dan ditata dengan menggunakan suatu mekanisme yang telah memiliki
standar tersendiri dan telah baku. Dengan demikian, simbol tersebut memberikan suatu persepsi,
konsepsi, dan makna tertentu terhadap apa yang disimbolkan. Demikian pula halnya dengan pola
akuntansi. Simbol yang dibangun di dalam akuntansi dibentuk melalui mekanisme tertentu yang telah
distandardisasi. Simbol tersebut memberikan suatu persensi makna, dan pemahaman tertentu terhadap
apa yang disimbolkan. Dengan demikian, akuntansi merupakan bahasa karena sistem informasi akuntansi
dibangun di sekitar aktivitas bisnis perusahaan dengan struktur tertentu dalam suatu organisasi. Desain
sistem yang baik meliputi prosedur untuk mengukur, mencatat, dan menyimpulkan peristiwa ekonomi;
menyediakan pengawasan internal yang dirancang untuk mengamankan aset dan mendorong efisiensi
operasional; serta mengizinkan perolehan kembali data yang relevan untuk pelaporan eksternal maupun
internal.

B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU KEPERILAKUAN

 PENGERTIAN ILMU KEPERILAKUAN

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, dan bersikap) maupun
aktif (melakukan tindakan). Teori dan model perilaku manusia pada dasarnya berasal dari semua disiplin
ilmu sosial. Dalam banyak hal batas disiplin hanya berfungsi untuk membatasi jenis dan konteks perilaku
manusia di mana para ilmuwan merasa tertarik tentang bagaimana mendefinisikan perilaku dan apa
metode yang digunakan untuk mempelajarinya.

Ilmu keperilakuan dapat dikatakan merupakan bagian dari ilmu sosial manusia. Ilmu sosial meliputi disiplin
ilmu antropologi, ekonomi, sejarah, politik, psikologi, dan sosiologi Ilmu keperilakuan meliputi psikologi
dan sosiologi, aspek ekonomi keperilakuan dan ilmu pengetahuan politik, serta aspek antropologi
keperilakuan. Beberapa jurnal telah menerbitkan artikel yang didasarkan pada metode riset keperilakuan,
pengembangan teori, aplikasi praktik, dan uraian perilaku manusia dalam berbagai pengaturan. Terdapat
banyak temuan riset dari para ilmuwan setiap tahunnya mengenai perkembangan literator ilmu
keperilakuan. American Accounting Association's Committees berdasarkan pada Behavioral Science
Content of the Accounting Curriculum mengembangkan lingkup dan definisi dari "Ilmu Keperilakuan".

Istilah ilmu keperilakuan adalah penemuan yang relatif baru. Konsep tersebut begitu luas sehingga lingkup
dan isinya lebih baik digambarkan dari awal. Ilmu keperilakuan mencakup bidang riset apa pun yang
mempelajari, baik melalui metode eksperimentasi maupun observasi, perilaku manusia dalam lingkungan
fisik maupun sosial. Agar dapat dianggap sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, riset tersebut harus
memenuhi dua kriteria dasar. Pertama, riset tersebut harus berkaitan dengan perilaku manusia. Tujuan
utama ilmu perilaku manusia adalah mengidentifikasi kebiasaan yang mendasari manusia dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Kedua, riset tersebut harus dilakukan "secara ilmiah". Hal ini berarti
harus ada suatu usaha sistematis untuk menggambarkan, menghubungkan, menjelaskan, dan

11
memprediksikan sekelompok. fenomena, yaitu kebiasaan yang mendasari perilaku manusia harus dapat
diobservasi atau mengarah pada dampak yang dapat diobservasi.

Menurut penulis, ilmu keperilakuan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang segala aspek
perilaku manusia sebagai suatu keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya yang dapat
diobservasi secara langsung maupun tidak langsung.

 TUJUAN ILMU KEPERILAKUAN

Tujuan ilmu keperilakuan manusia adalah memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku
manusia sampai pada tingkat generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh
bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka untuk peninjauan
maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Dengan demikian, ilmu
keperilakuan mencerminkan observasi sistematis terhadap perilaku manusia dengan tujuan
mengonfirmasikan hipotesis tertentu secara eksperimental melalui referensi terhadap perubahan
perilaku yang dapat diobservasi.

C. BERBAGAI PERSPEKTIF TENTANG ILMU KEPERILAKUAN

 PANDANGAN BERDASARKAN PERILAKU MANUSIA

Pertanyaan mendasar yang senantiasa menjadi kajian dalam ilmu psikologi sosial adalah bagaimana kita
dapat menjelaskan pengaruh orang lain terhadap perilaku kita. Misalnya, para analis sosial di Indonesia
sering mengajukan pertanyaan mengapa saat terjadi unjuk rasa damai 212 yang berlanjut ke beberapa
unjuk rasa damai lainnya oleh umat Islam yang menuntut atas penistaan agama oleh suatu oknum
penguasa, perilaku orang cenderung emosional ketimbang rasional? Selain itu, di Jerman dan Amerika
Serikat telah dilakukan studi tentang bagaimana dampak dari kehadiran orang lain dalam memacu
prestasi seseorang. Misalnya, dengan membandingkan prestasi yang dicapai oleh seorang anak ketika
belajar seorang diri dan belajar dalam kelompok, ditemukan bahwa anak tersebut ternyata menunjukkan
prestasi yang lebih baik ketika ia belajar dalam kelompok dibandingkan ketika belajar sendiri.

Seseorang dapat disebut sebagai psikolog sosial jika ia berupaya memahami, menjelaskan, dan
memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu- individu dipengaruhi oleh pikiran,
perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang dilihatnya, atau bahkan yang hanya dibayangkannya.
Dalam konteks organisasi perusahaan, para psikolog industri atau organisasi adalah orang yang
memperhatikan masalah kelemahan, kebosanan, kejenuhan, dan faktor-faktor lain yang relevan dengan
kondisi kerja yang dapat menghalangi kinerja yang diharapkan. Sementara itu, orang yang disebut sebagai
sosiolog adalah orang yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia. Secara
spesifik, sosiolog telah memberikan kontribusi yang besar pada ilmu perilaku organisasi melalui studinya
terhadap perilaku kelompok dalam organisasi, terutama dalam organisasi yang formal dan relatif rumit.

