Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FAHMIL ULUM

NIM : 201810110311116
KELAS : MANAGEMEN LAWFIRM (B)

LEMBAR JAWABAN UTS

1. Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum yang sejatinya untuk kepentingan masyarakat
yang mencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari
hak-hak fundamental mereka di depan hukum Apalagi terhadap masyarakat yang bisa
dibilang “buta hukum”.
Profesi advokat diharapkan menjadi profesi mulia (officium nobile). Istilah profesi
mulia ini melekat pada profesi advokat dalam kaitannya dengan peran advokat
memberikan bantuan, dukungan, dan fasilitas secara cuma-cuma (pro bono publico)
bagi individu/kelompok masyarakat yang miskin, papa, marjinal, dan terlupakan
untuk bisa memperoleh akses terhadap keadilan (access to justice). Dan hal ini juga
telah termaktub didalam Undang-Undang tentang Bantuan Hukum Yaitu UU No. 16
Tahun 2011.
2. Ada, disingkat PERADI hal ini termaktub dalam Undang-Undang advokat UU No.
18 Tahun 2003. dan Sependek pengetahuan saya, merujuk pada standar internasional,
(vide UN doc. GA Res. 40/32 and 40/146, 1985; ECOSOC res. 1989/60; GA res.
45/166, 1990; GA res. 67/187), organisasi advokat berfungsi dan berperan dalam 6 isu
strategis:
a. menegakkan hukum dan aturan. Peran organisasi advokat pada hakikatnya
adalam menegakkan hukum dan aturan. Menjadi garda depan (vanguard) untuk
melakukan pembelaan;
b. memberikan berkontribusi dalam pembaruan hukum (law reform). Tidak semata-
mata menegakkan hukum dan aturan, Organisasi advokat, idealnya juga
mendorong perubahan hukum dan aturan yang buruk dan tidak adil;
c. mempertahankan kemandirian profesi hukum. Perlu digarisbawahi standar
internasional memposisikan advokat mesti bebas dari campur tangan negara dan
bebas dari ancaman (tuntutan) menjalankan profesinya. Prinsip inilah yang
disebut dengan kemandirian profesi hukum (independence of the legal
profession); serta
d. menjamin akses keadilan. Dalam konteks ini, profesi advokat diharapkan menjadi
profesi mulia (officium nobile). Istilah profesi mulia ini melekat pada profesi
advokat dalam kaitannya dengan peran advokat memberikan bantuan, dukungan,
dan fasilitas secara cuma-cuma (pro bono publico) bagi individu/kelompok
masyarakat yang miskin, papa, marjinal, dan terlupakan untuk bisa memperoleh
akses terhadap keadilan (access to justice).
Selain peran-peran utama tersebut, terdapat 2 fungsi dan peran organisasi advokat
yang ditujukan ke dalam "rumah tangga" dan "individu advokat“;
e. membuat regulasi profesi hukum, termasuk aturan etik dan sanksi (dan
menerapkannya secara sungguh-sungguh); dan
f. menyelenggarakan, memberikan pendidikan hukum berkelanjutan untuk profesi
advokat. Tanpa organisasi advokat yang solid, kuat dan terhormat, profesi
advokat di Indonesia menjadi turun level prestigious-nya.
Dengan kata lain "kemewahan" dan "kebanggaan" berprofesi sebagai seorang
advokat sangat bergantung pada keberadaan organisasi advokat yang ada saat ini.
3. Menurut saya, bagi seseorang yang berprofesi sebagai advokat hendaklah berfikir
idealis. Artinya segala serangkaian peraturan yang telah ada haruslah di patuhi.
Tumbuhkanlah rasa malu ketika kita telah melakukan penyimpangan terhadap etika
profesi. Dan selalu patuh terhadap peran dan fungsi profesi advokat. Saya mengutip
dari seorang advokat yang bernama Abraham Licoln. Ia adalah seorang advokat
sebelum menjadi presiden amerika pada tahun 1850 sebagai renungan. Abraham
Lincoln memberi nasihat pada para advokat sebagai berikut: ”Bertekadlah Untuk
Jujur”. Sebagaimana diketahui Lincoln adalah sebelumnya adalah seorang advokat
sebelum menjadi Presiden Amerika. Pada tahun 1850 Lincoln pernah berceramah
dengan judul ”Advokat: Bertekadlah Untuk Jujur” dengan catatan peringatan ”Jangan
tunda sampai esok apa yang bisa dilakukan hari ini” untuk selalu jujur, sebagaimana
terbaca dalam buku Lincoln tentang Demokrasi, himpunan Mario M. Cuomo – Harold
Holzer yang diterbitkan Penerbit Sinar Harapan, 1996.Lincoln mengatakan: ”Secara
umum, ada keyakinan yang sedikit samar-samar bahwa seorang advokat selalu tidak
jujur. Saya katakan kabur, karena apabila kita pikirkan sejauh mana kepercayaan dan
kehormatan termasuk di dalamnya, dan diberikan kepada para advokat oleh
masyarakat, mustahil jika kesan ketidakjujuran bisa tegas dan jelas. Namun kesan
demikian adalah umum, hampir universal.
Para pemuda yang memilih bidang hukum sebagai panggilan, janganlah sekejap pun
menuruti keyakinan populer ini. Bertekadlah untuk jujur dalam keadaan apapun dan
apabila menurut penilaian Anda sendiri, Anda tidak bisa menjadi advokat jujur,
putuskan untuk tetap jujur tanpa menjadi seorang advokat. Pilih pekerjaan yang lain,
ketimbang mengerjakan sesuatu yang sebelumnya sudah Anda ketahui akan
menjadikan Anda seorang bangsat”.
”Secara umum, janganlah mengambil honor sebelumnya, atau minta saja sejumlah
pertanda kecil. Kalau sudah dibayar sebelumnya, Anda melebihi manusia biasa jika
interest Anda terhadap kasusnya masih bisa tetap besarnya, seperti terhadap sesuatu
yang masih diharap- harapkan Anda, dan oleh klien Anda. Dan kalau sudah
kehilangan interest terhadap kasusnya, Anda juga pasti kurang terampil dan kurang
rajin dalam melaksanakan tugas Anda”.
4. Menurut saya, jadikan lah law firm sebagai sebuah institusi. Hal ini mengingatkan
saya pada salah satu isu strategis peran dan fungsi organisasi advokat pada standar
internasional, (vide UN doc. GA Res. 40/32 and 40/146, 1985; ECOSOC res.
1989/60; GA res. 45/166, 1990; GA res. 67/187). Yaitu menyelenggarakan,
memberikan pendidikan hukum berkelanjutan untuk profesi advokat. Tanpa
organisasi advokat yang solid, kuat dan terhormat, profesi advokat di Indonesia
menjadi turun level prestigious-nya. Dengan kata lain "kemewahan" dan
"kebanggaan" berprofesi sebagai seorang advokat sangat bergantung pada keberadaan
organisasi advokat yang ada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai