الباب الرابع في آداب المتعلم في دروسه وما يعتمده مع الشيخ والرفقة
الباب الرابع في آداب المتعلم في دروسه وما يعتمده مع الشيخ والرفقة
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Nur Hakim, M. Pd. I
Disusun oleh:
M. Asif Fadli Zamzami NPM : 200109736
M. Ainuha Zainur R. NPM : 2101010456
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala hidayah dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Bab IV Akhlaq
Pelajar Terhadap Pelajarannya”, untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah “Bahtsul Kutub.”
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan kita,
Rasulullah SAW., sosok yang telah mengukir sejarah dengan tinta emas, yang
menjadikan Islam dan kaum muslimin mencapai kegemilangan pada masanya dan
masa-masa setelahnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, membimbing dan memberikan dukungan kepada kami
dalam pembuatan sampai terselesaikannya makalah ini . Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran kami harapkan dari semua pihak guna menyempurnakan dalam
penyusunan makalah selanjutnya. Terlepas dari kekurangan yang ada, kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, baik bagi kami maupun
pembaca pada umumnya.
Kediri, 15 November
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan masalah..................................................................................................6
C. Tujuan pembahasan...............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
B. URGENSI DAN RELEVANSI PEMBELAJARAN KITAB ADAB AL-‘ALIM
WA AL-MUTA’ALLIM KARYA KH. M. HASYIM ASY’ARI DALAM
MEMBENTUK MORAL SISWA................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, sebagaimana para
ulama dan pesantren secara umum, meneruskan tradisi keilmuan yang
bercorak multidisipliner. Ia memiliki keahlian dalam banyak (lintas)
bidang keilmuan. Dalam tulisan Kiai Hasyim yang telah dikumpulkan oleh
Kiai Ishomuddin Hadziq dalam kompilasi yang diberi nama “Irsyadus
Syari”, kita akan melihat bahwa Kiai Hasyim berbicara dan memiliki
perhatian dalam banyak hal dari kehidupan masyarakat Islam. Beliau
memberikan semacam petunjuk atau wejangan mengenai bagaimana
kehidupan islami berbasis kerakyatan dilaksanakan. Kiai Hasyim Asy’ari
berbicara dalam berbagai topik seperti pendidikan Islam (tarbiyyah
Islamiyyah), teologi (aqaid Islamiyyah), kepedulian sosial (syu’un
ijtima’iyyah), dan bahkan persatuan nasional (ittihad wathaniyyah).
Kitab Adab Al-‘Alim wal Muta’allim (etika orang berilmu dan
pencari ilmu) merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang
terdapat dalam Irsyadus Syari. Pembahasan dalam kitab ini setidaknya bisa
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama membahas
tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Bagian
kedua membahas tentang etika seorang dalam tahap pencarian ilmu.
Bagian ketiga membahas tentang etika seseorang ketika sudah menjadi
alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan.
Secara lebih terperinci dapat dijelaskan bahwa dalam kitab ini
terdapat 8 (delapan) bab atau pembahasan, ditambah dengan satu lagi
khutbah kitab (pendahuluan). Bab pertama membahas tentang keutamaan
ilmu, keutamaan belajar, dan keutamaan mengajar. Dalam bab ini terdapat
satu pasal yang menekankan bahwa keutamaan-keutamaan tersebut
dikhususkan kepada para ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya.
Bab kedua menjelaskan mengenai 10 (sepuluh) etika seorang murid
terhadap dirinya sendiri.
Bab ketiga membicarakan tentang 12 (dua belas) etika seorang
murid terhadap gurunya. Bab keempat membicarakan tentang 13 (tiga
belas) etika yang harus dipegangi seorang murid dalam kaitannya dengan
mata pelajaran yang sedang dipelajari. Bab kelima membahas tentang 20
(dua puluh) etika seorang alim (lulus belajar) terhadap dirinya sendiri. Bab
keenam adab seorang alim (lulus belajar) dalam kaitannya dengan bidang
ilmu yang sudah ia kuasai dan ajarkan. Bab ketujuh membahas tentang
etika seorang alim (lulus belajar) dalam kaitannya dengan murid yang dia
mengajarnya. Dan bab kedelapan membahas tentang etika seorang alim
terhadap buku pelajaran yang diajarkan.
Dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa satu bab pertama
berkaitan dengan klasifikasi pertama, yaitu pembahasan pertama tentang
keutamaan ilmu, belajar, dan mengajar. Bab kedua sampai bab keempat
adalah berkaitan dengan klasifikasi kedua yaitu masalah etika seseorang
yang sedang dalam kondisi belajar atau mencari ilmu. Sedang sisanya,
yaitu bab lima sampai dengan bab kedelapan, masuk dalam klasifikasi
yang ketiga yakni etika seseorang yang telah lulus belajar.
Mencermati isi dari kitab Adab Alim wal Muta’allim akan tampak
bagi kita bahwa Kiai Hasyim Asy’ari banyak dipengaruhi oleh pemikiran
etika Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.
Pengaruh tersebut kiranya sangat terlihat seperti dalam pernyataan
Kiai Hasyim Asy’ari dalam kitab ini: Pertama bahwa ketuamaan ilmu
hanya akan didapatkan oleh seorang yang belajar dengan tujuan meraih
keridhaan dan kemuliaan di sisi Allah. Dan bukan karena tujuan duniawi
(halaman 22).
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Imam Al-
Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin juz pertama. Kedua bahwa
seseorang yang sedang dalam kondisi belajar harus sederhana dalam gaya
hidupnya yang ditunjukkan dengan makan dan berpakaian sederhana
(halaman 25). Hal ini koheren dengan apa yang dikatakan Imam Al-
Ghazali dalam kitab Mauidhah Al-Mu’minin yang mengatakan: “Ilmu
adalah pengabdian terbaik. Dan adalah baik jika seseorang telah merasa
cukup dalam hidupnya hanya dengan mendedikasikan dirinya pada ilmu.”
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemikiran pendidikan Kiai Hasyim
Asy’ari masih mempertahankan kebudayaan dan ideologi pendidikan
Islam yang mengutamakan kecintaan dan kemuliaan ilmu dan sumbernya.
Kiai Hasyim mengatakan dalam bab ketiga: “Seyogianya seorang murid
memikirkan secara mendalam dan beristikharah terlebih dahulu, kepada
sia ia akan mencari lmu (belajar)….” (halaman 29). Kiranya hal ini
semakin relevan untuk diterapkan saat ini di era media sosial di mana
banyak orang dibingungkan dengan berbagai ajaran agama dan hanya
belajar via media sosial, youtube dan sebagainaya. 1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana akhlaq pelajar terhadap pelajarannya dalam perspektif KH.
Hasyim Asy’ari?
2. Bagaimana Korelasi Pentingnya Adab Menurut Pandangan Islam dan
Barat?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui akhlaq pelajar terhadap pelajarannya dalam perspektif
KH. Hasyim Asy’ari
2. Untuk mengetahui Korelasi Pentingnya Adab Menurut Pandangan Islam
dan Barat
1
https://www.nu.or.id/pustaka/menengok-isi-kitab-adab-al-alim-wal-muta-allim-karya-kh-
hasyim-asy-ari-nT3ot
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKHLAQ PELAJAR TERHADAP PELAJARANNYA
Akhlaq pelajar terhadap pelajaranya dan hal-hal yang harus ia pegang
ketika bersama-sama dengan syaikh (ulama’) dan teman-temannya. Mengenai
hali ini ada tiga belas etika, yaitu :
Begitu juga seorang santri ketika masih dalam tahap permulaan dalam
belajar hendaknya ia menghindarikan diri mempelajari berbagai macam buku,
dan kitab karena hal itu akan bisa menyia-nyiakan waktunya dan hati tidak
biasa konsentrasi., tidak fokus pada satu pelajaran. Bahkan ia harus
memberikan seluruh kitab-kitab dan pelajaran yang ia ambil kepada gurunya
untuk dilihat sampai dimana kemampuan pelajar sehingga guru bisa
memberikan bimbingan dan arahan sampai pelajar yaqin, dan mampu dalam
menguasai palajarannya.
Begitu juga menukil, memindah, meresum dari satu kitab pada kitab
yang lain tampa adanya hal-hal yang mewajibkan, karena apabila hal itu
dilakukan maka akan muncul indikasi, pertanda kebosanan dan menjadi tanda
bagi orang yang tidak bisa memperoleh kebahagiaan.
5. Berangkat Awal
Tokoh para tabi’in, Sa’id bin Jubair r.a. berkata; “Seorang laki-laki selalu
mendapat sebutan, predikat aorang yang alim bila ia selalu belajar, menambah
ilmu pengetahuan, namun apabila ia telah meninggalkan belajar dan menyangka
bahawa dirinya adalah orang yang tidak
membutuhkan terhadap ilmu (merasa pinter) maka, sebenarnya ia adalah orang
yang paling bodoh .
Apabila hal itu bisa ia lakukan dan hatinya tidak merasa keberatan, dan
selalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya sehingga setiap
pelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya ia kuasai dengan baik.