Psikologi sosial adalah suatu bidang kajian di dalam psikologi yang memadukan konsep psikologi dan
sosiologi. Psikologi sosial memfokuskan pada pengaruh individu terhadap orang lain. Salah satu bidang
utama adalah bagaimana melaksanakan pengaruh tersebut dan bagaimana mengurangi hambatan
terhadap penerimaannya. Di samping itu, dapat dilihat bahwa para psikolog sosial memberikan

12
sumbangan yang berarti dalam bidang pengukuran dan pemahaman terhadap perubahan sikap, pola
komunikasi, cara-cara di mana kegiatan kelompok dapat memuaskan kebutuhan individu, serta proses
pengambilan keputusan kelompok. Ketiga hal tersebut-yaitu psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial-
menjadi kontributor utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan
dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan ketiganya memiliki perspektif yang
berbeda mengenai kondisi manusia. Psikologi terutama menaruh perhatian pada bagaimana cara seorang
individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan manusia ketika mereka bereaksi terhadap
stimulus dalam lingkungannya, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah, dan
motivasi individu. Prioritas psikologi didasarkan pada individu sebagai suatu organisasi.

Di pihak lain, sosiologi dan psikologi sosial memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.
Penekanan keduanya adalah pada interaksi antar-manusia dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku
diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial, dan ilmu dinamika kelompok. Suatu
usaha dilakukan untuk memahami bagaimana pemikiran, perasaan, dan tindakan seseorang dipengaruhi
oleh hal nyata, bayangan, atau tambahan kehadiran yang lain. Penekanannya adalah pada manusia
sebagai bagian dari suatu sistem sosial.

Terdapat banyak faktor kompleks yang terkait dengan perilaku manusia. Faktor- faktor tersebut
mencakup kebutuhan individu dan motivasi, tekanan kelompok, tuntutan organisasi, sejarah pribadi dan
latar belakang individu yang unik, konflik pesan dari dalam dan luar organisasi, tuntutan waktu, sosial,
serta tanggung jawab pribadi. Faktor-faktor ini dikelompokkan dalam tiga kategori utama: struktur
karakter, struktur sosial, dan dinamika kelompok. Struktur karakter mengacu pada ciri kepribadian,
kebiasaan, dan perilaku individu. Psikolog biasanya menghubungkannya dengan studi struktur karakter.
Struktur sosial menunjukkan beberapa hubungan antar-manusia yang mencakup bidang ekonomi, politik,
militer, dan kerangka kerja religius yang menggambarkan perilaku yang bisa diterima. Ilmu dinamika
kelompok dapat dipandang sebagai suatu sintesis atau kombinasi struktur karakter dan struktur sosial
yang mengacu pada pengembangan interaksi pola manusia, proses dari interaksi sosial, dan hasil yang
berhubungan dengan interaksi tersebut. Keterlibatan psikologi sosial dalam studi ilmu dinamika kelompok
sangat dirasakan.

Sarjana sosiologi, psikologi sosial, dan psikologi, meskipun berbeda dalam hal perspektif, banyak
melakukan studi atas topik yang sama. Misalnya, dalam menjelaskan perilaku dari pengendalian
perusahaan, psikologi akan fokus pada ciri kepribadian individu, tekanan, kebimbangan, harapan, dan
motivasi. Sebaliknya, sosiologi dan psikologi sosial akan memusatkan perhatian pada struktur sosial,
sosialisasi, anggota kelompok, peran, norma-norma, dan pola komunikasi. Sarjana sosiologi menetapkan
bahwa manusia tidak bisa diberi konteks pelajaran sosial mereka. Orang-orang belajar keterampilan dari
hal-hal yang paling mendasar.

Seseorang dapat juga menjelaskan perilaku dari sudut pandang keturunan, lingkungan sosial,
pengurangan ketegangan, atau pengambilan keputusan yang masuk akal. Terdapat perbedaan pendapat
dalam beberapa gagasan penting, kondisi ekonomi, atau dorongan hati dalam membentuk perilaku.
Setiap sudut pandang mempunyai dukungan ilmiah yang saling bersaing dan layak dipertimbangkan.

 KONTRIBUSI BERBAGAI DISIPLIN ILMU

13
Ilmu keperilakuan dibangun berdasarkan kontribusi dari sejumlah disiplin ilmu keperilakuan, seperti
psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial. Sebagian besar kontribusi psikologi berada pada tataran analisis
tingkat individu atau tingkat mikro. Sementara itu, disiplin lainnya seperti sosiologi dan psikologi sosial
membantu memahami konsep makro seperti proses kelompok dan organisasi.

1. Psikologi

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang mengubah
perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan, mempelajari, dan berupaya memahami perilaku
individual. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi terlebih dahulu melalui perjalanan panjang.
Bahkan, sebelum Wundt (pendiri laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman)
mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu.
Pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.

Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk
kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala-
gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap-tiap makhluk hidup mempunyai
jiwa. Dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan
mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika. Mereka yang telah menyumbang dan terus
memperkaya pengetahuan tentang perilaku organisasi adalah teoretikus pembelajaran, teoretikus
kepribadian, psikolog konseling, dan yang paling penting adalah psikolog industri dan organisasi.

2. Sosiologi Sosiologi

adalah ilmu pengetahuan tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat.
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia. Pokok bahasan sosiologi mencakup empat hal: 1) Fakta sosial sebagai cara bertindak,
berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut. 2) Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain. 3) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang
terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan
sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara
keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai- nilai pribadi. Isu merupakan hal yang
ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. 4) Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi
suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan
pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir
secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Sosiologi pertama kali dicetuskan sebagai cabang ilmu tersendiri oleh ilmuwan Prancis, August Comte.
Kemudian, Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile
Durkheim, seorang ilmuwan sosial Prancis, yang kemudian berhasil melembagakan sosiologi sebagai
disiplin akademis. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikendalikan secara kritis oleh orang lain atau umum.

3, Psikologi Sosial

14
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam
bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli
psikologi sosial menggunakan individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka. Psikologi sosial
sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tetapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi
modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. Psikolog sosial telah memberikan pencerahan
bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai
penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah
menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan
situasi, permasalahan, dan budaya. Dunia psikologi merupakan dunia yang berkaitan dengan persoalan
perasaan, motivasi, kepribadian, dan sejenisnya yang berkaitan dengan individu. Sementara, sosiologi
secara umum cenderung berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah
persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi- dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai
individu. Sementara itu, sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial di mana
keduanya memengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di
daerah yang dinamakan psikologi sosial.

4. Antropologi

Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang
berarti "ilmu". Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik yang meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu
kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar-manusia. Namun
demikian, sisi ini banyak diperdebatkan sampai menjadi suatu kontroversi sehingga metode antropologi
saat ini sering dilakukan pada pemusatan penelitan kepada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal.

Seperti ilmu-ilmu lain, antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara umum ada
tiga bidang spesialisasi dari antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut juga dengan istilah
Antropologi Ragawi, Arkeologi, dan Antropologi Sosial-Budaya.

◦ Antropologi Fisik Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik manusia. Termasuk di dalamnya
mempelajari gen-gen yang menentukan struktur tubuh manusia. Bidang tersebut melihat perkembangan
makhluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa
ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu memberikan
keterangan mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal karena
keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan pendapat mereka pada sidang-sidang
pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

◦ Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda-benda peninggalan manusia dari masa lampau. Mereka akhirnya
banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa peralatan hidup atau senjata. Benda ini adalah
barang tambang mereka. Tujuannya adalah menggunakan bukti-bukti yang didapatkan untuk
merekonstruksi atau membentuk kembali model kehidupan pada masa lampau. Dengan melihat pada
bentuk kehidupan yang direkonstruksi tersebut dapat dibuat dugaan bagaimana masyarakat yang sisa-

15
sisanya diteliti itu hidup atau bagaimana mereka datang ketempat itu atau bahkan dengan siapa saja
mereka berinteraksi.

◦ Antropologi Sosial-Budaya Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut


Antropologi Budaya berhubungan dengan apa yang sering disebut Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah
laku manusia, baik itu tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah laku yang dipelajari di
sini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran
mereka. Pada manusia, tingkah laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan
adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya secara disadari atau
tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari
generasi di atasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada di sekelilingnya. Inilah yang oleh
para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan dari kelompok manusia, baik itu kelompok
kecil maupun kelompok yang sangat besar, yang menjadi objek khusus dari penelitian Antropologi Sosial
Budaya. Dalam perkembangannya, Antropologi Sosial-Budaya ini terbagi ke dalam bentuk spesialisasi atau
pengkhususan yang disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari atau diteliti. Antroplogi Hukum yang
mempelajari bentuk hukum pada kelompok masyarakat, atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari
gejala dan bentuk perekonomian pada kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian banyak
bentuk spesialisasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.

5. Ilmu politik

Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan analisis
terhadap sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset. Ilmuwan politik
mempelajari alokasi dan pengalihan kekuasaan dalam pengambilan keputusan, peran dan sistem
pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasi internasional, serta perilaku politik dan kebijakan
publik Ilmu politik mengukur keberhasilan pemerintahan dan kebijakan khusus dengan memeriksa
berbagai faktor, termasuk stabilitas, keadilan, kesejahteraan material, dan kedamaian. Beberapa ilmuwan
politik berupaya mengembangkan ilmu ini secara positif dengan melakukan analisis politik. Sementara
yang lain melakukan pengembangan secara normatif dengan membuat saran kebijakan khusus. Studi
tentang politik diperumit dengan seringnya keterlibatan ilmuwan politik dalam proses politik karena
pengajaran mereka biasanya memberikan kerangka berpikir yang digunakan oleh komentator lain, seperti
jurnalis, kelompok minat tertentu, politikus, dan peserta pemilihan umum untuk menganalisis
permasalahan dan menentukan pilihan. Ilmuwan politik dapat berperan sebagai penasihat untuk politikus
tertentu, atau bahkan berperan sebagai politikus itu sendiri. Ilmuwan politik dapat terlihat bekerja di
pemerintahan, partai politik, atau sektor pelayana publik. Mereka dapat bekerja di Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau gerakan politik. Dalam berbagai kapasitas, orang yang dididik dan dilatih dalam
ilmu politi dapat memberi nilai tambah dan menyumbangkan keahliannya pada organisasi Organisasi
seperti wadah pemikir (think-tank), lembaga riset, lembaga polling, dan hubungan masyarakat sering
mempekerjakan ilmuwan politik.

D. MEMASUKI AKUNTANSI KEPERILAKUAN

 Akuntansi dengan Berbagai (Multi) Paradigma

Paradigma yang bersaing dalam bidang akuntansi antara lain:

1. Paradigma antropologi/induktif

16
2. Paradigma laba sebenamya deduktif

3. Paradigma kegunaan keputusan/model keputusan

4. Paradigma kegunaan keputusan pengambil keputusan perilaku pasar keseluruhan.

5. Paradigma kegunaan keputusan pengambil keputusan/pengguna individual

6. Paradigma informasi ekonomis

Masing-masing paradigma merupakan objek investigasi dan penelitian yang ditetapkan komunitas
ilmiah, yang membentuk suatu pemikiran logis yang saling berkaitan (coherent), menyatukan sudut
pandang.

 Pengantar Akuntansi Keperilakuan

Definisi akuntansi keperilakuan adalah subdisiplin ilmu akuntansi yang tersusun secara sistematis yang
mempelajari bidang akuntansi secara luas melalui pendekatan interdisipliner maupun multidisipliner yang
mana didalamnya melibatkan aspek kuantitatif (eksak) dan aspek kualitatif, utamanya aspek keperilakuan
manusia yang terus berkembang guna membantu para manajer dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.

 Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang perkembangannya semakin meningkar dalam 60 tahun
belakangan ini yang ditandai oleh jurnal dan artikel yang berkaitan dengn keperilakuan dan semakin
menjamurnya buku-buku asing yang membahas tentang akuntansi keperilakuan. Jurnal yang paling
populer adlah Behavior Research in Accounting yang diterbitkan oleh American Accounting Association
Mata kuliah akuntansi keperilakuan sudah banyak ditawarkan di Amerika Serikat. Riset akuntansi
keperilauan ada lima aliran yaitu pengendalian manajemen, pemrosesan informasi akuntansi, desain
sistem informasi, riset audit, dan sosiologi organisasi.

 Manfaat Studi Akuntansi Keperilakuan

1. Memberikan gambaran terkini terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin
diperkenalkan.
2. Membantu mengidentifikasi kesenjangan riset. 3. Meninjau dengan membandingkan dan
membedakan kegiatan riset berdasarkan subbidang akuntansi, seperti audit, akuntansi
manajemen, dan perpajakan, sehingga para peneliti dapat mempelajarinya melalui subbidang
lain.
 Kerangka Studi Akuntansi Keperilakuan

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis.
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan
 Peran riset terhadap akuntansi keperilakuan

17
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :

1. Pengambilan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor,


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi, seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku karyawan, manajer,
investor, maupun wajib pajak:
3. Pengaruh hasil dari fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

E. MENGAPA MEMPERTIMBANGKAN ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI

Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan sebagai dasar dalam memilih informasi yang
relevan terhadap pengambilan keputusan. Saat ini, keterampilan matematis telah berperan dalam
menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Demikian pula halnya dengan kemajuan dalam
teknologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Namun, tidak
peduli seberapa canggih prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya
bukanlah tujuan akhir. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang. untuk menyadari
bahwa tujuan akhir jasa akuntansi organisasi bukan sekadar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
pelaksanaan segala prosedur akuntansi, tetapi juga bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di
dalam perusahaan, baik sebagai pengguna maupun pelaksana, dipengaruhi oleh informasi yang
dihasilkannya.

 AKUNTANSI ADALAH TENTANG MANUSIA

Terkait dengan akuntansi adalah tentang manusia, sesungguhnya berdasarkan pemikiran perilaku,
manusia, dan faktor sosial didesain secara jelas dalam aspek operasional utama dari seluruh sistem
akuntansi. Namun, selama ini belum pernah ada yang melihatnya dari sudut pandang semacam itu, dan
para akuntan belum pernah mengoperasikan perilaku pada sesuatu yang vakum. Para akuntan membuat
beberapa asumsi secara berkelanjutan mengenai bagaimana mereka membuat orang termotivasi,
bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, serta bagaimana agar
sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan memengaruhi organisasi. Jika akuntan
berhubungan dengan efektivitas dan prosedur perusahaan secara luas maka mereka juga selayaknya
memonitor ketepatan asumsi yang bersifat kontradiktif terhadap apa yang mereka lihat dalam realitas
perusahaan.

Dari pengalaman dan praktik, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu pemahaman yang
lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun juga, harus diakui bahwa banyak
sistem akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan
terkadang sampai menyebabkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi menjadi
meragukan. Para manajer terbiasa bebas memanipulasi laporan informasi sistem akuntansi karena
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan hanya berdasarkan hasil yang dilaporkan dan
bukan berdasarkan kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas organisasi. Sebagian prosedur
perusahaan saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang tidak diinginkan terhadap inisiatif
manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika semata-mata dibandingkan dengan teknik
organisasi yang lebih luas. Secara paradoks, misalnya, prosedur penganggaran dan perencanaan
kelihatannya dapat menimbulkan suatu perhatian yang kaku terhadap masa depan dan hal ini diakui
secara terus terang.

18
Kita harus mengakui bahwa tidak semua akuntan berkeinginan mengikuti logika argumentasi di atas.
Akuntansi adalah mengenai akuntansi. Orang yang optimis dengan hal tersebut akan membantah bahwa
terdapat banyak reaksi perilaku yang tidak menguntungkan terhadap sistem akuntansi. Hal ini merupakan
konsekuensi dari apa yang berusaha dilakukan oleh para akuntan. Untuk membuat pandangan ini menjadi
adil, cara pandang akuntan harus mengandung beberapa pandangan yang terintegrasi. Pengetahuan
akuntan, sebagaimana diketahui bersama, cenderung bersifat parsial, terbatas oleh waktu, sementara
mereka bekerja dalam organisasi yang kompleks, sehingga adalah tidak realistis untuk mengharapkan
semua aspek dari kehidupan organisasi dapat dihubungkan satu sama lain tanpa tekanan. Namun, sebagai
petunjuk tindakan, pandangan ini juga siap menghadirkan suatu kompromi, dan bertindak sebagai suatu
pendekatan yang memungkinkan akuntan untuk tidak berdampingan dengan hal-hal yang tidak
bertanggung jawab.

Dalam pandangan ini, pengertian yang lebih mendalam dan berharga dapat diperoleh dari pemahaman
atas perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi, terdapat banyak teori psikologi, sosiologi, politik, serta
organisasi yang bersifat sementara dan banyak bidang penting yang dapat ditemukan terkadang
bertentangan. Walaupun demikian, teori- teori tersebut menawarkan hal-hal penting bagi perluasan
pandangan, paling tidak sebagai bagian dari proses yang berhubungan dengan pola sistem akuntansi
secara lebih luas dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Dengan menganalisis secara sistematis
hubungan antara sistem akuntansi, bentuk pengendalian, sikap manusia dalam pengambilan keputusan,
serta tingkatan sosial dan perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya keluar. Dengan demikian,
hal tersebut tidak menjadi dasar bagi munculnya konflik dan pertentangan dari banyaknya permasalahan
akuntansi, serta tidak menyebabkan potensi organisasi dan akuntansi sosial itu sendiri diragukan.

 AKUNTANSI ADALAH TINDAKAN

Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan guna mencapai tujuan
organisasi. Peran tersebut bergantung pada besarnya porsi tanggung jawab dan rasa tanggung jawab
anggota tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Rasa tanggung jawab tersebut pada
sebagian organisasi dihargai dalam bentuk imbalan tertentu. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitatif
juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab anggota organisasi dalam memenuhi keinginannya
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Peran anggota organisasi sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tersebut. Jika suatu anggaran telah ditetapkan untuk dilaksanakan oleh suatu unit atau unit-
unit kerja di dalam organisasi, atau oleh organisasi tersebut secara keseluruhan, maka anggaran itu akan
berinteraksi dengan para individu dalam organisasi tersebut, di mana setiap individu itu mempunyai
tujuannya masing-masing dan sekaligus bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu,
keselarasan tujuan (goal congruence) antara individu dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan
terjadinya sinergi antara individu dan organisasi.

Keselarasan tersebut dapat diwujudkan dengan lebih baik ketika individu memahami dan patuh pada
ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran. Masalahnya adalah bagaimana caranya agar
pemahaman dan kepatuhan tersebut dapat muncul menjadi sesuatu yang sangat penting. Jawaban atas
pertanyaan tersebut oleh sebagian akuntan diyakini berada dalam lingkup aspek akuntansi sehingga
akuntansi dapat menjadi salah satu kunci penentunya. Lewat akuntansi, berbagai realisasi dalam anggaran
dapat diwujudkan dan informasi yang dihasilkannya terus berdampak pada pola tindakan individu yang
ada dalam organisasi tersebut.

