Pembimbing
dr. Tutwuri Handayani, Sp.A., M.Ked.Klin.
Oleh:
Rafael Edward Nerchan
1522322035
SMF/Bagian Ilmu
Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Rumah Sakit PHC Surabaya
2023
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Patogenesis dan gejala klinis diare akut infektif. ..................................................... 11
Gambar 2.2 Mekanisme kerja toksin Vibrio cholera. .................................................................. 12
iii
BAB I
STATUS MEDIK
1.1. Identitas Pasien
Nama : An. I
Tanggal Lahir : 5 Oktober 2019
Tanggal Periksa : 10 – 12 April 2023
Usia : 3 tahun 6 bulan 5 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Simo Hilir Timur 1-D/11, Surabaya
Tanggal MRS : 10 April 2023
Tanggal KRS : 12 April 2023
1
F. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi.
G. Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien imunisasi anak sudah lengkap, tetapi tidak dapat dipastikan karena tidak
membawa buku KIA.
H. Riwayat Kehamilan
Persalinan secara caesar karena ada ibu mengalami hipotiroid.
Berat badan lahir : 2,5kg
Panjang badan lahir : 47cm
Lingkar kepala lahir : Ibu pasien tidak ingat
I. Riwayat Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang dalam batas normal kecuali adanya speech delay yang diketahui sejak
usia 2,5 tahun.
J. Riwayat Nutrisi
Makan 3-4 kali sehari, ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan dengan MPASI
dan susu formula. Selama sakit, anak tidak mau makan hanya minum air dan susu formula.
3
Tabel 1.1 Pemeriksaan Fisik Kepala-Leher
Ukuran normal, ubun-ubun sudah menutup dan tidak ada penonjolan, kulit kepala
Kepala
baik.
Inspeksi Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada kemerahan atau luka.
4
Tabel 1.5 Pemeriksaan Fisik Genitalia
5
Tabel 1.7 Hasil Feses Lengkap
1.4. Assessment
Tabel 1.8 Problem List
Hemoglobin rendah
6
1.5. Planning
A. Diagnostik
• Darah lengkap dan feses lengkap.
B. Terapi
• Inf. KaEN3B 500ml/3jam dilanjutkan 1000ml/24jam
• Inj. Santagesik 3x125mg prn
• Inj. Ranitidin 2x10mg
• Inj. Ondansetron 1x4mg
• Liprolac Sachet 2x1 untuk 5 hari
• Zinc Syrup 1x20mg untuk 10 hari
• Ciprofloxacin 2x125mg untuk 7 hari
C. Monitoring
• Keluhan pasien
• TTV
• Nutrisi
D. Edukasi
• Edukasi mengenai penyakit yang diderita kepada keluarga pasien.
• Menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan untuk mencegah perburukan diare.
• Pemberian susu formula dikurangi, sehingga anak mau makan.
• Harus sering memberikan air minum kepada anak agar tidak dehidrasi.
• Pasien MRS untuk dipantau kondisinya hingga ada perbaikan terutama keadaan
dehidrasinya.
• Memberikan pasien makanan, walaupun hanya sedikit-sedikit lebih baik daripada tidak
sama sekali.
• Harus memberikan makanan tinggi zat besi untuk menangani anemia defisiensi zat besi
yang dialami oleh pasien.
1.6. Follow Up
11 April 2023
A. Subjective
Ibu pasien mengatakan anak sudah diare 5x, terakhir jam 1 siang (pemeriksaan dilakukan
pada pukul 2 siang). BAB yang keluar masih cair berwarna kuning tanpa ampas. Ibu pasien
juga mengatakan anak sempat batuk karena tersedak obat. Nafsu makan dan minum sudah
7
membaik dari hari sebelumnya, sudah makan 1 sendok nasi dan lauk hingga habis, minum
2 gelas air mineral. BAK lancar dan normal.
B. Objective
• Keadaan umum sudah membaik
• TTV
Suhu : 38,2oC
Nadi : 110x/menit
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
• Pemeriksaan fisik
Mata cowong sudah tidak ada, pemeriksaan lainnya dalam batas normal
C. Assessment
Diagnosis Utama : Diare akut dehidrasi teratasi
Diagnosis Sekunder : Low intake + faringitis akut + anemia defisiensi zat besi
D. Planning
Diagnostik : tidak diperlukan
Terapi : melanjutkan terapi sebelumnya
Monitoring : keluhan pasien, TTV, nutrisi
12 April 2023
A. Subjective
Ibu pasien mengatakan diare anak sudah berkurang, makan dan minum sudah lebih baik
daripada hari sebelumnya. Pasien juga sudah tidak demam dan dapat lebih aktif dari
sebelumnya.
B. Objective
• Keadaan umum sudah baik
• TTV
Suhu : 36,9oC
Nadi : 110x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
• Pemeriksaan fisik
Semua dalam batas normal.
8
C. Assessment
Diagnosis Utama : Diare akut dehidrasi teratasi
Diagnosis Sekunder : Low intake + faringitis akut + anemia defisiensi zat besi
D. Planning
Diagnostik : tidak diperlukan
Terapi : memberikan obat demam untuk dikonsumsi apabila demam, oralit untuk
diare.
Monitoring : keluhan pasien, TTV, nutrisi
Edukasi : obat demam diminum hanya apabila anak demam, dapat juga dilakukan
kompres seka untuk menurunkan demam. Pastikan makan dan minum pasien cukup.
Apabila masih ada diare, berikan oralit setiap kali diare.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi, Klasifikasi, dan Etiologi Diare
Diare akut merupakan suatu kondisi dimana terdapat perubahan konsistensi feses menjadi
cair serta frekuensi buang air besar yang meningkat, yaitu lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan terjadi
kurang dari 1 minggu.1 Oleh karena konsistensi feses menjadi cair, maka akan terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebih sehingga tubuh mengalami kekurangan elektrolit. Kekurangan
elektrolit ini akan bertambah parah oleh karena usus yang kehilangan kemampuannya untuk
menyerap cairan dan elektrolit dari makanan yang dikonsumsi.
Klasifikasi1
A. Berdasarkan lama waktu:
• Diare akut: diare yang berlangsung <7 hari
• Diare persisten: diare yang berlangsung antara 14-28 hari
• Diare kronik: diare yang terjadi >28 hari
B. Berdasarkan derajat dehidrasi:
• Tanpa dehidrasi: kehilangan cairan <5% berat badan, tanpa tanda utama dan tanda
tambahan. Keadaan umum baik, sadar, ubun-ubun besar dan mata tidak cekung, air mata
ada, mukosa mulut dan bibir basah, turgor baik, dan akral hangat.
• Dehidrasi ringan/sedang: kehilangan cairan 5-10% berat badan, dengan 2 tanda utama
ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. Keadan umum gelisah atau cengeng, ubun-ubun
besar dan mata sedikit cekung, air mata berkurang, mukosa mulut dan bibir sedikit
kering, turgor kulit berkurang, dan akral hangat.
• Dehidrasi berat: kehilangan cairan >10% berat badan, dengan 2 tanda utama dan 2 atau
lebih 2 tanda tambahan. Keadaan umum lemah, letargi, atau koma, ubun-ubun besar dan
mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering, turgor
kulit sangat kurang, akral dingin.
Etiologi2
Penyebab diare dapat terjadi oleh karena 2 hal, yaitu infeksi dan non-infeksi.
A. Infeksi: transmisi atau penyebaran melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(fecal-oral)
1. Bakteri: Salmonella sp., E. Coli, Shigella sp., Vibrio Cholera, Staphylococus Aureus.
2. Virus: Rotavirus (A-C), Adenovirus, Hepatitis A, Calicivirus (Norovirus dan Sapovirus)
10
3. Parasit: Cryptosporidium, Angiostrongylus cantonesis, Giardia Lamblia, E. Hystolitica.
B. Non-infeksi
1. Faktor makanan: mengonsumsi makanan yang basi, keracunan makanan, alergi
makanan, air minum yang tidak dimasak, tangan yang terkontaminasi saat makan.
2. Faktor malabsorbsi: intoleransi laktosa pada bayi dan anak, malabsorbsi disakarida
(laktosa, maltosan, dan sukrosa), monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa) dan
juga malabsorbsi karbohidrat.
3. Faktor efek samping obat-obatan: beberapa obat dapat menyebabkan diare, contohnya
antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dan jahat dalam usus.
4. Faktor psikilogis: rasa takut, cemas dan tegang dapat menyebabkan kecepatan gerakan
peristaltik usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan.
2.2 Patogenesis2,3
Berdasarkan klasifikasi waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan kronik. Pada kasus ini, pasien
mengalami diare <7 hari sehingga dinyatakan diare akut. Lebih dari 90% kasus diare akut
disebabkan oleh karena agen infeksius, sementara 10% disebabkan karena drug induced, toksin,
keracunan makanan, dan penyebab lainnya.
A. Diare Akut Infektif
11
1. Virus: penyebab terbanyak adalah rotavirus, dimana virus tersebut memiliki kemampuan
untuk berikatan dengan enteric nervous system pada GI tract dan berikatan dengan brush
border pada usus halus sehingga akan mengganggu malabsorpsi dan meningkatkan
sekresi cairan.
2. Bakteri/parasit non invasif (enterotoksigenik): paling umum adalah Vibrio cholera,
Enterotoxigenic E.coli, dan Clostridium perfiringen. Diare terjadi karena menempelnya
bakteri/parasit pada brush border usus halus atau dengan menghasilkan toksin. Toksin
yang dihasilkan akan mengaktivasi cAMP sehingga meningkatkan sekresi air, NaCl, dan
Cl- melebihi kapasitas absorpsi cairan sehingga menyebabkan diare dan muntah yang
profus tanpa adanya nyeri abdomen karena tidak ada kerusakan mukosa.
12
C. Diare Kronik
Diare kronik terjadi lebih dari 14 hari, yang sebagian besar disebabkan karena non-infeksi
dengan patofisiologi yang lebih kompleks.
1. Diare sekretorik: terjadi saat adanya peningkatan aktivitas sel epitel intestinal atau
peningkatan sekresi akibat zat-zat pemicu. Feses yang keluar akan dalam jumlah banyak
meskipun tidak ada makanan yang masuk, hal ini terjadi karena kandungan feses
didominasi oleh elektrolit.
2. Diare osmotik: ketika beban osmotik oleh substansi non-absorbable menarik cairan ke
dalam lumen intestinal, yang terjadi karena kerusakan fungsional atau struktural epitel
intestinal. Gejala yang khas adalah, apabila tidak ada agen penyebab (makanan yang
dikonsumsi) maka diare akan berhenti.
3. Diare kronik inflamatori: kondisi dimana terdapat inflamasi yang melalui proses
eksudasi, sekretori, gangguan absorpsi air dan elektrolit, malabsorbsi nutrien, dan
hipersekresi yang disebabkan oleh mediator radang. Gejala yang muncul adalah demam,
mukus dan darah pada tinja, nyeri perut dan/atau adanya kelainan ekstra intestinal.
4. Diare kronik motiliti atau abnormalitas waktu transit usus: terjadi hipermotilitas usus
sehingga waktu kontak makanan dengan mukosa usus berkurang, yang menyebabkan
absorbsi tidak maksimal. Feses yang keluar akan berwarna terang, berminyak, dan
berbau asam.
5. Diare steatorrheal: terjadi ketika adanya malabsorpsi lemak sehingga menghasilkan
feses yang mengandung lemak. Gejala yang muncul adalah feses berwarna terang,
berminyak, berbau busuk, penurunan berat badan, dan defisiensi nutrisi.
2.3 Penegakkan Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui hasil anamnesis yang ditemukan, serta hasil dari
pemeriksaan fisik maupun penunjang.
A. Anamnesis
Menanyakan karakteristik diare seperti lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari,
warna dan konsentrasi tinja, temuan lendir atau darah dalam tinja. Mencari tanda-tanda
dehidrasi seperti muntah, rasa haus berlebih, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, dan kembung. Selain mengetahui cairan yang keluar, juga harus memperhatikan
cairan yang masuk. Mencari tahu juga konsumsi makanan dan minuman yang dapat
menyebabkan diare, menelusuri orang di sekitar yang mungkin mengalami diare.
13
B. Pemeriksaan Fisik
Menilai keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital pasien. Terdapat tanda utama yang dapat
dilihat, yaitu keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor
kulit abdomen menurun. Tanda tambahan lainnya adalah ubun-ubun besar dan mata
cekung, mukosa bibir dan mulut kering, serta air mata yang berkurang. Tanda-tanda
gangguang keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti napas cepat dan dalam (asidosis
metabolik), kembung (hipokalemia), dan kejang (hipo atau hipernatremia).
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja tidak selalu dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa atau kecurigaan amubiasis. Analisis gas darah dan elektrolit dapat
dilakukan apabila dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2.4 Faktor Risiko4
Terdapat faktor risiko yang meningkatkan kejadian diare pada anak, dapat bedasarkan
faktor makanan, keluarga maupun pasiennya sendiri.
A. Pendidikan rendah
B. Kurangnya pasokan air bersih
C. Penyimpanan air yang buruk
D. Kurangnya menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan menggunakan sabun
E. Kotoran feses yang dibiarkan begitu saja
F. Pembuangan sampah yang tidak benar
G. Memasak air tidak sampai matang
H. Kebiasaan makan yang tidak higienis
I. Imunosupresan
J. Kurangnya asupan ASI
2.5 Tatalaksana1
A. Rehidrasi Cairan
1. Tanpa dehidrasi
Memberikan cairan rehidrasi oralit dengan takaran 5-10 ml/kgBB setiap kali diare, atau
berdasarkan usia, yaitu <1 tahun sebanyak 50-100ml, dan 1-5 tahun sebanyak 100-
200ml. Dapat dirawat di rumah, kecuali terdapat perburukan atau komplikasi lain.
14
2. Dehidrasi ringan-sedang
Memberikan oralit hiperosmolar sebanyak 75ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti
kehilangan cairan yang terjadi, dan 6-10ml/kgBB setiap kali diare. Apabila anak tidak
dapat minum atau muntah tiap kali diberikan minuman, maka diberikan rehidrasi secara
intravena dengan ringer laktat/KaEN 3B/ NaCl dengan jumlah sebagai berikut:
• Berat badan 3-10kg: 200ml/kgBB/hari
• Berat badan 10-15kg: 175ml/kgBB/hari
• Berat badan >15kg: 135ml/kgBB/hari
Rehidrasi perlu dipantau secara berkala, sehingga disarankan dilakukan di fasilitas
kesehatan atau dirawat di rumah sakit.
3. Dehidrasi berat
Cairan rehidrasi diberikan secara intravena dengan ringer laktat atau ringer asetat dengan
takaran 100ml/kgBB, diberikan dengan cara:
• Usia <12 bulan: 30ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70ml/kgBB dalam
5 jam berikutnya
• Usia >12 bulan: 30ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70ml/kgBB
dalam 2,5 jam berikutnya
Apabila anak sudah mau minum, diberikan cairan peroral dengan takaran awal
5ml/kgBB
B. Zinc
Pemberian zinc bertujuan untuk menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja
sehingga dapat menurunkan risiko dehidrasi. Pemberian zinc dilakukan selama 10-14 hari
walaupun anak sudah tidak mengalami diare, dengan dosis:
• Usia <6 bulan: 10mg/hari
• Usia >6 bulan: 20mg/hari
C. Probiotik5
Pemberian probiotik pada saat diare diyakini dapat membantu mempercepat kesembuhan
atau mencegah perburukan dengan cara:
1. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
2. Memproduksi asam sehingga dapat membunuh bakteri patogen
3. Mengurangi efek toxin dari bakteri patogen
4. Mencegah patogen untuk berikatan dengan reseptor endotel
15
5. Meningkatkan pertahanan mukosa usus
6. Memproduksi enzim yang dapat mencegah diare
D. Nutrisi
Pemberian makanan rendah serat, buah-buahan terutama pisang, serta menu sajian yang
sama saat masih sehat untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang hilang. Dapat diberikan dengan porsi yang sedikit tetapi sering.
E. Medikamentosa
Pemberian medikamentosa untuk mengobati penyebab diare, antibiotik untuk bakteri,
antiparasit untuk penyebab parasit. Untuk virus tidak diberikan obat karena self-limiting
disease. Apabila anak mengalami muntah-muntah, dapat diberikan antiemetik atau
antimuntah agar mempermudah rehidrasi secara oral.
2.6 Edukasi
A. Mengedukasi orang tua pasien mengenai penyakit yang diderita anak.
B. Mengedukasi mengenai hand hygiene anak kepada orang tua agar mengurangi risiko
terkena diare di kemudian hari.
C. Menjelaskan tujuan anak dirawat di rumah sakit.
D. Harus memastikan anak tetap mau makan agar tidak terjadi kekurangan gizi, apabila anak
tidak mau makan maka coba kurangi cemilan atau susu formula yang dikonsumsi.
E. Memastikan intake cairan tidak kurang daripada jumlah diare, apabila perlu tiap diare
diberikan oralit untuk mencegah dehidrasi.
2.7 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
A. Dehidrasi
Dehidrasi yaitu ketidak seimbangan antara jumlah cairan yang masuk dengan jumlah cairan
yang keluar. Pada kasus diare, cairan yang keluar melalui feses sangat banyak sehingga
akan menyebabkan kekurangan cairan tubuh apabila diare terjadi dalam jangka panjang.
B. Syok Hipovolemik
Kondisi kegawat daruratan yang disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh dalam jumlah
yang banyak, sehingga jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh.
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan salah satu komplikasi yang sering
terjadi pada diare akut terutama pada usia lanjut dan anak-anak.
C. Gangguan Elektrolit dan Mikronutrien
16
Kadar elektrolit yang tidak seimbang oleh karena kehilangan melalui diare.
1. Hipokalemia
Terjadi oleh karena kekurangan kalium (K) selama keadaan dehidrasi yang ditandai
dengan kelemahan otot, bradikardia, peristaltik usus yang berkurang, hingga aritmia.
2. Hiponatremia
Hiponatremi terjadi ketika kehilangan natrium pada cairan ekstrasel atau penambahan
air pada cairan ekstrasel, menyebabkan penurunan konsentrasi natrium plasma.
3. Defisiensi Mikronutrien
Defisiensi mikronutrien terjadi karena adanya gangguan penyerapan makanan di usus
selama diare.
D. Asidosis Metabolik
Kondisi dimana tidak dapat mempertahankan natrium sehingga hal ini menyebabkan pH
tubuh tidak normal. Hal ini dapat dilihat secara klinis dengan pernapasan kussmaul pada
pasien.
E. Gangguan Pertumbuhan pada Anak
Dapat terjadi karena usus tidak dapat menyerap makanan yang dikonsumsi. Hal ini dapat
menyebabkan kekurangan gizi sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Prognosis
Dubia ad bonam (cenderung sembuh/baik) apabila ditangani dengan baik untuk rehidrasi cairan
dan elektrolit yang terbuang selama diare.
17
BAB III
RINGKASAN
Pada kasus ini, pasien beserta dengan ibu datang dengan keluhan diare selama 4 hari, sejak
kamis malam yang disertai demam. Diare dikatakan bisa lebih dari 5 kali dalam sehari, dan demam
pertama yang diukur mencapai suhu 39,7 oC. Diare berwarna kuning cair, tanpa ampas, darah
maupun lendir. Diare tidak disertai mual maupun muntah, tetapi anak tidak mau makan karena
leher sakit sehingga hanya mau minum air dan susu formula saja selama sakit. Dari hasil anamnesis
ini sendiri dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang,
dan perlu dirawat di rumah sakit karena pasien tidak mau makan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
mendapatkan hasil mata cowong, yang mendukung keadaan dehidrasi yang dialami oleh pasien.
Ditemukan juga adanya faring hiperemis yang dapat menjelaskan mengapa pasien tidak mau
makan oleh karena adanya nyeri telan. Dari pemeriksaan penunjang darah lengkap, hasil
didapatkan adanya peningkatan monosit, serta anemia defisiensi zat besi.
Pasien dianjurkan melakukan rawat inap dengan tujuan untuk memantau kondisi dehidrasi
pasien, serta menangani kondisi tersebut oleh karena pasien menolak makan. Hal ini juga bertujuan
untuk memperbaiki dan mencegah perburukan dari kekurangan gizi yang ditemukan dari hasil
pemeriksaan antropometri pasien.
Tatalaksana utama yang diberikan adalah rehidrasi cairan secara intravena dengan KaEN
3B untuk memperbaiki kondisi dehidrasi pasien. Untuk terapi pengobatan, diberikan terapi
simtomatik yaitu obat demam, hanya diberikan apabila pasien sedang demam. Untuk terapi diare,
pasien diberikan probiotik dan zinc untuk mencegah perburukan dari diare. Selain itu, pasien
diberikan juga antibiotik oleh karena penyebab diare yang ditemukan adalah bakteri, pemberian
antibiotik selama 10 hari dan wajib dihabiskan.
Saat pasien dipulangkan, diberikan edukasi tambahan kepada orang tua mengenai konsumsi
antibiotik yang masih perlu dilanjutkan, serta menjaga hand hygiene anak agar tidak terkena diare
kembali di masa mendatang.
18
DAFTAR PUSTAKA
19