Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fivien Amrisyah

Nim : 12020723107
Kelas : IH-F/Semester 6
Mata Kuliah : Etika Tanggung Jawab Profesi Hukum
Tugas Resume

PERBANDINGAN PEMBERIAN JASA HUKUM DARI PERSPEKTIF


ISLAM DAN UMUMNYA/KONVENSIONAL

Dalam catatan sejarah peradilan Islam, praktik pemberian jasa hukum telah
dikenal zaman pra-Islam. Pada saat itu, meskipun terdapat system peradilan yang
terorganisasi, persengketaan mengenai hak milik, hak waris, dan hak-hak lainnya
seringkali diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh
masing-masing pihak yang berselisih. Mereka yang ditunjuk pada waktu itu sebagai
mediator orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural dan orang yang
mempunyai kelebihan di bidang tertentu sesuai dengan perkembangan pada waktu
itu.

Pada masa pra-Islam. pemberian bantuan jasa hukum itu harus memenuhi
beberapa kualifikasi. Diantara syarat yang penting bagi mereka adalah harus cakap
dan memiliki kekuatan supranatural dan adikrodati. Atas dasar persyaratan tadi,
padaumumnya pemberian jasa hukum itu terdiri atas ahli nujum. Karena itu dalam
pemeriksaan dan penyelesaian persengketaan dikalangan mereka lebih banyak
mengggunakan kekuatan firasat dari pada menghadirkan alat- alat bukti, seperti saksi
atau pengakuan. 1

Dalam Islam kata advokat dikenal sebagai lembaga pemberi bantuan hukum.
Jika dilihat dari pengertian dan fungsi advokat sebagai pemberi bantuan hukum, maka
dalam islam juga mengenal lembaga yang secara praktiknya juga sama yang
dilakukan oleh para advokat.

Dalam Islam mengenal seorang hakam yang fungsinya adalah memberi


bantuan hukum bisa berupa putusan, juru islah atau juga sebagai pemberi advokasi
kepada masyarakat. Selain itu dalam Islam juga dikenal mufti yang secara fungsinya
yaitu memberi nasehat hukum atau konsultasi hukum kepada orang yang mencari
keadilan. Yang ketiga adalah lembaga mashalih ‘alaih yaitu sebagai lembaga yang
membantu membuat perjanjian atau kontrak perjanjian antara pihak yang
bersengketa.Karena kesamaan lemaga-lembaga pemberi bantuan hukum itulah sering