 AKUNTANSI TENTANG EKONOMI DAN POLITIK (POLITICAL ECONOMY OF ACCOUNTING-PEA)

19
Alasan berikutnya mengapa mempertimbangkan aspek keperilakuan pada akuntansi adalah didasarkan
pada konsepsi bahwa akuntansi juga terkait dengan ekonomi dan politik. Aspek akuntansi dari ekonomi
politik bergantung pada hubungan sosial produksi. Teori ekonomi neoklasik memandang bahwa
pelaporan akuntansi dan pengungkapan dipandang sebagai alat penjaga posisi pihak yang berkuasa
terhadap sumber daya (kapital) dan sebaliknya dijadikan sebagai alat untuk merongrong pihak yang tidak
memiliki sumber daya yang berdampak pada konflik struktural dalam masyarakat. Sementara itu, dalam
teori ekonomi politik, penekanannya lebih kepada hubungan fundamental antara dorongan ekonomi dan
politik dalam masyarakat (Miller, 1994)20 serta mengakui adanya pengaruh laporan akuntansi terhadap
distribusi pendapatan, kekuasaan, dan kekayaan. Mengingat kuasa (power) yang absolut dapat
menciptakan konflik di masyarakat karena adanya kelompok elit yang didefinisikan dengan baik (well
defined elite), pada gilirannya justru menimbulkan konflik yang berkelanjutan. Meskipun diakui dalam
berbagai konteks, dimensi sosial dari kontrol dan pekerjaan memiliki pola dominasi kekuasaan dan
perampasan. Namun, fenomena ini semakin nyata dan berkembang.

Cooper dan Sherer (1984)21 mengatakan bahwa studi akuntansi harus mengenali kekuatan (dan konflik)
yang ada dalam masyarakat, sehingga dampak pelaporan akuntansi atas distribusi pendapatan, kekayaan,
dan kekuasaan di masyarakat harus menjadi fokus penyelidikan. Akuntansi dari ekonomi politik berawal
dari tulisan Tinker, yang terinspirasi oleh perdebatan modal. Substansi dari perdebatan ini adalah bahwa
kritik ekonomi neoklasik menyarankan bahwa modal bukan konsep yang bermakna dan, oleh karena itu,
keuntungan tidak dapat dipahami sebagai pengembalian modal dan laba tidak ditentukan dalam sistem
neoklasik. Argumen ini bersifat teoretis dan memiliki hubungan langsung dengan praktik akuntansi.

Hoogvelt dan Tinker (1978)22 melakukan penelitian yang mengawali pemikiran tentang Political Economy
of Accounting (PEA) menemukan bahwa kinerja keuangan perusahaan multinasional itu pada setiap
periodisasi (prakolonial, kolonial, dan pascakolonial) di negara Afrika yang notabene sebuah negara miskin
sangat dipengaruhi oleh pengaturan (setting) politik dan aturan main yang ada di negara tersebut. Selain
itu, Arnold dan Cooper (1999)23 menguji peran akuntansi pada kebijakan privatisasi pelabuhan oleh
pemerintah. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat konflik kepentingan dalam masyarakat terkait
distribusi kekayaan dan pencapaian keadilan bagi masyarakat. Sejalan dengan itu, Guthrie dan Parker
(1990)24 menyatakan bahwa laporan akuntansi adalah sarana untuk membangun, mempertahankan, dan
melegitimasi aturan ekonomi dan politik dalam kepentingan pribadi perusahaan. Penelitian tentang PEA
juga dilakukan Muhamad Yamin Noch, (2013)25 dengan mengambil topik Analisis Political Economy of
Accounting atas Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua menyimpulkan: Pertama, bahwa regulasi terkait
DOK belum memadai untuk menyejahterakan rakyat Papua, hal ini disebabkan adanya "liberalisasi" yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi Papua melalui UU No. 21 Tahun 2001, yang
didalamnya sangat kental dengan berbagai kepentingan utamanya kepentingan MNC. UU No. 21 tahun
2001 masih belum dapat dilaksanakan dengan seksama oleh karena masih adanya sistem kontrak karya
yang justru menguntungkan MNC dan tidak berpihak pada kepentingan nasional, maupun kepentingan
kesejahteraan masyarakat Papua. Kedua, potensi penerimaan dari SDA dan penerimaan/pendapatan DOK
dipandang masih "bermasalah" karena adanya ketidakjelasan formulasi pendanaan atas DOK, termasuk
belum adanya tindak lanjut berupa regulasi (PP, Perdasus, dan Perdasi) terkait dengan mekanisme dan
tata kelola DOK yang justru ikut menciptakan ketidakadilan bagi masyarakat Papua.

Di samping itu, terdapat pula pandangan bahwa ada dua kekuatan yang bertentangan atau prinsip-prinsip
yang menciptakan ketegangan dalam hubungan konstituen dengan pengaturan (Buhr, 1998). Perusahaan
secara proaktif menyediakan informasi dari perspektif mereka untuk mengatur dan membentuk agenda

20
perdebatan, dan untuk menengahi, menekan, membingungkan, dan mengubah konflik. Lebih lanjut
Muhamad Yamin Noch (2013) menyatakan kondisi ini terjadi ketika elit menggunakan power-nya dengan
sengaja untuk menjebak masyarakat melalui berpikir akuntansi yang tidak sejalan dengan keinginan
masyarakat. Hal ini menjadikan akuntansi sebagai cara (tools) dalam rangka melakukan penjajahan.
Berkaitan dengan laporan akuntansi McLeod dan Harun (2009: 3)26 mengemukakan pendapatnya,
bahwa: "Sangat sedikit warga akan membaca laporan keuangan pemerintah mereka. Sebagian besar
masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk memahami laporan-laporan semacam itu........ Sebagian
besar warga negara justru akan menilai kinerja pemerintahnya berdasarkan kualitas pelayanan yang
diberikan....... Jika mereka peduli dengan korupsi, mereka cenderung mengandalkan media massa seperti
surat kabar, TV, dan radio....... Sistem akuntansi terkini pada sektor publik.......(bernilai) sebagai salah satu
alat pendorong dalam upaya pemberantasan korupsi."

McLeod dan Harun (2009) meyakini kalau masyarakat sebagai stakeholder memiliki keterbatasan untuk
memahami informasi akuntansi. Melalui keterbatasan tersebut elit berusaha memanfaatkan peluang
untuk menciptakan laporan akuntansi yang sulit untuk dipahami dan diakses oleh publik. Di sisi lain
ketidakpahaman publik justru menjadi konflik karena elit dianggap dengan sengaja menyembunyikan
informasi yang harus diketahui dan bahkan terjadi karena ketidakjelasan dalam regulasi. Informasi
akuntansi digunakan untuk mendukung kelompok mereka yang berkuasa dalam masyarakat. Kebutuhan
terhadap informasi akuntansi juga dipengaruhi oleh jenis organisasinya, karena stakeholder di sektor
privat dan publik memiliki kepentingan yang berbeda.

