Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

Pelanggaran Konstitusi Yang Dilakukan Pemerintah Indonesia

Disusun oleh :

V Pangeran Maulana Abhista (22101152610320)


Rahmadani (22101152610322)
V Refan Riski Pratama (22101152610568)
V Rozy Dinata (22101152610326)
V Suci Rahmadhani (22101152610328)
V Nadia Dwi Putri (22101152610318)
V Ridha Utama (22101152610324)
V Wahyu Oktafiandi (22101152610330)
V Zeru Narsandi (22101152610332)

Dosen Pengampu : Novalia Indra, SH. MH

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


JURUSAN SISTEM INFORMASI 6
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas Project Based Learning (PBL)
dari Ibu Novalia Indra, SH. MH dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang bisa menerapkan dan menjunjung tinggi konstitusi di Indonesia.

Dengan penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


dosen yang telah memberikan arahan dan bimbingan, serta juga teman-teman
yang memberikan kontribusi untuk pemikirannya serta keaktifannya dalam
pembuatan makalah yang berjudul Pelanggaran Konstitusi Yang Dilakukan
Pemerintah Indonesia. Semoga makalah ini bisa dipresentasikan dalam bentuk
video pada perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan.

Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik dari penyusunan


maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca. Oleh karena itu mohon saran, masukan
dan kritikan yang konstruktif demi sempurnanya makalah ini, atas saran dan
kritiknya penulis ucapkan terima kasih.
Padang, 23 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang............................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................v
1.3 Tujuan............................................................................................................v
BAB II.....................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................1
2.1 Apa saja poin-poin pada UU Cipta Kerja yang dinilai Buruh
Merugikan?.........................................................................................................1
2.2 Apa dampak negatif dari UU Cipta Kerja itu sendiri?...........................3
2.3 Apakah UU Cipta Kerja itu benar-benar merugikan buruh?.................4
BAB III....................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................6
3.2 Kritik dan Saran...........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................7

ii
SUCI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai


ketatanegaraan. Konstitusi berisi aturan-aturan yang mengatur tata cara
penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban warga negara, serta hubungan antara
warga negara dan pemerintah. Konstitusi bertujuan untuk menjamin kepastian
hukum dimana Konstitusi memberikan landasan hukum yang jelas dan pasti bagi
penyelenggaraan negara serta hak dan kewajiban warga negara, mengatur
pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dan mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah. Serta melindungi dan menjamin hak
asasi manusia dan hak-hak dasar warga negara. Berdirinya sebuah negara tidak
lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya.

Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis


yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa
disebut UUD 1945. UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara
Indonesia dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mempertegas kedudukan
Undang-Undang Dasar sebagai sebuah Hukum Dasar. Konstitusi yang merupakan
dasar dari tatanan hukum sebuah negara, di dalamnya terdapat perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan
(Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi biasanya juga
disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar.
Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan
hukum lain yang ada dibawahnya.

iii
BISTA
Sesuai dengan tujuan Negara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara berkewajiban
mensejahterakan seluruh warga negaranya dari kondisi kefakiran dan kemiskinan
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kewajiban Negara dalam membebaskan dari
kondisi tersebut dilakukan melalui upaya penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak atas kebutuhan dasar. Upaya tersebut harus dilakukan oleh Negara
sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional termasuk untuk
mensejahterakan fakir miskin.

Namun masih ada pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh


pemerintahan Indonesia yang membuat rakyat Indonesia menderita akibat
perbuatan dari pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku pelanggaran konstitusi
tersebut. Hal ini yang sangat bertentangan dengan tujuan negara sebagaimana
yang tertulis pada UUD 1945 alinia keempat. Salah satu pelanggaran konstitusi
yang dilakukan pemerintah yakni Undang-Undang tentang Cipta Kerja.

“Pemerintah telah Mengesahkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020


Tentang Cipta Kerja. Undang-Undang ini disusun menggunakan Teknik Omnibus
Law. Menurut pemerintahan pengesahan ini dianggap mampu meningkatkan
investasi, membuka lapangan pekerjaan lebih luas, dan meningkatkan kemampuan
tenaga kerja dan memangkas rumitnya perizinan yang selama ini dianggap
sebagai salah satu penghambat investasi”. Pemerintah selalu mengupayakan yang

iv
terbaik bagi masyarakat, seperti salah satu cita-cita perjuangan bangsa Indonesia
ialah terwujudnya masyarakat yang adil dan Makmur yang berasakan pada
Pancasila dan UUD NKRI 1945.

Sebelum ada “Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja


sebelumnya ada Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
karena perkembaangan UU Cipta Kerja telah mengubah puluhan UU dan salah
satunya UU Ketenagakerjaan. Perubahan oleh Undang-Undang Cipta Kerja ini
tidak merubah secara keseluruhan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan
dinyatakan tetap berlaku, hal ini sesuai dengan pasal 185 UU Cipta Kerja. Dan
dalam UU Cipta kerja ini juga dapat dikatakan sebagai UU sapu jagat dikarenakan
mampu mengganti beberapa norma undang-undang dalam satu peraturan.
Pemerintah memandang perlu adanya UU Cipta Kerja ini karena tingginya angka
pengangguran di Indonesia. Di dalam UU Cipta Kerja memiliki 11 klaster”.

RAHMADANI
Sebagai negara hukum, rakyat Indonesia menuntut pemerintah untuk
meningkatkan dan menyelenggarakan kinerja pemerintahanyang baik, berkualitas
dan tetap berlandaskan pada sebuah asas. Seperti salah satu cita-cita perjuangan
bangsa Indonesia ialah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur yang
berasaskan pada Pancasila dan UUD NRI 1945. Seiring dengan tujuan
pembangunan nasional dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 menyebutkan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

Pembaharuan hukum yang dilakukan pemerintah pada dasarnya


merupakan sebuah keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup berbangsa dan
tututan jaman. Harmonisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan
melalui teknik Omnibus Law merupakan sebuah pembaharuan yang patut
diapresiasi namun bukan berarti tidak terdapat kritikan di dalamnya. Kritikan
bukan saja tertuju pada proses pembentukannya yang terkesan sangat terburu-buru

v
dan penuh dengan unsur politik, tetapi juga materi muatan yang terkesan
mementingkan investasi dan kepentingan para pengusaha saja.

“Undang-undang Cipta Kerja yang selanjutnya disingkat UU Cipta Kerja


merupakan bagian dari dinamika regulasi dan Parlemen dalam system
ketatanegraan Indonesia yang lazim. UU Cipta Kerja sampai saat ini masih
menjadi perbincangan dan diskursus yang sangat hangat pada berbagai kalangan
dengan analisi sosial, hukum, dan lain-lain, dalam penulisan ini penulis mengkaji
dan menganalisis kasus pelanggaran konstitusi yang dilakukan pemerintah
mengenai Perppu Ciptaker yang Dinilai Buruh Merugikan.

NADIA
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dalam pembuatan


makalah ini mengemukakan permasalahan pokok yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:

1. Apa saja poin-poin pada UU Cipta Kerja yang dinilai Buruh Merugikan?
2. Apa dampak negatif dari UU Cipta Kerja itu sendiri?
3. Apakah UU Cipta Kerja itu benar-benar merugikan buruh?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pendapat dan aspirasi buruh terhadap UU Cipta Kerja .


2. Menganalisa dampak negatif dari UU Cipta Kerja.
3. Agar segala keluh kesah dari para buruh terhadap UU Cipta Kerja bisa
diaspirasi dengan baik oleh pemerintah

vi
vii
WAHYU
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa saja poin-poin pada UU Cipta Kerja yang dinilai Buruh Merugikan?

Salah satu tuntutan buruh yaitu meminta pemerintah mencabut Omnibus


Law UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020. Sejak pembahasannya dimulai DPR
dan pemerintah, UU Cipta Kerja memang menuai kritik, baik dari kalangan buruh
maupun akademisi. Selain materinya yang dianggap merugikan pekerja, proses
penyusunannya dianggap bermasalah. Namun, pemerintah dan DPR tidak
menanggapi dengan baik masukan dari masyarakat serta tidak transparantnya
pemerintah terkait jalannya penyusunan UU Cipta Kerja.

Pembahasan UU Cipta Kerja terus dilanjutkan, hingga akhirnya disahkan


pada Oktober 2020. Setelah disahkan, banyak pihak yang mengajukan pengujian
formil dan materiil UU Cipta Kerja ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka di
antaranya Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) bersama Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani serta Serikat Petani
Indonesia (SPI) dan Indonesia Human Right Comitte For Social Justice (IHCS).

Berikut ini sejumlah poin dalam UU Cipta Kerja yang dinilai merugikan pekerja:
1. Sistem kerja kontrak

Dalam UU Cipta Kerja, perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) tidak


dibatasi periode dan batas waktu kontrak. Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja
mengubah ketentuan Pasal 59 pada UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja menyebut, pekerjaan yang
diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penggunaan
frasa "tidak terlalu lama" mengubah ketentuan soal batas waktu pekerjaan yang
penyelesaiannya "tiga tahun" sebagai salah satu kriteria PKWT. Hal ini diyakini

1
akan membuat pengusaha leluasa menafsirkan frasa "tidak terlalu lama" dan
makin menipisnya kepastian kerja bagi buruh.

Demikian juga perpanjangan PKWT yang kemudian diatur Peraturan


Pemerintah (PP). KSPI, misalnya, menyatakan, dengan pengaturan ini buruh
dapat dikontrak dalam jangka pendek, tanpa periode, dan secara terus menerus
atau tanpa batas waktu sehingga menyebabkan buruh kehilangan kesempatan
menjadi karyawan tetap (PKWTT).

2. Praktik outsourcing meluas


UU Cipta Kerja tidak mengatur batasan kriteria pekerjaan yang dapat
dipekerjakan secara alih daya atau outsourcing. Berdasarkan UU
Ketenagakerjaan, outsourcing hanya dapat dilakukan jika suatu pekerjaan terlepas
dari kegiatan utama atau terlepas dari kegiatan produksi. Sementara itu, UU Cipta
Kerja tidak memberikan batasan demikian. Akibatnya, praktik outsourcing
diprediksi makin meluas. Selain itu, dalam UU Cipta Kerja juga hanya mengatur
peralihan perlindungan pekerja pada perusahaan penyedia jasa atau vendor lain.
Hal ini sebagaimana amanat Putusan Mahkamah Kontitusi (MK) Nomor 27/PUU-
IX/2011. Sementara itu, peralihan hubungan kerja dari vendor ke perusahaan
pemberi kerja sebagaimana diatur UU Nomor 13 Tahun 2003 tidak tercantum
dalam UU Cipta Kerja. Alhasil, peluang agar hubungan kerja pekerja outsourcing
beralih ke perusahaan pemberi kerja makin kecil.

ROZY
3. Waktu kerja eksploitatif
Dalam UU Cipta Kerja, batasan maksimal jam lembur dari tiga jam dalam
sehari dan 14 jam dalam sepekan, menjadi empat jam dalam sehari dan 18 jam
dalam seminggu. Selain akan berakibat pada kesehatan buruh, besaran upah
lembur yang diterima juga tidak akan sebanding. Mengingat, upah minimum
yang menjadi dasar penghitungan upah lembur didasarkan pada mekanisme pasar
berdasarkan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

2
4. Berkurangnya hak cuti dan istirahat
Dalam UU Cipta Kerja, istirahat bagi pekerja hanya diperoleh sekali dalam
sepekan. Dengan demikian, pengusaha tidak mempunyai kewajiban untuk
memberikan waktu istirahat selama dua hari kepada pekerja yang telah bekerja
selama lima hari dalam sepekan. Apalagi, dalam UU Cipta Kerja juga buruh dapat
dikenakan wajib lembur. Selain itu, UU Cipta Kerja juga menghilangkan hak cuti
panjang selama dua bulan bagi buruh yang telah bekerja minimal selama enam
tahun.

