Anda di halaman 1dari 249

TIM PP MUHAMMADIYAH MAJLIS TARJIH

TANYA JAWAB
AGAMA

3-dt,.
:Y-
Pada prinsipnya benda wakaf itu harus diabadikan dan dimanfaatkan sesuai
dengan tujuan semula pemberi wakaf. Di mana perlu, kalau benda wakaf itu
sudah lapuk atau rusak atau sudah berkurang nilai gunanya, maka bolehlah
benda rvakaf itu dipergunakan untuk yang lainnya yang serupa atau malahan
yang lebih banyak manfaatnya sesuai dengan tujuan wakaf benda tersebut
oleh pemberi wakaf.

Jawaban Tim PP Muhammadiyah Majlis Tarjih tersebut menanggapl


pertanyaan tentang boleh-tidaknya tanah wakaf yang semula untuk tempat
ibadah diubah menjadi gedung Taman Kanak-kanak (TK), yang diajukan
seorang warga di Kecamatan Lubuk Maringgai, Lampung Tengah. Di buku ini,
tanya-jawab tentang wakaf itu termuat di halaman 198.
Selain itu, dalam buku tanya jawab ini terkumpul beragam pertanyaan
yang diajukan dari berbagai pelosok negeri berkenaan dengan aqidah, al-
Qur'an dan Hadits, masalah yang ghaib, adzan, hadats kecil dan besar, tempat
shalat, shalat, bacaan dalam shalat, gerakan dalam shalat, shalat jama' dan
qasar, shalat Jum'at, shalat jarnaah, shalat sunat, ru'yah, shalat hari raya, puasa,
zakat,haji, qurban, perkawinan, janazah, wakaf, ekonomi dan perdagangan,
kesehatan, ketarjihan, dsb; dan jawaban dari Tim PP Muhammadiyah Majlis
Tarjih atas beragam pertanyaan itu. Dilengkapi dengan penjelasan dan dalil
yang merujuk pada al-Qur'an dan as-Sunnah serta ijma paraulama.
Buku tanya jawab ini sekaligus merupakan pengembangan Keputusan PP
Muhammadiyah Majlis Tarjih yang masih bersifat temporer, sehingga dapat
dijadikan rujukan senyampang sesuai dengan al-Qur'an dan Hadits serta wajah
istidlal PP Muhammadiyah Majlis Tarjih. Pun pula dapat dijadikan objek
bahasan dalam pengembangan pemikiran di kalangan ummat Islam.

5UA[/# "fl[{[l.fllltuuuttti .oot


n? r'si -ilssEi"'oRo'zo
RUamn
Penerbit Yayasan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah"
JudulBuku TanyaJawab Agama III
Naskah Tim PP Muhammadiyah Majlis Tariih
Penyrnting H. Asjmuni Abdurrahman, H. Moelyadi
KhotArab RismanNugraha
Cetakan I Muharram 1416H Juni 1995M
Cenkan II Sya'ban 1,421 H November 2000 M
Cetakan III Muharram L424H Maret 2004 M
111

KATA PENGANTAR PENERBIT

B i s n i /la h i rra h ru a n irra h i m

Alhamdulillah, Buku TanyaJawab III kali ini sudah terbit yang


ketiga kalinya. Dalam cetakan edisi ketiga kali ini, Penerbit Suara
Muhammadiyah telah melakukan berbagai perbaikan dalam seiumlah
aspek. Dengan harapan, akan menambah kepuasan pembaca dalam
menelaah satu persatu persoalan yang terdapat dalam buku ini.
Secara pokok, tidak ada perubahan esensial dalam buku ini. Masih
seperti 'yang ada dalam buku Tanya Jawab III cetakan sebelumnya. Hanya
saja dalam segi penamptlan ada sedikit perubahan. Sedangkan mengenai
permasalahan-permasalahan yang lain, bisa pembaca lihat pada buku Tanya
Jawab I, II dan IV yang telah diterbitkan Suara Muhammadiyah.
Permasalahan yang ada dalam buku-buku tersebut merupakan hasil kajian
Tim Fatwa Majlis Tariih PP Muhammadiyah yang telah dimuat di Majalah
Suara Muhammadiyah dalam rangka menjawab berbagai Pert^nyazn
pembaca yang diajukan kepada Tim.
Akhirnya semoga buku ini enak dibaca, enak ditelaah dan
bermanfaat bagi pembaca dalam mengurai masalah ma yang
^g
dihadapinya. Selaniutnya kepada Tim Fatwa dan semua pihak yang telah
memberikan sumbang saran terhadap penerbitan buku ini, Penerbit
ucapkan banyak terima kasih semoga mendapat pahala dari Allah SWT.
Sumbang saran selanjutnyatetap kami tunggu.

Wassalamu'alaikum
Yogyakarta,Maret2004

Penerbit Suara Muhammadiyah


lV

DARI PENERBIT

B isn i llahir Rab n anir Ro lti n

Alhamdulillah Buku Tanya-Jawab Agama I dan II yang diterbitkan


oleh "Suara Muhammadiyah", mendapat sambutan yang sangat luas.
Terbukti telah beberapa kali dicetak ulang, dan kini menjelang Muktamar
Muhammadiyah ke-43 di Aceh, Buku Tanya-Jawab Agama III berhasil
terbit. Hal ini menunjukkan minat masyzrakat terhadap pengetahuan
keagamaan yang praktis, cukup besar dan Insya Allah akan semakin
meningkat. '/
Buku Tanya-Jawab AgamaJilid III ini, seperti halnya jilid I dan II,
memuat peftanya n-pert^ny^an yang dikirim oleh para pembaca "Suara
Muhammadiyah" dan dif awab oleh Tim PP Muhammadiyah Maflis Tarfih.
Karena jawaban itu didiskusikan dahulu dalam Tim PP Muhammadiyah
Majlis Tariih, maka insya Allah jawaban tersebut cukup jitu dan mengena
sesuai pedoman pokok kita bersama, yaitu al-Qur'an dan As Sunnah.
Semoga buku III ini yang terbit pada permulaan Tahun Ba:,u1.416
Hijriyah, bermanfaat bagi kita semua dan Allah berkenan memberikan
pahala yang setimpal kepada pra pen nya dan pa:a anggota Tim PP
N{uhammadiyah Majlis Tar jih.

Yosvakarta. Muharram H
1,41,6

J"ti 1995 M

M. Amien Rais

Pemimpin Umum "Suara Muhammadiyah"


SAMBUTAN MAJLIS TARJIH
PIMPINAN PUSAT MUHAMMAIDYAH

Bi sn i //ah ir Ra h n anir Ro bin

Alhamdulillah Rabbil'aIamin, vrashalatu wassalamu'ala


asyrafilmutsalin, Muhammadin wa'ala alihi washahbihi aima'in'
Majlis Tariih menyambut terbitnya buku TanyaJawab Agama seri
ke-Iil ini dengan kesyrkuran dan kegembiraan. Bersl'ukur karena dengan
terbitnya buku ini Allah telah memberikan s^ran komunikasi pembaca
dengan buku ini untuk mendapatkan iawaban dari sebagian soal-soal yang
berada di benaknya.
Sebagaimana buku ke-I dan ke-II, buku ke-III ini merupakan
pengembangan buku HPT (Himpunan Putusan Tariih) yang karena
perkembangan jaman, memedukan pemikiran dan pengembangannya.
Majlis Tarjlh gembira dengan terbitnya buku ini, karena dengan terbitnya
buku ini sebagian tugas yang diamanatkan kepada Majlis Tariih telah dapat
dilaksanakan, meskipun belum memuaskan.
Akhirnya kami memohon semoga semua pihak yang memberi
bantuan sampai terbitnya buku ini bahkan pembacanya, Allah berkenan
memberi pahala yang sehenar-benarnya. Amin.

Majlis Tarjih Pimpinan Pusat Muham madtyah

Ketua

Asimuni Abdurahman
v1l

DAFTAR ISI

I. HAKCIPTA 11

II. KATA PENGANTAR PENERBIT iii


III. DARI PENERBIT iv
IV SAMBUTAN PIMPINAN PUSAT
MUHAMMADTYAH MAJLIS TARJ IH V
V. DAFTARISI vii

PERTANYAAN-JA\rABAN

MASALAHAQIDAH
1. Iman,Mukmin, IslamdanMuslim 1

2. CanMemperbaruilman ............... 5
3. IslamdanMuslim 7
4. Berdoa Dengan Perantara Kemuliaan Rasulullah.............. 8
5. NabiYangBeragamalslamHanyaMuhammad?.............. 9
6. KataSayyidinadiDepanMuhammad................ 10

MASAI-AH AL QURAN DAN HADIST


i . Dalil Al-Qur'an Sebagai Sumber Hukum ............ 74
2. Wahl'u Pertama Surat Iqra'Atau Lunnya 19
3. FirmanAllahMenggunakanKalimatRabbi(Iuhanku).... 20
4. Memegangal-Qur'an atawTafsirTanpa\fudhu .. 21.
5. PenulisanAyatAl-Qur'andanTerjemahan 22
6. MaksudSuratAlAnfalAyat3l .. 23

MASAI-AHYANG GHAIB
1. KekalDanAbadi di Surga 27
2. Isra' Ml' raj : Tujuh Lapis Langit 29
3. Wali Allah .................. 38
4. SurgaAdam dan Surga di Akherat 40
5. Makanan YangDilarang di Surga 41
vl11

MASAIAHADZAN
l. AdzanDengan Kaset dan Pengeras Suara di Luar
Masjid 43
2. AdzanDenganSuaraNyaring...... 44

MASAIAH HADATS KECILDAN BESAR


1. "Faththahharuu" Artinya "Mandilah kamu"? 46
2. KalauHadats BesarDilarangWudhu? ............. 46
3. MandiBiasaKemudianShalat 48

MA SAIAH TEMPAT S HAI-A.T


............
1. Tempat Shalat Fardhu Dan Shalat Sunat 49
2. TabirPemisahAtauHijab.......... 51

MASAIAH SHALAT
1. Perbedaan Mendirikan Shalah dan Mengerjakan Shalat.... 54
2. KarenaTidur Kehabisan Waktu Sh alat .............. 55
3. MenggantikanShalatOranglain 57
3. ShalatQadhaAtauFaitah............. 60

MASAI-AH BACAAN DAI-AM SHAI-AT


1. MembacaTa'awrvudzSebelumMelakukanShalat 63
2. MembacaBasmalahSebelumTakbir............. 64
3. MelafadzkanNiatShalat.............. 65
4. Doa Ifititah Berbeda 65
5. Bacaan^fa'awwudz Pada ShalatJahr.............' 67
6. Bacaan"Maaliki" atau "MaLiki" ....'............. 70
7. ShalatDhuhurDenganJahr 70

MASAIAH GERAKAN DALAM SHAI-AT


1 . N{eletakkan Dua Tangan Pada Lutut Atau Tumit? ....'..'...'. 72
2. Rak'atan Dalam HPT Betarti RakaatAtau Ruku'? 75
3. SikapTangan Saat I'tidal 76

MASAIAH SHALATJAX4A' DAN QASHAR


1. ShalatJama'dan Qasar Dalam Bepergian BO

2. Pelaksanaan ShalatJama' Ta'khir B1


1x

3. Status HaditsJama'BukanDalamBepergian 83

N,L{SALAH SHAIATJUM'AT
7. TatacanShalatJum'at................... 87
2. KeseimbanganKhutbahdanShalatJum'at 90
3. KhatibdanlmamShalatJum'at .. 9L
4. ShalatJum'atdiMasidBertingkat 92
5. ShalatSebelumKhutbahJum'at ........... 94

MASAI-AH SHALATJAMAAH
1. KriterialmamShalatJamaah 96
2. T empat Imam Tidak Boleh Lebih Tinggi Dari Tempat
Makmum 97
3. PosisiMakmumlebihTinggidarilmam 99
4. Shaflaki-lakidanWanita 101
5. TakbirKerasAgarDidengarMakmum ............. 102
6. BacaanFatihahBagiMakmum .. 104

MASAI-AH SHAI-AT SUNAT


1. Dalil Aneka Ragam Cara Shalatlail 107
2. Shalat Iftitah Pada Shalat Malam 115
3. Doa Sebelum Shalat Iftitah 123
4. CaraMelakukp Shal atD zuha 124

MASAIAH RU'YAH
1. Ru'yahYangMu'tabar 127
2. PenentuanAwalBulanQamariyah.................. 130

MASALAH SHAIAT HARI RAYA


1. Shalat'IedMenurutBerbagaiMazhad.............. 135
2. WanttaHaid ke Tempat Shalat'Ied.................. 135
3. Sejak Kapan Shalat'Ied Dilaksanakan ............ 136
4. Shalat'IedDuaKali danAdakahHariRayaKetupat......... 138
5. LafadzTakbirHariRaya................ 140

MASAIAH PUASA
1. Pengeras Suara Untuk Syi'ar ........... 113
...........
2. LaranganMakan Sebelum Fajar 1,44
..............
3. Junub,Jima', Berciuman Saat Berpuasa 145
4. PuasaBagiPerempuanHaid 1,51

MASALAH ZAKAI
1..LafadzlnfakdanShadaqah 154
2. MendirikanMasjidDenganUangZakat i55
3. ZakatTanamanDenganUang 155
4. Dasar HuksmZakatTanaman dan Harta............. 157
5. ZakatHasilUsahaRumahMakan 158
6. ZakatHasilPertaniandanGaji L59
7. ZakatTernak Selain Sapi, Kambing, Unta 1,59
8. ZakatHartaYangDihutang.......... 160
9. Shadaqah dan2akatZ,so ............. 160

I\,IASALAH HAJI
1. IbadahHaiiYangKedua,Ketigadst ................ 1,62
2. AnakMenghafikanAyahnya 165

MASALAH QURBAN
1. ArisanQurban 168
2. QurbanUntuklsteriYangTelahMeninggal .. 1,71,

MASAI-AH PERKA\NNAN
1. NikahdiPencatatanSipilMenurutAgama.. 176
2. Kawinlari................ 1,77
3. Nikah Tanpa Izin OrangTua 180
4. Menikahi Wanita Hamil 180
5. Perkawinan Saudara Kembar ....'...'. T82

MASAI-AHJANAZAH
1.. Cara ShalatJanazah ................ 183
2. ShalatJanazahTanpaWudhu? ......'.... 184
3. DoaShalatJanazah 185
4. ShalatJanazah Setelah Shalat Ashar'.'.'..........'... 186
5. Shalat Qaib Bagi Yang Tidak Dikenal Akhir H '...'. 189
^y^tny^
6. ShalatJan azahB agSWanita dan Do'a ..'.'.....'...... 190
xl

7. ShalatGaibTidakdiKuburan 192
B. Uang Lelah Bagi Pelaksanaan ShalatJanazah ...................... 193
9. MengucapkanSalamKepadaAhliKubur........ 195
1 0. Talqin Penjudi Ketika Akan Meninggal Dunia ................. 19 6

MASAI-AH\rAKAF
1. Mengubah Mas jid di Atas Tanah lVakaf Menjadi Gedung
TamanKanak-Kanak................ 198
2. MengambilKembaliTanah\Wakaf .................. 199
3. MenghadiahkanPahalaWakaf 203

MASAI-AH EKONOMI DAN PERDAGANGAN


1. Bunga Koperasi 205
2. MenyimpandanMeminjamUangdiBank......... 206
3. HukumMembudidayakanAyamBangkok 207
4. HukumMenjualBangkai............... 208
5. Hadiah 210
6. UangTaspen, AsuransiJiwa dan Santunan Kecelakaan..... 271
7. UangMukaDalamPembelian 212
8. Perubahan Status Bank Pemerintah............ 2I3
9. UangPelicinAtauSuapMenyuap 213
1 0. Mengambil Dana Yatim Piatu Untuk Beli Bensin .............. 21 5

MASALAH KESEHATAN
1. Apakah Islam Memperhatikan Kesehatan? 217
2. Kesehatan Ruhaniah Itu Yang Bag armana 21,8
3. B agumana memelih an J asmariah? ................ 221,
4. Obat Putus Asa dan Stres .......... 222
5. Donor Mata di Akherat................. 224

MASALAH KETARJIHAN
1. N{asalah Ketarjihan 225
2. N{uhammadiyah Bermazhab Tarjih? 226
3. HPTMazhabKe-lima?................. 228
4. I{eputusan N{uktamar di }'{alangTentang Tajdid nA
5. Pemahaman dan Pengamalan Majiis Tarjih T'entang
Hadits 1'ang Kelihatan Bertentangan Dengan Al-Qur'an .. 2jz
x11

6. Bid'ah Hasanah dan Bid'ah Dhalalah 232


7. PenyelesaianTa'arudhulAdillah 234
PERM-JAWABAN
MASAI.AH AQIDAH

1. fman, Mukmin, Islam dan Muslim

Tanya: Sebagai pelanggan SM, saya mohon dijelaskan arti ciri-


cirinya agar dapat disebut demikian. (Soelaiman, M-SH, I4n. SM I,{0. A.
7813,J1. H. BardanII/ 2,Bandang).
Jawab: Sebagai pelanggan SM dipersilahkan melihat ulang SM No.
12/75 Th. 1990 tentang iman telah disinggung sedikit, namun unruk
jelasnya, lmanya baik dijelaskan tentang arti iman dan Mukmin serta ciri-
cirinya itu. Menurut bahasa Iman berarti "tashdieq" yakni membenarkan.
Menurut istilah, sebagian ahli ilmu menerangkan bahrva iman itu berarti"
..TASHDIEQURRASUULI FIEMAA
]AA.A BIHI'AN RABBIHI"
attiny^, ialah: "MEMBENARKAN nn'SUI. TENTANG APA SAJA
YANG DIDATANGKAN DARI TUHANNYIt''.
Dalam al-Qur'an, sebagai wahl'u diterima Rasulullah saw tidak
diberikan ta'rif ataa pengertian iman itu, tetapi dijelaskan apa yang harus
diimani atau dibenarkan oleh orang-orang beriman. Di antara ayat yang
menerangkan apa yang harus dibenarkan, diyakini kebenarannya ialah
tersebut dalam surat An-Nisa' ay at 1. 3 6,yang berbunyi:

#rlr44iy/J!.irrr'Vl$,bt',i,tt$.Xi
#\K 6i :fr b lir 6rt ++)U lFJ &
Etr# 6e\i &G )y:"l3 r$J r"b I :6
65
Artinva: Wahai zrangJang beiman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul lJla dan kEada kitabyngAllah tarunkan kEada Rasu/-I\ja serta kitab
yngA//ah lurunkan sehelumnla. Barangsiapalang kafr kepada Allah, Malaikat-
l{1a, Kitab-kitab-I\11a, Rasa/-F,asu/-N1a dan hai kemudian, maka nsunguhnla
orang i ttt te/a b sesat s/a u b-jau hqta.
2

Selanjutnya, tentang otang yang benar-benar beriman


digambarkan, sebagai orang y^ng teguh imannya, tidak ragu-ragu
dibuktikan dengan bersedia melakukan perintah-perintah Allah termasuk
bersedia berkorban untuk keyakinannya itu, sebagai disebutkan dalam surat
al-HuiantayatL5 dansurat al-Anfalayat2,3 dan 4 serta ayat14'
Ayat 1 5 SuratAl-Hujarat:

Jji;68)!;{.h;^!,:5 bvv6 5t S:i*A 6t,


$rAt#,aifuIlgei*"t'5ii.5rL"
Artinya: S e s u ngu h n1 a Jl a ng b i m a n, " b a n1 a / a h 0 ranS- 0
0 rafik 0 ra ng e ratxg
Rasu/-I\a tidak
lang beiman kepada Allalr dan kemadian mereka ragu-ragu, dan
ruereka berjiltad dengan harta danjiwa merekapadajalan Allah, mereka itulah orang-
orangyangbenar.
Ay at 2, 3 dan 4 surat Al-Anfal:

,4 rt1'
€& W A H " st'ti5r t!".&{t G
t
Y

G fi,,Cj,45'M;'.FtgQy i sf',E
ci;iiligi,, cJi$ w' %twt 5w-
xt? a ;ptt$S gt't*1#3"pu
Artinya: .S ngu lt nla lrang'lranglang lteiruan itu, hanlala b mereka.Tang
esa

apabila diseltutrl//a/t, genetar/ah hati nereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
alat-a1atI\1a, bertambablah ituan mereka dan kEada A//ab nereka bertawakkal.
|ailu, orang-urangJang mendirikan tbalat, menafka/tkan rcbagian dai ilkiyng
Kani beikan kepatla rnereka. Mereka italah orang-zrang 1aftg beintan dengan
sebenar-benarnla. Mereka akan rtemperoleb derajat ketingian di sii Tubannla dan
ampunan s erta iVki (n i knat)yng ruu /ia.
Selanjutnl,a avatT 4 surat al-Anfal berbunl-i sebagai berikut:
$:,C5g A' J# eyfr\4 V?,\", lbt Sls
ttHlt W'#g'#^;ili l^ :aal Vi::'s
Artinya: Dan mereka zrang-nrangJangbeiman dan berh/rab serta berjibad
padajalan A//ah, denikian pula oranglang membei tenpat kediaman dan membei
pertolongan, mereka itulab nrang-zraftg lang benar-benar beiman. Mereka
riTki (n ikrnat)jtang rzt a /ia.
mempero leb ampanan dan
Demikian gambaran iman pada al-Qur'an, dan selaniutnyal<ttakaii
iman dalam Hadits. Fungsi Hadits adalah men j elaskan apa yang di sebutkan
dalam al-Qur'an meliputi mempertegas; memperjelas dan menambah
sesuai dengan petunjuk al-Qur'an, dalam hal iman ini pun tidak lepas dan
fungsi tersebut.
Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim memPertegas apa yang
tersebut dalam surat an-Nisa' ayat 136, tentang aP^ yang waiib diimani.
Dalam lafadz riwayat Muslim dan Abu Hurairah, ketika Jibril
menyerupakan diri sebagai seseorang yang bertanya kepada Nabi tentang
berbagai masalah pokok aiann Islam khususnya tentang iman, Nabi
memPertegas tentang iman itu.

)bi-i6 iVAj J U
"gW,)F1i
J,i,.,

J6 ;fi2fr,{t)U6rii})r .4G # ;S &;


t lr."t t,9,0; i\' &.s), \,,,,fr 7;
Artinya: ". . . . . . berkata n enanpakkan dii sebagai seseorang)
I ibilyng
ka barkan kEada ku tentang iman. Maka N abi pun menjawab:'T7en daknya engkau
percala (yakin) kepada Allah dan kepada Malaikat-Ir\a juga kepada Rasal-N1a
serla percala akan datangnla hai kenudian serta percala kepada takdir, baik
rtaapan baruknlta". Kau benarMahamnad) -.. dst.
Pada hadits rtwayat lain kita dapati peniabaran iman bukan saia
berupa keyakinan yang teguh tetapi juga pengamalan dengan Lisan dan
segenap anggota, bahkan dengan sikap 1'ang baik, sikap terhadap Allah
maupun sikap terhadap sesama manusia.
4

Barangkali ada balknya beberapa hadits yang disampalkan untuk


dapat dilihat sebagai dasar bahwa iman itu selain keyakinan dengan hati iuga
menghendaki pelaksanaan dengan amal lisan dan perbuatan serta sikap.
Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu'Abbas, Nabi bersabda di
hadapan utusanAbdul Qais dalam dialognya:

96 1 i';5 bv}qti; 6J:6 Jtl


|

^
'{V:nut19u5fi'r'"tiz'J6:9"4F e.3
,q (et6 ttArt i6 Li $tTUrr3
(orArotrt) 6\6i\i6
Artinya: Bersabda Nabi: 'Adakalt engkaa tabu tentang inan kepada
Allah sendii itu? Mereka berkata: 'Allab dan Ranl I'!ta lebih nengetabuinla.
'Bersabda Nabi: 'Bersak:ikb, tiada Tahan melainkan Allab dan bersaksi babaa
Mzbammad utusan Allab, mendiikan, shalat, membalar lakat dan rnelakukan
puasaRamadban ... dst.
Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
menyatakan bahwa beriman itu juga bersikap baik kepada tetzngga dan
tamu serta berusaha berkata yang baik atau diam ftalau tidak dapat berkata
baik).

*v 'u6-s€&;' ']Irr*16luU$66
N\uis(b:rt.""Jq$|>6r$irlTs
e:rt 6" J€ G5""4L;g& fr\r AiS
yt ud, o\, \ eLTi tFl:J;Af*S
(

Dari ayat-a1'at maupun Hadits di atas dan masih banyak lagi lainnya,
5

dapat disimpulkan bal-rwa kesempurnaan iman itu meliputi keteguhan hati


ucapan yangbaik dalam lisan f uga amal dan sikap yangbaik dengan segenap
anggotanya. Iman yang seperti inilah iman yang sempurna. Sedangkan
menurut riwayat Al-Bukhari dan lV{uslim dari Al-Musayyab Ibnu Hazrin
menunjukkanminimumimanitudenganmengucapkan|afadz<<
IAAILAAHAILI-ALIAH ", didas arkan pada abda N abi b agS p amanny a,
s

AbuThalib:

4 4V $:iCJ i.P ""xt"3* eo t 36JJLb


*r"io-W..L$6t'&AtlfArS'Sf
(PtuA I ott,\
Artinya: Bersabda Rasalullah saw terhadap Abu Tbalib: 'lYahai Paman,
b e ra cap la h "L44IL44HA IIf-ALJAHH ", ka /i m at1 a ng ka u a ka n rn nj a di
e

saksi bagi eng,kau di sisiAllab.

2. Cara Memperbarui Iman

Tanya: Benarkah iman dapzt hilang dan adalah ialan


memperbaruinya? Apakah yang harus dilakukan agar dapat memperbarui
rasa iman setiap saat supaya tidak meniadi lemah? Mohon penjelasan.
(S u ka n N o. I 2 I 4, Tap an a /i S latan, S u n -U t).
di, Lgn. e

Jawab: Iman memang dapat hilang dan dapat juga lemah. Hilang
iman kalau seseorang murtad. Iman menjadi lemah kalau seseorang tidak
membinanya secata baik. Pembinaan iman adalah dengan beribadah yang
baik. Orang yang selalu mengerjakan ibadah dengan baik akan te\aga
m ny^ yakni iman dan amalnya.Karenaitulah beribadah (dengan baik)
^g
itu diperintahkan oleh Allah, agar menusia menjadi muttaqin. Muttaqin itu
orang yang dapat menjaga diri. Demikian disebutkan dalam ayat 21. surat
Al-Baqarah.

'&b S$S ie 6 l( KJ 6 !,tt-j"(t 6q


's6W
6

Artinya: Hai manusia, sembah/ah Tuhanmu lang telah menciptakan-ruu


dan orang-orangyang sebe /amm u, agar kamu bertaqwa.
Kelemahan hati dalam melakukan ibadah dapat mengantar pada
perbuatan-pefbuatan yang tidak terpuii, bahkan dapat menierumus pada
perbuatan maksiat yang lebih besar yang meniadikan hati nurani manusia
tertutup. Itnlah gambaran manusia yang melem ahimannya'
Hadis iwayat Al Bukhari dari Abu Hurairah mengatakan, kalau
sampai orang melakukan perbuatan maksiat seperti mencuri, minum
khamar atau benina, maka o-rang tersebut imannya lemah dan tidak
sempufna.

6s,+$.w;$t 6* A6 ;it at ;;"f* JG

*3;FersAHpr4_r5SL;i
w'qii f" u&t; *L6' (\"/
)

"4
,3364JtJgt{5,ai1'LtS.&#i5
r
1v.t od,,t,) i,{iftr$'r;g(#
Bersabda Nabi 'Tidak be@na rese\rang Jatlg berTina pada wakta
be@na dia dalan keadaan beiman, dan tidak meminum kbanar ketika
meminumnla, (seorang ita) dia dalaru keadaan beriman, dan tidak mencai seseorang
pencari ketika mencui dia dalan keadaan beiman.'Dan Bukhai menanbah dalam
suata riwalat: 'Dan tidak ruerampar selrang, baranglang mempunlai barga tingi
ia merampas tedang ia dalam
lang manasia nembe/alakkan mata kEadarya, ketika
keadaan beiman". (I{k Bakbai dan Muslin).
Untuk memberi indzat atau peringatan bahwa iman seseorang
dapat menjadi usang dan agar selalu diperbarui, Nabi bersabda:

f,ju,6$tt'6iK/f6e#O:bLjte;frv
qriy"{,tvJW,,V,,\
?# o.6cli'"';1 :;' l)6'^xt
7

Artinya: Suungubnla irnan itu dapat usang dalam diinu sebagaimana


usangnlapakaian. Maka dai itu nohonlah kepadaAllah agarAllah nenperbabarui
iman pada bati-batima sekalian. (HR. Ath Thabarany, Al Hakim dari Ibnu
'Amr dengan nilai hasan).
Persoalanny a bagaimana memperbaharui iman itu menurut yang
dituntunkan oleh Nabi. J awabny a, b erdasarkan kepada riwayat Ahm ad dan
Abu Hurairah dengan nilai hasan, Nabi pernah bersabda:

t &Q;3 ti GSj . tnt3joU{J?K6$ *


I
ap",v) ^t *, I "rAtXyA,l * bl;lpt ,7)lt
r

Artinya: '?erbabarui/ah iuanmu seka/ian". Adazrang berkata,


'Bagaimana kami memperbaharui iman kami hai Rawlullah?" Nabi bersabda:
'Perbanlak ucapan LAAIIAAILA III,ALIAH". (HR. Ahmad dengan
sanad yangbaik).
Demikian cara memperbaharui iman,yangtentu saia bukan dalam
ucapan tanpa ari, tetapi haruslah ucapan yang disertai dengan hati yang
sungguh, dan diikuti dengan perbuatan yang baik dan benar.

3. Islam dan Muslim

Tanya: Minta dijelaskan tentang Islam dan Muslim, karena pada


nomer yang lalu belum terjawab. Apakah ada perbedaan Islam dan muslim
itu dengan iman dan mukmin dalam pengamalan sehari-hari. (Soelaixtan M.
S H, Lgn. No. A. 7S I t Y. H. Bardan II No. 2 Bandung4}2S7),

Jawab: Islam dari kata 'Aslama" y^ng berarti "tunduk"


menyerah diri. Sehingga kata aslama menjadi Islam yang berarti
penyerahan diri. Islam sebagai nam^ merupakan penyerahan diri
^g^ma
kepada Allah SWT. Orang yang menganut agama Islam disebut Muslim.
Dalam proses memeluk ma Islam ini, ada kalanya belum sepenuhnya
^g
dengan dasar keyakinan atau iman. Dalam hal ini disinyalir dalarn ayat 1,4
surat al-Baqarah, di kala orang Arab menyatakan beriman,padahal hatinya
belum sepenuhnya beriman, agar mereka menyatakan saja'Aslamnaa"
artinya Isiam, menyerahkan diri pada Nabi, karena memang dalam hatinya
belum kemasukan iman yang sempuf na.
8

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Anas dinyatakan


bahwa Islam itu bersifat lahiriah sedang iman itu dalam hati. Tetapi Hadits
Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, ketika ditanya
tentang iman, jawabnya: "Percayaakan Allah, Malaikat-Nya, akan bertemu
dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan percaya dengan hari Kebangkitan".
Sedang ketika ditanya tentang Islam, iawabannya "Beribadah kepada Allah
dan tidak memusyrikkan-Nya mendirikan shalat, membayar zakat,
mengerjakan puasa bulan Ramadhan. Pada Pernyatae.n Nabi bahwa Islam
adalah beribadah kepada Allah dan tidak memusyrikkan-Nya berarti
perny^ta n Islam perta;m adalah beriman. Kalau demikian Islam
sebenarnya juga memasukkan iman pada kerangka aiannnya, bahkan
akhlak juga masuk kerangka aiarannya. Kalau menurut di atas bahwa Islam
itu melaksan akan amalan lahiriah seperti shalat, puasa, zakat, dalam Hadits
riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu'Abbas, Nabi menerangkan bahwa
iman kepada Allah mengucaP dua syahadah, mendirikan shalat, membayar
zakat dan mengerjakan puasa Ramadhan. Jadi iman berarti melaksanakan
Islam pula.
Kesimpulannya, kalau pengertian Islam dalam arti luas adalah
meliputi pelaksanaan iman, sedangkan pengertian iman dalam arti luasnya
juga meliputi pelaksanaan aiaran Islam. Seorang muslim yang semPurna
adalah orang Mukmin yang melaksanakan cabang-cabang iman yang
sempurna, demikian pula seorang Mukmin yang sempurna kalau orang itu
j uga melaksanakan aiann Islam secara s empurna.

4. Berdoa Dengan Perantaraan Kemuliaan Rasulullah

Tanya: Bolehkah kalau s^ya berdoa dengan menyebutkan


kemuliaan Rasulullah sebagai pet^ntara seperti ucapan: 'Ya Allah berkat
kemuliaan Rasulullab selamatkanlah aku dan murahkanlah ilkiku"? Mohon
penjelasan. (4n, No. 3924, Banjarmasin).
Jawab: Berdoa hendaknya dituiukan langsung saiakepada Allah,
karcna begitulah vang diperintahkan oleh-Nya, sebagaimana disebutkan
padaayat60 al-Mukmin.

t/- 1 t 4a/t. r'/t\t./. Lz2117,


gtt)f'>t,etJ JLY
Artinya: Dan Tubanmu betfrman: 'Berdoalah kcpada-Kil, niscala Aku
perkenankan bagimu".
9

Demikian pula disebutkan pada ayat 28,55, 56 surat al-A'rai yurg


kesemuanya menunjukkan berdoa ditujukan kepada Allah. Dalam
^gx
berdoa yang ditujukan kepada Allah dapat menyebutkan sifat-sifat Allah,
seperti: 'Ya Allah aku memohon kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan dengan
kekuasaan-Mu dan seterusnya". Tidak dengan kemuliaan Rasulullah.
Berdoa dengan menyebut sifat kekuasaan Allah itu dibenarkan
sebagaimana doa yang dituntunkan Nabi kalau melakukan shalat istikharah.

5. NabiYang Beragama Islam Hanya Muhammad?

Tanya: Benarkah hanya Nabi Muhammad saw yang beragama


Islam, sedang Nabi-Nabi yang lain tidak? Mohon penjelasan kalau adayang
berpendapat demikian. (S b afra A /i s1t a h b an a, Lgn. SM N o. 7 9 t 3).
Jawab: Menurut keyakinan Islam, semua Nabi diutus oleh Allah
membau'a aqidah Tauhid. Dan dalam Islam disebutkan bahv'a bukan hanya
Muhammad saw yang menganut dan menganjurkan Islam, tetapi juga
Nabi-Nabi lain, seperti Nabi Nuh, Nabi lbrahim, Nabi Yakqub dan Nabi
Musa. Hal ini dapat dibaca pada beberapl-^yatdibawah.
Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad iuga dibawa oleh Nabi-
Nabi sebelumnya, seperti tersebut pada surat Asy-S yura av at 1. 3:

c; IjtW j tu4 *E;r6 $;t' b # A


P"56t;Sxt&tJ&rt*y"f*iJ*,q:,
Artinya: Dia (A//ah) telah menyariatkan bagi kamu tentang agamaJrang
telah diwasiatkan-l{1a kEada Nabi Nuh dan (uga) yng telab Kami aasiatkan
kEada lbrahim, Musa dan Isa, lakni: Tegakkan/ab agana dan janganlab kanu
berp e ca b - b e la b te n tangnl a.
Dalam ay^t72 surat Yunus, Nabi Nuh menyatakan bahwa dirinya
diperintahkan untuk men j adi orang Muslim.

ttkit'EslsitfibQc6'#t:'g
C6HJ
10

Artinya: (I<ata Nub): Jika kanu berpaling, aka tidak meminta apah
sedikitpun diimu, apabku tidak tain banlalah dai Allab belaka, dan aku disurah
dii (L[uslinin).
sapala aka termasakgolongalt nfaltg-nranglafigmen-lterahkan
Dalam surat al-Baqarah ayat 732l<tta dapati bahwa Nabi Ibrahim
dan Nabi Yakqub mewasiatkan kepada anak cucuny^ tetap meniadi
^gar
orang yang berserah diri (I\4uslimin).

'J$FWt1:rSYAt'1{j;4,4;1;*t,iz;3
sffi3t fr6
Artinya: Ibrabim telab mewasiatkafi ,/cap,fi ;til kqpada anak-anaknla
denikianpu/aNabiYakqub: "I-Lai anak-anakku, sesunguhnltaAllab telah nemilib
agana ini bagimu, makajangaxlab kamu mati, kecuali dalan nemelak agama Islam.
DaLam suratYunus ayat 84 disebutkan bahwa Nabi Musa berpesan
kepada ummatnya agar merek^ tet^P bertawakkal, kalau mereka benar
orang yang berserah diri.

6a; * rl,\'#t KL tj;A 6 Jtti


6^*79tt
Artinya: BerkataMusa: 'Tfai kaumka,jika kamu berinan kepadaAlkb'
maka bertawakkalkb kepada N1a sEa, jika kamtt benar-benar orangJang berserab
dii (Aluslinin)".

6. Katasayyidinaa Di Depan Muhammad

Tanyaz Sering menjadi pefiany^ rr bahwa Muhammadiyah itu


kurang menghormati Nabi Muhammad, karena dalam menyebut nama
tidak menggunakan kata "Sa1yi dina" yang attinya Tuan. Di sisi lain kalau
kata sayryidina digunakan akan termasuk mengkultuskannya. Bagaimana
),u.rg ,.r.r.rgguhnya, mohon penjelasan.
(uL Aifn NBM. 527.788' .lMA
Pagaralan).
organisasi
Jawab: Perlu diketahui bahwa Muhammadiyah sebagai
clakrvah Islam mengaiak kepada anggota khususnya, kaum Muslimin
11

umumnya untuk selalu menjunjung tinggi ajann Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad savz. Dalam rangka menjunjung ting g ajannlslam itulah
berusaha untuk memahami dan mengamalkan ajann Islam sesuai dengan
yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad savz. Dalam menunrunkan
bacaan shalawat pada waktu seseorang melakukan shalat yakni di kala
membaca tasyahhud, tidak menggunakan kata "salyidina Muhammad"
tetapi cukup 'Allahumma Shali alaa Muhammad" dan seterusnya.
Tuntunan yang demikian sesuai dengan yang dituntunkan Rasulullah
sebagai disabdakan: "Shaluu kamaa Raaitummuuniy Ushalliy" (HR. Al
Bukhari) yang arinya: "Shaladah Anda sekalian seperti Anda lihat aku
melakukan shalat". Tegasnya, perintah Nabi itu agarl<ttamelakukan shalat
seperti Nabi melakukan shalat. Khusus mengenai membaca shalavzat dalam
shalat diriwayatkan oleh Fudlalah bin'Ubaid.

i{iAtfu$t gi, J\t rc&W # J'2,i6 "'


g"At &,F i{ F.\.; A;! + for;qkJ
'iL jg,K6#;d(b:tdfJ6k3*'u,t
#{t*gt"{"sp6):i;{i'4 j,is16'"'}
';aS X'iot$ W t
J;J:4/;, fi; ;3g r,nt
Q)'j r ob,'t "&'1
"66'Li.
Artinya: Hadits diiwalatkan dari Fudlalah bin 'Ubaid ra ia berkata:
Rasulullah vw mendengar sezrangJang sedang berdoa dalam sbalatnla dengan tidak
menbaca s/talawat pada Nabi. Maka Nabi bersabda: "Orang ini telah tergua-gua.
Setelahila Nabi nemangil orangtersebat dan bersabda kepada orangitu ataa ,Qepada
oranglain: 'Apabila sercorangsbalat (dan berdoa) bendakryta memulai doanla dengan
nenryi pada Allab dan menlanjangnla sesudab itu bendakn-1ta membaca shalawat
pada Nabi. Sesudab itu barulah berdoa apajtang dikehendaki ': (HR. At Tirmidzi
1.2

dan dikatakannya shahih).


Mengenai bagaimana membaca shalawat pernah ditanyakan oleh
para shahabat, sebagai yang disebut dalam ri-wayat Ahmad, N1uslim, An-
Nasiy dan At Tirmidzy dad Ibnu Mas'ud, seperti tersebut di bawah ini.

W it:566vr' 36'43 465 16 6|;9


t'c"J;r# ,-i;Ae 65;1b iJ'at$t' ):t U,
{ ",1: W'tuS /4; Ary5 e;:r Jr- &3, J6

{$,r,
gJi''}6
irtK, 316.*';c1
4rLAtM
'+6trilJ,i:P"';;6**s:Ps*:YV
6 t ;*r;l,t: iY tgqs -C-"tlt"S y S

t /" fi, lJ,r y'-.: *\ ) r,','i,J?Kif65tg-*


Artinya: Dai Ibnu Mas'ud ra ia berkata: 'R'asu/u//ab saw datang kepada
kami sedang kani duduk dipersidangan Sa'ad bin 'Ubaidab. Maka bertanlalah
Baslir bin Sa'ad fupada Rasul: 'Ya, Rasalullah, Allah memeintabkan kani
bersba/awat antukma. Bagaimana kani bersbalaaat untukmu ituita Ra-ru/ul/ah?"
Maka Nabi berdiam dii, tidak ruen1abut. Karena itu kami memandang bagus kalau
hal itu tidak ditaryakan. I{emadian Rasulullah ruenjawab" "puluu Allabunma
Sballi'Alaa Muhammad IVa'alaa Aali Muhamrtad dan rcterusnla sampai Innaka
HaniedunmEied. Adapun mernbaca sa/am, sepeftilangtela/t engkaa nengetahuinla.
(HR. Ahmad, Muslim, An Nasaiy dan At Tirmidzi).
Masih banyak Hadits yang menunjukkan tuntunan bacaan shalawat
clalam shalat, dan tidak ada yang menggunakan kata Sai'yidina.
1.3

Kesimpulannya dalam shalat tidak diperlukan membaca Sayyidina dalam


membaca shalawat, sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Mengenai bacaan Sayyidina dalam shalawat di luar shalat seperti
dalam pidato-pidato kita dapati sebuah Hadits yangberbunyi:

( .>rl.;r1.. Ul ol:rl "Al"tflt


t/

Artinya: Salltid (fr*) itu A//ab. (I7I- Ahnad dan Aba Daaad dai
Abdu//ah binAs Sakhir: MenuratAs StEutbiHadits ini shahib).
Berdasarkan Hadits tersebut, dengan memahami
kita menyebut Nabi dengan Salyidina
isyaaratunnashnya, tidak pantas
karena menyamakan Nabi Muhammad dengan Allah. Sebut saja
sebagaimana dalam Hadits seperti Allahumma Shalli 'Alaa Muhammadin
Nabip'il Ummiyii atau Allahumma Shalli 'alaa Muhammad 'Abdika
'Warusuulika.
14

MASAI-AH AL-QUR'AN DAN HADIST

1. Dalil al-Qur' an Sebagai Sumber Hukum

Tanya: Dalam HPT disebutkan, bahwa dasar mudak untuk


berhukum dalam agam Islam adalah al-Qur'an dan al-Hadits, tetapi tidak
disebutkan dasar-dasar penetaPan I'ang demikian' Agar hal ini mendapat
perhatian. (5' ala h s atu pen anla dari peserta penataran AMM Yogya Tiruar).
Jawab: Pertanyaan yang bagus, tandanyaAnda membaca HPT dan
berpikir kritis. Rumusan keputusan merupakan hasil Muktamar khusus
),an.g berlangsung pada tahun 1954-L955 M, dalam
rungka menjawab
"Pemasalahrtn lima" vang sejak tahun i935 telah disebarluaskan untuk
dit:ir,ggapi oleh triama di u'ila)'ah-rvilavah dan karena adan,va Pcrang Dunia
kc-Il, 'orru tairun 1954-1955 itulah dapat diadakan N{uktamar. Tentu saja
cl..rlan-r Nllriii2lmar dibicarakan pula dalil-daliiny'a, tetapi dalam perumusan
ti,-lak jisert:rka1. Untuk menemukan arsip makalah-makalah yang dahulu
cliperbincanrkan dirasa sulit. Untuk memenuhi permintaan Anda
barangkaii t,aik di bawah ini beberapa at'at dan Hadits dapat disampaikan.
Di samping itu banYak ayat lain yang dapat ditelaah sendiri dalam al-Qur'an.
a. Diantata a\rat yang menyebutkan agar dalam berhukum dalam
.Agama Islam mendasarkan kepada al-Qur'an adalah 105 surat an-Nisa
^y^t
dan a1,at 49-50 surat al-Maidah, setelah kita dapat memahami bahr'va hukum
dalam Agama Islam hanyalah yang didasarkan atas hukum Allah (surat Al
An'aam
^y^t57).
tjii;i,jg'J:';ri'5!:$Ag
\ av I 1t'r-Jr )
Attinva: A{enelapkan ltakam laitu hanlalah hak
(A//ah) zlllah.
netterun.qkan ha/1'ang.rti,r,arnla datt (A/lah) Pettbei kEutwsanlangpa/iagbaik'

( t'o :,rrrr ) tS;4lUL?.JU{t *at 3I3


15

Artinya: Suunguhnla Kani nkh menurunkan Kitab (al-pur'an)


kepadanu dengan membawa kebenaran, supala kamu mengadili antara manusia
dengan apa lang Allab nkb wahlukan kepadanu, dan janganlah kanu nenjadi
penantang (oranglang tak bersakh) karena (merzbela) lraflg-zrangJang berkhianat.
(Surat IV ayat 1 05).
Di samping kedua ayatyangdrdis di muka masih banyak ay^tyang
dapat dijadikan dasar bahwa al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam.
Seperti pada surat al-Maidah 49 dan 50, surat al-Anraam 155, surat
^y^t ^y^t
al--N'laaf ayzt3 d^nmasih banyak lagi.
b. Adapun Hadits yang dijadikan dasar penetapanbahwa al-Qur'an
sebagai sumber hukum antaralatn ialah Hadits riwayat Ibnu Mardawaih dan
riwayat Ibnu Hibban.

,$;hv rt aa 16' JLi'rga w wtr


',\viglk)86tit"i1t64fii'H$,.KJ
( yt,1 4ril'";i
Artinya:
#6'^:,;A 6 lt,'rn$i +i
Dai Ali ra berkata: Rasulallab saw pernah bersabda:
'TfendaHab kamu rckalian Perpegangnguh) fupada a/-pu/an, nakajadikanlalt ia
sebagai- penuka dat penuntun, karena sev.mgubnla ia,frrnan A/lab semesta alam,
jnng datang dai pada-N1a dar akan kenbali kepada-I{Ja". (Riwayat Ibnu
Mardawaih).
Riwayat Ibnu Hibban dariJabir

,7t IJ'U i,J;:6 J6' J6 K1a6;rg 3;


'{t:16.$-i3tb6tg'e6i)bi.'kJ
"9,ifS6l3iE;\?6,{i2iJti3ti",5Gl
(
csVg,t)
1.6

Dari Jabir ra berkata: Rasulullab saw pernah bersabda:'Al-pur' an itulang


ditolongdanlangditeinapertolongannla, danpembelalangdibenarkan: barangsiapa
yng nenjadikan dia dimukanla ia menuntannla ke yarga, dan barangsiapa Jang
nenjadikan di belakangnla ia rnenghalauryta ke neraka". (R.iwayat Ibnu Hibban).
c. Mengenai Hadits sebagai sumber hukum Islam juga terdapat
pada al-Qur'an. Al-Qur'an memerintahkan agar menaatt Rasul-Nya, yakni
Nabi Muhammad saq termasuk apa yang dibawanya,yakni as-Sunnah atau
Hadits. Hal ini antara lain dapat kita lihat pada ayat 31 surat Ali Imran, ayat
64 surat an-Nisa, surat al-Hasyr ayatT dan masih banyak lagi.

Jifr5g#6'&,€W6rJrtffi {'$6)6
(v rrJr ) 6f,)i!.f,at
Artinya: 'Dan apa-apalangdibeikan Rasul (It4uharunad) kepada kanu
sekalian, maka hendaklah kanu mengambiln1a, dan apa-apalang dilarang kamu
mengejakannla, maka hendaklab kama menjauhinla, dan takutlah kanu kepada
A//a/t, karena rcsanguhryaAllah itu sangat kerat siksa-Njta". (Al-Hasyr ayat 7).

6Jdtp#64t6Ar6#.1b0J3
(vr: aVJ) tH:J(hS'k{ft'H
Artinya:'Katakanlah (A4ubannad): Jika kanu sekalian cinta kEada
A//ah, naka ikutilah aku, niscalaAllah cinta kepada karnu, dart mengampuni dosa-
dosa kamu; dan Allab ita Penganpan, Pen1a1ang". (Ali Imran ayat3l) '
Surat An-Nisaayat64

( u : r u:J r ) A, O.'**.&JD6J,Y($1W
Artinya:'Dan Kami (Al/ab) tidak mengutas rcorang pun dai Rasul
m elai n kan un tuk ditaati Alla b ".
dengan iqin
d. Dari Hadits sendiri kita dapati riwayat Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah yang menerangkan bahwa menaati Rasulullah pada
Ini berarti kita harus meniadikan
hakikatnya mentaati pula pada Allah.
77

Hadits sebagai sumber hukum dalam rangka ketaatan kita kepada Allah.
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

*l;'At',yPt3;6J16,36!i;h65'r;#4',f

r eg;bpta€,t)tr)
Aranya:Dai Abi Hurairah ra berkata: Rarulallab saw pernab bertaba
'Barangsiapa telah ntentaati aku, maka sesunguhnla ia tekb mentaati Allab; dan
barangsiapa mendurhakai aka, maka sesutgahnla ia telah mendurbakai Al/ab".
(Riwayat Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah).

e. Sebagai penguat dan pelengkap di bawah ini kiranya baik juga


disebutkan beberapa ayat maupun Hadits yang menyebutkan kewajiban
kita untuk menjadikan al-Qur'an dan as-Sunnah atau Hadits sebagai
sumber hukum Islam.
1 . Surat al-A nf al ay at 20 :

;fg"^sfij*llA;Sntffi6,g$tffi
lt, t )i)) ) iJ,3 ':,
Artinya:'TIai orang-orangJang beriruan taatlab kann sekalian fupada
Allab dan kepada Rasal-N1a, dar jangan kanu berpaling daipada-Ix[ya, padabal
kam t sekalian men dengar".
2. Surat Muh ammad ayat 33 :

'K{W{s3trittlb!A'W6iti.$,W
(rr ti )
Artinya: "17ai orang-orangJang beiman! Taatlab kamu sekalian kepada
Allah dan taatlah kama sekalian kepada Rnsul, dan janganlab kamu sekalian
m erasakkan a ma l-an al ke baikan kam u ".
3. Suratan-Nvayat54:
18

::Y#t&GS$;eY 'iJ73tffi*tW,l3
4r4 r (y\6 J; w'"j# t U ;!ttv'H;S
gott,y'rl 6"rfri1t,
\'-l' > e
Artinya:'Katakanlah (Alubazznad): Taatlah kamu sekalian kepada
Allab dan taatlah kamu sekalian kzpada Rasal,jika kamu sekalian berpaling, maka
bahwasanjta atasnla &otr\ ita apa-apalang dipikul dan atat kamu sekalian apa-
apalang dipikul: dan jika
kamu ruentaatinjta, pasti kamu mendapatpetu@uk. Dan
tidaklah a tas Rasu / itu, rnelai n kan menlarzpaikan pesanlang n1ata".
4. Surat al-Anfal ayat 1,

1,'rgrr ) a;u;';iL s{4;t;3rio,wu


Artinya:'Dan taatlah kamu sekalian kepada Allah dan kepada Rasul-
j
N1 a, i ka ka rz u 0 ra ng- 0 ra ng) a ng b e ri m a n ".
5. Riwayat Al Hakim dari Abu Hurairah

':& lftflfr J6' J6',eA 6"i;,6,i * t

\ o\:, )
6gf6;rr.$Gfi ;g ue5 et t

Arinya:Dari Aba Hurairah ra berkata: Rasulullah sawpernah bersabda:


'Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkaralang tidak akan sesat
kamu dengan keduanla,laitu Ktab Allab dan Sunnahku, dan kedua-duanlta tidak
akan berpisah vhinga kedua-daanla datang kepadaku -kelak- di telaga". (Riwayat
Al Hakim).
6. Riwayat Al-Hakim dari Ibnu'Abbas

fu.,tq(J6kt /4/ii'W inr3;{ ;ir :i*


19

4:6.*j it 4K)+WGW U,t;j


,

;& A,JJ it 1\ir'i,Y, J6:^Y:A \bJ,vW rj * l

J.{.X'rtg})tLt, J6, {}, o C5; 6t fr*Y'3


84\,|*Q:M,J 14 s;'HS:^#"ti
v|;+.ujhdn;3'86'pci}26fr;G
*$US):ut4%r;JW[iva'iJ2i;,tar.
t r o\s.,)
{U
Artinya:'Dai lbnu 'Abbas ra berkata: Babwasanla Rasalalkb saw
pernab berkbutbab (ruenberi naibat) kepada orang banlak di kak baji yng
pengbabisar, beliau bersabda: "Sesargubnla Eaitan ita telab putas asa bahwa ia
akar diserubab di tanabmu ini, atapi ia idba ditaati pada selain dmikian dai apa-
apalangkamu anggap rendab dai amalperbaatan karnu, maka dai itu bati-hatilab
kamu. Sesangubnla aku alah neningalkan buat kana,jika kamu berpegangteguh
kcpadanla, maka tidaklah kamu akan sesat selama-lamanlajtaitu: Kitab A/kb da,x
S unnab Nabi-N1a". (Riwayat AI Hakim).

2. Wahyu yang Pertama Surat Iqra


^t^tLaifiny^
Tanya: Saya mendengar penjelasan bahwa surat pertam^ y^trg
turun adalah surat Iqra', tetapi dalam al-Qur'an kita baca surat yang p ettamz.
al-Baqarah dan terakhir surat an-Naas. Mohon penjelasan. (Basuki,
Susakan).
Jawab: Berdasarkan riutayat Bukhari dari Aisyah, ay^t y^ng
peft^m turun ialah ayat 1 sampai 5 Surat al-'Alaq, yaknt Iqra' Bismi
Rabbikallad{e Kbakq sampai y^ng berbunyi 'Allamal Insaana maa lam
^y^t
1a'km. Kalau kita menilik i'wayzt Bukhari dan Muslim dari Jabir bin
20

'Abdullah, ay^t yang pertama turun adalah Al-Mudatstsir yang bermula


dengan 'Yaa -fylubal Mudatstsir'1 Menurut penjelasan As-Sayuthy, yang
ditanyakan Abdurrahman kepada Jabir bin 'Abdullah adalah surat yang
pertama turun, sehinggaJabir menjelaskan surat yang pertama turun secara
utuh adalah surat al-Mudatstsir. Sedang y^ng peftam^ turun adalah
^yat
Iqra'. Ayat ini turun hanya sebanyak 5 ayat, tidak utuh satu surat.
Dari keterangan di atas dapat dikemukakan bahwa yang
^yat
pertama turun adalah ayat Iqra', sedang surat yang pertama turun adalah
surat Al-Mudatstsir, khususnya surat yang Pertama turun sesudah masa
kekosongan waktu. Ada pendapat lain sebagaimana pendapat Ibnu'Abbas
dan sebagian mufassirin; menerangkan bahwa sufat yang pertama turun
adalah surat al-Fatihah. Hal ini didasarkanpada berita yang disampaikan
oleh Abi l\{aisarah. Tetapi riwayat ini kurang kuat sanadnya, bahkan ada
yangmenilai mursal.
Muhammad 'Abduh berpendapat bahwa surat yang Pertama turun
adalah surat al-Fatihah mengingat surat itu yang ada di awal al-Qur'an dan
kandungannya lengkap.
Dalam al-Qur'an sendiri tidak disebutkan mana yang Pertama
turun. Yang jelas, sejak pertama turun wahyu, dihafallah wahyu al-Qur'an
itu dan kemudian setelah Nabi mempunyai sekretaris diperintahkan untuk
dinrlis dan disusun, sefta diletakkanlahayat-ayatitu sesuai dengan tuntunan
wahl'u dan bimbingan Jibril. Jadi susunan al-Qur'an seperti itu memang
sejak dari masa Rasulullah, hanya saia masih tertulis pada berbagai tempat
yang kemudian dikumpulkan pada masa Abu Bakar meniadi Khalifah dan
kemudian diseragamkan penulisannya pada masa 'lJtsman bin Affan
disebut tulisan'Utsmani atau Rasam'Utsmani atau Khat'Utsman.
Kesimpulanny^, ay^tyang Pertama turun ialah ayat 1-5 Surat Iqra'
berdasarkan riwayat Bukhari dari 'Aisyah. Sedang surat yang Pertama tufun
(setelah lama Nabi tidak menerima wahyu) idah surat al-Mudatstsir,
berdasarkan riwayat Bukhari dan Muslim danJabit Ada yang menganggaP
surat yang peftama turun didasarkan pada kenyataan mushhaf sekarang
ialah surat al-Fatihah, bukan al-Baqarah seperti Anda tanyakan.

3. Firman Allah Menggunakan Kalimat Rabbi (fuhanku)

Tanya: Dalam surat Al-Kahfi 109, mengaPa Allah


^y^t
artinya TUHANKU' padahal itu
menggunakan kata-kata RABBI yang
21

Mohon penj elasan. (A li M a lt m u di, l. A. Ya n i 2 3 8, B oj o rcgoro).


fi rman Allah?
Jawab: Ayat 109 surat Al Kahfi adalah perintah Allah kepada Nabi
Muhammad mengatakan kepada ummatnya. Adapun bagaimana yang
harus diucapkan oleh Muhammad kepada ummatnya adalah:
I.\UKAANAL BAHRU MI DAADAL LIKALIMAATI RABBI dst.
Artinya: "Sekiranya lautan itu dijadikan tinta untuk menulis kaiimat
Tuhanku (maksudnya Tuhan Muhammad). Jadilah kata-kata RABBI itu
bukan berarti "Tuhannya Tuhan". Untuk jelasnya pedu dibaca ayat iru
dengan tarjamah yang telah ditafsirkan sebagai berikut:

';;ro, J,t'Ai J6 6 &)YVr';i 6Uj


S
63yH;"iUp
Artinya: 'Katakanlab (IJai R.asut): "sekiranla (air) laut nenladi tinta
untuk (nenulis) kalimat-kalinatTuhanka, sungub babislab (air) lautan ita sebelunt
habir (ditil/i, kalinat-kalinatTahanku. Mukipun kami tambab sebarytak itupula.

4. Memegang al-Qur'an atau Tafsir Tanpa Wudhu

Tanya:Bagarmana hukumnya memegang al-Qur'an atau tafsir al-


Qur'an tanpa wudhu? Bagaimana kedudukan Hadits bahwa Nabi kirim
surat untuk'Amr bin Hazmyangmelarang menyentuh al-Qur'an bagi orng
yang tidak su ci? (AI u b. H u s n i, SM P, B a dan IVaq af S a lta n Agu ng S e n a ra ng).
Jawab: Menyentuh atau memegang al-Qur'an^tau tafsir al-Qur'an
tanpa wudhu boleh saja, aranya tidak haram hukumnya akibatnya tidak
berdosa. Setiap orang Muslim itu suci jadi boleh menyentuh al-Qur'an
tanpa wudhu. Memang ut^manyawudhu, apalag1kalau membacanya. Nabi
tidak meny'ukai namaAllah kecuali dalam keadaan suci.
Namun bukan kewajiban, karena Hadits Nabi yang memuat
perintah seperti Andatanyakandi atas, nilainya lemah. Untuk lebih jelasnya
dapat diterangkan bahwa Hadits iru tersebut pada kitab Al-Murvaththa.
Dalam kitab itu dinyatakan nilainya mursal tidak sambung perawi-
perawinya sampai kepada Nabi, yakni an-Nasai dan Ibnu Hibban, tetapi ada
perawi-perawinya yang iemah. karenanya tidak dapat untuk dapat
penetapan bahwa men1,'entuh al-Qur'an atautafsir al-Qur'an harus wudhu.
22

5. Penulisan Ayat Al-Qur'an dan Teriemahannya

Tanya: Pada Suara Muhammadiyah nomot 18/17/1992 dalam


ruangTafsir terdapat kekeliruan dalam menulis ayat tertulis:

C5:"64*r'oy
yang benrl mestinya:

G5:"6A-ji/y
Demikian pula terjem ahan ayat,menurut hemat kami teriemahan
itu tidak tepat bahkan menyimpang. Teriemahan tersebut tidak sama
dengan terjemahan yang ada dalam al-Qur'an dan terjemahan d,ati
Departemen Agama. Mohon penjelasan. (Darsono, pelangan SM angota
p e ngaj i an P i mp i n a n C a b ang M u b

Jawab: Terimakasih atas koreksi saudara dan inilah kami tunggu,


sehingga kekeliruan-kekeliruan dapat segera dibetulkan.
Setelah diteliti ulang, memang terdapat kesalahan tulis/ketik yang
tidak sengaja, sehingga menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman. Hal
ini dapat kami jelaskan sebagai berikut:
a. Kutipan SuratYusuf (1'2) ayat23,yangbetul adalah:

CtgG-,1;XV
b. Terjemah^tny^ dalam SM, ternrlis: "Sungguh suamiku adalah
tuanku, ia telah mempedakukan aku dengan baik"' yang betul adalah:
"sunggah saamimaadalah tuanku ia telah mempedakukanku dengan baik".
Mengenai teriemahan al-Qur'an penulis tidak selalu
^y^t
mengambil dari Terjemahan al-Qur'an yang diterbitkan oleh Departemen
Agama, sekalipun tidak meninggalkan sama sekali, melainkan iuga
mengambil dari kitab tafsir lainny^y^ngmu'tabar. Misalnya mengenai ayat
tersebut di atas dilelaskan sebagai berikut:
y'., L
adalah barf al-ta' kid, dhanir, yangada padakata
23

,tL
Adalah isrnu inna dankata
J;
adalah khabarinna
J:i/'v
Maka terjemahannya dari kata-kata adalah: "Sungguh dia
(suamimu) adalah tuanku". Demikianlah, semoga meni adi maklum.

6. Maksud Surat Al-Anfal Ayat 35

Tanya: 1. Siapakah Wng dimaksud dengan orang yang


mengerjakan shalat di rumah, shalatnya dianggap main-main sebagaimana
terdapat dalamayat35 surat al-Anfal itu?
2. Siapa suami dari perempuan yaflg masuk surga dan siapa pula
suami dari perempuan yang masuk surga yang sevraktu di dunia dithalak
oleh suaminya dan hingga mati tidak bersuami lagi? Mohon penjelasan.
(Ah. S atori Karyawan D epag Cirebon).
Jawab: Firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 35 yang saudara
sebutkanitu adalah:

.,.Trafr,"'6$r*r+'#tv6rLv
(Yo rJ9-J' )
Arany a; s e rn b a lgt ang m e re ka di s e ki tar B ai t u llab, ti a da la i n h a nl a la b si u la n
dan tepak tangan ...
Dari munasabah ayat ini dengan alat sebelumnya dapat diketahui
bahwa yang dimaksud dengan "mereka" dalam ayat ini ialah orang-orang
musyrik Makkah yang selalu menghalangi kaum Muslimin yang akan
mendatangi Masjidil Haram.
Perhatikanlah firman Allah dalam surat yang s a ma ay at 3 4:,

"9ffii5;'u!4f"'"xt',##1i'pW"
' ( rL :)ri))
24

Arunya:Mengapa Allab tidak akan mengaqab mereka, padahal mereka


oranguntuk nendatangi MaiidilHaram . . .
selalu menghalangi
Demikian juga pada al<hfu zyzt 35 Allah SWT dengan tegas
memberi ancaman bahwa siksa:

(r o, )a),, |i;U'ALyAt$ig$li . ..
Artinya:... maka rasakanlah aqab karena kekafranrnu itu ... (41-
Anfal, B:35).
Jelas ancaman itu tidak ditujukan kep adaorang-oranglslam.
Kata al-bait tidak dapat diartikan dengan rumah. Perhatikanlah
penjelasan Rasyid Ridha dalam al-ManarJuz IXhalaman 660

Jt i & 3,v't6$1 M rt 4$ iJsr b


('t1. : r.,e)1 )7Gffi(+ifii q.
Aranya:Termasakyng diketahui bahwa kata "a/-bait" jika ditentukan
dalam bentak defnite
B aitu/la h1 ang te Ka' b a h ".
rken al de ngan'
^l
(nakifah) menurutpara nufussir naknaryta diarahkar pada

Sedangkan shalat yang dikerjakan di rumah baik secara munfarid


maupun iamaah, tidak termasuk dalam kategori main-main, hanya saja bila
dikerjakan dimasjid lebih utama.
Demikianlah jau'aban kami untukpertanyaan nomor satu di atas.
Untuk menjawab pert^nyaan yang ke dua, perhatikanlah firman
Allah dengan surat al-Baqanh ayat25. Dalam ayatint disebutkan berbagai
macam pahalayangakan di karuniakan kepada orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh afltar^ lain mereka akan mendapat pasangan yang
bersih dan mereka kekal dalam surga.