1
Rizky Wiranda, dkk, Meninjau Pemberian Jasa Hukum Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, Vol.9, No.3 (2023):460-461
dijadikan alasan para sarjana hukum untuk mempersamakan profesi advokat dengan
lembaga penegak hukum dalam Islam.
Ada tiga kategori profesi yang menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemberi
jasa hukum dalam Islam, yaitu hakam, mufti, dan mushalaih-alaih. Seperti yang telah
di jelaskan sebelumnya tentang pemberi bantuan hukum dalam Islam bahwa ketiga
lembaga pemberi bantuan hukum ini fungsinya sama dengan advokat. Jasa hukum
yang diberikan berupa konsultasi,menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
membela dan melakukan tindakan hukum lainya kepada klien untuk menyelesaikan
perselisihan, mendamaikan sengketa atau memberikan nasehat kepada pihak yang
bersengketa agar saling memenuhi hak dan kewajibanya masing-masing dan
menyelesaikan sengketa secara damai.
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber hukum yang selalu menyerukan
kepada kebajikan dan tanggung jawab moral yang tinggi. Menurut al-Qur’an rasa
tanggung jawab yang komprehensif dapat menjamin hak-hak dasar manusi. Bukan
sebaliknya, dan orang yang merefleksikan tanggung jawab moral tadi adalah dalam
kemenangan.
Al-Quran dan sunnah banyak memberikan bimbingan etika pada pihak yang
memasuki dunia hukum yang lainnya, maka bimbingan etika dari Rasulullah berlaku
juga bagi para advokat sebagai pihak yang terlibat dalam pengambilan putusan
hakim. Dengan diterapkanya suatu hukum, maka hidup manusia akan mencapai
keteraturan dan kedamaian.2
Dalam Islam, istilah etika adalah merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan
merupakan bagian dari akhlak karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku
manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja, melainkan mencakup hal-hal yang
lebih luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah dan syari ah. Di dalam Islam, ada dua
istilah dalam membahas masalah etika Islam, yaitu istilah “akhlaq” dan “adab”.
Dapat dipahami, bahwa kode etik profesi advokat mengandung nilai moral
yang menjadi landasan kepribadian seorang advokat secara professional. Etika profesi
advokat dan hukum adalah satu kesatuan yang secara inheren terdapat nilai-nilai etika
islam yang landasanya merupakan pemahaman dari al-Quran, sehingga pada dasarnya
kode etik profesi advokat sejalan dengan nilai-nilai dalam system etika Islam.
Secara umum, pemberian jasa hukum oleh advokat telah berlangsung sejak
lama. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran dan menegakkan keadilan serta
menjunjung tinggi supremasi hukum untuk menjamin terselenggaranya negara hukum
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada awalnya advokat merupakan moral
force yaitu kekuatan moral yang dilakukan oleh sekelompok orang. Mereka melihat
bahwa sering terjadi perlakukan kewenangwenangan dari pihak penguasa kepada
2
Diyan Putri Ayu, Wahyudi, Nafi’ah, Etika Profesi Advokat Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal
Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol.3 No.1 (2021): 138-163
sebagian masyarakat. Selalu terjadi tindak kezaliman antara warga masyarakat yang
lebih kuat terhadap warga masyarakat lainnya yang lemah dari aspek ekonomi,
politik, atau hukum. Begitu juga sering berlangsungnya ketidakadilan terhadap
masyarakat pencari keadilan, terutama bagi masyarakat miskin yang tidak mampu
secara ekonomis dan tidak mempunyai akses terhadap bantuan hukum. Marginalisasi
terhadap orang miskin sudah berlangsung berabad-abad tidak hanya di bidang
ekonomi, politik, pendidikan, kesempatan kerja dalam bidang hukum pun masyarakat
miskin selalu menjadi korban ketidakadilan. Tampilnya para advokat di tengah-
tengah masyarakat untuk membela kebenaran dan menegakkan keadilan bagaikan air
yang datang di tengah gurun yang gersang dan tandus sehingga mampu
mendinginkan suasana.3
Sejalan dengan perkembangan kehidupan dan kesadaran masyarakat di
berbagai bidang, khususnya di bidang hukum, jasa hukum melalui advokat
berkembang menjadi kekuatan konstitusional. Dengan munculnya berbagai organisasi
advokat yang dikelola secara profesional, peran advokat dianggap penting demi
berjalannya peradilan yang bebas, cepat, dan sederhana. Keberadaan advokat makin
dibutuhkan masyarakat dalam membantu mencari keadilan dan menegakkan hukum
untuk memperoleh haknya kembali yang dirampas. Saat menjalankan tugas dan
fungsinya, advokat dapat berperan sebagai pendamping, pemberi nasihat hukum, atau
menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya. Pemberian jasa hukum oleh
advokat dapat dilakukan secara prodeo ataupun atas dasar mendapatkan
honorarium/fee dari klien.
Advokat, berdasarkan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan hukum untuk kaum miskin
dan buta huruf. Secara ideal dapat dijelaskan bahwa bantuan hukum merupakan
tanggung jawab sosial dari advokat. Oleh sebab itu maka advokat dituntut agar dapat
mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk orang miskin
yang membutuhkan bantuan hukum secara cuma-cuma.4
Pemberian jasa hukum yang dilakukan oleh Advokat kepada masyarakat atau
kliennya, sesungguhnya mempunyai landasan hukum. Perihal bantuan hukum
termasuk didalamnya prinsip equality before the law dan acces to legal councel,
dalam hukum positif Indonesia telah diatur secara jelas dan tegas melalui Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat.
Pemberian bantuan hukum oleh advokat bukan hanya dipandang sebagai suatu
kewajiban namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi dan tanggung
jawab sosial (social contribution and social liability) dalam kaitannya dengan peran

3
Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam& Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003), hal. 18
4
Raharjo,Penilaian Profesionalisme Advokat Dalam Penegakan Hukum Melalui Pengukuran Indikator
Kinerja Etisnya. Jurnal Media Hukum, Vol.21 No.2 (2014): 16
dan fungsi sosial dari profesi advokat. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat telah mengatur secara tegas mengenai kewajiban advokat untuk
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma sebagai bagian dari kewajiban
profesi.
Secara umum, tiap profesi termasuk advokat menggunakan system etika,
terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja
dan menyediakan garis batas taat nilai yang bisa menjadikan acuan para professional
untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi
pengembangan profesinya sehari-hari. Hal ini menyatakan bahwa kode etik ibarat
kompas yang memberikan atau menunjukkan arah bagi suatu profesi dan sekaligus
menjamin mutu moral profesi di dalam masyarakat. Bahwa fungsi dan tujuan kode
etik untuk menjujung tinggi martabat profesi dan menjaga atau memelihara
kesejahteraan para anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materiil para
anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai