Disusun Oleh :
Kelompok : 4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082 Commented [i-[1]: Hanafi (ACARA 7)
Ratika (ACARA 2)
Faiqoh (ACARA 1)
Sekar (ACARA 4 DAN 7)
Asisten : Dimas Alfareza Fachrurozi Daffa (ACARA 5)
Levina (ACARA 8)
Navita (ACARA 3)
Syafrie (ACARA 6 + FINISHING)
Disetujui,
Purwokerto,. .................... 2022
Mengetahui :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
Hatchery Perikanan. Kami menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak sehingga penyusunan laporan ini selesai. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen
maupun penulis. Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca
dalam memahami materi di dalamnya. Selain itu dapat dijadikan panduan dalam
budidaya ikan di masyarakat. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... 7
ACARA I ......................................................................................................................... 9
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 18
LAMPIRAN .............................................................................................................. 19
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 33
LAMPIRAN .............................................................................................................. 35
PEMIJAHAN IKAN KOI ............................................................................................ 37
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 47
LAMPIRAN .............................................................................................................. 48
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 57
LAMPIRAN .............................................................................................................. 59
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 69
LAMPIRAN .............................................................................................................. 71
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 79
LAMPIRAN .............................................................................................................. 80
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 93
LAMPIRAN .............................................................................................................. 95
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 97
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
70,45% dari total produksi tahun 2015 itu disumbang oleh produksi rumput
laut, sedangkan 22% berasal dari budidaya ikan air tawar seperti patin, nila,
lele, gurame, dan juga bandeng, serta sebanyak 4% berasal dari komoditas
hasil budidaya laut seperti kakap dan kerapu.” Sebagai bagian dari
satu kegiatan ekonomi yang cukup prospektif. Selain potensi lahan yang luas
10
Pengenalan dan pemilihan ikan budidaya air tawar, serta pemilihan
induk yang baik sangat penting untuk langkah awal yang akan diambil para
petani. Penelitian ini difokuskan pada penelusuran jenis-jenis ikan air tawar
(Karim,2009).
1.2 Tujuan
11
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jaring, baskom, dan
sarung tangan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan gurami, ikan
nila, ikan lele, ikan koi, ikan nilem, dan ikan bawal.
2.2 Metode
12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
perut membundar.
13
4. Ikan nila jantan, terlihat
dari moncongnya.
licin.
14
6. Ikan gurami betina, karena
kehitaman.
3.2 Pembahasan
sama lain. Misalnya, nila jantan memperebutkan betina. Sehingga akan terjadi
serangan dan ikan pada akhirnya akan mati. Berdasarkan hasil dari
praktikum kali ini, perbedaan induk jantan dan juga betina dapat dibedakan
ciri kelamin yang dapat ditandai dengan melihat ciri-ciri fisik untuk
15
berfungsi sebagai indikator untuk membedakan jenis kelamin. Bentuk
perut ikan jantan tampak lebih kurus. Namun, jika kita ingin
berbeda. Selain itu, ikan jantan juga memiliki warna tubuh lebih cerah dan
menarik. Berbeda dengan ikan jantan, ikan betina justru memiliki sikap
yang lebih gemuk dan juga memiliki warna tubuh yang kurang cerah dan
16
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara ini yaitu jenis ikan budidaya bisa
memiliki ciri yang bisa dilihat secara fisik. Sedangkan perbedaan ikan jantan
dan juga ikan betina dapat dilihat melalui ciri primer dan sekunder. Ciri
reproduksi, dan ciri sekunder merupakan ciri fisik yang membedakan ikan
jantan dengan ikan betina. Akan tetapi, ciri sekunder saja tidak cukup untuk
4.2 Saran
durasi yang lebih lama, agar materi praktikum dapat disampaikan semuanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
2016
[6] Kordi, Muhammad Ghufran. 2013. Budidaya Ikan Konsumsi di Air Tawar.
Yogyakarta: ANDI
Gunderson, Jeff; Richards, Carl; and Tucker, Paul, “Aquaculture Potential for
perut membundar.
dari moncongnya.
licin.
6. Ikan gurami betina, karena
kehitaman.
ACARA II
PENGEMBILAN HIPOFISA
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
alami, seperti kesiapan induk yang matang gonad yang biasanya terjadi
sarangnnya, sarang ikan lele berupa lubang yang dibuat pada pematang
pemijahan yang terbatas, hal ini berkaitan dengan kondisi ikan yang tidak
produksi benih ikan yang lebih tinggi dalam waktu yang relatif singkat.
23
terjadi sepanjang tahun. Pemijahan buatan tidak lepas dari kontribusi
maturasi gonad ikan. Hormon GtH dibagi menjadi dua yaitu FSH dan LH
1.2. Tujuan
24
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.2. Metode
• Ikan yang telah mati dipotong pada bagian batas antara kepala
dengan badan.
25
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
diperoleh.