F. DIMENSI AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Akuntansi biasanya hanya terpusat pada pelaporan informasi keuangan. Selama beberapa dekade
terakhir; para manajer dan akuntan profesional mulai menyadari kebutuhan akan tambahan informasi
ekonomi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Oleh karena itu, informasi ekonomi dapat ditambah
dengan tidak hanya melaporkan data keuangan, melainkan juga data non-keuangan yang terkait dengan
proses pengambilan keputusan. Berdasarkan kondisi ini, wajar jika akuntansi sebaiknya memasukkan
dimensi ke perilakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi.

 LINGKUP AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang mencakup pengumpulan,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan informasi keuangan. Dengan demikian, konstruksi, serta
penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien. Dengan mempertimbangkan hubungan antara
perilaku manusia dan sistem akuntansi, akuntansi keperilakuan mencerminkan dimensi sosial dan budaya
manusia dalam suatu organisasi.

Ruang lingkup akuntansi keperilakuan sungguh luas, antara lain:

1. aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi sistem akuntansi
2. studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi
3. cara di mana informasi di proses untuk membantu pengambilan keputusan
4. pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengomunikasikan perilaku para pengguna data,
dan

21
5. pengembangan strategi guna memotivasi dan mempengaruhi perilaku, cita-cita, serta tujuan dari
orang-orang yang menjalankan organisasi.
Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar sebagai berikut:
- Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi. Bidang akuntansi keperilakuan ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi
manajemen yang mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang digunakan dalam
organisasi.
- Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang akuntansi keperilakuan ini
berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerjasama.
- Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ketiga
dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansi
digunakan sehingga mempengaruhi perilaku.

 APLIKASI DARI AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Sangat banyak keuntungan ekonomi dan keuntungan manusia yang didapat dari pengenalan aspek
keperilakuan dalam akuntansi. Seorang akuntan keperilakuan pasti ingin mengetahui penyebab dari sikap
dan perilaku yang sepertinya akan diulangi di masa mendatang. Jika yang terulang adalah perilaku yang
tidak diinginkan maka dapat disimpulkan terdapat proses penyusunan anggaran yang tidak efisien. Oleh
karena itu, akuntan keperilakuan akan mendukung strategi untuk mengubah keadaan perilaku untuk
membuatnya sesuai dengan fungsi organisasi yang diinginkan.

Tugas akuntan keperilakuan dalam situasi ini adalah menyelidiki bagaimana perilaku orang saat ini dan
bagaimana mereka memandang pekerjaan, perusahaan, dan rekan-rekan kerja mereka. Selanjutnya,
informasi keperilakuan tersebut dapat digunakan untuk membuat penilaian mereka sendiri tentang
bagaimana kemungkinan orang akan berperilaku di masa mendatang dan bagaimana pola perilaku ini
akan mempengaruhi potensi relatif laba masa mendatang dari setiap perusahaan. Untuk tujuan internal,
akuntan keperilakuan tidak hanya menyediakan informasi mengenai sikap karyawan terhadap
manajemen, melainkan juga alasan-alasan mereka bersikap demikian dan rekomendasi untuk
memperbaiki perilaku yang menyimpang.

G. AKUNTANSI KEPERILAKUAN: PERLUASAN LOGIS DARI PERAN AKUNTANSI TRADISIONAL

Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi dapat menjadi lebih baik jika laporan
tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui adanya fakta ini melalui prinsip
akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh (full disclosure). Prinsip ini mengharuskan
dicantumkannya penjelasan yang tidak hanya berfungsi sebagai pengganti dan penambah informasi yang
mendukung laporan data keuangan perusahaan, melainkan juga sebagai laporan yang menjelaskan kritik
terhadap kejadian-kejadian non-keuangan. Informasi tambahan ini dilaporkan baik dalam satu kerangka
laporan keuangan maupun dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.

Bentuk lanjut dari gambaran ekonomi suatu perusahaan secara logis memerlukan aplikasi dari prinsip
pengungkapan penuh. Untuk itu, diperlukan suatu masukan informasi keperilakuan guna melengkapi data
keuangan dan data lain yang dilaporkan. Sukar dipahami jika dikatakan bahwa pengambil keputusan tidak
tertarik terhadap informasi tambahan yang relevan karena menganggap informasi tersebut tidak memiliki
nilai tambah. Surat kabar bisnis, newsletter, dan majalah bisnis lainnya sering melaporkan filosofi

22
manajerial perusahaan, semangat manajer tingkat menengah, keberhasilan relatif dari pendekatan
inovatif terhadap manajemen operasional, dan pengaruh dari pandangan serta aktivitas manajerial
terhadap masalah operasi, laba, negosiasi pekerja, serta sikap terhadap kekuatan dalam pekerjaan.
Tekanan dalam bidang bisnis juga memberikan informasi mengenai implikasi dari gejala keperilakuan ini
terhadap keberhasilan perusahaan di masa depan.

Beberapa ahli membantah pernyataan bahwa informasi pada dimensi perilaku organisasi tidaklah
berguna bagi para pengambil keputusan internal maupun eksternal. Tekanan yang bersumber dari
laporan keuangan perusahaan juga didasarkan pada implikasi dari fenomena keperilakuan bagi
keberhasilan organisasi di masa depan. Telah diakui bahwa kekuatan para akuntan terletak pada
pengalaman mereka selama berabad-abad dalam memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna
eksternal maupun internal, guna pengambilan keputusan bisnis. Informasi tersebut biasanya mencakup
berbagai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai jenis situasi keputusan. Para akuntan berkualitas
akan memperhitungkan gejala keperilakuan dalam melakukan penyelidikan karena mereka mengetahui
data keperilakuan sangat berarti untuk melengkapi data keuangan.

H. LANDASAN TEORI DAN PENDEKATAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavioral science), teori-teori akuntansi keperilakuan
dikembangkan dari riset empiris terhadap perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan
riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup riset di bidang
akuntansi keperilakuan sangat luas, bukan hanya meliputi bidang akuntansi manajemen, tetapi juga
menyangkut bidang etika, audit, sistem informasi akuntansi, bahkan akuntansi keuangan.

 DARI PENDEKATAN NORMATIF KE DESKRIPTIF

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana,
yaitu hanya fokus pada masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan
teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan
anggaran, akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), dan masalah harga transfer
(transfer pricing). Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif karena hanya
mengangkat permasalahan mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model
matematis, seperti arus kas yang didiskonto (discounted cash flow) atau pemrograman linear (linear
programming) guna membantu manajer dalam mengambil keputusan ekonomi yang optimal, tanpa
melibatkan faktor-faktor lain yang memengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemen, seperti
perilaku manusia serta kondisi lingkungan

 DARI PENDEKATAN UNIVERSAL KE PENDEKATAN KONTINJENSI

Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic
approach), seperti riset Argyris pada tahun 1952, Hopwood, dan Otley. Namun, karena pendekatan ini
memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian
besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).