4i'^*Wr"W'#\t*,fr7J...
Artinya:. .. dan untak mereka di dalarnnjta ada isteri-itteiyng suci dan
rn ere ka ke kal di da lan n1a.
Perhatikanlah penjelasan Rasyid Ridha dalam al-Manar Juz I
halaman233-234.
25

,^6ir*jii jri-I+#\iAu6ff'^gt5
V",i"6Vf;,i@UfS"*t*j/\1,'rr;.5
7Q.ti;!i1;JOr*lVJA66,#A(9.
;fi Sqla;titi",ggi;A:t5'J;i{4r
i'bfMifr
xArau"j;,{;"6',G!;"J--taisp;J,3
(ltr-YYf:l,rltl'iUg
Artinya: Pergaulan pejodoban di akbirat seperti balnjta tlruiafl-urilsan
gbaib (kinn1Q, kitaltakini keteranganlangdibeikanAllab tentangurusanghaib itu.
Kita tidak menanbah atau ruengarangt keterangan dan tidak pula nembabas
peinciamlta, tetapi kita pahani secara global baltwa perfumbangan kehidupan di
akhirat itu lebib tinggi dan lebilt senpurna dlairrya dai kehidupan dunia sepeni tulah
diterangkan. Kita ketaht/i bahwa hiknabyngterdapat dalan niknatqtaperjodoban
dengan pergau/an suatni istei .recara terlentu ialab "berkerztbang biak" dan
nengenbangkanjenis (keturunan) tetEi tidak disebutkan babwa di akhriat terdapat
perkenbangbiakan itu.
Memang dalam Hadits terdapat keterangan bahwa tiap-tiap orang
di surga akan mendapat dua orang isteri yang oleh ulama dikatakan bahwa
seorang isteri berasal dari isteri di dunia sedang yanglatn isteri dari surga,
hanya sayang keterangan-keterangan yang termuat dalam Hadits itu tidak
shahih.
Keterangan yang dikutip Rasyid Ridha dalam al-Manar Juz I
halaman234

f,LQc ii;tSr;b'tQbF*V,QeiJ\i
26

(ryr, ).,e1 ,
t4U;9516\6
Arttnya:Ulama mengatakan babaa salah satu isteinla ialah isterirya di
dania danlang lain dai sarga, dan keterangan-keterangan tentang ba/1ang sama
rzetkipun baryak tetapi tidaklah shabih.
Oleh sebab itu ketentuan masalah thalaq atau beristeri lebih dari
satu atau bersuami berkali-kali, ketentuannyahanya bedaku di dunia yang
sulit untuk dikiaskan ke kehidupan di akhirat.
27

MASAI.AH YANG GHAIB

1. Kekal dan Abadi di Surga

Tanya:Bagaimanz kekal dan abadi seperti tersebut dalam surat al-


Bayyinah zy^tB yang berbunyi Khaali Diena Abada, artinya kekal selama-
Iamanya. Kalau diartikan kekal selama-lamanya apakah tidak bertentangan
dengan firman Allah Kullu Syaiin Haalikun yang artinya segala sesuatu akan
rusak kecuali Allah. Mohon penjelasan (Arhftob A., MTs Nauperiangan,
Pada ngm tu, I--a np u n t Te nga b).

Jawab: Bukan hanya dalam surat al Bayyinah ^y^t 8 disebutkan


bahwa orang yang di surga akan kekal selama-lamznya dan orang yang di
neraka juga kekal selamanya. Hal ini dapat kita hhat antara lain disebutkan
pada ayat 57 dan'1.22 surat an-Nisa mengenai kekekalan di surga, dan ayat
169 surat an-Nisa sert^ ayat 65 surat al-.Nhzaab mengenai kekekalan di
neraka. Banyak ay^t-ay^t yang menyebutkan kekekalan baik di neraka
maupun di surga itu, tetapi tidak ditambah dengan kata-kata Abadaa yang
arttnyakekal abadi.
Dalam memahami ay^t-ayat dan Hadits dalam rangka kita
memahami ajann Islam, kita tidak dapat memahami dan
^gama
mengamalk^nnya hanya sepotong atau satu-ayat saia tanpa dilifi21 d2n
disinkronkan dengan yang latn. Pemahaman yang seperti itu kita kenal
dengan sebutan konprehensip. Di kalangan ahli tafsir kita kenal adanya
aqidah al Aayatu Tufassiru Ba'dluha Ba'dlan, yang arttnya "ayat itu satu
dengan yang lain saling menafsiri". Berdasarkan pemahaman yang
demikian, maka kita tidak cukup memahami atas tanpa melihat
^yat-^y^tdi
pada ayat yanglatn. Kalau kita meiihat pada ayat 707 dan 108 surat Hud,
akan kita dapati kemudakan kekekalan di surga maupun di neraka iru
dengan qayyld batasan. Untuk lebih jelasnya, l<ranya baik
^tau
diketengahk an dua ayat yang muthlaq dan dua ayatyang muqalyad.
Ayat-ayatyang mudaq:
a.Yangmenerangkan keabadian orang yang masuk surga tersebut
dalam ayat 57 surat an-Nisa:

b oj *i,t*. :c +Y>a$ ;,tg{; 656


28

wr:{,#aw.:#YitrI&.Gy;{tv7
Wsv
Artinya: Dan orang-orangJang beiman dan mengejakan amalan-amalan
yngsbalib, fulak akan Kami masukkan mereka ke dalan s,trgaJangdi bawabnla
mengalirsangai-sungai, kekal mereka di dalann1a. Mereka di dalanrya menpanlai
istei-isteilangsuci, dan Kami masakkan mereka ke *mpatlangteduh lagi n-1anan.
b. Ayat yang menerangkan kekekalan orang yang masuk neraka
ialah ay at 1 68 dan ayat 1. 69 surat an-Nisa:

P:#15#'AnVJl{Wt,f 's$,Lv
i1joe\t6Y;J$S,big6;i1v" \i;S

Artinya: zrang-zraflg)ang kafr dan rnelakukan kedlaliman,


S es ungubnlta

Allah sekali-kali tidak akan mengantpuni mereka dan tidak akan menunjukkan
jalax kepada mereka. Kecaalijalan ke nerakajahanam, mereka fukal di dalamnla
selarna-laman1a. D anlang demikian ita mudab bagi Alkb.
Mengenai yang muqayyad, artJnya keabadian orang yang
^y^t
masuk surga dan orang yang masuk neraka, disebutkan dalam ayat 707
sampai 108 suratHud:

G,L. W!p"\e2 #"9, e W f;5, 66


3d,:{J'bLJ&l6\3tJ;jb L:#,*t(\a2
.;t"iJ1;rt{;,'i
,rt36W',tlV)lAil97J / v'. J -4.
3\7/

,sgp",w(&"66*4tw4l
29

Artinya: Adapun zrang-zrang Jang celaka, maka nnpatnla di dalan


neraka. Mereka di sana bernafas dengan merintib. Mereka ktkal di dalamn1a selana
ada largit dan bttmi, kccuali jika Taltanma nenghendakiyng lain. Suunguhryta
Tahanma Maba Pelaksana terbadap @alangDia kzbendaki. Adapan lrattg-zrang
-yangbabagia, maka tempatnla di surga, mereka kekal di dalanqya selama ada langit
danbumi, Tuhanmunengbendakiynglain,sebagaikarania-yangtiada
patar-pt/tuyya.
Orang-orang yang bahagia adilah kebalikan ora;ng-orang yang
celaka. Di dalam ayat 123 surat Thaha, oralng-ora,ng yang mengikuti
petunjuk Allah, mereka tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Balasan
Allah kepada or^ng-or^ng ingkar, tidak mau menurut petunjuk Allah dan
menjadilah mereka orang orang kafir yang akan mendapat siksa Allah
dengan netaka dan kekal di dalamnya. Kekekalan yang ada pada ayat-ayat
yang lain, dapat dibatasi dengan batasan atau qayid seperti yang ada pada
ayat 106-108 surat Hud di atas, yakni selam a adalang1t dan bumi atau Allah
menghendaki yang lain. Berarti bahwa keabadian di dalam neraka maupun
di surga menurut ayat itu tidak sama dengan keabadian Allah yang disebut
Baqaa. Keabadian neraka dan surga sesuai dengan kehendak Allah, dan
tidak bertentangan tentang keabadian di neraka dan surga itu dengan ayat
Kullu Syaiin Haalikun IlllaWajhah,yang artinya "segala sesuatu pasti binasa
kecuali Allah", s eperti An da tany akan di muka. !7allahu a'lam bishshawaab.

2. lsra' Mi'rai : Tuiuh Lapis Langit

Tanya: Kami pernah membaca tulisan dan mendengar uraian yang


menjelaskan bahwa dalam peristiwa Isra'Mi'raj Nabi saw sebelum sampai
ke as-Sidrah al-NIuntaha terlebih dahulu harus melewati rujuh langit. Apa
yang dimaksud dengan langit dan tuiuh langit itu? Dalam peristiwa Isra'
Mi'raj itu Nabi saw bertemu dengan nabi-nabi lain yang sudah meninggal
dunia. Apakah pada saat itu nabi-nabi itu dihidupkan kembali? Dalam
peristiwa Isra' Mi'raj itu juga Nabi saw mendapat perintah dari Allah SWT
yang berupa ibadah shalat yang semula sebanyak 50 kali kemudian terjadi
tawar-menawar, sehingga menjadi 5 kali dalam sehari semalam. Mohon
penj elasan! (l . S up a i adi. Lgn. "S M " N o. 8 5 2 l Jan ap i a, I-,o n b o k Tergab, AITB;
.

2. Bardan K., SMA Mabannadjah Sindanglangit, Cirebon).


Jawab: Mengenai peristiwa Isra' Mi'raj Nabi saw, khususnya
berkaitan dengan persoalan yang Saudan tanyakan, diielaskan dalam
30

banyak Hadits dan terdapat baik dalam Shahih al-Bukhari mauPun dalam
Shahih Muslim. Di antara Hadits-Hadits tersebut dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dariAnas ibnMalik. Mengingat Hadits itu
sangat panjang, maka di sini hanya dinukil sebagiannya saia.

'l*-;eat6J6A#'5;U,,616'9G
e{,f ,;iJ64,,L.l,,iti&,lrgJ6A:,#3'P,
3n&f+*"Y'i'4Q;i$l'S$605t
x6'{gJ{'i$arS;g4r&sr+.6tdxr
J6 $ {4 KJ &,1-,915 ae 6'*.U,' 9
"5
C5'iitil5-ir{vid3lggtt6€tt{JLq;

'erlgcrt$&ry',Y,F,&t{P1ary(tt3,
6;3{5SJk*{z'^t't'l;J^i1,6{t6ffi '&,
lStAfJt q;6696 # ;lit;,$ Jtt A,
F,&$4,;y/VW'&tsArtYY"S
;LA,r1r4y#if 6h.!,'FtJLv6p
31

&:A,h;),6tL#:W
"6J6e^{/J6e6ffi
t4 G-r3rr.iJ69g # lyq". :6 Jtf iJt(t;,.
.5

LgiW6&'"W'ffi st^(se$+,tys
i6YiL{,k:F"g,&tt4:nei}7il1Lp,
a6 ;$8 i{, &iLtl J6 A6,yrky"b
trASX"^n$;'q*5,'iy6&ALcl'"
'&,{ F
"A,,{f, Jtr,€ii* J{
t S5,.yj
!fi65&,':trI6wa[E: 4qW
H;t,J'6f^,9ip"ftAt ,b|XJ,
g'^tr{tjy,tl
'tHyq, 'i+Jlt
iJ r$,$ &e^fi
! L;71,35 J6 AtS,:,So ;
'&q.,ysS ;+;iilrV irjfi1 riy
-;'fu5
fu#e4'w8i;66\ar;i1uJr',&
A$thr;{-t 3 i6 i* J;J i* (f.;rSa
'urS ti'#
tt A#, fi ir6A A;',itJ SJ,:kt
y

{rg$i'J6*'"#k#Yaf&*:|t'
32

5:$4{ 96 66W ;;'lL #x grrv


tS$i$t ffi ... ffi,rt z,j 41 3t o#'{'} l$v
33Jy.6{J;p.f ,*'fag':t:VW
e:6*(WJv3€t1.it&Atl;
4t(
,J"v
( 1rr! 4 ?l.,r t{ <(<1
'Wuib*)6{1
Pf;:'V,Pe :rtdpjl)Liw.\5,J';1
,y:46.9&:6dgqLtw
,V ffi ,;it &J8 r;U|a6 q; Jr1*{i Jt"
3 t Jc;e:f& E; 66,6 urt :4; tre
1;f/,! JG eiAt "i{*e 66 q\ 6W &
3s"fiA6+t&*"J3j{tq4J'&'€"1
2s;iQ$sifiqfi;,r'tfi 'r%ti-Jt
"ait 6s3ftqibfu
Artinya: Kemudian kani dibawa naik ke langit; Jibil segera minta
dibukakan dan ditanla: "Siapa engkau?" Ia menjawab: "Say Jibil." Ditanla lagi:
"Siapa-yang bersamamu?" Ia menjawab: 'Muhammad." 'oTelab diangkat rzenjadi
Rasulkah dia?" 'Benar, ia telah diangkat nenjadi Rasul," jawab Jibil. Senlab itu
33

baralab dibukakan kepada kami: pada saat ita say berjunpa dengan Nabi Adan,
dan di*inarya dengan gembira dan sala didoakannla dengan kebaikan.
Setelab ita kani dibaaa naik kt langityng ke dua; Jibil segera meminta
dibukakan dan ditaryta: "Siapa engkau?" Ia me@awab: "Sa1aJibil". Ditanla lagi:
"Siapalang bersamamu?" Ia menjawab: 'Mubammad". 'Te/ab diangkat nenjadi
Rasulkab dia?" 'Benarl ia telah diangkat nenjadi Rasal 'Jawab Jibil. Setelah itu
barulah dibukakan kepada kani; pada saat itu sajta bejunpa dengan Nabi 'Isa ibn
Maryam dan Nabi Yabla ibn Zakaila, dan diterima mereka dengan gembira dan
sala didoakan mereka dengan kebaikan.
Setelah itu kami dibawa naik ke langit ltang furtgo; Jibil segera ninta
dibukakan dan ditanla: "Siapa engkau? Ia menlawab: "Sajta Jibi/". Ditarya lagi:
"Siapalang bersamamu?" Ia menjawab: 'Mahammad." 'Telah diangkat meryadi
Rawlkah dia?" 'Benar, ia telah diangkat menjadi Rasu/," jawab Jibil. Setelah itu
bantlah dibukakan kepada kani: pada saat itu say beryunea dengan Nabi YusuJ
dan diteirnanla dengangembira dan say didoakannla dengan kebaikan.
Setelah ita kami dibaaa naik ke kngityng ke enpat; Jibril segera minta
dibukakan dan ditanjta: "Siapa engkau?" Ia ruenjawab: "SayJibil." Ditanla lagi:
"Siapa lang bersamamu?" Ia menjawab: 'Muhammad." Telab diangkat nenladi
Rasalkah dia?" 'Benar, ia telalt diangkat nenjadi Rasul, "jawab Jibil. Setelah itu
baralalt dibukakan kepada kami:pada saat itu -rala bejunpa dengan Nabi ldris, dan
diteixtanla dengan gembira dan sala didoakannla dengan kebaikan.
Setelah itu kani dibaaa naik ke langttlang ke lina; Jibil segera minta
dibakakan dan ditaqta: "Siapa engkau?" Ia menjawab: "SayJibril." Ditanla lagi:
"Siapalang bersamamu?" Ia rzenjawab: 'Muhammad." "Telah diangkat nenladi
Rasulkah dia?" 'Benar, ia telab diangkat menjadi Rarul, 'Jawab Jibil. Setelab ita
barulah dibakakan kepada kami: pada saat ita v1a beryumpa dengan Nabi Harun,
dan dininanla dengangembira dan say didoakannla dengan kebaikan.
Setelah itu kani dibawa naik ke langitlang ke enarz; Jibril segera minta
dibukakan dan ditanla: "Siapa engkau?" Ia menjawab: "SayJibil." Ditan-1ta lagi:
"Siapalang bersamamuT" Ia menjawab: 'Mubammad." 'Te/ah diangkat nenjadi
Rasulkab dia?" 'Benar, ia telab diangkat nenjadi Rasu/," jawab Jibil. Setelab itu
barulah dibukakan kepada kani: pada saat itu salta berjanpa dengan Iiabi Masa,
dan diteiruanla dengangembira dan sala didoakannla dengan kebaikan.
Setelah itu kani dibawa naik ke langitjtang ke t/uh:
Jibil segera minta
dibakakan dan ditanla: "Siapa engkau?" Ia menjawab: "SalaJibi/". Ditarya lagt:
"Siapa lang bersamamu?" Ia menjawab: 'Multammd". 'Te/ah diangkat ne{adi
Rasulkab dia?" 'Benar ia telab diangkat nenladi Rasul, 'Jawab
Jibi/". Setelab itu
34

barulah dibukakan kepada kani; pada saat itu juga say beryanpa dengan Nabi
Ibrahin menlandarkan pangungnla pada Bait al-Maknur di mana setiap hairya
masak kedalamn1a taluh-pxlab ribu malaikat, masing mavng lidak kembali lagi
untuk selama-lanan1a. Kemadian sala dengan Jibril pergi ke as Sidrah al-Muntaha
... Kemadian Allab mewahlukan kEadaka apayng telab Dia wablukan, maka
Allah menfardbukan kepadaku lima-pulub kali sbalat sebai-semalam. Aku turun
kepada Nabi Musa as, maka bertanla Musa: 'Apaitangtelab difurdbukan Tuhamu
kepada urnatmu?" Aku berkata: "l'ima pu/ub ka/i sbalat." Musa berkata:
"Kemhalilah kepada Tabanmu mohon keinganan ktpada-N1a, karena umatmu
tidak akan kuasa mengejakanltangdenikian. Suunguhryta telah dicobakan kepada
Bani Israil dan aku kabarkan ktpada mereka".
Maka aku kenbali nengbadap Tuban dan aku berkala: 'Ya, Tuban,
ingankanlah untuk arzatka". Maka Allab mengarargi lima dan aku kenbali
kepada Masa, dan aku berkata kepadaryta:'Allab telah mengurangi menjadi /ima".
ALusa berkata: 'ILnmatmu tidak akan kaat mengeryakan Jang demikian, maka
kenbalilab kEadaTahanrru, dan mintalab keinganan". Nabi saa bersabda: 'Aka
tidak babis-habisryta kenbali kepada Tuhanku dan kEada Musa, sampai Tuhanku
befrrnan: 'Tfai Muharumad, sungub shalat lima kali sebai-semalan, bagi setiap
sbalat (paltalarya) sepalah,jadi itu (menlamai) lina-puluh kali shalat"'
Berdasarkan Hadits di atas, ielaslah bahwa sebelum Nabi
Muhammad saw sampai ke as-Sidrah al-Muntaha, beliau melewati tuiuh
langit tedebih dahulu dan pada masing-masing langit itu bertemu dengan
X"Li-N"bi. pada langit pertama bertemu dengan Nabi Adam, pada langit
ke dua bertemu dengan Nabi 'Isa dan Nabi Yahya, pada langit ke tiga
bertemu dengan Nabi Yusuf pada langit ke empat bertemu dengan Nabi
Idris, pada tangit t e lima bertemu dengan Nabi Harun, pada langit ke enam
bertemu dengan Nabi Musa dan pada langit ke tujuh bertemu dengan Nabi
Ibrahim. Sesampainya ke as-Sidrah al-Muhtaha. Nabi saw mendapat
perintah dari Allah SWT berupa shalat lima-puluh kali sehan-semalam.
i.J"-on kemudian, atas usul Nabi Musa as, Nabi saw memohon keringanan
kepada Allah SWT dan jadilah kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari-
s.-"lam dengan nilai (pahala) yang sama dengan lima-puluh kali sehari-
semalam. Persoalan berikutnya adalzh; apakah yang dimaksud dengan
langt (as-sama) dan tuf uh langititu?
Di dalam al-Qur'an terdapat perkataan as-Jnma'sebanyak 1.20 k"h,
dan as-samawa sebanyak 187 kali. Di antaranya 6 kali dirangkaikan dengan
perkataan sab'a atau sab'i yang berarti tuiuh. Kemudian satu kali dipakai
35

perkataan taraiqa (al-Mukminun,23:77), satu kali dipakai perkataan slidada


(an-Naba', 78:12). Ke dua Petkat^^n terakhir ini dirangkaikan dengan
perkataan sab'a. Menurut sebagian mufassir, taraiqa dan yidada itu sama
artinya dengan as-samaaat.
Dalam bahasa Indonesia baik kata as-sama'(dalam bentuk tunggal)
maupufl as-sarualvat' (dalam bentuk iamak) diartikan dengan "Langit".
Dalam al-Qur'an, kata as-sama' dan as-samawaf mempunyai berbagai macam
ari,antaralaln:
1. As-sama'berarti lapisan atmosfir dipermukaan bumi kita yang
mengandung macam-macam gas; oksigen, nitrogen, dan mengandung uap
an yangberasal da:i_a;;. di permukaan bumi, dari laut, sungai dan lain-lain.
I\{akna ini terdapat dalam surah al-Baqarz'h (2) ayatz2:

'#e^,Cxt'a*#<Vr(ayy5lg
Artinya: .. . dan Dia (Al/ab) menurunkan air h{an dan langit, dan dengan
air itu Dia rnengeluarkan buah-baaban sebagai ,i<ki bagi kamu
Dalam surah al-Nahl 6) ay^t7 9:
(1

..,)7ato;a*.$1.1jA,3ffiJ
Artinya: Tiadalah mereka melihat burang-burung lang dinadahkan
...
terbangdi raangangkasa? (di langit)
As-sama'berarti ruang angkasa atau universum yang didalamnya
2.
terdapat bintang-bintang planet-planet, galaksi-galaksi, yakni kelompok
bintang-bintang. Bumi kita adalah planet dalam keluarga Tata-Surya yang
termasuk di dalam galaksi Kabut Susu atau Milkway. Dalam al-Qur'an
ruang angkasa ini disebut sebagai sarzaad-dun1a. Dalam surah al-Mulk (67)
ayat 5 Allah berfirman:

.-.
€?\* fflt',ltA'Q5'6i
Artinya: Dan sunguh Kani nlah nengbiasi langit dttnia (yang dekat)
dengar pelita-pelita pintary-bintang) . . .
Dalam surah as-Saffa t (37) ay at 6:

y-{(Lire3r;}3$',171s 6;'iv
36

Artinya: SuanguhnlaKami nlab biasi langit dania dengan biasan bintang-


bintang.
3. As-sama'berarti segala ciptaan Allah selain bumi. Dalamsurah al-
Anbiya' Q7) ayat 30 A)Lah berfirman:

.., t37)35e6r6(#35'. jbr 6 l. .

Artinya: ...Babwasan1a langit dan buni ita keduanla dabulu adalah


berpadu sata, lalu Karni pisabkan k4daanya ...

Dalam surah Ali'Imran Q) ayat 190 :

Avr.Ws,Ft,#.6g35*4rcAicv
Artinya: Sangub dalan penciptaan langit dan burni dalan
vltL# pergantian
malam dan siangterdapat tanda-tanda kebuaranAllah bagi orangyangmenggunakan
fkiran.
Dalam al-Qur'an terdapat ay^t mengenai tuiuh lapis langit
^y^t
dengan perkataan: sab'a samawat, as-samawat as-tab'w, sab'art, slidada. Misalnya
dalam surat al-Mulk (67) ayat3:

..,6q2p'y*u']
Artinya: (A//ab) Yang telah menciptakan tuluh kngit berlapis-lapis ...
Kalau ditinjau dari segi Astronomi, alam semesta ata;w universum,
menurut ilmu astronomi, terdiri dati ruangan dengan benda-bendalanglt
dan tenaga radiasi. B enda-bend a lang1t ini berupa bintang-bintang, planet-
planet dan kelompok bintang-bintang yang disebut galaksi. Adapun bumi
kita adalah salah satu planet yang mengelilingi m atahai. Matahari dikeiilingi
oleh planet-planet, yang diketemukan hingga sekarang beriumlah 9 planet,
yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, IJranus, Neptunus
dan Pluto. Kelompok Matahari dan 9 planet itu disebut sistem Tata-Surya.
Matahali adalah sebuah bintang di antara iut^ n bintang. Kelompok
bintang-bintang itu dinamai galaksi. Dalam alam semesta terdapat iutaan
galaksi. Sistem Tata-Surya matahari di dalamn,va terdapat bumi kita,
37

termasuk dalam galaksi Kabut Susu atau Milkway atau galaksi Bima Sakti.
Galaksi yang terdekat dengan galaksi kita ini adalah galaksi Andromeda.
Menurut penelitian ilmu asffonomi terakhir, selain universum kita
ini, kemungkinan masih terdapat alam lain, yang berdimensi lebih dari 4.
Universum kita berdimensi 4, yakni dimensi ruang dan waktu. Alam lain
dibalik alam semesta kita mungkin memiliki hukum-hukum alam yang sama
dengan hukum-hukum alam yang bedaku di alam semesta kita, tetapi
mungkin jugaberbeda.
Mengenai tujuh lapis langit yang tersebut dalam al-Qur'an ataupun
dalam Hadits Nabi saw sampai sekarang ini astronomi dan astro-fisika
adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengamat^n dan percobaan
dengan alat-alat yang serba terbatas.
Dalam kisah Mi'raj Nabi Muhammad saw dijelaskan oleh Hadits-
Hadits, bahwa bersama-sama dengan malaikatJibril as. Nabi Muhammad
saw memasuki langit perta;ma, ke dua, sampai langit ke tujuh dan akhirnya
mencapai as-Sidrah al-Muntaha. Di langit-langit itu beliau menjumpai
Nabi-nabi.
Beberapa ulama berusaha mencari keterangan tentang tufuh langit
itu. Apakah itu planet-planet yang mengelilingi matahan kita? Apakah itu di
luar sistem Tata-Surya kita, yakni bintang lain yang masih termasuk galaksi
Kabut Susu? Sebab mungkin bintang-bintang lain selain matahari kita itu
juga dikelilingi oleh planet-planet. Apakah Mi'raj Nabi Muhammad saw itu
terjadi di galaksi lain di luar galaksi kita Kabu Susu ini? Misalnla di galaksi
Andromeda, lang merupakan galaksi yang terdekat dengan galaksi Kabut
Susu kita? Atau bahkan di luar alam semesta kita yang berdimensi empat
ini? Sebab, menurut penelitian astro-fisika moderen di balik dam semesta
ini masih terdapat alam lain yang berdimensi sampai 11. Ataukah menurut
spekulasi paranormal Mi'raj Nabi Muhammad saw itu terjadi di alam ghaib,
apa itu dinamai alam mdakut, alam jabarut, yang katanya di sinrlah
bersemayam arwah para Nabi?
Mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan yang mungkin dapat
dicapai oleh manusia dengan penelitian, percobaan dan pemikiran manusia
yang serba terbatas, maka sampai saat ini tidak ada iawaban ilmu
pengetahuan yang memuaskan.
Dalam kisah Mi'raj, diceritakan pula bahwa Nabi Muhammad saw
menjumpai Nabi-Nabi y^ng terdahulu yang sudah meninggal.
Persoalanny a adalah bagarmana proses mekanisme perjumpaan itu, karena
38

Nabi-Nabi itu telah lama meninggal. Apakah Nabi-Nabi itu dihidupkan


kembali? Apakah berwujud arwah? Apakah Nabi N{uhammad saw dalam
perjumpaanitu berwuiud jasmani dan ruhani ataukah ruhansaja?
Mengenai hal tersebut terdapat berbagai mac m alternaaf
menurut pemikiran manusia yang kapasitas pemikirannya sangat terbatas:
1. Nabi Muhammad saw dalam perjumpaan itu berurrjud jasmani
dan ruhani, sedangkan Nabi-Nabi berwujud ruhani. Hal ini tidak mustah-il
bagi Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Nabi Muhammad s4w benr,rrjud ruhani saja. Sebab hal ini lebih
mudah dapat diterima oleh pemikiran manusia yang sederhana.
3. Nabi Muhammad saw berwujud ruhani dan fasmani dan Nabi-
Nabi dihidupkan kembali dengan wujud jasmani dan ruhani. Hal ini kurang
masuk akal, sebab dihidupkannya manusia kembaii adalah padalaun a/-
akti hari kiamat.
b a' as, y
Alternatif pertama itu kiranya yang paling relevan. Bagaimanapun
iuga jawaban yang p"li.g tepat dalam hal ini belum dapat dijangkau oleh
pemikiran manusia dan oleh karena itu "r\llahJah Yang Maha Mengetahui".

3.ValiAllah

Tanya: Berdasarkan izwaban Tim tentang Wali Allah, yang


tersebut dalam SM No. 22/75/1990,y^ng^nt?ralain menyebutkan bahwa
untuk menjadi kekasih Allah (orang y^ng dikasihi Allah), haruslah
menjalankan shalat fardhu. Apakah untuk menjadi wali ada ketentuan
dengan persyaLrat^n menjalankan shalat? Dan bagaimana kalau ada
keterangan di luar al-Qur'an dan Hadits tentang wali, yang menyatakan
bahwa wali yang paling afdzalyang paling tinggi seluruh dunia adalahyang
dinamakan Wali/Keramat ma'nawi? Ada lagi keterangan banngsiapayar'g
berada dalam maqam ini (tajalli zat) hampir-hampir tidak berpegangpada
syariat. Mohon penjelasan. (fuL. Idris, l. Kinibaltt. Ke/. Panji RT. IV t5
Tangaro ng Ka tai Ka l-Ti n).
Jawab: Perlu difahami bahwa dalam memberikan penjelasan hal-
hal yang bertalian dengan m , kita berusaha untuk tidak keluar dan
^g
sumber pokoknya, yakni al-Qur'an dan Sunnah Nabawilyah. Hal \Vali
Allah, keterangan yang bertalian dengan ag m bahkan yang bertalian
dengan pendekatan diri pada Allah agar menjadi hamba yang dikasihi Allah,
tentu harus berpedomanpada sumber pokok yakni al-Qut'an dan
^giln
39

As Sunnah. Dalam al-Qur'an Allah memerintahkan setiap insan (manusia


termasuk Nabi dan tentu juga termasuk $Vali Allah) untuk selalu beribadah
kepada-Nya, agar menjadi orang muttaqin. Hal ini dapat dilihat pada surat
il-Bagarah 21,. Orang-orang muttaqin adalah orang-or^ng y^ng antar^
^yat
lain tekun beribadah. Lihat surat Ali Imran 17. Melakukan ibadah
^y^t kalau seorang yang
termasuk melaksanakan syariat. Jadi sulit difahami
dikasihi Allah justru vang tidak berpegangpada syariat.
Dalam pada itu berdasarkan pada firman Allah tersebut dalam al-
Qur'an surat Al Hasyr ayat 7, kita manusia Mukmin diperintahkan untuk
mengikuti jejak Rasulullah saw. Rasulullah melakukan ibadah dengan tekun,
termasuk melakukan shalat dengan tekun. Memang bukan hanya dengan
shalat kita mendekatkan diri untuk dapat dicintai Allah, tetapi dengan
mengikuti semua yang dituntunkan Nabi untuk ummatnya. Demikian ini
disebutkan d alam ayat3L Surat Ali Imran:

its
t;Y/,;Eaa'p;{t
Artinya: Katakanlab: Jika kama irnor-brro, mencintai Altab ikutitab
aku, nitcala Al/ah nengaibimu dan ntengarzpuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha
P e nga rtp a n I-.agi P e ryu1 a rg
Dalam krtab Fatbal Bari slarah shahih Bukhari, disebutkan adanya
Hadits qudsi:

6'i;igi;t:^sv6rKc56'o&u:^:338
3iAq*VQU.a.t3{$L"1i,6W
)#4$i1xr3;{; 6,76'{;J6,{A,2tEL

35Vr, *tit$ltra 5 r 6 *4U xfitc;t


40

(
&€, o\, &,) t l'r5,.t'e*.V$jt-r;S;t t;;
Arinya: Menceiterakan ktpadaku Muhammad bin (Jtsnan bin Karanah;
menceiterakan kepada kani Kltalid bin Makhad: menceiterakan kepada kani
Sulaiman bin Bikal; menceiterakan kepada kani Slaik bin Abdilkb bin Abi
Namr; dai Atba; dai Abu Harairah, ia berkata: Bersabda Rasulullab saw:
"suungahnlaAllahTa'ala berfrman: 'Barangsiapalangmemzsabi wali-Ka (orang
yng Kukasibi), aku amumkan perang kepadarya (Allalt memusabinla), dan
tidaktab ftseurang bamba mendekal kepada-Kil lantaran rcsuatulang menlebabkan
Aka tebib mencintainla, kecuali apabik ia mekkukan bal-hallangAkufardbakan
kepadanla, dan senantiasa saja Hanba-Ktt tersebat makin dekat kepada-Ka apabik
ia melakukan hal-hallang sttnat, dan karenanla Aku ruakin cinta kepadarya...
(di.HKBukhai).
Hadits yang tersebut dalam bab tawadhuk itu menunjukkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah perlu melakukan hal-hal yang difardhukan
dan disunatkan, bukan malah melupakannya.
Sekali lagi perlu diingat, sekalipun manusia itu dikasihi Allah, tetap
sebagaimana manusia, bukan Nabi yang maksum. Wallahu a'lam'

4. Surga Adam dan Sutga di Akhirat

Tanya: Melihat Buku Tanya Jawab Agama halaman 27 No. 5


tentang "y^ng menggoda Adam dan Hawa"seakan-akan menyamakan
surga bagi Adam dan surga di akhirat nanti. Hal ini menjadi ganialzn saya.
Menurut pe ng m t^nsaya surga Adam berbeda bahkan bertolak belakang.
1. Surga Adam ada pohon yang dilarang, surga akhirat tidak.
2. Surga Adam ada golongan syaitan, surga akhirat tidak, iuga tidak
ada pembicaraan yang sia-sia.
3. surga Adam, Adam telanjang, sedang di surga akhirat orang
Di
yang masuk berpakaian dan menggunakan perhiasan yang indah.
4. Di surga Adam, Adam dan Hawa terusir darinya, sedang di surga
akhirat tidak adaonngyang terusir, bahkan kekal.
Kesemuanya saya fahami dan nash-nash al-Qur'an. Selaniutnya
kataJannahdapat berarti kebun. Adam di surga adalah disebuah kebun di
bumi ini. Adam keluar dan surga aranya keluar dari kebunnya dan
menempati bumi ini. Bumi ini bukan temPat penyiksaan dan pengasingan.
Mohon hd itu mend apatkaitanlebih lanjut. (lohaYasi4 nantan Ketaa MPPK
41

D a era h Ko d1 a S e n ara ng).


Jawab: Untuk mengkaji lebih lanjut, mendapat perhatian Tim.
Untuk periode 1990-1,995, Majlis Tarjih ada seksi Pengkajian, baik
pemikiran lama terhadap keputusan-keputusan yang ada maupun
pemikiran baru yang berkembang"
Mengenai istilah surga dari tariamahan jannah yang dapat berarti
pula kebun atatr taman yang disediakan bagi Adam dan isterinya untuk
didiami dan sebelum mendiami bumi, para mufassir memang berbeda-beda
tentang surga Adam. Sebagian besar berpendapat, surga seperti surga di
alam akhirat nanti, dan sebagian berpendapat bahwa surga Adam itu
sebuah taman yang disediakan bagi Adam.
Dalam soal-iawab belum menetapkan adanya surga dan itu sama
dengan surga di akhirat nanti atau surga Adam itu berbeda di dunia,
mengingat dalam ayat sendiri maupun dalam Hadits mutawatir tidak
ditegaskan. Yang jelas bahwa Allah mengeluarkan baik Adam, Hawa dan
syaitan dari jannah yang kemudian menempatkan di bumi sebagai
tempatnya sesudah kelu ar dariJannah.
Mengenai kata habatha tidak mesti turun. Memang dapat
demikian, tetapi makna pokoknya habatha berarti nazd.a, arld yang konkrit
seperti turun dari perahu menuju darat. Nabi Nuh ketika diperintah rurun
dari perahu seperti tersebut pada^y^t58 Surat Hud (11), dengan kata ihbith
(turunlah). Habatha dapatberurti yang maknawi, seperti harga turun atau
berkurang dari sebelumnya. Habatha dapat berarti pula inyaqalat pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain. Walhasil, Adam diperintahkan oleh
Allah untuk keluar atau pindah dari jannah ke bumi yang disediakan. Kita
tidak diwajibkan untuk mengartikan surga Adam dulu itulah surga di
akhirat nanti, sebagalmana kita tidak diwajibkan untuk mengartikan surga
Adam itu di bumi. Wallahu'alam.

5. Makanan Yang Dilarang Di Surga

Tanya: Nabi Adam as. dahulu berada di surga. Surga tempatyang


suci dan tempat yang bebas.
A. Mengapa iblis dapat masuk ke tempat yang suci dan mampu
menggodaNabiAdam as?
b. Mengapa di surga masih ada larangan?
Jawab: a. Iblis di kala itu belum dikeluarkan dari surga. b. Nabi
42

Adam as. berada di surga adalah kehendak dan perintah Allah S$fT. Di
surga diperbolehkan untuk makan apa saia yang dikehendakinya. Di
samping ada kebebasan, juga ada lanngan yang tidak boleh dilanggar,
seperti disebutkan di dalam Surat al-Baqarah:
^y^t35
f4654'\gia4i;56f l*(;"\+1,65
'qpt&\tg5'i;3ttgy(,,r{sg4A/
(vo: 'r?r)
Dan kami berfrman: 'TIaiAdam, diankh kamu dan isainu di surga ini
dan makadab makanan lang banlak lagi baik yng kamu sukai dan ianganlah
nen dekati po hot ini,lang m enle babkan kan u term as u k orangyang dla li nt ".

Kenyataannya, Adam as melanggar larangan Allah tersebut. Dan


dikeluarkan dari surga seperti disebutkan dalam ayat36 Surat al-Baqarah:

63J*gE:6;Fsffil6)\ffi;
(tr,'olr\ _ :iiL,
Artinya: "I-ala keduarya digelincirkan gnitan dari surga dan dikelaarkan
dai keadaan semrk, dan Kami befirman: 'Turunlab kama, sebagian karu menjadi
masab bagiyng lain, dan bagi kanu ada nnpat kedianar di bami, dan kennangan
h idap sanpai wakta-yang dinn tu kan ".
43

MASALAH ADZAN

1. Adzan Dengan Kaset dan Pengeras Di Luar Masiid

Tanya: Dalam salat Jum'at di suatu masiid, bolehkah adzannva


dilakukan dengan menggunakan kaset, berhubung di tempat itu tidak ada
ofang yang dapat melakukan adzan dengan suara dan lagu vang baik?
Dapatkah dilakukan pemasangan pengeras suara itu di luar bangunan
adzan
-^i1ia p,rna melangsungkan salat Jum'at sedang yang melakukan
berada di masiid? (l)fftah A, No. PeriangPadangratu,I--ampungTengah t41 76).
Jawab: Menegunakan kaset untuk memperdengarkan suara
termasuk penggunaan kaset untuk suata adzanmemang termasuk hal yang
baru vang pedu mendapat perhattan dan pefenungan. Penggunaan kaset
sebagai alat untuk kepeduan yang sifatnya kepeduan mu'amalah dalam arti
bukan ibadah mahdah tentu tidak ada masalah. Penggunaan pengeras suara
untuk mengeraskan suara yang tadinya peian meniadi lebih terang dapat
dikembalikan pada baraah ashlilyah, sesuatu yang asalnya tidak dilarang,
berarti boleh. Tetapi pemasangan yang di luar masiid tefltu mengandung
makna yang belum tentu sesuai dengan tuiuannya. Pedu diielaskan dulu
fungsi penggunaan pengeras itu. Kalau pengeras itu hanya untuk
mengundang orang-orang yang belum datang ke masjid tentu tidak keliru
pemasangan pengeras suara di luar masiid, sehingga hanya orang yaflg
berada di luar masjid I'ang menjadi sasarannya. Tetapi karena yang dituju
iuga orang-or^ngye.ng berada di dalam masiid, karena khutbahnya perlu
didengar oleh jama'ah Jum'ah, maka pemasangan pengefas suara di luar
maslid menjadi sia-sia. Untuk itu perlu disesuaikan pemasangan pengeras
suara itu dengan tujuannya. Mengenai pelaksanaan adzan dengan kaset,
ddak dibenarkan karena yang dituntut dalam adzan bukan suara yang baik
dan lagu yang merdu, tetapi aiakan orang untuk melakukan shalat yang
menjadi tujuannya.Jadi dalam masalah ini, hendaknya dipahami agar dalam
masyarakat, ditentukanlah imam dan muadzinnya. Hal ini dapat kita
pahami dan Hadits Rasul riwayathmaahhHadits, sebagai berikut:

itt*"(J6"eA
&C{*i, 3\5, qc;Gt,#t, kJ {t"Afu
44

.v'i{2t*3.qfif61"'&2qt65v;\'Jt
(;Ue:rt.d,'"'lr) )+gr,
Artinya: Dari Ustman bin Abi Asb, diiwaytkan babua ia pernab
Nabi: 'Tfai Rasulallab?, jadikanlab sala ini imam bagi kaamka."
berkata kepada
Maka Nabipan bersabda: 'Engkau k{adikan intam bagi kaumuu. Iktttilah shalat
oranglangpaling lemab dan angkatlab sezrang rzuadqinltang tidak nau mengarzbil
upab dai aqanqta." (HF..AI Khamsah dan dinilai hasan oleh atTirmidzy).
Dalam melakukan adzan, berdasarkan riwayat Tirmidzy dari Abu
Hurairah, agar memberi tuntunan orang yang adzan itu dalam keadaan
berwudhu, menunjukkan bahwa melakukan adzan bukanlah sekadar
mendengarkan suara, tetapi dalam rangka ibadah yang memedukan
kesucian bag yang melakukannya dan hd itu tidak dapat dilakukan oleh
sebuah kaset. Hadits riwayat At Tirmidzy berbunyi:

'*t & b,:er::'t, 3ti",kAt A:A* 4 &


| &ult o\sr) o"6nt\Ct;5 36"Atj4{t
Artinya: DaiAbuHarairah ra ia berkata: "Sesungabn1aRasu|allab saa
telab bersabda: 'Janganlab melakrkan adqan, fucaali dia orangyangbenaudb,z. (HR.
At Tirmidzy dari Abu Hurairah).

2. AdzanDengan Suara Nyaring

Tanya; Apakah boleh adzan dengan suara nyaring/merdu


sehingga dapat menggugah/menusuk hati pendengarnya untuk
mendatangi nya. (Robnad, STM M, Boja, J l. Pramaka, Kenda| Jateng).
Jawab: Pada waktu ditemukan lafadl azan peft^ma seperti yang
sekarang kita dengar; Nabi memerintahkan sahabat Bilal agar ia yang
mengumandangkan azan itu. Sebab Bilal lebih nyaring suaranya untuk
memanggil dari pada suara 'Abdullah bin Zu& Yang demikian itu
menunjukkan bahwa untuk melakukan azan diutamakan orang yang
nyaring suaranya, agar dapat didengar dengan baik oleh khalayak. Dalam
45

riwayat Ahmad dan Abu Daud itu disebutkan antara lain:

37W9 *.L!#Qtu *t,i,6 3\U p


('r"l!ttcl o\',) :^t6&
Artinya: Hai Bikl berdiikb. Maka beikan pada Bikl, bai 'Abfulkh,
njaing
apa-yang kamu temukan dalam mimpi, agarBila! beradqan. Karena ia lebih
suaratladarimu (Abdullah) (HR. Ahmad danAbu Dawud).

Menurut riwayat Ahmad, Al Bukhari dan An Nasaiy dari


'Abdurrahman bin Abi Sha'sha'atr" bahwa Abu Sa'id al Khudry berkata
kepadanya:

,t:4t 66 8,t :g.x !\.!4t t K6 g


tl)v*\ 6s1,, o\,,\
Artinya: APabik ergkaa kanbingnu dan tingal di
padangrzu, maka angkatlab silaramu apabih engkau adqan ... (HR. Ahmad, Al
Bukhari dan An Nasaiy).
46

MASAI.AH HADATS KECIL DAN BESAR

1. Faththahharuu Artinya Mandilah Kamu?

Tanya: Dalam Surat al-Maidah ayat 6 ada ayat yang berbunyi:


...aain kunturu junuban fatbtbabbanul... diterjemahkan dalam terjemah al-
Qur'an: ". . . dan jika kamu junub mandilal) ...". Padahal Fatbtbabbarau ar t:.
bahasanya bersuci. Apakah mandi dimaksud berarti mandi dalam
pengertian ghurbl ataukah mempunyai arti mandi yang khusus? (Drs.
S a ngkon o, J l. M a d1 as a ra N o. 8 Yogyakarta).

Jawab: Dalam al-Qur'an banyak aya;t y^flgmengandung m akna arn


asal menurut arti bahasanyaat^u dapat disebut /etter//k, tetapi banyak juga
yang arinya dimaksudkan pada ara yang tertentu berdasarkan ketentuan
yang dimaksudkan, baik menurut ketentuan syara'maupun kebiasaan.
Kata fatbtbahharua dalarn pengertian bahasa berarti bersucilah.
Tetapi dalam pengertian syata', bersuci terhadap anggota badan ada dua
macam. Kalau berhadast kecil, cukup berwudhu, sedang kalau berhadats
besar (unub) wafib mandi.
Pengertian junub sendiri mempunyu zrttyangkhusus, karena dari
segi bahasa arti junub itu tiduran. Berdasarkan keterangan syara', iunub di
situ adalah tiduran dengan istri dengan melaksanakan senggama. Memang,
memahami al-Qur'an tidak cukup dari segi bahasa saja, tetapi iuga harus
mengerti u /u ruu /pu r' aa (ilmu-ilmu yang bertalian dengan al-Qur'an).
Untuk lebih jelasnya, barangkali baik diterangkan di sini bahwa
dalam al-Qur'an ada kata-kata khusus menyebut sebagian dari suatu
perbuatan yang diwajibkan, seperti tersebut dalam ayat 43: ". . . suiud dan
ruku'lah bersama orang-orang yang rukuk". Maksudnya adalah: "shaladah
dengan betjamaah". Ruku'dan sujud sebagian dan shalat. Demikian pula
dalam ay^t 3 Surat al-Maidah, disebutkan labnul hin{er (daging babi,
maksudnya bukan saja dagingnya tetapi termasuk kulitnya, dan sebagainya).

2. KalauHadats Besar Dilarang Wudhu?

Tanya:Bagamanamemahami hubungan mandi waiib dan wudhu


untuk shalat, berhubungdengan adanya permasalahan sebagai berikut:
a. Sebelum mandi dianiurkan untuk wudhu, padahal wudhu di situ
47

hukumnya sunat.
b. Ada yang mengatakan kalau mandi besar dilarang wudhu.
c. Dengan mandi besar apa tidak otomatis hilang hadats kecilnya
sehingga untuk shalat tidak perlu wudhu. Apa memang harus wudhu
sekalipun sudah mandi besar, karena dalam al-Qur'an disebutkan orang
yang akan shalat harus wudhu. (Drl Sungkonof. MadlaruraNo. I Yogyakarta).
Jawab: Sebenarnya kalau melakukan mandi wajib itu dilaksanakan
sesuai dengan tuntunan seperti dilakukan oleh Rasulullah dalam melakukan
mandi wajib, masalah yang ditanyakan tersebut sudah dengan sendirinya
terjawab, karena mengerjakan mandi menurut yang dituntunkan Nabi
termasuk wudhu yang demikian langsung dapat melakukan shalat. Tenru
saja kdau sesudah mandi sebelum shalat tidak mengalami hadats kecil.
Mengenai dasar penjelasan ini sudah pernah dituliskan dalam majalah ini.
Namun untuk jelasnya baik kiranya dikemukakan lagi.
a. Mengenai mandi y^ng didasarkan runrunan Rasulullah
di ta,Qb rij ka n oleh Bukhari dan Muslim dari'Aisyah.

,fpr.6y|(kS *'^t :F'&t ii *S V


'*filg&*.:6:{ i,T,#Y.i;v;Qi
",)+'iJ.,6i'ig7l25\5Jy"o.,g:\1j{:l"q
g",J"p, i';t,4:tq'A*A J 31,j"^t I
fi
,F:i z #;c &&g & +t:;65r*5 iy
(
1J:u,d*lr) *r.
Artinya: Hadits daiAislah ra. ia rzenerangkan babwa: 'Ilabi nw apabila
mandijanabat, memalai mertbasub kedua tangannJa, kemudian menuangkan bagian-
bagian kananrgta terus bagian kiinla, /a/u mencuci kemalaannla, la/a wudha sEeni
wudbu untuk shalat, kemudian mengambil air dan memasukkan jailarinla di
48

pangkal ranbat sehinga apabila ia merasa babaa sudah ia siramkan air fu kepala
tiga kali tuangan, /a/u rneratakan ke selurub badan, kemudian membasub kedua
kaki ryta. " (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Nabi setelah mandi tidak lagi berwudhu, diriwayatkan oleh Abu
Dawud, at-Timidzy danan-Nasaiy serta Ibnu Maa jahdai'Aisyah:

X,'*t i t
M$g, Uri Wt h ttiJaitF. ti'
( *rVS? Pt's,!Ov"l ob, )

Artinya: Hadits diiwa-ltatkan dai Aislah, ia berkata: 'Rastlullab saa


sesudah nandi janabal.' (HR. Ahmad, Abu
tidak tagt mengambil air sembalgtang
Dawud, an-Nasaiy, at-Tirmidzy dan Ibnu Maiah).

3. Mandi Biasa Kemudian Shalat

Tanya: Sehabis mandi biasa @ukan mandi wajib) kami terus


langsung mengerjakan shalat tanpa wudhu lebih dahulu. Apa pekeriaan
s y^ y^ng demikian dapat dibenarkan? (Al.untbaha, Prawiradirlan, CM.
II/429,Yogyakarta).
Jawab: Kalau yang dimaksud dengan mandi biasa ialah sekadar
meratakan air seluruh badan tidak dilakukan seperti kalau melakukan
mandi sebagaimanz-y^ngdilakukan Rasulullah di kala mandi ianabat tentu
tidak dapat langsung mengerjakan shalat. Dalam mandi yang dituntunkan
Rasulullah adalah dilakukan dengan niat. Di samping itu dalam mandi
mefrurut tuntunan Nabi dilakukan wudhu sebagaimana wudhu untuk
shalat. Kalau mandi biasa (mungkin maksudnyahanya untuk kebersihan
jasmani dan kesegaran), tidak dilakukan dengan niat, maksudnya niat untuk
mengangkat hadats. Demikian pula kalau mandi biasa yang esensinya
*.*L.tiihkan jasmaniah dan meratakan au pada badan, tentu tidak
ditekankan pada melakukan tuntunan Nabi yang didalamnya dilakukan
wudhu. Sesrrdah melakukan mandi biasa yang demikian tentu saia tidak
dapat begitu saia melakukan shalat tanpa wudhu lebih dahulu'
49

MASAI.AH TEMPAT SHAI-AT

1. Tempat Shalat Fardhu dan Shalat Sunat

Tanya: Apakah ada tuntunan dari Rasulullah saw y^ng


mengatakan, bahwa tempat mengeriakan shalat fardhu tidak boleh lagi
digunakan untuk shalat sunat? Kami sering melihat orang shalat fardhu dan
setelah selesai lalu pindah tempat untuk mengerjakan shalat ba'dj1ah.
Mohon penjelasan. (Arslad HAR" Dompu, N'TB dan penanla lainnla lang
menanlakan hal tersebut berhabungan dengan jawaban di SM No. 9 Th. ke-79-
19e4).
Jawab: Ada tiga riwayat yang mengatakan perpindahan tempat
shalat fardhu ke shalat sunat. Pertarna, tentang laranganNabi kepada Imam
untuk shalat sunat di tempat shalat fardhu sehingga pindah dainya.
Riwayat itu di dapat darial-Mughirah bin Syrrba' yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan Ibnu Majah sebagai berikut:

'# tu i\5, 3\i'tihYa":# I tg1*


A
'tffiit&a$er;"$:,r;y6{/;1j;.J;t*r
( ,:\trl: e.t,V;) o\t') teG:iti!;
Artinya: DaiAl-Mugbirab bin Slabab ra ia berkata: bersabdaRasulullah
saw: 'Janganlab imam sbalat sunat di tempat ia shalatfardbu, sebinga ia berpindah
dairya. " (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Hadits tersebut menurut Abu Dawud sendiri yang meriwayatkan
Hadits itu mengatakan bahwa ada seorang perawinya, yakni 'Atha yang
tidak bertemu dengan Al-Mughirah, karena 'Arha lahh padatahun wafatnya
Al-Mughirah. Jadi, Hadits itu munqadu'. Hadits in dbaf, karenanya tidak
dapatdijadikan dasar.
Hadits kedua dtriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah:

/+1t^(g;1, Jrl' iS6'l*At Ciu,F dl e


50

J'6!a3i\6'J:"&6v{ts'i#i'
( -,,r1 o\s,)

Artinya: Dai Aba Hurairah ia berkata,


lfu tiJl.lX,
bersabda Nabi: 'Apakab tak
Mngup salab seorangdaima apabila telah sbalat fardha) naja sedikit atau mundur
sedikit, atau (berguer) kt kanan atau kekii?" (HR. Ahmad).
Hadits itu menurut Abu Hatim arRazi ada seorang yang tidak
dikenal, yakni Ibrahim Ibnu Ismail.
Kalau Hadits yang Pertama mengenai iman dan yang kedua
mengenai imam dan makmum, tetapi keduanya lemah (dha'if), tidak dapat
dijadikan dasarhukum.
Hadits yang ketiga, Hadits riwayatMuslim. Cerita Umar bin'Atha
bin Abi Al-Khuwar (menufut penuturan IbnuJuraif dari Ghundar dari Abu
Bakar Ibnu Abi Syaibah) bahwasanya Nafi' binJubair pernah menl'uruhnya
pergi kepada Saib bin Ukhti Namir untuk menanyakan tentang sesuatu
yang pernah ia lakukan dan mendapat perhatian Mu'awiyah, maka iawab
Saib:

';57rft Ctg.{;6ts,U:ii,"^;(41'g
';3'1J:e'-i$QJ'F'tist:+:;.s;A#
&'*rfu"'WSa'z4ttt*tSYAJq
;,J:r'&' is"At ;F &t 1F:'E S'dfi
b.rfrp'*,Jy&sUC'ral6g#,'5\g)f"ul
(ri.i1.,rJr) liLiU'
Artinya: Memang aka pernab sbalat bersama Mu'awilab ilalat Jam'at di
dalan krepyak. Setelab Imam membaca salam aka lalu berdii di tenpatka dan
51

nelakukan shalat (sunat). SXelah ia kenbali menytrab aka datang kepadarya dan
berpesan: 'Jangan'lah engkaa nengakngi perbuatanma. Apabila shalat Jun'at
jaigatkb tingtt/ng engkau ikati dengan shalat kin. Sebelun engkau berbicara atau
"
agar
kel-aor karenizuinnTnl saw memeintahkan kita nelakakar demikian, ialah
kita tidak kngsung menlambung sbalat dengan sbalat kin sebelum berbicara atau
kelaar."
Hadits yang ketiga ini yang diiadikan Maielis Tariih sebagai dasar
runtunan pindah tempat bagi seseor^ngy^ng melakukan shalat fardhu
kemudian melakukan ih"t"t sunat. (Hal ini disebutkan pada halaman 379
dan326).Tidak disalahkan kalzuadayang memahami Hadits di atas bahwa
pindah i.-p"t atau berbicara kalau sesudah melakukan shalatJum'at saia,
L"r..t" y^ttg tersebut pada Hadits di atas shalatJum'at.

2. Tabir Pemisah Atau Hii ab

Tanya: Apakah terdapat tuntunan memasang tabir pemisah


(misalnya dari kayrr) untuk membatasi iama'ah pria dan wanita di
^nt^f
sebuah masjid? (Rastamafii, PDM Sorong,fl- Merpati 17 SoronglianJoy)
Jawab:Mengenai masalah tabir pemisah atau hiiab sebagaimana
saudara penanya kemukakan di
atas, Maielis Tariih telah memberikan
to.,to.r^n. Muktamar Tariih di Sidoario memutuskan tetaP adanya hiiab
dalam rzpalt4apaLt Pers,varikatan Muhammadiyah yang dihadiri oleh pria
dan wanita. Adapun cara pelaks^n" nny^ diserahkan kepada yang
bersangkutan dengan mengingat / memperhatikan kondisi, waktu dan
tempat.
Keputusan Muktamar Tariih tersebut di atas didasarkan pada
Firman Allah S$fT. pada surat Nur ayat 30 dan 31:

'ut:r5.;;&!i$S.63ti5,a!.Piutiti{81

\fl- f,i ZFt) .,,W3;)i


52

Artinya: Kata kan lah kepada orang laki- laki 1 ang beiruan :' If en da kla lt
mereka menahan pandangannla dan mernelibarafajirya; jtang denikian itu adalab
lebih suci bagi mereka, sesungaltnla Allab Maha Mengetabui apa lang mereka
perbuat". (30). Katakanlah kepada aanita lang beiman: 'Tfendaklah mereka
m n a h a n p a n da nga n n1 a dan m e m e /i b ara fary i ry a, j angan /a h m re ka m e n a mp a kkan
e e

perbiasannla, fucualilangbiasa nanpak daripadanlta. . ." (t I ).


Ayat tersebut di atas memberi pengertian bahwa pandang-
memandang pria dan wantia lain (yang bukan muhrim atau bukan
^ntar
suami isteri) tanpa hajat Syar'i, begitu pula pergaulan bebas dan
^ntarapria
wantia, dilarang oleh Islam.
Dimaksud dengan hiiab adalah sesuatu y^ng dapat
menutup/menjaga pandangan antata pria dan wanita lain (yang bukan
muhrim atau bukan suami isteri). Hijab itu boleh berwuiud tabir, apabila
masih/tetap dikhawatirkan saling tidak dapat meniaga diri masing-masing
dan pandang-memandang yang haramfterlarang, boleh irrg" tidak
berwujud tabir, apabilatelah terjamin tidak akan ada pandang-memandang
yang dikhawatirkan tersebut. Jadi tidak diharuskan menghilangkan tabir
dan tidak pula diharuskan memakai tabir. Mengenai hiiab yang mana dari
keduanya yang dipilih di jalankan adalah tergantung pada
keyakinan/pendapat Muhammadiyah setempat. Apakah akan memakai
hijab yang berwujud tabir ataukah yang tidak berwuiud tabir.
Mengenai "pandang-memandang dan wanita lain $ang
^nt^rapria
tanpa haiat Syar'i, begitu pula
bukan muhrim atau bukan suami-isteri)
pergaulan bebas antan pria dan wanita, dilarang oleh Islam", pedu
dijelaskan kepada keluarga Muhammadiyah @aik besar maupun kecil, tua
maupun muda, pria maupun wanita; baik dalam pertemuan-pertemuan,
r p^t-rap^t, sidang-sidang mauPun pengajian-pengalizn; baik melalui
pendidikan di sekolah-sekolah dengan berbagai tingkatannya maupun
diluar sekolah), bahwa kita sekalian harus meniaga / mengikis pergaulan
atau perhubungan bebas antata pna dan vzanita yang sekiranya akan
mengakibatkan dan memudahlan pandang-memandang yang tidak
diharapkan oleh agama. Dengan demikian kita dapat memberikan
tuntunan, bimbingan dan didikan yang baik kepada mereka dan dapat
memberikan ialan yang baik untuk hidup, bekeria dan beramal dalam
masyarakat yang kita bina bersama-sama dalam menuju masyarakat Islam
yangsebenarnya.
Dimaksud dengan "rapat-rapat Persyarikatan Muhammadtyah
53

yang dihadiri oleh pria dan wanita", terutama adalah :,aPa;t-ra;P^t, sidang-
sidang, pertemuan-pertemuan termasuk pengaiian-pengaiian dan kursus-
kursus yang diadakan oleh Muhammadiyah. Syukur kalau selain
Muhammadiyah mau mengikuti jeiak yang baik itu. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan "cara pelaksan anny^ diserahkan kepada yang
bersangkutan dengan menglngat/memperhatikan kondisi, waktu dan
tempat", berarti terserah kepada kita (Nluhammadiyah), menurut situasi
dan kondisi setempat, bagaimana keyakinan/pendapat dari
pantaa/penyelenggara, terutama Nluhammadiyah setempat. Lebih baik
lag1, ilka Maflis Tarjih setempat yang menentukan dan memberikan
petunjuknya . (-ihat: Hitupunan Putusan Tarlib, ce t. 3, h/m. t I 1 -3 2).
7

Demikianlah tuntunan y^ng diberikan oleh Majelis Tarjih


mengenai masalah hiiab.
54

MASAI.AH SHALA'T

1. Perbedaan Mendirikan Shalat dan Mengeriakan Shdat

Tanya: Dalam al-Qur'an kadang-kadang perintah shalat


menggunak zn kata-kata "mendirikan shalat" kadang-kadang dengan kata-
kata "shaladah". Apakah ada perbedaan aflt^ta"mendirikan shalat" dengan
"mengerjakan shalat"?
Jawab: Dalam al-Qur'an, sebagian perintah mengeriakan shalat,
memang menggunakan perkataan:

(mendirikan); seperti
t61
'altAVS
dan sedikit sekali menggunakan perkataan:
6t/
F
@ershaladah), seperti

Pada prinsipnya kedua perkataan tersebut tidak ada perbedaan,


hanya saja penggunaan p erkataan;

isr
lebih banyak memberikan pengertian, bahwa dalam mengerjakan
shdat itu harus lurus, harus sesuai dengan can yang disyari'atkan Islam,
sebabarti:
,61
Ialah meluruskan dan menghilangkan kebengkokan, dan kata
tersebut erat sekali hubungannya dengan sesuatu yang berbentuk. Sehingga
apabila dikatakan

$Ar';-'t:
55

(Dirikanlah shalat), maka shalat itu harus memenuhi dua unsur,


yaltu:
a. Bentuk shalat yang sempurna, yaitu berdiri, rukuk, sujud dan
duduk sempurna.
b. Ruh shalat, yaitu niat dengan ikhlas, serta memahami dan
menghayati doa-doa yang dibaca dalam shalat, dengan khusu', dan
menghadirkan hati dalam semua bagian shalag sehingga terasa sangat dekat
dengan Allah SWT, seakan-akan melihat Allah, sekalipun tidak melihat-
Nya, tetapi Allah melihatmu, sebagaimana disebutkan dalam suatu Hadits:

A6:i.VLyjF75t{bu$SetStx*l
( rS'tlt'V)
"Sembablab Allab seakan-akan kamu nelibat-I'{1a, sekalipun kanu tidak
nelibat-I'{1ta, maka nsungrbnla Alkb nelibatnu" (Diriwayatkan oleh al-
Bukhari).

2. KarcnaTidur Kehabisan Vaktu Shalat

Tanya: Bila saya tidur sebelum waktu dzuhur tiba dan saya bangun
sesudah matahai tenggelam berarti sudah waktu maghrib, bagaimana saya
harus mengeriakan shalat dzuhur dan ashar. Mohon penjelasan dan
dalilnya. (P ijt o S u /i s ti o n o, J /. S a m b e ra1 a, B a n du ng S a m b erp a1 u ng, M a k ng).
Jawab: Orang yang lupa melakukan shalat maka shalatnya
dilaksanakan ketika ingat. Orang yang tidur sebelum waktu shalat dan
bangun setelah waktu shalat habis, maka shalatnya pada waktu bangun
tersebut dan melakukan shalat yang tertinggal baru melakukan shalat yang
menjadi kewajibannya pada waktu bangun. Seperti yang anda lakukan,
bahwa anda tidur sebelum shalat dzuhur dan bangun setelah matahari
tenggelam zrtinya sudah masuk waktu maghrib, maka ketika saudara
bangun lakukan shalat dzuhur kemudian 'ashar baru kemudian shalat
maghrib. Dalil pengamalan demikian adalah ap^ y^ng disabdakan dan
dilakukan oleh Nabi berdasarkan riwayat Bukhari dan Muslim sebagai
tersebut di ba'wah:
1. Shalat orangyanglupa:
56

t 4(zz
*ttrj59;)r;
ArlIii:;s,It|Iti"a?o:u6*5
'^go\tG+JqGA.
V*5qGq.€\=,9
'ejKi665se*4;#'t%t"ksr{t
(*p) 34\3tf6
Artinya: Dari Anas bin Malik ra, ia berkata, bersabda Rasalullalt saw:
'Barangsiapa lupa shalat, bendakryta ia mengerlakan di kala ia ingat. Tak ada
kffirat (penatup don) bagirya selain itu. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Shalat orang yang tidur :

a"r 3E{rJLi,
';^;tiaSrA,g;

f.l ,UffF"?*ti,$.65stit)4,;');W
-1

(
F, A€, o\t, )'tf ,.Lf6)r
Artinya: Dai Anas bin Malik ra, ia berkata: Bersabda Rasulullah saw: "
Apabila salab seorangdiantaramu lalai tertidarsebinga karenanla luput melakakan
shalat, atau sa/ah seorang diantarama lalai sebinga karenanla turtingal melakakan
sbalat, maka bendaknla melakukan sbalat ittt di kala teringat, karena Allah
berfrrzan: 'Diikanlah shalat untuk nengingat akan Daku". (HR' Bukhari dan
Muslim).
3. Urutan-urutan melakukan shalat yang tertinggal:

O12765-+ J6 "&^t ;6,L;.gt' # iJ,F

h-.^tbt$b,-;tgtL'f;e$t5sr5,
57

66. j\$TA($' lqj *vt :W :t\,6iL


k *let"V i\ 5:J\;.,5 J6 .g+99 At
Mue(65'A6cv6tr;Af)t;66,1\
KGtvS:;X,6WS:;t;bc'{;;:p,We
4Kt^i,6 Af; ;6e #:&wS e!6jF,.:t
"&+J,6,€]i>>veff"f jj1'iJ5'-^:tJ,36
S rilv^t'to,,) sSsSxq
Artinya: Dai Abu Sa'id Al Khudil ra, ia berkata: '?ada suatu hai di
waktu peperangan Khandaq, kami terhalang mengejakan sbalat. Suudab berlalu
wbagian malam sesudah terbenam matahari, barulab kami ruemperoleb keredaan
peperangan (kemenangan). Kemenangan itulahlang difuhendaki dalam Etal: 'Dan
Allalt rnemenangkan para Maknin dari peperangan dan Allah Maba Kaat lagi
Maha Mulia". Sesudab reda peperangan, Nabi nenangil Bilal (untak adryn) kk
Nabi nelaksanakan sbalat dquhur, Nabi nelangsungkan sbalat dengan sebaik
baiknla seperti kalau sbalat di waktunla. Kemudian Nabi menyurah Bilal iqanah
untuk shalat 'ashar dan Nabipun mengejakan sebaik-baikrya seperti shalat pada
waktunla. Kemudian Nabi memeintabkan Bilal untuk iqanab sbalat naghib dan
Nabi mengejakan tbalat magbib sebaik-baiknla sebagairnanalanglain". Kenudian
Abu Sa'id Al Khadil mengatakan bahwa hallang demikian itu (terjadi sebelum
turannla alatlangmenerangkan sbalat khauf. (HR. Ahmad dan an Nasaiy).

3. Menggantikan Shalat Orang Lain

Tanya: Sewaktu ibu saya masih hidup/sakit mempunyai hutang


shalat atau tidak bisa mengerjakan shalat. Apakah kami sebagai anaknya
58

bisa menggantikan shalatnya, karena ibu sudah meninggal? (fuIupiati, Jl.


Arl MubammadKT. 25 Nonori4 Balikpapan Kaltira).
Jawab: Shalat adalah ibadah yang diwajibkan atas pribadi setiap
orang yang ditufukan semata-matakarena dan kepada Allah SWT, sebagai
Tuhan yang wajib disembah. Karena itu shalat harus dikerjakan oleh orang
yang bersangkutan, tidak boleh diwakilkan kepada orz.ng lain, walaupun
oranglain itu anaknyasendiri, Allah SWT berfirman:

6 €iI{Mt vt| i+',rs3iny'+:U et r61 &,


(rr.r +!o)
Artinya: SuangubtEaAku adakh Alkb, tidak adaTuban sekin Aka,
maka sembabklt Aka dan dirikankh sbakt untuk nengingatAku. (fhaha (20) :
14).
Dan firmanAllahSWT:

F I't5 ls,9u W\ &6'ailAri)


Qota'{.Jt)
Artinya: Suungubrla sbakt ita mencegab dai (perbuatan) k$i dan
(perbmtan) mungkar; dan sesunggubnla mengingat Allah (sbalat) adalab lebib besar
(ktutamaannla dai ibadat lain). (Al-'Ankab wt Q9) : 45).
Dari ayat-ayat di atas dapat dtfahamkan bahwa mengeriakan shalat
brg seorang muslim berarti ia pribadi berusaha mengingat dan
mendekatkan diri kepada Allah SrJ7T, sesuai dengan yang diperintahkan.
Karena itu shalat tidak mungkin dilakukan atau digantikan oleh orang lain.
Di samping itu setiap shalat wajib yang lima waktu, masing-masing telah
ditetapkan waktunya, tidak boleh suatu shalat dzuhur tanggal2l Mei 1993
umpamanya dilaksanaka n pada tanggal 24 Mei1,99 3, karcna pada tanggal
24 Mei 1993 itu telah ada pula padanya kewajiban mengerjakan shalat
dzuhur khusus untukwaktuitu, Allah SWT telah berfirman:

( rir,u)r ) 6jJ(€'cir'1,',F :itL()Ast$t


Artinya: ...Suungahn1a sbalat itu ada/ab ktwajiban yng telab
ditentukan yaktunla atas orang-orangmuknin. (an-Nisa' (4) : 103).
Dan berdasarkan Hadits Nabi saw:
59

ayAr;6:i!,jjistrrt{a,*i(L
(igurjt,tl'olv-)
Artinya: Sebenarxla kami disuruh nengqadha puasa dar tidak disuruh
n eng-q adb a s halat. (HR. Bukhari dari'Aisyah).
Bila seorang meninggal dunia, maka amalnya akan putus. Berarti
kewajiban shalat baginya telah berakhir dengan kematiannya itu dan ia tidak
dapat mengganti shalat yang pernah ia inggalkan. Agar ibu saudara itu
tedepas dari dosa karena pernah meninggalkan shalat semasa ia hidup,
saudara berdo'a kepada Allah SWT dengan sepenuh han agar dosanya
karena meninggalkan shdat itu diampuni. Dasarnya adalah Hadits Nabi
saw:

'6'n*lSt;Zttb1t'&,&)7]';il6t76L
(zsfaitP,u') ,49fi-Lgl;5***
Artinya: ApdHk anak Adam (nanusiQ mati, putrslab amalnla, ktcsali
tiga bal: sbadaqalt jailab, ilmu lang dan anak yng shaleh yng
mendoakannla. (HR. Muslim dariAbu Hurairah).
Dalam pada itu, saudara sendiri tidak berdosa, jika tidak mengganti
hutang shalat ibu saudara yang telah meninggal itu. Allah S1VT berfirman:

AKYtri;3,;,A(:6\6::r1rF.::,:atlA$
( l,rrr 'rAt)
Artinya: ...Allab tidak menbebani seseorang melainkm suuai dengan
kesangapannla. Ia mendapatpabala (dari ktbajikan).yangdiasabakannla dan ia
m e n dap a t s i ks a (da i k/ a b a ta n)1 a ng te la b di ke rj a ka n rya. (A1-B aqarah Q) : 8 6) .
Dan firmanAllah S\lT:
( rrr: Pt)r) upiat\;a6t
Artinya: ...Dan tidaklah seoraflg membaat dosa melainkan
kern udbaratannla km bali kepada diirya sendii; dan seoranglang berdosa tidak
60

akan memikal dosa oranglain. . . (Al-An'am (6) : 164).

4. Shalat QadlaAtau Faitah

Tanya: Apakah dibolehkan melakukan shalat qadla? Bagumana


melaksanakannya? Apakah hanya karcna malas seotang yang belum
melangsungkan shalat dapat melangsungkan shalat pada waktunya? Sebab
dalam HHl, samar-samar ada shalat faitahyangseperti memberi tuntunan
shalat gadla itu. IVIohon penielasan. (L4uhammad Khunaini, SMA
Muhanmadjah i S eruarang).
Jawab: Sebelum menjawab persoalan yanganda tanyakan, perlu
diketahui bahwa shalat dalam Islam mempunyai arti dan fungsi yang sangat
strategis dari pembinaan mental dan akhlaq karimah. Karenanya shaiat
merupakan ibadah yang paling pokok dalam Islam. Itulah karenanya
perbuatan shalat akan diperiksa yang pertama sebelum diperiksa amal-amal
yang lain. (HR. Ath Thabarany). Shalat suatu amalan yang selalu harus
dikerjakan secara berkesinambungan. Orang hidupnya akan stabil kalau
melakukan shalatnya secara berkesinambungan (Surat al Ma'arii ayat 23).
Shalat itulah yang akan menjadikan penangkal dari perbuatan yang tidak
baik dalam kehidupan hamba. (al'Ankabut Di kala suasana aman
^yat45).
shalat harus dilaksanakan sesuai dengan waktunya (Surat An Nisa ayat 1 03).
Karcnanya hanya dengan terpaksa seperti tersebut dalam
peperangan yang karena seharian menghadapi musuh yang tidak dapat
dihindari maka shalat dapat dikerjakan dengan qadla sebagai tersebut dalam
HPT tentang shalat berjamaah. Itupun kalau memang tidak dapat sama
sekali dihind ar'. Kalau dalam keadaan y ang ama;n shalat dalam peperangan
dilakukan dengan membentuk dua barisan, satu menghadapi musuh dan
yanglain mengerjakan shalat, secara bergantian. (Surat An Nisa ayatl'02).
Jadi prinsip yang disebutkan pada HPT itu bukan mengqadla shalat
tetapi dalam melakukan iqamah, dilakukan setiap menge\akan shalat baru,
bagi shalat yang dtjama' maupun karena shalat yang karena sebab tidak
dapat dihindari, seperti adanya serangan yang terus menerus dalam
peperangan. Berdasarkan Hadits ri:wayatAhmad dan An Nasaiy, teriadinya
qadla terhadap shalat yang tertinggal itu sebelum turunnya perintah shalat
khauf.

;}669+, 36'a{rh,;u6 qli #,$ *


61

.ffi$t
"ffi#tbi;+
F G i;a"",,*,;tt'rJ'{1;iajf)t,,i
,
i'c,{Gr?4 'LY 7

g&g;ht56'3E?^i't'6{5''ffitli'ftJ4's
i$,;€vtL:t6;jA"Jri 3fri{'5J6
'&.6j ,!W'5(\A, @66A{6^6
rfii;isKt6fr keS,:s',ai',litii'3
1,4'og6t6v3:;lt6\.53;3itu;t6;;
O':i, jtl.qKefi;b4A5G'1/t;tpW;a
$c3i+lv' +!btve.x{or"3JJtlJ5
l,3t)ro-c\o\rl ti({5
Artinya: 'Dai Abu Sa'ied AlKhadQyi ra ia berkata: '?ada suatu
peperangan khandaq kami terbalang nengerjakan sbalat. Setelab berlalu sebagian
malam, baru kami memperoleh keredaar peperangan. Kemenangan inilah yng
di ke hen dakiayt (2 5 S arat Al Abryb) :'D an Allab mengbindarkan orang mukmin
dai peperangan dan adalab Allab Yang Maba Kuat lagi Perkasa. Berkata (Abu
Sa'ied), sesudah redapeperangan, makaNabi nenanggilBilal lalu dibacakan iqamat
dan dilakukan tbalat drybur dengan sebaik-baikrya sebagaimana shalat pada
waktunla. Kenadian Nabi nenlurah Bilal mernbaca iqomat untak sbalat'Asbar dan
beliau mengerjakan sbalat itu dengan baik sQerti pada waktanla. Kenudian Nabi
neryuruh Bilal untak iqomat untuk shalat maghib beliaapan nelakukannla dengan
baik. Kemudian Abu Sa'ied Al Khudrfi berkata: "I{eadaan ini sebelam
diturankanrya aytlang menluntb shalat khauf" (Ayat 239 surat Al-Baqarah
Pent.).
Jadi dari Hadits ini ielas bahwa Hadits tersebut pada HPT, tentang
62

shalat yang karena ketinggalan (Al Faitah) itu bukan untuk dasar adanya
qadla shalat. Bahkan itulah yang mendapat peringatan Allah dalam surat an-
Nisa ayat | 42 (sebagarshalatnya munafiq). Ketidakadanya qadlabagi shdat
fardlu ini sesuai Hadits maufuq bihukmil marfu' yang diriwayatkan oleh
Bukhari dari Aisyah.

gt\At;6,#,t+AtA{;'ft;JU
(4;l'o\:')
Artinya: Dai Aislah ra, ia berkata: 'Kami semua disaruh (oleb Nabi)
pntak neng-qadlapuasa dan tidak disurub meng-qadla shalat. (HR. Bukhari).
63

MASALAH BACAAN DAI.AM SHALA'T

1. Membaca Ta'awwudz Sebelum Melakukan Shalat

Tanya: Apakah membaca ta'auatudl sewaktu memulai shalat


sebelum takbiratul ikhram termasuk bid'ah? Bagaimana maksud ay^t200
Surat al-Akraf danbagatmana kebolehan Nabi terhadaP seorang sahabat
'Amr bin al-'Ash, dinasehati untuk ber-ta'anuudl bila dalam bacaan
Qur'annya di waktu shalat mengalami gangguan? Mohon penielasan.
@ui- Abdul Jami', PCM Bag1an Tabligh Ambarawa, Lampung Selatan
IPMDI Raudlatul Thalibin, Lampung Selatan).
Jawab : Yang dituntunkan dalam shalat membaca ta'awwu
dz adilah
sebelum membaca Surat al-Fatihah, sebagatmana telah disepakati dan
dijadikan rumusan untuk menjadi tuntunan dalam melaksanakanbacaan al-
Fatihah dan sebagaimana kita ketahui bersama dalam HPT. Adapun kalau
bacaan ta'awwudz dianjurkan itu untuk menghindari godaan syaitan,
khususnva pada a:wal memulai bacaan al-Qur'an, demikian pula kalau
seseorang merasa tergoda dalam konsentrasinya, dianjurkan untuk
membaca ta'awwudz, termasuk di tengah-tengah shalat sebagaimana
tersebut dalam Hadits yang saudara sebutkan dalam pertanyaansawdara-
Bacaan ta'awwudz demikian setelah dilakukan bila seseorang
merasa tergoda dalam konsentrasi menghadapi sesuatu yangbaik tetmasuk
beribadah, sebagaimana dialami oleh Rasulullah saw; yang dirir*'ayatkan
oleh Muslim iuga dari Abi Darda:

',twj,i35 * n, & *t 36153t6,t81t 6"&


tfto6i6tiu ,{'rfifi6'f!:^ri(#lA
J-rVu*;irAru.Lltft;f*'"5t:i:"t6"oS
lJ 5 Stg "JW rffu,bJ;i aW't bt
64

,
j4tblifitJLa:,i&i.ag"Vjq\'J5
,lr*\V3p'd6,gSU,A:e.f b-g:+
(
t'o), &)r )
Artinya: Dai Abu Darda ia berkata, '?ada aakta Nabi saw melakukan
sltalat maka kami (para sahabat) mendtngar beliaa mengucap.: A'uudzu biilahi
minka, kerzadian mengacap al-anuka bila'natilah tiga ka/i dan membentangkan
tanganrla seakan-akan ruendapatkan sesuatu. Setelab selesai ilakt karni (para
sahabat) menanlakan: 'TQtrzi mend.engar da/am sba/at engkau mengacapkan sesaatu
yng belam pernah kau ucapkan sebelum ita dan engkau membentangkan tanganmu."
Nabi bersabda: "Sesungubn1a ruusub Allab itu iblis, datang dengan n1ala api untuk
mernbakar wEabka, maka aku mengucap: A'uudzubillahi minka... (HR.
Muslim).
Sebetulnya tidaklah salah membaca ta'awwudz sewaktu akan
melakukan shalat tergoda konsentrasinya, tetapi bukanlah merupakan
tuntunan untuk dilakukan terus-menerus yang menjadikan rangkaian niat
atau permulaan shalat. Tegasnya, suatu kebolehan jika ada godaan, tetapi
bukan merupakan rangkaian dalam ketentuan mengawali ibadah shalat.
Itulah karena an-Nawawi memasukkan Hadist itu dalam komentarnya
terhadap kitab shahih Muslim Bab Jawaaqu l-a'nis.ltslaithaani fe
a$naaisbshalati watta'awwudi ninhu (I{ebolehan melaknat syaitan di tengah-
tengah melakukan shalat dan mohon pedindungan dari godaannya).

2. Membaca Basmalah BelumTakbir

Tanya: Apakah ada tuntunan dalam Hadits sebelum membaca


takbir membaca Basmalah? (Barmaati Barlian, l. Ray Pampangan, OKI
Sumatera Selatan).
Jawab: Tidak ada tuntunan khusus yang dilakukan oleh Nabi ketika
membaca takbiranrl ihram membaca dulu basmalah. Untuk itu dapat dilihat
pada kedua Hadits ini:
a. Hadits i:wayztlbnu Maajah yang dishahihkan Ibnu Hibban dan
Ibnu Huzaimah dari HumaidAs Sa'idiy:
65

'ti Pirf;s extJ;:5 6& J6,s xrAt x( 6


fiA,,J6;*-$ ji":a1aiffileftAt]9t56t
Artinya: Dai Humaid As Sa'idj, ia berkata: 'Rasulullah apabila
melakakan sbalat, mergbadap kiblat dan mergangkat kcdua belab tangannla dengan
membaca:AllabuAkbar.
b. Hadits yang ditakhrifkan Al Bazzaar dengan sanad yang shahih
menurut syarat Bukhari dan Muslim dari'Ali.

; fr), JY"t6(rtitgfq *;t^xr 5i;5, E &


(,fftat2) "JU"1aJ;il,JG
Artinya: Dai 'A/i diiwaytkan babwa Rasulallab saw apabila
m e la ku ka n s b a la t m e ngu cap' A Ila b u A k b ar". (HR. B azzaar).

3. Melafadzkan Niat Shalat

Tanya: Dalam berniat shalat apakah melakukannya itu dengan


bahasa sendiri atau dengan bahasa Arab. Mohon penjelasan. (Pi1o
S u listjono, fl. S am berala, Bandung S um berpucung Malang).
Jawab: Tidak ada ketentuan dalam nash bahwa niat shalatitu harus
dilakukan dengan melafadzkannya dalam bahasa Arab. Yang ditentukan
dalam nash ialah melakukan niat. Niat itu dengan hati bukan dengan lisan.
Sekali pun mengucapkan lisannya dengan bahasaArab tetapi kalauapayang
diucapkan itu tidak diikuti dan tidak diketahui oleh hati yang mengucapkan
apa maksud ucapan itu belum terpenuhi maksud niat itu. Karena niat itu
pekerjaan hati, dicetuskan dalam hati dengan bahasa yang dimengerti oleh
hati. Adapun niat yang dtlafadzkan dengan lisan dengan bahasa Arab tidak
kita dapati dalam tuntunan al-Qur'an maupun as Sunnah.

4. Doa Iftitah Berbeda

Tanya: Doa iftitah dalam HPT halaman 76 disebutkanAllabunna


66

Naqqini-ninal Khatalu ..., berbeda dengan yang di Bulughul Maram dan


Nailul Authar, berbunyi: Alkbanna Naqqininin Khatha-1a-1a, bagaimana
sebenarnya? (AI a b. IVa fu a di B a di b a rj o, NBM. 7 3 9. 4 6 6 P o n o rogo, J awa T i n u r).
Jawab: Hal itu pernah dipertanyakan dan telah disampaikan
iasrabannya, bahkan telah dimasukkan dalam bukuTanya-Jawab I halaman
60-67, untuk jelasnya disampaikan lagi seperti tersebut di bawah:

*Ai u s i63 G6g4{5 d; ieq:i;bt


gTli5it W$g;Cg'€t,,-;7U
ilV &,3 {rL.G(wPt'#,,,i t'
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah, dan mengamb Llafadz yangdiriwayatkan oleh Bukhari.
Dalam Kitab Bulughul Maram dan juga pada kitab-kitab lainnya,
dinrlis:

*giusi63a(W;s,{,bv,#
G #,{ q$tw qE^': t g'r*,, u,,)5

{}E&6{+d(wP'@' ,Jt'
Hadits tersebut iuga dtiwzyatkan oleh Bukhari dan Muslim,
bahkan segolongan ahl Hadits, termasuk Abu Dawud dan al-Hakim
kecuali at-Tkmidzidan Abu Hurairah juga, sedang lafadznya seperti lafadz
riwayat Abu Dawud dan al-Hakim dan gabung^n ant^ra lafadz yang
diriwayatkan oleh Muslim seperti yang tersebut pada SM No. 13/66 ]vhI
1986), dengan lafadz Bukhari seperti yang tersebut pada HPT.
Ada lagi bacaan seperti di bawah:

YAv Uar if s :';( tKt(gtfri &k6'#t


67

,j 1, c,p,lt S764eA(,8'u,y(#'t
,rjJt{164l4c1s*,#'S'
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim dengan lafadznya, dari
AbuHurairah.
Ketiga Hadits tersebut sahih dan dapat diterima semuanya untuk
dasar pengamalan. Artinya kalau kita membaca iftitah dalam shalat kita
dengan salah satu danlafadz tersebut, tidakiah keliru, sesuai pula dengan
sunnah Nabi. Hanya saja untuk keseragaman ag r mudah dituntunkan
maka HPT mengambil salah satu darilafadz-lafadz tersebut, ialah lafadz al-
Bukhari, bahkan sebenarnya boleh dan benar kalau kita mengambil bacaan
yang lain yang disebutkan pula dalam HPT dengan mengambil riwayat
Muslim, yakni bacaan,I%al/ahtu IYEhjaLilladTlt Fatbaras Samaawati Walardla
dan seterusnya.

5. BacaanTa'awwudz pada Shalat Jahr

Tanya: Dalam HPT halaman 77 dalam hal shalat, terdapat


tuntunan membaca ta'awwudz sebelum membaca Basmallah dan Al-
Fatihah. Pertanyaan saya, bagaimanabacaan ta'awwudz pada shalat jahr?
Apakah dibaca jahr dan dibaca rakaat berikutnya? (Suhadi Abnad, P/9. No.
8 66 l, Padangr/0, I-.arzpungTengab).
Jawab: Membaca ta'awwudz sebelum membaca surat Al Fatihah
dalam shalat sepetti tersebut dalam HF|l, sebagai pokok-pokok tuntunan
memang tidak dijelaskan hal itu, mengingatpada dalil-dalil yang diiadikan
sandaran untuk menentukan hal itu tidak disebutkan apakah bacaan
ta'arvwudz itu jahr atau sir. Juga apakah bacaan ta'awwudz itu hanya pada
rakaat pertama atau pada rakaat berikutnya sebelum membaca surat Al
Fatihah. Untuk lebih jelasnya berikut disampaikan dasar-dasar bacaan
ta'aw'wudz sebelum membaca Al-Fatihah dalam shalat.
1. Ayat96 SuratAn-Nahl

zt4
,tfi)tutr!,; I u :..3 rlAi'J"t\tS tb
)b*,bt ,)JlVi-;;VIpt'ripts# .6
r
68

Artinya: Apabik kams akan membaca al-pur'an bendaHab kanu


memobon perlindungan l<epada Allab dai yetan lang terkutuk. (Dengan bacaax
ta'aunuadT).
2. Dabm HPT disebutkan penukilan dari riwayat Abu Sa'id Al
Khudriy yang tersebut dalam kitab Al-Muhadzdzab, bahwa Nabi saw di
kala membaca ta'awwudz itu membaca baczan "A'uudzubillahi
minasysyaithaanirra jiem".
3. Nukilan dari kitab Nailul Authaar; menyebutkan bahwa berkata
Ibnul Mundzir; bahwa iurayat yang datang dari Nabi, bahwa Nabi
membaca ta'awwudz sebelum membaca al-Qur'an (bacaan):
'A'uudzubillahi minasysyuthaankniiem". (periksa HPT Cetakan III hal.
8s-86).
Melihat dalil-dalil yang digunakan dasar tuntunan itu adalah dalil-
dalil yang umum, yakni tuntunan membaca ta'awwudz sebelum membaca
al-Qur'an, termasuk membaca surat Al-Fatihah padz shalar Melihat dalil
itu, menuniukkan bacaan ta'awwudz juga dibaca pzda rakzat seterusnya di
kala membaca surat Al-Fatihah. Dan dalil-dalil yang dikemukakan di atas
tidak didapati petunjuk bacaan ta'awwudz itu keras atau sir.
Selanjutnya bila kita tambah pengamatan l<ttapadahasil penelitian
yang dilakukan oleh mantan Rektor Universitas Islam di Madinah Syekh
Abdul Aziz bin'Abdullah bin Baaz, kini menteri ristek, dalam bukunya
"Kaifiyatush Shalaatin Nabiyyi saw" yang diterbitkan dalam bahasa Arab
dan Inggris, disebutkan bahwa sesudah bacaan doa iftitah kemudian
membaca ta'awwudz kemudian membaca Al-Fatihah. Hanya sayang tidak
disebutkan dalilnya.
Hasil penelitian lain dalam acara shalet menuf ut Nabi ini
kukandi I a

oleh Nashiruddin AI Albaniy. Dalam kitabnya "Shifatu'Shalaatin Nabiyyi


satv" Q6-77), sesudah ta'awwu& membaca Fatihah- Dalam cat^t:;nnya
disebutkan dasarnya ialah iwayat Bukhari, Muslim, Abu 'Avranah, Ath
ThahawiydariAhmad.
Dan pengamatafl kami selanjutnya kita dapati bahwa bacaan
ra'awwudaz dilakukan sebelum membaca Fatihah dalam tangkaian
membaca doa terakhir salah satu doa iftitah shalat sunatnya. Demikian
menurut i:wayat Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Maaiah, Ibnu Hibban dari
Nafi' bin Jubair bin Muth'im dan ayahnya. (periksa Fiqhussunnah I hal.
261).
N{elihat i'wayzt di atas; bahwa bacaan ta'awwudz Nabi dalam
69

r^ngka bacaan doa iftitah, maka membaca ta'awwudz itu dengan sir,
sebagaimana kita lakukan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu
Qudamah dalam Al Mughni bahwa membaca ta'awwudz itu sir, tidak jahr.
Menurut Ibnu Qudamah tidak ada khilaf (perbedaan pendapat) dalam hal
bacaansirini.
Mengenai apakah bacaan ta'awwudz itu dilakukan hanya pada
rakaat pertam atav p^d^ rakaat berikutnya, dalam HPT ditegaskan.
Berdasar pada umumnya ay^t 98 Surat An-Nahl membaca Fatihah pada
nkaat berikutnya juga dimulai dengan ta'awwudz. Begitulah pemahaman
umum ketika Muktamar membicarakan hal itu. Hanya saja hal itu tidak
terumus secara tegas. Untuk pemahaman konprehensif (secara terpadu)
anta.ra al-Qur'an dan As Sunnah, tidak salah kalau memahami dalil-dalil
yangada dengan pemahaman bahwa bacaan ta'awwudz hanya padankaat
pert^ma sesudah membaca doa iftitah, sedang pada rakaat ke dua tidak
membacanya. Hal ini didasarkan pada dwayat Muslim dari Abu Hurairah.

"4,*;it'JQJ5g3ti"r?l^,C6;r;# j"cF
&'effi1y],ar*
(Po\) 'Kr";1r't]+ar*;i+
Artinya: Dari Abs Hurairah ra. ia berkata: 'Rasslullab saw apabila
berdii untuk rakaatlang kedaa membaca Alhanfulillaltirabbil 'aalamier, dengan
tiada berdiam (sebentar). (IJk Mzslin, tersebtt datan Al MafiaqQ. Adalang
memaltami bacaan "albamdulillabi rabbil 'alamien" itu adalab surat Hamdalah
artinla suratFatibab.
Kesimpulannya, bacaan ta'awwudz sebelum membaca Fatihah
pada nkaat pertama sesudah membaca doa iftitah adalah sir, sekalipun
dalam shalat jahr. Bacaan ta'awwudz pada nkaat berikutnya sebelum
membaca Fatihah, berdasar umumnya dalil ayat 98 surat an-Nahl juga
dilakukan. Karena tidak ada ketegasan dalam HPT kalau ada yang
memahami bahwa bacaan ta'awwudz pada rakaat kedua dan seterusnya
tidak pedu dilakukan berdasarkan riwayat Musiim dari Abu Hurairah di
atas, tidak dapat disalahkan.
70

6. Bacaan Maaliki atau Maliki

Tanya: Kalau kita membaca Surat Fatihah dalam al-Qur'an


terjamah yang diterbitkan oleh Departemen Agama dalam c^t^t^nny^, ^yat
keempat surat itu dapat dibaca Maaliki dan dapat dibaca Maliki dengan
penieiasan kalau dibaca Maaliki dengan memaniangkan Mim betatti yang
Leng.ras^i sedang kalau dibaca Maliki dengan memendekkanl\4im berarti
Raj alDaiam pehlsanaan sering ada imam yang memb aca paniang dan ada
prri^ y^rg membaca pendek. Mohon penielasan. (Puerta Penataran AMAI di
Berltah).
penielasan seperti
Jawab: Dalam kitab-kitab tafsir kita mendapat
dalam c tatanpada kitab tariamah Departemen Agama
^pay^ngtersebut mutawatir
it,_,. bahm pada itu menurut penelitian Albaniy, memang yang
adalah dengan memanjangkan miem, iuga kadang-kadang membaca
dengan memendekkan miem dan dikatakan, bahwa yang memendekkan
miem iuga berdasarkan isvayatmutawatir yang sama dengan yang pertama
arinya Yang demikian dapat ditemukan dalam Ai
ftttg -"-"niangkan.
Fawiatd,, Al-Mashahif demikian diriwayatkan oleh Al Hakim dan
di shahihkannya sebagaimana i uga dibenarkan oleh Adz-D zahabiy.

7. Shalat Dzuhur denganJahr

Tanya; Saya pernah meniadi makmum shalat Dzuhur yang


imamnya membaca Fatihah dengan iahr fteras)' Apakah-ketika imam
selesai membaca Fatihah, selaku makmum, saya harus membaca'Ami-in"
dengan jahr pula? (RA. Mabruri,fl. Batbara G 85 Petungkilana, Pekalongan
51 t et).
Jawab: Dalam frwayat Muslim dari
Abu Qatadah kita dapati
k.t.r^.r!^n bahwa Nabi dalam melakukan shalat Dzuhur pada 4ua nkaat
y^.rg pJrr- a membaca surat Fatihah dan dua surat dan kadang-kadang
memperdengarkan kepada mereka b^c anayal

'6i(k*'^f&1t:"J{J',f t'"64tF
71

*jt' jiKtttvaoc\:FtititL;J{AJ
(
l*'),,) ',@iti16"
Artinya: 'Dari Abapatadah dai aybnla, rnenceitakan bahwa Nabi saw
pada shalat Dprhur dan Ashar, pada dua rakaatlangpertama nembaca Fatibah dan
sebuab surat dan kadarg-kadang ntemperdengarkan kpada kami alat-a1at,
ken udian pada dua rakaatlang akhir mem baca Fatihah ". (HR. Muslim).
Kata "yusmiunal aayata ahyanan" mengandung arti kadang-kadang
dalam membaca surat di waktu shalat Dzuhur dan Ashar dapat diartikan
kebolehan membaca jahr pada shalat yang biasa sir. Tetapi juga bacaan Nabi
agak keras itu hanya ekspresi saiakarcna dalamnya pemikiran makna ayat,
bukan karena jahr Fatihah dan surat, sebab yang didengar oleh para sahabat
hanya beberapa ayat dan itu pun kadang-kadang. Pokoknya shalat Dzuhur
dan Ashar itu dilakukan dengan sir. Menurut penuturan Al-Albani, hal itu
didasarkan atas dasar ijma' yang didasarkan nukilan ulama khalaf dari ulama
salaf.
Yang menjadi persoalan selaniutnya seperti ditanyakan di muka
bagaimana kalau imam membaca jahr dalam Fatihah shalat Dzuhur atau
kalau tidak jahr imam dalam membaca Fatihahnya beraksenruasi sehingga
bacaan akhir "walaadhdhaaliin" kemudian imam membaca aamin, sesuai
dengan umum Hadits Nabi riwayatAl-Bukhari:

,$35'&)r'i;&"PW '1,1i'166r'sl
(&Slrot2r,
G
Artinya: 'Apabila imam meatbaca 'gbaiil nagbdbuabi 'alaibiru
walaadhdhaaliin' berucapkb kamu sekalian' aamiin ".
Dalam suatu riwayat ada yang berbunyi 'idza zmmanal imaamu
faaminuu' ar ttny a' Ap abila imam memb aca' aamiin', maka b acalah' aamiin'
pula. Hanya saja karcna pada prinsipnya bacaan shalat Dzuhur itu sir,
makmum dalam bacaanaaminkalau imam membaca agakjahr Fatihah dan
aaminny a adalah sir saj a.
72

MASAI.AH GERAKAN DAI-AM SHALA'T

1. Meletakkan Dua Tangan Pada Lutut Atau Pada Tumit?

Tanya: Setelah saya membaca buku TanyaJawabAganaJilid II pada


pembahasan tentang "Masalah Bacaan dan Gerakan dalam Shalat" pasal
Thuma'ninah dalam Ruku'dan Sujud" yang dimuat pada halaman 65 dan
66, sayamenemukan kejanggalan. Kejanggalan tersebut saya temukan pada
kalimat menbangkukkan badan dengan meletakkan kedaa telapak tangannlapada
kedaa tumit, dan pada kalimat tujub angota badanlakni dua ulungkaki, dua tamit
dan dua telapak tangan serta mukalakni dahi dan ujang bidang menlentub lantai
tempat sujud. Dalam kalimat tersebut ada kata-kat^ yang menurut saya
ianggal yaitu kata tumit. Apakah yang dimaksud itu benatbenar tamit,
ataukah yang dimaksud itu sebenarnya latut? Mohon penjelasanl (Suripn,
S MA Ma h an n adit a h, J /. J end. Ab n ad Yan i N o. 8 3 Ke b u m n ; A b da / B ai Ts, Pasir
e

EuibRT.OI /08 No. 59,J/. Kpt. Yusuf (Alatoa Ciapus), Ciomas, Bogor).
Jawab: Sebelum menjelaskan persoalan yang saudan penaflya
kemukakan, terlebih dahulu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
saudara atas ketelitian dan kecermatan saudara dalam membaca bukuTan-1ta
Jawab Agama tersebut sehingga saudara dapat menemukan keianggalan
yang terdapat di dalamnya. Kami juga merasa bangga karena saudara dapat
menyampaikan persoalan ini kepada kami. Sikap dan tindakan yang saudara
lakukan ini menurut kami sangat bijaksana dan memang hal yang demikian
inilah yang kami harapkan.
Setelah kami meneliti ulang terhadap masalah yang saudara
penanya kemukakan itu, ternyata y^ng dikemukakan itu benar dan
^p^
untuk lebih jelasnya kami kutipkan kembali tulisan tersebut secara ringkas:
Tbamakninah di dalam raka' ialah tenang atau diam tebenlar, di dalan
pelaksanaannla menbangkukkan badan dengan meletakkan kedua tekpak
tangannla pada kedua tamit, sedang pungung datar atau rata. Adapun mengenai
Thuma'ninah di dalan sajud, maka dilaksanakan sujud itu dengan diam atau tenang
sebentar dikala s/arnlah tujuh angota badan3takni daa ujung kaki, dua tumit dan
daa telapak tangan serta mukalakni dua dahi dan daa ajunghidungnenlentub lantai
tenpatsujud......
Kata-kata turnityangterdapat pada kalimat-kalimat yang dikutip di
atas itLl jelas keiiru yang benar adalah lutut, sehingga kutipan di atas itu
/3

harus dibaca Tbarua'ninah di dalam ruku' ialah tenangatau diam sebentar; di dalan
pelaksanaan nembangkakkan badan dengan meletakkan kedua te/apak tangannla
pada kedaa latut, sedang pilngil/tg datar atau rata ...... Adapun mengenai
Thuma'ninah di dalan sujud, maka dilaksanakan sajud itu dengan diarn atau tenanql
sebentardikala s/unkh tulah angota badanlakni dua ulangkaki, dua lutut dan daa
te/apak tangan serta ntuka lakni dahi dan ulung hidung menlentuh lantai tenpat
sryad............
Untuk memberikan kejelasan mengenai tata car^ ruku'dan suiud
yang dilakukan oleh Rasulullah saw, berikut ini akan kami bacakan beberapa
Hadits yang menerangkan hal itu.
a. Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari Abu Humaid as-Saai'di ra:

'*LtSy:18']tj$t^i;*ptM>{LA.
*3tr:'t;',F"t'$s1579
urr'SsJifti;'t- dv6"s'i661i
t+p.Gi;qjf '&*t'C""499K<5
)ev'j

s;,t$r<s; #'^F" r35 #r 4, e


\ q*t otrd, oV, ) )t:L:b;'Jt
Artinya: Dari Abu Humaid as-Saa'idi ra. ia berkata: "Sa1a lebib cermat
74

(hafal) daipadamu tentang sbalat Rasulallah saw. Kzlihat apabila beliau bertakbir,
nengangkat kedua tangannla s/aras dengan bahun-1ta dan apabila raku' meletakkan
kedua tanganrya pada latutnla, lala nenbungkukkan pangufignJa, lala apabila
nengangkat kepalarya ia berdiri tegak nhinga luruslab ti@ talang-tulang
pl4ngailgnJa seperti semala, lala apabila ia sujad meletakkan lengan dan tidak
mer@atkan pada lambang dan ujung-ajangiai kakirya dihadEan ke arah piblat'
I{emudian apabila duduk pada rakaat kedaa ia diatas kaki kiirya dan
menumpukkar kaki yng kanan. Kemadian apabila dudak pada rakaat lang
terakhir ia m@akan kaki kiirya dan menumpukkan kaki kanannla serta duduk
bertunpupadapantatnlta. (HR. Imam al-Bukhari dari Abu Humaid as Saa'idi).
b. Hadits Awayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu
'Abbas ra.:

':*i*"tJt:":Jt6,36'rz'A,A,e,-r,ery:,9
'e
F vq.:- &,4:13 /,51, ki {l;/a;'t
|*v #&5 {!5 - /;fi3t2 *J€15' 7G(
(*p, $;i$i
Artinya: Dari Ibra 'Abbas ra' ia berkata: Rasn/ullab saa bersabda: 'Aku
peintabkan supala bersajad di atas talub tulang dabi serala menanjukkax pada
-hidangrya
- di atas dua belab tekpak tangan, kedua lutut di atas kedua ujung kaki.
(HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari'Ibnu'Abbas).
c. Hadits riwayat lima orang Imam Hadits kecuali Imam Ahmad
dari Waa'il bin Huir ra.:

#At'{**\t3&J{*,JV,yrU6';a
{fr6v**'P
75

Artinya: Dai l%aa'il bin Hujr berkata: 'Aku melihat Rasalullab saw: ia
bers{ad rneletakkan kedua latut sebelum kedua nlapak tangannJa dan kalau berdii
mengangkat kedaa tangannla sebelum kedua latatnla. (HR. Lima orang Imam
Hadits kecuaLi Imam Ahmad dari Waa'il bin Hujr).
Berdasarkan Hadits-Hadits di atas, maka Mailis Tariih memberikan
tuntunan mengenai hal tersebut di atas, sebagaimana tersebut dalam buku
Himpunan Putusan Taqih cetakan ke-3 halaman 77 dan 78. Mengenal
ruku', dalam buku tersebut dikatakan: I(emudian angkatlab kedua belab
tanganrnu seperti dalan takbir pernulaan lalu ruku'/ah dengan bertakbir sera,la
nelernpangkan (meratakan) pangungua dengan leberma, memryfig kedua lututnla
dengan dua belah tanganmu ... Sedangkan mengenai suiud, dalam buku
tersebut dikatakan: Lalu sujadlah dengan bertakbir: letakkan kedua lututmu dan
jari kakinu di atat tanah, lala ktdaa tanganma, kemadian dahi dan hidangnu dengan
nenghadapkan ryungjai kakima ke arah piblat serta merengangkan tanganmu
daipada kxdaa lam bungmu dengan nengangkat sikumu.
Demikianlah penielasan yang dapat kami berikan pada kesempatan
ini, semoga dapat memenuhi harapan saudara Penanya dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.

2. RaktatanDalamHPT, Berarti Rakaat atau Rukur?

Tanya: Dalam "Himpunan Putusan Tarjih" halaman 117,


disebutkan bahwa makmum harus membaca Fatihah. Tetapi makmum
yang mendapati ruku' imam makmum tersebut menurut Tim, dianggap
telah mendapaa nkaat y^ng sempurna. Demikian disebutkan dalam
halaman 88 buku "Tanya Jawab Agama". Menurut pendapat saya, kata
RAK'ATAN dalam Hadits yang tersebut dalam HPT itu berarti rakaat
bukan ruku'. Sehingga makmum yang mendapatkan ruku' imam bukan
mendapat satw rakaat. (fauf q I di s, Kanp u ng Pasiraau-Men es Pan dege lang).
Jawab: Pemahaman Tim terhadap HPT sebagaimana yang
dituangkan dalam HPT itu sendiri, yakrink'atan dalam HPT berarti ruku'.
Untuk itu dapat dilihat lagi pada dalil dan terjemahannya sebagai berikut:

"\aq"J.X;;,6Vdt'^;fr tfu:,{|J|it,1,6".q
.tLE'"ii6'^*;qi'411'J5;fiAtb
76

Artinya: D a n di da Ia n iwal at D ara q u tlt n i1 ang dip a n dang s a b i h o Ie b I b n a


Hibban babua Rasulallah bersabda: 'Barangsiapa menjampai raka' dari sbalat
sebelum Inarn berdiri tegak dari ruka'n1a maka berarti dia telah mendapati rakaat
sempurna".
Jadi kata-kat^ t^ktzt^n dalam dalil berarti ruku'. Pengertian
demikian berdasarkan pada kata-kata sesudahnya, yakni QABI-A AN
YUQIEMAL IMAAMU SHULBAHU (sebelum imam menegakkan
punggungnya) yang memperjelas kata-kata rak'atan berarti ruku' sampai
waktu habisnya waktu ruku', yakni imam menegakkan punggungnya.

3. SikapTangan Saat Iktidal

Tanya: Ada pendapaty^ngmengatakan bahwa sikap tangan pada


saat iktidal adalah bersikap seperti semula dalam shalat (setelah takbiratul
ibran). Bagumana sikap tangan pada saat iktidal tersebut menurut
Himpunan Putusan Tarjih? Adakah Hadits yang menjelaskan hal tersebut?
Mohon penjelasan. (Sueb Nryl, fl. Alun-alun Timur nomor 2, Bangil).
Jawab: Pertanyaan Saudara berkaitan dengan masalah sikap atau
posisi kedua belah tangan pada saat iktidal (pada saat berdiri tegak setelah
bangkit dari ruku'), apakah bersedekap seperti pada saat membaca al-
Fatihah misalnya, ataukah dilepaskan lurus ke bawah. Mengenai hal ini
dalam Himpunan PutusanMajlis Tarjih dituntunkan sebagai berikut:
Tuntunan tersebut didasarkan pada Hadits-Hadits Rasulullah saw
sebagai berikut:

g"*"; J*At1\,J'5';d:axrt6;"eij$5;
Oefr u:Vt&;6;i\Aiu.c36y36
3t6;t&,&6tW?€;;i J:lrc
W'e-'-t:r{tuat7'ti#'ei#(p?16
JE\J31 i:'?-vc'W.U:*(&u;Y
77

(*p) \&g;5v
Artinya: Dai Abu Harairah ra. ia berkata: Suunguhnla Nabi saw
bersabda: 'Apab;la kama menunaikan sbalat bertakbiilah, lala membaca alat al-
pay'atlang mudab baginu, lalu raku' sehinga tenang (tumakninah), terus bangkit
sebinga berdii Qtgok), kemudian sryud whinga tenang, lalu sujud kgi sebinga
tenang, kemudian duduklab sebinga tenang lalu sujud lagi sehinga tenang pala,
kenudian kkakanlab seperti itu dalam semua shalatmu".

'^tJ; tat3;,lJ 69, Jt5'r?hyd;'63 4 e


';#{1Jts4#;5rar;r":6\5t:k;e
'^#"{;:tbgG:j"L1ht€.n6€&-
';{"& ( ;gU (t (ISJ*J -tA & 6l n

C,t;;{,;e'j96\6r;#r6Lefr,4ts
Artinya: Dai Aba Harairab na. ia berkata: 'Basulullab saw apabila
menunaikan shalat ia bertakbir ketika berdiri, klu bertakbir ketika ruku', lalu
membaca "sami'allahu linan banidab", kztika mengangkat ptlnguftgnJa (b*S*)
dai ruku', lalu merubaca "rabbana walakalharzd" tatka/a ia telah berdiri tegak, /a/a
takbir tatkala bendak sujud, Ialu bertakbir tatkala nengangkat kepala (duduk
antara dua salud), /a/u takbir tatkala bendak su1ud, /a/u bertakbir tatkala bendak
berdii, kemudian me/akakan itu dalan semua shalatn1a hiaga selesai serta bertakbir
tatkala berdii dari rakaaQangkedaa suudah duduk".
78

,)2,.'i
'6 tr! ,,/t
/-',1t
/'1J, q/.t 4

fr" K("J, tlt'i4rg (#art*


Fl ,91
ra.ljl,
C-.Al
ig*6t;SGl['
,r)

'z'.7- 'r )l t'.(z ../r.a 2.


FC)tY
t'- ,
'{6, a:
.F{.rPti J]r -Jt*{L J,* a4- '.[l)! VAtl-"afL)_
t"1
P'
*ia"-t*qPf{he'1|"iWF
5 t{,r"St Cr** * t & 3€ # uk tt

--Je iltj afir 6S ?fri"^Fr, ;K rJtl


( ,tret )-rr) gg3J;1
Artinya: DaiAbu Hanaid as Sa'id1t r.a. ia berkata: "Say lebib hafal dai
p a da m u t h a /at Ras a Iu Ila h s aw. Ka li b a t ap a bi la b e li a u b erta k bir, rz e nga ngka t
te n tang

kedua tangannla selurus dengan bahuryta dan apabila raku' meletakkan kedua
tangannla pada lututryta, lala rnmbungkukkan punggungnla, lalu apabila
mengangkat kepalan1a ia berdii tegak sehingga tulang kenbali ketenpatrya seperti
sentala, lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannlapada tanah dengan
tidak neletakkan lengan dan tidak merapatkannla pada lanbung, dan ajung-u1ung
jai kakirya dihadapkan ke arah Kiblat. Kemadian apabila dudak pada rakaat
kedaa, ia duduk di atas kaki kiirya dan menumpakkan kakirya itang kanan.
Kenudian apabila duduk pada rakaatlang terakbir ia ruajukan kaki kirirya dan
n e n a mp u k kan ka ki ka n an n1 a s e rta du da k b e rta np u p a da p a n ta tryt a.
Demikian tuntunan yang terdapat dalam Himpunan Putusan
79

Tarjih. Seperti Saudara lihag dalam Himpunan Putusan Tarjih tersebut


belum dituntunkan secara tegas mengenai sikap atau posisi kedua belah
tangan pada saatiktidal. Demikian pula halnya dalam Hadits-Hadits yang
dijadikan dasar dalam Himpunan Putusan Tarjih tersebut tidak secara tegas
menyebutkan sikap atau posisi pada kedua belah tangan pada saat iktidal
itu. Hadits yang pertama menegaskan sikap iktidal secara umum, yaitu
berdiri tegak. Demikian pula halnya pada Hadits yang kedua, di dalamnya
hanya dijelaskan adanya iktidal, yaitu bangkit dari ruku' (mengangkat tulang
punggung) sambil membaca "sami 'alkbu liman hanidah" dan kemudian
berdiri tegak, apablla sudah berdiri tegak maka hendaklah membaca
"rabbana wa lakal bamd". Pada Hadits yang dikutip yang terakhir ungkapan:

"iK;ry,g$:6te,b;t'{V6t5!6
(Apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak, sehingga setiap
tulang kembali ke tempatnya seperti semula). Dari ungkapan itu dapat
dipahami, bahwa yang dimaksud dengan setiap tulang itu termasuk nrlang-
nrlang kedua belah tangan. Agar tulang-tr:lang kedua belah tangan itu
kembali ke tempatnya seperti semula, maka kedua belah tangan itu tentu
saja harus dilepaskan lurus ke bawah.
Demikianlah jawaban yangdapat kami berikan sementara ini atas
perta;nya nyang saudara ajukan kepada kami, semoga menjadi bahan kajian
dan telaah lebih lanjut secara lebih tegas lagi.
80

MASAI.AH SHAI.A'T JAMA' DAN QASHAR

1. ShalatJama' dan Qashar Dalam Bepergian

Tanya: Saya sering bepergian jauh, lebih dari 250 km, naik bis.
Dalam melaksanakan shalat dhuhur dan ashar saya lakukan dengan jama'
qashar. Demikian pula dalam melakukan shalat maghrib dan isya. Apakah
sudah sesuai dengan tuntunan. Mohon penjelasan. (L4aulana Malik Ka. SMP
Negeri Peningiran, Kab. OKU Prop. Sanatera Selatan).
Jawab: Dalil-dalil shalat jama' sudah dimuat pada SM No. 22/ 1991
halaman 24 dan 27. Harap diperiksa ulang. Adapun dalil kebolehan
melakukan shalat qashar dalam bepergian adalah:
a. Firman A1l ah dalam surat an Nis a ayzt701, yang berbunyi:

Gu#JLe'##;;r:2"):'s's{e
g.,Ht'tv|f!it
e46'r"96(
Artinya: Dan apabila kamu di rtaka bumi, maka tidaklah
bepergian
m e ngap a ka m u m e ngas h a rka n s b a la t, j i ka ta ku t dif tn a h
o ra ng o ra ng kaf r.

b. Hadits riwayat jzma'ahkecuali Bukhari yang menielaskan bahwa


kebolehan qashar itu bukan hanyawaktu Perang saia seperti tersebut pada
ayat, tetapi merupakan kemurahan dari Allah diberikan saat safat pada
wakru aman. Demikian Hadits yang berasal dan Ya'la bin Umalyah.

,u,lfAtry:3,(e,J6"r?At6"'$i(he
,t:tj+;rt>f(;tbS!#,Jt#e*&
(t'6-t*JCsJ6,iiJ6,gJtG$,"F.g;
81

,Jnt'"E\&;k*r^itryV*1i6"et:;14
"Efi;W6:git6b3#!z6G
(,gy'rltl"Q,t"L)
Artinya: Dai Ya'la bin Urzayh ra ia berkata: 'Aku bertanlta kepada
'Umar bin Al Khaftab tentang a-ltatyng berbunli: 'Falaisa 'alaikum janaahun an
taqsburuu minasb shalati in kbfturu an yftinakumullad4fena kafarau"
(fuIaka tak berdosa kamu untuk rneng-qasbar sbalat, apabila takat akan mengalami
ftnab dai zrang-lrang kafr). Sekarang ini kan sudah aruan (nengapa masih meng
qashar sha/at?). Umar menjawab sala juga merara heran tentang apalang engkau
berankan ita. Karena itu sala bertanla kepadaRasulul/ah saa, tentangJangdenikian
itu. Maka Rasalullah menjawab: 'Itu suatu sedekab yng Allab sedekabkan
i
kep a dam u, m a ka te rt a la h s e de ka h -N1 a". (HR. Jama'ah kecuali B ukhari).
Datiayat dan Hadits di atas di samping Hadits-Hadits lain, dapat
difahami ada kebolehan untuk melakukan shalat qashar dalam bepergian.
Dan dalil-dalil yang membolehkan shalat jama' seperti telah
dikemukakan dalam SM No. 22/1991halaman 24 dan 27 dan dalil-dalil
yang membolehkan melakukan qashar dalam bepergian, kedua-keduanya
difadikan dasar untuk memperbolehkan meng-qashar shalat Maghrib dan
Isya.

2. Pelaks anaan Shalat Jama' Ta'khir

Tanya: Sekalipun masalah biasa tetapi saya ingin mohon


penjelasan y^ng didasarkan pemahaman yang ada, yakni tentang
pelaksanaan shalat jama' ta'khir, apakah dilakukan shalat Dzuhur baru
'Ashar atau Maghrib dahulu baru 'Isya. (f haha Ma'sun, MAM Kepi\.
Jawab: Dalil dibolehkannya shalat jama'ta'khir adalahialah Hadits
Nabi riwayat Bukhari dan Nluslim dari Anas bin Malik.

F ri,SSiJig' 36"^f:^lt Gb 4.6',2 Cl,y


"i, t

ayAl(t j:;""&iiW'#:W.Kr;).
82

'tr ;,,W *E :rti,\ffi1€ftj p, F|sJ


i P.u,rlt o\t' ) 6ii-,,'#)r{*
Artinya: Dari Anas bin Malik diceitakan bahwa dabulu Rasulullah saw,
apabila berangkat sebelam tergelincir matabai, beliaa mengakbirkan sbalat dqubur
sarnpai waktu 'asbar. (Dikala itu beliau berbenti dan rzer/ama'kan kedaa sbalat).
Jika beliau berangkat sesudab nrgelircir matabai, beliaa mengerlakan dabalu sbalat
BukhariMuslim).
dqabur, sesadab itu berangkat. (HR.
Dalam Hadits tersebut tidak disebutkan bagaiman cat^ menjama'
apakah shalat Dzuhur baru shalat Ashar ataukah Ashar dulu baru Dzuhur.
Demikianlah dalam banyak iwayat tidak ditegaskan pelaksanaan jama'
kedua shalat itu. Kalau kita baca iwayat Muslim dari Usamah binZaid,ia
mengatakan:

*Uj$y:F"'Sg;:rc#a,",V{u0{"e3,
36.sf ,A,417i{;}i#l;u|LJv$'
'#*tl:1^r:J\,1q6J(SJitGrtfasr
'{s g f t$'S(t"af,At ;( iW g;rti
,h":fi6t5 t:1i 4) "&
A# Ltg u(;,
,(LlKg;.
Artinya: Nabi bertolak dai'Arafab, sebingapada waktu sampai di Sjtlbi
berhenti dan berkemab kemudian benaudhu dan tidak begitu senpurna wudbunla,
rnaka aku tanlakanpada beliau tentangmelakukan shalat. Beliau nenjawab: "Shalat
di muka sana" Nabi pan kenudian naik kendaraan dan setelah sarnpai di
Maqdalifah, beliau lurun dan mengambil air wudha dengan sempilrna kenudian
83

dibacakan iqamah, naka beliau shalatMagbrib dan orangbarytakpun mendekamkan


untanla di tempat singabnla itu. Kenudian dibacakan iqanah untuk sbalat'Iya
maka beliaupun shalat'Iya dan tidak nelakukan sbalat apapun diantaranla kedua
sba/at itu. (HR. Muslim).
Dari Hadits riwayat Muslim dari Usamah bin Zatd ina' dapat
diketahui bahwa ketika Nabi melangsungkan shalat di Muzdalifah
menjama' shalat Maghrib dan Isya' mendahulukan shalat Maghrib baru
shalat'Isya.

3. Status Fladits ShalatJamak Bukan Dalam Bepergian

Tanya: Bagaimana status Hadits jamak qashar bukan dalam


perjalanan? Mohon penjelasan. (Anbo Sakkab Yunas, fl. Ir. Soekarno 17,
B ula kum ba, S u lawui S elatan).
Jawab: Untuk menjawab peft^nyaan di atas, terlebih dahulu kita
perlu mengetahui siapa saja ulama Hadits yang meriwayatkannya. Untuk itu
mari kita gunakan konkordansi Hadits al Mu'jam al-Mufahros h alfaz al-
Hadits an Nabawi. Dari Konkordansi ini kita dapat mengetahui bahwa
hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, an-Nasa'i, Abu' Daud dan Tirmidzi.
Teks Hadits itu adalah sebagai berikut:

'$W;;g^,"e*r,l&:1ib'J6*w+W
atri36tr36,"F\t*iqeg$ffi afg
eLg*KSt"reJ€b1q\FCYq,
&'nWG{'J'"t(,',),tt
Artinya: Dai lbnu Abbas dia berkata: 'Rasulullab saw pernah shalat di
Madinab dengan ruenjarzakkan Dqubar dan Ashar tidak dalan keadaan takut dan
perjalanan. Abu aq-Zubeir salab seorang perawi Hadits tersebat berkata: Sala
bertanla kepada Said: "Mengapa Rasu/ullab berbuat demikian?"
Maka Said nenjawab: "Salapernab menanlakanpertatlaan seperti it,/ kepadalbnu
84

A b b as, ia m e n1 awa b : Ras u /a //a b i ngi n aga r t i da k m e m b eratkan a m m a tnlt a ".


Lafal dt atas adalah lafal Muslim. Ia juga meriwayatkan Hadits ini
dengan beb enpalafal yangbervanasi. Salah satunya adalah:

';C; *b("{* ht.',tJa-, 6, 36 o"* A,,*


,-:.4-:F!+l4tsy#i;ri-:V"#:t1i:
,#ivl/'
/

Artinya: Dai lbnu Abbas ia berkata: 'Rasulullab sawpernab menjamak


sbalat Dqubur dan shalat'Asbar serta Magltib dan Islak di Madinab tidak dalan
keadaan takut danjaga tidak ada bujan.
Selain daripada itu Muslim meriwayatkan suatu peristiwa di rnana
Ibnu'Abbas berpidato sangat lama, sejak sore hingga lewatwaktu Maghrib,
lalu seorang mengingatkanny^ supaya bubar dan melakukan shalat. Dengan
nada marah Ibnu Abbas betkata: "Hai, apakah kamu mau mengajar saya
tentang sunnah? Celaka kamu!" Kemudian Ibnu Abbas berkata lagi:

s #:t'g€iq ;!"A,'Jt i.,lt iV'; {t!j


..t4 JJZ 6i
,!6)5*,;tti
/ v
pernab melibat Rasulullab saw menjamak sbalat Dlubur
Artinya: "Sa1a
dan'AsharserraMagbib dan Is1ak". (Shahih Muslim, 311-312, Hadits no. 750
dst.).
An-Nasa'i meriwayatkan Hadits itu dalam "al-Muwafaqit", Bab
"al-Jam'u baina as-salatain fi al-hadar". (Sunnah an-Nasa'i, I : 290) dua kali,
pertama, dengan lafal "min ghairi kltaufn wala safar dan kedua, dengan lafal
nin gbaii kbaafn wa matar. Abu Dawud meriwayatkan dengan bab al-Jan'u
baina as-Salatain dan at-Tirmidzi dalam al Mawaqit (Sunan at-Tirmidzi, I :
121, Hadits no. 187). Adapun Ahmad meriwayatkan dalam al-Musnad pada
tiga tempat (I : 223, 3 46 dan 3 54).
Hadits-Hadits mengenai iamak shalat tanpa uzur ini seiauh yang
85

dapat kita ketahui adalah shahih. Al-Khatabi menyatakan, sanad Hadits ke


dua yang dikutip di atas adalah jayytd.
Para ulama berbeda pendapat tentang intelpretasi terhadap ini dan
tentang kebolehan menjamak shalat tanpa uzut. Komentator Shahih
Muslim, an-Nawawi, menyebutkan pendapat sebagai berikut:
1. Tirmidzi mengatakanpada bagian akhir kitabnya: Tidak terdapat
dalam kitab saya ini suatu Hadits yang disepakan para ulama untuk tidak
diamalkan yaitu Hadits Ibnu Abbas tenang shalat jamaah di Madinah tanpa
adanya keadaan takut atau hujan dan Hadits dihukum matinya peminum
untuk keempat kalinya. Kemudian an-Nawauri membenarkan pendapat at-
Tirmidzi mengenai Hadits Ibnu Abbas. Ia menyatakan tidak ada
kesepakatan ulama untuk meninggalkan Hadits tersebut, bahkan para
ulama mempunyai berm aczm-m c mpendapat mengenai hal itu.
2. Selain ulama men-takwil Hadits Ibnu Abbas itu dengan alasan
adanya hujan (ini memang sesuai dengan tambahan dari riwayat Abu Daud
yang menambahkan petnyataan Imam Malik: "Menurut sayahalitu karena
hujan", ('Aunul Ma'bud, IV : 79 Hadits No. 1198). An-Nawawi
menyanggah kedua pendapat itu dengan menyatakan, bahwa alasan hujan
itu bertentangan dengan riwayat Muslim yang kedua yang menyatakan
bahwa Rasul menjamak tanpa karena takut dan huian.
3. Adapula yang menafsirkan sebagai jamak pada pertemuan dua
waktu, yaitu beliau mengakhirkan shalat peft^m^ pada penghujung
waktunya dan segera memulai shalat kedua pada awalwaktunya. Pendapat
itu juga tersanggah, kata an-Nawawi oleh pernyataan lbnu'Abbas, bahwa
jamak tanpa uzur itu diberikan oleh Rasuluilah agar umatnya tidak
mengalami kesulitan (tidak memberatkan umatnya). Hal ini dikuatkan lagi
oleh kasus IbnuAbbas yangdiperkuatolehAbu Hurairah.
4. Adapula yang men-takwil Hadits tersebut dengan sakit. Artinya,
jamak boleh dilakukan ketika berada di tempat (tidak musafir) apabila
dalam keadaan sakit. An-Nawawi memilih pendapat ini.
5. Sebagian ulama membolehkan jamak tanpa uzur kalau ada
keperluan penting sepanjang tidak dibiasakan terus-menerus. Pendapat ini
di pegang oleh Ibnu Sirin, Asyhab dari Madzhab Maliki, al-Qaffal, dan asy-
Syasyi al-kabir da:I. madzhab Syaf i, dan segolongan ahli Hadits ini dipilih
oleh Ibnul al-Mundzir serta dikuatkan oleh keterangan oleh Ibnu Abbas
bahwa jamak tanpavzur itu dimaksudkan sebagai kelapangan bagi ummat
Islam. Demikian uraian an-Nawawi (Syarah shahih Muslim,Y :218-219).
86

Amir as-Shan'ani, pen''usun Subul as-Salam menentang keras


kebolehan menjamak shalat ditempat (tanpa bepergian). "Ia mengatakan
'Adapun Hadits Ibnu 'Abbas itu tidak sah dijadikan hujiah, karena tidak
menielaskan apakah iamak Rasulullah tanPa uzur itu taqdin atau ta'khir.
Karena itu menurut as-Shan'ani lebih baik berpegang pada aturan yang
sudah jelas, yaitu seperti shalat dikerjakan pada waktunya masing-masing".
Ibnu Mundzir menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mentakwil Hadits lbnu 'Abbas itu dengan uzur tertentu, karena Ibnu
'Abbas sendiri menegaskan maksud Rasulullah melakukan yang demikian,
yaitu untuk memberi kelapangan pada ummatnya.
Demikian sebagai pendapat ulama dalam memahami beberapa
Hadits di atas dan silahkan penanya memilih yang meniadi kemantapannya.
Akan tetapi dianjurkan untuk tetaP shalat pada waktunya masing-masing.
Perlu dicatat:
1. Dalam Hadits tentang iamak shalat bukan dalam perjalanan itu
tidak dilakukan dengan qashar, iadthanyaiamak saia.
2.Dalammenjamakini ada yang dengan melakukan iamak "shuri",
arinya melakukan shalat Dzuhur dan Maghrib pada akhir vraktu dan
melakukan shalat berikutnya, yaitu'Ashar dan Isya di awal waktunya serta
ada juga y angmemahami dan melakukannya dengan i amak dalam salah satu
waktu.
3. Dalam melakukan iamak bukan dalam petialanan ini kalau
menjadi kemantapan kebolehannya iangan diiadikan kebiasaan, katena
hanya merupakan keinginan. Jadt hanya dalam keadaan yang sangat
memedukan seperti ofang sakit, takut mengalami madharat apabila tidak
melakukan jani,ak.
87

MASAI-AH SHALA'T JUMIAT

\. T atac ar a Shalat Jum I at

Tanya: Di desa saya ada dua masjid yang apabila melaksanakan


Jum'at berbeda-beda. Masjid yang saru dalam melaksanakan Jum'at itu
dengan menggunakan adzan dua kali dan shalat sunflat qabliyah diantan
dua adzan tersebut. Masjid yang satu lag banya menggunakan satu kali
adzan dan tidak pakai shalat sunat qabliyah. Mohon penjelasan tunrunan
siapakah tatacaramelaksanakanJum'at tersebut seperti itu . (SairzunY, Dua
S ri n a /1 o, Ka b. OKU, S u m atera S e /atan).
Jawab: Sebelum menjawab pettany^an saudara kami akan
menjelaskan tedebih dahulu kasus tentang tatacar^ pelaksanaan shalat
Jum'at yang berbeda sebagaimana saudara penanya ungkapkan, mudah-
mudahan tepat sesuai dengan kenyat^ n.Tatacata pertama: Paraiamaah
berdatangan ke masjid kemudian shalat tahiyatul masjid dan shalat sunnat
sekehendaknya (umlah nkaatnya tidak ditentukan melainkan sesuai
dengan kemampuan masing-masing), atau duduk sambil menunggu imam
(khatib) naik mimbar. Khatib naik mimbar dan mengucapkan salam lalu
duduk. Kemudian dikumandangkan adzan dan selesai adzan lalu khatib
berdiri memulai khutbah sebagaimana biasanya. Setelah selesai khutbah
lalu diucapkan iqamat dan kemudian dilakukan shalatJum'at sebagaimana
mestinya. Tatacara kedua: pa:a jamaah berdatangan ke masjid kemudian
shalat tahiyatul masjid dan shalat sunnat ataw duduk menunggu
dikumandangkan lagi adzan (adzan pertama). Setelah adzan peftama selesai
lalu jamaah bersama-sama shalat sunnat dua rakaat (sering disebut sebagai
shalat sunnat qabliyah Jum'at). Kemudian khatib naik mimbar
mengucapkan salam dan lalu duduk. Lalu dikumandangkan lag1 adzan
(adzan ke dua). Selesai adzan lalu khatib berdiri memulai khutbah sampai
sele s ai. Selan j utnya seperti tatac an y ang pertam^.
Untuk mengetahui tuntunan siapa saja kedua tatac?;r^
melaksanakan shalatJum'at di atas, perhatikan riwayat berikut ini:
Imam al-Bukhariy meriwayatkan dari Saib Ibnu Yasid:

6$liif,):4i5f,$tS,a,"ij,G,qa i:s
88

.@u:At';/1tt-!)Wri/e6[:y'rq,
&',grrsJ-6t'FJdca6qiitftj-?,ifi
L;EAe*t;A,:-Jt;4,HpJryfl {&
( ro\r-lo JUJ9 td, "V., ) rV*
Artinya: As-Saib Ibn Ya{d berkata: 'Adlan Jum'at pada masa
Rasalullah saw, Abu Bakar dan (Jmar,ltangpertama adalah @abila imam (kbatib)
telah duduk di atas mimbar. Kemudian pada masa 'Utsman dan manusia telab
bertambah banlak rnaka ditambahrya adqan (pangikn)itang ketigaltaitu di atas
Zaura' ftebaab tempatlangtinggi), sedangNabi saw, nuadTdTinnla banla seorang".
(HR. al-Bukhariy, an-Nasa'i dan Abu Dawud)'
Riwayat tersebut menegaskan bahwa yang bedaku di zaman
Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar adalah tatacara yang pertama, yaitu
yang adzannya satu kali atau dua kali dengan iqamah. Dan adzannya itu
dikumandangkan setelah khatib duduk di atas mimbar setelah salam
sebelum memulai khutbah. Sedangkan t^t^cata yang kedua, yaitu yang
adzannyadua kali atau tiga kali dengan iqamah mulai dilakukan pada masa
'lJtsman. Menurut riwayat itu penambahan satu kali adzantnt bukan karena
bertambah banyaknya manusia, tetapi karena khawatir orang-orang akan
terlambat mendatangi jamaah Jum'at karena mereka tidak mendengar
panggilan selain ketika dikumandangkan adzan pada saat khatib sudah
duduk di atas mimbar. OIeh karena itu penambahan adzan pada masa
'Litsman ini fungsiny a adalah untuk memberitahu i amaah ft aum muslimin)
untuk segefa menghadiri iamaah Jum'at. Itulah sebabnya maka adzan
tambahan ini dilaksanakan di Zaura' (tempat yang tinggi) agar dapat
didengar di tempat-tempat yang jauh atau ramai. Dengan demikian iika
masalah ini sudah dapat diatasi dengan adanya iadual waktu yang jauh
sebelum rr",aktu shalat Jum'at tiba sudah diketahui oleh kaum Muslimin
maka alasan di atas tentu tidak relevan lagi.
Persoalan berikutnl'a adalah mengenai shalat sunnat qabliyah dua
rakaat diantara dua adzan (antara adzan peftama dan kedua). Meskipun
89

riwayat di atas menjelaskan adanya dua kali adzan ng kali dengan


^tatr
iqamah, namun tidak menyebutkan adanya shalat sunnat qabliyah di antara
dua adzan tersebut. Mengenai hal ini kami tidak menemukan keterangan
ataupun dalil yang menunjukkan adanya shalat sunnat qabliyah serupa ini.
Riwayat atau tuntunan yang kami dapatkan adalahHadits yangmengatakan
adanya shalat sunnat qabliyah yang dilakukan tanpa dibatasi harus berapa
jumlah nkaatnya dan dilakukan sebelum khatib berkhutbah atau sebelum
adzan dikumandangkan. Hadits tersebut berbunyi sebagai berikut:

,iAiS"u:e>tAgS{rt"SrrA{6eAf
'llirt3r43'c-, J3-q 41,1 z
v,//z
J/Trotet-
a/t

(,,r,r1 oV) :rus:F-iUkS iv',ar


Artinya: Dai Naf ia berkata: 'Adalah Ibnu 'Umar nenperpanjang/
memperbanlak thalat sebelum Jum'at, lalu melakukan sbalat daa rakaat sete/ah
selesai Jum'at di rumahnla. Dan diceitakan babwasanl,a Rarulullah Mry //ga
n e la ku kan b a jang den i kian i tu ". (HR. Abu Dawud).