Berhasil
26
Hancur
3.2. Pembahasan
27
lele dan memotong bagian batas antara kepala dengan badan, kemudian
kepala ikan yang sudah dipotong dibelah searah dengan arah bukaan
mulut ikan. Bagian atas kepala yang diperoleh dibersihkan dengan air,
lalu buka penutup tulang hipofisa. Pada saat pengambilan hipofisa tidak
dihadapkan keatas lalu dipotong secara vertikal dari atas lubang hidung
homogen (hancur) lalu didiamkan selama 5-10 menit, setelah itu larutan
suspensi kelenjar hipofisa yang siap diinjeksikan pada ikan induk yang
akan dibiakkan (Andriani, Zodni, Walim, & S., 2021). Hipofisa adalah
28
mengandung gonadotropin semacam LH (“LH-like gonadotropin”), yang
Kelenjar hipofisa ikan terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini
bulat putih dan dilindungi oleh sella tursica (Andriani, et al., 2021).
lele yang baik dimana jumlah, mutu dan waktu penyediaannya dapat
diatur sesuai yang diinginkan (Aziz & Kalesaran, 2017). Teknik hipofisasi
gonad tingkat akhir dan ovulasi pada betina. Ikan resipien ini
kelenjar hipofisis. Hal ini disebabkan karena inti telur menepi apabila
29
merangsang pemijahan ovulasi bagi ikan yang matang kelamin akan
tetapi tidak dapat memijah secara alami agar dapat memproduksi telur
tingkat akhir oosit dan ovulasi (Martoni, et al., 2021). Kelenjar hipofisa
30
24 jam selama 3 kali. Ketika kelenjar hipofisa akan disuntikkan kepada
supernatan diambil dan disuntikan pada induk betina ikan lele (Septiani,
2019).
31
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
potong bagian batas antara kepala dengan badan menggunakan pisau yang
kemudian kepala ikan yang sudah dipotong dibelah searah dengan arah
bukaan mulut ikan. Bagian atas kepala yang diperoleh dibersihkan dengan
air, lalu buka penutup tulang hipofisa. Kelenjar hipofisa yang terletak di
menggunakan pinset.
4.2. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N., 2018. Efesiensi Kelenjar Hypofisa Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Dan
Andriani, Y., Zodni, I., Walim, L. & S., U., 2021. Penyuluhan Pembenihan
Tagih (Mystus nemurus C.V.). Jurnal Media Kontak Tani Ternak, 3(2). 42-48.
Aziz, E. A. & Kalesaran, O., 2017. Pengaruh Ovaprim, Aromatase Inhibitor, dan
Kusuma, W. &. S. T., 2017. Pengaruh Hormon Pregnan Mare Serum (PMSG)
Mardhatillah, H., Efrizal & Rahayu, R., 2018. Pengaruh Ekstrak Kelenjar Hipofisa
Martoni, A. M., Nuraini & Aryani, N., 2021. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak
Kelenjer Hipofisa Ikan Mas Dan Hcg (Human Chorionic Gonadtropin)
Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Ovulasi Dan Penetasan Telur Ikan
31-36.
Septiani, A., 2019. Induksi Pematangan Gonad Ikan Sidat (Anguilla bicolor
Berhasil
Hancur
ACARA III
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
digemari oleh berbagai kalangan. Salah satu ikan hias yang diminati oleh
masyarakat adalah ikan koi. Selain dipelihara untuk sarana rekreasi atau
hiburan, ikan Koi ini juga dapat diikutkan kontes sehingga dapat menaikan
kecantikan fisik dengan warna cerah sehingga biasa disebut ikan permata dan
bunga renang. Ikan ini berasal dari Asia dan Eropa. Ikan Koi ini merupakan
variasi ikan hias dari ikan Mas Asia Timur yang dibawa ke Jepang dari Cina
dan dibiakkan sehingga didapat pola warna dan sisik seperti sekarang.
memelihara ikan ini sebagai objek rekreasi maupun untuk objek ekonomi
Pemijahan dapat dilakukan secara alami, semi buatan, dan buatan. Pemijahan
alami adalah pemijahan yang terjadi tanpa adanya bahan atau perlakuan
tambahan dari luar tubuh induk koi, atau tanpa adanya campur tangan
38
manusia (Lukmantoro 2018). Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang
hormon pada induk, kemudian ovulasinya terjadi dengan cara stripping atau
1.2 Tujuan
39
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak pemijahan dan
2.2 Metode
• Ikan koi yang akan dipijahkan disiapkan. Indukan terdiri atas dua
• Kolam pmijahan diisi air setinggi 30cm dengan air yang terus
40
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
30.000 butir ikan. Telur – telur tersebut kemudian ditetaskan hingga menjadi
larva ikan. Sebagian besar dari jumlah telur yang ditetaskan berhasil menetas
oleh Desrita et. al., (2022), ikan koi jenis Tancho sanke doitsu dengan berat 700
gram yang dipijahkan secara alami menghasilkan telur sebanyak 7000 butir/kg
pemijahan. Namun, pemberian ovaprim yang tidak sesuai juga tidak akan
memberikan hasil yang baik. Jika memang sudah bisa memijah secara alami,
maka tidak perlu menggunakan bahan tambahan atau rangsangan apapun selain
dari ikan betina. Penelitian di atas juga menunjukkan bahwa ikan yang
m lebar 1 m dan tinggi 50cm dibersihkan hingga bersih dan tidak ada lumut atau
pasir pada dinding kolam kemudian dibiarkan semalaman, setelah itu, kolam
diisi air dengan ketinggian sekitar 30cm. Kolam yang akan digunakan untuk
pemijahan harus jauh dari aktivitas manusia agar ikan tidak stress dan dan tetap
nyaman sehingga dapat memijah. Kemudian 3 induk jantan dan 1 induk betina
lebih 10 menit lalu dibiarkan selama 24 hingga 48 jam untuk memijah. Apabila
ikan sudah memijah maka air akan menjadi lebih keruh dan berbau amis,
kemudian ada telur di dinding kolam. Air yang keruh dapat ditanggulangi
telur. Telur yang dihasilkan oleh 1 induk betina bisa mencapai 100.000 butir/ 1
kilogram ikan. Telur ini akan menetas 48 jam setelah dibuahi dan ditandai
dengan adanya mata pada embrio larva. Telur yang berwarna putih pucat adalah
42
telur yang tidak terbuahi dan sebaiknya dibuang agar tidak menimbulkan jamur
yang dapat mengganggu telur lain. Jika embrio telur sudah berkembang
Induk yang dipilih haruslah sudah matang gonad dan sebaiknya memiliki
kualitas yang baik. Induk koi yang sudah matang gonad dapat dilihat melalui
ciri – ciri yang ditunjukkan. Ikan koi jantan yang sudah matang gonad biasanya
ikan yang sudah berusia minimal satu tahun dengan bobot minimal 1kg,
memiliki badan yang ramping dan pergerakannya lincah, tutup insangnya kasar,
biasanya umurnya 2 tahun dengan bobot mimimal 2kg, bagian perutnya bulat
dan besar ke arah belakang, gerakannya lebih gemulai, tutup insangnya halus,
sehingga ikan memijah dengan organ dan hormone yang dimilikinya sendiri.
Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jurais et.al., (2021), telur
memiliki kualitas yang lebih baik karena telur mengalami matang gonad yang
lebih sempurna sehingga telur dapat dibuahi dengan lebih baik Jurais et.al.,
43
(2021).
disiapkan. Kolam yang digunakan pada praktikum ini yaitu kolam beton yang
dibersihkan hingga tidak ada kotoran dan lumut yang tersisa kemudian
mengeringkannya selama 1-2 hari. setelah itu, kolam diberi media substrat
berupa waring yang telah dicuci dan dijemur untuk tempat menempelnya telur.
dan induk jantan yaitu 3:1 atau 2:1 sesuai dengan bobot ikan betina yang akan
seperti suhu lingkungan, bau tanah (petrichor), rintikan air hujan, dan pH
(Darmawangsa et.al., 2021). Suhu yang baik untuk budidaya ikan koi berkisar
antara 25-30°C. pH yang baik untuk budidaya ikan koi adalah ±7. Lingkungan
tempat pemijahan juga harus jauh dari aktivitas manusia dan hening sehingga
ikan dapat memijah (Jurais et.al., 2021). Pemilihan jenis ikan koi yang
Induk jantan berenang gesit mengejar induk betina pada saat proses
percumbuan. Proses ikan koi memijah pada malam hari pukul 22.00 WIB
sampai menjelang pukul 04.00 WIB yang ditandai dengan aktifitas induk
menjelang dini hari pada substrat dan diikuti oleh induk jantan yang
44
mengeluarkan cairan sperma. Induk yang yang diberi makanan dengan kadar
gonad secara alami, dan membentuk pola warna pada tubuh ikan. Indukan
yang unggul juga akan menghasilkan telur dan sperma dengan kualitas yang
45
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
bahwa pemijahan ikan koi secara tradisional dapat dilakukan pada kolam
beton yang sudah dibersihkan menggunakan induk ikan koi yang sudah
matang gonad. Setelah hal tersebut dilakukan, 1 ikan betina berukuran 1,2 kg
dan 3 ekor ikan jantan dapat dimasukkan ke kolam lalu dibiarkan selama 24
hingga 48 jam. Ketika sudah memijah, air kolam akan terlihat lebih keruh dan
4.2 Saran
pemijahan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Pembuahan, Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva Ikan Koi (Cyprinus
Pembuahan Telur dan Daya Tetas Telur. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 9(2)
: 216-224.
