PBL 4.2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

1.

Fisio-anatomi dan adaptasi bayi baru lahir

ANATOMI

A. Bagian Tengkorak (Neuro Cranium)


 Te ngkorak merupakan bagian terpenting dalam persalianan, yang terdiri dari:
a) Tulang dahi ( os. Frontale) 2 buah
 b) Tulang ubun-ubun ( os. Parietale) 2 buah
c) Tulang pelipis (os. Temporal ) 2 buah
d) Tulang belakang kepala ( os. Occipital )
B. Bagian Muka (Spa!"no Cranium
Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak dapat melakukan atau
terja di moulage. Kedudukan tulang muka ditent ukan dengan meraba hidung, dagu, mulut,
dan rongga mata
a) Tulang hidung ( os. Nassal )
 b) Tulang pipi ( os. Zigomatikum)
c) Tulang rahang atas ( os. Maxillare)
d) Tulang rahang baah ( os. Mandibulare)
C. HuBungan AnTara TuLang Tengkorak 
hubungan tul ang tengkorak janin bel um rapat sehingga kemungkinan mendekat saa t
 persalinan tanpa membahayakan jaringan otak, disebut moulage. "elah-celah diantara
tulang tengkorak yang ditutup dengan jaringan ikat disebut  sutura.
a) Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal.
 b) Sutura koronaria (sela mahkota) antara tulang frontalis  dan tulang  parietalis.
c) Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang parietalis.
d) Sutura frontalis : antara ke-2 frontalis .
samping itu ter dapat per temuan ant ara sutura-sutura yang membent uk ubun -ubun
(  fontanella)
FISIOLOGI

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500
– 4000 gram.

Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupn luar kandungan merupakan perubahan drastis
dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan
bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan luar kandungan meliputi :

a. Sistem Pernapasan Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli. Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukana gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
b. Peredaran Darah Sebelum lahir janin hanya bergantung pada plasenta untuk semua pertukaran
gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi
harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen
menuju paru yang diregsigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh
penjepitan talipusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
c. Suhu Tubuh Bayi baru lahi belum mampu mengatur suhu tubuh merekka sehingga mereka dapat
mengalami stress akibat perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingungan rahim
ibu yang hangat bayi tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan uang bersalin yang jauh
lebih dingin. Bayi baru lahir/ bayi baru lahir dapat menghasilkan panas dengan tiga cara yaitu
menggigil, aktivitas volunter otot dan termogenesis yang bukan melalui mekanisme menggigil.
d. Metabolisme Luas permukaan tubuh bayi baru lahir, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,
sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih besar, sehingga s Agar berfungsi dengan baik
otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, begitu tali pusat diklem,
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi
baru lahir, kadar glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
e. Sistem Ginjal Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatanya terbilang kecil
hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna kekuning-kuningan dan tidak berbau.
Warna cokelat dapat disebabkan oleh lendir bebas membran mukosa dan udara asam, dan akan
hilang setelah bayi banyak minum.
f. Sistem Gastrointestinal Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi prematur dibandigkan
orang dewasa. Membran ukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam di
dalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan
menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
g. Sistem Imunologi Bayi baru lahir memperlihatkan kerentanan nyta terhadap infeksi, terutama
yang masuk melalui mukos sistem pernapasan dan pencernaan. Lokalisasi infeksi berakibat
buruk, bahkan infeksi ‘minor’ sekalipun berpotensi menyebar keseluruh tubuh dengan sangat
mudah. Bayi memiliki imunoglobulin pada saat lahir, tetapi kondisi yang terlindungi semasa
didalam kandungan membatasi kebutuhan terhadap respon imun yang dipelajri terhadap anti
gen spresifik.
h. Sistem Reproduksi Pada anak laki – laki, testes turun skrotum, yang memiliki rugae dan meatus
uretra bermuara di ujung penis, dan prepusium melekat ke kelenjar. Pada anak perempuan yang
lahir aterm, labia mayora normalnya menutupi labia minora, himen dan klitoris tampak besar.
i. Sistem Neurologi Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem bayi baru lahir masih sangat
muda, baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang
otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada beberapa bulan pertama
kehidupan, walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal.
j. Sistem otot dan rangka Otot terbentuk sempurna, pertumbuhan berikutnya terjadi melalui
hipertrofi daripada hiperplasia. Tulang panjang belum mengalami osifikasi secara sempurna
untuk memfasilitasi pertumbuhan di epifisis. Tulang kubah tengkorak juka tampak kurang
mengalami osifisikasi. Ini penting untuk pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama
persalinan.
k. Psikologi dan Presepsi Bayi baru lahir waspada dan sadar terhadap lingkungannya saat ia
terbangun. Jauh dari pasif, bayi bereaksi terhadap rangsang dan mulai pada usia yang sangat
dini untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungannya.