Secara umum, teori ini menyatakan penyusunan dan penggunaan desain sistem pengendalian
manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan di mana sistem tersebut
akan diterapkan. Teori ini menanggapi klaim dari pendekatan universal yang menyatakan suatu sistem

23
pengendalian bisa diterapkan dalam karakteristik perusahaan dan kondisi lingkungan apa pun.
Pendekatan universal tersebut didasarkan pada teori manajemen ilmiah (scientific management theory).

Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
berbagai variabel kontinjensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian
manajemen. Secara ringkas, berikut berbagai variabel kontinjensi yang memengaruhi desain sistem
pengendalian manajemen tersebut.

1. Ketidakpastian (uncertainty), seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal


lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence), seperti proses
produksi, produk massal, batch yang kecil/besar, dan sebagainya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel, seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy), seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor), seperti desentralisasi, sentralisasi,
budaya organisasi, dan sebagainya.

Kompleksitas desain riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi bisa dibagi dalam empat tingkatan.
Pertama, desain riset yang menghubungkan satu variabel kontinjensi dengan satu variabel sistem
pengendalian. Kedua, desain riset yang menguji interaksi antara satu variabel kontinjensi dan satu variabel
sistem pengendalian terhadap variabel dependen tertentu (variabel konsekuensi), seperti kinerja atau
kepuasan kerja. Ketiga, desain riset yang menguji interaksi antara satu variabel kontinjensi dengan lebih
dari satu variabel sistem pengendalian manajemen terhadap variabel konsekuensi. Terakhir, tingkat
keempat, adalah desain riset yang memasukkan berbagai variabel kontinjensi untuk menentukan desain
pengendalian yang optimal.

Salah satu riset awal yang menggunakan teori kontinjensi adalah Burns dan Waterhouse.

I. LINGKUP DAN SASARAN HASIL AKUNTANSI KEPRILAKUAN

Akuntansi keprilakuan berada dibalik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan,
mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi
berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu
sistem informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, menceminkan dimensi sosial dan budaya
manusia dalam suatu organisasi. Ruang lingkup akuntansi keprilakuan sangat luas yang meliputi
antara lain:

1. aplikasi dari konsep ilmu keprilakuan terhadap desain kontruksi sistem akuntansi.

2. studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi

3. dengan cara mana informasi diproses untuk membantu pengambilan keputusan

24
4. pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan perilaku-perilaku para
pemakai data.

5. pengembangan strategi untuk motivasi dan mempengaruhi perilaku,cita-cita serta tujuan


dari orang-orang yang menjalankan organisasi pemakaian data.

Lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar:

1. pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, kontruksi, dan penggunaan sistem


akuntansi, hal ini terlihat pada bagaimana sikap serta fiolosofis dari bagian manajemen
dalam mempengaruhi secara alami terhadap budgeting control atau pengendailan keuangan
serta memaksimalkan fungsi setiap bagian dalam organisasi/perusahaan

2. pengaruh sistem akunatnsi terhadap perilaku manusia, hal ini ditandai dari perubahan
emosi, motivasi, produktivitas, kepuasan kerja, pengambilan keputusan serta kerjasama
tim

3. metode untuk memprediksi dan strategi unuk mengubah perilaku manusia, yang mana
menekankan pada cara agar sistem akuntansi dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi
habit atau perilaku manusia.

Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science), teori-teori akuntansi keperilakuan di
kembangkan dari penelitian empiris atas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian,
peranan penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang
lingkup penelitian di bidang akuntansi keperilakuan sangat luas sekali, tidak hanya meliputi
bidanga akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian dalam bidang etika, auditing
(pemeriksaan akuntan), sistem informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.

J. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ILMU KEPERILAKUAN DAN AKUNTANSI


KEPERILAKUAN

1. Persamaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelas dan prediksi keperilakuan manusia.
Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu
akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan keperilakuan merupakan bagian dari bagian dari ilmu

25
sosial, ilmu sosial, sedangkan ak sedangkan akuntansi untansi keperilakuan merupakan bagian dari
ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Oleh karena itu, ilmuwan keperilakuan terlibat
dalam riset terhadap aspek-aspek teori motivasi, kepuasan sosial maupun bentuk sikap. Sementara
itu para akuntan keperilakuan menerapkan unsur-unsur khusus dari riset atau teori tersebut tersebut
untuk menghasilkan hubung untuk menghasilkan hubungan dengan situasi akuntansi yang ada.

2. Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

Perbedaan antara ilmuwan keperilakuan dan akuntan keperilakuan terletak diluar persamaan
mereka. Akuntansi adalah sebuah profesi dan menjadi akuntan berarti berarti dilatih untuk berlatih
dan bertindak secara professional. Pelatihan ini berbeda dari pengalaman yang seluruhnya
diperoleh dari observasi ketika yang seluruhnya diperoleh dari observasi ketika ingin menjadi
ilmuwan. in menjadi ilmuwan.

Perbedaan antara ilmuwan keperilakuan dan akuntan keperilakuan dapat dilihat pada table
dibawah ini:

Perbedaan Ilmu Keprilakuan Akuntansi Keprilakuan


1. Area Keahlian Keutamaan Keutamaan Keutamaan akuntansi;
ilmu sosial; tidak ada pengetahuan pengetahuan dasar
pengetahuan akuntansi dari ilmu sosial
2. Kemampuan mendesain dan Elemen kunci dalam Bukan merupakan elemen utama
melaksakan proyek keperilakuan pelatihan dalam pelatihan
3. Pengetahuan dan pemahaman Bukan merupakan elemen Elemen kunci dalam pelatihan
terhadap pekerjaan organisasi utama dalam pelatihan
bisnis secara umum dan system
akuntansi secara khusus
4. Orientasi Ilmiah Professional
5. Pendekatan masalah Teoritis dan praktik Praktik
6. Fungsi Ilmu lanjutan lanjutan dan Melayani klien, menasehati
pemecahan masalah manajemen

26
7. Kepentingan dalam ilmu Terbatas terhadap disiplin Terbatas terhadap akuntansi terkait
keprilakuan yang luas dalam bidang
keperilakuan

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa ketika akuntan keperilakuan dan ilmuwan
keperilakuan memiliki kemampuan yang sama terhadap pendekatan akuntansi yang berkaitan
dengan dilema organisasi baik akuntan keperilakuan dan ilmuwan keperilakuan memainkan peran
yang berbeda, bahkan saling melengkapi dalam memecahkan masalah. Akuntan keperilakuan
memahami struktur dan fungsi dari system akuntansi serta orang-orang yang terkait di dalamnya
dengan lebih baik. Ilmuwan keperilakuan memiliki pandangan yang mendalam terhadap
keseluruhan dinamika organisasional dan pengembangan dari pola keperilakuan. Secara
bersamaan, keduanya dapat bekerja sama memilih metode riset dalam analisis data dan penulisan
laporan.

