Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

"KONSEP PENDIDIKAN IBN JAMA'AH”

Mata Kuliah : Pemikiran Pendidikan Islam


Dosen Pengampu: Nurul Huda,M.Pd.I

OLEH KELOMPOK 4

AINUN LATIFAH 2020122331


IIN SOFIA 2020122345
NOVA TANIYA 2020122368
MUHAMMAD SAFWAN HADI 2020122363

SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM DARUL ULUM KANDANGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKANAGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji hanya kepada Allah swt yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw karena berkat
beliaulah sehingga kita dapat berada dalam zaman yang penuh ilmu pengetahuan ini.

Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul


Konsep kependidikan Ibn Jamaah dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, tentunya dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang kami lakukan karena ini kami
sangat mengharapkan kritik dan saran bagi kami untuk kebaikan dalam pembuatan
makalah selanjutnya. sebelumnya, terimakasih atas kritik dan saran yang kalian berikan.

Kandangan, 10 April 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................................... 1

I. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 1

II. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 1

III. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................................... 2

BAB II..................................................................................................................................................... 3

A. Riwayat Hidup Ibn Jama'ah ........................................................................................................ 3

B. Etika Pelajar dalam Pemikiran Ibnu Jama'ah .............................................................................. 5

C. Konsep Pendidikan Ibnu Jamaah .................................................................................................. 6

D. Materi Pelajaran atau Kurikulum .................................................................................................. 9

E. Pendekatan Pembelajaran .............................................................................................................. 9

BAB III................................................................................................................................................. 11

PENUTUP............................................................................................................................................ 11

KESIMPULAN ............................................................................................................................... 11

SARAN ............................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Etika merupakan istilah yang sejak dulu hingga sekarang terus
diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan. Istilah
etika cukup menarik untuk dikaji karena berbicara tentang baik dan buruk, benar dan
salah, atau yang seharusnya dilakukan dan ditinggalkan. Etika selalu menghiasi
kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya. Etika dalam kenyataanya
telah menempatkan dirinya pada posisi yang paling sering untuk dikaji dan
diterapkan dalam kesehariannya. Etika memberikan kepada manusia orientasi
bagaimana menjalankan kehidupannya agar tidak menimbulkan masalah dalam
kehidupan.

Etika pada akhirnya membantu manusia dalam mengambil sebuah tindakan


mana dan apa yang harus dilakukan serta apa yang hendaknya dijauhi. Dewasa ini,
perkembangan yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, Baik di bidang
politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, komuniskasi dan sebagainya yang
berdampak kepada pendidikan dan pembelajaran.

Etika dalam pembelajaran sangat penting untuk dijunjung tinggi dan


diterapkan, karena etika memberikan batasan mana yang baik atau buruk, boleh
atau tidak dilakukan oleh siswa atau guru sebagai pendidik. Dalam pembelajaran di
dalamnya ada siswa sebagai orang yang bertujuan mendapatkan ilmu dan seorang
guru sebagai pentransfer ilmu, jika tidak menjunjung nilai-nilai etika maka tujuan
yang ingin dicapai tidak akan diperoleh kecuali kalimat-kalimatnya saja.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Riwayat Hidup Ibn Jama'ah?
2. Bagaimana Etika Belajar dalam Pemikiran Ibn Jama'ah?
3. Bagaimana Konsep Pendidikan Ibn Jama'ah?
4. Bagaimana Materi Pelajaran atau Kurikulum Ibn Jama'ah?
5. Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Ibn Jama'ah?

1
III. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Riwayat Hidup Ibn Jama'ah
2. Untuk Mengetahui Etika Belajar dalam Pemikiran Ibn Jama'ah
3. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Ibn Jama'ah
4. Untuk mengetahui Materi Pelajaran atau Kurikulum Ibn Jama'ah
5. Untuk mengeetahui Pendekatan Pembelajaran Ibn Jama'ah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibn Jama'ah


Nama lengkap Ibn Jama'ah adalah Badruddin Muhammad Ibn Ibrahim Ibn
Sa'adullah Ibn Jama'ah Ibn Hazim Ibn Shakhr Ibn Abdullah al-Kinaniy al-Hamwa al-
Syafi'iy. Beliau dilahirkan pada malam sabtu, 4 Rabi'ul Akhir 639H. bertepatan
dengan bulan Oktober 1241 M. di Hamah, dan wafat pada malam senin 21 Jumadil
Ula 733H/1333M. dalam usia 94 tahun, satu bulan dan beberapa hari. Beliau setelah
dishalatkan di masjid Jami' al-Nashiriy Mesir kemudian dimakamkan di Qirafah.
Ibn Jama'ah termasuk salah satu dari beberapa pemikir Muslim termasyhur di
Mesir pada masa itu. Ibn Jama'ah hidup pada masa akhir pemerintahan dinasti
Ayyubiyah dan pada masa dinasti Mamalik Bahriyah. Dua dinasti ini merupakan
dinasti yang berkuasa di Mesir. Bila dilihat perjalanan sejarah, Mesir adalah Negara
yang selamat dari serangan Mongol maupun Timur Lenk. Oleh karena negeri ini
terhindar dari kehancuran, maka perkembangan peradabannya masih terus
berlangsung, termasuk dalam dunia ilmu pengetahuan banyak berkembang dan
melahirkan ilmuwan-ilmuwan terkenal pada masa itu. Tercatat nama besar seperti ; al-
Razi, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun, al-Sayuthi, al-'Asqalani, dan tokoh-tokoh lainnya.
Dan patut pula diketahui bahwa pada masa ini metode berpikir "tradisional" sudah
tertanam kuat sejak berkembangnya aliran teologi Asy'ariyah, sedangkan filsafat
mendapat kecaman sejak pemikiran al-Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat
Islam.
Ibn Jama'ah hidup di negeri yang memiliki kondisi sosial dan politik yang
cukup baik dan stabil serta didukung penguasa yang sangat memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dukungan tersebut diwujudkan dengan pendirian
madrasah-madrasah di berbagai tempat yang nantinya menjadi pusat kegiatan belajar-
mengajar ulama terkemuka pada masa itu dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu.
Alasan lainnya adalah karena Ibn Jama'ah dibesarkan dalam keluarga yan sangat
mencintai ilmu, faqih, dan zuhud. Makan beliau tumbuh dan besar menjadi tokoh dan
ilmuwan yang sangat berpengaruh pada masa itu.

3
Ibn Jama'ah memperoleh pendidikan awal dari ayahnya sendiri, Ibrahim
Sa'dullah, yang dikenal sebagai ulam besar, ahli fiqh dan juga seorang sufi. Selain itu
Ibn Jama'ah juga memperoleh pendidikan dari sejumlah ulama terkenal. Ibn Jama'ah
mula belajar hadits pada tahun 650 H. dari gurunya yang bernama Ibn 'Izzun dan
guru-guru lainnya kepada beberapa ulama di antaranya ; Ibn Abi al-Yasar, Ibn
Abdillahm, Ibn Azraq, al-Najib, Ibn 'Ilaq, al-Mu'in al-Dimasqi dan lain-lain. Beliau
juga menuntut ilmu ke Mesir, dan sebagian besar ilmunya dipelajari dari Taqiyyuddin
Ibn Ruzain yang terkenal sebagai Qadli.
Selanjunya beliau juga belajar Nahwu kepada Jamaluddin Ibn Malik, al-
Rasyid, al-Athar, Ibn Abi Umar, al-Taj al-Qasthalaniy, al-Majid Ibn al-Daqiq al-'Id,
al-Busyairi, Ibn Abi Salamah, Makiy Ibn 'Illan, Ismail al-'Iraqi, dan masih banyak
lagi guru-guru lainnya. Ibn Jama'ah terkenal sebagai hakim yang adil, pendidik, khatib
dan juga seoran mufti. Beliau juga mempunyai karya tulis dalam bidang Tafsir, Hadis,
Fiqh, ilmu kalam, Nahwu, Adab dan bidang pendidikan, serta bidang-bidang lainnya.
Adapun nama-nama kitab karya tulis beliau tersebut antara lain : al-Tibyan Fi
Mubhamat al-Qur'an, Ghurur al-Tibyan Fi Man Lan Yusamma Fi al-Quran, Kasyf al-
Ma'aniy an Mutasyabih Min al-Matsaniy, al-Fawaid al-Laihah Min Surah al-
Fathihah, al-Munhil al-Rawi fi Mukhtshar 'Ulum al-Hadits al-Nabawiy, al-Masalik Fi
Ilm al-Manasik, al-tha'ah Fi Fadhillah Sholatul Jama'ah, al-Muhktashar al-Kabir Fi
al-Sirah, Tadzkirah al-Sami' Wa al-Mutakallim Fi Adabi al-'Alim Wa al-Muta'allim,
dan masih banyak lagi karya tulis beliau lainnya. Di samping itu Ibn Jama'ah juga
disibukkan dengan kegiatan mengajar di beberapa madrasah, di antaranya mengajar di
madrasah Qimriyyah, Kamiliyyah, al-Nashiriyyah, Jami' Ibn Thulunn, al-adiliyyah,
al-Shalihiyyah, al-Zawiyyah al—Mansubah Li-al-Syafi'I, dan madrasah-madrasah
lainnya.
Adapun kitab Tadzkirah al-Sami' Wa al-Mutakallim Fi Adabi al-Alim Wa al-
Mutakallim adalah salah satu karya tulis Ibn Jama'ah yang membahasa tentang
keutamaan ilmu dan orang-orang yang memilikinya, etika orang yang belajar dan
mengajarkan ilmu, serta hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

4
B. Etika Pelajar dalam Pemikiran Ibnu Jama'ah
Menurut beliau pelajar adalah orang yang belajar dalam kegiatan belajar
mengajar. Ibnu jama'ah dalam pemikiran pendidikannya tampaknya sangat
mengutamakan akhlak atau etika yang harus dimiliki oleh para pelaksana pendidikan.
Menurut hemat menulis, hal ini cukup wajar jika dikaitkan dengan kondisi sosial
masyarakat di luar Mesir yang sedang mengalami kemunduran dan kemeresotan
moral seiring dengan mundur dan hancurnya pusat-pusat peradaban Islam, maka
upaya pembinaan dan penataan kembali moral para pelajar sebagai generasi yang
sangat dibutuhkan di masa berikutnya adalah menjadi sangat penting.

Menurut Ibnu Jama'ah pelajar harus memiliki tiga etika sebagai berikut:

1. Etika pelajar terhadap dirinya

a. Mensucikan hatinya dari sifat-sifat tercela.

b. Niat yang baik dan ikhlas dalam menuntut ilmu.

c. Segera menuntut ilmu sejak usia muda dan sampai akhir hayatnya.

d. Menghindarkan diri dari kesibukan dunia dan merasa cukup dengan apa
yang ada.

e. Mengatur waktunya belajar dan mengajar.

2. Etika pelajar terhadap Gurunya

Oleh karena guru adalah orang yang mempunyai ilmu,maka beliau berhak
mendapatka kemuliaan dan keutamaan sebagaimana orang-orang alim atau
ulama karena mereka adalah pewaris para Nabi.

3. Etika pelajar terhadap Pelajaran, Halaqah, dan Teman Belajarnya

a. pelajaran yang harus dikaji terlebih dahulu adalah Al-Qur'an dan Hadis serta
ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.

5
b. Pelajar harus waspada terhadap perbedaan pendapat para ulama dalam suatu
masalah.

c. Pelajar harus memahami, mengkaji dan menelaah secara mendalam terhadap


setiap mata pelajaran sebelum menghafalkannya, karena di khawatirkan akan
menimbulkan penyimpangan dan pengkaburan makna yang dikehendaki.

C. Konsep Pendidikan Ibnu Jamaah


Ibnu Jama‟ah memulai pendidikannya pada usia sangat dini. Ini tidak terlalu
aneh karena ia lahir dalam keluarga dengan tradisi ilmiah yang baik. Lagi pula belajar
pada usia tujuh tahun tidak bertentangan dengan praktik pendidikan pada abad
pertengahan. Pendidikan Ibnu Jama‟ah mengikuti jalur yang lazim ditempuh orang
pada umumnya. Dari guru dan mobilitasnya mencari pengetahuan, ia memperoleh
pendidikan terbaik. Ibnu Jama‟ah diberkahi latas belakang yang kondusif. Maka ia
tumbuh menjadi intelektual muda sukses.

Karir Ibnu Jama‟ah bisa digambarkan perpaduan antara mengajar dan qadi
yang dijalani dalam satu iklim sosio politik yang sangat dinamis. Ibnu Jama‟ah
mendapat pengajaran agama dari beberapa guru yang sangat terkenal di tempat dan
masanya, baik oleh ayahnya sendiri maupun guru lain diantaranya: Shofi al-Din Ibnu
al-Baradzi‟i wafat 647 H, al-Rasyid Ibnu Maslamah. w. 650H., al-Rasyid al-Iraqi. w.
652 H, Syaih al-Syuyuh al-Anshari. w. 662 H, al-Rasyid al-„Aththar. w. 662 H., al-
Radli Ibnu al-Burhan. w. 664 H, Ibnu „Abd al-Warits. w. 665 H, Ibnu al-Qasthalani.
w. 665 H, Ibnu „Izwan. w. 667 H, al-Majdu Ibnu Daqiq. w. 667 H, Ibnu „Abd al-
Daim. w. 668 H, Syaraf al-Din al-Sabaqi. w. 669 H, al-Muin al-Dimasyqa. w. 670 H,
Ibnu Malik. w. 672 H, al-Kamal Ibnu „Abd. w. 672 H, Ibnu Abi al-Yasar. w. 672 H,
Ibnu Alaq. w. 672 H, al-Najib. w. 672 H, Ibnu „Atha‟ al-Hanaf i. w. 673 H, Ibrahim
Ibnu Jama‟ah. w. 675 H, Ibnu Razin. w. 680 H, Ibnu „Alan. w. 680 H, Ibnu „Abi „Amr.
w. 682 H, Ibnu al-Mutawwij. w. 730 H87 . Konsep pendidikan yang dikemukakan
Ibnu Jama‟ah secara keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami‟ wa
al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta‟allim. Dalam buku tersebut beliau
mengemukakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang yang mencarinya.

6
Keseluruhan konsep pendidikan Ibnu Jama‟ah ini dapat dikamukakan sebagai
berikut :

1. Konsep Guru/Ulama

Menurut Ibnu Jama‟ah bahwa ulama sebagai mikrokosmos manusia dan


secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk terbaik (khair al�bariyah).
Atas dasar ini, maka derajat seorang alim berada setingkat dibawah derajat Nabi.
Hal ini didasarkan pada alasan karena para ulama adalah orang yang paling takwa
dan takut kepada Allah SWT. Dari konsep tentang seorang alim tersebut, Ibnu
Jama‟ah membawa konsep tentang guru. Untuk itu Ibnu Jama‟ah menawarkan
sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadi seorang
guru.

2. Peserta Didik

Menurut Ibnu Jama‟ah peserta yang baik adalah peserta didik yang
mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan dan
mengusahakan tindakan-tindakan belajar secara mandiri, baik yang berkaitan
dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa peserta didik telah melewati masa kanak�kanak yang dalam
tradisi pendidikan islam biasanya belajar di kuttab. Ibnu Jama‟ah sangat
mendorong para siswa agar mengembangkan kemampuan akalnya.

3. Materi Pelajaran/Kurikulum

Materi pelajaran yang dikemukakan Ibnu Jama‟ah terkait dengan tujuan


belajar, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dan
tidak untuk kepentingan mencari dunia atau materi. Sejalan dengan tujuan
tersebut diatas, maka materi pelajaran yang diajarkan harus dikaitkan dengan
etika dan nilai-nilai spiritualitas. Dengan demikian, ruang lingkup epistimologi
persoalan yang dikaji oleh pesrta didik menjadi meluas, yaitu meliputi
epistimologi kajian keagamaan dan epistimologi diluar wilayah keagamaan
(sekuler).

7
4. Metode Pembelajaran Konsep Ibnu Jama‟ah tentang metode pembelajaran banyak
ditekankan pada hafalan ketimbang dengan metode lain

5. Lingkungan Pendidikan

Para ahli pendidikan sosial umumnya berpendapat bahwa perbaikan


lingkungan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan. Sejalan dengan hal diatas Ibnu Jama‟ah memberikan perhatian yang
besar terhadap lingkungan. Menurutnya bahwa lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai etis. Pergaulan yang ada bukanlah pergaulan bebas, tetapi pergaulan
yang ada batas-batasnya.Kemudian dalam etika mengajar, Ibn Jama‟ah dalam hal
ini juga menempatkan dua belas poin tentang etika yang berkaitan dengan
mengajar, diantaranya :

Pertama, Menjelang mengajar, ilmuwan membersihkan diri dari hadats dan


kotoran, merapikan diri, serta mengenakan pakaian bagus.

Kedua, Keluar dari rumah, seorang ilmuwan hendaknya berdo‟a mencari ilmu
(thalab al-Ilm), mengingat Allah SWT, mengucap salam kepada yang hadir, lalu
melaksanakan shalat dua raka‟at (khususnya majlis di masjid).

Ketiga, Duduk pada posisi yang bisa dilihat seluruh yang hadir.

Keempat, Membaca ayat al-Qur‟an sebelum pelajaran dimulai agar berkah,


mendo‟akan diri sendiri, hadirin, dan kaum muslimin.

Kelima, Jika mengajarkan beberapa disiplin ilmu dalam sehari, maka harus
mendahulukan yang lebih mulia dan lebih penting.

Keenam, Mengatur suara agar tidak terlalu lemah hingga sulit didengar hadirin,
juga tidak terlalu keras hingga mengganggu orang di luar majelis.

Ketujuh, Menjaga majelis agar tidak menjadi ajang senda gurau, kebisingan, atau
perdebatan yang tidak jelas yang hanya mengakibatkan kelupaan.

8
Kedelapan, Mengingatkan orang yang berlebihan dalam debat, atau bingung
dalam debat, atau jelek tata krama, atau tak mau tenang setelah ditemukan
kebenaran.

Kesembilan, Ilmuwan harus bersikap adil dalam memberikan pelajaran.

Kesepuluh, Memberi penghargaan sewajarnya terhadap orang asing (bukan


anggota kelas reguler) yang datang ketika majlis sedang berlangsung, dengan
mempersilahkan dan menerimanya dengan baik.

Kesebelas, Mengakhiri pelajaran dengan Wallahu A‟lam seperti halnya mufti


mengakhiri jawaban tertulis.

Keduabelas, Ilmuwan harus mengetahui keahlian dan mengajarkan bidang


keahlian itu.

D. Materi Pelajaran atau Kurikulum


Materi pelajaran yang dikemukakan Ibnu Jama‟ah terkait dengan tujuan
pembelajaran, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah bukan
untuk mencari kepentingan dunia atau materi. Dan ini merupakan esensi tujuan
pendidikan sesungguhnya, suatu ilmu yang mengantarkan pemiliknya pada
ma‟rifatuLlâh, bertakwa kepada-Nya, dan takut terhadap siksa-Nya. Pada sisi ini
sebenarnya Ibnu Jama‟ah menekankan aspek rûhiyyahketika seorang guru maupun
murid berinteraksi dengan ilmu ketika menuntut ilmu dan juga mengajarkannya.
Yakni aspek kesadaran hubungannya sebagai hamba Allah ‟Azza wa Jalla. Selain itu,
materi pelajaran harus dikaitkan dengan etika dan nilai-nilai ruhiyyah.

E. Pendekatan Pembelajaran
Poin ini tercakup dalam adab guru dengan pelajaran yang diajarkannya. Ibnu
Jama‟ah menjelaskan bahwa adab guru/pendidik dengan pelajaran yang diajarkannya
mencakup adab-adab yang memuliakan ilmu dan mendukung optimalisasi sampainya
ilmu kepada murid, hal itu tergambar dalam poin-poin yang beliau sampaikan: bersuci
sebelum mengajar dan mengenakan pakaian yang baik (penampilan yang
menyejukkan), berdo‟a ketika keluar dari rumah dengan do‟a dari al-sunnah al-
shahîhah serta terus berzikir kepada Allah hingga sampai tempat mengajar, setelah