2. Persiapan setelah bayi lahir sesuai skenario (Apgar Score, resusitasi neonatus)

Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:

1. Proses kelahiran yang sulit

2. Sectio caesarea

3. Cairan pada saluran pernapasan bayi

Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin

membutuhkan:

1. Oksigen dan pembersihan saluran napas. Pembersihan saluran napas dapat dilakukan dengan
menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan melalui mulut terlebih dahulu, kemudian melalui
hidung. Urutan ini bertujuan mencegah bayi menghirup cairan sekresi 2. Stimulasi fisik untuk membantu
mendapatkan detak jantung yang normal.

Skor APGAR dan Resusitasi

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Neonatal Resuscitation Program, skor APGAR berguna
untuk memperoleh informasi mengenai status klinis bayi yang baru lahir secara umum dan respons bayi
terhadap resusitasi neonatus. Namun, resusitasi harus diinisiasi sebelum penentuan skor APGAR pada
menit ke-1. Oleh karena itu, skor APGAR tidak bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi
inisial, tahapan resusitasi yang diperlukan, dan kapan resusitasi diperlukan.

Untuk menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru lahir, digunakan Neonatal Resuscitation
Algorithm. Persiapan dimulai dari sebelum bayi lahir yakni dengan menilai risiko perinatal. Komponen
dari Neonatal Resuscitation Algorithm adalah:

1. Apakah kehamilan aterm?

2. Apakah bayi memiliki tonus otot yang baik?

3. Apakah bayi bernapas atau menangis?


Tiga komponen ini dinilai dalam 30 detik pertama kelahiran bayi. Jika bayi butuh resusitasi, skor APGAR
kemudian digunakan untuk menilai respons bayi terhadap resusitasi. Pedoman dari Neonatal
Resuscitation Program menyatakan bahwa jika skor APGAR berjumlah di bawah 7 setelah menit ke-5,
penilaian dengan skor APGAR perlu

diulang setiap 5 menit sampai menit ke-20. Skor APGAR yang menetap di angka 0 setelah menit

ke-10 dapat menjadi pertimbangan untuk melanjutkan atau menghentikan resusitasi. Sangat sedikit bayi
dengan skor APGAR 0 setelah menit ke-10 dapat bertahan hidup tanpa kelainan neurologis.

Pedoman resusitasi neonatus dari American Heart Association tahun 2015 menyatakan jika dapat
dikonfirmasi bahwa tidak ada denyut jantung setelah paling tidak 10 menit, resusitasi dapat dihentikan.
Laporan dari Neonatal Encephalopathy and Neurologic Outcome menyatakan bahwa skor APGAR 7- 10
pada menit ke-5 adalah keadaan yang meyakinkan, skor APGAR 4-6 adalah keadaan tidak normal, dan
skor APGAR 0-3 adalah keadaan yang buruk bagi bayi yang aterm maupun late-preterm.

Keterbatasan Skor APGAR Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru lahir pada
suatu waktu tertentu dan memiliki beberapa komponen yang bersifat subjektif. Ada banyak faktor yang
dapat memengaruhi penilaian Skor APGAR, seperti:

1. Sedasi maternal atau anestesi

2. Malformasi kongenital

3. Usia gestasi

4. Trauma

5. Variasi antarpenilai

3. Tata laksana neonatus yang lahir dari Ibu HBsAg (+)

Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan adalah:

1. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya mendapatkan 5 mcg (0,5 ml) vaksin
rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu
mengidap HbsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu minggu).

2. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada
umur 6 bulan.

3. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25 ml) vaksin
rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml)
intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan,
sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan.

4. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 Tahun


4. Prosedur imunisasi pada bayi skenario ( hesty, teta)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi
rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar
saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang
optimal.

Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia
kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1),
usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio
3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atau MR).

Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan
pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG
diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.

munisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.

Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang
paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR diberikan untuk mencegah
penyakit campak sekaligus rubella.

Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil, terutama pada
periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang dilahirkan menderita
cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung bawaan.

Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis
B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi
kuman Hib.

Terkait capaian imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2017 mencapai 92,04%, melebihi
target yang telah ditetapkan yakni 92% dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta mencapai 63,7%, juga
melebihi target 45%.

Sementara tahun ini terhitung Januari hingga Maret imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9%, dan
imunisasi DPT-HB-Hib Baduta mencapai 10,8%. Target cakupan imunisasi dasar lengkap 2018
sebesar 92,5% dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70%.

Agar terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutukan cangkupan imunisasi dasar dan lajutan
yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat desa. Bila tingkat kekebalan
masyarakat tinggi, maka akan terlindung bukang hanya anak anak yang mendapatkan imunisasi tetapi
juga seluruh masyarakat.

Vaksinasi dengan vaksin mati (inactivated) untuk anak terinfeksi HIV diberikan sesuai dengan jadwal
imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk anak sehat:

 hepatitis B (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)


 polio injeksi (inactivated) (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
 DPT (difteri, pertusis, tetanus) (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
 konjugat H. influenzae tipe b (sangat direkomendasikan, kualitas bukti tinggi)
 pneumokokus konjugat sebelum berusia 2 tahun (sangat direkomendasikan, kualitas bukti
sedang)
 hepatitis A (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
 HPV (human papilloma virus) (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sangat lemah).

Vitamin K di perlukan untuk mencegah pendarahan pada BBL, semua BBL dan cukup bulan perlu
diberikan vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, manfaat vitamin K untuk BBl ada lah mencegah
pendarahan di berbagai organ tubuh, seperti otak,lambung dan usus. Pebdarahan akibat kekurangan
vitamin K disebut dengan vitamin K deficiency bleeding (VKDB)

Pemberian imunisasi BBL

Setelah pemberian vitamin K injeksi intramuskuller, bayi juga diberikan imunisasi hepatitis B yang
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi terutama jalur penularan ibu. Imunisasi
hepatitis B diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin Ki, pada saat bayi berumur 2 jam atau setelah
dilakukan IMD dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu, imunisasi Hepatitis dalam bentuk Unijex diberikan
dalam dosis 0,5 ml secara intramuskuler dipaha kanan anterolateral.

Konsep penting asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi abru lahir ialah sebagai berikut

 Pencegahan infeksi
 Penilaian segera setelah lahir
 Pencegahan kehilangan panas
 Memotong dan merawat tali pusat
 Inisiasi menyusu dini
 Menajemen laktasi
 Pencegahan infeksi mata
 Pemberian vitamin K1
 Pemberiaan imunisasi

4. Komplikasi yang timbul sesuai skenario


a. komplikasi ibu : infeksi intrauterine: infeksi tersebut dapat berupa endomiometris maupun
karioamnionitis yang berujung pada sepsis
b. komplikasi janin : pling sering adalah persalinan lebih awal
c. komplikasi janin : kompresi tali pusar,oligohidramion,necrozitingn antericolitis, gangguan
neorologi,pendarahan intraventrikel, dan sidrom disstres pernapasan.

5. KIE dan sistem transport sesuai skenario (cila)

6. Faktor risiko KPD

a. pasien berkulit hitam


b. status sosisal ekonomi rendah
c. perokok
d. riwayat IMS
e. riwayat persalinan premature
f. riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
g. pendarahan pervaginam
h. distensi uterus pada kehamilan multiple dan polihidramion

7. Indikasi SC Cito

Kondisi medis pada janin, seperti gawat janin, kelainan tali pusat berdasarkan pemeriksaan
Doppler, infeksi, persalinan preterm, dan malpresentasi, misalnya presentasi sungsang, non-frank
breech, presentasi lintang, atau presentasi muka.
Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi Sectio Caesarea pada SC elective atau terencana antara lain:
a. riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
b. presentasi bokong
c. distosia,
d. panggul sempit
e. plasenta previa, masalah kesehatan ibu dan janin
Sedangkan Indikasi SC darurat (emergensi) dilakukan jika adanya
abnormalitas pada power atau tidak adekuatnya kontraksi uterus. ‘Passenger’
bila malaposisi ataupun malapresentasi. Serta ‘ Passage’ bila ukuran panggul
sempit atau adanya kelainan anatomi, antara lain:
a. induksi yang gagal
b. prolaps tali pusat
c. pendarahan
d. fetal distress
e. preeklampsia berat
f. gawat janin,

Anda mungkin juga menyukai