Karena mengulangi makna dalam hati itu sama dengan mengulangi kata
atau lafadz pada lisan. Namun sangat sedikit sekali orang-orang yang tidak
menggunakan akal nya untuk berfikir bisa memperoleh kebahagiaan, wabil
khusus dihadapan gurunya, terkadang menggunakan akal dan terkaang
meninggalkannya , lantas tidak membiasakan diri untuk menggunakan kekuatan
otak yang dimiliki.
Pelajar tidak boleh memindah tempat duduknya orang lain atau berdesak-
desakan dengan sengaja, apabila ada orang lain yang mempersilahkan santri itu
untuk menempati tempat duduknya, maka janganlah ia menerimanya kecuali
ada kemaslahatan, kebaikan yang diketahui oleh orang lain, atau orang banyak
yang memproleh dan mendapatkan manfaat, seperti ia bisa menjelaskan
persoalan bersama-sama dengan gurunya ketiak berdekatam, disamping itu ia
(santri) termasuk orang yang mempunyai banyak umur, kebagusan dan
kewibawaan.
Mujahid r.a. berkata : “Orang yang mempounyai sifat malu dan orang
yang sombong tidak akan bisa mempelajari ilmu pengetahuan”.
‘Aisyah r.a. telah berkata : “Semoga Allah mengasihi pada perempuannya
kaum anshar, karena
sifat malu mereka mencegahnya dalam memepelajari ilmu agama”.
Hal-hal seperti itu telah banyak diuji cobakan oleh sekelompok ulama’
salaf. Ilmu yang dimiliki oleh santri hendaklah hal itu tidak membuat dirinya
menjadi sombong, terlalu membanggakan terhadap kekuatan akal yang ia
miliki.
Bahkan semestinya ia wajib bersyukur kepada Allah SWT, selalu
mangharapkan tambahan ilmu dari-Nya dengan cara mensyukuri secara terus
menerus, santri hendaknya menebarkan, menyebar luaskan salam ,
menampakkan sifat kasih akung dan menghormatinya, serta menjaga diri dari
hak-hak yang dimilki oleh teman, saudara, baik seagama atau seaktifitas.
Karena mereka adalah orang orang yang ahli ilmu, membawa dan
mencari ilmu, berusaha melupakan terhadap segala kejelekan mereka, serta
memaafkan segala kekeliruan dan menutupi kejelekan mereka dan
mensyukuri terhadap terhadap orang-orang yang berbuat bagus dan
mengampuni orang yang berbuat kejelekan.
2
Urgensi dan Relevansi Pembelajaran Kitab Adab Al-'Alim Wa Al-Muta'alim Karya KH. M.
Hasyim Asy'ari dalam Membentuk Moral Siswa | MENARA TEBUIRENG: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman (unhasy.ac.id)Ibnu Mundhir dan Ali Mahsun, “Urgensi Dan Relevansi
Pembelajaran Kitab Adab Al-’Alim Wa Al-Muta’alim Karya KH. M. Hasyim Asy’ari Dalam
Membentuk Moral Siswa,” MENARA TEBUIRENG: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 02
(5 Maret 2018): 133–52.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlaq pelajar terhadap pelajaranya dan hal-hal yang harus ia pegang
ketika bersama-sama dengan syaikh (ulama’) dan teman-temannya. Mengenai
hali ini ada tiga belas etika, yaitu :
B. Saran
Pembahasan ilmu dan adab dalam makalah ini dapat dijadikan
renungan bersama, baik bagi calon pencari ilmu, pencari ilmu dan ahli ilmu,
untuk menjaga hati dan niat yang lurus dalam proses pencarian hingga
pengamalan ilmu. Terutama pada hari ini dimana banyak terjadi degradasi
adab bagi para pelaku pendidikan. pada hakekatnya malakukan proses
pendidikan dimana adab menjadi puncaknya, merupakan salah satu cara kita
dalam rangka untuk meneladani Nabi Muhammad saw.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nu.or.id/pustaka/menengok-isi-kitab-adab-al-alim-wal-muta-allim-karya-kh-
hasyim-asy-ari-nT3ot
Mundhir, Ibnu, dan Ali Mahsun. “Urgensi Dan Relevansi Pembelajaran Kitab
Adab Al-’Alim Wa Al-Muta’alim Karya KH. M. Hasyim Asy’ari Dalam
Membentuk Moral Siswa.” MENARA TEBUIRENG: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman 13, no. 02 (5 Maret 2018): 133–52.
Urgensi dan Relevansi Pembelajaran Kitab Adab Al-'Alim Wa Al-Muta'alim Karya KH.
M. Hasyim Asy'ari dalam Membentuk Moral Siswa | MENARA TEBUIRENG:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman (unhasy.ac.id)
22