Terhadap Pembuahan Dan Daya Tetas Telur Pada Ikan Mas (Cyprinus
Nayak, Y., Sahoo, G., Sinha, M. K. 2020. Studies on biology, seed production &
PENDEDERAN IKAN 1
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
baik. Masyarakat Indonesia umumnya menyukai ikan koi karena pola warna
yang terbentuk pada ikan koi dan ikan ini dipercaya dapat membawa hoki pada
pemiliknya. Pada skala besar dapat dijadikan sumber penghasilan keluarga dan
pada skala kecil untuk menyalurkan hobi. Ikan koi yang berkualitas dapat
dibentuk dari induk yang berkualitas baik, benih unggul dan juga dengan tidak
Ikan koi (Cyprinus carpio koi) merupakan salah satu ikan hias yang
memiliki bentuk tubuh dan warna yang indah sehingga bernilai ekonomis
tinggi. Indikator keindahan pada ikan hias dapat dilihat pada warna yang
atau staminanya (Effendie 1979 dalam Andriani et al., 2018). Selain itu ikan
koi ini sering dijadikan hiasan akuarium dan merupakan konsumsi seni bagi
tinggi. Bibit ikan koi yang nantinya akan dipelihara, maka diperlukan teknik
pembenihan ikan koi yang berkualitas baik. Pengetahuan dan ketrampilan teknik
pembenihan ikan koi yang tepat serta pengaturan dalam manajemen keuangan
50
pembenihan ikan koi tersebut, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
benih yang berkualitas baik dan dapat tetap hidup hingga pembesarannya serta
1.2 Tujuan
51
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak pendederan dan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih ikan koi.
2.2 Metode
• Benih yang berumur 2 hari ikan diberi pakan kuning telur rebus yang
disaring.
pendederan 2.
52
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
berupa emulsi kuning telur diberikan saat benih berumur 2 hari. Setelah 1
minggu, benih diberi pakan kutu air. Sepuluh hari kemudian benih mulai
diberi pakan cacing sutra. Pengelolaan kualitas air yang diterapkan berupa
dilakukan di kolam yang sama dengan kolam penetasan telur, setelah ikan
3.2 Pembahasan
kolam yang sama dengan kolam penetasan telur, setelah ikan semakin
bahwa larva yang telah berumur satu minggu langsung ditebar pada kolam
pendederan dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari suhu
53
yang terlalu tinggi yang dapat mematikan benih ikan.
mencapai 40 cm atau lebih agar fluktuasi suhu kisarannya tidak terlalu lebar.
Pakan yang diberikan selain pakan alami yang telah tersedia pada kolam tanah
tersebut, juga ditambahkan dengan cacing sutera. Hal ini dimaksudkan untuk
untuk kebutuhan larva, mengingat jumlah larva yang banyak (Kusrini et al.,
2015).
pemeliharaan larva atau benih pada kolam sementara hingga mencapai ukuran
tertentu. Pendederan ini perlu dilakukan agar larva atau benih mampu
untuk aktivitas pembesaran. Yulianti et al. (2003) dalam Joko et al. (2013)
pendederan kedua. Tujuan dari pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan
nila yang mempunyai ukuran seragam baik panjang maupun berat dan
54
pertumbuhan juga seragam dan berkualitas. Proses pendederan 1 dimulai dari
tahap persiapan kolam, penebaran benih, pengelolaan pakan dan kualitas air,
sampling, pengendalian hama dan penyakit ikan, lalu panen dan sortir benih
(Selfrida, 2016).
penentuan padat tebar agar tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva
yang ditebar tetap optimal. Selain itu padat tebar merupakan faktor pembatas
pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal
ini dikarenakan protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein
55
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
berupa emulsi kuning telur diberikan saat benih berumur 2 hari. Setelah 1
minggu, benih diberi pakan kutu air. Sepuluh hari kemudian benih mulai
diberi pakan cacing sutra. Pengelolaan kualitas air yang diterapkan berupa
4.2 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Yuli, Asri Peni Wulandari, Rusky Intan Pratama, dan Irfan Zidni. 2019.
Anjarwati, Afifah Putri. 2018. Teknik Pendederan Ikan Mas Mustika (Cyprinus carpio
L.) Di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa
Lamongan. 48 hal.
Joko, Muslim, dan Ferdinand HT. 2013. Pendederan Larva Ikan Tambakan
Kelautan, 6: 59-67.
Pramono, M. Djoko, Endang Siti Rahayu, dan Minar Ferichani. 2017. Analisis
355.
Saputri, Oktaviani Ade. 2021. Pembenihan Dan Pendederan Ikan Koi Cyprinus carpio
Di Agro Koi Farm, Kediri, Jawa Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 40 hal.
Selfrida. 2016. Teknik Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Genetically Male
Tilapia (Gmt) Di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (Bbpbat) Sukabumi
Tantra, Ruwin Brilyan. 2020. Teknik Pendederan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) Di Balai
52 hal.
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Benih ikan koi
Kolam pendederan 1
ACARA V
PENDEDERAN IKAN 2
Kelompok : 4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
hayati tinggi, termasuk keragaman ikan hias air tawar. Salah satu ikan hias air
adalah ikan koi. Ikan koi memiliki ciri khas warna yang menarik serta variasi
jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi diklasifikasikan dalam tiga
belas (13) kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi,
2010). Ikan koi bukan merupakan komoditas baru di Indonesia, hanya saja
kurang dikenal jika dibandingkan dengan ikan mas koki. Ikan koi sebagai ikan
hias yang mempunyai warna menarik, merupakan salah satu budaya Jepang
yang sangat dijunjung tinggi seperti halnya tanaman bonsai. Menurut data
Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010, ekspor ikan hias Indonesia
mencapai 10 juta dolar AS tahun 2009 dan pada tahun 2010 diperkirakan
mencapai 12 juta dolar AS. Sedangkan nilai ekspor ikan koi mencapai 200 miliar
Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat,
cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan
disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis.
memberikan pengaruh cukup baik pada warna merah dan oranye (Budi 2001).
61
Menurut Hidayat dan Saati (2006) terdapat bahan makanan yang mengandung
zat karotenoid di antaranya adalah wortel, ubi, jagung, labu kuning, dan sayuran
hijau lain. Sumber karotenoid lainnya juga dapat berasal dari spirulina, karena
1991; Vonshak 1997). Karoten tersusun atas xantophyll (37), ß-carotene (28),
dan zeaxanthin (17) (Tongsiri et al. 2010). Pemberian sumber pigmen warna
pada pakan ikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan. Banyak penelitian yang
udang atau lobster (Amin 2012). Penelitian James (2010), menyatakan bahwa
seleksi induk, pemijahan, pemeliharaan telur dan larva serta kualitas air akan
adalah salah satu bagian dari proses pendederan ikan. Kegiatan budidaya
bertujuan mendapatkan kuantitas dan kualitas ikan yang baik. Hal ini
62
beberapa kelemahan diantaranya kurang terjaminnya benih yang baik,
alami juga membutuhkan waktu yang lama sehingga kurang efisien dalam
keunggulan karena diawali dengan seleksi induk yang matang gonad sempurna
1.2. Tujuan
63
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih ikan koi.
2.2. Metode
tanah tetapi tetap dikasi plastik agar tidak longsor. Kolam dibersihkan
kemudian ditambahkan air dan kotoran puyuh agar tumbuh kutu air.
• Satu karung kotoran puyuh untuk satu kolam. Setelah ditambah kotoran,
starter, kutu air, didiamkan selama 3 minggu, dan setiap senin kamis
dipuasakan. Pakan yang diberikan untuk ikan pada pendederan 2 ini yaitu
Ukuran ikan yang sudah cukup untuk diamati kualitasnya (baik dari warna
64
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
jumlah kolam keseluruhan ada 16 kolam. Pemeliharaan ikan dilakukan dari ikan
berukuran 3-5 cm. Grading dilakukan setelah pola warnanya terlihat (remaja-
dewasa) atau ukuran 7-9 cm sampai ukuran konsumsi sekitar 7 bulan. Hama
yang biasanya menyerang adalah ular, berang-berang, werok, tikus, kodok, dan
burung kuntul.
3.2 Pembahasan
proses budidaya ikan koi (Ramadhan, R., 2018). Pendederan juga dapat
setelah pemijahan dimana larva ikan akan dipisahkan dengan indukan. Hal
larva karena biasanya larva tersebut rentan terhadap hama, penyakit, serta
perubahan lingkungan yang ekstrim (Mudi, et al., 2008 dalam Joko, et al., 2013).
65
pemeliharaan dan diharapkan ikan dapat lebih beradaptasi pada lingkungan
ukuran seragam.
karena dilakukan di kolam terbuka dan luasan kolam yang langsung dengan
lingkungan. Luas lahan atau kolam merupakan salah satu faktor penentu
nilainya mencapai 60% dari total biaya produksi (Mahyudin, 2008 dalam Amin,
et al., 2012). Oleh karena itu, penggunaan pakan pada pemeliharaan larva harus
dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein
Grading dan sortir penting dilakukan untuk memisahkan ukuran ikan pada
tahap pendederan (Pratama, et al., 2018). Menurut Ismail (2016) grading ini
dilakukan untuk memisahkan ikan-ikan yang tumbuh lebih cepat dan ikan ikan
yang tumbuh agak lambat. Ikan yang tumbuh lebih cepat akan mencapai ukuran
66
sebar dalam waktu lebih singkat sehingga lebih cepat untuk dijual. Selain itu,
67
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pendederan tahap 2 dilakukan di kolam sawah dengan dasar tanah dan jumlah
berukuran 3-5 cm. Grading dilakukan setelah pola warnanya terlihat (remaja-
4.2 Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
Amin MI. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red Cherry (Neocaridina
Budi IM. 2001. Kajian Kandungan Zat Gizi dan Sifat Fisiko Kimia Berbagai Jenis
Ahmad H., Iskandar, dan Nia K. 2012, Pemberian Probioti dalam Pakan
Amin, M.I., Rosidah dan W. Lili. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red
Canthaxanthin Dalam Pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.3 No.4: 243-
252.
Barus, R.S. 2014. Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan
Perikanan. 7(1):27-37
Khasanah, U., Sulmartiwi, R., & Triastuti, J. 2016. Embriogenesis dan daya tetas
Prasetya, N., Sri Subekti dan Kismiyati. Prevalensi Ektoparasit Yang Menyerang
Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio) Di Bursa Ikan Hias Surabaya. Jurnal
Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus Carpio L.). Jurnal
Ramadhan R, Sari LA. 2018. Teknik pembenihan ikan mas Cyprinus carpio
kutu ikan Argulus sp. pada ikan koi Cyprinus carpio. Journal ofManagement
of Aquatic Resources.2(2):46-53
LAMPIRAN
ACARA VI
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
perikanan ini merupakan kekayaan terpendam yang dimiliki oleh Indonesia dan
harus dikelola secara optimal. Potensi perikanan bukan hanya konsumsinya saja,
tapi banyak industri yang sudah mulai melirik untuk menjadikannya olahan
potensi dan tingkat pemanfaatan tahun 2015, merupakan salah satu dasar utama
yang lestari bagi kesejahteraan bangsa. Dengan tersedianya potensi yang besar,
sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi odyssey to prosperity atau jalan bagi
masyarakat Indonesia menuju kemakmuran. Hal ini bukan suatu yang mustahil,
sebab sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama yang akan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan
73
sejarahnya Pelelangan Ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan
retribusi oleh Pemda Tingkat I, Tingkat II, dan sebagainya. Pengelolaan Tempat
1.2 Tujuan
74
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan juga alat
dokumentasi.
2.2 Metode
mengenai harga benih lalu hasil wawancara dibuat data praktikum ini.
75
III. HASIL
3.1 Hasil
Penjual Ikan manfish arwana danio neon glowfish tomang tsn lohan
koki
76
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
konsumsi serta ikan hias. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan didapat
harga/kg tiap jenis ikan konsumsi yaitu lele dan bawal 25.000, nila 35.000,
gurame 70.000 dan nilem 40.000. Harga ikan hias pun beragam serta berbeda di
tiap ukuran seperti ikan koki 5.000, ikan manfish 10.000, arwana 150.000,,danio
2000, neon 3000, glowfish 15.000, tomang 20.000, tsn 35.000, serta lohan 200.000.
4.2 Saran
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Suman, A., Irianto, H. E., Satria, F., & Amri, K. (2017). Potensi dan tingkat
Widayati, T. (2008). Analisis Efisiensi Teknis Tempat Pelelangan Ikan dan Tingkat
No Gambar
1.
Proses wawancara
2.
Ikan di TPI Purbalingga
ACARA VII
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
Ikan nilem merupakan salah satu dari banyak ikan endemik yan menjadi
komoditas unggulan budidaya ikan tawar di Indonesia. Ada banyak alasan yang
banyak karena memiliki citatrasa gurih dan harga terjangkau oleh masyarakat
memiliki kualitas daging dan telur yang baik. Dalam segi ketahanan terhadap
penyakit, larva pada ikan nilem lebih kuat dibandingkan larva ikan air tawar
lingkungan sekitar.
ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu.
(Jamil, 2018).
Banyumas sendiri ikan nilem juga sering digunakan sebagai pelengkap dalam
Kabupaten Banyumas, dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan
terjadi pada tahun 2016, yaitu mencapai 65,032 ton, tetapi tahun-tahun
83
berikutnya terjadi penurunan. Terjadinya penurunan produksi ikan nilem
1.2 Tujuan
vittatus).
84
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom, bak pemijahan,
dan spuit.
2.2 Metode
aquades 1:1. Ovaprim yang diambil disesuaikan dengan bobot ikan nilem
- Jika ikan sudah memijah, ditandai dengan adanya telur yang berada di
- Benih ikan nilem (Osteochilus vittatus) yang baru tidak diberi pakan
85
- Setelah benih ikan nilem (Osteochilus vittatus) mencapai umur 3 hari,
86
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 7. 1 Data kualitas air bak pemijahan ikan nilem (Osteochilus vittatus)
selama pemeliharaan.
3.2 Pembahasan
nilem (Osteochilus vittatus) tidak berhasil memijah. Hal ini ditandai dengan
tidak terdapat telur pada bak pemijahan. Beberapa kemungkinan faktor yang
waktu pemijahan, strees, kualitas air, penangan yang tidak tepat, dan dosis
yang tidak akurat. Hal ini diperkuat oleh Woynarovich dan Horvath (1980)
telur), kualitas sperma induk jantan, lingkungan atau kualitas air meliputi
87
Derajat pembuahan pada ikan juga sangat ditentukan oleh kualitas telur,
melekat pada setiap reseptor spesifik yang terdapat pada sel target. Reseptor
dan dosis hormon yang tidak sesuai menyebabkan sinyal atau rangsangan
menangkap hormon lebih banyak sehingga reseptor sulit bereaksi dan lebih
Proses pemijahan ikan nilem secara alami lebih banyak terjadi pada
musim penghujan di daerah yang berpasir dan berair jernih serta agak
oleh faktor lingkungan dan hormon. Hormon dan lingkungan akan bekerja
sama dalam memacu proses vitelogenesis, ovulasi dan pemijahan pada ikan
berbeda. Hal ini mengakibatkan ikan-ikan yang memijah pada saat musim
88
reproduksi secara memadai
laten yang relatif singkat dan dapat menekan angka mortalitas (Manantung
et al., 2013).
mengevaluasi potensi stok, siklus hidup, budi daya, dan pengelolaan spesies
bersifat spesifik. Variasi fekunditas sangat umum terjadi pada ikan dan
jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk bergantung kepada banyak
89
densitas karena jika densitas populasi menurun maka pertumbuhan
al., 2012). Persentase nilem jantan yang tertangkap pada saat matang gonad
lebih sedikit jika dibandingkan dengan nilem betina. Nilai IKG ikan nilem
34.045 butir (Omar, 2012). Sedangkan Menurut Wijayanti & Sulistyo (2011),
100-150 g menghasilkan sel telur 31.611,58 ± 15.726,99 butir dan induk dengan
merawat larva ikan nilem seperti lingkungan hidup larva dan pakan. Stadia
berlangsung dengan baik. Secara umum stadia larva pada ikan adalah fase
sehingga fungsinya juga belum optimal. Stadia larva juga merupakan kondisi
kritis, karena akan mengalami pergantian sumber pakan, yaitu dari pakan
yang berupa kuning telur dan butir minyak, yang akan berkurang volumenya
90
seiring bertambahnya usia larva. Sedangkan pakan eksogen merupakan
pakan yang berasal dari luar tubuh larva, dan biasanya berupa pakan alami.
Masa adaptasi larva ikan dari sumber pakan endogen menuju eksogen, perlu
alami yang dapat dikonsumsi oleh larva ikan, namun biasanya masing-
masing spesies memiliki kesukaan pakan yang tidak sama. Salah satu jenis
pakan alami yang dapat diproduksi oleh petani ikan adalah Infusoria, karena
91
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
indukan ikan nilem (Osteochilus vittatus) tidak berhasil memijah. Hal ini
ditandai dengan tidak terdapat telur pada bak pemijahan. Beberapa faktor
waktu pemijahan, strees, kualitas air, penangan yang tidak tepat, dan dosis
4.2 Saran
praktikum.
92
DAFTAR PUSTAKA
October). Pertumbuhan dan Lulus Hidup Larva Ikan Nilem yang Diberi
Bhagawati, Dian, Agus Nuryanto, Aswi Andriasari Rofiqoh, dan Sukirno. 2021.
Dewantoro, E., A.N. Yudhiswara dan Farida. 2017. Pengaruh Penyuntikan Hormon
Ruaya. 5(2):1-9.
Mahdaliana., A.O. Sudrajat dan D.T. Soelistyowati. 2015. Induksi Ovulasi dan
93
dan Antioksidan. J. Ikhtiologi Indonesia. 16(1):25-33.
Rosyida, A., Basuki, F., Nugroho, R. A., Yuniarti, T., & Hastuti, S. (2021).
Schueller AM, Hansen MJ, Newman SP, Edwards CJ. 2012. Density dependence
Wijayanti, G.E. & Sulistyo, I. (2011). Peningkatan produksi ikan nilem di Kabupaten
94
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Bahan yang digunakan yaitu
ovaprim, aquades, dan alkhol 96%.
95
ACARA VIII
Kelompok :4(B)
Anggota :
Hanafi L1B020010
Ratika Nur Arifah L1B020030
Faiqoh Ahsani L1B020060
Sekar Arum Gayatri L1B020064
Daffa Budi Kusuma L1B020068
Levina Gabriella L1B020078
Navita Desy Ratnaningsih L1B020080
Syafrie Alfauzie L1B020082
96
I. PENDAHULUAN
banyak jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan
gurami merupakan ikan asli yang besarasal dari perairan indonesia yang
2010).
97
yang baik pula, sehingga dibutuhkan perlakuan dan penanganan yang
kuallitas air atau tempat pemijahan tidak sesuai dengan kondisi yang
1.2. Tujuan
ikan gurami.
98
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah telur ikan gurami
2.2 Metode
adalah:
• Telur ikan gurami yang sudah berada di bak diamati hingga telur tersebut
menetas.
• Larva ikan gurami tidak diberi pakan hingga umur 2-3 hari. Setelah umur
• Setelah umur 1 minggu, benih ikan gurami diberi pakan cacing sutra dan
99
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
kedalam kolam dengan jumlah penebaran telur awal sebanyak 1500. Setelah
dilakukan pengamatan diketahui jumlah telur yang terbuahi 1.500 dan jumlah
telur yang menetas 1250 dengan hasil hatcing rate sebesar 83,33%.
𝟏𝟐𝟓𝟎
𝑯𝑹 = 𝑿𝟏𝟎𝟎% = 𝟖𝟑, 𝟑𝟑%
𝟏𝟓𝟎𝟎
3.2 Pembahasan
menetas 1.300 dan jumlah telur yang terbuahi 1340 dengan hasil hatcing rate
sebesar 97%. Menurut Andriyanto et al.(2013), daya tetas telur yang rendah
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dari faktor internal
dapat dipengaruhi oleh induk yang dipakai tidak sesuai dengan syarat sebagai
induk ikan gurame, sehingga terjadi pembuahan telur yang tidak sempurna.
Dari faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh kualitas air yang tidak sesuai
dengan penetasan telur ikan gurame atau pemanenan dilakukan secara kurang
100
hati-hati sehingga banyak telur ikan yang rusak. Kematian telur juga dapat
(Andriyanto et al.2013).
Penetesan telur menjadi larva biasanya terjadi dalam waktu 40-48 jam,
telur yang menetas ditandai dengan keluarnya ekor dan terbentuknya mata dari
larva gurami dan posisi berenangnya terbalik. Faktor penting dalam penetasan
telur adalah kualitas air yang optimal terutama suhu. Suhu dapat mempercepat
proses penetasan telur karena suhu yang optimal akan mempercepat proses
metabolisme telur. Setelah telur menetas maka dihitung jumlah telur yang tidak
menetas/ mortalitas telur untuk mengetahui daya tetas telur/ Hatching Rate
(HR). Pengambilan telur yang tidak menetas dilakukan setiap pagi hari dengan
Dalam jangka waktu 3-4 hari telur akan menetas, larva ikan gurame belum
langsung diberi pakan karena masih mengandung kuning telur. Kuning telur
akan habis dalam jangka waktu kurang lebih 10 hari. Setelah kuning telur habis
Telur yang sudah sempurna menjadi larva kurang lebih berumur 10-12
hari bisa dipindahkan ke Bak Pendederan 1 (BPD 1). Sebelum larva ditebar, 7
sikat atau injuk yang tidak digunakan, setelah 1-2 hari dikeringkan kemudian
hari dan selanjutnya diberi pupuk kandang untuk mensuplai pakan alami yang
101
ada di bak pendederan kemudian ditebar artemia, hari selanjutnya larva sudah
berupa kolam intensif dinding dan dasarnya beton dengan ukuran 5x3 m yang
larva yaitu cacing tubifex sp.. Cacing tubifex sp. merupakan salah satu jenis pakan
alami ikan yang hidup didasar perairan tawar dan mudah untuk dikenali dari
bentuk tubuh yang menyerupai benang sutera dan warna merah kecoklatan.
pemberian cacing digunakan dengan cara meletakan cacing di beberapa sisi dan
berumur 10-20 hari atau sesudah dipindahkan dari fiberglass ke bak pendederan
dengan frekuensi pemberian satu hari sekali pada pagi hari. Adam (2013),
menyatakan bahwa larva gurami lebih menyukai pakan yang bergerak seperti
cacing tubifex sp dan arthemia sp. Hal ini karena larva ikan gurame sampai umur
40 hari memiliki kebiasaan makan yang cenderung karnivora yaitu makan jenis
pakan dari hewani yang kemudian berubah atau bertendesi ke ikan herbivora
terlarut, pH dan amoniak. Hal ini didukung oleh pernyataan Masrizal dan
Efrizal (1997), bahwa daya tetas telur ikan selalu ditentukan oleh pembuahan
102
Ulimiah (2016), suhu air optimal bagi budidaya ikan nila adalah 25-30°C. Pada
embrio masa inkubasi yang tercepat adalah pada suhu 30°C yaitu 55 jam 56
menit. Maka diperkirakan pada suhu yang lebih tinggi daripada 33°C akan
menurunkan daya tetas telur. Sebaliknya pada suhu air yang lebih rendah,
103
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
kegiatan pendederan behih gurami, dimulai setelah benih berumur 2-3 hari.
Setelah umur 2-3 hari, larva ikan gurami diberi pakan kuning telur. Setelah
umur 1 minggu, benih ikan gurami diberi pakan cacing sutra. Pendederan
benih ikan gurami umur 30 hari yang ditetaskan secara terkontrol di dalam
4.2 Saran
Pelaksanakan kegiatan praktium dilakukan dengan lebih teliti dan serius lagi
agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Y. 2013. Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp), dengan Dosis
yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias sp). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Negeri Gorontalo. Gorontalo
Athirah, A., Mustafa, A., & Rimmer, M. A. (2013). Perubahan kualitas air pada
budidaya ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Tambak Kabupaten
Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur (Vol. 1, No. 1, pp. 1065-1075).
Bachtiar. 2010. Buku Pintar Budi Daya dan Bisnis Gurami. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Olivia, S., G. H. Huwoyon, dan V. A., Prakoso. 2012. Perkembangan Embrio dan
Sintasan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Berbagai Suhu Air.
Bulletin Litbang. 1 (2) :135-144.
ulistyo, J., Muarif, dan F. S. Mumpuni. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) pada Sistem
Resirkulasi dengan Padat Tebar 5, 7, dan 9 Ekor/Liter. Jurnal Pertanian
ISSN 2087-4936. 7 (2) : 87-93.