'i6 *"arl-t ;$-" Jti, J 6 t;;i,4 ;F


|{ gJr f "{S gry:;'Ae' i':1,ftt A
-t
w"uJS{ #":,r: :{,4 p $yi;rr' qW
(
i,ayy p t . r rt)tfr3;SS j$i \4i
Artinya: Dai Abu Hurairab ia berkata: Telab bersabda Rasulallab saw: "
Barangsiapa mandi, kemudian ia datang ke Jurzat /a/u sbalat seber@a ia kebendaki,
/a/a ia dian mendengarkan khatbab hinga inan selesai khutbahnla. Kemudian ia
sbalat bersamanla, maka dianpuni dosanla di antara hari Jun'at ilu sampai hai
Jam'at beikutnla ditambah tiga bari". (HF.. Muslim dan Abu Hurairah).
Demikian jawaban dan penjelasan kami semoga memenuhi
90

harapan.

2. Keseimbangan Ktrutbah dan ShdatJum'at

Tanyaz Kalau mengingat Hadits agar memaniangkan shalat dan


memendekkan khutbah dalam shalatJum'at, sedang bacaan yang biasanya
dibaca Nabi adalah Surat al-A'la dan surat al-Ghasyiyah, alangkah
sedikitnya isi khutbah kalau demikian, mohon fatttabagaimana memahami
tuntunan Nabi tersebut. (I-ttknarul Hakin NBM. 479.109, fl. Jenber 23'
Banluwangi).
Jawab: Untuk memahami maksud Hadits yanganda maksudkan,
barangkali lebih baik kalau Hadits itu kita ungkap kembali. Hadits itu ada
dua yang pe ft^mariwayat Ahmad dan Muslim dari 'Ammar bin Yasir' ra dan
iamaah ablt Hadits kecuali Bukhari.
Hadits riwayat Ahmad dan Muslim berbunyi:

,Nt
jfr 3;e, J6"&tjtt6e" q,6
& 6. 3t3i

trs,rltri't3rtir,5;53a3*t'*tv
'#iv&t56irgrfi*16*d'{x;)*E
(
/'*':^f\ oltt)
Artinya: Dai 'Ammar bin Yasir ra ia berkata: Nabi
"Sa1a mendengar
bersabda: Babua lamanla shalat dan pendekrya kbutbab seftorang (inan) ita cii
keb/aksanaannla. Obb karena ittt lanakanlah sbalat danpendekkankh khatbab".
(HR.AhmaddanMuslim).
Hadits iwayatJamaah kecuali Bukhari dan Abu Dawud:

/:ut)A";*U&Jt6/'l;^t;+.1"!;U.tFiF
:t{a*1)g2,)fr5"ac,g)WkS{UAfS,,
I s2\;V\94r().
91

Artinya: Dai Jabir bin Samarab ra. ia berkata: "Sbakt Rasulttllab saa
sedang dan kbutbablua piln sedang. (HR. Jamaa'ah kecuali Bukhari dan Abu
Dawud).
Dari kedua Hadits tersebut kita dapat mengambil beberapa pokok
pengertian dalam pemahaman kita. Di sampingHadits-Hadits lain tentang
shalatJum'at.
1. Hadits itu menunjukkan agar kita memahami bahwa shalat itu
penting dan hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh, jangan
sampai shalatJum'at menjadi kurang berarti karena lamanya khutbah.
2.Dalam salah satu Hadits disebutkan bahwa bacaan yang kerap
kali dibaca Nabi adalah Surat Al-A'la dan Al Ghasyiyah. Di samping itu ada
ayat-^y^t latn yang lebih panjang dan itu juga pernah dibaca oleh Nabi.
Sehingga ukuran panjangnya khutbah bukan hanya selama membaca dua
surat tersebut. Karena lamanya shalat termasuk lamanya ruku', sujud dan
i'tidal dan lamanya membaca Fatihah dan surat yang dibacanya satu ayat
demi ayat dengan tartil.
3. Dalam khutbah perlu diungkapkanajakantakwa dan realisasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu tidak akan dapat dipahami tanpa
penjelasan-penjelasan yang memadai. Sehingga tidak cukup hanya
dibacakan tahmid, tasyahud dan ayat,tanpa diberikan arti dan maksudnya,
mengingat pada umumnya jama'ah Jum'at tidak menguasai bahasa Arab
dengan baik. Pedu ada koment a4 tetapi s ekedarnya.
4. Perlu diingat jangan sampai komentar terlalu panjang sehingga
menjadikan shalatnya tergesa-gesa. Untuk itu perlu dtjaga keseimbangan
shalat dan khutbahnya sebagaimana dicontohkan Nabi pada Hadits
^nt^ta
kedua di atas.
Kesimpulannya, imamfkhatib diminta untuk bedaku bijaksana,
agar khutbahnya dapat diterima dan tidak membosankan, karena setiap
Jum'at hadirin mendapat anjuran, sedang shalatnya hendaknya dilakukan
dengan khusl'u' dan dapat berfungsi dalam jiwa pelakunya, dapatmemberi
kekuatan untuk mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.

3. Khatib Dan Imam ShalatJum'at

Tanya: Apakah khatib dan imam dalam shalat Jum'at itu harus
dilakukan oleh seorang ataukah boleh dilakukan oleh dua orang yang
berbeda? (Pimpinan Ranting Mubatamadjah S wngai Tengab, Kec. S ungai Tengab,
92

Bengkalis,Naz).
Jawab: Sebelum menjawab peftznya;^n saudara, terlebih dahulu
kami akan mempertegas Pertartya; n tersebut. Pertanyaan tersebut
menyangkut siapa or flg yang melakukan khutbah dan siapa orang yang
menjadi imam dalam iama'ah shalatJum'at. Apakah seorang khatib dalam
shalat Jum'at itu secara otomatis menjadi imam shalat, ataukah tidak,
sehingga antara khatib dengan imam itu orangnya berbeda?
Sesuai dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah saw, beliau
menjadi khatib dan sekaligus menjadi imam dalam shalat Jum'at- Hal ini
juga dapat dipahami dari Hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim,
Ahmad dan Abu Dawud dariJabir:

6-p fr"r+lv)(i *'*ot :y h 3;"6,t6

(
/*'"\r)
Artinya: Nabi saw, bersabda: 'Apabilapada haiJum'at, salab seorangdai
kamu datang di aakta imam sedang berkhutbah bendakklt ia shalat dua rakaat
dengan agak cepat."
Dalam Hadits ini dikatakanwa al-imamalakhtuba (dan'trnam sedang
khutbah). Kalimat ini menuniukkan bahwa yang melakukan khutbah
(khatib) adalah imam juga. Dan mendasarkan pada pengamalan Hadits
Nabi saw, maka otang yang bertindak sebagai khatib sekaligus bertindak
sebagaiimam.

4. Shalat Jum' at di Masiid Betingkat

Tanya: Saya pernah shalat Jum'at di masjid bertingkat di Jzkana.


Imam berada di bagian atas sedang saya berada di sebelah bawah. Saya dan
makmum lain mengikuti imam melalui TV/Video yang dipasang di ruang
bawah. Bagaimanz kedudukan shalat saya dan makmum lain? N4ohon
penjelasan. (I\4asduqi, BA. I. Pingsewu, I-.anpung S elatan).

Jawab: Di ini akan kita dapati bahwa berdasarkan Hadits


bawah
Nabi kiranya dibolehkan imam berada lebih tinggi dari rnakmum. Hal ini
93

dapat kita lihat H adits riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahal bin Sa'ad.
t(ry!-
)vb$J

*7;gs;u
'Ful6,Q:'^4#:Ai{tf,$<1P
Jit\:4,'6,@v,Jt63J/,5,6i,u-cg,v

Sahal ibn Sa'ad ra menerangkan 'Babaasanlal{abi saw duduk di atas


mimbar di hari pertana mimbar itxl dibaat, /a/a bertakbir sedang beliau berada di
alasnla. Kenudian beliau ruku', sesadah itu beliau taran dengan nundurdi be/akang,
/a/a bersulud dan bersujudlah parajamaah besertanla. Kernudian beliau kenbali lagi
ke atas mimbar dan begitu beliau baat lagt binga selesai rcmbablang. Sesudab ikr
beliau bersabda: 'lVahai manusia, sala berbuat demikian ini adalah sapala kamu
nengikuti .ra1a dan iapaJa kamu mengetabai bagaimana sembahlang sajta".
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Memang ada Hadits itwayat at-Daruquthny dari Abi Mas'ud yang
melarang imam berdiri di atas sesuatu, sehingga makmum berada di bawah.
Tetapi kedua Hadits itu tidak diketahui adanyanasih-mansuh sehingga kita
kumpulkan pengertian kedua Hadits tersebut,tahwa kebolehan imam dan
makmum berada di tempat yang tidak setingkat.

4kil;i*+ '3\5'rGA Le.t;t:;;A:t


.#*i6J5 G65"r6,)i53;;1f:'S ^T;
(
Abu Mas'ud nbetkata: 'B,asu/u//ab
r!b))t'\,) "+'Jg
saw mencegab inan berdiri di atas
94

sesuata, sedang para makmam di belakangrya berdiri rendah daripadanla".


(Diriwayatkan oleh ad-Daruquthny).
Dalam pada itu kita dapati Hadits yang menerangkan bahwa
pernah Nabi menjadi imam di balik bilik sedang para makmum terpisah
dengan tabir yang terdiri dari tikar. Makmum mengikuti imam melalui suara
Nabi. Nabi tidak melarang makmum mengikuti shalat Nabi dengan
dtantzru tabir atau dinding dan tikar itu, tetaPi Nabi hanya mengingatkan
agar makmum tidak membebani dirinya dengan shalat malam itu, karena
shalat malam tidak waiib.

j,64e*p;t7oeAvwb,"/;\t4Y'6,
at&it1;:rr*"#,PV'g:iti"!'Pr
D6)v'sUSA;^#7f'3\5'k)r*t
'"il::t,561{45

&:g:S;S-^b S;tf'r4vJ,Gi6eWl
( rt\,V,)
'Aisyah ra b erkata:' Kam i m e mp u ry a i s e h e lai ti karjt a ng k a rn i b e n ta ngka n
di siang hari dan kani jadikan dinding di malamn1a, waka Rasulullah saw
bersemballyangpada suata malam di nmpatyng didindingi oleh tikar itu. .feketika
para muslim mendengar bacaannla, merekapun bersernbablang dengan
-sembalryargryta.
Pada malarz jtang ke dua mereka benanbah banlak, /ala Nabi saw
nelibit mereka dan berkata: laksanakanlah amal-amal itu sekedar lang tidak
memalahkan, karena Allab tidak selarna kamu belum lagi jenu."

@iriwayatkan oleh Ahmad).

5. Shalat Sebelum KhutbahJum'at

Tanya: Saya sering melihat orang datang ke masiid untuk


95

menunaikan shalat Jum'at, zda yang terus melakukan shalat sebanyak-


banyaknya sampai adzan, ada pula yang shalat hanya dua nkaat saja
kemudian duduk menunggu waktu khutbah. Mana yang lebih sesuai
dengan tuntunan Rasulullah saw? (laufq, MufioAgung, Malang,65151).
Jawab: Mengenai shalat sunnat sebelum shalat Jum'at, telah
diputuskan dan dimuat dalam Himpunan Putusan PP Muhammadiyah
Majelis Tarjih pada kitab Shalat-shalat Tatawwu', bab Shalat Rawatib, hlm.
320-330.

"ffiSt4UgPs[tr\(WFiAi''"1+6
g;"66fre:'6
Artinya: Adapun pada bai Jam'at, furyakanlah sbalat Tatawwu'
sebe/unn1a :ebanlak engkau sukai sampai imam datang. Dan sesudah shalat Jun'at
kerjakanlah shalatTatanwu' 2 atau 4 rakaat.
Adapun das arnya adalah Hadits yang diriwayatkan dari Nafi':

\a';;:&ji:*iJ:t1frAlea3e6(5
'rrar{th(}tri' Jyti;loYS /^r//(/,2 e z,lz
*b$t
qi;:uiu
Artinya: Adakalarya Ibnu Umar /ama bersbalat sebelam Jum'at, /a/u
shalat suudahn1a dua rakaat di runabnla, dan ia mengatakan bahaaRasulullah saw
menjalankan halserupa. @iriwayatkan oleh Abu Dawud).
Dari penielasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keduanya
benar, boleh dua rakzat saja, juga boleh terus shalat hingga khatib naik
mimbar.
96

MASALAH SHAI-A'T JAMAAH

1. Kriteria Imam Shala tJarnaah

Tanya: Bagaimana kriteria imam shalat di zamanNabi saw atau di


masa sahabat? Menurut pengertian saya, imam itu pemimpin, haruslah
lebih baik dari yang dipimpin sekurang-kuruflgny^ sama. Kalau
pengetahuan imam kurang dari makmum atau lebih ringan dari makmum,
tentu kurang wajat. Mohon penielasan. (Bahlein, Panti Asuhan
M a h a runt adit a h S o ro ng, I ri an J ay).
Jawab: Berdasarkan riwayat Ahmad dan Muslim, Nabi
menggariskan beberapa ketentuan untuk meniadi imam: a. Yang paling baik
bacaan dan pengetahuannya tentang al-Qur'an, b. kalau bacaan dan
pengetahuannya tentang al-Qur'an sama, maka ditentukan yang paling
banyak pengetahuannlra 1.t6"6ap as-sunnah' kalau pengetahuan terhadap
as-sunnah sama, maka ditunjuklah yang dahulu hlyahnya. Barangkali untuk
sekarang yang lebih banyak atau dahulu perjuangannya, d. Kalau hiirahnya
bersamaan, maka dipilihlah imam yang usianya lebih tua.
Demikian ketentuan imam di masa Nabi, berdasar riwayatAhmad
dan al-Bukh art darr sahabat 'Uqbah bin 'Amr. Jelasnya dapat dibaca Hadits
dibawahini.

/(("*tb*t3J:6'J\i,"uhv4,f ile'-&
{b.iOV6P,r,$\q\4)'rf{3t;tt'"fiiyffi
'# :W V ?H, e\igig,"r'A'&g!"it

tfj y X e.iJ-{5 nr6i:- tF)' L/fSU


r,
l:.^9\ o\:tl grSlJL
97

Diiraami suata kauru oleblang lebih baryak (pandai dan baik) bacaannla terbadap
Kitabullal) jika mereka berpadanan dalam soal qiraat, hendaknla diinani mereka
olehyng terpandai dalam arusan as-Sannalt. Jika dalan ttruJatt as-Sunnah sama
pala, bendaknla diimani mereka olehltang lebib dabulu hfrah. Jika dalam berb/rab
pun sama jaga, bendaknla diimani oleb -yng lebib tua. Dan janganlab se.renrang
mengimani oranglain da/an kekaavanlangdiimani itu, danjanganlahpula sesenrang
duduk di ramah orang lain di atas kemultaanrya (tenpatyng tertenta untuk taan
rurzab), terkuuali dengan iqinnla (tuan ranab). (HR. Ahamad dan Muslim).

2. Tempat Imam Tidak B oleh Lebih Tinggi D ari Temp at Makmum

Tanya: Di daerah kami ada yang berpendapat bahwa dalam shalat


jamaah tempat imam tidak boleh lebih tinggi dari tempat makmumnya
walaupun hanya sekedar berbeda tingginya karena sajadah. Pendapat ini,
kata mereka di dasarkan pada Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud. Mohon penjelasan mengenai hal ini! (Pimpinan lVilayh
M a b am ru a dj a b S u m atera U tara, J / S isingam angaral a N o. 3 5 M da n 2 0 2 I 7).
1 e

Jawab: Mengenai masalah yang saudar^ penany^ kemukakan itu


dapat kami sampaikan keterangan sebagai berikut:
a. Memang ada larangan imam melaksanakan shalat yang
letak/posisinya lebih tinggi dari makmum, sebagaimana l<tta khat pada
Hadits Nabi riwayat Abu Dawud dari halaman di bawah ini:

.ffi &,"fy*6[,Jutit't6':Jur:3vq6{"
,Jr6-fzb.{5K"'-il4;#ii
6fsi6Li,3t5:
"^itetffiij,u;$F1'{i
(.t):ej"\,,) tr';'Jb
Artinya: Dari Hammam berkata: Bahaa Hudqafab menjadi inaru bagi
orang banlak di kota Madaa-in sanbil berdii disebuah tenpat ketinggian. Abu
Mas'ud pun menaik garuisnla dan setela/t sha/at se/esai, katanlta; 'Tidak tabukah
kantu bahwa mereka dilarang berbuat denikian? "ujar HudTfah: 'Benar sala baru
98

i nga t s e te la b a n da m ena i k ga m i s ku i tu ". (Hadits riwayat abu D awud)


b. Tetapi kalau kita amati lebih seksama kita dapati pula adanya
Hadits yang menerangkan bahwa Nabi pernah meniadi Imam yang letak
posisinya lebih tinggi dari makmum. Hadits ini diriwayatkan oleh al-
Bukhari dan Muslim seperti tertera di bawah ini:

At ;F et 3t: Jri "^ZA, :6 #t,2, J-e* :F


&g;;4e'r""J;(qj;IJ;-JgM{L;
'{-,'sl6f.t+3'ft:r{;Oi!ip,{ip
,.16( (,t,j 6t$:q, 36 6#)0u e'et'"('
(F'6d*D) l.E'Age)tqr*
Artinya: Dari Sahl bin Sa'ad as Saa'idi ra. berkata: Bahwa Nabi .taw
duduk di atas mimbar hai pertama diadakannla mimbar itu, lalu beliau bertakbir
dan raku' di atasnla, kemudian turun dan melangkab raundur, lalu sujud di atas
mimbarita, kemudian kenba/i naik ke atas. Setelah shalatselesai, beliaupun bersabda:
'XY/abai ummat manusia! Sebenarnla sala lakukan tadi ita, ialab supay kanu dapat
nengikuti dan nenpelEai tata caraku bersembalgtang". (Hadits iwayatBukhari
danMuslim).
c. Nilai Hadits riwayat Abu Dawud dari Hammam di atas, Abu
Dawud tidak menca t^tnya.Demikian pula riwayat Abu Dawud dari Ammar
bin Yasir dalam riwayat ini ada seorang yang tidak diketahui tetapi juga oleh
Abu Dawud tiada dinyatakan cacat dhaif. Dalam Penuturan Abu
^t^udimasukkan pada shahih.
Dawud kalau tidak menyebutkan cacatnya
d. Hadits n'wayatal-Bukhari dan Muslim dari Sahal bin Sa'ad iuga
bernilai shahih.
e. Memahami dua Hadits yang dhahirnya bertent^ng n (ta'arudl)
tersebut tidak mesti harus langsung ditariihkan, tetapi dapat di "iamak dan
taufiq" kan sehingga lanngan pada Hadits riwayat Abu Dawud bukan
larangan Hatman (pasti), tetapi dapat dilakukan bia ada sebab tertentu,
99

seperti untuk diketahui makmum atau memang karena tempat sempit


sehingga takadalagi tempat yangsejaiar Qata) antanimam dan makmum.
Selaniutnya, dalam memahami Hadits seperti di atas kita tidak perlu
takalluf (berlebih-lebihan) seperti tidak boleh imam berdiri di atas sajadah
karena imam akan lebih tinggi dari makmum, padahal suatu Hadits
menerangkan bahwa Nabi saw pernah shalat di atas hamparan y^ng
sekarang dapat kita sebut sajadah.
f. Kesimpulannya:
Letaknya imam lebih tinggi dari makmum tidak dilarang sec r^
pasti, dalam istilah Fiqhussunnah disebut Karahah (tidak begitu disukai),
tentu kalau dalam keadaan biasa tidak ada alaszn kemaslahatan. Kalau ada
sebab yang sukar diatasi menjadi tidak ada larang niru, karena Nabi sendiri
melakukan. Seperti pada Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim di aras:

3. Posisi Makmum Lebih Tinggi Dari Imam

Tanya:. Karena tempat be\amaah kurang luas bolehkah makmum


menempati tempat yang kosong yang kadang-kadang posisinya lebih tinggi
daripada im am? (Takn ir nalid al-Hidqab D em angan, Yogyakarta).
Jawab: Dalam perkembangan jamaah shalat di masjid,
kemungkinan terjadi peserta shalat jamaah melimpah banyaknya
sedemikian rupa sehingg rv ngan masjid tidak muat atau tidak mungkin
menampung para peserta iamaah, teqpaksa banyak peserta shalat jamaah
menjadi makmum di luar masjid, atau karena sangat terbatasnya halaman di
luar masjid maka unruk menampung para makmum masjid itu dibuat
bersusun atau bertingkat. Tingkat tersebut mungkin di atas tingkat tempat
imam berdiri dan mungkin di bawahnya, misalnya hal ini terjadi di Masjidil
Haram, Masjid Syuhada', Masjid Istiqlal dan lain sebagainya.
Dengan demikian terjadilah pelaksanaan shalatjamaah di masjid di
maksud dengan posisi fmam lebih tinggi daripada sebagian makmum,
demikian pula terjadi posisi sebagian makmum lebih tinggi daripada imam.
Atas keutamaan shalat jamaah, keteqpaksaan pembuatan masjid
bertingkat dalam nngka memperluas daya tampung peserta jamaah, tidak
memungkink^nnyapeduasan masjid secara menyamping atau ke belakang
secara rata dengan posisi Imam, maka peduasan masjid dengan membuai
masjid bertingkag adalahperbuatan yang dibolehkan dan dibenarkan oleh
syara'.
100

Mengenai hubungan Imam dengan makmum ada beberapa Hadits


yang perlu diperhatikan:
1. HaditsNabi:

I y) od,r at-gt ),,. t'f girq(Eq


' Babwasanla ditetop kan Im am' anttt k dii kati ".
Pengertian Imam di sini ialah Imam shalat dan arti untuk diikuti
mengandung pengertian bahwa diikuti oleh makmum dalam melakukan
shalat berjamaah.
Pengertian lain mengikuti imam, makmum dapat melihat langsung
maupun melalui suaranya.
Adapun teknis shalat iamaah dalam masiid yang demikian itu sudah
barang tentu pedu diatur ketertiban pelaksanaannya, sebagai berikut:
1. Shaf-shaf yangbenda di belakang imam dan setingkat dengan
imam waiib diisi terlebih dahulu sampai penuh, baik yang berada di dalam
masiid maupun diluarnya.
2. Setelah tetnyata shaf-shaf yangseiaiat tingginya dengan posisi
Imam itu penuh, barulah dibenarkan makmum menempatkan diri di
tingkat atas dari posisi Imam, kemudian setelah tingkat di atas imam penuh,
maka diisi pula tingkat atasnya, demikian setefusnya ke atas, sampai ke
tingkat paling atas.
3. Sitelah shaf-shaf di tingkat atas dari posisi Imam itu penuh
semua, maka dibenarkanparamakmum menempatkan diri di shaf-shaf di
tingkat bawah dari posisi Imam, kemudian bila shaf-shaf di tingkat ini
sudah penuh maka di tingkat bawahnya lagi, begitu seterusnya'-
4. Tertib shaf yang Paling utama, ialah shaf yang paling depan di
belakang Imam yang setingkat dengan Imam, menyusul belakangnya,
begiru sampai shaf yang paling depan ditingk3t atasnya lags,
ot..,rrtry"
b.litu seterusnya. Setelah itu barulah shaf yang paling depln ditingkat
peitama dibawahnyaimam, berurutan ke belakang sampai shaf yangpaling
belakang.
s. st,"r terdepan di tingkat atas maupun di tingkat bawah, begitu
pula shaf-shaf dthalaman kiri kanan masiid, waiib dibuat sedemikian rupa
i.hi.tgg" terletak di belakang Imam, tidak boleh mensejaiarinya atau lebih
ke delan daripada posisi Imam. Bila posisi makmum itu menseiaiari posisi
Imam atau di depan posisi Imam di arah kiblat maka makmum yang
101

posisinya demikian itu tidak sah jamaahnya.


6. Setiap makmum yang mengikuti shalat jamaah di masjid yang
bertingkat baik yang tedetak di tingkat atas maupun bawah, ataupun
samping masjid, disyaratkan dapat mengetahui gerak-gerik Imam, atau
mengetahui gerak-gerik orang-orang yang mengetahui gerak-gerik Imam
begitu terus-menerus sehingga gerak-gerik Imam dapat diikuti oleh setiap
makmum, baik cara langsung maupun tidak langsung.
7. Selanjutnya shaf terdepan di tingkat atas, bawah dan samping,
wajib mengetahui dan mengikuti gerak-gerik Imam untuk kemudian diikuti
oleh shaf-shaf dibelakangnya. Baik mengetahui dan mengikuti gerak-gerik
imam itu secara langsung melihat dan mendengar, menjenguk iewat kaca
atau pintu terbuka, dengan cermin besar, televisi dan pengeras suara dan
sebangsanya. Khusus melalui posisi dan suara di sini hanya terbatas ant^ta
Imam dan makmum berada dalam satu majlis sekalipun jaraknya jaub.

4. Shaf Laki-laki dan Wanita

Tanya: Saya membaca tuntunan shalat oleh Bapak Prof. Hasby


Ash-Shiddieqy, dalam mengatur shaf dalam shalat berjamaah, Nabi
menentukan lokasi untuk lakilaki dewasa di depan, lalu dibelak^ngny^
adalah anak-anakdan di belakangnya adalah lokasi wanita. Apakah ada dalil
bahwa dalam shaf yang paling utama bagi wanita adalah yang paling
belakang sehingga harus dipenuhi lebih dahulu, baru shaf di depannya dan
seterusnya. Dengan cara demikian ini bag1 jamaah wanita yang datang
kemudian harus menempati shaf depannya dan melalui shaf-shaf
belakang. (ITanidHilal,NBM523 408,Kauman / I Muntilan).
Jawab: Mengenai lokasi untuk laki-laki dewasa dan wanita dalam
shalat berjamaah, sudah ada tuntunan dari Rasulullah saw, sebagaimana
disebutkan dalam Hadits Nabi sebagai berikut:

-,eyeAl#. jW 6 ",t#, J,6 qy ry,'tf*


(,t, d, o\o) Gp"fU
€lr'WV'A,,y*
Artinya: 'Dai Anas bin Malik, ia berkata: Sala mengejakan shalat
bersama fizrang anaklatin di rumab kani, di belakangNabi saw. sedang ibu say
1,02

Al Bukhari, I, Kitab al-Azan : 88).


dan iba Sulairn di belakangkami". (Shahih
Demikian pula shaf yang paling utama bagi lakiJaki dan shaf yang
paiing utama bagi wanita telah diberi tuntunan-sebagumana disebutkan
dalam Hadits Nabi saw sebagai berikut:

.*vj *hf& it a;4t JLi,J6"i;#


6,'e
+ri4t5lihlttpit65,F;o.;/;i1
ov)A3'tt3rgttffr'frr
Artinya: 'Dai Abi Hurairab ra. ia berkata: Rasulullab saw bersabda:
Sbaf yngpaling baik bagi laki-laki adalahyngpaling dEan danyngpalingielek
adalabyngpaling belakang. Sedang sbaf yngpaling baik bagi vanita adalab sbaf
yngpaling belakang dan sltaf yngpalirglelek adalabyngpaling depan". (Shahih
Muslim,I Bab Shufuf: 186).
Tentu saja dalam memasuki shaf, baik bagi lakilaki maupun wanita
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu shaf yang ada di
depan atau di belakangny^.

5. Takbir Ketas Agar Didengar Oleh Makmum

Tanyaz Dalam masfid bertingkat dilakukan shalat betjamaah


kebetulan listrik mati sehingga pengeras suara tidak berfungsi. Agar
makmum yang di bawah bisa mengikuti pelaksanaaniamaah Imam yang
berada di atas, bolehkah ada seseorang yang melakukan takbir keras agar
didengar oleh makmum di bawah (sebagai muballigh yang menyampaikan
takbir) ? (ta k m i r M a j i d a /-H i dalt a h, D e m anga n Yogy a ka rta).
Jawab: Agar makmum yang tidak mendengar takbir Imam yang
pelan atau tidak langsung melihat gerak-gerik makmum yang lain, dapat
dilakukan oleh seorang makmum sebagai muballigh sebagaimana pernah
dilakukan oleh Abu Bakar dalam suatu kejadian di mana Nabi sakit
sehingga suafanya tidak didengar. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dariAisyiyah.
103

t$,S;t{,,{6Wat.affi {'+y:*
Vgrt'g;&;gi:r, 1/
de
'rl 3*V t51J X',WS:ctW' 3tg,i
'J3*W6:i1"c:'3WSS
//

*6 w, 36 {' t$i &J #ts g 166;A .

'p 6t r11g6'Apr 43(!4:n $!j ;W


",&,:{:fu ,-l/;;3t5y3g*3"1*.J;
)(t'#r8g#;r{E6+Gk;*:av{*
3L:f/;v6;HJj':1t$;isi^fu,:ir
"-,.4t'^X1U;xgg:.$';1t;::tol*lu
G6,""ag6s*ll:ksi.{/irr:';g
Artinya: 'Aigab Umma Ma'minin ra, dia berkata: 'Tatkala Nabi saw
54
saki t 1a ng m e m bawa rofn tolo datanglah kepadarya nraflg )ang mem beitab a kan
babaa sbalat akan didiikan maka bersabdalab beliaa: "Surahlab Abu Bakar
nenjadi Inam. Aku berkata: 'Aba Bakar seorang pen-ltedib. Apabila berdiri di
tempatnu dia akan menangis dan tidak bisa membaca". Nabi bersabda lagi:
"Surahlab Abu Bakar menjadi imam, 'Maka aku berkata pula sebagaimanaJang
s a da h p a da ka l iy ng fu tiga atau ang ke e rnp at. N a bi be rs a b da : "s u u ngu lt nl a ka m u
l
104

kaum wanita ini adalah saltabat-sababatYasaf (orang lenah) sarublah Abu Bakar
menjadi Inan 'Karena itu thalatlah Abu Bakar dan kemadian Nabi pun keluar dai
ranah dipapah oleh dua orang. Aka nelihatNabi saw beialan dengan uenaik kedaa
kakiryta di atas tanab. ktika Aba Bakar nelibatrrya (kedatangan Nabi). Abu
Bakar mundar ke belakang dan Nabi beigtarat agar Abu Bakar bersbalat terus.
Kemudiar Aba Bakar ke belakang dan Nabi saw duduk disanpingrya Abu Bakar,
memperdengarkan saara takbir kepada para makmam (merytuarakan takbirlaxg
karas).
Dengan dari Hadits ini bila teriadi seperti adanya kematian listrik
sehingga makmum tidak mendengar suafa Imam dapadah salah seorang
makmum mengeraskan takbirnya agar didengar oleh para makmum
lannya.

6. Bacaan Fatihah Bagi Makrnum

Tanyaz Di mana letak bacaan al-Fatihah bagi makmum. Apakah


setelah imam membaca al-Fatihah, padahal pada saat imam membaca sufat
(ayat-ayat) al-Qur'an itu makmum harus memperhatikan? Mohon
Maingai, Lanpung
penjelasan! (5. Hadisiswqyo Dasan 4 Simenanti, Kec. Lb.
Tengab).
Jawab: Untuk meniawab persoalan yang Saudara tanyakan
sebaiknya perhatikanlah Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ahmad,
ad-Daruquthniy dan al-Baihaqi dari'Ubadah:

(& ;.lA*fV i, 3fr 'Y,, 36313, &;


'r1r }A64*t(({,F,ieVi"5ft
,36+ba*,3;:J(*'36t$Vr'V"e:,i
JltL{L1L:*{
Artinya: Dai,tJbadah ia berkata: 'Basulullah saw sbalat sbubuh, orang-
nrangJang makmam ryaing bacaannla. Setelalt se/esai shalal lalu beliau mene&tr'
105

'Aku kira kamu sama membaca di belakanginamnu?" Kata'Ubadah kita sama-


sama rnenjawab 'Ya, Rasa/l/ab saw, demi Allab, benar begitu. 'Maka Nabi saw
bersabda:'tanganlah kamu nengejakar demikian kecaali bacaan ummulpar'an (a/-
Fatihab)." (HR. Ahmad, ad-Daruquthny dan al-Baihaqi dari'Ubadah).
Hadits ini menegaskan bahwa ketika Imam membaca dengan
nyaing,maka makmum tidak membaca sesuatu di belakangimam, kecuali
surat al-Fatihah. Dengan demikian ketika imam membaca al- Fatihah atau
surat al-Qur'an dan setelah al-Fatihah makmum tidak diperkenankan
membaca apapun kecuali al-Fatihah. Namun kemudian muncul masalah
yaitu kapan membaca al-Fatihah bagi makmum itu, apakah pada saat imam
membaca al-Fatihah ataukah setelah imam selesai membaca al-Fatihah,
yakni pada saat imam membaca al-Qur'an? Bagaimana pula c r
membacanya, apakah secara jabr (nyain$, ataukah secara sirr (idak
bersuara) ? Persoalan ini telah terjawab dalam Hadits berikut ini:

Firt6A,3e36',36',;i:,ut6;,;i:;"
",t36C;5rC"lie,pft j.9.,35i.k3
e-5s--tgsir2.q9A',H;tt:xgt
Artinya: Dai Anas ra ia berkata: Rasululkh saw bersabda: 'Apakah
kamu dalan sbalatma membaca (dengan nlaixg) di belakanginammu,padabal irzam
ita membaca (dengan ryaing) ? Janganlab kamu mengeryakannla. Hendaklab
i
ka m a rz e m b a ca Fa ti h a tu / Ki ta b (a l-Fa ti h a b) p a da di ri n-y a (de ngan s u ara
t e t e o ra ng da
rendahlang baryta di dmgar serdiri) " GfF..Ibnu Hibban dari Anas) .
Hadits yang terakhir ini menyatakan, bahwa makmum hendaknya
membaca Fatihah di belakang imam dengan suara sirr, yakni dengan suara
rcndah/pelan yang hanya didengar sendiri. Dalam Hadits tersebut memang
tidak disebutkan secara tegas mengenai kapan makmum itu membaca al-
Fatihah. Namun melalui Hadits itu pula kita dapat memahami bahwa
waktunya untuk membaca al-Fatihah itu sebaiknya adalah pada saat imam
membaca surat al-Fatihah atau dicelah-celah imam membaca ay^t-ay^tdari
surat al-Fatihah itu. Sedang pada saat imam membaca surat al-eur'an
setelah al-Fatihah, makmum sepenuhnya memperhatikan bacaan imam.
1,06

Selanjutnya perlu juga ditegaskan bahwa berdasarkan Hadits-


Hadits yangdi kutip di atas, HPlmemberikan tuntunan sebagai berikut:
"Hendaklah kamu memperhatikan dengan tenang bacaan imam
apabila keras bacaannya (Jabr), maka janganlah kamu membaca sesuatu
selain surat al-Fatihah" (HPrI, hlrn. 1 17).
107

MASAI.AH SHALAT SUNAT

1. Dalil Tentang Aneka Ragam Cara Shalat Lail

Tanya: Di salah satu masjid di daerah kami ada imam shalat tarawih
delapan rakaat sekali salam. Menurut imam tersebvt, c ra shalat tarawih
seperti itu ada tuntunannya dalam tuntunan Tarjih Muhammadiyah.
Karena sampai sekarang ini kami tidak pernah menerima tunrunan seperti
itu, maka mohon penjelasan, apakah memang ada tuntunannyadan jlkaada
dalilnya tolong ditunjukkan kepada kami daiil-dalllnya dan darimana dalil
itu diambil. Jika masih adalags caralain, mohon juga dijelask an! (L[. Yusuf
AR, Pem atang S ian tar, S u m atera U toro).
Jawab: Dalam buku Himpunan Purusan Tallh (HPT) cetakan
ketiga halam zn 347 dikatakan:
"Hendaklah engkau membiasakan shalat malam sesudah shalat
Isya', hingga menjelang terbit faja4 baik di dalam maupun di luar bulan
Ramadhan. Engkau kerjakan sebelas takaat, dua rakaat-d.u^ r^k^at
empat rakaat-empat nk^at dengan membaca Fatihah dan surat al-Qur'an ^tau
pada tiap-tiap nkaat. Kemudian engkau akhiri tiga rakaat. Jika engkau
hendak mengerjakan shalat dengan caralarn, maka yang sebelas nkaatitu
boleh engkau kerjakan dua rakaat-dua rakaat atau empat rakaat-empat
nkaat seperti tersebut di atas, atau enam rakaat, atau delapan nkaatterus-
menerus danhanyz duduk dalam penghabisannya lalu salam, lalu engkau
kerjakan witir satu rakaatatauljgarakaat,atau lima nkaatatau tujuh nkaat
dengan duduk tasyahud awalpadatakaatke enam dan di akhiri pada rakaat
ke tujuh dengan duduk untuk salam, atau sembilan rakaat dengan duduk
tasyahud asral pada rakaat ke delapan dan di akhiri pada nkaatkesembilan
dengan duduk untuk salam".
Cara shalat lain y^ng ditunjukkan dalam HpT tersebut
sebagaimana kita lihat beraneka ragam. Bisa dikerjakan dua nkaat-dua
nkaat sebanyak empat kali (umlahnya menjadi delapan nkaat) kemudian
ditambah dengan witir tiga rakaat sehingga jumlahnya menjadi sebelas
rakaat. Kedua acara iri yang pada umumnya diamalkan dikalangan
Muhammadiyah.
carzlain dalam mengerjakan Shalat*l Lall adalah sebagai berikut
ini:
108

u;e;+A'!$ #,F, 361 3\i b"


-Pgtt:frYhb''3#t;g
"t"lt

,'\X:4J;ei;vaV"{8Wii&Y
(rrl'3J ,\t')
Artinya: Dai patadah ia berkata: (I\abi saw) shalat fu/apan rakaat,
beliau tidak duduk kuuali pada rakaatlang ke delapan. Beliau daduk sanbil d{kir
kepada Allah,aTTa wajalla, keuadian berdoa, lalu salam, nhinga kani dapat
,indrrgor rolann1a itu. Kemudian beliau shalat lagi dua rakaat sanbil duduk lalu
salam. Kemadian beliaa sbalat satu rakaat. Maka jadilah ia sebelas rakaat (HR.
Abu Dawud dari Qatadah).
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi saw menunaikan shalat Lail
delapan rakaat secara sekaligus dengan sekali salam pada rakaat yang ke
delapan. Dalam shalat yang delapan rakaat ini, Nabi savr tidak duduk
t^ry^h.rd kecuali pada r.akaat yang terakhir, yaitu pada rakaat yang ke
delapan yang kemudian di akhiri dengan salam. Setelah selesai yang delapan
rakiatitu lalu Nabi shalat lagi dua takaatsambil duduk. Setelah selesai yang
dua rakaat iru lalu Nabi shalat lagi satu rakaat. Dengan demikian iumlah
rakaat seluruhnya adalah sebelas rakaat-
Hadits ini diriwayatkan olehAbu Dawud dari Qatadahdalamsunan
Abi DawadJwzlI padz babf shalah al-lail, Hadits nomor 1343. An-Nasa'i
fugameriwayatkan Hadits ini dari Sa'ad bin Hisyam dalam Sunan an-Nasi'i
Juz III pada bab al-lail.

Vix1g"1^:1\1153' J6 # J,i, Pt ;i &


(:& i6 t';, ikL * *t i# Pt 3;J t(9,
109

*; tN; tliS +1i * s S +>6s t'\ 3;.


3ag{5#3rJr;W3."j4{5+fui
( t2\tiJ o), ) 'rFLfvu
Artinya: Dari Abdallab bin Abi pais, ia berkata: sEa bertanla kepada
'Aislah r.a: Berapa rakaat Rasulallab saw shalat witir (thalat lai/)? "Siti Aiyab
menjawab: 'Rasu/u//ab sha/at witir erzpat rakaat dan tiga rakaat atau enam rakaat
dan tiga rakaat ataa delapan rakaat dan tiga rakaat atau sepuluh rakaat dan tiga
rakaat. Rasulullab saw tidakpernab shalat witir kurang dai tujult rakaat dan tidak
dai tiga belas rakaat." (HF..Abu Dawud dari Abdullah bin Qais).
pernah lebih
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi saw shalat lail dengan cara
shalat empat :aka t lalu salam kemudian ditambah lagi tiga nkaat lalu
salam, sehingga jumlah rakaat keseluruhan ada tujuh nkaat. Atau shalat
enam rakaatkemudian ditambah lag1 nga rakaat lalu salam sehingga jumlah
nkaah keseluruhan adalah sembilan nkaat. Atau shalat delapan rakaatlalu
salam kemudian ditamb ahlagl nga rakaatlalu salam, sehingga juml ah rukaat
keseluruhan adalah sebelas nkaat. Atau shalat sepuluh nkaat lalu salam,
kemudian ditambah lagr tiga rakaat lalu salam, sehingga jumlah rakaat
keseluruhan adalah agabelas rakaat.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abdullah bin Abi
Qus dalam sananAbi DawudJuzrrbabf sbalab al-lail,Hadits nomor 1362.

i,'\tli:.i
'il$itjJ{,S\L,56t&.^tut{*rz#}1y
'*W413:*t'}
byJ,"1,:izit:t>tr,y6,FK6fit
p' ats, ) 6d4t Lr,F X&t o#)4';
(

Artinya: Dai 'Aislah ra. ia berkata: Rasulullab saw sbalat /ai/ tiga belas
rakaat, di antara tiga belas rakaat itu beliau sltalat witir lina rakaat dengan tidak
duduk dalam rakaat manapun ktcuali pada rakaatlang terakbir. (HR. Muslim
dari'Aisyah).
110

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi saw shalat lail sebanyak tiga
belas rakaat itu ada hmankaatyang dikerjakan sekaligus dengan hanya satu
kali duduk tasyahud yaitu pada rakaatyangke lima yang kemudian langsung
di akhiri dengan salam. Mengenai rakaatyanglainnya yaitu dengan delapan
nkzatlagi, dalam Hadits itu tidak dijelaskan apakah dilakukan duankaat-
dua rakaat atau empat rakaat-emPat rakzat atau delapan rakaat sekaligus
dengan sekali salam. Yang jelas dari Hadits ini bah'wa witir dilakukanhma
nkaatsekaligus dengan sekali salam tanpaadaduduk tasyahud kecuali pada
rakaat yang kelima (rakaat yang terakhir).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Siti'Aisyah
dalam Shabih MustinJtzlpada bab sbalat a/-lai/.Hadtts ini juga diriwayatkan
oleh Abu Dawud dari 'Aisyah dalam Sunan Abi DaaadJuz II pada bab f
shalah al-lail,Hadits nom orl338dengan redaksi yang sedikit berbeda.
Dalam riwayat Muslim berbunyi:

t^tdy'^-CJl*&.E\tg;-
Artinya: Di antaranla beliaauitir lima rakaat tidak dudak tayahud dalam
rakaat m an ap a n kecu a Ii pada rakaatlang tera kbin
Sedangkan d alatn nsrayat Abu Dawud lebih rinci lagi berbunyi:

I
e
\.-4I jlirt;prg,"*e#{,;S,wj
'E:il#i
Artinya: Di antaranla beliat shalat aitir lirza rakaat tidak dudak taslahad
dalam rakaat man@m dari lina rakaat itu nbinga ia dudak taslabudpada rakaat
1 ang tera kbir kmudian s alam.
Hadits yang maksudnya sama namun dengan redaksi yang berbeda
diriwayatkan oleh an-Nas a'idatiUmmu Salamah dalam Sunan an-Nasa'iJuz
III pada bab kotf alaitr bi-kbansin. Demikian pula Ibnu Maiah
meriwayatk^niya dari ummu Salamah dalam snnan Ibnu MajabJuz I pada
bab naja'af al-witr bi-tsalatsin wa khamsin aa sab'in wa tis'in'
Hadits yang berbunYi:

'& i$air&; bOra dA, U6'^k/'*


1,1.1,

,\L,$4fi^,WJ, i.i##*A
G*,sb )t),):,)
Artinya: Dai
Lintna J'a/anab ia berkata: Rasulullah saw sbalat witir
dengan t{ab rakaat dan lima rakaat tanpa
dipisahkan di antara rakaal-rakaat itu
dengan menbaca salam ataupun dengan perkataan lainnla. (HR. An-Nasa'i dan
Ibnu Majah dari Ummu Salamah)

,)**t)jJrfu 'Ftt':,5t,}ti'rk,!;'*
J;:r:{S.'&ef eJ,6L(,i6k#'a,
sg.ryws,ffie##.'p+K:"p
$616,\4t9ffi Ea'&,&;188;ir"ti
n iZ:t>VU
(4,..,ort,1
Artinl'a: Dari Abu Salanah ia berkata: sala bertanla kepada 'Aislab
'Aitlab menjawab: Ravlullab saw shalat tiga belas
tentang shalat Rasulullah saw,
rakaat. Beliau tba/at de/apan rakaat, kemudian sha/at witir satu rakaat, kemudian
sbalat lagi daa rakaat sambi/ dudak, apabila beliau hendak raku' beliau berdiri dan
ruka', kemudian be/iau sha/at lagi dua rakaat di antara adqaa dan iqarzab sbalat
S bubub. (HR. Muslim dari Abu Salamah).
Hadits ini menuniukkan bahwa Nabi saw shalat lail sebanyak
sebelas rakaat. Mula-mula beliau shalat delapan rakaat, lalu shalat satu
rakaat, kemudian shalat lagi duankaatsambil duduk. Mengenai carashalat
yang delapan rakaat yang disebutkan dalam Hadits itu tidak dijelaskan,
apakah dilakukan sekaligus dengan sekali salam arau empat nkaat-empat
nkaat atau dua rakaat-dua rakaat. Tetapi kalau melihat dari konteksnya
nampaknya dilakukan sekaligus dengan salam. Yang jelas dari Hadits itu
adalah bahwa shalatwitir boleh dilakukan hanya satu rakaat dan tidak harus
L1,2

dilakukan di akhir shalat lail. Yang penting disini bahwa iumlah keseluruhan
rakaat shalat lail itu adalah gasal.
Had-its ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Salamah
dalam Shahih Maslim Juz I pada bab sbalab a/-lai/ aa'adad rakaat an-Nablt
shallallah' alaih wa sallanf a/-lai/.

&i"f,U'6tg6,J5ti6l:ari;:r'aA;o6'
*i+q#36'rA"ots"r4+lfur
Vaf#9' 8V {5 i^A'i}7'ta' $ r
(,r', -1,\) o..($'& h# h(6 6(LJ
Artinya: Dari 'Aiyah ra. ia berkata: Maka setelah Ravlullab saa
bertambah berat badannla karena usia lanlut beliaa kerjakan thalat witir itu tryuh
rakaat, be/iau tidak duduk kecualipada rakaat_ltangke enam (untuk tayahud awal)
tlan pada rakaatltang ke tujuh (untuk tagtabud akbir) dan tidak vlam kecuali pada
rakaatlang ke tu1ab. Kemudian beliau shalat kgi dua rakaat sambil duduk. Maka
jadilah senbilan rakaat. (HR. AbuDawud dari'Aisyah).
Hadits ini menjelaskan bahwa tad<ala usia Nabi saw sudah laniut
beliau shalat lail sembilan nkaat. Mula-mula beliau shalat tuiuh takaat
sekaligus dengan sekali salam. Pada rakaat yang ke enam beliau duduk
tasyahud awal, kemudian berdiri untuk rakaat yang ke tujuh. Pada takaat
yang ketujuh itu beliau duduk tasyahud akhir dan lalu salam. Setelah selesai
kemudian beliau shalat lagi dua rakaat sambil duduk. Hadits ini iuga
menunjukkan bahwa shalat witir (yang iumlah rakaatnyz gasal) itu tidak
harus dilakukan pada akhir dari keseluruhan shalat lail, yang penting iumlah
keseluruhan rakaatshalat lail itu gasal.
Hadits ini didwayatkan Abu Dawud dari siti 'Aiyah dalam sanan
Abu DawudJuz II pada babf shalah al-lail. Hadits nomor 1342. Hadits ini
diriwayatkan pula oleh Imam an-Nasa'i dari Siti'Aisyah dalam 'lanan an-
Nasa,i Juz IIi pada bab kaif al-witr bisab'in, dengan redaksi yang sedikit
berbeda, yaitu sebagai berikut:
113

{l6:.,8;:1i4.;l,+c86^913,3!$Jkrg|
"^Q>*{fi 'pAtA(#'#{;ffi:f
r#v,y;r.-;r ob) AW 6tW"&
Artinya: Maka setelah beliau berusia lanjut dan lemab, beliau shalat witir
tulub rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaatlang ke enam kenudian bangkit dan
tidak sa/am, kemudian beliaa shalat lagr (unluk) rakaatlang ke tujub kemudian
salam. Kemudian beliaa shalat lagt daa rakaat sambil duduk. (HR. An-Nasa'i dari
'Aisyah).
Siti 'Aisyah mencetitakan tentang shalat lail Nabi saw ia
mengatakan:

366"fi*6,8*W'.Fj'.e,F
#"";{g#{;ffi&""?aszJ-s'
'#-";j36':i?sA(tt5"'1Y,1&'4At
6;&\7i5o{Sj"6z1p\.z,#e#.e
,1,Kjeji6,1;t$t:;W
Artinya: Beliau shalat sembilan rakaat tidak duduk kecuali pada rakaat
1ang ke delapan, beliaa berd{kir kepada A//ab, memujinla dan berdoa kepada-N1a,
kettadian beliau bangkit dan tidak salarz, kemudiar berdii shalat untuk rakaatlang
ke umbilan. Kemudian dudak beliau berd{kir kEada A//ah, memuji-\fua dan
berdoa kEada-Ny,a kendian salaru rchinga kami mendengar salam itu. Kenudian
setelah salam itu beliau sbalat lagi dua rakaat sambil duduk. Makajadilah shalat itu
sebelas rakaat. (HR. Muslim dari'Aisyah).
Hadits ini menjelaskan bahwa Nabi saw shalat sembtTan rakaat
114

sekaligus dengan sekali salam. Hanya saja pada nkaat yang ke delapan
sebelun memasuki rakaat yang ke sembilan Nabi saw duduk tedebih
dahulu sambil berdzikir kepada Allah, memu)i-Nya dan berdoa kepada-
Nva, setelah itu barulah berdiri lagi untuk rakaat yang kesembilan. Pada
rakaatyang ke sembilan ini sebelum salam Nabi saw duduk sambil berdzikir
kepada Allah, memuii-Nya, dan berdoa kepada-Nya,lalu di akhiri dengan
salam. Setelah salam lalu Nabi melakukan shalat lagi dua rakaat sambil
duduk. Dengan demikian jumlah keseluruhan menjadi sebelas rakaat.
Berdasarkan Hadits ini, shalat witir dapat dilakukan sebanyak sembilan
rakaat sekaligus dengan sekali salam, tetapi pada nkaat yang ke delapan
memakai duduk tasyahud awal. Shalat yang jumlah nkaatnyagasal itu juga
tidak harus dilakukan pada akhir shalat lail, tetapi bisa saja tidak di akhir,
seperti dijelaskan dalam Hadits ini, yang penting jumlah keseluruhan
nkaatnyaadalah gasal.
Hadits tersebut didwayatkan oleh Imam Muslm dari Siti'Aisyah
dalam Shabih Muslin Juz I pada bab ajan/ tbalat a/-lai/. Hadits ini iuga
diriwal'21[26 oleh Ibnu Majah dari Siti'Aisyah dalam Sanan Ibnu MEahJuzI
pada bab nala'af al-witr bi-tsalatin wal kbamsin wa sab'in wa tis'in. An-Nasa'i
iuga meriwayatkan Hadits ini dari Siti'Aisyah dalam Sanan an-Nasa'iJuzIII
pada bab kaf al-witrbi sab'in.
Hadits yang maksudnya sama namun dengan redaksi berbeda
dirirvayatkan oleh Abu Dawud dari Siti'Aisyah dalam SunanAbi DawadJuzl
pada hab sbalah a/-/ail. Hadits nomor L342yangberbunyi sebagai berikut:

iA:&^*6'8
V"^r6 5*6t,f t M,i/11t t W
( ->r\t; 6\2') '4;t'{lr;i'E\
Artinya: Beliau sbalat delapan rakaat, tidak duduk kecuali patla rakaal
yng ke delapan, ,Qemudian beliau berdii nelanjutkan shalat dengan satu rakaatlang
lain, beliau tidak duduk kecaali pada rakaat lang ke delapan dan ke sembilan.
115

Kemudian beliau shalat lagi dua rakaat sambil duduk. Makajadikb sbalat itu sebelat
rakaat." (HR. Abu Dawud dan'Aisyah).
Berdasarkan Hadits-Hadits di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa di samping car^-c ra yang biasa diamalkan oleh Muhammadiyah,
masih adalagp can-cara shalat lail yang lain, yaitu sebagai berikut:
1. Delapan nkaat ditambah dua rakaat ditambah satu rakaat
(8+2+7=17 rakaat).
2.Empatnkaatditambahagarakaat(4*3=Tnkaat)'
3. Enam rakaat ditambah agarakaat (6+3= 9 rakaat).
4. D elap an rakaat ditamb ah d'ga rakaat (8 + 3 = 1 1 nkaat) .
5. Delapan rakaatditambahkmarakaat (8+5=13 rakaat).
6. Delapan rakaat ditambah saru ditambah dua nkaat (8+1+2=77
rakaat).
7. Tujuh rakaat ditambah dua rakaat (7 +2= 9 nkaat).
8. Sembilan rakaat ditambah dua raka at (9-12= 77 rakzat).
Demikianlah mudahnya mengeriakan shalat lail itu sehingga tidak
begitu terikat oleh jumlah nkaatdantidak pula begitu terikat dengan hanya
satu atau dua cara, asal jumlah keseluruhan rakaatnya gasal. Meskipun
demikian, untuk menghindari adanya kesalah-pah ata:u kebingungan
^m^fl
atau bahkan keresahan di kalangan jamaah, maka hendaknya melakukan
shalat lail dengan c ra-c^r^yang bisa diamalkan oleh Muhammadiyah pada
umumnya, yaitu dua-dua-dua-dua-tiga, atau emPat-emPat tiga.

2. Shalat Iftitah Pada Shdat Mdam

Tanyaz Mohon penjelasan tentang "Iftitah Shalat ril7itir"


. Apakah itu betul-betul keputusan Mailis Tariih atau bukan? Kalau
memang betul kami mohon diberitahu Haditsnya yang dijadikan sebagai
dasar. Selanjutnya, kami mohon penjelasan apakah shdat iftitah itu harus
dilakukan secara berjamaah atau secara nunfarid (sendiri-sendiri), apakah
har us j ahr ataukah sir? (P e ngura s M u s b alIa Rangk ab 5 5, S u ra b ay).
Jawab: Sebelum menjawab langsung pertanyaan saudara, tedebih
dahulu pedu ditegaskan mengenai istilah "Shalat Witir" yang saudara
sebutkan dalam perta;nyaLar saudara di atas. Apakah saudara maksudkan
adalah Shalat l-^ai/ (shalat malam), sebab shalat lail sering di sebut iuga
dengan shalat Witir atau Shalat Tahaf jud, atau kalau dilakukan pada malam
bulan Ramadhan disebut juga dengan istilah ShalatTarawih, ataukah shalat
116

dengan jumlah rakaatganjil setelah selesai Shalat Tarawih. i(alau dipahami


dari penjelasan saudara dalam peftanyaan saudara tersebut, nampaknya
yang dimaksud oleh saudara adalah Shalat iftitah dua rakaat yang dilakukan
setelah Shalat Tarawih menjelang Shalat Witir. Kalau yang terakhir ini
dimaksudkan, maka sepanjang pengetahuan kami Majlis Tar11h belum
pernah memutuskannya. Yang telah diputuskan oleh MajLis Tarjih adalah
tentang shalat-shalat thatawwu' termasuk di dalamnya: Sbalat /ai/ dengan
berdasarkan pada Hadits-Hadits Nabi saw jang di dalamnjta meqtinggung juga
tentang sbalat iftitah ini. Menurut Hadix-Hadits tersebut. Shalat Iftitab ini
dilakukan sebelum shalat malam (sebelun Sltalat Tarawib). Untak lebib jelasnjta
akan karui kemukakan apa lang dituntunkan oleh Putusan Tajih sebagaiwana
termuat dalan buku Himpunan Putusan Tarlih ft{PT). Perlu diketahui bahwa
masalah shalat iftitah dalam shalat lail ini pernah dimuat dalam buku Tanya
Jawab AgamaJilid I halaman 1 06 dan 107 meskipun sangat singkat.
Dalam buku Himpunan Patusan Taryib cetakan ke-3 dijelaskan
bahwa dalam shalat-shalat Tathawwu' (Sunnat) yang berdasarkan tuntunan
dari Nabi saw yang berdasarkan Hadits-Hadits yang shahih ada sebelas
macam yaitu: (1) Shalat sesudah wudhu', (2) Shalat arrtara adzan dan
iqamah, (3) Shalat Tahilryat ftormat ketika masuk) masjid, (4) Shalat
Rawatib, (5) Shalat malam (Shalat lail), (6) Shalat Dzwha, (7) Shalat safar
(Shalat ketika akan bepergian dan pulang dari bepergian), (B) Shalat
Istikharah (mohon dipilihkan), (9) Shalat dua Hari Raya @itri dan Adha),
(10) Shalat Gerhana (gerhana matahan ataupun bulan), dan (11) Shalat
Istiqa' (mohon hujan). (ihat halaman3l.B).
Dalam uratan tersebut di atas tidak ada penjelasan mengenai Shalat
Iftitah. Mengenai Shalat Iftitah itu dipahami dari dalil-datl (Hadits-Hadits)
yang menerangkan tentang shalat lail sebagaimana tefcantum dalam buku
HPT. Untuk itu, sebelum langsung menguraikan Shalat Iftitah adabaiknya
menguraikan terlebih dahulu mengenai Shalat malam (Shalat Lail) tersebut.
Untuk lebih jelasnya kami nukilkan mengenai hal ini dari HPT (ihat
halaman 3 40- 3 5 0). D alam HPT itu dituntunkan sebagai berikut:
1) Hendaklah engkau membiasakan shalat malam sesudah shalat
Isya' hingga menjelang terbit faja4 baik di dalam maupun di luar bulan
Ramadhan. Tuntunanini didasarkan pada Hadits-Hadits Nabi saw:

'Jrbfi p\'*u,A4;ghg;eb3lr"J',
177

,,#Vq,OF6ltb'"Jt6u"16
Rasu lu llab saw bersabda: I%abai Abdalkb,j angan lab engkauj adi
Artinya:
nperti Falani pernab
ia seing sbalat malam ntapi lala tidak nelakukannla lagi."
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari 'Amr bin'Ash).

fig;FkS*l*,|FNJJj36G
'a-3Jijl6tfit6t.Glirt4t'tr#;L".J
<r&'rJUiiL;{"J,
Artinya: Rasalullab saw mengeqiakan shalat pada waktu antara selesai
Sbalat Iya'laitu orang menamakan al-'atamah sampai terbitfajar, sebe/as rakaat.
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari'Aisyah).
2) Engkau kerjakan sebelas rakaat, dua rakaat-dua takaat, atau
empat rakaat-emPat t"k^ t dengan membaca Fatihah dan surat dari al-
Qur'an pada tiap-tiap rakaat, kemudian engkau akhiri tiga rakaat dengan
membaca surat al-A'la sesudah al-Fatihah pada nkaat Pertama, surat al-
Kafirun pada rakaat kedua dan surat al-Ikhlas pada rakaat ketiga. Kemudian
setelah selesai bacalah sambil duduk Subbanal Malikil puddas (Adaha Suci
Tuhan Yang Merajai dan Yang Maha Suci) tiga kali, dengan suara yang
nyaring dan panjang pada bacaanmu yang ketiga. Kemudian engkau
teruskan membaca Babbil Malaaikai lVarrult (Iuhan Yang Menguasai
Malaikat dan Jibril). Tuntunan ini didasarkan pada Hadits y^ng
diriwayatkan oleh'Aisyah di atas dan Hadits-Hadits Nabi saq berikutini:

'fu|rrXe^nf,F*u$fi 'b41,561dy"&
W^3ttfub;t&*qSS,tW_;eki-
c;JWiW"vt'W- "&AJ$\tqJ
118

{;itzg$pi4"v3'g,rfs?f 6
(
l':/,dr).sr)
Artinya: Dai'Aiyab ra ia berkata: 'Pada bulan Ramadban maapun di
bulan lainnlaRasulullah saw, tidakpernah nengejakan lebih dari sebelas rakaat; ia
kerjakan empat rakaat, jangan engkaa tanlakan bagu dm lamarla: kemudian ia
kerjakan lagt enpat rakaat, jangan engkau tanlakan bagus dm lamanla. I-.alu ia
kerjakan sbalat tiga rakaat': (HR. al-Bukhari dari Muslim dari'Aisyah).

lu,#6{,i,1rt$Xth,,#pt3;i.JJt6
,irl.?.&&t'i*Jg,F;
( 4;,rldv+Q1a\t)
Artinya: Rasulal/ah saa bersalsda: "shalat malam itu dua rakaat, Jika
kejakan witir satu rakaat sqia.
engkau kbawatir nrkejar S bubub, bendaklah engkau
(HR. Jamaah dari Ibnu'Umar).
Si'j 'Aisyah n dari Rasulullah saw menjelaskan tentang shalat
malamnya Rasulullah saw sebagai berikut:
Jl,2.z
-
f,bt?5*K!;t
qPt;va it!uih'F;jt3:\3i7a
Lyifi"eir*y'O) ,3(2,\-,arg
IIPUZY:u,Yvu,ry. 7 -
'/d, /ta

Artinya: Maka be/iau sbalat delapan rakaat Dalam rakaat-rakaat itu ia


merzbaca Ummal Kitab (al-Fatihab) dan surat dai al-pur'an (HR. Abu Dawud
dari'Aisyah).

A.-rA ,"f,tt'{"k5*
t;l,cV"',
)c) 'b"raft7at3:i:,/,tL
i&"oJut"Ji^tJfr'b
g )sz'/

'G^U,SJUlg:iWi!t39tqet
{y v.9v o1 56,;3Ai#
)! ,z)"t z ,72 ,
ture J6 MSS
1,19

,ry'JSlags'q'-!fis:uii#,a
( N,\)tar)trtrrl o;")
Artinya: Rarililkb nw, pada sbakt witir membaca "s abbibisna Rabbi kal
A'la" (pada rakaatpertama). pulYaa.lytubal Kafnn" (pada rakaat kcdua), dan
' pul Huwalkbu Abad" (pada rakaat ketiga). I-.alujika ia tehb membaca ralam, lala
i a m e m b a ca "S s b lt ar al Ma li ki / pa ddu s " (fu1 a b a S a ci Tr hm Ya ng M eraj ai dan Ya ng
Maba Saci) tiga kali dergan memanlangkan dat mengeraskan suaranlapadajtang
ketiga kaliryta. Dan merguc@kax 'Rabbil Malaikati lYaruh" (fahan Yang
Mmguasai Malaikat danJibri/). (HR. AbuDawud, Nasa'i dan adDaruquthniy
dari Umarbin Ka'ab):
Kerjakanlah sebelum itu (sebelum Shalat Malam sebelas rakaat itu),
dua rakaat singkat-singkat. Pada rakaat pertama sesudah takbiratul ihram
engkau membaca Subbanal D{l Mulki IVal Malakati IYal'Igati IValJabarut
IVal 'Adhamab (Maha Suci Tuhan Yang Memiliki alam semesta, Yang Maha
Besar dan Yang Maha Ago.g), lalu Fatihah, dan pada nkaatkedua engkau
baca Fatihah saja. Tuntunan ini didasarkan pada Hadits-Hadits Nabi saw
sebagai berikut:

Gt'Ait{vVFJ*'ntltixt3r*16,
. Jg?q{}&.frtv'd1#;}r
Artinya: Rasilillalt saa bersabda: 'Jika nseorangdiantara kamu Sbalat di
waktu malam, maka hendaklab ia mengawali (nenbuka nendabulni) sbalatn1a ita
dengan sbalat daa rakaat singkat-singkat". (I{R. Muslim dari Abu Hurairah).

Artinya: Rasulullab saw apabila telab bangun di aaktu malam untuk


sbalal, (shalat nalan) maka ia memulai shalat ita dengan sbalat dua rakaatpendek-
pen de k. (HR. Muslim dari Aisyah).

6'q4'& *4fu. e) Jt{*K4 &


120

t.t /t. 4
,',r\),hr-h?,'1
Y,. t/ Y
'^4.^ "[:Ft'aZ""itt

(, ),i,v ) ift,j )Vt$'# uVY|F'bt


Artinya: Dai Ibna 'Abbas ra ia berkata (dakn kisabrya ketika ia
berwalam di runab Mairuanab rQ : 'I'{abi saa seklu shakt dza rakaat pendlk-
pendek, nembaca Ummul Kitab (al-Fatibab) dalan tiap rakaatnla kemtdian
membaca salam, klu sbalat sebelas rakaat dengan witirtga kemudian tidur". (HP..
Abu Dawud dari Ibnu'Abbas).

i,Uit>{bfl$, J6 #( EtL$,r fi 5;.


s^/z s /
'*1:)-E
-a/
't#t,'j,tr*"h"V
1);1&WSi$,|i;"tlKr
6"tsJ#5
qTSfi"5r:'\15
*2J4J6,j;6>,io# jjr"f ,
Artinya: Dai Zaid bin Khalid al-Jubant1, ia berkata: 'Benar-benar aku
bendak mengamati shalat Rasulullah saw malam ini, /a/u aka melihat dia sbalat
rakaat singkat singkat, kemadian dua rakaat panjang, kenudian ia shalat dua
rakaatlangkurangpanjangdailangnbelarnn1a, lalu :halat dua rakaatlangkarang
lagipanjangrya dailangsebelumnla. Kenudian ia shalat lagi dua rakaatjtangkurang
lagi panjangrya dailang sebelurnnla, lalu sbalat lagi dua rakaatlang kurang lagi
1,21

panJaftgnJd dariyang sebelunryta kemadian ia sltalat uitir. Makajadilab selarubnya


Muslim danZadbinKhalid).
tiga belas rakaat. (HR.
Dari empat Hadits yang dikutip terakhir di atas itu dapat dipahami
bahwa Rasulullah saw sebelum menunaikan shalat malam sebelas rakaat,
terlebih dahulu beliau menunaikan shalat dua takaat pendek-pendek yang
mendahului shalat malam inilah yang kemudian di kenal dengan Shalat
Iftitah.
Persoalan berikutnya adalah apakah Shalat Iftitah itu harus
dilakukan secara berjamaah ataw secara munfarid? Untuk menjawab
persoalan ini hendaknyalah memperhatikan Hadits-Hadits Nabi saw, yang
telah dikutip di atas. Hadits-Hadits Nabi tersebut menunjukkan bahvza
Shalat Iftitah dilakukan secara munfarid (sendiri-sendiri) namun demikian
tidakiah berarti bah'uza Shalat Iftitah itu harus dilakukan secara munfarid,
sebab ada Hadits-Hadits lain yang memberikan petunjuk bahvza Shalat
Iftitah itu dilakukan secara belamaah. Hadits-Hadits tersebut adalah
sebagai berikut:

6 J4 ffi (i#,';,6"as'^i,tt ($ uyu!! q.t $,


KrA::,f-fu
/
{t;drJ;it3fi ii
&i';3-F5*4,'&frt33::Jvj,$Ay
'p&"p$;;i;4ii.!V1*fu ,rLJF

1$r#& l /att

Artinya: Dari Ibna'Abbas ra ia berkata: 'Aku berdii dan nelakukan


sepertilangdilakukan olebRasulullah saw, kerzudian akapergi (nengba@iiNabi
saw) dan berdiri disanping Rnsulallah saw tetapi beliau lalu meletakkan tangan
kanannlapada kepala salta dan dipegangrya telinga kanan sala dan dililitrya, /a/u ia
122

sbalat dua rakaat, funudian daa rakaat lagi: kemudian daa rakaat lagi, kemadian
dua rakaat lagi, kerzudian dua rakaat kgi klu sbalat aitir. Keruudian ia tiduran
men-ltampingsebinga datangBilal neryerukan adqan, maka bangunlab ia dan Sbalat
dua rakaat singkat-siftgkat, kmudian pergi Sbalat Sbubub". (HR. Muslim dari
Ibnu'Abbas).

'g*';feg /:' 51, JG ir):di 6:.1 f-i;"


,i6,G,# & #'4G * ;uJftp {B ss
',1Ei,5,UJQ;J
Artinya: Dari Khudqafah b;n al-Yaman ia mengatakan: 'Aku pernalt
mendatangiNabi sawpada suatu rzalam.Ia mengarubil uudhn ktnudian Sbakt, lalu
aku hanpii di sebelab kiinla, klu aku
dinnpatkan di sebelab kanannla. Ia
ntembaca "Subhana D{l Mulki Makkuti IVal l7gati IVal Jabaruti IVal
IVal
KibilaiVal'Adbanab.(HR.ath-ThabanniydariKhudzarf ah).
Kedua Hadits terakhir ini mengisyzratkan bahwa shalat malam
termasuk shalat Iftitah itu boleh dilakukan secara berjamaah dan boleh
dilakukan sec r^ sendiri-sendiri.
Apakah Shalat Iftitah itu harus dilakukan dengan suara nyaring
[ahr) ataukah harus dengan tidak bersuan (Sin)? Mengenai hal ini tidak
dijumpai keterangan baik dari al-Qur'an ataupun al-Hadits yang langsung
menyatakan apakah iahr atzw sirr, namun kalau melihat Hadits yang
ditakhrijkan oleh at-Thzbararuy dari Khudzaifah bin al-Yaman yang
menyatakan bahwa Khudzaifah makmum kepada Nabi saw dan dapat
menangkap / mendengar dengan jelas bacaan Nabi saw ketika membaca
Subbana D{l Mulki IVal Makkati lYal Iqryti lYal Kibiltai IVal'Adbamab,
menjadi indikasi bahwa shalat Nabi saw itu dilakukan secara jahr. Dalam
pada itu, berdasarkan ri'wayat al-Bukhari dan Muslim dalam l<ttab afal an-
N abi, shalatmalam Nabi saw kadang-kadang dilakukan secara sirr juga.
Dari uraian terakhir ini jelaslah bahwa Shalat Iftitah itu boleh
dilakukan se caniahr danboleh juga secara sirr.
123

Untuk sekedar memudahkan ingatan, maka dari uraian yang


panjang tetsebut di atas dapat diambil butir-butir penting berkaitan dengan
Shdat Iftitah, yaitu:
1. Shalat Iftitah pada Shdat Malam itu masyru' atau dituntunkan
olehRasulullah saw.
2. Shdat Iftitah dilakukan sebelum Shalat Malam atau dengan
katalain mengawali shalat malam.
3. Shdat Iftitah dapat dilakukan secara berjamazh dan dapat pula
dilakukan secara sendiri-sendiri.
4. Shalat Iftitah yang dilakukan secara berjamaah dapat dilakukan
secara jahr (suara nyaring) dan dapat pula dilakukan secara sirr (tidak
bersuara).'

3. Doa Sebelum Shalat Iftitah

Tanya: Ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh zth-Thabannty


dari Khudzaifah bin a|-Yaman yang menurut pendapat seseorang Hadits
tersebut mengatakan bahwa sebelum shalat iftitah dianjurkan untuk
membaca doa "Subbana d{/-na/k wal malakut wal-'i77ah wal-jabarut wal-
kibilai wal-adqamati". Apakah yang demikian itu benar? Mohon penjelasan.
(P e r a n1a ti rga I di Kla te n).
Jawab: Hadits yang saudara maksud barangkali Hadits yang
berbunyi:

're;{t; '"&,A,'.;{1,JGup"'r,i,Ar-}"
ev6.g*#!,$\t,14;vt:rjsi$su
'ffi'; 99n5 -N,i3q, JG *:;'
r)rft\ot,1 5,t(,j4)a
Artinya: Dai Kltudryifub bin al-Yaman ia berkata: Pada smtu malam
salta datang kepada Nabi saw. Beliaa mergambil aadhu lala sbalat, kmudian sala
124

berdiri rnenghanpiirya dan berdiri di sebelab kiirya, lala sala dinrupatkanrya di


sebelah kanannla. L.alu beliau membaca: "Subhana d{lmulk wal-malakut wa/-
i77ah waljabarut nal-kibrilai wal-'adqanah". (HR. Ath-Thabaranty dari
Khudzaifah).
Mungkin ada orangyang mempunyai kesan bahwa Hadits tersebut
menganjurkan membaca doa "Subbana d{/-mu/k wal-i77ab wal-jabarut wa/-
kibilai wal-'adqrnah" sebelum menunaikan shalat Iftitah. Dengan kata lain,
bahwa Hadits itu dipahami setelah Nabi saw benr,'udhu lalu berdiri untuk
menunaikan shalat iftitah. Sebelum menunaikan shalat iftitah itu lalu
datangiah l{hudzaifah menghampiri Nabi saw dan berdiri di sebelah
kirinl'a. Ivlelihat Khudzaifah berdiri di sebelah kiriny2 itu lalu beliau
memindahkan (menyrrruh pindah kepada) FTudzaifah agar berdiri di
sebelah kanannya. Setelah Hudzilfahberdiri di sebelah kanannyalalu Nabi
saw berdoa dengan doa di atas. Setelah selesai barulah Nabi saw, shalat
iftitah. Dari kesan ini lalu disimpulkan bahwa sebelum shalat iftitah Nabi
savz berdoa dengan doa itu. Kesimpulan demikian tidak seialan dengan
kesimpulan yang diambil oleh Muktamar Putusan Tarilh di Wiradesa,
sebagaimana dapat dilihat dalam buku Himpunan Putusan Tarjlh (HPT)
cetakan ke-3 halaman 343. Berdasarkan Hadits tersebut Muktamar
menyimpulkan bahwa doa itu adalah doa iftitah. Dalam buku HPT itu
dikatakan: "Pada nkaat Pertama sesudah takbiratul ihram, engkau
membaca Subhana dzil mulki wal malakut walJizzald wal-iabarut wal-
kibriya-I wal-adzamab.. . ., lalu faihah" .
Hadits itu dipahami bahwa setelah Nabi saw berwudhu lalu berdiri
memulai menunaikan shalat iftitah dengan takbiratul ihram, lalu Hadzaifah
datang menghampirinya dan berdiri di sebelah kirinya. Kemudian Nabi saw,
(sambil shalat) menarik Hudzaifah ke sebelah kanannya, lalu beliau
membaca doa tersebut. Berdasarkan pemahamany^ng demikian ini maka
doa tersebut bukanlah doa yang dianiurkan untuk diucapkan sebelum
memulai shalat Iftitah, tetapi justru doa itu adalah doa iftitah pada shalat
iftitah. Sampai sekarang ini kami masih memahami bahwa itu adalah doa
iftitah dalam shalat iftitah.
Wallahua'lam.

4. Cara Melakukan Shalat Dzuha

Tanya: Bagarmana cara melakukan shalat Dzuha? Mohon


125

penielasan dengan dalil-dalilnya. (Sa'ad Ali,fl. Otto Iskandardinata, No. 82


M a ngl i, J e n b e r, Jawa T im u r).
Jawab: Melakukan shalat Dzuha termasuk yang pernah dilakukan
Nabi sehingga kita mendapat tuntunan untuk itu. Adapun cat^ny^i
a. lfaktu pelaksanaannya, ketika matahari telah meninggi di waktu
pagr, maksudnya bukan pada waktu matahari baru tetbit, tetapi sudah
meninggi di atas ufuqTimur.
Dalil yang menunjukkan pelaksanaan shalat Dzuha di waktu pagi di
kala matahari telah meninggi idah, Hadits riwayat Muslim dari Ummu
Hanik.

*.^t,F 3fr 6tJ qv Jn ;Ft :;


pt 'bi

/( ("
$/j1',-3,*e"i;XA L1'g,)'6k3 r.o,l J

;o)o)(4r!s&t6?.ffi6
Artinya: Dari Ummu Hanik puti Abu Tbalih ia mengabarkan bahwa
Rasulullah saw pada pembukaan kota Makkab datang, sesudah matabai meningi
dan di bawakan kepadanjta sebelai kain untuk di baat tabir bagirya' lalu beliaa nandi
kenadian shalat delapan rakaat. $1P.. Muslim).
b. Caru melaksanakan shalat D zuha sebagaimana shalat s unat vang
lain, sebanyak dua rakaat, atau empat takaat, delapan takaat, dengan
melakukan salam tiap dua rakaat.
1. Dal,il boleh melakukan shalat Dzuha dua nkaat ialah Hadits
riwayat Muslim dari Abu Hurairah.

,6cfuF:,*a$&ogJJ6'{#;;t:&
5're|t t(j#16;;,f9u'9t* >8
(Pl'r)'ej
126

Artinya: Dai Abu Harairab, ia berkata, telah nenbei wasiat kepadaku


(nakudnla nasihat) Rasilulkb saw tigaperkara,paasa tiap tiga hai tiap bulan, dua
rakaat dryha dan tiga agar aka kerjakan sbalat witir sebelun aku tidur. (HP..
Muslim).
2.D^hL kebolehan shdat Dzuha dengan empat nkaatialah Hadits
riwayat Muslim dari Mu' adzah.

'4;:,ttge$g"n'";iz1VgU61'bit:15t
'€3JJ6pt'rf C,#';lSp,;$'tF*t
oD,)
"6\KJfiqq
Artinya: Dai Ma'adqah, ia berkata kepada Ais1ah ra: 'Berapa rakaal
Rasulullab saw rzengejakan shakt dryba? 'Berkata Aiyab: 'Empat rakaat dan
ada ka la n1 a m e n am b a b m e n u ru t1 a ng (HR. Muslim) .
b e li a a ke h e n da ki. "
3. Dalil yang menunjukkan bahwa shalat Dzuha delapan nkaat dan
setiap dua rakaat salam ialah riwayat Abu Dawud dari Ummu Hanik.

j *,;Vl'* 3j::r16,;V J
"*'';r(T e:rt

{#*ctL6i.Afg-'epi7;*
(r.rtrrrl o;-)

Artinya: Dai Umuu Hanik binti Abi Tbalib ia menerangkan babaa


Raralalkh saw meklukan di aaktu pembukaan kota Makkah delapan rakaat,
dzngan nelakakansakm setiap duarakaat. (HR. AbuDawud).
127

MASAI.AH RU'YAT

1. RukyatYangMuktabar

Tany*, PP Muhammadiyah menetapkan bahwa hairayaldul Fitri


1 Syawwal 1473 H jatuh pada hari Kamis bertepatan dengan tanggal25
Maret 1993. Sementaniupadahari Selasa tanggal23 Maret 7993 adaorang
yang melihat bulan ftilal) katakanlah Dewan Da'wah Indonesia (DDD di
Jakarta dan Nahdlatul'Ulama diJawa Timur sehingga mereka menetapkan
tanggal 1 Syawwal 7473H,jatuh pada hari Rabu bertepatan dengan tanggal
24 Marct 1993. Dengan demikian terjadilah Hari Rya Idul Fitri dua hari
yaitu Rabu dan Kamis. Dalam buku Hinpunan Putusan Tarjib dijelaskan
bahwa apabia ahli hisab menetapkan bahwa bulan belum tampak (tanggal)
atau sudah wujud tetapi tidak kelihatan padahal kenyataannya ada orang
yang melihat pada malam itu juga; manakah yang mu'tabar Majlis Ta\rh
memutuskan bahwa ru'yahlah yang mu'tabar.
Meskipun putusan Tarjlh menyatakan demikian, namun
kenyataannya PP Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawwal 1413 H
tersebut hari Kamis tanggal 25 Marct 1993 bukan hari Rabu tanggaI24
Maret 1993. Pertimbangan ap^ yang dipakai oleh PP Muhammadiyah
sehingga hal itu (adtnya ru'yah itu) tidak dijadikan dasar keputusan untuk
menetapkan tanggal 1 Syawwal 1413 H sebagaimana Dewan Da'wah
Indonesia yang memutuskannya berdasarkan pada ru'yah tersebut? (fuIufui
Mohas, SH.,I. E mpatKT. 18 A/RIY.05 Singadaru Indab, Serang).
Jawab: Dalam buku Hinpunan Putuvn Tarfib dtjelaskan mengenai
cara berpuasa atau cara menentukan permulaan puasa. Dalam buku
tersebut dikatakan: "Bila menyaksikan datangnyabulan Ramadhan dengan
melihat bulan at^B persaksian or"ng yang 'adil atau dengan
menyempurnakan bulan Sya'ban tiga puluh ha:'i apabtTa berawan atau
dengan hisab, maka puasalah . . ." (HPT. h/n. I 70). Di tempat lain dikatakan:
"Berpuasa dan Ied Fitri itu dengan ru'yah dan tidak berhalangan dengan
hisab... Apabila Ahli Hisab menetapkan bahwa bulan belum tampak
(tanggal) atau sudah wujud tetapi tidak kelihatan,padahalkenyataannya ada
orangy^rrg melihat pada malam itu juga, manakah yang mu'tabar? Majlis
Tar ih memutu s kan b ahw a ru' y ahlah yang mu' tab ar".
j

Putusan Majlis Tallh tersebut didasarkan pada dalil-dalil baik ctan


128

ayat al-Qur'an maupun al-Hadits, di antarany a adalah sebagai berikut:


1. Fir man Allah dalam surat Yunu s ay 5 y angberbunyi:
^t

:J:?6355flpisz*#rgci6
Artinya: D i ala h y ng m e nj a di kan m a ta b ai b ers i n ar dan b u Ian b e rca b a1 a

dan ditetapkanl'J1a nanqilab-manqilah (tenpat-nmpat) bagi perialanan bulan itu,


sapala kamu nengetahui bilangan tabun danperbitilngan (waka)
2. Hadits Nabi savr. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslirn dari Abu Hurairah yang berbunyi:

'&&tgwr;'.ffi 6l:u&srfi{6,
tAV|tiSL;
(
y" at*,, o\r,)
Artinya: Berpuasalah kamu karena melihat tangaldan berbakalah karena
melibatnla apabila karnu terbalangpenglihatanu oleb awam, maka semparnakanlah
bilangan balan S1a'ban 30 bai...
Nabi saw yang diriwayatkan oleh
3. Hadits ashhabus Sunan daitlbnu
'Abbas yang berbunyi:

J lti;,tv aht'a^,
JftLI, 36,f;s' J6 t ai6ri1A'#t' 3t6
S€6#S.r,6r;r.it
Artinya: Datanglah seorangBadwi kepadaNabi saw, ia berkata: "Sanguh
sala telab nelihat hilal". l-ah Nabi saw bersabda: 'Adakalt kamu bersaksi babwa
tiada Tuban selain Allah. Ia menjawab: 'Ya". Nabi saa bersabda lagi: 'Adakah
kanu bersaksi babwa Muhanmad adalab atusan Allab?". Ia mefrawab: 'Ya"'
Kenudian I,labi saw bersabda: 'XV'ahai Bilal beitahukanlah kEada orang-rrangagar
129

hai".
supala ruereka berpaasa esok
4. Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan ad-
Daruquthni dari Ibnu'Umar yang berbunyi:

#?;hr';6grt jj:"6-fu>q\J6,,sj
eq3r9L;6:it1irk"
\,tV,\rto\t6oV)
Artinya: Orang-orangsama ruelibat hilal, lalu sala membeitabakan ktpada
Rasalullah saw bahwasanla sala telab nelihat bikl. Maka berpuasalab beliau
(B,aru lu //a h s aw) da n n eryt uru b orang- o rang supEta berpuasa.
5. Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu
'Umar yang berbunyi:

W6'W&tts^.3JU;*ts*i;V/e
( y'a s a;, d, o\-t, \'&j6 t\i1t'taiz
Artinya: Bila kamu nelibat tangal (bila/) naka berpaasalah dan bila
kanu nelibatnla naka berbukalah (berlebaranlab). Jikapnglibatanmu tertutap oleh
awan maka kira-kirakanlah bulan itu.
Demikianlah di antara dalil-datil yang dijadikan dasar keputusan
MajLis Tzrjlh di atas. Selanjutnya yang menjadi persoalan adalah mengapa
PP Muhammadiyah tidak menetapkan tanggal l Syawwal 1413 H tidak
berdasarkan pada ru'yah padahal pada saat menjelang tanggal tersebur ada
olzngyang berhasil ru'yah, dan dalam Putusan Majelis Talih dinyatakan
bahwa yang mu'tabar adalah ru'yah.
Mengenai persoalan tersebut, perlu kami jelaskan terlebih dahulu
bahwa dalam menentukan awal bulan qamariyah khususnya awai bulan
Ramadhan dan bulan Syawwal Majelis Tarjih menggunakan kriteria ltina'
qablal gharub plas posisi bulan di atat ufuk. futtnya, apabila pada saat matahan
terbenam setelah terjadi ijtima' bulan sudah wujud di atas ufuk, atau posisi
bulan berada di atas ufuk, dengan tidak memperhatikan apakah posisi bulan
130

di atas ufuk itu mungkin dilihat atau tidak mungkin dilihat (imkanur tukyat),
maka malam harinya dimulai bulan baru. Sebaliknya, apabtla pada saat
terbenarn bnt^hatisetelah terjadi ijtima'itu bulan belum wuiud, atau posisi
bulan berada di bawah ufukmakamalamhainyabelum dimulai bulan baru.
Persoalan sebagaimana Penanya kemukakan di atas, sebenarnya
tidak perlu terjadt apabila kita memperhatikan dengan cefmat dan seksama
terhadap petny^taan yang termuat dalam bu!tt Hinpanan Patusar Taiih
tersebut. Untuk lebih jelasnya kami kutipkan kembali Petnyataan tersebut.
'ApabilaAhli Hisab menetapkan bahaa bulan belun tarzpak (t*gol) atau sudab
wtlad tetapi tidak kelihatan padabal kenlataannla ada orangltang nelibat pada
malam ita jaga: manakah lang mu'tabar? Majelis Taryih nenutuskan babwa
ralahlablangm/t'tabar". Pernyataan ini menegaskan bahwa apabila ahli hisab
menetapkan bahwa bulan sudah wuiud di atas ufuk dengan ketinggian
tertentu, tetapi menurut hisab wujud bulan di atas ufuk dengan ketinggian
tertentu itu tidak mungkin dapat dilihat (tidak mungkin ru'yah), namun
kemudian kenyataannya ada orang yang dapat melihat bulan (berhasil
ru'yah) pada malam itu juga, maka ru'yah yang demikian itulah yang
mu'tabar. Sebaliknya, apabila ahli hisab menetapkan bahwa bulan belum
wujud, atau positif berada di bawah ufuk, lalu ada onngyang mengatakan
dapat melihat bulan (berhasil ru'yah), maka ru'yah itu bukanlah tu'yahyang
mu'tabar. Jadi jelaslah bahwa ru'yah yang dianggap mu'tabar itu adalah bila
bulan menufut pefhitungan hisab telah wujud, yakni positif di atas ufuk,
dengan tidak ditentukan berapa deraiat positifnya itu.
Menutut perhitungan (risab) yang dilakukan oleh Mailis Tarjih,
pada saat terbenam Matahari tanggal 23 Maret 1'993, yakn menielang
tanggal l Syawwal 1.473H.,bulan belum wuiud, atau belum positif di atas
ufuk. Oleh karena itu, betapapun ada ofang yang menyatakan berhasil
ru'yah (dapat melihat bulan), maka ru'yahnya itu dianggap tidak mu'tabat

2. Penentuan Awal Bulan QamariYah

Tanya: Pada Kalender Muhammadiyah tahun 1'413 H tertr:lis:


ijtima' akhir bulan Jumadilaww^l1413 H - 24 Nopember 7992 iam 1,6.71.,
sehingga l Jumadilakhir 741,3 H - 25 Nopember 1992. Sedangkan Ijtima;
akhir bulan Ramadhan 141,3 H - 23 Marct 1,993 iam 74.1.3, akan tetapi 1
Syawwal 1 413 Hi atuh pada ta nggal 25 Maret 199 3.
Demikian pula pada Kalender Muhammadiyahl'993 tertulis Iitima'
131,

akhir bulanJumadilakhir 1414H - 13 Desember 1993 jam1,6.25, sehingga


tanggal 1 Raf ab 1,41,4H jatuh pada tanggal 14 Desember 1993. Sedangkan
ij tima' akhir bulan Ramadhan 1 41 3 H - 23 Maret 1,99 3 jam L 4.1. 3,akan tetapi
1 Syawwal 1,41,3 H jatuh pada tanggil 25 Marct 1993. Persoalannya adalah,
kenapa tanggal 1 Syawwal 1413 H (Idul Fitri) jatuh pada tanggal25 Maret
1 993 tidak pada tanggal 24 Marer 1 993, sebab ii tima' ter j adi pada jam 1 4.1, 3

\X,{IB (auh sebelum terbenam Matahari). Sedangkan yang ijtima'nyaterjadi


pada jam 1.6.1,1. dan jam 16.25 (sebelum terbenam Matahari) saja, pada pagi
harinya atau keesokanharinya sudah berganti tanggal (sudah mulai masuk
bulan baru). Demikian persoalan yang kami ajukan. Mohon penjelasan.
(IuI asru r An h ar, J /. P i s angan L.a ru a IlI. ) 0, Kf . 0 0 8 / 0 / 1
J a ka rta).
Jawab: Apa yang saudara penanyz- temukan dalam Kalender
Muhammadiyah sebagaimana disebutkan di atas itu memang demikian
adanya. Sebelum kami memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
persoalan yang dikemukakan oleh saudara penanya lebih dahulu kami ingin
memberikan tambahan data untuk mempertegas persoalan yang saudara
penanya kemukakan. Data tambahan yang akan diberikan di sini add,ah
terutama data mengenai saat terbenam Matahari untuk lokasiJakart^yang
lintangnya 0,-06o 10o dan bujurnya 0 106'49' BT. Data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. . T anggal 23 Maret 19 93 (men j elang awal Syawwal 1, 41, 3 H) :

a. Terbenam Matahairjam 18.05 !7IB.


b. Ijtima'akhir bulan Ramadhan terjadi pada jam 14.13 WIB
c. Selisih waktu antata ijtima'dengan terbenam Mataha:.l' sebanyak
03 jam 52 menit.
d. Tanggal 1 Syawwal L473 H jatuh pada/bertepatan dengan
tanggal2lMaretl.993.
2. T anggal 24 N opemb er 199 3 (menj elang awal bulan J umadilakhir
141.3H):
a. Terbenam Matahai jam 1 7. 56 rJnB.
b. I j tima' akhir bulan Jumadilawwal terjadt p ada jam 7 6.7 1 $7IB.
c. Selisih waktu ijtima' dengan terbenam Matahari sebanyak
^ntata
01 jam 45 menit.
d. Tanggal Jumadilakhir 141,3 H jatuh pada/bertepatan dengan
1
tanggal 25 Nopember 1 992.
3. T anggal 1 3 Desembe r 199 3 (menj elang awal Raj ab 41 4 H) : 1.

a. Terbenam Matahari iam 18.05 WIB.


132

b. Ijtima' akhit bulanJumadilakhit terjadi pada iam 16.25 WIB.


c. Selisih waktu ijtima'dengan terbenam Matahan sebanyak 01 jam
40 menit.
d. Tanggal l Rajab 141,4H jatuhpada/bertepatan dengan tanggal
14Desember1993.
Dari data tersebut tedihat bahwa ketika saat iitimarmenielang awal
bulan terjadi sebelum terbenam Matahari. Kemudian tenggangwaktu yang
terlama ant^r^ saat terjadinyaijnma' dengan saat terbenam Matahari adalah
tanggal 23 Marct 1993 yakn menjelang tanggal 1 Syawwal 1413 H. Akan
tetapi ternyata pergantian bulannya bukan keesokan hannya seperti dua
bulan yang lainnya, melainkan justru lusanya. Menurut saudara Penanya,
semestinya pergantian bulannya itu adalah keesokan harinya, sebab
ijtima'nya terjadi jauh sebelum terbenam Matahari; sedangkan yang
ijtima'nya terjadi sudah dekat dengan terbenam Matahan saja, pergantian
bulannya terjadi pada keesokan harinya, maka lebihlebih lagi yang
ijtima'nya terjadi jauh sebelum terbenam Matahai.
Perlu diketahui bahwa para ulama dan para ahli falak berbeda
pendapat dalam memberikan kriteria untuk menetapkan awal bulan
gamanyah khususnya avzal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawwal. Ada
ulama yang menetapkan bahwa awal bulan mulai pada saat terbenam
Matahari setelah terjadi iitima'. Dengan kata lain, apabia ijtima' teriadi
sebelum terbenam Matahari maka tanggal satu bulan baru masuk pada saat
terbenam Matahari pada hari itu. Sebaliknya apabtJa iitima' teriadi setelah
terbenam Matahari maka tanggal satu bulan baru ditetapkan pada saat
terbenam Matahari pada hari berikutnya. Kalau pendapat ini diikuti, maka
berdasarkan data sebagaimana disajikan di atas itu dapadah ditetapkan
bahwa tanggal 1 Syawwal 141.3 Hjatuh pada tanggal 24Marct 1993, sebab
ijtima' terjadi pada tanggal23 Maret 1993 sebelum terbenam matahair:'
tanggal 1 Jumadilakhi r 47 3 H j atuh pad a tanggal 25 N opember 1 9 92 s ebab
1.

ijtima' terjadi pada tanggal 24 Nopember 1992 sebelum terbenam


Matahari, dan tanggal 1 Rafab 141'4 H iatuh pada tanggal 14 Desember
1993, sebab iitima' teriadi pada tanggal 13 Desember 1993 sebelum
terbenamMatahai.
Sebagian ulama atau ahli falak menetapkan bahwa awal bulan di
mulai pada saat terbenam Matahari setelah teriadi ijtima' dan pada saat
terbenam Matahari tersebut Bulan ftilal) sudah wuiud di atas ufuk. Dengan
kata lain apabila pada saat terbenam Matahari setelah teriadi ijtima'Bulan
133

sudah wujud di atas ufuk maka sejak terbenam Matahari tersebut


ditetapkan awal bulan baru. Sebaliknya apabila pada saat terbenam
Matahait tersebut Bulan belum wujud di atas ufuk, betapapun ijtima'nya
terjadi sebelum terbenam Matahari, maka awal bulan ditetapkan pada saat
terbenam Matahari hari berikutnya. Menurut pendapat 1'ang terakhir ini
kriteria awal bulan qamanyah tidak hanya sekedar ijtima' terjadi ini sebelum
terbenam Matahari, tetapi juga harus terpenuhi kriteria lain yangwujudnya
Bulan di atas ufuk pada saat terbenam Matahari setelah terjadi ijtima'
tersebut. Dengan demikian, menurut pendapat yang terakhir ini, data yang
tersedia sebagaimana disajikan di atas itu belum cukup, karena di situ belum
ada dzta tentang apakah pada saat terbenam matzhan tersebut Bulan telah
wujud di atas ufuk atau belum, atau dalam istilah ilmu falak, apakah
ketinggian Bulan pada saat terbenam Matahari tersebut sudah positif di
atas ufuk atau masih negatif di bawah ufuk.
Sepanjang yang kami amati dan datayangtersedia dalam Kalender
Muhamamdiyah, nampak pendapat y^ng terakhirlah yang dijadikan
pedoman dalam menetapkan awal bulan qamariyah. Hal ini terlihat pada
penetapan tentang tanggal 1 Syawwal 1413 H sebagaimana dikemukakan
dan dipersoalkan oleh saudara penanya. Dan masih banyak contoh lain
yang terdapat dalam Kalender Muhammadiyah yang digunakan untuk
memperkuat dugaan bahwa Kalender Muhammadiyah menganut
pendapatyang kedua dan bukan pendapatyang pertam^.
Persoalan berikutnya yang muncul adalah apakah sudah dapat
dipastikan akan wujudnya Bulan di atas ufuk pada saat terbenam Matahari
apabtla ijitma' terjadi sebelum terbenam matahari tersebut? Jawaban
terhadap pert^nya n ini adalah "tidak pasti", sebab bisa saja ijtima' terjadi
sebelum terbenam N{atahari tetapi pada saat terbenam Matahari tersebut
bulan belum wujud di atas ufuk melainkan masih benda di barvah ufuk.
Untuk iru, maka diperlukan adanya perhitungan tentang ketinggian Bulan
dari ufuk pada saat terbenam Matahari terjadi ijtima'.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemungkinan
Bulan belum wuf ud di atas ufukwalaupun ijtima' terjadi sebelum terbenam
Matahari. Di antara faktor-faktor tersebut karena berbedanya tempat
pengamatan atau tempat perhitungan yakni perbedaan lintang dan buiur
tempat; perbedaan deklinasi, baik deklinasi Matahari maupun Bulan.
Sebagai contoh akan kami kemukakan data tentang posisi Matahari
dan bulan pada tanggd.23 Maret 7993 pada saat iitima' dan pada sa;i
134

terbenam Matahari sebagai hasil perhitung n yang kami lakukan, untuk


lokasiJakarta dengan lintang tempat -06 1 0" dan bujur tempat 1060 49'BT.
a. Terbenam Matahaijam 18.05'iruB
b.Ijtima'akhir bulan Ramadlan terjadipada jam 14.13 \XIIB
c. Deklinasi Matahaipzda saat tetbenam 4 07" 0'/' 29"
d. DeklinasiMatahaipada saatijtima'+ 01o 03' 43"
e. Deklinasi Bulan pada saat terbenam Matahari + 06o 09'08"
f. Deklinasi Bulan pada saat ijtima' + 05" 26' 1 8"
g. Ketinggian Bulan pada saat terben arnMatahai - 02" 20' 7 4"
Berdasarkan data ini dapadah diketahui bahwa pada saat terbenam
Mataharitanggal23Marct 1993 untuk lokasiJakarta bulan belum wujud di
atas ufuk. Bulan masih di bawah ufuk sebesar 02o
lebih. Itulah sebabnya maka tanggal 1 Syawwal 1413 H tidak jatuh pada
tanggal 24 Maret 1.993, akan tetapi jatuh pada tanggal 25 Maret 1993.
Nampaknya inilah yang dijadikan pedoman oleh Kalender Muhammadiyah
dalam menetapkan tanggal 1 Syawwal 1.413H.
Demikianlah keterangan yang dapat kami berikan semoga dapat
memperjelas dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh saudara
pen nya.
t35

MASALAH SHAI.A'T HARI RAYA

1. Shalat Ied Menurut Berbagai Madzhab

Tany a: Menurut tuntunan dalam Muhammadi yah, shalat'Ied, baik


Iedul Adha maupun Iedul Fitri dilakukan di lapangan kecuali hujan. Di kota
hal itu dapat tedaksana dengan baik karena banyaknya ummat dan kecilnya
masjid-masjid. Bagaimana kalau hal itu di desa, padahal masjid sendiri dapat
menampung jamaah? Apakah harus di lapangan? Bagaimanakah menurut
tuntunan Madzhab tentang shalat Ied int apa ada dalilnya? Tidak sahkah
orang Muhammadiyah yang melakukan shalat Ied di Masjid? (Badaruddin,
Yogyakarta).
Jawab: Pelaksanaan shalat di lapangan didasarkan pada sunnah
yang menerangkan bahwa Nabi dan pan sahabatnya melakukan shalat Ied
itu di mushalla, yakni di pintu masuk kota Madinah di bagian Timur. Kita
berusaha mengamalkan ibadah sesuai ap^ y^ng dilakukan Nabi yakni
melakukan shalat di lapangan, adapun menurut ketentuan Madzhab
berbeda-beda. Madzhab Hanafi menganggap utama di lapangan dan
makruh di masjid, kecuali adahalangan seperti hujan. Menurut Madzhab
Syaf iy utama di masjid, karena masjid lebih terjamin kebersihannya. Boleh
di lapangan kalau masjid tidak menampung jamaah. Menurut l\{adzhab
Hambali, di sunnatkan melakukan shalat di lapanganyang dekat bangunan.
Mungkin maksudnya untuk berteduh anak-anak. Makruh shalat Ied di
masiid tanpaudzur.

2.VanitaHaid Mendatangi Tempat Shalat 6led

Tanya: Wanita yang datang ke tempat shalat Hari Raya baik Hari
Raya Fitri maupun Adha di mana menempatkan diri dan apa yang
dilakukan? Mohon ketera ngan. (I{/ i$tani ngs i h, P t1 ungan, Yogya karta).
Jawab: Menurut tuntunan Rasulullah saw, baik wanita yang tua
maupun muda termasuk yang sedang haid tidak masuk pada barisan atau
shaf wanita yang sedang melangsungkan shalat, tetapi berada di tempat
yang tidak jauh dari tempat itu, untuk dapat menyaksikan kebaikan kaum
muslimin mengadakan pertemuan serta dapat mendengarkan seruan,
khususnya khutbah yang sedang berlangsung di tempat itu. Demiktanlah
1,36

\.ang dapat kita pahami dari Hadits riwayatMuslim yangjuga diriwayatkan


oleh ahli Hadits lainnya,sebagai tertera di bawah ini.

Tj:;1i5"6;ti61,y,f.ti6t.;'"!i

-q,r/.,
lrltiiU( ^; 6,#b.1$ttfo1t' J6
iS*.irt:,*F"ti,*
,J, 6tr 'Ji,'*1b
Ma
\- v/

Artinya: Dari Unrzi Atbiyah diriwalatkan babwa ia mengatakan:


'Rasulullah saw memeintabkan kami menlurah ntereka (wanita-wanita) di hai
Iedul Fiti dan Adh4 sehinga patei rentQa dan merekalang sedang haid serla gadis-
gadis pingitan. Adapun rnereka lang sedang baid tidak turut shalat, tetapi
merlaksikan kebaikan dan seraan lrang-zrang IsJam. Pernah aku bertanla kEada
Nabi: 'Bagaimanala Rasulullab salab seorang dari kaniyng tidak meniliki baju
kurung? 'Jawab beliau: Hendaknla temannla meminjankan bQu karangryta. " (HR.
Jamaah dan Lafal dari Muslim).
Dalam salah satu riwayat dari Abu Dawud, menggunakan lafall.
'Adapun mereka yang sedang haid, hendaknva mengambil tempat orang
banyak serta ikut membaca takbit bersama-sama orang banyak.

3. Seiak Kapan Shalat Ied Dilaksanakan

Tanya: Sejak kapan shalat Ied dilaksanakan oleh Rasulullah saw


1,37

dimanakah dilaksanakan serta bolehkah melaksanakan shalat Ied di masiid?


(Dede Pi1atna, Kp. Sentra|RT.Oi /03 DesaMangkalaratKec. Cilawu, Carut,Jawa
Barat).
Jawab: Menurut ketentuan yang diperoleh dari Hadits yang sahih,
permulaan shalat Ied yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw ialah pada
tahun kedua Hijriyah, kemudian Rasulullah senantiasa melaksanakan
sehingga beliauwafat.
Tempat yang dipilih oleh beliau untuk melakukan shalat iamaah
ialah di mushalla, yaitu tanah lapang yang jauhnya 1000 hasta (k1. 200 meter)
dari masjid Nabi pada waktu itu.
Hadits yang menerangkan tempat shalat Ied Nabi ialah:

;rr.tJi"rJ/i,4;S:i"fY-*'/$i";ite
-\-
(,;, i, ry rsla or€, vri' D "t#\7\ i,:As
rumah pada Hari Raya Iedul Fitri dan Hari
1. Rasulullah saw keluar
Raya Iedul Adha ke mushalla (apangan).

t'J;lht3j::3q;
PUtEj';*'
'{i:5frret;:P
t&ltac,^,i:n5;r\A'zg'ii9i'oi+{;tftAr
2. Rasulullah memerintahkan kami mengeluarkan gadis yang
menanjak dewasa, wanita-vranita y"ng haid dan gadis-gadis yang dipingit
padaHari Raya Iedul Fitri dan Hari Raya Iedul Adha. Wanita yang sedang
haid dipisahkan dari shalat untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum
muslimin.
Namun demikian terdapat Hadits yang menerangkan bahwa bila
hari hujan Nabi shalat Ied di masiid.

;6V';1"#pxij4#"^6'ftr
138

t
{rl', +! S!-n : :\t r) o\t,, \ XtA e reV"ffi't
lutinya: '?ada Hari Ray Ied mereka di tinpa h@an. Maka l\abi
bertama mereka tbalat di Mayid."
Hadits di atas adayangmenilai hasan, tetapi juga adayangmenilai
lemah. Sekalipun demikian para ulama dalam pembahasannya berbeda
pendapat, manakah yang lebih afdhal, shalat di lapangan atau di masjid.
Asy-S1'2f i mengatakan bahvza jika masjid itu cukup luas shalat di masjid
dan tak perlu keluar rumah menuju lapangan. Dalam hal ini seolah-olah illat
pergi ke lapangan ialah usaha menampungjamaah sebanyak mungkin. Bila
shalat di masjid itu sudah dapat memenuhi tujuan tersebut, maka shalat di
masjid lebih afdhal.
Sedang menurut Imam Hznafiyah dan Malik, bahwa shalat di
lapangan lebih afdhal meskipun ada di tempat itu masjid yang luas.
Alasannya ialah Nabi tidak pernah shalat Ied di masjid terkecuali ada
halangan hujan.Jadi shalat Ied di lapangansesuai sunnah.
Dad keterangan ini jelaslah bahwa shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha
menurut sunnah ialah di lapangan terbuka. Sedang bila terjadi hujan sebagai
alternatifny a ialah tempat yang melindungi j amaahdari hujan, yakni mas jid.
Adapun shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha di masjid tanpa alasan itu
tidak sesuai dengan sunnah yang dilakukan oleh Nabi. Sedangkan
pelaksanaan ibadah mahdhah hendaknya kita berusaha mendekati yang
sesuai dengan yang dilakukan Nabi.

4. Shalat 'Ied Dua Kali dan Adakah Hari Raya Ketupat?

Tanya:1. Bolehkah mengikuti shalat Ied padaHari Raya Iedul Fitri


dua ka[. Sebab pada hari nya th. 141,3 H, kemarin di daerah kami tidak
kompak, ada yang menyatakan had Rabu adayangHari Kamis.Padaharr
Rabu saya ikut shalat di masjid dan pada hari Kamis saya ikut shalat Ied di
luar desa saya (di lapangan):
a. Bagaimanakah Hari Raya tersebut dapat berselisih?
b. Dan bagaimana hukumnya shalat Ied dua kali?
c. Lebih utama mana shalat Ied di masjid dengan melaksanakan
shalat Ied di Lapangan?
2. Adakah ketentuan Hukum Islam tentang Hari Raya Ketupat
139

(membuat ketupat pada tanggal T Syawwal), demikianlah kebiasaan orang-


orang di daerah kami, setelah tanggal T Syawwal mereka membuat ketupat.
Mohon penjelasan. (Andi Sunin, Pah Agung RT.OI /RIY.II Tagalolino,
B aryt uwangi, J awa T i m u r).
Jawab: Akhir Ramadhan l4l3Hmenurut perhitungan "Hisab"
1.
iftimak terjadi pada hari Selasa, 23 Marct 1993 pukul 14.13. Meskipun
ijtimak terjadi sebelum terbenam Qabkl ghurab), namun pada hari itu
positif Hilal berada di bawah ufuq (2 deraiat), pada saat matahati
terbenam, sehingga tidak mungkin dtn,fuat(dilihat), sehingga malam Rabu
tersebut belum tanggal satu dan umur bulan Ramadhan digenapkan
(stiktnat) 30 hari. Oleh karena itu, tanggal 1 Syawwal ditetapkan pada hari
Kamis 25Marct1993.Bag mereka ini shalat Ied dilaksanakan pada hari
Kamis.
2. Ada lagi berpendapat bahwa "apabla iitimak" teriadi sebelum
ghurub, maka malam harinyaadalah tanggal satu. Berdasarkan pendaPat ini
maka hari Rabu tangg aJ 24 Mrret 1993 adalah tanggzl satu Syawwal. Oleh
karenanya melaksanakan shalat pada hari Rabu. Di samping itu ada laporan
yang menyampaikan informasi, bahwa ada yang melihat hilal malam
Maghrib hari Selasa 23 Maret 1993. Bagl yang mempercayu terhadap
rukyat ini, maka mereka juga melakukan shalat Ied pada hari Rabu.
Sebenarnya pan zl:lt Hisab berpendapat bahwa malam itu hilal belum
dapat dilihat, sehingga bagi ahli hisab, adanya laporan hasil rukyat tersebut
kemungkinannya adalah salah lihat, sehingga tidak dapat diterima.
3. Menurut Sunnah Nabi, melaksanakan shalat Ied di lapangan
(mushalla). Dan apabila hujan baru Nabi melaksanakan di masjid
berdasarkan Hadits Nabi riwayat Abu Dawud dan Abu Hurairah:

",at&{,:tg,I;t*".f.;Mfr:9"#
ylia#itf^^j4**
Artinya: "Sesungubnla rnereka ditinpa hujan pada Hai Ray led maka
Nabi shalat di masjid".
4. Salah satu puasa yang dianjurkan setelah puasa Ramadh an adalah
puasa enam hait pada bulan Syawwal, yattu yang pelaksanaannya ttdak
harus tanggal2 sampai 7 Syawwal sec t^ berurutan. Tetapi ada kebebasan
140

selagi masih dalam bulan Syawwal. Berdasarkan Hadits Nabi riwayat


Muslim dari Abi Ay'ub, Rasulullah bersabda:

'rVlS1,jab1-'#tr&S ut1jt6:'
jAl
Artinya: "Si@alangpuasa Ramadban ktmudian diikutipaasa enam hai
pada bulan Slaawal, maka itulah puasa sepanjang maw (seolah-olab puasa satu
taban)."
Atas tuntunan tetsebut maka bagi mereka yang mengamalkan
puasa sunat 6 hari di bulan Syawwal,,hariyang dirayakan adalah hari setelah
puasa sunnat Syawwal. Sedang Hari Raya tanggal 1 Syawwal tetap
merupakan hari Raya Iedul Fitri, yang dilarang berpuasa pada hari itu.
Katena waktu yang terbatas hanya satu hari, maka untuk merayakannya
tidak cukup. Oleh karena itu p eny^annya dilaksanakan setelah selesai puasa
Syawwal.
Karena pada Hari Raya pada umumnya orang di Indonesia
dijadikan arena dan waktu saling meminta maaf, maka orang Jawa
menciptakan budaya makanan nasi yang praktis dan awet serta mudah
disimpan dan disajikan dalam bentuk nasi ketupat dengan sa)'uran yang
khas juga, yattu sEtur santen yang merupakan simbol untuk meminta maaf
terhadap segala kesalahan dengan ungkapan seday ka/Eatan nluwun
pangapunten Q<ata ka/epalan yang arinya kesalahan, disimbolkan sebagai
ke tupal. Sedang ungkapan nJ tl a// n p a ngap u n te n dengan saywran s a n ten).
Oleh karena itu, Hari Raya tersebut dinamakan "Hari Ra1'a
Ketupat" Dan ini bukan syariat fslam, tetapi budaya bangsa Indonesia.
Kl'rususnya dalam merayakan Hari Raya Iedui Fitri, y^ng per^y^annya di
undur sampai selesai melaksanakan puasa sunnat Syawwai, sebagai satu
kesatuan dengan puasa Ramadhan, dan mereka namakan dengan "Hari
Raya Ketupat".

5. Laf azl: T akbir H ari Raya

Tanya: Kamt jamaah masjid al-Awwalien dan shalat Ied di tanah


lapang Leuwiliang biasa bertakbir dengan menggunakan sighat takbir
141

dengan dua kali mengucapkan Allah Akbar, yzkn Allalt Akbar, Allabu
AkbarL-a llaba l//a//ab IYallabu AkbarAllabu Akbar, Walillabilharndu, ndak
menggunakan shighat takbir dengan tiga kali mengucapkan Allahu Akbar.
Apakah shighat Takbir yang dua kali itu yang benar ataukah yang tiga kali?
Apakah tindakan kami seperti tersebut di atas itu keliru. Mohon penjelasan.
(IJ. Asep Matien, BA. Ketua CabangMabannadjab l-,euuiliang, Bogor).
Jawab: Apa yang dilakukan oleh saudar^pen^ny^ beserta jamaah
masjid al-Awwalien, juga oleh iamaah shalat Ied di tanah lapang Leuwiliang
sudah benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Mengenai lafazh
takbir ini memang ada tuntunannya dariRasulullah saw, sebagaimana dapat
kita ketahui dari Hadits-hadisnya. Di antara Hadits-Hadits tersebut seperti
Hadits yang saudarapen nya kemukakan dalam surat. Unruk lebih jelasnya
baiklah kami kutipkan kembali I afaz takbir tersebut sebagai berikut:
1. Menurut Hadits yang diriwayatkan dari 'IJmar dari Ibnu Mas'ud
lafaz takbir itu adalah sebagai berikut:

'Ft'"J,t"*ihSA6fitf ";*hljJ"Ar
)'/rl Lt
tatt )xi
Artinya: Allah Maha Besar, Allab Maba Besar tiada Tuban melainkan
A /la h da n A /Ia h M a h a B es ar, A //a b M a b a B e s ar dar b agi Alla h - lab s ega la p u1 i.
U capan Allabu Akbar dalam takbir led menurut riwayat 'Umar dari
Ibnu Mas'ud tersebut di atas jelas hanyadi ucapkan dua kali tidak tiga kali.
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Razagdari Salman dengan
sanad yang shahih mengatakan:

Artinya: Bertakbir/a/t: Allah MabaBesar, A//a/t Maha Besar, Allalt


ArIalta Besar sungguh Maha Besar (I-ihat: Ash-Shan'aniy, Subul as-Salam, Juz
117 2). Dalam riwayat lain dari Salman dikatakan:

W4g"AgZiaVgb
Artinya: Bertakbirlah: A//a/t Maha Buar, Allah Maba Besar Sunguh
t42

Maba Besar, (I-ihau Ash-Shanany, Ja bal as-S alam, Juz 71:7 1).
Betdasarkan Hadits-Hadits tersebut di atas dan dalil-dalil yang lain
tidak kami kutip di sini, Muktamar Tariih ke-20 di Garut memberikan
tuntunan sebagai berikut:
"Hendaklah engkau perbanyak membaca takbir pada malam hari
rayaFiuahsejak mulai matahari terbenam sampai esok harinya ketika shalat
akan mulai danpadahaiRayaAdha mulai sesudah shalat Shubuhpada pagi
hari Arafah sampai akhir Tasyrik dengan membaca: Alkhu Akbar, Allahu
Akbar ta ikba iltalkhu, wallahu akbar: Alkhu Akbar aalillabil-handu atau
bacaan sesamanya.
143

MASAI-AH PUASA

1. Pengeras Suara lJntuk Syi'ar

Tanya: Sekarang ini dimana-mana digunakan pengeras suara


untuk mengaji Al-Qur'an, khususnl'a di bulan puasa sekalipun sebenarnya
sudah di waktu tidur. Oleh mereka yang memasangnya disebutkan untuk
syi'ar. Mohon diterangkan apakah makna syi'ar itu, dan apakah benar
mengaji dengan pengeras suara dapat dikatakan syi'ar? (Sa'ad A/i, J/. Otto
I s ka n dardi n a ta N o. 8 2 M a ngli, J e m b r, Jawa T i rz u r).
e

Jawab: Terlebih dahulu baik dikemukakan tentang makna


"SYI'AR". Kata sf i'21 berasal daribahasa Arab yang semula berarti tanda
sesuatu kaum dalam peperangan, untuk dapat kenal sesama kaum itu. Syi'ar
daiam aratandayang sangat dikenal, seperti HARI RAYA merupakan syi'ar
dari syi'ar-syi'ar Islam. Mengenai pengeras suara, sebagar alat dapat saja
dipcrui,rnakan untuk menunjukkan tanda-tanda untuk dikenalnya Agama
Islam, agar lebih semarak. Seperti untuk adzan, dapat juga pengeras
tlijadikan sarana untuk mensyi'arkan ag m^, dalam arti untuk lebih dikenal
oleh umum bahvza saat itu sudah waktu shalat. Demikian pengeras suara
dapat pula dijadikan sar^na untuk mengaji, agar lebih banyak didengarkan
oleh orang di sekitar masjid.
Namun begitu penggunaan pengeras tidak lepas dan situasi dan
pengaruhnya, penggunaan pengeras, dengan volume yang tinggi sehingga
sangat mengganggu penghuni sekitar masjid, tentu menfadi tidak baik.
N{isalnya mengaii itu baik. Dengan pengeras suara lebih berhasil guna pada
saat yang tepat. Sekalipun mengaji kalau di waktu malam hari dengan keras,
di saat orang istirahat akan mengganggu ketenangan orang. Di samping
juga mengganggu orang yang sedang shalat di masjid itu sendiri. Itulah
Ant^t^lain hikmah tuntunan al-Qur'an agar kita dalam membaca bacaanzl-
Qur'an dalam shalat tidak terlalu keras tetapi juga tidak terlalu pelan
demikian disebutkan d alam ayat 10 Surat Al Isra.

f ,$E\',fr Ebt$rS4W:tfu.*#is
Artinya: Dan jangan/ah kantu mengeraskan saaramtl da/am sba/atmu dan
jangan/abpa/a merendahkannlta, dan cailahjalan tengah di antara keduanla.
144

Melihat sebab nuzul da:l;i, ayat tersebut berdasarkan riwayat


Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan ahli Hadits lainnya dari Ibnu Abbas.
Menurut Ibnu Abbas, ayat di atas turun di kala Nabi shalat di Makkah
dilakukan dengan bacaan yang pelan. Dan ketika mengimami pan sahabat
membaca al-Qur'an dengan keras. Ketik^ ota;ng-o:,l'ng musyrik mendengar
bacaan al-Qur'an tersebut memaki-maki al-Qur'an dan y^ng
menurunkannya (yakni Allah) dan orang yang membawanya (yakni
Muhammad).
Jadi membaca al-Qur'an dengan menggunakan alat pengeras akan
menjadi syi'ar kalau dilakukan secara tePat, masyankat sekitar tidak akan
terganggu ketenangannya, di kala seharusnya mereka pada umumnya
beristirahat. Perlu diingat bahwa dalam masyarakat terdiri dari berbagai
orang yang berbeda kondisi, adayangsudah tua, ada anak-anak d aniuga ada
yang sedang sakit yang sangat sensitif terhadap suara yang keras, di samping
ada pula yang menyenangi suara yang keras.

2.Lanngan Makan Sebelum Faiar

Tanya: Di masjid-masjid lewat mikrofon diserukan seruan:


"imsaak" tanda dtlanng makan dan minum. Mohon penjelasan tentang hal
itu. (Drs. S.M. Sabei Isnail, Banjarmasin).
Jawab: Tanda itu sekalipun afisnya agar mulai mencegah makan
dan s ebagainya maksudn y a adalah peringatan agar waktu puasa s eger a ttb a,
seperti tersebut dalam al-Qur'an surat al-Baqanh ayat 187 yang aftinya:
Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam yaitu fajar." Adapun faiar yangdimaksudkan di sini ialah faiar shidiq,
saat dapat dilakukannya shalat subuh yang di masa Nabi ditandai dengan
adzannyalbnu Ummi Maktum. Seperti diriwayatkannya oleh Muslim dari
'Abdullah Nabi bersabdayangzrinya: "Sesungguhnya Bilal adzan di kala
malam (dalam rilayatdari Ibnu Mas'ud ada tambahan: agar kembali offing-
orang shalat dan bangun orang yang tidur), maka makan dan minumlah
sampai kamu mendengar adzannya Ibnu Ummi Maktum."Jelas batas mulai
imsak itu ialah adzannya subuh bukan waktu dibunyikannya tanda imsak,
hal ini perlu diketahui oleh umum agar adak salah memahami awal puasa
setiap harinya,hanya saia pedu berhati-hati maka diberikan tanda-tanda
seperti yang biasa kita dengar. Barangkali dahulu dimulainya kebiasaan itu,
dengan memahami dari Hadits riwayat Muslim dztiZud bin Tsabit, yang
1,45

menerangkan bahwa sahur dan adzan itu kira-kira waktunya sama


dengan membacaTl ayat.
^nt^ta

3. JunubrJimat, Berciuman Saat Berpuasa

Tanya: Kami mendengar keterangan dari seorang mubaligh,


bahwa apabtTa pada malam bulan Ramadhan sepasang suami isteri
melakukan jima' (bersetubuh) dan sampai terbit fajat (saat mulai ibadah
puasa) belum sempat bersuci (mandi janabat), baru bersuci setelah masuk
waktu puasa maka puas^nya sah. Hal ini (menurut mubaligh tadi)
didasarkan pada dalil ayat al-Qur'an surat al-BanqahayatlBT. Setelah kami
melihat ayat tersebut, ternyata ayat itu tidak menerangkan hal tersebut,
sehingga timbullah perta;nyaani 1) Bagaiman^ ay^titu bisa dijadikan dalil
untuk masalah tersebut. 2) Bagumana hukumnya kalau suami isteri
tersebut melakukan jima' di siang hari bulan Ramadhan, bagaimana pula
kalau hal ini dilakukan karena lupa, 3) Bagumana hukumnya kalau suami
isteri tersebut berciuman di siang hari bulan Ramadhan? Mohon penjelasan
dengan dalil . (4,[ a h as i s wa ti nga / di Yogy a karta).

Jawab: Ada tiga pertany^ n yang ditanyakan oleh penanya, dan


kami akan m eniaw abny a s atu p ers atu.
1) Ayat al-Qur'an surat Al-Baqatah ayat tB7, yang menurut
keterangan saudara penanya dijadikan dalil oleh mubaligh untuk
menetapkan sahnya puasa Ramadhan bagi orang yang dalam keadaan
junub, bunyi lengk apnya adalah sebagai berikut:

Wtit',fr Ebt$ri5$:Lfrarilis
146

V.i"p#r'v;A#;O"";rltggfr
.;!tJ;r(it
Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hai bercampur dengan isti-
i$eri kamu: mereka ita adalah pakaian bagimu, dan kamu purc adalah pakaian bagi
mereka, Allalt mengetabai bahwasanla kamu tidak dapat menaban nafsumu, karena
ita Allah mengampuni kamu dan nzertberi maaf kepadanu. Maka sekarang
campuilah mereka dan cailab apalangtelah ditetapkanAl/ab antukmu dan makan
minumlah binga terang baginu benangpatih dan benang hitamyitufaiar kemudian
s e mp urn akan lab p aasa itu wmp ai m a /am.

Ayat tersebut memang tidak langsung menegaskan mengenai sah


dan tidaknya puasa seseorang yang ada dalam keadaan iunub' Ayat itu
menegaskan mengenai kebolehan seseorang (suami isteri) untuk
melakukan jima' (bercampur) pada malam hari di bulan Ramadhan.
Dimaksud dengan malam hari menurut ayat tersebut adalah sampai terbit
faiaryattusampai batas waktu dimulainya ibadah puasa. Dengan demikian,
ayatintmemberi pengertian kebolehan bagi suami isteri untuk melakukan
iima' padamalam hari di bulan Ramadhan hingga terbitfaiar. Pengertian ini
menurut teori (Jshal Fiqh adalah pengertian yang didasarkan pada atau
difahami da ri' i b a-ra tu n as h.
Menurut teori Ushul Fiqh, suatu nash dapat pula diambil
^yat ^tav
pengertiannya berdasarkan pada atau difahami dari isyaratnya (iyaratun
nash). Maksudnya adalah bahwa pengertian itu tidak diambil secara
langsung dari lafaz-lafaz atau susunan kata-kata nash tersebut tetapi
berdasarkan pada isyaratnya. Pengeraan yang diambil berdasarkan pada
isyarat ini merupakan keharusan logis dari lafaz-lafaz ataw susunan kata-
kata yang terdapat dalam nash tersebut. Dengan katalun, pengertian itu
tidak ditunjukkan secara langsung atau tidak dimaksudkan oleh lafaz-lafaz
atau susunan kata-katanash itu, tetapi keharusan logis, baik terang maupun
tersembunyi, menuniukkan pada adanya pengertian itu.
Keterangan mubaligh yang penanyautankan di atas itu barangkali
didasarkan pada teori ushul Fiqh yang terakhir ini, sebab memang ayat itu
bisa juga difahami secara demikian. Artinya bisa difahami berdasarkan pada
isyaratnya yaitu menunlukkan sahnya puasa seseotang dalam keadaan
junub. Penjelasannya adalahsebagai berikut:
1,47

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa suami isteri diperkenankan


untuk melakukan jima' pada malam hari di bulan Ramadhan hingga terbit
fajzr. Terbit fajar in adalah saat dimulainya ibadah puasa. Oleh karena itu
ayat itumembolehkan suami isteri melakukan jima' sampai saat dimulainya
ibadah puasa. Karena jima' dibolehkan sampai saat dimulainya lbadah
puasa, maka konsekuensinya adalahpadasaatmulai ibadah puasa itu suami
isteri dalam keadaan junub. Karena jima' dibolehkan sampai saat
dimulainya ibadah puasa Ramadhan maka konsekuensinya puasa dalarn
keadaan junub itu boleh artinya puasanya seseorang dalam keadaan junub
itu hukumnya sah.
Demikian barangkali jalan fikiran mubaligh tersebut dalam
mengistinbathkan hukum dari ayat tersebut, sehingga 1.87 surat al-
^y^thukum bahwa
Baqarahitu dapat dijadikan sebagai dalil untuk menetapkan
puasa dalam keadaan junub itu sah.
Mengenai sahnya puasa bagi seseorang yang dalam keadaan junub
itu ditunjukkan pula oleh dalil yang berupa Hadits Nabi savr seperti betikut
ini:
(a) Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari
UmmuSalamah:

'FS tle^Xfi$ yt 3fi 3(''^M5 66


ei+1;#5{#&b?t#
(u[:yttQ'ob')
Artinya: Ummu Salamab te/ah berkata: 'Rasulullab saw pernab bangun
pagi dalan keadaanjunub karenajima' bukan karena mimpi, kemadian beliau tidak
buka puasa, (membatalkan puasanla) dan tidak pula nengqadlan1a". (HR.
Bukhari dan Muslim dari Ummu Salamah).
Hadits ini menegaskan bahwa Rasulullah saw pernah berpuasa
dalam keadaan junub dan beliau tetap menjalankan puasanya itu, ini berarti
bahwa keadaan junub ini tidak membatalkan puasa.
@) Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari 'Aisyah:

'FS t:ie^t'i# yt 3fi 6(, "rlAi 6g


148

ei+1;#,5&F*,n&&4
(w[t/:,tQ,ob,)
Artinya: "[Vaktu fajar di bulan Ramadlan sedang beliau dalam keadaan
junab bukan karena nirupi, naka mandilalt (nandijanabat) beliau dan kcnudian
berpuasa". (HR. Muslim dari'Aisyah).
Hadits ini juga menegaskan bahwa Rasulullah saw berpuasa dalam
keadaan junub.
Kesimpulan terakhir bahwa puasa dalam keadaan junub hukumnya
sah.
2) Penyatazn y^ng kedua adalah mengenai hukum jima' di siang
hari bulan Ramadhan dalam keadaan Puasa. Mengenai hal ini telah
dijelaskan dalam Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
danMuslim:

Li ru^, JtiS',FS * "hV a 6vl#';q L ,4t ,t.


J,#r'&"&j'J'61'cLiI\6t'J'6t 9tJyl

'e#u€,MJti,*'J6:;ilg6#l;;5
'&; *"i,1,Fa(# F&{' \ttr' 6? :o t

\q,,fiI't;s&' J"Ybp:i#, \ti,F *, e.A


6#LA#p1u;55'i1\5
'{rK;;N 3i, 36s""L1; 3, i.?&' e!"'":tt
(Pt 4r9t o\tr)
149

Artinya: Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw, lalu ia berkata:
"Celakalab sala wahai Rasulal/ah saw. 'Basulullab saw bertanla" 'Apalang telah
mencelakakan engkaa?" l-,aki-laki ita nenjawab: "SEta telah mencampui istei ru1a
di sianghaipada balanRamadhan".I-.a/uRasulullab saw bertanlta: 'Apakab kanu
mempurytai kemampuan untuk memerdekakan hamba? 'T--aki-laki itu meniawab:
'Tidak", Kemndian Rasulnllah saw bertanla lagi: 'Apakah kamu rztampa berpuasa
daa bulan bertarat-tarat?" laki-laki itu menjawab: 'Tidak", Rasulullah saw.
bertanla lagi: 'Adakah kamu mampu memberi makan enam pulub orang miskin?"
Laki-laki itu menjawab: 'Tidak", Kerrudian laki-laki itu duduk lalu ada seseorang
datang kepada Nabi saw membawakan satu keranjang kurma. Rasulullab :aw
bersabda: 'Bersedekablah kama dtngan (kurna) ini", laki-laki itu bertanjta:
'Apakah (sedekah ini) ltarus kepada orang-orung1anglebihfakir daipada sala? Di
sekitar ini tidak ada satupun pengbuni ramab lang lebih perlu kEada kurrua ini
daipada kani. L.alu Rasalullah saa tertawa sebinga kelihatan gigiryayng sebelab
dalan. l-^ala I\abi saw, bertabda: '?ergilab dan beikanlah kurma itu kepada
p e nglt a n i ru m a b n u u n t u k di m a kaz ". (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas tegas menjelaskan tentang hukum bagi orang yang
melakukan jima' di siang hari bulan Ramadhan dalam keadaan puasa.
Dalam Hadits itu dinyatakan bahvza orang-orang berjima' di siang hari
bulan Ramadhan dalam keadaan puasa harus melakukan salah satu dari
pilihan yang dalam bahasa fiqhnya disebut dengan l<rfarat, berikut ini: (a)
Memerdekakan seorang hamba, kalau tidak mampu memerdekakan
hamba, maka @) Berpuasa dua bulan berturut-turut, maka kalau tidak
mampu (c) Memberi makan enam puluh orang miskin; kalau masih tidak
mampu juga maka (d) Bersedekah menurut sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
Adapun mengenai orang yang berjima' di siang hari bulan
Ramadhan karena lupa, misalnyakarena tidak ingat kalau hari itu ia sedang
berpuasa Ramadhan, maka tentu saja ketentuan menurut Hadits tersebut di
atas tidak bisa diberlakukan, karena ada Hadits Nabi savr. yang memberikan
keringanan hukum kepada orangyanglupa. Hadits tersebut adalah:

(
ee 4,,:., *t4fuMj"ot rJV,E/|!iI :f'C
Artinya: Diangkat (hukun atau dosa) dai unatku karena sikp (kelirn),
karena lupa atau karena dipaksa. (HR.Ibnu Hibban).
Hadits Nabi saw yang lain yang mendukung Hadits di atas
150

"AK{;*,65rtq"$61b(i"LriG
( 4*:tUt a\r)
Artinya: Barangsiapa berbuka puasa pada suatu hai dari hari-bai bulan
Ranadhan karena lapa, maka ia tidak wajib qadla dan tidakpula wajib nenbalar
kfarat. (HR. Daruquthny).
3) Pettanyaan ketiga mengenai hukum berciuman suami isteri
disiang t'ari pada bulan Ramadhan. Untuk menjawab pertanyaan ini
perhatikan Hadits-Hadits Nabi baw berikut ini:
(a) Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Rukhari dan
Muslim dari Ummu S alamahl.

5KrW,6, $thf{- d, "J,'tk i ,f


U"VI.Y/:.t dr,i ,) /e:6
Artinya: Dai (Jrunza Salamab, ia berkata bahwasanla l\abi saw, pernah
menciumnSta, padabal Nabi raw, sedang berpaasa. (HR. Bukhari dan Muslim dari
UmmuSalamah).
(b) Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
'Aisyah:

'#k{-srut"3;rafl}6gQ,"z-fu;tuL6
l^*vyP 6b,) teYg'Pq;\Y*As
Artinya: 'Aislab telah berkata: 'I\abi sawpernah ntencium,padabal beliau
dalam keadaanpuasa:pernablaga menzeluk,padahal beliau dalam keadaanpuara".
(HR. Muslim dari'Aisyah).
(c) Hadits Nabi saw, yang diriwayatkan oleh an-Nasa'i dari'Aisyah:

,3i564,a;qgAr{*4'd}1' 1j;)Lgt6
r &uo 1r), o\:, 6!{5,sq66f;, J t;A:tP ;V
)
151

Artinya: 'Aislah telab berkata: 'T'Jabi saw, penab mendekatikt untuk


menciumku /a/a aka berkata: 'Aku rcdangptrlasA", maka beliaa bersabda: 'Akujaga
sedangpuasa". Kemadian aku diciurun1a". (HR. an-Nasa'i dari'Aisyah).
Berdasar Hadits-Hadits Nabi saw, di atas itu cukup jelaslah kiranya
bahwa berciuman suami isteri dalam keadaan puasa tidak membatalkan
puasa.

4. Puasa Bagi Petempuan Haid

Tanya: Dalam SM No. 4 Th. ke-79 edisi 16-28 Febtuai 1,994,


halaman 31 wraian Drs. Dalimi Lubis, memberikan kesan pada wanita di
akhir uraiannya, seakan para ibu-ibu yang selama ini meninggalkan puasa
dan menyavf mengganti di hari yang lain keliru dan harus bertobat
mumpung tobat dan keampunan Allah belum tertutup. Katena menurut
tuntunan PP Muhammdiyah dalam maklumatnya menielang Ramadhan
bahwa berhaidh termasuk halangan. Mohon penjelasan yang sebenarnya.
(I bu-ibu' Aiyjab Ranting S apen, Yogyakarta).
Jawab: lJnian Sdr. Dalimi dalam rubrik artikel tersebut pada SM
No. 4 Th. ke-79 edisi 16-28 Februari 1994, merupakan pendapat hasil
pemahaman pribadinya terhadap dalil-dalil ya ngada.
Mengenai tuntunan puasa yang disebutkan dalam maklumat PP
Muhammadiyah No. 1./1.994, berpedoman pada ketetapan PP
Muhammadiyah berdasarkan N{uktamar Tarjih tahun 1939 di Medan, dan
belum pernah dibicarakan ulang. Artinya tetap bedaku dan begitulah faham
Muhammadiyah tentang kedudukan wanita haidh mendapat rukhshah
sehingga boleh tidak berpuasa dan boleh menyaur di hari lain, tetapi wanita
yang berhaidh atau bermenstruasi tidak boleh mengeriakan puasa dan
wajib menyaur di hari yang lain. Kedudukan haidh adalah mani' (halangan)
bukan rukhshah fteringanan). Kedudukan rukhshah seperti sakit dan
bepergian, pada umumnya ulama memahami bahwa yang bersangkutan
dibolehkan melakukan puasa kalau tidak memberatkan.
Mengenai dalil yang difadikan dasar oleh Majlis Tariih adalah
Hadits nwayat dari Abi Sa'id al-Khudry yang menjelaskan tentang
kekurangan wanita dibandingpria, antara lain berbunyi:

1,5.'r,ots,, Ji 3i # {5:FiJ &Cr:#\


152

Artinya: Bukankab aanita itu bila sedarg baidb tidak sbalat dan tidak
puasa?Jawab mereka (para wanita) 'Ya demikianlah".
Dari Hadits di atas dapat dtfahami bahwa wanita di zaman Nabi,
dikala haidh tidak melakukan puasa (HR. Al-Bukhari).
Dalam pada itu, dalam Hadits lain bahwa orang yang haidh tidak
melakukan puasa diperintahkan menyaur dihari lain, sebagaimana Hadits
riwayat Muslim dari Mu'adzah. Hadits itu disebut Hadits nauquf bihuknil
marfu', yang dalam qarz; tarilh dapat diterima sebagai hujjah. Hadits itu
selain diriw^y^tk^n oleh Muslim juga diriwayatkan oleh segolongan ahli
Hadits, berbunyi:

,EQ,'3(v,*i{^t}t"JU,A6,'bSLa75i
gt\W6\r5t5'.'af6ln2a{S;A,,&
,. fisr,.g;'#'e; #ir, :# bv'i,r
fq, \) r ot ) Vi6r 2t*a/r" ${t
Artinya: Dai Mu'adqah diriwaytkan babwa, Mua'adlah berkata: 'Aku
bertanla kepada'Aiyah (isteri Nabi), dengan kataku: Bagaimana baln1a 1rangJtaftg
berhaidh, lrangJaltg haidh menjtaar puasa dan tidak menlaur sbolat? Maka jaa,ab
'Aislalt: 'Dabala kami mengalami haidh di masaRanlullah saw maka kami (para
wanita) dipeintabkan untuk menlaurpaasa dan tidak dipeintabkan untak menlaur
sh a lat". (HR. Jamaah AhIi Hadits).
Dalam uruanDrs. Dalimi, mengartikan qadha pada Hadits riwayat
Mu'adzah di atas dengan arri "ado'a" yang diartikan melaksanakan- Kata
qadha mempunyai beberapa arti, ini yang pedu difahami. Di antata artt
qadha adalah menunaikan, menyamPaikan, telah atau mati, iuga qadha
dapat berarti membayar hutang atau hutarig, apabila qadha itu dihubungkan
dengan hutang, seperti Pada Hadits Nabi riwayat ad-Daurquthny:

(N,v,;r)e(-"1:rt|{316il.i6r"'tts
Arinya: Mengq adba Ran adhan (menganti paasal ang ditingalkan) dap at
153

dipisah-pisab kalau menghendaki dan bolelt disambung-sambanglakni berturut-turat.


Demikian pula kata qadha digunakan dalam menunaikan hutang
puasa, seperti tersebut pada iwayat sekelompok ahli Hadits dari Ibnu
'Abbas, juga untuk arti menunaikan ganti sesuatu yang dihutang, seperti
Hadits riwayat al-B ukhari:

{Sttycr afii Sye"^s &


gW t'xZ"n t
6
(r,'l,ob,) 66llSLW
Artinya: Allah (selalu) nembei rabmat pada seselrang hamba (bersikap)
nudah apabila menjual barang, nudab apabila membeli, nudab menlaur hutang dan
nudahpula bi/a nenagib butang. (HR. al-Bukhari).
Kesimpulannya, wanita yang menstruasi tidak boleh berpuasa
tetapi wajib mengganti di hari lain. Demikian menurut Qarar Muktamar
Tarjih dengan berdasarkan Hadits iwayat al-Bukhari yang menyatakan
bahv'a vzanita bila haidh tidak shalat dan tjdak puasa. Adapun dasar
menggantikanrty^, seperti ri'wayat Jamaah Ahii Hadits, bahwa 'Aisyah
diperintahkan mengganti hutang puasanya dan tidak disuruh mengganti
shalatnya dengan mengartikan qadha adalah menyaur seperti pada
beberapa Hadits seperti tersebut di muka.
154

MASAI-AH Z.AKILT

1. Lafadl Infak dan Shadaqah

Tanya: Apakah benar kata infaq dan sbadaqab juga dapat berarti
zakat? Mohon penj elasan. (S o rangpe n de ngar Radio PTDI Yogya karta).
e

Jawab: Memang kata infaq dan shadaqab yang tersebut dalam al-
Qur'an dan as-Sunnah mengandung arti yang lebih luas. Bukan seperti kata
zakat dalam terminologi hukum yang telah kita kenal bersama. Namun
begitu, katatnfaqdan shadaqah dapat pula berarti zakat seperti dalam ayat
34 Surah at-Taubah:

,Wb.Vr!481^74:'54 silFriiJU
(vr., ?i),) #)-*'4##^
Artinya: Dan orang-orangJang merytimpan emat dan perak dan tidak
nenaJkabkannlta (nenunaikan qakat) padajalan Allah naka beritahakan kepada
mereka, (bahwa nereka akan mendapat) siksayngpedib.
Kata aa la.yunfqunabaf sabilillah diartikan sebagai ancamanbagS
yang tidak m embayar zakat. Demikian pula dalam ayat60 Surah at-Taubah:

J *+5$;W&3At6L
I
gJ)l
J#-bi S-t;+1,*'r:&,3fi r'nili
(t, ft?;'&t#'it; br
{"1u,} $s
Artinya: Sesangahnla sbadaqah (rykat-rykat) itu, banla untuk orang
fakir, orang-orang rniskin, pengurus-penguras qakat, para ruaallaf yng dibujak
hatiryta untak (nenerd.ekakan) badak, zrang-aranglang berhatang untukjalan Allab
dan orang-oranglangsedangdalanperyalanan telah dfardlakan olebAllab danAllab
Ma h a Menge ta h ui dan Maba Bl aks ana.
155

Kata inamasb thadaqaatdiartikan pada m aknazakat.


PaCa umumnya shadaqah dan infak digunakan untuk
mengeluarkan kelebihan keni'matan yang berupa hafta ber:ang y^ng
^t^u
dapat dinilai dengan harta, seperri makanan, pakaian dsb. Dalam Hadits,
kata shadaqah dapat pula berarti perbuaran yang baik, seperti membaca
tasbih, tahmid, takbir dan rermasuk ajakan yang baik kenal
dengan amar makruf,iuga dalam artian shadaqah seperti^tauyangkita
tersebut dalam
Hadits riwayat Muslim dariAbu Dzar.

2. Mendirikan Masiid Dengan Uan gZakat

Tanya: Bolehkah kita menggunakan uang sisa zakat setelah dibagi-


bagi sesuai dengan ketentuan yang ada, untuk merampungkan bangunan
masjid yang memang memerlukan dana? Kalau dapat dimasukkan dalam
kategori bagian siapa? Mohon penjela san. (Bani, STM Klaten,Jateng).
J a-w ab : U ntuk z akat hafta, m ak s ud nya b uk an z akat fttrah,s e b agi an
dalj harta zakat ttu dapat saja digunakan untuk menyelesaikan bangunan
mas jid yang belum selesai. N{aksudnya sebagian harta zakatyang disediakan
untuk bagian sabilillah dapat digunakan untuk keperluan menyelesaikan
bangunan masjid yang belum selesai, karena pengertian sabilillah itu sangat
Iuas. Hanya saja pedu dipertimbangkan keseimbangannya.
Jangan sampai
pembangunan masjid dapat diselesaikan tetapi sabilillah yang lain tidak
difikirkan sehingga masjid kurangmakmurpengunjungnya.

3. Z akatTanaman Dengan U ang

Tanya: Saya mohon penjelasan tentang zakattanaman selain padi


dan sebagainya. Apakah wajib dizakati, dan bagatmana zakatnya, apakah
hasil tanaman iru ataukah boleh hasil penjualan hasil iru, karena pemilik
tidak memakan hasil tanaman itu kecuali hasil penjualannya. (tr40h Maksan,
Tawangrelo, Kec. Bi n angu n, Ka b. B litar, Jawa Tin ur).
Jawab: Nlengenuzakat tanaman ini telah dimuat dalam HPT: yakni
Kitab Himpunan Keputusan Majlis Tarjlh, yang ditambah keterangeLnny^
dalam buku "AI Anwaal fil Islam", khususnya tentang pedoman
pelaksanaannya. Dalam HPT disebutkan pada halaman 152 sampar
halaman 1,64 cetakan ke-III, sedang pada "Al Anwaal fil Islam" tersebut
dalam halaman 18 sampai akhir.
156

Masalah zakatyangbelum dibicarakan dalam kedua bahan bacaan


tersebut dikembangkan dalam Buku TanyaJawab Agamal p-adahalaman
130 sampai halaman 1.52 dan buku Tanya Jawab II pada halaman
1'31
tentang
sampai halaman 146. Dalam HPT belum begitu luas dibicarakan
yang waiib dtzakau kecuali berdasarkan
-u."---^.am hasil tanamannash atau kitab-kitab fikih. Pada buku "Al
kepada apa yangdisebut pada
Anwal filisl"-';p.nyebutan m^cam tanam n ya.'gwailb dtza-kati lebih luas
disebutkan ,.p.*i tebu, kay'u, getah, kelapa, lada, cengkih, buah-buahan'
tersebut
sa),ufan dsb. pada buku Tanya jawab, sekalipun kedudukan buku
pengembangan terhadap hasil
tidak setaraf HPT me.rrbeii pengertian
pokok maupun hasil
t^nam nyang perlu dtzakai-.tlp"ti bahan makanan
bunga
tanaman'uernilai ekonomis, kaiau ditanyakan contohnya adalah
anggrek. contoh ini tidak disebutkan pada HPT mauPun pada "Al
Anwaal
filIslam".
Mengenai ap akah zakat y angdiberikan wai ib b erupa hasil tanaman
itu ataukah d-apat diterikan berbentuk uang hasil peniualan-ha^sil tanaman
itu. Misalnya, hasil t^naman anggrek yang diberikan kepada fakir miskin
yu.rg r".g^, memedukan uang. Andaikata si fakir itu menerima
anggrek dan
_.il.,Aiyrpun hargany^ ukun lebih rendah dibanding kalau diiual oleh
p.n^t^*'utggrek ylng telah mempunyai langganan s epro fe si meni ualnya
ditempat yang meng.-t.i h^tg^ anggrek. Maka tidak heran kalau seiak
-rtu
dahulu, perrg-el.rurai zakat diperselisihkan ulama' Abu Hanifah
m emb olehkan p.rrg.l.ra nn harga b ltu ga b etup a
end a y ang dizakati
1 9tr]nS

uang, dengan b.ral^san hak zakatitu pada fakir misikin, tidak beda
antan
Kebolehan mengganti benda yang
b."I^ dai o^.rg dikalangan mereka.
dtzakattdengan uang lairiatau harga benda ini dilakukan pula oleh'Umat
-Aziz. ierbeda dengan Asy Syaf i, Malik dan Ahmad,
bin Abdul
mengharuskan pembayaran zakat hasil tanaman dengan makanan yang
mengenyangkan.
" p..f,.d^an pendapat dapat dimengerti, karena tidak adanya nash
yang tegas, baik yang mewaiibkan harus hanya dengan hasil tanaman
itu
tuii i"in tiaat adany a larutgan yang melarang pembayar nnya dengan
r.,^.g^ rr^rir t^natn n.Dalam ayatbukayat1.4L sutatal-An'aam
maupun ayat
267" svat al-Baqarah, demikian Hadits-Hadits yang dapat diiadikan huiah
menuniukkun id^ny^ kewaiiban untuk mengeluarkan zakat bagi hasil
tanaman itu dengan hasil itu. Namun demikian terhadap pengembangan
pengertian ayat ;ntuk memberikan zakzt terhada1 tan m n yang tidak
1,57

dapat dimakan seperti rotan, bunga anggrek apablla tidak layak untuk
diberikan 'ain atau bendanya sebagai banng zakat, dapat diberikan harga
sebagaimana dalam penetapan nishab, karena kesukaran dengan ukuran
wasak ditentukan dengan kuintal. Dengan kata lain, pada pokoknya
pengeluaran zakat tanaman adalah hasil tanaman tersebut, kecuali dalam
keadaan terpaksa ada halangan (udzur) dapat diganti dengan seharga
barang (ain) hasil tanaman tersebut.

4. D as ar Flulttrn Z akatTanaman D an Z akat Harta

Tanya: Pelaksanaan zakat hata dagangan dikeluarkan zakatnya


2,50k setelah akhir tahun terhadap modal dan labanya. Sedang petani yang
membeli tanah, zakatnya hanyalah hasil tanaman tidak termasuk harga
tanahnya. Pada zakat karyawan zakatnya setelah dipotong ongkos hidup
sehari-hari, sedang z^kat tanaman tidak. IMohon disebutkan dasar masing-
masing. ftI1. lik
Dien, I'{BM. / 90.61 t).
Jawab: Dasar pengeluaran zakat, buk zakat tanaman maupun
zakat perdagangan memang satu yakni ayat 267 surat al-Baqarah. Sedang
pelaksanaannya didasarkan pada ayat lain maupun Hadits.
Untuk hasil tanaman pelaksanaan zakatnya didasarkan pada ayat
141 surat an-An'aam yang berbunyi: "\wa atuu haqqahu yauma hashaadih"
Menurut Tafsr Ibnu 'Abbas, maksudnya adalah zakat itu hendaknya
dikeluarkan pada saat mengetam hasil tanaman. Dari pengertian demikian
ditambah pemahaman terhadap Hadits-Hadits lain dalam pelaksanaan
zakat tanaman tidak dikenakan zakat harga tanah. Berbeda dengan
pelaksanaan zakat harta dagangan yang didasarkan pada Hadits riw-ayat
Abu Dawud dan Ad Daruquthniy dari Samurah bin Jundub yang aranya
"Sesungguhnya Rasulullah saw menyuruh kami mengeluarkan zakat dari
harta benda yang kami sediakan untuk jual-beli". Dari riwayat itu dapat
dipahami bahwa zakatharta itu pelaksanaanny^ terhadap laba dan modal.
Jadi perbedaan pelaksanaan zakat yang berbeda banng yang dizakatt
didasarkan pada pengam alanterhadap nash masing-masing.
Mengenai zakat hasll kerja berbeda pula dengan hasil tanaman
dalam pelaksanaan zakatnya. Maksudnya pengambilan zakat tanaman
tanpa diambil dahulu dengan kepeduan hidup sehari-hari, sedan g zakat
hasil usaha seperti gajikaryawan diambil kebutuhan sehari didasarkan pula
pengamalan dalil yang berbeda. Dalam zakat tanaman pengamalan nash
158

seperti tersebut di muka, sedang zakat hasil keria seperti yang disebut dalam
ayat 267 sufat al-Baq arah adalah zakat kasab. Dalam pemahaman masalah
ini belum ada kesepatatan. Sebagian memandanghasil usahawaiib dtzakai
tetapi ada yang beipendapat hasil usaha waiib dtzakai setelah ternyata sisa
dan disimpatt, s.hi.tggu zakatnya adalah zakat simpanan' Ada pula yang
berpendaiat kalau nuiit" tidak dinamat zakat, tetapi infaq waiib. Sedang
knlu.r ,tu-unya infaq sekalipun wajib ada kaidahnya, yaknt ayat 219 al'
Baqarah, yang arttny u "Mereka bertanya kepadamu (I4uhammad) ^pa yang
meieka harus infaqkan' Katakanlah:'Yang lebih dari keperluan"'
Pengertian A1 'Afw berdasarkan keterangan sahabat Ibnu'Abbas
ialah ,,Maa afdlulu 'an anhha (apa yang lebih dari keperluan untuk
keluargamu)".
- Atas dasar pengertian itulah pengeluaran zakat kasab atau pun
infaq wajib hasil usaha termasuk gaii karyawan itu sesudah dikurangi
kepeduan sehari-hari. Memang kenyataannya demikian, -sisa yang
dikeluarkan zakatnyapada akhir tahun tentulah sisa untuk keperluan hidup
sehari -hari ny a secan waiar.

5. ZakatHasil Us aha Rumah Makan

Tanya: Saya mendirikan usaha rumah makan dan tempatnya s^y^


sewa dari ,rung pinfu-an. Bagaiman^ cara mengeluarkan z^katnya dan
diberikan k"p"du siapa saia zakatttu? Mo'^ DatukMajo Indo, J/. Stasiun 9
Cirebon, Jawa Barat).
Vang pe4o dihitung adalah hasil usaha selama setahun itu
l"-ab:
-Setelah
berapa. dapat diketahui hasiinya berapa, apakah sudah memenuhi
b atas kena zakat ataw ttdak?
Batas kena zakat (ni:bab) itu uang seharga emas murni 83 gram'
Kalau 1 gram emas murni Rp. 24.000,00 berarti Rp. 24.000,00 x 85 = Rp.
2.040.006,00. Jadi kalau selama setahun penghasilan Anda dikurangi untuk
menggaji karyawan Anda mencapai lk. Rp.2.000.000,00 perlu dikeluarkan
zakatny' a s ePerempat puluhnya at au 2,Soh-ny a'
Kaiena modal pokoknya unfuk usaha itu berhutang berarti harus
mengembalikan dengan cicilan setiap bulannya. Maka perhitungan hasil
.rsuhi ito dikurangi tulu dengan cicilan pengembalian hutang, karena
hutang tidak diperhitungkan untuk dizakatj.'
1,59

G.ZakatHasil Pertanian Dan Gaii

Tanyaz Petani, suami-isteri mengurus kebun kopi. panennya


setahun sekali sejumlah 10 kuintal. Tiap saru kuintal harganya Rp.
100.000,00. Sepuluh kuintal = Rp. 1.000.000,00. Zakatnya tOX = Rp.
100.000,00. Sisanya Rp. 900.000,00.
Seorang kavzan bekerja gaiinya per bulan Rp. 200.000,00. Hasil
setahun Rp. 12 x Rp. 200.000,00 = Rp. 2.400.000,00, tapi tidak wajib bayar
zakat. Kalaupun nantinya sisa lebih, zakatnya pun hanya 2,5% lebih kecil
dari hasil kopi yairu 10%.rnlbagaimana? Mohon penjelasan. (IJi.
likDin,
M u aradu a, Kalim an tan Te ngab).
Jawab: Kalau dianggap (ifti*d) bahwapenghasilan kopiitu sebagai
hasil zuru' yang sama dengan bahan makanan seperti gandum, padi dib,
maka sudah jelas bahwa zakat zuru'itu memang demikian, yai,u 10oh bila
tidak diairi sendiri dan 5o/o bila diairi sendiri (dalam hal ini, b€i tanaman
kopi dengan menyirami, merawat dengan baik sehingga berbuah dengan
baik). Dalam kalangan fuqaha Hanafab pembayaran iakat 100/o atau 5o/o
itupun sesudah dipotong segala biayayangsudah dikeluarkan, dan sisanya
masih mencapai senisab.
Adapun kasus karyawan yang bergaji Rp. 200.000,00 per bulan
statusnya seperti orang yang menerima upah, mungkin harian, mungkin
mfnggyn atau mungkin bulanan dan untuk dimakan setiapharinya.Kalau
gajinya Rp. 200.000,00 per bulan aaphainyadia itu mempunyai jatah untuk
dimakan kl. Rp. 6.660,00. Dalam hal ini, yaitu zakai upah gaji unruk
dimakan (konsumsi), itu tidak diatur dalam hukum Islam. N^-.,rid.-iki"n
seandainya gaji itu berlebihan dan sampai nisab dalam setahun barulah ia
dianggap sebagai mal dan wajib zakatmal sebanyak2,Soh.

T.ZakatTernak Selain Sapi, Kambing, Unta

Tanya:zakatternak kambing, sapi dan unta telah ditentukan, baik


nishab maupun jumlah atau kadar zakatnya. Bagaimana cara pengeluaran
zakat pengusaha hewan yang bukan tersebut di atas? Mohon penjelasan d"n
dalilnya. (ArI. H ali ru I\, G re s i k).
Jawab:Jenis hewan selain yang telah ditentukan dalam nash seperti
kambing, sapi dan unta, nishab dankadarzakatnya disesuaikan dengan sapi,
kijang dengan kambing. Adapun pemeliharaan rernak seperri
^r-o-
160

sembelihan, burung dara atauburung puluh untuk konsumsi telulnya atau


dagingnya, yang waktu panennya hanya beberapa bulan saia, maka
dip".rilit""gkan sama dengan harta d ag^ng^tr.Berapa modal awal tahun dan
brr^pu ;,-.titutr modal dan laba pada akhir tahun, dikeluarkan zakatnya
2,5o . Dannya masuk pada pengertian umum , ayat 267 surat al-Baqarah'
MIN THAY\IBAATI MAA KASABTUM, artinya dari semua usaha yang
baik. Kasab dapat meliputi perdagang^ny^ngberupa iual-beli barang dan
juga jual beli ternak y^.rg ad^ttt nash belum disebutkan dan tidak ada
[.Lilp"" dengan hewan-hew^nyzngtelah disebutkan dalam nash. (lihat
A1 Arrrwaal Fil Islam. Keputusan Muktamar di Garut) '

8. HartaYangDiutang

TanyazKalau harta hasil hutangan tidak dihitung untuk dtzakati,


bagumana iedudukan hana yang dihutang orang lain, apakah waiib
(Aan,
diiakatt? Kadang-kadang hutang itu ada yang akhirnya tidak dlbayzr.
Yogyakarta).
harta yang
Jawab: Harta yang dihutang orang lain, termasuk
dimil,iki oleh pemiliknya. Karena, harta yang ada pada orang lain yang
berkewajiban menzakati adalah pemiliknya, bukan yang berhutang. Adapun
harta yangclihutang yang kadang-kadang tidak dibayar, maka yang dtzakai
menurut'i.alangan-u lama adalah hana y ang dihutang yang diperkitakan
akan dibayar. Kuluu harta yang dihutang dipastikan tidak dibayar, maka
tidak dizakati.

9. S ad aqah D an Zakat 2 r5o/o

Tanya: Apakah memberikan sadaqah atau infaq. itu dapat


diperhitungiur, ,.b"g^i telah memb ayar zakatyang2,Soh itdi? (S badiqin Tegal
dalam s aras e h an Mu b aligb Mu h ann adfi a h)'
pendapatan ftrasil usaha)
Jawab: K.*"1ib".t mengeluarkan zakat
sebesar 2,sohb^gSorang yang telah memiliki harta itu selama satu
tahun dan
mencapai nishfl. Sedang seseofang yang telah mengeluarkan hafianya
(shadaqah) belum dimiliki selama satu tahun, pengeluaran harta tersebut
jup^t aip.tftitungkan sebagai pengeluaran zakat, kalau pengeluaran harta
tersebut memang diniatkan untuk mengeluarkan zakat'
Disampingmengeluarkanzakathartasebagatkewajlbanzakat
161

y^ng 2,5oh orang Islam yang memiliki kekayaan lebih dianlurkan unruk
memberikan sadaqah atau infaq dari sebagian hartanyadengan jumlah yang
tidak terbatas. Anjuran ini banyak kita dapati dalalm al-Qur'an maupun
Sunnah.
Kesimpulannya, orang diwajibkan mengeluarkan zakat 2,5oh dari
harta yang didapati selama satu tahun tetapi juga dianjurkan infaq dan
shadaqah kalau memang masih ada kelebihan infaq dan sadaqah dapat
diperhitungkan sebagai zakatkalaa memang diniatkan demikian.
162

MASAI-AH HAJI

1. Ibadah Haii Yang Kedua Kali dst.

Tanya: Apakah ibadah yang ke dua kali, ke tiga kali dst itu sunat?
Shalat fardhu dalam satu hari hanya satu kali, shalat Dzuhur, shalat Ashar
dst hanya satu kali dalam satu hafi. Tidak ada shalat Dzuhur dsb yang ke dua
kali itu sunat. Shalat sunatn ya adalah shalat Rawatib'
Ibadah haii waiib saru kali seumuf hidup. Mengambil misal kepada
kewajiban shalat di atas tadi, apakah ibadah haji yang ke dua kali dan
seterusnya sunat atau bagaimana? (Abnad, Jatan Kota Baru w No. 6 Bandung
40252).
lavab: Tentang shalat, disamping shalat fardhu ada shalat-shalat
Tarhawu' ialah: 1) Sunnatol-wrrdhu' 2) Tahiyatul Masiid 3) Shalat Rawatib 4)
Shalanrl-lail 5) Shalat Dhuha 6) Shalat SafatT) Istikharah B) Shalat'Idain 9)
Kusufain 10) Shalat Istisqa' (Putusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah
sidoarjo Tahun 1996, Wiradesa Pekalongan Th. 7972 dan Klaten Th.
1980). Hadits Nabi saw:

# *r )-" yyk + JG i't ;K 8.:^a+L ii


"i:,rr:" y ## b'&t a!'nr
")bAY
&i631:&w,6'"'.F3i;-c";i{5
ql"VC*'F'&^f;#p3j33tct
3\6, d$&'b
:1 J6b A\$'5 ;Ai g
61'"11t
t*p1;,)
Artinya: Hadits iwqat Thalttah bin ubaidilah lang berkata: Telah
rnenghadap kt|odo Rasulullah saw seorang letaki dai Ahli Najedlangtidak
teratur
163

rambatnJaJaftg lltana karui dengar sxlaranJa tetapi tidak karui ruengerti apalang
dikatakannla, rchinga mendekati Rasulallah saw dan tiba-tiba nenan1akan tentang
Islaru. Maka Rasu/ullab menjawab: "Sha/at lirna waktu dalaru sehai s€malam".
h[aka ia menanla pula: 'Adakah kew@ibanku lagi nla(utrya?" Jawab Nabi wn,:
'Tidak ada, kecuali kalaa engkaa bertathaawu' (nenunaikan shalat sunnat) ...
@iriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
seterusnla Hadits.
Dernikian pulaZakatyang termasuk Shadaqah Fardhu; di samping
shadaqah fardhu ada shadaqah Tathawwu'. Hadits Nabi savr.

4. s"z
6't;itV'Ftil;'A\b;41ry,tJAlF4;F
:;K{Sa'0y'/'tv-IlqTii:'ei+476
j98'AtJGt{irg,pt6e*6:i
Ua),t
'(elw:ci/#se,r;a4*J. , t^t,J^
at\4/SGtiaE{{"4'K'zW;,
{Q,rvpafu :}: it.,t\ )
( oVu

Artinya: Hadits riwa-1tat Tanint Ad-Dai


dari lJabi saw he/iau bersahda:
Perbuatan oranglangpeftama kali dihisab (ditelit4 kelak pada hari kiamat, ialah
tentang shalatn1a. Maka jika ia telab kerlakan dengan sempurna, dicatat bagrya
sempurna. Tetapilika ia tidak kerjakan dengan sempurna makaAl/ah akan ber,kata
kEada para |t4alaikat-N1a '?eriksalab apakah kanu dapati perbuatan tat/tatywu'
bagi hambaku untuk kamu /engkapkan dengan shalatfardhanla? 'Demikianjuga
tentang 7akat, /a/a diperhitangkan segala perbuatan semacam ita". Qiriwavatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud,Ibnu Majah dan Hakim).
Demikian pula Puasa, di samping Puasa Ramadhan yang
diwajibkan ada puasa-puasa tathawwu', Hadits Nabi sarv:

'J6":;F" irt' \j'i 36 At *96.Wti' . .,


164

t +^r' ,.(F fiV"{, Jt|, gi "g-* P ::\6


) .

Artinya: Hadits iwalat Thalhah bin Ubaidillah Rasulullah saw berkata:


'Dan paasa bulan Ramadban"' Maka ia menanla: 'Adakab kewajibanku
selanjutnla?" Rasalullah saw menjawab: '"fidak ada, kuuali jika engkaa
bertathawwa' (menarnbalt dengan puasa sunat) .. . seterasnla Hadits. @iriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim).
Puasa Tathawwu' berdasarkan tuntunan Nabi saw yang berdalil
Hadits-Hadits shahih, ialah 1) Puasa enam hari bulan Syawwal2) Puasa
Ha.i Arafah 3) Puasa Asy'ura' atau Asyrrra'dan Tasu'a 4) Puasa dalam bulan
Syakban dan dalam bulan Muharram 5) Puasa hari Senin dan Kamis 6)
Puasa A1'1-umulbidl dan puasa agahari tiap bulan 7) Puasa Nabi Dawud B)
Puasa Muthlaq @utusan Tarjih Klaten Th. 1 980).
Tentang ibadah haii, ada haji Fardhu dan adajuga Haji Tathawwu'.
Haji yang peftama kali adalah haji Fardhu sedang haliyangke dua kali dan
s eterusnya adalah hali T athawwu', H adits N abi s aw:

'rVJeh(&*ut3frWJ6ofr t;ry
odgi,"tVlr;g't!\'HtJLn\itJ
o{luPi. jG : 1ut'ttilYtggil i6
Wfr3!6:tt7i
Artinya: Hadits iwEat Ibnu'Abbaslang berkata: Rasalallah saw pernah
berkbutbah di hadapan kani, beliau bersabda: "sesungabnla Allah nlah
ruewajibkan atas kamu sekalian menunaikan ibadab ha1i. Kenudian Aqra' bin
Habis berdii dan berkata 'Apakah pada tiap tiap tabun Rasulullah? Rasalallab
saw bersabda: 'Jika aku mengatakan tentu wajib.Ibadah haji adalah sata kali, maka
selebihrya adalah talhawau' . (Diriv'ayatkan oleh Khamsah selain Tirmidzi
dan aslinya tersebut dalam Muslim dari Hadits Abu Hurairah).
Perlu ditegaskan, bahwa semua Tathawwu' baik Shalat
165

Thathawwu', Shadaqah Thathawwu', Puasa Thathawwu' dan Haji


Thathawwu' apablla dinadzarkan adalah menjadi wajib.

2. Anak Menghaiikan Ayahnya

Tanya: Seorang ayah telah mampu unruk melaksanakan haji dan


telah berniat untuk melaksanakanny^, namun ayah tersebut sebelum
melaksanakan niatnya telah meninggal dunia. Apakah anaknva dapat
melaksanakan ibadah haji untuk menghajikan ayahnya? (A,[un, Tega/ dalan
Mu baligh M u b an nadtlah).
S arase ban

Jawab: Dalam Muktamar Majelis Tarjih belum pernah membahas


dan memutuskann;'a tetapi berdasarkan manhaj yang digunakan di Majtis
Tarjih bahwa Hadits shahih dapat dijadikan dasar hukum dalam
mentakhshishkan al Qur'an, seperti dalam mengamallian Hadits rentang
seorang anak yang menunaikan puasa untuk ayahnyayang telah meninggal,
hal ini terdapat dalam I{itab Ash-Shiyam. Maka dalam masalah haji dapat
juga menggunakan prinsip tersebut yakni anak dapat menghajikan ()rang
tuanva sendiri. Hal ini berdasarkan Hadits vang dirirvayatkan oleh Imam
Bukhari vang menerangkan bahwa seorang anak dapat menghajikan orang
tuan)'a. Hadjts itu berbunr-i:

gE\Jt-,t1(24#,JrTl,,u'e,(;U.t&
#''&:j qx i) tv as']:" * at
tqqtj,WEiw&{si,a&i,g
"6f ALt A,W, # i ; b6,tU {S; $ e
(,n|t o\:,) tlSjV
Artinya: dai Juhainah datang kepada
Sesangguhnla ada sercorang wanita
Nalti sau /a/u bertanla: "Sesunggaltrya ibuku bernadqar, ntenunaikan bEi, /a/u
1,66

beliaa belum berhaji sampai nati, apakah boleh aku menghajikanrya?" Be/iau
menjauab: "lTajikanlab dia, apakah pendapatmu kalau ibamu mempunlai hutang
engkau akan membalarnya? Bayrlah A//ah, sesanggahnla Allah lebih berhak
m en dapat pem balaran " (HR. Bukhari).
-
Dan ada Hadits lain yang diriwayatkan oleh ad-Daraquthni, sebagai
berikut:
Dari Ibnu Abbas, katanYa:

'i#M'e *vbt :FtAt,i, u"G q.t.*


6, 3G, "#*t Qg.tL* ;16 6L; 6st
J6 .frJ6, "az1r,45t *QS Ui i',!'bl!
,

(,NrDro\sr\ t$*t+6
seorang laki-laki datang kEada Nabi saty /a/u bertanla:
Artinya:
"sesunguhnla bapakku lelah nati sedangdia nempurytai tangungan kewajiban hEi
Islaru,)pakah aku boleib menghajikanrya?" Beliau bertanla: 'Apakah pendapatnu
kalau bapakrnu meningalkan hutang, apakah engkau akan mentbalar sebagai
gantinjtai ',Dia menjawab: 'Ya" Beliaa bersabda: 'Maka hajikanlah bapakma."
(HR. Daraquthni).
kedua Hadits tersebut dapat dipahami bahwa anak dapat
Daii
berhaji untuk ofang tuanya. Hal itu tidak dipertentangkan dengan ayat 39
Suratan-Najm:

(yr!
Artinya: Dan baltaasanJa
/,) ,*Cly".eyAiJS
se7rang manasia tiada rnemperoleh se/ain apa

1 ang le lah di u s a h a kan n1 a.

anak dapat dikualifikasikan Pefbuatan


oleh karena itu, perbuatan
oranpI tua. Hal ini seperti yang disebutkan dalam Hadits rirvayat al-Bukhari,
ad-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ibnu Maiyah dari Hadits 'Aisyah yang oleh
Imam Nawawi dinyatakan sebagai Hadits yang shahih, sebagai berikut:
167

(br\*.;V )0 e io i t d, ob,)
Artinya: Sesungubnla lang engkau makan adalah usabamu, dar
sewngahnla (usahQ anak-anakmu itajuga ternasuk basil usabamu.
168

MASALAH QURBAN

l.ArisanQurban

Tanya: Di instansi saya yaitu Dinas Perkebunan Kabupaten


Cirebon, telah dibentuk "Tim Kerohanian" dengan maksud agar dapat
mengembangkan/membuat kegiatan-kegiatan yang Islami. Tim yang saya
pimpin ini merencanakan akan mengadakan Arisan Qurban. Caranya
adalah setiap pegawai (semua pegawai negeri) akan dipotong RP. 1.000,00
(seribu rupiah) setiap bulannya. Nanti pada han raya qurban uang yang
terkumpul dari mereka akan dibelikan kambing.Jika uang yang terkumpul
itu hanya cukup untuk membeli tiga ekor kambing, maka yang menunaikan
qurban itu hanya tiga orang (masing-masing seekor kambing). Untuk
menetapkan siapa yang tiga orang itu, maka diadakan musyawarah.
Musyawarah menetapkan bahwa qurban itu addah atas nama tiga orang
yang ditetapkan oleh musyawarah tersebut, bukan atas nama bersama,
mohon penjelasan mengenai boleh atau tidaknya qurban tersebut ioJ (r
Aga s k Ta uf e k Rt. 0 I Rw. 5, Ja ti s u ng C i le dug C i re b o r, Jawa B a ra t).
Jawab: Kami mengucapkan selamat dan menyambut gembira serta
bersyukur bahwa di lingkungan instansi saudara telah dibentuk "Tim
Kerohanian" untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah
SWT, dengan menqembangkan/membuat kegiatan-kegi ilt^fl y islami,
^19
sebagaimana saudara utarakan dalam surat saudara.
Rencana saudara akan mengadakan kegiatan infaq Rp. 1.000,00
(seribu rupiah) setiap pegawai pada setiap bulan adalah perbuatan yang
terpuii dan sangat dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam
al-Qur'an surah al-Baqara'h ayat261;

'6$fu?^
i+Uq,Sffirr,;flI9Jty:-'{
(rrr: 4) WtayAVK.S-
169

Artinya: PeranQamaan (na/kah yng dike/uarkan oleh) zraftg Jang


membelanjakan bartanla d/alan Allah adalah, seumpama sebutir benib yng
menumbuhkan tryub butir, pada tiaP-tiap batir terdapat seratus b/i, Allab
nelipatgandakan (ganjaran) bagi oranglargdikehendakiNla dan Allah Maha Laas
M a h a M e nge ta h u i.
(kara n i aN1 a) Iagi
Bentuk "ads?n" yang akan saudara rencanakan ditinjau dari segi
hukum Islam adalah merupakan kegiatan menabung dan akad/perianjian
pinjam meminjam yang saling merelakan (antaraadhan) dan termasuk dalam
urusan muamalah atau hubungan sesama manusia oleh karena itu boleh
dantidakdilar.ang
Hasil arisan yang digunakan untuk qurban oleh merek^ yaflg
ditetapkan berdasarkan musyawarah y^ng sebagaimana merupakan
pinjaman dan tabungan kasranf anggota arisan, pada dasarnya idak ada
larangan untuk kemudian olehnya dibelikan kambing dan dipergunakan
qurban, dan qurban tersebut adalah sah juga, sebab meskipun uangtersebut
merupakan pinjaman tetapi telah mudak menjadi miliknya yang sah dan
dapat dipergunakan menurut kemauannya sendiri.
Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa ditinjau dari asas taklif
pembebanan tugas kewajiban agama (ibadah), seseorang yang belum
mampu menunaikan ibadah harta (termasuk ibadah qurban), maka dia
tidak harus pinjam untuk mengeiar kemampuan guna melaksanakan ibadah
tersebut. Allah S\XIT telah menggariskan sebagaimana termuat dalam al-
Qur'an Surah al-Baqarah ayat286:

(.n1,',/' ) ffi\tfr&l "ig'\


Arinya: A /la lt ti da k m e n b e b a n i Qugas kewaj i b an aga m a) s es e o ra ng ke ca a li
s u u ai de ngan ke m a mp u an n1 a.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak menetapkan hukum atau
tugas kewajiban agama di luar batas kemampuan manusia. Demikian pula
Allah tidak akan memberi sanksi kepada orang yang tidak menunaikan
tugas kewajiban agama, karena tidak mempunyai kemampuan.
Perlu kami jelaskan bahwa menyembelih qurban adalah suatu
bentuk ibadah telah lama dilaksanakan oleh manusia bahkan sejak zaman
N abi Adam as, sebagaim ana terdapat dalam al-Qur'an surah al-Mai dah ay at
27:
170

3";':b6$U:j"t1*V;:)5;t"96;/Stli

kepada nereka kiub kedaa anakAdan dengan


Artinya: Dan ceitakanlah
tatka/a ktdaa anakAdam itu mempercembahkan qurban, maka diteima
sebenarnl,a
qurban salab seorang dai kedaanla (ITabil) serta tidak diterina daiyng lainnla
(pabi/).
Dari waktu ke waktu, menyembelih qurban ini senantiasa dilakukan
dan disyari'atkan para Nabi dan Rasul sampai akhirnya pada zaman Nabi
Muhammad saw., sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam ftmannya
surah al-Kautsar ayat 2i

(r
')j ,)!;g3r:Jv
Artinya: Maka hendaklab kamu sbakt karenaTuhanma dan senbeliblah
qurban.
Menyembelih qurban adalah suatu ibadah yang sangat dianiurkan
dan disenangi oleh Allah, dan binatang qurban itu nanti yang akan datang
menjemput ke surga bag sbabibul qurban, sebagaimana Hadits Nabi saw.
yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Maiiah dari'Aisyah ra, Nabi
bersabda:

pvu*\tJL43t&#rfj;;:fu:'86
6Jfitt&.wbgihVlgi'#-g'{'6ft
3'€,i#"K+'"FiY ,i'tgei:iy':r$
ettti1,'bi€tt(
Artinya: Tidak ada sesuatu amalan anak Adam di luar bai nahar (bari
nenlenbelih qurban), yng lebih disakai Allah selain dari nenlenbelib qurban.
purban itil di hai kiamat akan datang sebagai keadaannla di hai nenlembelibnla
171

ItoSkoP de4gan tanduknla, kaku-kukanla vrta balu-bulun1ta. Darah qurban itu


sehelun jatult di atas bumi, /ebih dahu/ulatub ke tenpatyng nlab disediakan Al/ah
(t o rryo) Ka re n a i t u, b e rs e n a ngl a b di ri nz a d e nga n b e rq u rb a n.
Sedang orang yang telah mampu berqurban tetapi tidak mau
menunaikan, maka Nabi saw. pernah bersabda dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majjah dari Abu Hurairah, Nabi
bersabda:

u$,*95t6 {t; # 1# Ul;: sr :i


Artinya: Barangsiaa mempunlai keluann mampa berqurban tetapi tidak
ruau berqurban, makajanganlah ia mendekati nrzpatkani sbalat.
Jelas dan ny ata dartHadtts tersebut bahwa berqurban iru suatu amal
yang sangat disukai dan dianjurkan oleh Agama yang dilaksanakan pada
haitnahat
Tentang adanya perintah untuk berqurban itu, tidak ada
p ers elisihan paham p ara ulama, sebagaiman a fu man Allah dalam surah al-
Kautsar ayat2 tersebut di atas, hanya saja mereka berbeda pendapat dalam
menetapkan hukumnya apakah suruhan itu bermaknawajib atau bermakna
sunnat.
Sebagai kesimpulan jawaban atas pertanyaan saudan dapadah
kami kemukakan bahwa arisan qurban seperti )'ang saudara rencanakan
sebagaimana tertulis dalam surat saudara tidak dilarangdan sah.

2. Menyembelih Qurban Untuk IsteriYangTelah Meninggal

Tanya: Dapatkah seorang suami membayar qurban isterinya yang


telah meninggal dunia? Kalau tidak dapat, bagumana car^nya menurut
tuntunan agama Islam? Mohon penjelasan disertai dengan dalilnya. (AIat'ud
E. Satan, Pulaa Panjang, Sawahlanto, SumateraBaral)
Jawab: Peftanyaan saudara tersebut di atas masih pedu mendapat
penielasan, sebab pertanyaan itu masih bersifat umum. Pefianyaan itu bisa
berkaitan dengan membayar qurban yang telah dtnadzarkarl oleh seorang
isteri dan bisa juga berkaitan dengan membayar qurban yang bukan nadzar
tetapi qurban biasa sebagaimana dilakukan oleh orang-orang pada
umumnya. Membayar qurban yang dinadzarkan oleh seorang isteri itu
misalnya, seorang isteri pada saat masih hidup bernadzar akan
172

menyembelih qurban, akan tetapi sebelum qurban itu ditunaikan ia sudah


tedebih dahulu meninggal dunia. Membayar qurban biasa misalnya seorang
isteri berniat untuk menunaikan qurban, yakni menyembelih seekor
kambing, namun sebelum riatnya itu dilakukan ia sudah terlebih dahulu
menginggal dunia.
Apabila yang dimaksudkan dalam pertany^ n saudara itu adalah
memba)'ar qurban yang merup akan nadzar dari seorang isteri tersebut. Jika
ia tidak mempunyai harta peninggalan atau h^rt^nya yang ditinggalkan
tidak cukup untuk menunaikan qurban tersebut, maka tidak diharuskan
untuk menunaikan qurban tersebut.
Pedu saudara ketahui bahwa nadzar itu apabila belum ditunaikan
sama saja dengan hutang yang belum dibayar.Jika hutang itu harus dibayar
dan pembayaran hutang itu diambil daitharta yang ditinggalkannya, maka
demikian puia halnya dengan nadzar. N'{empersamakan nadzar dengan
hutang ini didasarkan pada Fladits Nabi saw yang diriwayatkan oleh al-
Bukhari darr Ibnu'Abbas:

V",?tJurr;(tJf6'^l;hbr,vVq.t4
uqt gi6
l,tlLuats''&i io ^,
's; S& 6eJ4,&\w,t F' i6tg; #i
Gd*t,t $yffi^\t ^t6t'\rrt5,r6
Artinl,a: Dai Ibnu'Abbas ra.: Sesunguhnla seorangperempuan datang
kepada Nabi sau serala berkata: "Sesunguhrya ibuku telah bernadqar untuk
ntenunaikan /t,tfi, tetapi sebelum senzpat ntenunaikan nadTar bajinla ita, ia terlebih
dahulu meninggal dunia. Apakah sala harus menanaikan bali itu untuknla?" I{abi
satu menjawab: 'Ya, kerJakanlab haji itu urutuk ibunu. Bukankab kalau ibunu
nempunlai /tatartg engkau wajib nembayrnla? Tanaikan bak-hak Allah
sesanguhnla Allah lebih berhek untak ditunaikan hak-hak-Nn".(HR. Bukhari
dari Ibnu 'Abbas), (\lhat S hahib al-Bukhai. JuzlII :22-23) .
Hadits tersebut dengan tegas mempersamakan nadzat dengan
hutang dari segi keduanya sama-sama harus dibayar, bahkan nadzar itu
173

adalah merupakan hutang kepada Allah yang pemenuhannya harus lebih


diutamakan. Mengenai hal yang sama terdapat pula dalam Hadits-Hadits
yanglain, misalnya Hadits riwayatAhmad dari Ibnu'Abbas:

3'U';* /t!;it;t 4S' Jti ffi*F, *


69 r t#r ik;;# b1'# 3t \6Wi;L3
(;1 ),)t&:;5JGj\{,Ag}

Artinya: Dai Ibnu 'Abbas ia berkata: Seorangperempaan be/a1ar di lawt,


Ialu ia bernadTar akan menunaikan puasa sebulan, kemudian ia neninggal dunia
sebelum menunaikan puasa itu. Saudara perenpuaru dari perenpuanJang rneningal
itu datangmengbadapNabi saw dan ruembei-tabukan kejadian ita kepadal\abi saw,
ke m a di an N a b i s aw m e m e ri n ta h kan kEa da s a u dara p ere mp u an dari p e re mp u a nJ a ltg
meningal dunia itu untuk menunaikan puasa untwkperenpuanlang meningal dania
itu. (HR. Ahmad dari Ibnu'Abbas) Musnad Abmad. Juz V : 3138 Hadits
nomor3137).
Hadits yang lebih umum lagi yang menjelaskan hal yang sama
adalah Hadits yangdiriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu'Abbas:

V *rtlP:,;*:t'; 3t1{ ij. iJJ J oF 6.t e


,#'# ryJ *ii'Jt tq';{ eic' ;,v'nr
W ),43),'&3 &df;F *ut' 5Ja4 Jt63
QtVaLy\voloV,)
Artinya: Dai Ibnu 'Abbar Suungahnla Sa'ad bin 'Ubadab nlah
memintafatuta kepada Rasulu//ab saw, nadqar iburyajtang telab meningal dan belun
sempat ditunaikannla. Rasulullalt satu menjawab (nenbei fahua) 'Tunaikanlab
nadqar itu untak ibumu". (HR. Ibnu Majah dari Ibnu 'Abbas). (Sunan Ibnu
174

Majah,I : 688, Hadits nomor 21,32).


Berdasarkan Hadits-Hadits tersebut di atas, jelaslah bahwa nadzar
yang belum sempat ditunaikan karena tedebih dahulu meninggal dunia,
harus ditunaikan oleh keluarganya. Demikian pula halnya dengan
pertanyaan yang saudara penanya kemukakan. Jika qurban itu merupakan
nadzar dari seorang isteri yang saudara penanya kemukakan, maka qurban
itu harus ditunaikan oieh keluarganya atau suaminya dengan mengambil
harta peninggalan isteri tersebut.
Untuk melengkapi iawaban ini perlu iuga kami kemukakan
mengenai pembagian nadzar ditiniau dari segi harus
ditunaikan/dilaksanakan atau tidaknya, atau dengan kata lain nadzar yang
sah dan nadzaryangtidak sah. Dari segi ini,nadzaritu ada dua macam, yaitu
pertama, nadzar untuk berbuat kebaiikan atau melaksanakan hal yang baik
1,ang diperintahkan oleh Allah. Iiedua, nadzar untuk berbuat kejahatan
atau
melaksanakan hal yang tidak baik yang dilarang oleh Allah, atau iuga hal-hal
I,ang sangat memberatkan, menimbulkan kemadharatan.
Bernadzar untuk berbuat kebaiikan, menaati Allah atau
menunaikan perintah Allah, l-rarus dilaksanakan, artinya nadzar tersebut
hukumnya sah. Sebalik nya, nadzar untuk mengeriakan maksiat melakukan
perbuatan yang dllarang Allah harus ditinggalkan atau tidak boleh
dilaksanakan arttnya nadzar tersebut hukumnya tidak sah. Demikian inj
didasarkan pada Hadits Nabi sau' riu'ayat al-Bukh ari dari Siti'Ais1'ah:

/1
'7 tt
7
-.-rU i ur "";$5
zlt
iV'f #
^t'U- "&3
(,t4,0\tt) );1>V+i;;-
Artinya: 'Aiyah ra ia berkata: llabi saw bersabda: 'Barangsiapa
bernadTar akan ruenaatiA/lah (menunaikan lang baik yng dipeintabkan o/eh
A//ab) bendak/ah ia tunaikan, dan barangsiapa bernad1ar akan ntenwiakan
ruaksiat @erbuatan buruklang di/ararry okh A//ah) naka janganlah ia keiakan.
(H R. al-B ukh ari dan'Ai syah) . (S h a h i h a /-B a kh ari, Juz YIII : 77 7 ; B andingkan
Sanan Ibnu MEah,I:687 ,Hadits nomor2l'26).
175

Hadits di atas dengan jelas menjelaskan bahvra nadzar yang baik


harus dilaksanakan sedang nadzar yang buruk tidak boleh dilaksanakan.
Dalam kaitannya dengan masalah yang ditanyakan oleh penanya, yaitu
qurban, maka kalau itu merupakannadzar,makaia termasuk nadzatyang
baik yang harus dilaksanakan.
Apabila qurban yang ditanyakan itu bukan qurban y^ng
dinadzarkan oleh seorang isteri tersebut, maka hal itu tidak pedu
dlbayar/ditunaikan. Jika seseorang telah berniat/bermaksud akan
menunaikan qurban, tetapi ia tidak menad zarkannya, atau akan melakukan
sesuatu kebajikan kemudian ia meninggal dunia sebelum menunaikan
qurban atau kebajikanyangdiniatkannya itu, maka orang itu tidak dituntut
lagi untuk menunaikan qurban atau perbuatan kebaiikan tersebut.
Demikian pula keluarga atau ahli warisnya tidak dituntut untuk menunaikan
qurban atau perbuatan kebajikan itu sebagai gantinya.
Dengan demikian, ilka yang saudara Penanya maksud itu
membayar qurban yang bukan nadzar @ukan dimaksudkan sebagai nadzar
oleh isteri tersebut), melainkan hanyamembayar qurban yang biasa sebagai
suatu amal kebajikan, maka suaminya keluarganya tidak diharuskan
^tav
untukmembayarny^,
176

MASAI-AH PERKA\T/INAN

1. Nikah di Catatan Sipil Menurut Agama

Tanya: Sekarang ini sedang ramai dipersoalkan nikah campur.


Apakah seorang wanita Muslimah dengan pria non Muslim mengadakan
nikah di c t^t^n sipil menjadi sah menurut
^g
ma Islam? Mohon
penj elasan. (Agu s, NTT).
lavtab: Aruran perkawinan campuran dahulu digunakan untuk
mengatur perkarvinan ptia dan wanita yang berbed^ Kalau
ada seorang wanita
^nt^r
Muslimah nikah dengan pria non
^gam^.
Muslim menurut al-
Qur' an dilarang b e rda s a rkan ay at 221 s u rat al- B a qar ah:

F^:*U{S'#.|;,f;5gt$i{5
36 w\j qlq

'ffi5q.*b'#'u3'*SG;I-
(vr tr 'o?,)
Artinya: Janganlah kana nikahi aanita-wanita rnuyik sehe/um rnereka
beriman: suunguhnla wanita badakyngMukmin lebih baik dai wanita muyik
walaupan dia menaik hatimu. Dan janganlah kanu menikaltkan zrang-zrang
rzuyik (dengan wanita Muknin) sebelum mereka beiman. Sesunguhryta budak
langMaknin lebih baik dai orangrtuslik walau dia menaik hatimu"'
Melihat ayat tersebut, laki-laki Mukmin dilarang nikah dengan
wanita non Muslim dan wanita Muslimah dilarang walinya untuk
menikahkan dengan laki-laki non Muslim. Sebenarnya kalau tidak salah
dalam perjanjian lama kitab Ulangan 7:3 pernikahan antar orang yang
berbeda agama juga dilarang. Dalam Ulangan 7:3 itu disebutkan antaralain;
"Janganlah engkau mengadakan perianfian dengan mereka dan janganlah
engkau mengasihani mereka. Janganlah engkau kawin-mengawin dengan
mereka; anakmu perempuan janganlah kau berikan kepada anak-anak laki-
laki mereka, atau anak perempuan mereka iangan kau ambil bagi anakmu
177

laki-laki, sebab mereka akan membuat anakmu lakilaki menldmp2t* 6u.i


padaku. Dalam Islam larangan itu menghalangi sahnya perkawinan,
karenanya perkawinan yang diadakan antaLr pria dan wanita yang berbeda
ag m tidak sah menurut hukum Islam. Dalam Undang-undang No. 1
tahun 1.974 pasal 2 ayat 1, disebutkan: "Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masingagamanya dan keperc^ya nnya
itu".
Jadi jelas, kriteria sahnya perkawinan adalah hukum masing-msing
n:rlnya yang dianut oleh kedua mempelai. Kalau kita melihat ayat 221'
^g
surat al-Baqarah makawanita muslimah dilarangnikah dengan laki-laki non
Muslim sehingga kalau dilakukan pernikahan tidaklah sah iadinya' Kalau
sekiranya hal itu dicatat di kantor Catatan Sipil, maka hal itu tidak berarti
menjadikan sahnya perkawinan tersebut, tetapi hanyalah menunjukan
adanya suatu perjaniian telah terjadi, jadi hanya bersifat administrasi.
Demikian dinyatakan dalam Hukum Perkavrinan Islam dan Undang-
undang Perkawinan susunan Ny. Sumivati, SH halaman 63'
Mengenai larangan lakilaki Muslim nikah dengan wanita non
Muslim ada yang membolehkanny^ berdasarkan 5 surat al Maidah,
^y^t
yang didalamnya ada ungkapan yang membolehkan pernikahan laki-laki
Muslim dengan wanita ahli kitab. Hendaknya hal itu dilihat pula pada ayat
113 suratAli Imran, sehingga dapat direnungkan ahli kitab yangbagaimana
yang menjadi kriteria wanitanya dapat dinikahi laki-laki Muslim. Dalam
pada itu dalam praktik pernikahan wanita kitabiyah dengan laki-laki Muslim
banyak membawa kemadharatan dan atas dasar saddan ltdzdzatie'aa
(menutup kemungkinan yang buruk dan dat'ul mafaasidi muqaddamun
'alaa jalbil mashalihi (menghindari kerusakan harus didahulukan daripada
yang akan mendatangkan masalah), maka pernikahan demikian iuga
dilarang.