K. PENGARUH ORGANISASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU


Perubahan adalah sesuatu yang wajib terjadi terhadap segala sesuatu di bumi ini. Filosofi mendasar
inilah yang harus diyakini oleh semua pimpinan atas bawahannya. Hal yang perlu dipahami adalah
bahwa segala perubahan terjadi dengan proses, tidak ada perubahan tanpa melalui proses.
Mengelola perubahan organisasi membutuhkan waktu terutama karena menggabungkan
kemampuan sumber daya manusia dengan kondisi organisasi yang baru membutuhkan waktu.
Lebih dari itu, proses perubahan itu sendiri membutuhkan waktu karena organisasi merupakan
sistem yang kompleks dengan berbagai ketergantungan, dengan mengadakan perubahan berarti
kolaborasi dan kemitraan antar-manajer lini profesional sumber daya manusia (SDM) dan semua
karyawan. Idealnya kerja sama ini terjadi selama berlangsungnya semua fase perubahan, dimulai
dari pengertian terhadap sifat perubahan organisasi itu sendiri dan terus berlanjut pada
perencanaan, pelaksanaan, penilaian kembali dan penyesuaian kembali sumber daya manusia.

Perubahan adalah membuat sesuatu menjadi berbeda. Adapun perubahan terencana (planned
change) merupakan kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi tujuan. Tujuan perubahan
terencana tersebut adalah: (1) perubahan itu mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan lingkungan, dan (2) perubahan itu
mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Robbins dan Judge (2009)29 mengemukakan
bahwa yang bertanggung jawab untuk mengelola kegiatan perubahan adalah agen perubahan, di
mana agen perubahan tersebut bisa manajer atau bukan manajer, karyawan atau konsultan luar.
Sementara yang dapat diubah oleh agen perubahan pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam
empat kategori: struktur, teknologi, pengaturan (setting) fisik, dan orang (sikap). Mengubah

27
struktur mencakup pembuatan perubahan dalam hubungan wewenang, mekanisme koordinasi dan
rancang ulang pekerjaan. Mengubah teknologi meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses
dan dalam metode serta peralatan yang digunakan.
Mengubah setting fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata letak dalam tempat kerja.
Mengubah orang mengacu pada perubahan dalam sikap, keterampilan, pengharapan, persepsi
dan/atau perilaku karyawan. Kekuatan lingkungan (kondisi ekonomi, karakteristik angkatan kerja,
kualitas sosial) menyebabkan perubahan organisasi berubah dari waktu ke waktu dan dari satu
bisnis ke bisnis lainnya, tetapi proses perubahan itu sendiri bersifat konstan. Terdapat tiga contoh
perubahan organisasi yang memiliki implikasi utama terhadap pengelolaan sumber daya manusia
dan sangat mungkin tetap berlangsung di abad 21: (a) perubahan yang terus berlangsung ke arah
strategi yang berfokus pada konsumen dan kualitas menyeluruh, (b) restrukturisasi organisasi dan
terus berlangsungnya upaya perampingan perusahaan dan pemutusan hubungan kerja, dan (c)
inisiatif untuk merespons terhadap tuntutan angkatan kerja yang semakin beragam.

Pengaruh organisasi terhadap perubahan perilaku berkaitan dengan pengembangan organisasi


(organizational development). Pengembangan organisasi merupakan suatu kumpulan intervensi
perubahan terencana, yang dibangun di atas nilai-nilai humanistis- demokratis, yang berupaya
memperbaiki keefektifan organisasi dan kesejahteraan karyawan. Fokus utama teori dan praktik
pengembangan organisasi adalah aspek sumber daya manusia organisasi dan aspek sosial
organisasi. Pengembangan organisasi hampir selalu berfokus pada nilai (values), sikap (attitudes),
kepemimpinan (leadership), iklim organisasi (organizations climate), dan variabel manusia
(people variables). Pembangunan organisasi mengonsentrasikan pada perasaan (feelings) dan
emosi (emotions), ide dan konsep, menempatkan pentingnya pertimbangan pada keterlibatan
individual dan partisipasi.

Manusia bekerja dengan dibatasi oleh organisasi. Perilakunya dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk ukuran organisasi dan struktur. Gaya kepemimpinan atau filosofi manajemen,
otoritas/hubungan pertanggungjawaban, hubungan status, dan norma kelompok juga turut
memengaruhi perilaku dan fungsi organisasi.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi keperilakuan merupakan bidang akuntansi yang bersangkutan dengan disiplin
ilmu lain yaitu psikologi dan sosiologi, sehingga berakibat pada perkembangan metode
penelitian yang digunakan. Hal ini ini dampak pada digunakannya metode penelitian field
maupun laboratory pada sebagian besar penelitian akuntansi keperilakuan. Beberapa
bidang akuntansi yang dapat diteliti dari sudut pandang penelitian akuntansi keperilakuan
antara lain akuntansi manajemen, auditing, akuntansi keuangan sistem informasi dan
perpajakan. sebagian besar penelitian dalam bidang-bidang tersebut memfokuskan pada
proses judgment dan pengambilan keputusan.
Beberapa kesulitan dan keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian akuntansi
keperilakuan saat ini memacu para peneliti untuk meningkatkan kualitas penelitian, baik
dari segi substansi yaitu pengembangan teori di luar disiplin akuntansi maupun dari
kemampuan statistik

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan kita semua tentang Akuntansi Keperilakuan. Khususnya tentang Pengantar
Akuntansi Keperilakuan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arfan ikhsan lubis.2017.akuntansi keperilakuan/akuntansi multiparadigma:salemba empat

(https://www.dosenpendidikan.co.id/akuntansi-keperilakuan/)

(https://www.scribd.com/document/401516168/Persamaan-Dan-Perbedaan)

30

Anda mungkin juga menyukai