9
hadir di tempat mengajar lakukan shalat sunnah dua raka‟at (disesuaikan), memulai
pengajaran dengan do‟a memohon taufik dan pertolongan-Nya, mengajar pada
kondisi prima (tidak lapar, dahaga, marah, lelah), menempatkan diri pada posisi
duduk yang tepat di hadapan hadirin diutamakan menghadap kiblat jika
memungkinkan dan duduk dengan adab yang baik, tenang dan tawadhdhu‟, memulai
pelajaran dengan membaca ayat al-Qur‟an, mengajar pelajaran dimulai dari yang
paling utama, tidak mengeraskan suara di luar batas kebutuhan atau sebaliknya,
menjaga majelis dari suara-suara berisik dan pembicaraan di luar tema, mencegah
orang yang melampaui topik pembahasan dan beradab buruk, harus bersikap adil
terhadap para hadirin, menunjukkan sikap ramah kepada hadirin yang asing baginya,
membiasakan mengucapkan ‫( واللهأعلم‬hanya Allah yang tahu) tidak memberanikan diri
mengajar ilmu yang belum dikuasai hingga tak berfatwa tanpa ilmu. Dan dalam
konteks metode pembelajaran, Ibnu Jama‟ah menjelaskan dengan poin-poin sebagai
berikut:

1) Bersuci sebelum belajar mengajar, memulai pelajaran dengan berdo‟a, membaca


ayat al-Qur‟an, memohon perlindungan Allah dari gangguan syaithan, hamdalah
dan shalawat.
2) Menempatkan diri pada posisi yang tepat di hadapan murid.
3) Menentukan skala prioritas dalam urutan pengajaran.
4) Menyelesaikan satu pelajaran hingga selesai sebelum berpindah kepada pelajaran
lainnya.
5) Tidak memperpanjang pelajaran atau pembahasan yang tidak diperlukan dan
tidak pula meringkas pelajaran yang tidak semestinya diringkas hingga tidak
tersampaikan inti pelajarannya.
6) Tidak mengeraskan suara di luar batas kebutuhan atau sebaliknya dan menjaga
majelis dari suara-suara berisik dan pembicaraan di luar tema, serta mencegah
orang melampaui topik pembahasan dan beradab buruk.
7) Harus bersikap adil terhadap para hadirin dan menunjukkan sikap ramah kepada
hadirin yang asing baginya.
8) Membiasakan mengucapkan “‫( ”واللهأعلم‬hanya Allah yang tahu) dan do‟a penutup
majelis di akhir perkataan dan menjawab tidak tahu dalam perkara yang memang
belum diketahui ilmunya.
10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Ibn Jama'ah hidup di negeri yang memiliki kondisi sosial dan politik yang
cukup baik dan stabil serta didukung penguasa yang sangat memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dukungan tersebut diwujudkan dengan pendirian
madrasah-madrasah di berbagai tempat yang nantinya menjadi pusat kegiatan belajar-
mengajar ulama terkemuka pada masa itu dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu.
Alasan lainnya adalah karena Ibn Jama'ah dibesarkan dalam keluarga yan sangat
mencintai ilmu, faqih, dan zuhud.

Pemikiran pendidikan sangat mengutamakan akhlak atau etika yang harus


dimiliki oleh para pelajar, bukan itu saja perbaikan lingkungan pun merupakan syarat
mutlak untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Sejalan dengan hal diatas Ibnu
Jamaah memberikan perhatian yang besar terhadap lingkungan.

SARAN
Demikian makalah ini kami tulis semoga para pembaca lebih memahami
Konsep Kependidikan Ibn Jamaah yang dimana pemikiran pendidikan beliau sangat
mengutamakan akhlak atau etika yang harus dimiliki oleh pelajar. Alangkah
bagusnya kita menerapkan itu juga dalam proses belajar mengajar.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1284255&val=17198&title
=PEMIKIRAN%20PENDIDIKAN%20IBNU%20JAMAAH%20w%20773%20H%20Telaah%20atas%2
0Kitab%20Tadzkirat%20al-Smi%20wa%20al-Mutakallim%20f%20Adab%20al-lim%20wa%20al-
Mutaallim

https://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/dinamika/article/view/368

https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/64

12

Anda mungkin juga menyukai