2. KawinLari

Tanya: Seorang ieiaka dan seseorang gadis sudah mengikat ianji


akan mendirikan rumah-tangga, tetapi keluarga keduanl'a tidak menyetuiui.
Keduanya lari ke tempat lain dan minta dinikahkan dengan wali hakim.
Bagaimana hukumnya nikah lad itu? Mohon penielasan. (Bad. Hamid
Baha'addin, Lgn. No. 71 96, TanjangKarangl-anpung).
Jawab: Sebelum diterangkan bagaimana hukum melakukan kawin
178

lari terlebih dahulu perlu diketahui bahwa hukum perkawinan Islam di


Indonesia menurut persetujuan atau kesepakatan ulama Indonesia
dikumpulkan dalam suatu kumpulan hukum Islam yang disebut Kompilasi
Hukum Islam. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia
kompilasi itu agar disebaduaskan unfuk digunakan oleh instansi-instansi
pemerintah dan oleh masyankat yang memedukannya. Hukum-hukum
Islam yang dimuat dalam kompilasi tersebut merupakan hasil kesepakatan
alim ulama Indonesia tentang hukum yang didasarkan kepada al-Qur'an
maupun as-Sunnah baik secara langsung atau tidak. Yang tidak langsung,
dilakukan dengan ijtihad secara kolektif atau disebut ijtihad jama'iy.
Pasal 2 dari Kompilasi menyebutkan bahwa perkawinan menurut
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat "atau
mitsaaqan ghaliidhan" untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
Pasal 3 menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah-tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.
Pasal 4 menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal2 1 Undang-
^y^t
undang no. 1 tahun 1,97 4 tentangperkawinan.
Dari ketiga pasal di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Perkawin an adalah suatu perbuatan ibadah.
b. Pe rkawin an adalah b ertu j uan menciptakan keluarga s akinah.
c. Perkawinan dipandang sah apabila dilakukan menurut hukum
Islam.
Barangkali dari ketiga kriteria tentang perkawinan di atas dapat
dijadikan tolok ukur apakah kawin lari termasuk yang Islami atau tidak.
Tolok Islami ini bukan hanya dari segi hukum tetapi juga dari segi akhlak.
Apakah perkawinan lair dapat dikriteriakan ibadah? Apakah perkawinan
Iandapat dikriteriakan untuk membentuk keluarga sakinah? Tentu saja kita
tidak dapat berkata bahwa kawin lari termasuk ibadah dan bertujuan
membina keluarga sakinah kalau perkawinan lari itu adalah hanya untuk
memenuhi tuntutan jasmaniah. Tegasnya hanya dorongan nafsu nmaja
yang kurang direnungkan akibatnya. Demikian ir:gu sukar dinilai
perkawinan lari itu baik, dan untuk membina keluarga sakinah, kalau
perkarvinan itu sendiri dilakukan dengan harus memecah ketenangan
keluarga masing-masing calon suami-isteri.
179

Barangka[ dapat dikatakan boleh, kalau dalam keadaan terpaksa


seperti orang tua kedua calon suami-isteri tidak mengizinkan, padahal tidak
ada alasan syar'iy yangmelarangnya. Seperti karcna calon suami atau isted
tidak kaya dan sebagainya, padahal dari segi tidak ada masalah.
^gama
Bahkan akan menjadi masalah kalau dibiarkan atau dihaTangi,misalnya akan
terjadi pelanggaran hukum ag ma seperti kumpul kebo dan sebagainya.
Hal ini patut menjadi renungan orang-orangtua dengan mengambil makna
Hadits riwavat at-Tkmidzy dan Ahmad yang intinya: 'Apabila ada seorang
yang melamar gadis padahal agama dan akhlak pemuda itu baik Nabi
memerintahkan agar orang-tua wali mengawinkan anak gadisnya dengan
pemuda itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan".
Dari segi hukum, sah dan tidaknya perkawinan tersebut dalam
pasal 14 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahva rukun perkawinan
adalah 4 yakni: calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi dan
keempat ijab serta kabul. Jadi kalau terPenuhi empat rukun ini perkawinan
lan dapat saja dinyatakan sah. Yang menjadi persoalan dalam kasus kawin
Iari adalah soal wali. Dalam pelaksanaannya biasanya kawin itu dilakukan
oleh vza[ hakim. Menurut pasal 23 Kompilasi disebutkan bahwa wali hakim
baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabia wali nasab tidak ada atau
tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui temPat tinggalnya
atau gaib atau adlal atau enggan.Jadi kalau teriadi kawin lari dan dinikahkan
oleh wali hakim vang memang beralasan kebolehannya wali hakim
menikahkan calon suami isteri yang tidak memenuhi syarat dan rukun,
pernikahan tersebut dapat dipandang sah.
Kesimpulannya kawin lari yang memenuhi syarat dan rukun
pernikahan dan lari bukan semata-matakarcna untuk melampiaskan nafsu
dan kehendak kedua calon suami-isteri itu tetapi dalam tangka untuk
membina keluarga sejahtera dan menyelamatkan diri dari perbuatan
maksiat tidak bertentangan dengan jiwa agama Islam. Perkawinan laityang
menurut syaratd^n rukunnya terpenuhi tetapi lari karena menghindari atau
m en j auhi or ang- tua f w ali yan g utam a dap at dtb asi d ua :

Kalau alasan orang-tua memang tidak benar, dapat dikategorikan


a.
kawin lari tersebut sah tetapi kurangbaik. Mestinya ditunggu sampai orang-
tua sadar akan kekeliruannya, sehingga mengizinkan.
b. Kalau alasan orang-tua baik dan benar, sekalipun petkau'inan
sah, pelaksa naannya termasuk perbuatan dosa.
180

3. NikahTanpa Izin OrangTua

Tanya: Saya telah berusia 23 tahun dan mempunyai teman putri


yang telah akrab dan hubungan saya dan teman itu telah direstui orang-tua.
Kami merencanakan tahun L992 int akan melangsungkan pernikahan,
tetapi jangan-jangan orang tua tidak mengizinkan kalau terlalu cepat.
Apakah dapat kami melangsungkantanpaizinorang tua dan menggunakan
wali hakim? (A,[fH. d/ aEd| SMAM. Combang).
Jawab: Kedudukan vraii nikah dalam hukum perkawinan Islam di
Indonesia telah dimuat dalam "Kompilasi Hukum Islam" sebagai
kesepakatan ulama-ulama Indonesia. Dalam fasal 19 dari Kompilasi
Hukum Islam tersebut menyatakan: "lWali nikah dalam perkawinan
merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempeiai wanita I'ang
bertindak untuk menikahkannya". Arti rukun ialah merupakan unsur kalau
tidak dipenuhi perbuatan itu tidak sah.
Mengenai wali hakim sebagai disebutkan dalam fasal 23,
disebutkan bahwa: Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah
apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin dihadirkannya atau tidak
diketahui tempat tinggaln y a atau gub atau adlal atau enggan.
Sebagaiman^yangAnda kemukakan, orang tua teman Anda yang
mestinya bertindak sebagai wali telah merestui. Untuk itu sebaikny^ r
^g
ditempuh agar Anda sabar dalam arti menjaga diri dalam pergaulan dan
sabar dalam arti menunggu waktu kesediaan wali menikahkan Anda. Insva
Allah dengan kesabaran Anda dan selalu memohon pertolonganNya
kesulitan dapat diatasi.

4. Menikahi Vanita Hamil

Tanya: Apa hukum perkawinan seseoranglakilaki dengan seorang


gadis yang sedang hamil? Apa aqad nikahnya perlu diulang setelah
melahirkan? Siapa wali pernikahan anak tersebut bila ia perempuan? @[rftoh
A. MTt Mahanruadlah Naapeiangan Padangrata, L^anpungTengalt 34/ 76).
Jawab: Perkav'inan tersebut tidak sah, kecuali dengan lakiJaki yang
spermanya membuahi kandungan gadis itu. Alasannyatalah Hadits:

':,vj4;Vti'iliNV'iias;)lJ+{
181

(rr\.r;f ob,) g#'tJ


Artinya: 'Tidak balal (haran) bagi seorangyangbeiman kepadaAllah dan
hari akbirat nenliramkan airnla ke ladangorang/ain". $,lhatSunan Abu Daud,
cet. 1, jilid 1,, th. 1.37 1. H / 1.952M,hil. 497).

Dari Hadits di atas difahamkan bahwa jika seorang wanita hamil,


maka ta tidak boleh kavzin @ersetubuh) kecuali dengan bekas suaminya
yang telah merujukinya atau dengan suaminya sendiri. Dan difahamkan
pula bahwa wanita tersebut boleh melakukan akad nikah dengan lakilaki
y".tg -.ry.babkan kehamilannya,karefla rahim wanita itu telah menjadi
kebun yang telah ditanami bibit lakilaki itu. Keterangan ini bukanlah
be rarti menghalalka n zina.
Hal ini dikuatkan pula oleh ayat 4 Surat at-Talaq,yang menyatakan
bahwa iddah wanita hamil sampai melahirkan anaknya, setelah itu ia boleh
kawin dengan lakilaki lain. Sedang bekas suami yang menyebabkan
kehamilannya ia boleh dirujuki atau dikawini kembali oleh bekas isterinya
itu, karena vranita itu merupakan ladang yang telah ditanami bibit bekas
suaminya itu. Peristiwa int dapat diiadikan dasar untuk mengqiaskan
perkawinan seorang laki-laki dengan gadis yang telah dihamilinya itu.
Dengan demikian maka perkawinan laki-laki dengan gadis yang
hamil itu tidak sah, karenaitu ia harus melakukan akad nikah setelah gadis
itu melahirkan. Kecuali jika yang menyebabkan kehamilan gadis itu ialah
laki-laki tersebut, itu nik ahnya sah. Hal ini berdasarkan kesimpulan Seminar
Majlis Tarfih tahun 1986, dengan dasar, tidak termasuk yang dilarang pada
SuratAn-Nisa'.
^y^t23
Jlka anak perempuan yang lahir dari perkawinan seorang gadis
hamil dengan laki-laki yang menyebabkan kehamilannya itu telah besar,
maka wali perkawinannya ialah lakilaki itu, karena laki-laki itu telah
menf adi bapaknya yang sah. Jika gadis itu melahirkan anak Perempuan
dalam keadaan tidak bersuami (<arena tidakpernah melakukan akad nikah),
maka walinya adalah wali hakim, yang di Indonesia dilaksanakan oleh
Pegawai Kantor lJrusan Agama (KUA), sebagai peiabat yang diberi
wev/enang oleh pemerintah. Dasarnyaialah:

36iA( ..,'& i:t6'*r F Pt 3;U 3\6


.
tB2

| +yrs$4u?y rirtj $,,


t^ia*';fl;
Artinya: 'BersabdaRasulu/lah saw, ...maka sultan adalah wali oranglang
tidak ltentali".
Yang dimaksud dengan sultan ialah pemerintah.

5. Perkawinan Saudara Kembar

Tanya: Bagaimana hukum perkawinan bagi suami-isteri yang


kemudian terbukti bahwa mereka itu adalah dua orang saudara kembar?
Jawab: Allah SWT melarang seorang lakilaki melaksanakan
perkawinan dengan saudaranya yang perempuan, sebag aimana dijelaskan
dalam firman-Nya:

..,,#;r,iU(*t:;,r;fit &trJt
'
(vvr ,\Jt)
OrOn ya: 'Diharartkan atasmu (mengawini) ibu-ibuma, anak-anakrnu
1a ngp e re mp u a n, s aa dara -v a daram u1 angp e re ftlp //an, ... (QS. An-Nisa' 4 : 23).
Dari perkawinan akbwatukum (saudara-saudaramu yang
perempuan) difahamkan pula "saudara-saudara kembarmu yang
perempuan". Jika dua orang saudara kembar tedaniur melaksanakan
perkawinan dalam keadaan tidak mengetahui bahwa mereka berdua adalah
saudara kembar, ia harus memutuskan hubungan perkawinannya. Onng
yang tidak mengetahui sesuatu larangan,lalu ia memperbuatnya, maka ia
harus menyesuaikan dirinya dengan hukum yang seharusnya bedaku bagi
dirinya, pada saat ia mengetahui bahwa ia telah melanggar sesuatu lanngan
iru. Orang yang tidur adalah orang yang tidak mukallaf, karena itu
^g?ma
tidak dibebani hukum, tetapi ia harus menyesuaikan diri dan melaksanakan
hukum yang benar pada saat ia mengetahui kesalahannya, sebagaimana
difahamkan dari Hadits Nabi saw.
183

MASALAH JANAZAH

l.CaraShalatlanazah

Tanya: Kami belum mengerti sepenuhnya mengenai shalat


janazah, untuk itu bagaimanakah tata car^ shalat jamaah vang dipraktikkan
Rasulullah tentang:
a. Takbir-takbirnya yang pakai angkat tangan
b. Doa-doanya danSalamnya?
ft7. Mu fi adi, Merakurak J en a N o. 3 5 5 Tu ban Jawa Ti n ur).
Jawab: Tentang takbir-takbit shalat Janazah yang mengangkat
t^ng pernah ditanyakan. Maka jawab^nny^ sama denganTanyaJarvab
rr,
Agama I halaman239 sebagai berikut:
Menurut tuntunan yang telah ditarjihkan, takbir dalam shalat
ianazah ialah empat kali dan tiap-tiap takbir dengan mengangkat tangan'
Dasar mengangkat tangan dikala takbir pada shalat ianazah ialah apa yang
diriwayatkan al-Bukhari dari Ibnu Umar; menutut al-Hafidh Ibnu Haiat N-
Asqalani, periwayatannya shahih tetapi al-Bukhari menganggaP mu'allaq
dan menganggap bersambung (muttashil) sanadnya pada t>agian
mengangkat tangan ini dengan ungkapan.

Artinya: Babwasanla beliaa mengangkat kedua tangannla dalam semua


takbir (sbalat)janaqah. (Kitab Nailul-AutharJuz 40).
Dan tentang doa-doa shalat ianazah dan salamnya iawabannya
sama dengan yang terdahulu, JMNa. 5 / 57 Th. 1 987 sebagai beikut:
1

Menurut Hadits riwayatMuslim dan an-Nasa'i dari Auf bin Malik,


ia menyatakan bahwa ia mendengar Nabi dalam menyalatkan ianazah (t:dak
dis ebutkan w atita atau pria) b erdoa: Allah ummagh fidahu wathamhi,r wa' fu
'anhu dst. Selaniutnya berkata 'Auf. Maka sayapun bercita-cita semoga
sayalah orang yang mati yang didoakan itu, mengingat doa Rasulullah saw
untukmayititu.
Mengingat Hadits itu cukuplah membaca doa seperti tersebut
1.84

dalam Hadits tersebut, sekalipun mayit itu wanita, karena pengertian


"ma1it" yang dhamirnya laki-laki, dapat untuk lakilaki dan wanita. Dan
salamnya seperti salam shalat (HPT cet. III halaman 230) berdasar:

':FA,&;i6v,q,*.6ikp)43q
,yA'ti:A6\)J6"tr'*ti,tt';uS*"nt
,F4,W4',!Qitv2.6e'Jl\:1i'e
tl'ti,p+VJt"tAr

,6:3J5' JF+A ,ofr"#Aue*qis


(rt / t,',F
Artinya: Mengingat Hadits Isnail al-padli dalam Kitab ash-Shalat'a/an-
Nabi dai Abu Umanab babwa ia berkata: Suungubnla menurat Sunnab, dalam
mensba/atkan janaqab ialah membaca al-Fatihab dan membaca sbalawat atas Nabi
saw la/u dengan ikhlas nendoakan kepada nalit sampai selesai dan membacanla
banla sekali, kemadian salan. pidwayatkan oleh Ibnul-Jarud dalam kitab al-
Muntaqa yang dikatakan oleh al-Hafidh bahwa mereka yang membawakan
Hadits ini tersebut dalam kitab Bukhari Muslim Q\ailul-Authar IV/ 1 03).

2. Shalat Ja naz a}nT anpa Wudlu

Tanya: Apakah benar pendapat bahwa shalat janazah dapat


dilaksanakan tanpa harus wudlu lebih dahulu? Mohon penjelasan hal ini.
(A[ah. .laruan Basi, SMA Mubammadjab Majene, S u/-Se/).
Jawab: Ada pendapat yakni dari Asy Sya'b, bahwa shalatjanazahitu
tidak perlu didahului dengan wudlu, karcna shalat janazah itu tidak
185

dilakukan dengan ruku' dan sujud, dalam arti shalat janazah itu sama
dengan berdoa, yang tidak memedukan wudlu. Pendapat ini lemah karena
masalah shalat dilihat hanl'a dari segi bahasa, padahal shalat telah men;acli
masalah syara', yakni pelaksanaan ibadah berdoa dengan beberapa
ketentuan lainnya.
Dalam Hadits Nabi disebutkan: "IA SHALATA I-iMAN LA
'WIJDLUA IAHU" aftinya tidaklah sah shalat orang yang tidak berwudhu.
Demikian pula Hadits Nabi yang arttnyai Allah tidak menerima sesuatu
shalat tanpa bersuci (HR. N{uslim). Kata-kata dalam Hadits itu berbentuk
'AM, meliputi seluruh arti shalat, baik shalat fardhu, shalat sunat, shalat
biasa maupun shalat janazah. Jadi shalat janazah juga memerlukan
beru,'udhu lebih dahulu.

3. Doa ShalatJanazah

Tanya: Dalam HPT (Himpunan Putusan Taryih) tentang doa


shalat janazah dicontohkan dengan bunyi: Wagsilu bimaain watsaljin
wanaqqihi ... s^ya membaca beberapa kitab, sesudahkata-kata bimaain
watsaljin, ada kata Wabaradin atau \Wal barad. Saya mohon penjelasan,
apakah dalam contoh itu memang ada kekurangao tidak? ({hamsun
^t^v
Ram li I{BM. 5 8 6 0 6 /, Te rs o n o, B ata ngJawa Te nga h).
Jawab: Dalam HPT tidak dicantumkan Haditsnya, tetapi hanya
contoh doa yang dibaca dalam shalat janazah, yang lengkapnya disebutkan
seperti dalam Hadits seperti anda baca, dengan kata Bandin jika
sebelumnya berbunyi Watsaljin dan Walbarad bila sebelumnya berbunyi
Watsalji. Dalam HPT disebutkan Haditsnya, tetapi hanya sebagian awalnya
tidak disebutkan seluruhnya barangka[ ada baiknya dalam kesempatan ini
disebutkan secara utuh Hadits yang memuat doa dalam shalatianazahitu,
antaralainberdasar riwayat Muslim, dari sahabat'Auf bin Malik.

,$;^(b*ut3;"1$$i;--t$G,tf6,
';atr:f-rfgt*Y'b-f.SXC;S';e
t;5r4;!75"'utv*;.6:"G3/iP't
186

QQ'hpSzAi&,s,W:^Uif^Ftt
f;it 4{6 l 6, 3;:jtr s}r qX\A ;
"^L:Vv.:,>U+"jt # bI;tW 4" b
ty,u,lu6sl,,,fG,ftJl$fli-,\""52""UU'21-1,i
4. Shalat JanazahSesudah Shalat Ashar

Tanya:Disuatu tempat di Medan ada seorang tua yang meninggal


dunia pukul 06.00 pagi, karena anaknya yang tinggal di luar Medan
datangnya pukul 04.00 sore, barulah ianazah itu diberangkatkan untuk
dikubur. Sebagian orang-orang yang datang takziay ah belum men shalatkan.
Untuk itu janazah dibawa ke masjid untuk dishalatkan, karcna sebagian
yang belum menshalatkan janazah itu belum shalat Ashar, maka
menshalatkan janazahitu dahulu, karena meflurut mereka ada Haciits yang
melarang shalat sesudah Ashar. Pertanyaannya, shalat sunat sesudah Ashar
saja ataukah meliputi seluruh shalat termasuk shalat janazah? Mohon
penjelasan. (Saman Damanik, Kerasaan I Ke/. Bandar, Kec. Perw. Bandar, Kab.
S i nt ala ngu n, S u m atera U tarQ.
Jawab: Terlebih dahulu perlu disampaikan Hadits yang
meniadakan shalat sesudah Ashar, sebagai berikut:

)irt 3;"- i;4, Jt|"rg^Jtt{*; qrp }g J'*


'&F#ti5ti,^;{33t4:J*hrb
p,
t'4 t
e#'Fpi'^3,'*trt{1 ;At
(F,Plo\:,)
Artinya: Tidak ada sbalat suudab shalat Shubuh sanpai matahari
187

neninggi dan tidak ada shalat sesudah sbalatAsbar sampai matabari terbenam. (HR.
Bukhari dan Muslim, an-Nasaiy dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id dan iwayat
Ahmad Abu Dawuzdan Ibnu Majahdari'Umar).
Dari Hadits di atas dapat dipahami bahwa tidak ada tuntunan untuk
melakukan shalat sesudah shalat Shubuh dan ShalatAshar.
Dalam mengamalkan sesuatu Hadits haruslah dilihat pada Hadits
yanglainyane ada hubungannyadengan hal itu. Pada pengamatan kami ada
beberapa Hadits yang menunjukkan bahwa Nabi menger1akan shalat sunat
sesudah melakukan shalat Ashar. Shalat itu bukan shalat sunat ba'dal Ashar
(yang dapat dimasukkan shalat sunat ba'diyyah) tetapi shalat yang dilakukan
Nabi itu shalat qablal'ashri, hanyakarena lupa atau karena kesibukannya,
shalat itu dilakukan sesudah Ashar. Hal itu dapat kita baca pada Hadits
riwayat Muslim dan An-Nasaiy dari Ibnu Abi Hunkah.

'\4\i7e
&, rg;;.',t" al: \S'i;Fjt C.\ &
r4;^,1* it : $J'4'u% fii'r rF iA ry t

J" W66 g6 .;,&uC { i1".&3


c56ffiW'J\e#'Ly?,P,
t{;;rt'",t'.i,/J56y56 .\#3f,Fi
\)r),t(*t ot ,)
Artinya: D ai I bnu Abi Hurairab ia nenlatakan bahwa Abu S alan ah bin
Abdurrahnan pernab bertanja pada 'Aiyah tentang dua rakaatlang dilakukan oleh
Rasulu//ab sevdahAshar. Maka'Aislah menjawab:'BiasaNabi rnelakukan sbalat
ita sebeluru Ashar, kemudian karena sibuk ataa karena lupa untuk me/akakan dua
rakaat itu, beliau nengejakan sha/at itu sesudah Athar, lalu menetapkan
kebolehanryta.Dan kalau Nabi telah melakukan shalat sekali naka tetap
nerubolebkanrya. (HP.. Muslim dan An-Nasaiy dari Ibnu Abi Hurairah).
Hadits lain yang mengandung makna yang hamplr sema
188

diriwayatkan oleh An-Nasaiy dari Ummu Salamah sebagai berikut:

'M^fiJUb156W"r,tGij2Jkilf
ci,G4nrjeffij,&'&J&'A,
(,-trrJ,ot,)Fi$
Artinya: Dari Ummu Salamab ia berkata: 'T,asalullahpernah disibukkan
(sebinga terlupa) mengejakan sbalat dua rakaat sebelam Asbar maka beliau
melaku kan n1a suudah sbalat Asbar. (HR. An-N4saiy).
Kedua Hadits yang menerangkan bahwa Nabi melakukan shalat
duarakaat sesudah Ashar kelihatan ta'arudl (bertentangan) dengan Hadits
yang menerangkan tidak ada shalat sesudah Ashar. Tetapi hal itu tidak pedu
kita tetapkan bahwa keduanya ta'arudl yang kemudian kita tarjihkan mana
yang lebih rajih. Dari Hadits lain dapat kita ketahui, bahwa tupanya
keteladanan shalat sesudah Ashar itu telah menjadi pengertian di kalangan
sahabat, khususnya sahabat wanita. Pada suatu saat, terdengadah oleh
mereka bahwa Nabi melakukan shalat sesudah Ashar, maka menjadilah
permasalahan di kalangan ibu-ibu sahabat, khususnya dibenak Ummu
Salamah, ketika melihat sendiri bahwa Nabi melakukan shalat tersebut,
Ummu Salamah menyuruh seorang jaiyah untuk menanyakan hal itu
kepada Nabi, maka dijawab oleh Nabi kalau ia melakukannya karena tidak
melakukan shalat dua rakaat sesudah dhuhur karena sedang menemui tamu
dari Bani Abdul Qais, maka beliau kerjakan shalat sunat dua rakaat itu
sesudah shalat Ashar. Keterangan ini dapat dilihat dariiwayatBukhari dan
Muslim dari Ummu Salamah.
Dari riv'ayat ini dapat diketahui bahwa Hadits yang menerangkan
Nabi melakukan shalat sesudah Ashar itu datang sesudah keterangan yang
menyatakan bahwa Nabi meniadakan shalat sesudah Ashar. Karenanya
dapat dianggap bahwa larangan itu tidak ada lagi atau kalau dipahami secara
al am'u wattaufiq maka Hadits yang meniadakan shalat sesudah Ashar itu
f

adalah shalat sunnat ba'dal Ashar (shalat sunat ba'diyah) tetapi tidak
diiarang melakukan shalat yang lain yang mempunyai dasar, seperti shalat
janazah. Tegasnya shalat janazah sesudah shalat Ashar itu tidak dilarang.
189

Yang dilarang kalau melakukan shalat ianazah itu pada waktu matahari
terbit atau pada waktu matahariterbenam atau pada waktu matahari berada
di tengah-tengah. Hal ini didasarkan kepada Hadits riwayat iama'ah ahlt
Hadits kecuaii Bukharidart 'Uqbah bin'Amir.

v;!1ft93&3rigj'6-*el1i,iAr&
x,Q,Jr'qrdp D 3;&q.;;iJ:rZ: M
(

Artinya: Dai'Uqbab bin'Anir, ia menerangkan bahwa ada tiga saat


(wakn)Rasulallah saw melarangkami senua (tahabat) untuk melakukan shalat dan
(ruelarang kani) untuk mengubur malat kani ketika natabai sedang terbit sanpai
matahai naik, dan ketika matahai berada di tengabtengab dan ketika matahari
banpir terbenam sampai matabai benar-benar terbenam. (HR. Jama'ah, kecuali
Bukhari dari'Uqabah bin'Amir).

5. Shalat Gaib B agi yang Tidak Dikenal Akhit }{ay atny a

Tanya: Ada seorang wanita non Muslim yang nikah dengan


seorang muslim dan hidupnya dalam suasana Muslim, karena wanita itu
melakukan shalat juga. Setelah orang itu sakit dan meninggal dunia dibawa
keluarganya ke luar daerah dan diupacarai menurut ag ma keluarganya.
Kami tidak tahu persis apakah di kala akhir hidupnya keluar dari Islam
kemudian kembali meniadi non Muslim atau masih tetap menganut^g m
Islam. Bagatmana kedudukan orang tersebut, apakah orang itu kita hukumi
non Muslim at^u kita hukumi Muslim (Nfuslimah karenz wanita)? Dan
apakah boleh dishalatkan gaib oleh masyarakat di tempat suaminya, di
mana dulu ia telah masuk Islam? (fakmir Al-Abrar; Tangunan Pui,
Mojokerto).
Jawab: Kalau jelas wanita itu masuk Islam, apalagi selaiu
190

mengeriakan shalat di Masjid Al-Abraq jelas ia adalah seorang Muslimah.


Kalau orang tuanya kemudian berada di luar daerah, karena kita tidak tahu
perubahan status agamanya, maka dihukumi tetap muslimah. Hal ini
didasarkan pada hukum istishhab yakni penetapan berdasatkan pada
hukum yang berdekatan danyang meyakinkan. Pada waktu pergi wanita itu
dalam ke adaan Muslimah dan tidak tahu perubahan status agamanya,maka
ditetapkan sebagai Muslimah. Dasar penet apanint adalahHadits Nabi yang
berbunyi:

(rr $) s?j!\txr:#jy6
Artinya: 'Tingalkan lang meragukan ftiliban) rzenaju yng tidak
rteragukan". (HR. Ahmad dariAnas)
Hadits tersebut banyak yang meriwayatkan, seperti an-Nasaiy dari
Al-Hasan bin Ali dan Ath-Thabannty dari Wahishah bin Ma'bad dan Al-
Khatib dari lbnu Umar dengan nilai shahih.
Kalau tentunya hukumnya tetap Muslimah tentu masyarakat di
mana dahulunya tinggal, tidak adahalangan untuk melakukan shalat gaib
terhadap wanita itu.

6. ShalatJanazahBagi Wanita Dan Do'a

Tanya: Apakah boleh wanita menshalatkan janazah lakilaki?


Bolehkah wanita berjamaah makmum imam pria di kala shalat janazah?
Artinya sesudah selesai shalat, biasanya dipimpin oleh imam dan diamini
oleh makmum. Mohon penjelasan. (4n. No. 3924, Banjarmasin).
Jawab: Pernah 'Aisyah menshalatkan Sa'ad bin Abi Waqash di
masiid ketika Sa'ad meninggal dunia. Hal ini berdasarkan itwayatMuslim
dariAbuSalamah:

\67i^tCJ89tL,Jt6;g1v76|r,k6*
!tq,rbgI2n6j6'S"g-.#)66t{
&6iVU\i5(&q\5F6.^53#
191

,#i{r\X'Ji,J;'& r^t"t;i,t'-V4
(l'-,ta\:r) #Sr#
Artinya: Dari Abi Salamab bin Abdurrabman diiwalatkan bahaa ia
berkata: Ketika Sa'ad bin Abi IVaqash neningal dania, 'Aiyah berkata:
Masukkanlah janaqabrya ke najid, agar saJa dapat menshalatkannla. Orang
baryak menolaklang demikian (untuk memasakkan ke nayid). Maka'Aiyah pan
berkata: Deni Allab sungub Rasulullah saw telab menshalatkan janalah daa putra
laki-lakiBaidla di nayid,ykni Sahail dan saudaranla. (HR. Mulsim).
Dalam salah satu flwayat,bukan hanya 'Aisyah yang menshalatkan
tetapi juga isteri-isteri Nabi yang lain. Dalam pada itu menufut iumhur
ulama isteri-isteri sahabat menshalatkan Nabi setelah para sahabat
menshalatkan. Riwayat-rtw^yat itulah yang diiadikan dasar kebolehan
menshalatkan ianazah bagi wanita. Di samping itu kebolehan wanita
makmum imam pria dalam shalat ianazah dapat didasarkan pada
keumuman "ummatun minal muslimin" dalam fl:wayat 5 ahli Hadits di
bawah yang dari segi bah asa dapat dtartikan Muslimin itu pria dan wanita.

it:tU Jti 3r5 ",*',Jll, ;*'# $t -*Y'6,


4;#L'r.,W j2t7,'FS#h(15
./ I ()',
+&'^ti38i{iro3!1, &*,
lyr:yrt Efrrpfi"'\y6u4:aft$r
t b\)J;+ ) vb, ) J.&aife'i,lb;J {A\
Artinya: Dai Malik bin Hurairab ra., ia berkata: Bersabda Rasulallah
saw. tak ada seseorang Maknin lang meningal dunia. Kemudian disha/atkan
(janaTahrya) oleh sekelampok kaum Muslinin (termasuk wanita), sanltai ruencapai
ttga shal melainkan Al/ah akan menganpani (dosQ si Maknin itu. Karena llalik
192

bin Hurairah berusaha, apabila ahli janaqab tidak banlak, antuk nenjadikan
(HR.Lima ahli Hadits kecuali an-Nasaiy).
mereka tiga shaf.
Hadits senada itu diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim, Abu
Dawud an-Nasaiy dan at-Tirmidzy.
Adapun mengenai doa sesudah selesai shalat janazah tidak didapati
dasar yang kuat unruk itu.

7. Shalat Ghaib Tidak di Kuburan

Tanya: Shalat ghaib disebut dalam HPT didasarkan Nabi


melakukannya di atas kuburan. Yang diamalkan di lingkungan kaum
Muslimin tidak di kuburan tetapi, di masjid-masjid. Apakah dasarnya
melakukan shalat gaib bagl janazah yang berada di luar daerah? Mohon
pen j elasan. (S a' a t N a r, S ep u ti b, I-^a np u ng Te nga h).
Jawab: Menshalatkan janazah yang tidak ada dihadapannya tidak
hanya didasarkan pada Hadits Nabi yang menerangkan bahwa Nabi
melakukannya terhadap janazah yang telah dikubur, yang berarti
melaksanakannyadi atas kuburan. MemangNabi pernah melakukan shalat
janazah yang telah dikubur selama satu bulan, dan beliau melakukan shalat
janazahitu dengan mendatangi tempat kuburannya. Dalil yang memuat hal
ini buku TanyaJawab Agamal,halaman 722 cetakanke dua bukan HPT.
Untuk lebih lengkapnya baik di bawah ini disampaikan beberapa
Hadits yang memuat keterangan bahwa Nabi melakukan shalat janazah
yang berada di luar kota atau yang kita kenal dengan shalat ghaib
sebagaimana Anda tanyakan.
Hadits riwayat sekelompokahli Hadits dariAbu Hutauah.

*"4,:F;A,t1'Jt5'rgoi)tGrJtfSJ"e
fuffi*.67 6 $t fi')t c;eq, 6'Ft
efi'vt 9$;{6J e{i}*j7y, 6'll::I, XV

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. dinrangkan babaa ia berkata:


".fesungubnla l\abi saw mengabarkan kematian NEotl\ pada hai Najasltl
1.93

meningal dania, /a/u Nabi buerta para sababat pergi ke nushalla /a/u bershaflab
Nabi bersama mereka dan bertakbirenpat kali takbir"- (HR. Al-Jamaah).

bt 3fr it, Js'^grdt G6 +3L t/,'b 5+ &


,gi i6'eqt"p(t'at: JS AAt ;{'A\ &
H;A e;;6Li::, \% JV .
/&\tr6 &;r5
QYA,j)tA o,)#&L^Gx€l:'s.#iy
Artinya: Dai 'Irnran bin Husain diterangkan bahwa ia berkata:
"sesungahnla Rasalullah berkata: "sesungahnlta saudaramu An Najayi nlah
nea;nga/ dunia. Maka berdirilah kamu dan sbalatkanlah ia". Selanjutnla'Imran
berkata: "Maka berdiilab kami bershaf-shaf rcbagairuna kami bershaf-shaf untuk
sesaatajanaqah dan kani tbalat sebagainana fialat untakjanalah". (HR. Ahmad
an-Nasaiy dan at-Tirmidzi).
Dari kata-kata terakhir, maka berdirilah kami bershaf-shaf
sebagaimana bershaf-shaf untuk shalat ianazah dan kemudian kami
shalatkan sebagaimana kami melakukan shalat ianazah dapat dipetik
pengertian bahwa ianazah tidak dihadapkan mereka. Di samping iru juga
te.J"tutk^n sejarah, Najasyiy memang tidak berada di Madinah di kala itu.
yang berada di luar
Jadi itulah dasar melakukan shalat ghaib bagi ianazah
kota.

8. Uang Lelah Bagi Pelaksana ShalatJanazah

Tanya: Pada pelaks^naafl shalat ianazah di suatu tempat harus


diiakukan oleh 41 orang. Orang-orang yang menshalatkan mendapat uang
lelah yang harus diberikan oleh keluarga yang meninggal. Hal demikian
menimbulkan pengaruh negatif pada masyarakat.
1,. Orang yang menshalatkan tidak bergairah kalau tidak
mendapatkan uang lelah. Pernah teriadi di suatu keluarga yang kurang
mampu hanya 5 (ima) orang yang menshalatkan lanazahbag keluarga itu.
2. Keluarga si mayat merasa kurang enak kalau vang mensiralatkar-r
194

kurang dai 4l orang sehingga untuk itu terpaksa berhutang guna memberi
uang lelah kepada yang menshalatkan.
Bagirmana menurut tuntunan Nabi tentang menshalatkan janazah
itu, baik jumlah orzrngny^ maupun kedudukan uang lelah. (I\4. Subrawardi
I4n. No. 8047 Banlarnasin).
Jawab: Merupakan kev'ajiban masyarakat, arinya wajib kifayah
bagi masyarakat untuk (a) memandikan janazah, (b) mengkafarnnya, (c)
menshalatkannya dan (d) menguburk^nny^. Dalam pada itu menjadi
kewajiban pula bagi anggot^ masyarakat untuk membantu keluarga yang
mendapat musibah khususnya kematian keluarganya, iangan sampai
menambah kesusahan keluarga tersebut.
Menshalatkan ianazah adalah ibadah, setiap ibadah harus
didasarkan pada keikhlasan. Karenanya tsdak sepantasnya menshalatkan
janazah mengharapkan uang lelah, apalagi keluarga yang ditinggalkan
ianazah adalahorang yang tidak mampu. Kalau untuk uang lelah bagi orang
yang menshalatkan harus berhutang hal demikian sudah termasuk
menambah kesusahan keluarga yang meninggal. Untuk itu pedu informasi
melalui pengajian-pengajian tentang kedudukan pengurusan janazah
menurut tunrunan Rasulullah di samping kewajiban anggota masyarakat
membantu keluarga yang meninggal dunia. Dengan demikian pengetahuan
masyarakat tentang itu akan makin bertambah, sehingga ibadah mereka
dapat lebih sesuai dengan tuntuflan yang benar.
Mengenai jumlah yang menshalatkan ianazah tidak harus 47 orang.
Yang penting ada yang menshalatkan. Memang dalam Hadits ada
disebutkan kalau orang meninggal dunia dishalatkan oleh 40 orangyang
tidak memusyrikkan kepada Allah, doa mereka akan dikabulkan Allah.
Demikian riwayat Ahmad Muslim dan Abu Dawud. Dalam riwayat Ahmad,
Muslim, dan at Tirmidzi bukan 40 orang, tetapi 100 orang. Jadi pokoknya
banyak yang mendoakan dan memohonkan ampun orangyang meninggal
dunia itu, di samping modal dasarnya ialah imam dan amal saleh bagi
janazah sendiri agar seorang mendapat maghfirah dad Allah, bila pada
saatnya dipanggil menghadap Sang Pencipta ialah Allah SWT.
Jumlah 40 atau 100 tidak menjadikan syarat mudak orang akan
mendapat maghfirah kalau saja seseorang itu tidak beriman. Seseorang akan
mendapatkan maghfirah kalau dia beriman, dan meninggal dunia (tentu
dalam suasana beriman) kemudian dishalatkan oleh orang yang banyak
jumlahnya. Banyak jumlahnya bukan dibatasi 40 atau 100 orang, seperti
195

disebutkan dalam Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud dan Malik bin
Hurairah yang menyebutkan bahwa setiap Muslim yang meninggal yang
dishalatkan oleh sekelompok ummat Islam yang mencapai tiga baris A-llah
akan mengampuninya.

9. Mengucapkan Salam Kepada Ahli Kubur

Tanya: Ada Hadits Nabi saw yang menganjurkan agar setiap


Muslim jika lewat ke makam hendaknya mengucapkan salam kepada para
ahli kubur. Apakah Hadits tersebut shahih? Jika shahih, apakah tidak
bertentangan dengan al-Qur'an Surah al-Fatir ayat22 dan Surah an-Naml
ayat B0? Mohon dijelaskan duduk petsoalannya. (Sri Mafiati, Dua Kradenan
RT. 0 5 / RIY. 0 1 Ke c. Krade n an, G ro b oga n, J awa Tnga b).
Jawab: Hadits Nabi saw yang menganjurkan untuk mengucapkan
salam kepadaparaahi| kubur adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
Ahmad dan an-Nasaiy dari Abu Hurairah sebagai berikut:

'/'15&'jrt:"t;:g(it'lL'riltJ{":G?1'e
66Mi+;Jt3"HJ?,i,Av3\6.{Jffi '6
'r1r1'P:/u1\5,V
Artinya: 'Dari Abu Hurairah ra. sesungultnla Nabi saw datang ke
kaburun, maka be/iau mengucapkan 'Assa/amu'a/aikum dara qaurnin mukminin wa
Allah bikun lahiqun" (Keselamatan bagimu sekalian penghuni
inna inya
kubur dari kaum Mukminin dan sungguh insya Allah kami akan
menyrrsulmu).
Hadits ini adalah Hadits shahih.
Surat Fatir ay at 22 berbunyi:

\\_/ /l*:4At5fifir{5'i3<tqt;1u:r
1
(_-, ,

,#re:**fiV:',6
196

Artinya: 'Dan tidak sama nrang-zrangyang bidup dengan zrang-zraftgyang


mati, sesungguhrya Allahlagalang mampu membuat orang dapat nendengar, sedang
engkau sendiri tidak sangup menladikan zrang Jang di dalam kubur dapat
mendengar: (makrudn1a: l{abi Muhammad saw tidak dapat nenberi petunjuk
kep ada o rang-ora ng m us-yi kin-yang te la b m ati b atiry a).

Surat an-Naml ayat 80 berbunyi:

lfrJrturt::(p"tv*-3{j|i;\,'8{g{v
( r', Jrtt) t;rl..y
Artinya: "Suungubnlta kanu tidak dapat menjadikan zrang-zrangJang
mati mendengar dan tidak pula rnenjadikan zrang-lranglang tali dapat mendengar
pangtlan, apabila mereka telah berpaling mem belakang".
Dari dua ayat al-Qur'an tersebut dapat difahami sebagai berikut:
1. Kedua ayat tersebut menunjuk kepada orang kafir dan musyrik
dan orang yang telah berpaling membelakangi petunjuk, bukan kepada
orangMukmin.
2. Sebagaimana dii syaratlan dalam Surah al-Baq arah ay at 75 4:

3',U U LJA r\'\ W 31 ;S$ffi {s


(rai; 'oA,r6;F{:91
Atinya:'D anjangan lah kama mengira terhadap nrattg-lrang)langgugur di
jalanAllab (orang-orangMukmin) itu mati, tetapi sebenarnla nereka itu bidup tetapi
kamu tidakmenladai".
3. Ucapan salam yang dilakukan Rasulullah savz. dan juga
dianjurkan kepada orang-orang Mukmin hanyalah dituiukan kepada orang-
orang Mukmin yang telah meninggal, dan atas izin A,llah mereka akan dapat
mendengar u cap^nsalam yang ditujukan kepadanya itu.

10. Talqin Peniudi Ketika Akan Meninggal Dunia

Tanya: Bolehkah membimbing orang yang sedang sakratul maut


197

dengan bacaan TAHLIL ataukata ALI-AH saia,terhadap orang Islam yang


pada waktu masih sehat tidak melakukan ibadah bahkan sering mabuk dan
sering berjudi? Dan bolehkah ienazahnya dishalatkan? (stiqonah d.a. Bp'
Abdul Hamid, Kun1anglVates, Kedii).
Jawab: Kalau memang dia orang Islam atau Muslim, hanya karena
ketidak-tahuafliya minum khamar atau berjudi, sedang sikapnya tidak
menentang atau menghalang-halangi dakwah Islamiyah, tidak ada halangan
untuk dituntun membaca kalimah thaiyibah LA IIAAHA ILI-ALI-AH
terhadap orang Muslim yang akan meninggal, karena tuntunannya dan
Rasulullah. Terhadap mereka yang Islam n m^ Islam KTP tetapi
^tau
melakukan maksiat dengan
kenyataannya dalam tindakannya sehari-hari
terang-terangan dan dengan sikap menghalang-halangi atau meremehkan
Islam sehingga dapat digolongkan orang munafik, maka tidak pedu
dishalatkan, sesuai dengan laranganAllah dalam al-Qur'an surat at-Taubah
84 yang artinya: "Dan ianganlah kamu sekali-kali menshalatkan
^y^t
(anazah) seorang yang mati di antara mereka". Menghadapi masalah atau
kasus demikian, hendaknya dimusyawarahkan oleh kaum Muslimin
setempat, mana yang lebih ashlah dalam rangka dakwah Islamiyah'
198

MASAI-AH WAKAF

1. Mengubah Masiid di Atas Tanah Wakaf Menj adi Gedung TK

Tanya: Di dusun s^y^terd^p^t masjid yang dibangun di atas tanah


wakaf. Karena letak masjid tersebut di pinggiran (tempat sepi), maka
muncul ide untuk membuat masjid yang baru di tempat yangramai. Setelah
masjid yang baru tersebut wujud, maka masiid yanglama yang tedetak di
atas tanah wakaf di pinggiran (tempat sepi) itu dipugar dan kemudian
dibangun gedung TI{ (Iaman Kanak-Kanak) di atas tanah wakaf tersebut.
Apakah orang yang mewak afkan tanah tersebut yang tujuan utama semula
adalah untuk pendirian tempat ibadah tetap mendapatpahala, padahal di
atas tanahwakaf itu tidak lagi berdiri tempat ibadah (masjid), melainkan
gedung TK? (J. Hadtsiswojto, Dusun 4 Srimenanti, Kec. Lb. Maingai, Lzmpung
Tengab).
Jawab: Pada prinsipnya benda wakaf itu harus diabadikan dan
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan semula pemberi wakaf. Di mana pedu,
kalau benda wakaf itu sudah lapuk atau rusak atau sudah berkurang nilai
gunanya, maka bolehlah benda wakaf itu dipergunakan untuk yang lainnya
yang serupa atau malahan yang lebih banyak manfaatnya sesuai dengan
tujuan wakaf benda tersebut oleh pemberi wakaf oleh sebab itu orang yang
mewakafkan tanah di suatu tempat untuk pembangunan masjid ditempat
ibadah tetapi karena ada pertimbangan bahwa nilai guna masjid di tempat
ibadah tersebut sedikit (berkurang) lantaran sudah diganti masjid yang baru
yang lebih s trategi s tempatnya dilingkungan masy arakat tersebut, kemudian
masjid yanglama yang sudah diganti itu dipugar dan dibangun gedung TI{
di atas tanah wakaf tersebut, maka pemberi vrakaf tanah tersebut insya
Allah tetap akan mendapat pahala, karena pada prinsipnya pemugaran
masjid yang lama untuk pendirian gedung TK setelah adanya masiid yang
baru yang lebih strategis adalah dalam rangka mengoptimalkan nilai guna
dan faedah dari tanah wakaf tersebut yang sekaligus untuk meneruskan
wakafnya (ihat HPI cet. Ke-3, hlm.269).
Untuk itu hendaknya panitia (masyarakat setempat) selalu
mempunyai pengertian bahwa kedua wakaf itu satu. atau wakaf yang kedua
sebagai pengganti yanq pertama karcna yang pertama kurang memenuhi
fungsinya dan digantikan dengan wakaf yang kedua yang akan lebih
berfungsi.
1.99

2. Mengambil Kembali Tanah Wakaf

Tanya: Seseorang telah mewakafkan sebidang tanah kepada


Muhammadiyah Daerah Bulukumba untuk lokasi pendirian Pondok
Pesantren Muhammadiyah Matekko. Setelah beberapa bulan, pesantren itu
belum juga berdiri karena faktor keuangan yang masih sangat minim dan
kiyai yang akan membina belum ada. Akhirnya, pewakaf tanah tersebut
mengambil tanahnya kembali dengan alasan Muhammadiyah Bulukumba
belum sanggup untuk mendirikan pondok pesantren. Bolehkah tanah
wakaf itu diambil kembali oleh pewakaf,padahal,tanah itu sudah secara sah
diserahkan sebagai tanah'wakaf ? Bagaimana status tanah wakaf tetsebut?
Mohon penjelasan! (Arabo SakkaYanas,! Ir. Soekarno / 7 Bulukaba Sulaaui
Selatan).
Jawab: Sebelum menjawab secata langsung Pert^nya;an Saudara,
ada baiknya diperhatikan terlebih dahulu y^ng dimaksudkan dengan
^pa
wakaf iot. IYakaf dalam bahasa Arab betartt babs (menahan), arttnya
menahan hartayang memberikan manfaatnya dt, jalan Allah. Dimaksud
dengan menahan harta dan memberikan manfaatnya dijalan Allah adalah
menahan pokok sesuatu hartakekayaan untuk tidak dimilili oleh siapa pun.
Sedangkan hasil atau manfaat yang timbul dari pokok hatta kekayaan itu
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pengertian itu kemudian dibuadah rumusan pengertian wakaf
menurut istilah, yaitu "perbuatan hukum seseorang atau kelomPok orang
yang memisahkan sebagian daiharta kekayaannya dan melembagakannya
untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau kepeduan runum
lainnya yang se s uai d enga n ajann agama I slarn''.
Berdasarkan pengertian wakaf di atas, maka agar suatu perbuatan
hukum seseorang atau kelompok orang, memisahkan dan menahan
sebagian hartanya dianggap sebagai wakaf harus memenuhi unsur-unsur
dan syarat-syaratyangdttetapkan oleh syara'. IJnsut-unsur tersebut adalah:
l.l%aqtJ yaitu orang atau kelompok orang atau badan hukum yang
mewakafkan harta kekayaanfly^. Sebagaimana halnya dalam tindakan
mu'amalat pada umumnya, maka bagi orang yang mewakafkan haftanya
(roqtj disyaratkan hendaknya orang yang cakap bertindak hukum, seperti
sehat pikirannya, pemilik sah terhadap hartayangdiwakafkannya dan tidak
dalam keadaan tetpaksa.
200

2. Nad{ayattworangatau kelompok orang atau badan hukum yang


diserahi tugas pemeliharaan dan Pengurusan benda wakaf' Nadzir
diisyaratkan or^ngatau kelompok orang atau badan hukum yang menurut
hukum dapat ataucakap untuk memiliki harta. Seorang gila atau o:m.ngy ang
berada di bawah pengampuan tidak sah meniadi nad{n
3. Mauqal yarta banng atau harta yang diwakafkan. Barang atau
harta yang divzakafkan itu hendakny^ yang kekal zatnya apabrla diambil
manfaatnya misalnya tanah,perabot yang bisa dipindahkan dan seienisnya.
Sebaliknya, tidak sah mewakafkan b anng atau hana y ang rusak atau lenyap
karena diambil manfaatnya, seperti makanan, sabun dan yang sejenisnya.
Demikian pula tidak diperbolehkan mewakafkan barang yang tedanng
untuk diperiual-belikan, seperti barang tanggungan (borg), barang haram
dan yang sejenisnya.
4. Iqrar, yaitu pernyat^ n d^ri waqf (pewakaf) untuk mewakafkan
harta kekay^^nny^. Apabila seseorang yang berwakaf telah mengatakan
dengan tegas atau berbuat sesuatu yang menunjukkan kepada adanya
kehendak untuk mewakafkan hartanya atau mengucapkan kata-kata, maka
telah terjadi wakaf itu tanpa diperlukan penerimaan (qabul) dari pihak lain
atau nadVfn
Demikianlah unsur-unsur dan sebagian sy^rat-syrat yang harus
dipenuhi dalam suatu tindakan hukum yang berupa wakaf.
Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan Saudara perlu
diperhatikan terlebih dahulu Hadits-Hadits Nabi saw berikut ini:
1. Hadits iwayatlmam Muslim dari Ibnu 'LJmar r.a.:

'kqJ -* +uit, Jti t#,irt e" 3 al ry


4,\€t\e,":C\ft'FS#h;Q'#(i\|
j it{Y,ii) JAq:;: "&tevb't :6
& btX- JG :, i;66"^b a t-.#\
fr 'i-7t1f&,it 3"J? fu br,'&5 l&ht
201

A!;rM"#i'6'Fwri:i/t'\tt6"
-,4'uUf,$rfricft>3353t5
'|.t'tblW
*;i!#c|*#J\ajAutS:SAu"J
V.J:,Y,t/Sltot2)
Artinya: Dai Ibnu Umar r.a., dia berkata: Umar lelah mendapatkan
sebidang tanah di Khaibar: I-ttlu dia datang kepada Nabi saw untak meminta
pertimbangan tentang tanah itu, maka ia berkata: "[Yabai Rasulullah, nsanguhnla
aka nendapatkan sebidangtanah di Khaibar, di mana aku tidak nendapatkan barta
yng lebih berharga bagika selain dai padanla; maka apakabyng bendak engkau
peintahkan kEadaku sehubungan dengannla? 'Maka kata Rasulullah saa
kepadanla: 'Jika engkau suka, tahanlah tanab itu dan engkau sedekahkan
manfaatnla." Maka'Umarpun men-ledekahkan manfaatnla, dengan slarat tanah itu
tidak akan d/ual, tidak akan dihibabkan dan tidak akan diwaiskan. Tanab itu dia
wakafkan kepada orang-orangfakir kaum kerabat, bamba+aha1a, sabilillab, ibnu
sabil dan tamu. Dan tidak ada halangan bagi orang yng mengarusnya untuk
rtemakan sebagiar dainla dengan cara Jang nakruf dan memakannla tanpa
nengangap bahaa tanah itu nilikrya sendii". (Shahih Muslim, lI: 13 / 4).
2. Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurakahr.a.;

jjtl -& *v'^t & )\t' 5J'?:"J5;;A,' *


3'iy*rt{t}Yl;*"*t'SrteyroY6L
'J-Px dY- tb 6 i& rlif *'F v &
(ys4t;yot:,)
202

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanla Rasalullah saa bersabda:


'Bila manusia mati, maka terputuslab analrya, kecuali tiga ha/: sedekabjadlah, ilmu
yng bernanfaat atau anak salehlang mendoakan kEadanla'| (Shahih Muslim,
1t:1,4).
Kebanyakan ulama menafsirkan sbadaqah jailah (sedekah yang
p ahalany a s enantia s a mengalir) dalam Hadits itu adalah waka f.
Dengan berdasarkan pada Hadits-Hadits, khususnya Hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu 'umar, jelaslah bahwa wakaf itu disyari'atkan.
\X/akaf itu sah dan mengikat karen semata-mata telah diikrarkan atau
dilakukan tindakan oleh wakf yang menunjukkan adanya rvakaf, tanpa
harus menunggu pertanyaan menerima (qabu/) dari pihak nadzir.
Apabila s e s eorang telah mewak afkan har tanya, mi s alnya s ebidang
tanah,maka tetaplahhaft^ny^itu menjadi harta wakaf. Artinya, tidak boieh
dibatalkan atau dicabut kembali atau diambil kembali, baik oleh si waqfitu
sendiri maupun orang Iain. Hata wakaf itu tetap menjadi harta wakaf
untuk selama-lama nya. Hal yang demikian itu dapat dipahami dari beberapa
ungkapan dalam Hadits-Hadits Rasulullah saw menunjukkan adanya artt
keabadian hana yang diurakafkan sebagai hata wakaf. Misalnya dalam
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah di atas, wakaf dilukiskan
dengan ungkapan shadaqab 1arflah (sedekah yang pahalanya senantiasa
mengalir). Ungkapan itu memberi pengertian bahwa wakaf itu berlaku
terus-menerus dan karcnanya idak dapat dibatalkan.
Harta yang telah diwakafkan tidak boleh dijual oleh siapa pun
sebagai miliknya sendiri. Tidak boleh dihibahkan dan tidak diperlakukan
dengan s e suatu hal y ang menghilangkan kemanfa D emikian puia
^tanny ^.
apabrla si waqf mentnggal dunia, maka wakaf itu tidak boleh diwariskan.
Hal ini didasarkan pada ungkapan yang terdapat dalam Hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu lJmar, "/a tuba'u wa /alubahu wa laluratsa (tidak diiual
tidak dihibahkan dan tidak diwariskan). Ungkapan itu juga memberikan
pengertian bahwa harta wzkaf tidak boleh dimiliki atau diambil kembali
olehsiwaqif.
Kembali pa da petanyaan Saudara, maka jawab adalah bahwa
^nrrya
tanah yang telah diwakafkan itu tidak boleh diambil atau dimiliki kembali
oleh si pemberi wakaf dan status tanah itu tetap sebagai tanah wakaf.
Adapun kalaw nadzir at^u pengelola hartaf tanah wakaf tersebut tidak
mampu merealisasikan tuiuan dari sipemberi wakaf atau tujuan wakaf pada
umumnya, maka nadzirnya boleh diganti. Demikian pula halnya apabtla
203

hanawakaf itu sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak lagi
memberi rnanfaar,maka boleh diubah atau diganti dengan yanglebih besar
manfaatnya. Misalnya, karena untuk pondok Pesantren tidak begitu besar
manfaatnya menjadi madrasah atau rumah sakit yang lebih besar lagi
manfaatnya.
Atas dasar itu Mafiis Tallh memberikan tuntunan sebagai berikut:
'Kalau engkau telah newakaJkan, maka tidak berhak lagi engkau atas barang itu,
kecaali sebagai orang lain lang han-1a berhak mengunakannla saja, seknjutrya
barangitu tidak boleh d/ua/, dibeikan dan tidak boleb diwariskan. Makajanganlah
engkau nembei batas aaktu akan wakafmu itu dan boleh engkau menentukan wakaf
kepada sevnrang ataa go/ongan atau nayid dan sebagainla dengan nmgingat
maslahat-maslabatn1a, begitujugalanganlah mewakaJkan baranglangmudalt rusak.
Kalau engkau menjadi angota badan ataa penguan wakaf (nadhir), wajiblah engkau
pelihara suuai dengan maksud zrang Jang benuakaf serta mempergunakan
sebagaimana mestinla, dengan bertaat kepada Allah dan berusaba menperbanlak

faedah dai barang wakaf itu. Di mana perla, kalau barang wakaf itu sudab lapak
atau rusak boleblah engkau pergunakan untuk lainrytalang serapa atau engkaajaal
dan engkau belikan barang lain untuk meneraskan wakafnla". (HPT. hlm. 169-
270).

3. Menghadiahkan Pah alaW akaf

Tanya: Seseorang suami mewakafkan uang kepada masjid atau


dengan maksud pahalanya dihadiahkan kepada isterinya yang telah
meninggal dunia. Bagaimana hukumnya? Mohon penjelasan. (A'4a:'ud E.
Pulau Punjung, Sawablunto, S umatera Barat).
Jawab: Perbuatan yang seperti dikemukakan oleh penanya tersebut
di atas itu tidak ada tuntunannyadalamagama Islam. Dalam Islam tidak ada
aiann yang menjelaskan atau membolehkan menghadiahkan pahala bagi
orang yang sudah meninggal dunia.
Kalaupun ada orung yang berpendapat bahwa pahala itu bisa
dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia, maka pendaPat itu
ielas bertentangafl dengan a1'at al-Qur'an, misalnya ^y^t 15 Surat al-
Isra'f17

\;9"JL"fu -'1t*6rv6a6,
204

(tc t,\a )) tFte;'":;-V)J{Sf"{"


Artinya: Barangsiapa lang berbuat tesaai dery4an hidayh (A//ab) naka
sesangabnla dia berbuat itu untuk (keselanatan) dirirya sendii; dan barangsiapa
lang rcsat maka sesungubrya dia tersesat bagi (keragian) diinla sendii. Dan
seselrangJangberdov tidak dapat nenikul dosa oranglain.
Ayat 38 dan 39 Surat an-Naim / 53:

*6v9:)\51ifu oj|s;"ea6;5ig;11(
(vr- vnr
/')
Artinya: Babwasanla sezrangJang berdosa tidak akan memikul dosa orang
/ain, dan babwasanla sezrang manusia tiada nemperoleh selain apa lang lelah
diusabakannla.
Dengan demikian masalah yang saudara t^ny^kan itu tidak ada
tuntunannya dalam ag ma Islam, bahkan kalau memperhatikan ayat-ayat di
atas, perbuatan menghadiahkan pahala kepada orang yang sudah
meninggal dunia itu bedawanan dengan isi ayat-ay^ttersebut.
205

MASALAH EKONOMI DAN PERDAGANGAN

1. BungaKoperasi

T any a: Masy ankat akan mendiri kan koperasi. Di a u s ah anya


^nt^t
adalah m emin j amkan uang kep ada masy ankat d engan b unga ant^ra 3 - 4%.

Untuk gaji 2oh,7-2oh masuk kantor. Pertanyaannya: 1) Hanmkah bunga


itu? 2). Samakah hukum bunga uang dengan riba? 3) Samakah hukum
bunga uang itu dengan proses pembayaran ONH, yaitu barang siapa
membayar lebih cepat lebih sedikit dibanding dengan orang yang
membayar lebih lambat? (Abmad Ghafr, Pemuda Mahanrzadlab Desa Mlandi,
Ke c. G aru ng, lVo n o s o b o).

Jawab: 1) Koperasi adalah merupakan bentuk muamalah baru


yangpada zaman Rasulullah saw belum ada. Karena itu masalah koperasi
termasuk masalah iitihadiyah. Dengan pengertian bahwa untuk
menetapkan hukumnya tidak ada nash yang tegas yang berhubungan
dengan koperasi itu, sehingga dengan nash itu dapat ditetapkan hukumnya.
Koperasi semacam usaha yang dilakukan bersama dan didirikan bersama-
sama oleh anggot^nya, Kemudian jika ada untungnya, maka keuntungan iru
di bagi di ant^raparaanggota yang mendirikan koperasi itu. Dalam koperasi
tersebut semacam "mil'auAnah" (tolong-menolong) diantan sesama
anggot^nya. Jlka ada bunga, maka bunga itu diperoleh dari Par^
^nggot^
dan dibagikan pula kepada prra anggotanya. Karcna itu pendapat yang
berkembang di antan palr^ anggota Majlis Tariih tahun 1989 ialah bahwa
hukum koperasi itu ditetapkan berdasarkan musyawarah dan keadilan,
tidak ada yang merugikan dan tidak ada pula yang iilugikan, berdasarkan
fi rman Allah SWT ayat 27 9 al-B aqanh:

'p # Ara e,'v *t3:^tW {:, F


sv
(rv r,,y',)
;;\8 8';;)#\'rAti,$tU
Artinya: Maka jika kamu tidak mengejakan (neningalkan sisa iba)
maka ketahuilah babwa Allah dan Rasu/-I\$a akan memerangina. Danlika kantu
beftaubat (dari penganbilan iba), maka bagimu pokok bartana, kama tidak
206

menganiaJa dan tidak (pa/a) dianiay.


2) Berdasarkan penjelasan pada butir 1 (satu) di atas, dapat
ditetapkan bahvza bunga koperasi tidak sama hukumnya dengan hukum
riba. Riba hukumnya haram, sedangkan bunga koperasi hukumnya mubah.
3) Koperasi tidak sama dengan Bank Pemerintah yang menerima
pembayaran Ongkos Naik I{aji (ONH). Tentang koperasi telah dijelaskan
pada butir 1 (satu) di atas. Tentang Bank telah ditetapkan oleh Muktamar
Tar11h di Sidoarjo sebagai berikut: Bank dengan sistim riba hukumnya
haram dan Bank tanpa dba hukumnya halal. Bunga y^ng diberikan oleh
bank-bank pemerintah kepada nasabahnya atau sebaliknya termasuk
"mutltabibat". Rasulullah saw mengingatkan kepada kaum muslimin agar
berhati -hati menghadapi perkara-pe rkara y ang "m u sl ta b i h a t" ini. Men j auhi
perbuatan "muytabihat" lebih baik dari mendekatinya, kecuali jlka ada
kepentingan yang sesuai tujuan syariat Islam menetapkan hukum, maka
dalam keadaan demikian perkara-perkara "m uy ta bi hat" boleh dilakukan.
Dalam pada itu yang harus diingat bahwa ada perbedaan tujuan mendirikan
Rank Pemerintah dengan tujuan mendirikan Bank Swasta. Keuntungan
vang diperoleh Bank Pemerintah digunakan untuk kesejahteraan nkyat,
sedang Bank Swasta merupakan miiik dari pemiJik Bank itu. Karena itu
pembayaran ONH vang demikian tidak haram.

