Anda di halaman 1dari 3

Sistem hukum perdata Indonesia dibentuk berdasarkan model Romawi-Belanda.

Kolonialisme Belanda
350 tahun yang lalu mempengaruhi penetapan hukum di Indonesia sejak hukum kolonial Belanda
tercermin dalam hukum perdata, komersial, dan pidana Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, negara ini mulai merumuskan hukum modernnya, yang didasarkan pada hukum adat yang
ada sebelum kolonialisme dan hukum Islam. 

Sumber hukum lain di Indonesia antara lain UUD 1945, Undang-Undang (UU), dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, kode peraturan. Hukum adat adalah hukum adat yang digunakan untuk
menyelesaikan perselisihan di masyarakat sedangkan hukum Islam menyelesaikan konflik antara umat
Islam di tingkat pribadi dan masalah keluarga (Cammack & Feener, 2011).

Perbedaan dan keunikan hukum Indonesia adalah bahwa Judicial Precedents tidak diterapkan sebagai
sumber hukum, tidak seperti negara-negara lain di dunia. KUHPerdata mengatur semua urusan pribadi di
Indonesia. Hukum perdata berawal dari pembagian hukum menurut isinya oleh para ahli hukum Romawi
sebelum abad pertengahan. 

Pada saat itu, hukum dibagi menjadi hukum publik (Ilus Publicum Roman Law), yang mengatur
bagaimana warga negara berhubungan dengan negara dan hukum privat/perdata (Ius Privatum)
mengatur hubungan antara warga negara dan kepentingannya.

Sistem pembagian ini tidak hanya dianut di Indonesia, tetapi negara-negara lain di dunia seperti Perancis,
Italia, dan Jerman antara lain menerapkannya untuk menguasai rakyatnya. 

Berdasarkan latar belakang singkat yang diberikan di atas, melalui tulisan ini saya bermaksud untuk
mengeksplorasi tinjauan terhadap sejarah hukum perdata dan contoh penerapan hukum perdata.

Sejarah Hukum Perdata Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa zaman, antara lain zaman Belanda,
Jepang, Kemerdekaan, dan Reformasi. Pada zaman Belanda, yaitu sekitar tahun 1512, Belanda
memperkenalkan sistem hukum sipil Romawi-Belanda, yang digunakan untuk mengatur perdagangan
dan politik, kepentingan ekonomi.

Lalu Era Jepang ditandai dengan akuisisi besar-besaran senjata perang yang dipasok oleh Jepang, yang
memainkan peran penting dalam proklamasi Kemerdekaan di Indonesia. Era kemerdekaan
menyebabkan lahirnya Undang Undang, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, yang menguraikan semua peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga yang diadopsi
dari masa kolonial. 

Sampai dengan tahun 1995, beberapa undang-undang termasuk hukum perdata, niaga dan pidana telah
dirumuskan dan dilaksanakan antara lain hukum perkawinan tahun 1974, hukum acara pidana tahun
1981, hukum pengadilan agama tahun 1989, dan lain-lain seperti hukum perbankan hukum perusahaan
tahun 1995, modal hukum pasar 1995 (Laiman et al., 2011). Hukum perdata ada di bawah KUH Perdata
Indonesia, yang menekankan pada individu dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain.

Menurut Kamus Hukum (2014), hukum perdata didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang
melindungi hak-hak individu sebagai warga negara dan memberikan solusi hukum untuk perselisihan
yang berkisar pada kontrak, gugatan, properti, dan hukum keluarga. 

Sistem hukum perdata tidak memasukkan penggunaan juri dalam proses pengadilan, melainkan
keputusan bersama (Putusan) dibuat oleh panel tiga hakim di mana satu adalah Ketua dan lebih tinggi
dari dua hakim lainnya. Salah satu hukum perdata yaitu hukum Properti.
Hukum properti diatur dalam Buku II KUH Perdata. Namun, penerapannya dibatasi pada bagian-bagian
yang mendefinisikan ketentuan tentang properti dan hak atas properti. 

Dalam perspektif hukum, harta tidak serta merta menangkap benda-benda yang berwujud atau yang
dapat ditangkap panca indera manusia, tetapi juga harta tidak berwujud (Soerodjo, 2016); yang
dilindungi oleh hak atas kekayaan intelektual seperti Hak Cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 dan Paten oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 antara lain (Dewantara, 2018). 

Ketentuan yang berbeda dalam KUHPerdata mendefinisikan istilah 'harta' secara berbeda di mana Pasal
1792, 1354, 1263 KUH Perdata memberikan arti harta (Zaak) masing-masing sebagai perbuatan hukum,
kepentingan, dan kenyataan hukum (Soerodjo, 2016).

Hak milik dibagi menjadi dua yaitu bergerak dan tidak bergerak . Harta tidak bergerak diwujudkan
menjadi tanah. Namun, tidak jelas apa lagi yang dapat ditempatkan dalam kategori yang sama karena
Pasal 506 mendefinisikan barang tidak bergerak sebagai pekarangan dan benda-benda lain yang
dibangun di atasnya (KUHP). KUHPerdata Indonesia  terkadang mengadopsi sistem hukum dari Belanda
setelah kolonialisme, sehingga membentuk model Hukum Perdata, yang digunakan di sebagian besar
negara-negara Eropa Barat.

Di negara-negara yang bercirikan sistem Eropa kontinental, hak milik yang hakiki adalah hak milik,
meskipun dalam perkembangannya hanya berlaku untuk kepemilikan. Dalam pengembangan undang-
undang ini, pemerintah mempertimbangkan pandangan dan ideologi masyarakat karena menggunakan
undang-undang properti sebagai alat untuk mendorong investasi di Indonesia melalui menarik investor
asing . Hukum keamanan, di sisi lain, telah ditekankan untuk memacu bisnis dan ekonomi negara secara
keseluruhan.

Undang-undang keamanan yang termuat dalam Buku II KUHPerdata karena mengatur berbagai jenis
harta benda dan hak milik dengan menciptakan suasana kenikmatan dan rasa aman. Hukum keamanan
adalah seperangkat undang-undang yang mengatur peminjam dan kreditur dan jenis agunan yang akan
digunakan untuk menjamin utang (KUHP). 

Hukum keamanan adalah nama bahasa Inggris untuk Zekerheidstelling. Ini menyangkut jaminan harta
benda, yang meliputi utang-utang hak istimewa, gadai, dan hipotetik, sedangkan jaminan perorangan
meliputi jaminan pribadi dan diatur dalam Pasal 1131 sampai dengan 1232 KUHPerdata (Soerodjo,
2016). 

Jenis perlindungan yang memiliki ciri-ciri kebendaan antara lain hak tanggungan, gadai, Cessie, Fidusia,
Hipotetik atas Kapal, dan pesawat udara. Meskipun UU Jaminan telah berdiri sendiri, namun terdapat
kebijakan regulasi lain seperti UU Nasional, Peraturan Pokok Pokok Agraria, UU Hak Tanggungan dan UU
Fidusia yang mengatur tentang surat berharga.

Singkatnya, Hukum Perdata di Indonesia diadopsi pada masa kolonialisme dari Belanda dan Prancis.
Sistem hukum dimodifikasi untuk mengakomodir berbagai peraturan perundang-undangan karena
Indonesia adalah negara yang berwatak Pluralisme. Salah satu hukum perdata yaitu hukum properti. UU
Kepemilikan properti mengatur peminjam dan kreditur serta jenis jaminan yang akan digunakan untuk
menjamin utang melalui UU jaminan.
Referensi:

Cammack, M., & Feener, M. R. (2011). The Islamic Legal System in Indonesia. Pacific Rim Law & Policy
Journal, 21(1).

Dewantara, M. H. (2018). Protection of intellectual property for Balinese indigenous industry in cultural
tourism business. Advances in Economics, Business and Management Research (AEBMR, 52.

Laiman, D. A., Reni, D. S., Lengkong, R., & Ardiyanto, S. (2011). The Indonesian legal system and legal
research. https://www.nyulawglobal.org/globalex/Indonesia.html.

Soerodjo, I. (2016). The development of Indonesian Civil Law. Scientific Research Journal (SCIRJ), 4(9),
ISSN 2201-2796.

Anda mungkin juga menyukai