2. Menyimpan Dan Meminjam Uang di Bank

Tanya: 1. Bagaiman^ caranya menyimpan uang di Bank Negara


kita ini ag r aman dan menghasilkan dan tidak haram menurut Islam? 2.
Apakah uang yang disimpan di Bank wafib di zakai? 3. Indonesia dan
beberapa Negara Islam, kini sedang membangun dan meminjam uang ke
luar negeri, apakah tidak memb ayarbunga atau sebaliknya?
Jawab: 1. Berdasarkan Putusan Tarjih di Sidoarjo th. 1968, bahwa
satu-satunya Bank yang dapat dibenarkan saat ini adalah Bank Pemerintah,
seperti BNI, BI, BPD, BDN, dan lain-lain, baik untuk menyimpan atau
meminjam. Bank Negara dan menghasilkan sekedar "bunga" atau
^man
imbalan jasa penyimpan,karena uang tersebut dipergunakan untuk usaha
dan pembangunan neg ra. Kalau untuk aman dan tidak menghasilkan
mungkin saudara dapat menyewa sauefri box dt Bank Negara untuk
menyimpan uang saudara. Untuk lebih ielasnya dapat saudara tanyakan
pada Bank Negara ditempat saudara. Karena sekarang telah berdiri pula
207

Bank Mu'amalat Islam l<r.anyaalternatif kedua telah dapat di hubungi.


2. Karcna di Bank itu ada hatta (mal), maka sudah pasti wafib
dtzakan sebagai zakat mal sesudah haul dan zakatnya dua setengah prosen
Q,s%).
3. Kalau memang negara Islam meminiam uang di Bank luar negeri
sudah pasti mereka harus membayar bunga, walaupun sangat sedikit.
Umpamanya2,5o/o per tahun atau mungkin kurang dari itu. Dan mereka
mau meminjam itu karena sangat dibutuhkan untuk pembangunan. Dan
menurut hemat kami, mereka berpegang kepada al-hujatu tunaTTala
rnanqilataddararah.
Demikian jawaban singkat ini semoga bermanfaat.

3. Hukum Membudidayakan Ayam Bangkok

Tanya: Bagaimana hukum membudidayakan ayam Bangkok


dengan motif ekonomi tanpa memperhatikan motif konsumen yang
biasanya digunakan sebagai ayam sabung? M. Sonl Cablanto, Kecikan Bb.
IV// 2l Yogyakarta).
Jawab: Perlu anda ketahui bahwa tidak semua ayam Bangkok
dijadikan sebagai ayam sabung. Tetapi ada iuga o:ang yang memelihara
ayam Bangkok hanya sekedar sebagai hobi. Pembudidayaanayam Bangkok
ini bisa dibandingkan dengan pembuatan seniata. Kalau seiak awal niat
pembuatan senjata itu untuk membunuh, maka hukumnya haram. Tetapi
kalau pembuatannya itu hanya sekedar sebagai alat pembelaan diri, maka
hukumnya mubah. Begitu pula mengenai soal yang Anda tanyakan. Kalau
memang sejak awal tidak ada niat buruk, maka hal itu diperbolehkan,
sebagaimana sabda Nabi saw.

*tn & *, Ji A*, i'6 -t1li ;tF g


etgVlrs;Gv'{};"',Vj
Artinya: Dai (Jrnar bin Khatab ia berkata: Salta nendengar Rasulullab
sau, bersabda: Sesungahnla segala anal perbuatan itu tergantangpada niatnla dan
bahwasaryta bagi tiap tiap orangitu (akan mendapatkan) @ayngdiniatkannla.
208

4. Hukum Meniual Bangkai

Tanya: Bagaimana hukumnya menjual bangkai untuk digunakan


sebagai makanan binatang piaraan seperti untuk ikan lele. Bagaimana pula
hukumnya menjual bangkai itu dijadikan makanan manusia? (D1ureni, Ds.
Sunber, Kec. Menden, Kah. B/ora).
Jawab: Barangkali yang saudara penany^ maksudnya dengan
bangkai itu adalah bangkai binatang. Yang dimaksud dengan bangkai
binatang adalah binatang mati yang tidak disembelih atau disembelih
dengan tidak mengind ahkan ketentuan-ketentuan syara'.
Ditinjau dari segi boleh ftalal) dan tidaknl'a (tanmnya) dimakan,
bangkai itu terbagi kepada dua macam,
/aitu pertam^, bangkai yang halal
dimakan. Mengenai bangkai yanghalal dimakan ini telah dijelaskan oleh
Rasulullah saw, sebagaimana terdapat dalam hadisnya yang diriway^tkan
oleh Ibnu Maiah dari Ibnu'IJmar.

u i6'p, #:ixtgl,alft tt,;J,y.t e


(t:.:,fu;(t?6afr,6,6,46ijoq'H
t *.v av!,\,, 1q5'l&i(' uGlt
Artinya: Dari lbnu 'Umar: Bahwasanla Rasulallah saw bersabda: "
Te/a/t dibala/kan bagi kanu sekalian daa macam bangkai dan dua macam darah.
Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalang dan dua macam darab adalab
hati dan /impa". (FIR. Ibnu N{ajah dari Ibnu 'Umar). (Sunan Ibnu Mafah,
II1 1 02; Hadits no. 331 4).
Sabda Rasulullah saw ini menjelaskan bahwa tidak semua bangkai
itu haram dimakan, tetapi ada bangkai yanghalal dimakan, yaitu bangkai
ikan dan bangkai belalang.
Dalam Hadits yang didwayatkan oleh at-Tirmidziy dad Abu
Hurairah ra dijelaskan bahwa bangkai binatang laut halal dimakan. Hadits
itu adalah:

U *t J"JA'fV, itt "^Lht G* {} 4e


209

J;4i'&(,Lit iiU(, 36'& **u,


u:ii W *9V t9,A'u#al3tS;;
'ffi47i:UJA t!, b[51J"5a6i,6"
(,lYA"b,)
Artinya: Dai Abu Hurairah ra., ia berkata: ''felah bertanla seorang laki-
laki kepada Rasulullah saw", katL laki-laki itu: 'Ya Rasulullab, kani berlqar di
laat dan kani banla membawa air sedikit, jika kani pakai air itu untuk beruudhu
tnaka kami tidak dapat minuru, bolehkah kami benyudbu dengan air laut? 'Jawab
Rasalallah: 'Air laut itu tuci (dan nensacikan) dan bangkairya halal (dinakan)".
(HR. at-Tirmidziy dariAbu Hurairah), (sunan at-TirnidT!,I: 47, Hadits no'
6e).
Dengan tegas, Hadits ini menielaskan bahwa bangkai binatanglaut
itu halal dimakan dalam Hadits ini, tidak ada pemilihan bangkai binatang
laut yang manayangdihalalkan itu. Dengan demikian maka dapat diambil
kesimpulan bahwa semua bangkai binatang laut halal dimakan.
Berdasarkan Hadits-Hadits sebagaimana tersebut di atas jelaslah
bahwa tidak semua bangkai binatang itu haram dimakan tetapi ada bangkai
yanghalal dimakan, yaitu bangkai ikan dan belalangy^ng halal dimakan
sudah tentu penjualnyapun dibolehkan atau dihalalkan demikian pula
pembelinya.
Sekarang yang meniadi persoalan adalah apakah bangkai yang
haram dimakan itu juga haram diperjualbelikan. Dengan kata lain, apakah
dilarang meniual dan membeli bangkai binatang yangharam dimakan itu.
Mengenai hal itu perhatikanlah Hadits Rasulullah berikut ini:

e 5 GhVi, 3F, &tu i' x,rUn*


fF:;%at$6*a.;;jeii63;tM
(+'J1il, ,
#5;,96i;iE#it
210

Artinya: Dai Jabir bin Abdullab, bahwasanla ia mendengar Rasulul/ab


saa bersabda pada waktu Fat/tu Makkah, dan beliau redang berada di Makkah.
SesunguhnjtaAllah dan Rasu/-I\a telab mengharamkanjua/-beli khanar, bangkai,
b a bi dan patu ng (b e rh a la). (HR. Muslim dari Jabir). (Shahih Muslim, I: 689).

Hadits ini dengan tegas menghanmkan memperjual-belikan


bangkai. Dan sudah tentu bangkai yang diharamkan untuk diperjualbelikan
itu adalah bangkai yang haram dimakan. Dan Hadits ini dapat pula
dipahami bahwa kehataman memperjualbelikan bangkai itu tidak secara
mudak, melainkan hanya terbatas memperjualbelikan bangkai yang
diiadikan makanan manusia.
Kembali kepada pertanya n saudara, maka jawabannya adalah
menjual atau membeli bangkai binatang yanghanm dimakan, hukumnya
haram pula, apabila menjual dan membelinya itu untuk dimakan manusia.
Sedangkan apabia bangkai binatang itu digunakan untuk makanan
binatang, seperti ikan lele, maka menjual dan membeli bangkai itu tidak
dilarang. Larangan menjual-belikan bangkai binatang pada Hadits tersebut
di atas ditujukan kepada bangkai binatang yang hanm dimakan karena
diperjual-belikan itu, maka telah memberikan peluang kepada or^nguntuk
memakan. Sedangkan apablla bangkai binatang itu diperjual-belikan untuk
dijadikan makanan ternak atau binatangpiaraan seperti ikan lele, maka tidak
dilarang.

5. Hadiah

Tanya: Bag{rmana hukum hadiah yang diberikan oleh salah satu


bank kepada sebagian penabung dengan cara diundi? (Sukarlin Tabui,
Watassa/am, Buaran, Peka/ongan, Jawa Tim ar).
Jawab: Hadiah yang diberikan oleh Bank kepada sebagian
penabung itu hukumnya halal, tidak haram. Hadiah yang diberikan oleh
bank itu sama saja dengan pemberian-pemberian lainnya yang dibolehkan
oleh Hukum Islam.
Adapun mengenai cara pembagarrnya, yaitu dengan c r^ diundi
(q ar' ah), maka hal itu disebabkan terbatasnya hadiah yang akan diberikan,

sehingga tidak mungkin kalau seluruh penabung itu diberi hadiah. Untuk
itu maka pedu diadakan seleksi, penabung yzngm n yangakan mendapat
hadiah itu, dancannyamungkin adalah dengan cara diundi.
Dengan demikian cara undian daLam hal ini tidak termasuk haram
211,

judi yangdiharamkan.

6. U angTaspen, Asuransi Jiwa dan Santunan Kecelakaan

Tanya: Bagarmana kedudukan uang Taspen, uang asuransi jiwa


dan uang santunan kecelakaan bagi seseoraflgy^ngtelah meninggal dunia,
apakah uang-uang tersebut termasuk harta warisan (harta peninggalan)
yang harus dibagi-bagtkan kepada 4zwul furad dan berhak menerimanya
menurut hukum farzl'd? Mohon penjelasan. (Il4assuri J, PCM Bag. PKU
Te lu kbe tu ng, Ala bio H S U, Ka li man tan S e ktan).

Jawab: Menurut kami, baik uang Taspen, uang asuransi jiwa


maupun uang santunan kecelakaan termasuk harta pening galan.
Uang Taspen adalah berupa tabungan dan asuransi pegawai negeri
yang dipotong setiap bulan dari gajinya dan diambil sekaligus pada saat
pegawai negeri tersebut berhenti atau pensiun atau meninggal dunia,
seiumlah yang ditabung atau menurut peraturan yang bedaku. Dengan
demikian uang Taspen itu termasuk harta peninggalan yang harus
diberikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya.
Uang asuransi jiwa juga termasuk harta peninggalan. Sedangkan
anak-anak atau ahli waris yang ditunjuk --sesuai dengan peraturan
perasuransian yang bedaku-- menurut kami mereka itu hanyalah sebagai
wakil dari ahli waris lainnya yang tidak ditunjuk dalam peraturan
perasuransian tersebut. Dengan demikian, meskipun asuransi menunjuk
ahli waris tertentu sebagai penerima uang tersebut, namun uang iru
merupakan harta pening galan yang harus dibagikan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya.
Uang santunan kecelakaan, misalnya uang sannrnan dan Jasa
Raharja, termasuk jugaharta peninggalan, karena memang uang santunan
itu diperuntukkan bagi perawatan, pengobatan atau pengurusan o1j;ngy2;ng
nrendapat kecelakaan dan bila masih ada lebihnya, maka termasuk dalam
harta waris yang harus dibagikan kepada ahli waris yang berhak
menerimanya.
Perlu ditegaskan di sini, bahwa sebelum harta peninggalan itu
dibagikan kepada ahli waris, terlebih dahulu harus dipenuhi hak-hak orang
y'ang meninggal itu, yaitu dibayar dulu hutang-hutangnya,bizya taJhiznya,
biaya peraw^tannya di rumah sakit misalnya, dan wasiatnya kalau ada. Jika
masih ada sisanya, maka sisa itulah yang menjadi harta waris yang harus
212

dibagikan kepada ahli yangberhak menenmanya.

7. Uang Muka Dalam Pembelian

Tanya: Si A meniual rumah dengan harga Rp. 30.000.000,- dan


pembayaran akan dilakukan sebulan mendatang oleh B yang membeli
rumah tersebut. Sebelum waktu satu bulan, yakni waktu pembayaran, B
memberi uang muka Rp. 500.000,-. Sebelum waktu satu bulan tiba, B telah
membeli rumah lain yang harganya lebih murah dari rumah A. Menurut
kebiasaan masyarakatsetempat, uang muka itu menjadi milik si A, sedang B
meminta kembali uang tersebut. Bagaimana kedudukan uang muka
tersebut menurut hukum Islam? (Rabain, STM Muhannadiab Bengku/a).
Jawab: Dalam prinsip hukum Islam perpindahan hak harta kepada
orang lain atas dasar kerelaan, ('An Taradlin). Sebagai tanda kerelaan
diungkapkan dalam aqad, termasuk kalau ada p erianlian pembaya nn y ang
tidak tunai disebutkan dalam aqad perianiian kedua belah pihak. Kalau
dalam perianjian ada uang muka dan salah satu membatalkan, maka
penyelesaiannya sesuai yang tersebut dalam petianJtan. Masing-masing
pihak terkait dengan perjaniian itu didasarkan pada Hadits Nabi:

( :st t )b.,rty orrr)


W1'e'JAj
Artinya: Orang-orangMuslim itu wajib memenuhi yarat-yaral fuang
dibuat antara) mereka" (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim) '
Dalam kasus seperti yang andatanyakan, si pembeli membatalkan
pembeliannya dan penjual merasa kecewa, sebagaimana kalau si peniual
membatalkan penfualannya si pembeli akan kecewa. Penyelesaiannya ag t
mereka melakukan musyawarah, merundingkan bagaimana kedudukan
uang muka tersebut. Kalau sebelumnya tidak disebutkan dalam pelaniian,
kalau tidak didapatkan kesesuaian, maka berlakulah kebiasaan dalam
masyarakat yang dalam fiqh Islam di sebut '{Jrf. 'Urfialah kebiasaan yang
telah dikenal masyarakat bedaku secafa baik dalam penyelesaian
persengketa^n m syat kat. Kedudukan 'Urf dalam mu'amalah sebagai
s,y^fat antzr- anggota masvarakat. Dalam fiqih Islam dirumuskan dalam
qaidah fiqiriwa:

\slu;!e633r;n
21,3

Artinya: Kebiasaanlang baikyng telah ne@adi 'Urf dalan maslarakat


kedu du kan n1ase bagai yaratlang te lah ditetapkan.

Jadi, uang muka Rp. 500.000,- yang diserahkan B kepada A, kalau A


tidak rela mengembalikan, baik sebagian atau seluruhnya memang dapat
dibenarkan, sebagaimana kalau A membatalkan penjual^nnya iuga dapat
dikenai hukum untuk membayar atau mengembalikan uang muka lebih
besar dari sejumlah semula.

8. Perubahan Status Bank Pemerintah

Tanya: Sehubungan dengan perubahan status badan hukum


seluruh bank milik pemerintah menjadi persero, terhitung mulai tanggal 1
J'rli. 1.992, di mana misi agert of deuelopment (mengatamakan kepentingan
sosial daripada bisnis) menjadi sebaliknya, apakah keputusan Muktamar
Sidoarjo (1968) masih relevan dengan perbankan pemerintah saat ini?
Mohon penjelasan. (Drs. Adnan AK I. Melur Kenanga I / I 0, Lzmpuh, Banda
Aceh, Z/ 27).
Jawab: Sepengetahuan kami perubahan status bank milik
pemerintah menjadi persero hanya dari segi management, operasional, dan
pertanggungjawaban keuangan sama saja, di mana pemerintah tidak lagi
ikut campur agar bank-bank tersebut menjadi mandiri. Akan tetapi, kalau
dilihat dari misinya, masih seperti sebelumnya, tidak berubah. Dengan
demikian keputusan, Muktamar Sidoarjo (1968) itu masih tetap relevan.

9. UangPelicinAtau Suap Menyuap

Tanya: Bagamana pandangan Islarn tentang uang pelicin atau


suap-men)'uap? Mohon dijelaskan dengan dalil-dalilnyal (Surya AS,
Tu Ia ka n, Pa ci ta n, Jawa T i n u r).
Jawab: Uang pelicin atau suap dalam bahasa Arab disebut'iswalt'
yang berarti "sesuatu yang diberikan dengan maksud untuk membatalkan
yang benar dan membenarkan yangbatal". Mengenai hal ini Hadits-Hadits
Rasulullah saw menjelaskan dengan tegas bahwa Allah melaknat onng-
orangyang memberi suap (memberi uang pelicin) dan orang-orangyang
menerima suap (penerima uang pelicin).
Hadits-Hadits Rasulullah saw tersebut adalahsebagai berikut:
1 . Hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah:
214

'^tVi^

Artinya: Diiwaytkan dai Abu Hurairab ia berkata: bersabda


Rasalallah saw: A/lab melaknat oranglangruemberi ruap dan meneima vap dalan
nena tus perkaru. (LIR.Ahmad dari Abu Hurairah).
2. Hadits rirvayat ath-Thabaraniy dari Ibnu 'Amr:

';ataalSet'
Artinya: Oranglang mernberi suap dar urangJrang meneima saap masuk
neraka. (HR. ath-Th abannty darilbnu 'Amr).
3. Hadits riwayat Ahmad dari Tsauban:

\1i:56* rt llt -#rb a!;JiV,eD "*t',i


Artinya: Allah rze/aknat oranglang membei iaap, zrangJang menenma
suap dan nrangJatlg nenghubungkan antara penluap dan oranglang disuap. (HF-'
Ahmad dariTsauban).

Dalam Hadits tersebut di atas dengan tegas dinyatakan bahwa


orarig-orang yang memberi suap, orang yang menerima suaP dan orang-
orang yang menjadi Per^ntar atau menghubungkan ant^ra pemberi suap
dengan penerimaan suap dilaknat AlLah, mereka itu meniadi penghuni
neraka. P er ny ataan ini menun j ukkan bahwa perbuatan suaP-men)'u ap at^s
pemberian dan penerimaan uang pelicin haram hukumnya. Mengenai
perilaku suap-menFrap dapaiah dikemukakan di sini suatu contoh
sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an surat al-Baqatalt ai'at 188:

lWiS*QJ,K,J'ptt:tiCttv
'Jj:tfilJ*1g,-t-.vt4r:&G:;tWtUt
( rn'rl '4,'tt1
215

Artinya: Dan jangan/ah kamu memakan harla sebagian diantara kamu


denganjalanlangbalaldan (langanlah) kamu membawa (uru:an)harta kepadapara
bakin supay kamu sekalian dapat memakan sebagian dai harta benda orang lain
denganjalan berbuat dosa padabal kama mengetah ai.
Ayat tersebut erat kaitannya dengan Hadits yang dikutip di atas
yang prinsipnya melarang orang memakan hana orang lain dengan cara
yang tidak hak, artinya dengan cna yangbatal yang diantara penegasannya
ialah dengan memberikan sesuatu kepada hakim dengan maksud agar
hakim memenangkan perkaranya padahal sebenarnya "hak" itu ada pada
lawannya.
Harta yang diputus untuknya, yang istilah fiqhnya "mabkumlab",
padahal hakikat harta itu bukan haknya tapi milik pihak yang dikalahkan
perkannya ("mabkam alaih"),berdasarkan Hadits Nabi di atas harta itu tetap
hana haram yang harus dihindari oleh orang yang dimenangkan
perkaranya.
Suap dengan maksud agar hak seseorang yang bukan haknya
menjadi hak pemberi suap, seperti dalam pemberian suap kepada hakim
agar hakim memenangkan perkara, atau pemberian kepada seseorang
dengan maksud memberikan suatu imbalan padahal menurut ketentuan
bukan haknya,maka suap itu haram,hartayang didapat jugaharam.
Suap yang diberikan kepada seseorang untuk mendapatkan
sesuatu, baik itu berupa hak atau berupa barang yang merupakan haknya,
seperti memberikan uang atau banngagar urusan surat keputusan sebagai
pegawai atau pekerja lekas keluar, dengan cara melanggat y^ng
^tvr^n
bedaku, betapapun si pemberi suap itu sudah lulus ujian penerimaan
sebagai pegawai atau telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka
perbuatan demikian itu termasuk haram.

10. Mengambil Sebagian DanaYatim Piatu untuk Beli Bensin

Tanya: Di samping saya ada sebuah Panti Asuhan Piatu. Kalau di


ustadzf drantr^ pengasuh panti itu dalam mencari dananya
^ntar^
mengambil hasil pencarian dana itu untuk makan dan untuk mengisi
kendaraannya, apakahhal demikian itu termasuk yang memak anhafia anak
yatim atau tidak? Mohon penjelasan. (44. NasirNasution, Palau Bualan Darat,
Medan, SumateraUtam).
Jawab: Lanngan at^u ancaman memakan hafta anak yatim
216

disebutkan dalamsurat An-Nisaayat9. Yang dilarang memakan haftaanak


yatim itu kalau dengan maksud merugikan atau menghabiskan hatta anak
yatim tersebut. Kalau memakan harta itu tidak melebihi dari kewaiaran
karcna turut menguruskan, tidaklah termasuk yang dilarang' Hal ini dapat
difahami dari ay at 6 surat yang s ama. (an-Nis a) yang berbunyi:

,it;,Iqtt+ti)^6!i;g'Uf'*6PtAiCe{S
,',AVJLWT6\A6r
Artinya: Danjanganlah kamu memakan harta anaklatim lebib dai batas
kEatutan dan jangan kamu tergesa-gesa menlerahkan sebelum mereka dewasa.
Barangsiapa di antarapemelihara anaklatim itu kay (nanpu), maka hendaknla ia
menahan dii (dai menakan harta anaklatim ita), dan barangtiapalangniskin (di
antarapenelibara anaklatin) maka bo/eh/ah ia memakan harta itu rcpatutnla.
Melihat ayat di atas dan dihubungkan dengan kasus yang Anda
tanyakan, kalau sang ustadz yang mengurus panti itu makan dan membeli
bensin untuk kendaraannya sekedarnya sesuai dengan yang dipedukan,
maka tidak termasuk me mzkznharta znakyaamyang dilarang.
217

MASAI-AH KESEHATAN

1. Apakah Islam Memperhatikan Kesehatan?

Tanya: Mohon penjelasan bahwa Agama Islam itu sangat


memperhatikan kesehat anl (A4b s. AQERYogyakarta)
Jawab: Dalam ketetapan Majlis Tarjth, rumusan agama Islam
adalah:

'iA,*i',443;7P;efr ,'i;kgL*tli';;:4

i(v1c:".raiaL*"fist(x(rt1;;rLsr
Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah yang
tersebut dalam al-Qur'an dan al-Hadits Shahih (maqbul) berupa perintah-
perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kemaslahatan
(kesejahteraan) hamba, di dunia dan akhirat.
Dari pengertian tersebut, kita ketahui bahwa Agama Islam itu
disyari'atkan kepada manusia untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
Kemaslahatan itu meliputi:
a. Kemaslah zg m^nya.
^tan
b. Kemaslahatan diri manusia.
c. Kema s lah atan hafta kekay aanny a.
d. Kemaslahatan generasi (keturunan) nya.
Mengenai kemaslahatan manusia meliputi kemaslahatan ruhaniah
dan jasmaniah. Adapun kemaslahatan ruhaniah mencakup keimanan,
ketaqwaan, dan sikap hidup (akhlaqul karimah). Sedangkan kemaslahatan
jasmaniah an tatalain,masalah kesehatan tubuh manusia.
Agama Islam sangat mendorong agar manusia memelihara
kesehatan jasmaniah dan ruhaniah tersebut. Cannya adalah dengan
menjaga agar ruhariah dan jasmaniah tetap sehat dengan menjauhi hal-hal
yang menimbulkan kerusakan (nafsadah).
21,8

2. Kesehatan Ruhaniah Itu yang Ba gafunana?

Tanya:Mohonpenjelasantentangkesehatanruhaniahituyang
bagaimana? (hths. A@ERYogtakarta) -

kesehatan ruhaniah
Jawab: Agama Islam sangat memperhatikan
dengan l^r" -"*b.ri peringatan kepada manusia agar meningkatkan iman
darr.-b.rt^q*a, serta memelihara akhlaq yang baik. Menurut kriterianya
kesehatan iuhaniah (mental) itu ada 8, yang barangkali sec,'r^ umum dapat
kita jadikan pedoman, dan sebetulnya sangat efat hubungffirnya dengan
iman dan taqwa. Kriteria demikian pada umumnya adalah:
(1) Mental yang sehat adalahyang dapat mengadakan p-enyesuaian
dengan keadaan sel^[pnn keny^t^ n itu sangat buruk. Ayat276 Surat al-
Ba$rah dan 19 Surai an-Nisa' mengingatkan l.ita agar manusia tidak
*.ri^h goncangan hatinya dalam menghadapi hal-hatyang dianggap buruk
karena f,^l y^"g tampak buruk itu tidak mesti berakibat buruk. Demikian
pula dapat ,.ij^di keadaan )ang menyenangkan dapat mendatatgkan
kesusahan.
Surat al-Baq arah aY at 21 6 :

rj;rrrcFF6w;*&Jil{s
,Bolebjadi kamu membenci sesuatupadahal ia ama!baik baginu,
Artinya:
rlan boleh jadi kana niryukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah
nzengetah ui sedang kanu tidak nengetabui ".
Surat an-Ni sa' aYat79;

)A:ii,{54ffiV#:J;:t'5{4SF
u#v'L
Arrinva: hlaka bila kanu tidak nenlakai mereka, (naka bersabarlah)
kare na kam a titlak rnery u kai itu padab al Allah nenjadi kan padarya
kebaikanlang
hanyak".
219

(2) Seseoran g y ang mempunyai mental sej ahtera adalah seseorang


yang puas akan hasil perjuangan. Ayat 105 Surat at-Taubah menganjurkan
agar manusia selalu beramal, bekerja yang baik. Karena dengan amal yang
baik akan melihat hasil yang baik pula. Surat at-Taubah ayat105 adalah:

Artinya: Dan katakanlah. 'Bekerl'alab kamu, naka Allab dai Rasal-


N1a serta orangmakmin akan nelibatpekerjaan ita dan kamu akan dikenbalikan
kepada Dryt Yang Mengetabui akan lang ghaib dan n1ata, lalu dibeitakan-l{1a
kEada kantu apalangtelah kami kery-akan".
Surat az -Zulzalah ay at 7 dan B :

usS6*'jiu5'. "CW5sj\UfrcA
""3({"
v/t
-/
Artinya: 'Barangsiapa lang mengejakan kebaikan seberat dTarab pun,
niscEta dia akan melibat ba/asann1a. Dan barangsiapajtangmengerlakan kelahatan
seberat dqarabpun niscala dia akan meliltat balasannla.
(3) Jiwa yang sehat adalah jiwa yang dimiliki oleh orang yang suka
memberi daripada meminta. Surat al-Mu datsk ayat 6:

Artinya:
:efr*{s
'Janganlah kamu membei dengan maksad memperoleb palasan)
ynglebih ban1ak".
(a) Jiwa yang sehat adalah jiwayangbebas dari rasa tegang, cemas,
dan tidak putus asa yang berkepanjangan. Al-Qur'an melarang berputus asa
dalam mencari rahmat Allah.
SuratYusuf ayat87:

'Yyy,
e' bJ:;:;{ t

di b ;:,fIt{J
"tln
220

'fJPi;;ili
Artinya: "sesunguhnla tiada putus asa dai rahmat Allah rnelainkan
orangkafr".
(5) Jiwa yang sehat adalah yang suka berhubungan dengan orang
lain dengan cara tolong-menolong. Kita dianiurkan tolong-menolong ini
dalam surat ai-Mai dah ay at 2:

ySAS
di &J;336:ils idy t\,Qj'e;
Artinya: 'Dan to/ong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan
j angan to long-m en o lo ng dalam do sa dan p e langaran " -

(6) Jiwa y^ng sehat apabila menerima kekecewaan dapat


menjadikannya pelaiaran. Al-Qur'an mendorong manusia selalu
mengevaluasi apa yang telah dikeriakan dan ^gx
untuk dijadikan di masa
mendatang. Surat ai-Has yr ayat 78:

grL:$6,{:;:t:l;ar6tV},Slt(&
Artinya: 'TIai orang-orangJang beiman, bertaqwalah fupada Allab dan
hendaklah nempersiapkan diri dan nenperhatikan @alangtelah diperbuat dan @a
1axgakan dilakakan untuk bari esok (akhirat)".
(7) Jiwa yang sehat adalah 1i'wa yang dapat meluruskan rasa
persaingan yang sehat, positif dan konsuuktif-
Surat al-Mai dah ay zt 48 :

'#Wq&;PtJL+W|WG
-,'J t'-? /
'Jts'\o t.
*'
Artinya: "h[aka berlombalah dalam fuba1ikan. Han1aAllablab semuan1a
kan a ken bali dilte i tah a kan kepadam u apalang karni perse lisih kan.
(8) J irva y,ang sehat adalah iiu'a yang penuh kasih savang. Sabda Nabi
sau, mengingatkan pada kita bahwa kita bukan ummat Muharnmad saw
1'ang baik
jika tidak mempunyai kasih sayang pada anak kecil dan ofang tua.
221

3. B agairnana Memelihara Jasmaniah?

Tanya: Bagaimana usaha memelihara kesehatan jasmaniah? (h[bs,


AWERYogltakarta).
Jawab: Dalam nngka mendapatkan kesehatan jasmaniah secara
global kita dianjurkan menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungan
sesuai dengan sabda Nabi saw:

l,sLl':
Artinya: 'Kebersihan itu sebagian dai iman". (HR. Imam Muslim,
Ahmad dan at-Tirmidzi).
Yang ke dua dengan jalanmakan secukupnya dan tidak berlebihan,
seperti firman Allah surat al-A'raf ayat 31

Artinya: 'Makan dan minumlab dan jangan berlebiban. Sesunguhnla


Allab IVT ti dak menl u kai orang-zrang)ang berlebi ban ".
S
Yang ke tiga, makan makanan yang baik danberglzi. Firman Allah
S!7T dalam Surat al-Maidah ayat BB:

/'1
aJ
'oP?u
Artinya: 'Makanlah ka/ian makananlang balal lagi baik dai apalang
Allah iqkikan kepadamu, dan bertaqwalab kepada Allah yng kamu beiman
kepada-Nya".
Pengertian thalliban dapat berarti cara mendapatkan yang baik dan
dapat juga berarti bergizi. Dalam rangka memelihara kesehatan ini perlu
menlauhi makanan yang diharamkan, karena makanan yang haram dapat
merusak tubuh. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Surat al-Nfaidah
dan sabda Nabi saw yang diriwayatk^n oleh at-Tabrani yang menvatakan
bahwa khamnar (minuman keras) itu induk dari kerusakan dan keburukan
yang mengakibatkan kerusakan jasmaniah dan menimbulkan perbuatan
222

yangmerugikan diri dan oranglain.

4. Obat Putus Asa dan Stress

Tanya: Adakah obat dalam al-Qur'an dan Hadits untuk adik saya
yang srress iu., p.r*, asa tidak mau lagi belaiar dan bekeria. Seakan-akan
yan[ dirrsahakan sia- sia saia. ('{ a m a n o h o n di ra b as i a ka n)'
bukanlah obat untuk
Jawab: obat dalam al-Qur'an dan Hadits
sekadar diba cakankemudian dibaca atau disuruh memb
^czzyatatauHadits
itu saja, tetapi al-Qur'an dan Hadits mengandung obat bagi- hati yang
g""auh. M^ks..dty^ kalau dibaca dengan dimasukkan maksudnya dalam
tud kemudian dilaksanakan petuniuk-petuniuk y^ng termaktub
didalamnya.
Seperti disebutkan dalam al-Qur'an dan Hadits agaf seseorang
janganberputus asa mengharapkan rahmat Allah, tentu saia bukan sekadar
mengharap-harap tetap iuga harus dengan usaha'
" Bar""gkali beBerapa ayat dan Hadits di bawah kalau direnungkan
dan difahami akan menladikan obat/motivasi berusaha dan memohon
rahmat Allah yang amat luas yang disediakan bagi or^ng-ofangyang benar-
benar takrva.
Ayat 87 SuratYusuf:
t
d.lll
di'W+i&reltdJb#6!5
A+a
Arrinya: ,,... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungubnla tiada berputus asa dai rabmat, melainkan kaumlangkafr".
Ayat 156 Surat al-Akraaf:

lfr S"l::+:e^'f-Seqi;r;3
Artinya: ,'...dan
rahmat-Ka neltputi sega/a sesuata. Maka akan Aku
tetapkan rahnat-Ks untuk nrang-lrany)angtakwa ' ' ' "'
DzlamHaditsQudsiriwayatMuslimantaraiaindisebutkan:
223

t6!fi;jt3$Wu+og:i;,;;tY
'p'{Grfr Gfu6)o:V,;eiAF.J
'-,6fr 1/Jtjry:.$agg43La6$t'e+
(,f.'P o\r,) 'a:iYy:g!f6d;JL
Artinya: lYabai hamba-Kz. Sekiranla ka/ian selak ciptaanpertana hinga
terakbir baik manusia alaupunjin, berdii berbarispada vtu tanah datar /a/u mereka
meminta kepada-Ka kemudian Aku bei setiap pernintaannlta tiadalah akan
j
rn e ngu rangi ke ka1 a a n -Ku b aga i ka n te rb e n a m n1 a aril m J a ng d i n a s u k ka n ke da /a n

/aat. IYabai hanba-Ka, semua ama/ kalian, Aku catat dan perhitangkan untuk
kalian, kemadian akan Kuberikan balasannla dengan senlparna' barangsiapalang
nengbasilkan kebaikan, bendaklalt memuli yukur kEada Trhannla, dan
barangsiapajtang nenghasilkan selain dari itu, janganlab menlesali siapa pun kecuali
diri n1 a s e n di i. (HR. Mu slim, Ibnu Hibb an dan Hakim).
D engan memahami makna yang terkandung d alam ay at dan Hadits
di atas tentu saia diikuti dengan semangat unfuk berusaha, insya Allah rasa
stres dan putus asa sedikit demi sedikit berkurang dengan izindanpetuniuk
Allah, sesuai dengan janji-Nya dalam ayatteral*ir Surat al-Ankabutayat69
yangarinya:
'Dan Jang bersungub-sungub mencari keidlaan Kani
orang-nrang
Kani tunjukkan kepada nereka jalan-
(terntasuk rahmat-I'{jta), benar-benar akan
ja/an Karui. Dan sesunguhnla Allah benar-benar buerta nrang-nrangJang berbaat
baik".
224

5. Mata Bagi Donor diAkhirat

Tanya: Apakah yang mendonorkan mat^ny^itu mempunyaimata


di akhirat na nr.? (S u h adi A b m ad, I4n. -fM Na. I 6 6 I ).
Jawab: Untuk menjawab peftanyaanini cukup dengan memahami
firmanAllahSWT:

... r$;i;{t !;tz -e?,#, 6's " lt6


( rv r p)r)
Artinya: 'Dan Dialab jtang ruenciptakan (nanusia) dai perrnulaan,
kemudiar mengembalikan (nenghidupkan)rya dan mengbidupkan kenbali ita adalah
leltib nudab bagi-N1a . .. ".
Dari ayat ini dipahamkan bahwa tsada ada sesuatu pun yang sukar
bagi Allah baik menciptakan sesuatu sebagai ciptaan permulaan atau
merupakan penciptaan pengulangan, bahkan iika Dia menghendaki adanya
sesuaru makhluk hidup atau makhluk mati, cukup Dia memerintahkan
' Adalah", mak^ " ada" dia. Allah S\Xlf berfi rman:

(^";4sfu';b:J3i{"iq:6rif:61'v
Artinya: "Suanggahnla keadaannla apabila Dia rnenghendaki suaatu,
baryalab berkata kspadanla: 'Jadilah", makajadilah ia ...".
Bagi Allah SWT tidak ada yang sukar bagi-Nya, termasuk
mengembalikan kornea m atz- y p ernah disumbangkan seseorang kepada
^ng
orang lain semasa ia hidup di dunia, ataw Dia dapat menciptakan kornea
mat^ yang baru yang lebih baik dari kornea m ta yang pernah
disumbangkan. Bagi kita makhluk Allah, tidak akan mampu
memperkirakan mengukur seberapa hebat kemampuan Allah,
sedangkan
^t^u
kemampuan yang ada pada manusia merupakan anugerah
kemampuan yang sangat sedikit dari Allah. Karena tidaklah mungkin kita
membandingkan kemamPuan manusia dengan kemampuan Allah SWT.
225

MASALAH KETARJIHAN

1. Masalah Ketatiihan

Tanya: PCM Tersono telah mengadakan Musyawarah Tariih


untuk membicarakanarah kiblat dan ihdaad. Dalam mengambil keputusan
rujukan beberapa kitab,zntaralain kitab Subulussalam, Badayatul Muf tahid
dan Sulam Taufiq. Apakah hal itu memadai dan bagaiman y^ng
seharusnya. (PCM Tersono Bagian Tabligh).
Jawab: Secara kelembagaan yang mengadakan musyawarah Tarfih
adalah Maflis Ta\1h PDM setempat dengan diikuti oleh anggotaLainah
Tarjih yangada pada wilayah PDM sesuatu tempat, termasuk yang ada di
PCM, jadi tidak ada musyawarah Tarjih tingkat Cabang. Kalau ada
permasalahan di Cabang diangkat ketingkat Daerah untuk dibicarakan di
tingkat Daerah. Hal ini sesuai dengan qaidah yang masih berlaku, bahwa
ada iga tingkat permusyawarahan tarjih, untuk tingkat pusat yang dihadiri
lainah tarjih Pusat dan Wilayah-wilayah seluruh Indonesia yang bernama
Muktamar Tariih. Sedang untuk tingkat Wilayah bernama l\fusyawarah
Tarjih Wilayah yang dihadiri anggota lajnah Tarjlh lfilayah termasuk
daerah-daerah. Yang terakhir, bernama Musyawarah Tarjid Daerah yang
dihadiri anggotalajnah Tar jih Daerah termasuk cabang-cabang.
Mengenai rujukan kitab-kitab, karena dasar-dasar untuk
menetapkan hukum sesuai dengan hasil keputusan muktamar tarilh adalah
al-Qur'an dan as-Sunnah. Tentu kitab-kitab yang dijadikan manil' (rujukan)
adalah kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab Hadits, terutama yang telah ada
s)'aratnya, sehingga lebih memudahkan. Kitab-kitab fiqih dapat iuga
diambil sebagai manir' tetapi yang ada dalslny4 seperti kitab Al Majmu',
kitab Al Mughny, kitab Al Mabsuuth, kitab Al Mushalla, kitab Al Fiqhul
Islamy Waasillatuh. Dalam mengambil manji'kitab-kitab fiqih di atas pun
masih harus secara kritis mengambil dalilnya yang sesuai dan dapat diterima
sebagai hujfah. Dalam mengukur keshahihan dalil Hadits tidak terlepas
menggunakan kitab Rajalul Hadits.
Dalam pada itu untuk masa sekarang kiranya pedu iuga memahami
Hadits dari segi m^t^n Hadits, bagaimana pemahaman matan (isi) Hadits
tersebut yang dilakukan dengan cara berijtih adiamz'ty (kelompok) anggota
lainah Tarjih, dengan menggunakan ilmu-ilmu seperti ushul Fiqih, ilmu
226

Tafsir dan ilmu Mushthalah Hadits dan lainlain yang dilakukan secara
terpadu.

2. Muhammadiyah Bermazhab Tariih?

Tanya: Perkembangan Muhammadiyah di daerah kami nampak


baru muncul saat sekarang ini, sehingga kami sering mendengar sebutan
Muhammadiyah kurang lebih ada tuiuh macam sebutan tuduhan yaitu:
bermadzhab tarjih, tidak mau mengirim/mendoakan orang tua yang telah
meninggal, suka meringankan hukum agama, ma/ebane (pindahan) wong
(orang) Kristen, santi anlar @aru), tidak mau menghormati para wali
khususnya wali 9 (sanga) dan suka berdebat. Benatkah demikian, mohon
penjelasan. (Si Mafiadi, Desa Kradenan RT.05/RIV.01 Kec. Kradenan Kab.
GroboganJateng).
Jawab: Tuiuh macam sebutan/tuduhan tersebut tidak benar.
Memang Muhammadiyah adalah organisasi/persyarikatan yang tidak
menganut suatu mazhab tertentu, khususnya empat madzhab yangterkenal
dikalangan ummat Islam (Hanafi, Maliki, Syaf i dan Hambali).
N{uhammadiyah berpegang kepada al-Qur'an dan al-Hadits yang shahih.
Terhadap bermacam-macam pendap^t P^ra ulama termasuk emPat
mazhab tersebut Muhammadiyah melakukan penilaian, m^na yang
memiliki dasar yang kuat, itulah yang kemudian dipilih. Sistem ini dikenal
dengan metode tarjih. Dengan demikian, tariih bukanlah suatu mazhab,
tetapi metode pemilihan / penetapanhukum/pendapat.
Istilah mengirim doafbacaan/pahala, memang tidak lazim
digunakan oleh Muhammadiyah. Yang benar dan istilah yang lazim
diEgnakan adalah sebagaimana dituntunkan oleh al-Qur'an Surah al-Hasyr

^yat10.

6b36Ev,SJ&FqbVI+ii$;
&JJ
"wclJJ4'1i04lu6ftiit
teo"Y':4%r;i1
Artinya: Dan orang-orangltang datang sesadahnla, mereka berdoa: 'Ya,
227

Tuhan kami, beri anpuni/ah kani dan saudara-saudara kamilang telah beinan
lebih dahutu dai kani danjanganlah Engkau merubiarkan kedengkian dalan bati
kani terbadap urang-urangJang berinan. Ya, Tuhan kami, sesungabrya Engkau
Maba Penganpun lagi Maha Penlajtang".
Dou t..s.bot lebihlebih lagi kalau diucapkan oleh anak kepada
orang tuanya, sebagai anak yang shaleh, sebagaimana sabda Nabi saw,
dalam Shahih Muslim. Hadits nomor 1001 riwayat Abu Hurairah:

y-;.bIy*'f ib$ir;'$tLe$&6tiL
t
i*, .t ) /ft {fiI *1t4 *3 **
^3$
Artinya: ,Ap1bila sese1rang meningal dunia, maka putus semua ama/n1a
fucuali tiga hai,laitu shadaqab jailab, ilnalang bermanfaat dan anak saleblang
m e n do a ka n kep a da o ra ng- tu a n1 a "'
Tuduhan bahwa Muhammadiyah meringankan Hukum Agama
adalah sama sekali tidak benar. Yang benar bahwa Muhammadiyah
memang sangat berhati-hati dalam mengamalkmr agama. Kalau tidak ada
dalil yang kuat dan shahih, maka warga Muhammadiyah tidak akan
perbuatan bid'ah
-.ng"-"lkan, sebab khawatir akan terjerumus pada
(mengada-ada dan menambah-nambah Aiann Agama termasuk yang
bersifat ibadat).
Tuduhan/sebutan rna/ehane wong Kristen, santri anltar dzn idak
mau menghormatiwali, khususnyawali 9 (sanga), tidaklab ada kebenarannla.
Kd^., dikatakan Muhammadiyah suka berdebat tidak lain adalah
untuk mencari kebenaran serta dalil-dalil yang kuat,dalamrzneka mengajak
orang lain meniti ke jalan Allah, sebagaimana diperintahkan Allah dalam al-
Qur'an Surah an-Nahl aYat1'25:

&=vrliSi"tJd-rLUigU'd:.JgJL:6t
| "'

^W,iF&1&Vfr,!;Y:;J'a19
()rc,Jr,)G):;nr*w
) )!.1

Artinya: "Seralah (nanusia) kejalan Tuhanma dengan cara b/aksana dan


dengan pengajaran pendidikanyng baik dan berdebatlab dengan mereka dengan cara
langlebih haik".

3. HPT Mazlrab Ke Lima

Tanya: Ada orang yang menyindir, bahwa orang-orang


Muhammadiyah menjadikan HPT (Himpunan Putusan Tarjih) itu sebagai
mazhab yang ke lima setelah mazhab Hanaft, Maliki, Syaf i dan Hambali.
Benarkah demikian? Bagatmana keberadaan HPT itu? Mohon penjelasan.
(S aeb Nqa/ fl. Alun -alun Timur Norzor 2 Bangil).

Jawab: Menganggap Himpunan Putusan Tarjih sebagai mazhab


,vang ke lima jelas tidak benar. Muhammadiyah tidak menjadikan HPTnya
sebagai mzzhab maupun mazhab yang ke lima, tetapi menjadikan HPT
sebagai bahan rujukan untuk ditelaah atau sebagai tuntunan dalam
pengamalan sesuai dengan dalilnya. Muhammadiyah tidak
^game-
bermazhab dan tidak membenark^n warganya untuk bertaqlid. Prinsip
tidak bermazhab ini diartikan bahwa dalam pemikiran pentarjihan,
Muhammadiyah tidak membenarkan adanya taqlid pada seseorang atau
mazhab tertentu. Setiap orang Muhammadiyah dalam mengamalkan
Ajaran Islam, haruslah langsung berdasar pada dalil, baik dari al-Qur'an
maupun as-Sunnah as-Sahihah. Dan sebaliknya melarang bertaqlid, yakni
mengikuti suatu amalan tanpa mengetahui dasarnya. Dengan kata
^gama
lain, Muhammadiyah haruslah ittiba' kepad ap^ yangdiperintahkan Allah
^
dan Rasul-Nva, mengikutt ajaran dan amalan ag mz dengan mengetahui
dasar penet^panty^. Derrgan demikian tidak ada lanngan bagi orang
Muhammadiyah untuk mengamalkan ajann agama yang berdas arkan pada
al-Qur'an dan as-Sunnah as-Shahihah meskipun tidak atau belum dimuat
dalamHPT.
Himpunan Putusan Tallh yang sekarang sudah berujud buku itu,
memuat keputusan-keputusan Muktamar Tarjlh sejak muktam r pert^m
hingga Nluktamar-muktamar berikutnya, yang telah ditanfizkan oleh PP
Muhammadiyah, ia berlaku sebagai keputusan yang merupakan tuntunan
pengamalan dalam kalangan Muhammadiyah. Apa yangada dalam
^gam^
IIPT ittr merupakan hasil kesimpulan yang dilakukan oleh anggotaLajnah
'tr arjih seluruh Indonesia dalam Muktamar-muktam arTar11h.

Himpunan Putusan Tarjih merupakan wahana untuk


229

mempersatukan pemahaman agama berdasarkan sumber aslinya, yakni al-


Qur'an dan as-Sunnah. Dengan demikian, Himpunan Putusan Tarfih
bukanlah dalil yang dijadikan dasar dalam pengamalan agama, tetapi
tuntunan untuk pengamalan ag m yang berdasarkanpada al-Qur'an dan
as-Sunnah as-Shahihah. Dalam HPT dijelaskan, bahwa agama yakti
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ialah yang
^p^
diturunkan Allah SWT didalam al-Qur'an dan yang tersebut dalam sunnah
yang Shahih. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa dasar mudak untuk
berhukum dalam Agama Islam adalah al-Qur'an dan al Hadits. Hal ini
sesuai dengan perintah Allah SWT dalam al-Qur'an surat al-Arraf (N ayat3
dan al-An'am (6) ayat 1.06

p:"'u;;#*'(s;bti;it:t;fr ;:1t
(v a-2\il' >'g{Fsl;WL{j
t

Artinya: Ikutilah apa -yang diturunkan ktpadana dai Tubanna dan


janganlah kamu mengikuti peninpin-peruinpin selain-N1a. Anat sedikit kana
m engan bi /p e laj aran (dai p a dary a).

,:{firy-:.fyAEAW,Vb:{itCJ v8L
( r.Tr pil')
Artinya: Ikutilah apa )ang nlab diwaQyukan kepadamu dari Tubanmu.
Tidak adaTuban selain Dia, dan berpalinglah dai orang-orangnaslik.
I\fengikuti wahyrr Allah sebagaimana ditegaskan dalam ayat di atas
berarti juga mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul saw sebagaimana
diperintahkan oleh Allah S\YT seperti tersebut pada ayat 7 Surah al-Hasyr
(se):

,56f6v'E'&6Lii5r?3r{el Vj
,) ,.,\i-!t,&*tiY)r
23tt

Artinya: Apayng diberikan Rasul kEadamu, maka terimalah dia. Dan


apalangdilarangnla baginu, naka tingalkanlab dan bertaqwa/ah kepada A//ah.
n-1,a Al/ah sangal keras /t u ka mannla.
S es u ngu h

Untuk melengkapi jawabanini, perlu pula dijelaskan, bahwa Majlis


Taqlh dalam beristidlal dasar utamanya adalah al-Qur'an dan as-Sunnah.
Iitihad dan istinbad atas dasar illah terhadap hal-hal yang tidak terdapat di
dalam nash dapat dilakukan sepanjang tidak menyangkut bidang ta'abbadi,
dan memang merupakan hal yang sangat dihajatkan dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataanlain, Majlis Tarjih menerima
ijtihad, termasuk qiyas sebagai cara dalam menetapkan hukum yang tidak
ada nashnya secata langsung.
Dalam memutuskan sesuatu keputusan dilakukan dengan can
musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad digunakan sistem itihad
lana'fi. Dengan demikian, pendapat perorangan dari anggota Majelis tidak
dapat dipandang sebagai pendapat Majelis.
Tidak mengikatkan diri kepada sesuatu mazhab, tetapi pendapat-
pendapat imam-imam mazhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa al-Qur'an dan as-
Sunnah atau dasar-dasarlain yang dipandang kuat.
Majlis Tarjih berprinsip terbuka dan toleran, dan tidak
beranggapan bahwa hanya keputusan Majelis Tarjih yang paling benar.
Keputusan diambil atas dasar landasan dalil-dalil yang dipandang paling
kuat yang didapat ketika putusan diambil. Dan koreksi dari siapa pun akan
diterima, sepanjang dapat diberikan daiil-dalil lain yang lebih kuat. Dengan
demikian, Majelis Tarjih dimungkinkan metubah keputusan yang pernah
ditetapkan.

4. Keputusan Muktamar di Malang Tentang Taidid

Tanya: Dalam Muktamar Tarjih di Malang dibahas tefltang tajdid.


Sampai sekarang saya belum mengetahui rumusannya. Mohon diielaskan.
(Sogrto,Babadan I / ,Yogyakarta).
Jawab: Kalau Anda belum tahu rumusnya tajdid keputusan
muktamar Malang memang dapat dimaklumi, karena keputusan itu baru
ditanfidzkan tahun 1410 H/1990 IVI dan disampaikan kepada wilayah-
rvilayah pada Muktamar bulan Desember 1.990 yang lalu. Adapun hasil
kepurusan itu secara ringkas ialah:
231

1.. Latar belakang Muhammadiyah adalah gankan dakwah Islam


amar makruf nahi munkar. Pelaksanaan gerakan dakwah Islam tefsebut
mendorong Muhammadiyah melakukan TAJDID. Kegiatan taidid itu perlu
dikembangkan unruk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan
manusia dan masyarakat sebagai akibat dari kemaiuan ilmu pengetahuan,
sehingga Islam sebagai rahmatan lii'alamin dapat meniadi kenyataan.
2.PengetaanTaidid
a. darisegi bahasa, taidid berarti pembaharuan.
b. dan segi istilah, taidid berarti: 1) pemutntan,2) peningkatan,
pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya' Yang
dimaksud dengan pemufnian, ialah pemeliharaanm tanaiann Islam yang
berdasarkan Jan be.s,rmber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash
Shahihah, maksudnya maqbulah yakni yang dapat diterima sebagai huiiah
syar'iyah. Yang dimaksud dengan pengembangan, peningkatan,
modernisasi dan yang semakna dengannya itu adalah penafsiran,
pengamalan dan perv'uiu dan Aiatan Islam dengan tetaP berpegang teguh
L.pua^ al-eur'an dan As-Sunnah shahihah. Selaniutnya untuk
melaksanakan kedua arti tafdid di atas, dipedukan aktualiasasi akal pikiran
yang cerdas dan fitri, serta akal-budi yang bersih, yang diiiwai oleh Aiaran
IshL. Menurut persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah
satuwatak d an Aiatanlslam.
3. Tujuan Taidid. Tujuan taidid ialah untuk memfungsikan Islam
sebagai FURQON, HUDAN dan RAHMATAN LIL'AI-AMIN, termasuk
mendasari dan membimbing perkembangan kehidupan masyarakat sefta
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Dimensi taidid meliPuti:
a. pemurnian aqidah dan ibadah serta pembentukan akhlaqul
karimah.
b. pembangunan sikap hidup yang dinamis, kreatif, progresif dan
berwawasan masa dePan.
c. pengemb^ng n kepemimpinan, organisasi dan etos kerla dalam
persyarikatan Muhammadiyah.
5. Kedudukan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam taidid'
Kemaiuan ilmu pengetahuan dan teknologi, di samping dapat membantu
mempedancar tujuan kemanusiaan, iuga dapat menimbulkan pfoses
degradasi harkat dan martabat manusia, iika tidak diiandasi dan dibimbing
ugi^u dalam falsafat bangsa dan nilai-nilai ke-Islaman. Dengan demikian
232

IPTEK dapat berfungsi positif bagi operasionalisasi dakwah dan


pencapaian harkat kemanusiaan sebagian tujuan kemerdekaan bangsa.
Oleh karena itu Muhammadiyah menetapkan iPTEK sebagai bagian dari
tajdid dalam realisasi Islam yang fungsional.

5. Pemahaman dan Pengamalan Mailis Tariih Tentang Hadits yang


Kelihatan Bertentangan dengan al-Qurtan

Tanya: Dalam Hadits risrayat Bukhari i:wayat 'Aisyah ciisebutkan


kalau orang berhutang puasa disahur oleh walinya. Dalam HPT juga
dituliskan demikian. Bacaan Fatihah di kala imam membaca jaha4
makmum juga membaca Fatihah, padahal ada ayat bila dibaca al-Qur'an
supaya didengarkan. Bagaimana prinsip pemahamannya? Mohon
penjelasan (mam Hanfah, /. Sakanegara, I-^anryung).
Jawab: Dalam HIll memang disebutkan demikian, yangmenurut
penelidan, faham dalam menentukan hubungan antara kedua dalil al-
Qur'an dan as-Sunnah tidak dipertentangkan. Dalil al-Qur'an diamalkan
dan dalil Hadits fuga diamalkan karena Hadits merupakan keterangan dan
penjelasan tentang yang disebutkan dalam al-Qur'an. Hadits shahih
^p^
dapat dijadikan dasar penetapan hukum, maka pemahaman tentang hukum
dilakukan secara terpadu Hadits shahih tersebut. Atas dasar
^ntara
pemahaman yang demikian pengamalannya sebagaiman^ y^ng tersebut
dalam HPT sebagai kumpulan hasil-hasil Muktamar Tarjth dimasa lampau.
Pengkajian ulang tentang kedudukan Hadits ini pernah dilakukan dalam
suatu seminar di Universitas Muhammadiyah Yogyakata dalam rangka
kerja sama dengan Majlis Talih, tetapi pembahasannya belum sampai
tuntas, masih pedu pengkajian selanjutnya. Sehingga pemaham^n y^ng
selama ini tetap dianut. Hadits shahih diamalkan dalam rangka penjelasan
ayat, dan tidak dipertentangkan keduanya. Dengan kata lain, keduanya tetap
diamalkan. Ayat yang menghendaki apabila dibaca al-Qur'an
^gat
didengarkan dengan baik diamalkan juga. Hadits yang men)'uruh membaca
Fatihah ketikaimam membaca jahr juga diamalkan

6. Bid'ah Hasanah dan Bid'ah Dalalah

Tanya: Apakah ada bid'ah hasanah dan bid'ah dalalah dan tolong
beri contoh bid'ah hasanah dan bid'ah dalalahl (Siti Hindan, TKABA Cabang
233

Curup, Bengkalu).
Jawab: Sebelum menlawab perta'nya ndi atas perlu terlebih dahulu
dipahami apa bid'ah itu sendiri. Perkataan bid'ah berasal dari akar kata Arab
bada'a yang menunjukkan arti penciptaan suatu karya kreatif dan orisinal
tanpa adanya contoh sebelumnya. Dalam al-Qur'an surah al-Baqanh ayat
11,7 dan an-An'am ay^t 101. Allah berfirman: 'Badi'us samawati aal ardb"
berarti bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi dengan tiada contoh
terlebih dahulu.
Pengertian harfiah dan kata bid'ah ini sangat erat hubungannya
dengan pengertian terminologi dalam ma Islam, karena bid'ah itu ada
amal ibadah
^g dibuat tanpa adanya dalil dalam
essensinya adalah setiap yang
syara' atau contoh dari Rasulullah saw yang membenarkannya. Secara
teknis para ulama mendefinisikan bid'ah itu sebagai suatu car^
mengamalk^n yang dibuat-buat dan menyerupai ketentuan sy2ral
^g^m
dan mempraktekkannya dimaksudkan untuk ibadah kepada Allah (al-
I'tidam,I: 36-i7). Jadi menurut defnisi ini unsur-unsur bid'ah, itu adalah (l ) adarya
praktekyng diadakan kemudian dan menlerupai ajaran agama dan (2) praknk
terce but dimaks udkan sebagai bagian dai itaal pei badatan kEada Allah.
Lebih lanjut perlu ditegaskan bahwa bid'ah itu tidak hanyameliputi
praktek yang berupa perbu^tan, tetapi juga sikap tidak berbuat yang disebut
bid'ab tarkjah, yaitu meninggalkan suatu yang diperintahkan oleh agama
baikyang sunat maupun yangwajib dengan paflbahwa meninggalkan
^ngg
itu adalah agam . Seperti ajann bahwa seorang salib yang telah mencapai
tingkat hakikat tidak perlu lagi mengerjakan tal<Ltf syari'ah karena syari'ah
itu hanyalah kulit belaka, sementara orang tersebut telah mencapai inti
ma, yaitu hakikat. Tetapi orang yang meninggalkan perintah agam^
^g
bukan karena meninggalkan itu dipandang sebagai melainkan
^gama
semata-matakarena malas atau lilai ataujuga karena tidak percaya kepada
agama tidak disebut bid'ah melainkan maksiat.
Pelanggaran bid'ah itu tercakup dalam sejumlah Hadits Nabi saw;
lain Hadits irwayat Muslim (Sbabih,I:380, Hadits nomor 867) dari
^ntar^Maj ah (S u n an, I: 1 7, Hadits nomor 45)
Ibnu dari Jabir ibn Abdillah:

#tGt.d9 j o:tt+6,i.*r{6 {r'^!g


%rt*+16t{6fi4F'
234

Artinya: Adapun ula(utrya sesanguhnla sebaik-baikrya berita adalah


kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Mubammad, dan seburuk-
burukperkara adalablangdibaat-huat dan setiap bid'ab adalah sesat.
Dan apa yang dikemukakan di atas tampak beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bid'ah adalah suatu cara mengamalkan m yang tidak
^g
berdasarkan runrunan Rasul dan yang oleh pelakunya dianggap sebagai
bag1an dai^ agama dan dengan demikian ia merupakan lawan dari sunnah"
2.Bid'ahhanya ada sepanjang menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan ag ma (aqidah dan ibadah) dan tidak menyangkut urusan duniawi
yang bersifa t m a' q u /u / ma' ta.
3.
Sebagai kebalikan dari sunnah maka seluruh bid'ah harus
ditinggalkan dan seperti dinyatakan dalam Hadits di atas setiap bid'ah
adalah sesat.
4.Jadijelas tidak ada bid'ah yanghasanah dalam pengertian teknis
keagamaan.
Kalau kita mendeng ar ada o nngmengatakan bid'ah hasanah, maka
yang dimaksud adalah bid'ah dalam arti literal ftarfiah) ataa dalam hal
menl'angkut urusan dunia atau juga dalam hal-hal yang meflyangkut
masalah mr.rrsalah yang kesemua ini adalah bid'ah dalam pengertian maizi.
Itu boleh-boleh saja. Adapun bid'ah dalam pengertian teknis
^gamayang
dinyatakan sebagai sesat oleh Nabi saw adilah bid'ah seperti yang
didefinisikan di atas.

7. Penyelesaian Ta' arudhul Adillah

Tanya: Dalam mendapatkan hukum kadang-kad ang ada ta'arudh


ftonuadiksi) di antara dalil-dalil yang kita dapati. Bagatmana cara
pemecahannya? Mohon penjelasan. Q,ulkarnain, seorangpeserta penataran Al
Iskn).
Jawab: Terlebih dahulu pedu dikemukakan pengertian ta'arudh.
Banyak kita jumpai pengertian ta'arudh. Baiklah di sini dikemukakan satu
diantara pengertian ta'arudh yang begitu banyaknya, tetapi intinya s^ma
ialah sekitar:

fiYXrWS"#r(f,(s
235

Artinya: Berhadapannla dua dalil (atau lebih) dengan cara lang saling
bertentungan (A4aksudnla iirya sali ng berten tangan).
Kalau mau dirincikan dengan penyemPurnaan unsuf-unsurnya,
maka ta'arudhul adillah itu terjadi apabila terdapat unsur-unsur:
a. Adanya dua dalil atau lebih.
b. Samamartabatnya.
c. Mengandung isi ketentuan yang berbeda.
d. Berkenaan dengan masalah yang samadan
e. Menghendaki hukum vang sama dalam satu waktu.
Adapun penyelesaiannya, sebagaimana dalam menentukan
pengertiannya, tidak semua ulama sama. Sekalipun sama ialzn yang
ditempuh namun berbeda dalam memprioritaskan jalan tersebut, antara
nasakh, taufiq dan tarjih. Yang banyak dilakukan dan ini yang sesuai dengan
ketentuan 82 surat an Nisa, ialah 'Al jam'u wattaufieq in amkana".
^yat
Artinya mengumpul dan mempertemukan isi dalil tersebut
memungkinkan. Jadi menghilangkan pertent^ng n. Barulah apabila tidak
dapat, diamalkan nasih-mansukh atau tarjih.
Untuk jelasnyaay^t82 Surat an-Nisa baik kita renungkan.

&f':$i'V+*56;5,;ji'gi,4i$1
,t6(it;3t
Artinya: Apakab nereka tidak nemperltatikan al-pur'an itu bukan dai
sisi A//ah, tentulah mereka nendapati pertentanganlang baryak di dalamn1a.
Ayat itu mengacu agar kita memahami al-Qur'an secara utuh
memahami di dalamnya tidak sepotong-potong tetapi secara
^yat-^yat
terpadu sehingga pemahamannya dan pengamalannya serasi.
Kesimpulannya apabtla kita menghadapi dalil-dalil yang kelihatan
ta'arudh bertentangan, maka kita lakukan pengumpulan dan
^tau
mempertemukan isi kandungan dalil-dalil yang bertentangan itu terdahulu.
Kalau tetnyat^ tidak dapat kita lakukan barulah kita tempuh nasikh-
mansukh atautarjlh.

Anda mungkin juga menyukai