5. Rentan alami PHK


Buruh rentan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), salah satunya
ketika mengalami kecelakaan kerja. Pasal 81 angka 42 UU Cipta Kerja
menyisipkan Pasal 154A mengenai alasan pemutusan pemutusan hubungan kerja.
Salah satu alasannya yakni pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau
cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 bulan. Sementara itu, pasal 172 UU Ketenagakerjaan
menyatakan buruh berhak atas dua kali pesangon jika mengalami PHK karena
sakit berkepanjangan melebihi 12 bulan. Namun, ketentuan ini dihapus melalui
UU Cipta Kerja.

REFAN
2.2 Apa dampak negatif dari UU Cipta Kerja itu sendiri?

Sebelum ada UU Cipta Kerja saja desa-desa ini sudah dihajar dengan
investasi yang ugal-ugalan, sementara UU ini mencakup banyak sekali sendi di
masyarakat,” ungkap Sri dalam peluncuran buku modul untuk rakyat berjudul
Memahami dan Melawan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Jakarta, Jumat
(24/3/2023).

UU Cipta Kerja akan berdampak buruk bagi masyarakat perdesaan dan kaum
buruh. Sebagai berikut :

3
 Perlindungan kerja kepada petani akan melemah dan komoditas pangan
impor akan semakin mengimpit petani lokal.Misalnya, Pasal 30 Ayat 1 UU
Cipta Kerja yang membuka lebar keran impor pangan sehingga petani
dibiarkan bersaing di pasar bebas dengan kekuatan korporasi atau pemodal
besar di bidang pangan.
 Petani khawatir undang-undang yang dibuat dengan metode omnibus law
ini akan semakin mengimpit lapangan pekerjaan mereka.
 Produksi dalam negeri akan mati, benih lokal menghilang, hingga lahan
pertanian tergusur pembangunan atas nama investasi.
 Tak hanya petani, kelompok nelayan, petambak, dan masyarakat pesisir
juga mengalami nasib yang tak jauh beda.Definisi nelayan kecil yang
sebelumnya dalam UU No 45/2009 dibatasi dengan ukuran kapal
maksimal 5 gros ton, di dalam UU Cipta Kerja tidak dibatasi lagi.Nelayan
kecil hanya dianggap nelayan yang mencari ikan untuk kebutuhan sehari-
hari.

RIDHA
2.3 Apakah UU Cipta Kerja itu benar-benar merugikan buruh?

UU Cipta Kerja dinilai membawa dampak buruk bagi hak-hak pekerja dan
buruh di Indonesia. Beberapa hal yang menjadi perhatian dari kalangan pekerja
dan buruh antara lain:

1. Penghapusan cuti bersama:


UU Cipta Kerja menghapus cuti bersama yang biasa diberikan pada saat
hari-hari besar keagamaan atau nasional, yang dapat mengurangi waktu
istirahat bagi para pekerja.
2. Fleksibilitas kerja:
UU Cipta Kerja memberikan kemudahan bagi pengusaha untuk melakukan
fleksibilitas jam kerja, yang dapat mengurangi waktu istirahat atau waktu
libur bagi para pekerja.

4
3. Perubahan upah minimum:
UU Cipta Kerja memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk menentukan besaran upah minimum, yang dapat mengurangi
standar upah minimum nasional yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Outsourcing:
UU Cipta Kerja memperbolehkan pengusaha untuk melakukan
outsourcing atau penyediaan tenaga kerja dari perusahaan lain, yang dapat
mengurangi hak-hak para pekerja dan buruh seperti hak untuk
mendapatkan tunjangan dan jaminan sosial.

5. Dampak lingkungan:
UU Cipta Kerja juga dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi
lingkungan karena memberikan kelonggaran dalam izin lingkungan bagi
industri tertentu.

5
ZERU
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembentukan UU Cipta kerja dinilai sangat merugikan dan bertentangan


dengan Undang-Undang Dasar 1945, yang artinya UU Cipta kerja merupakan
bentuk pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan
pembahasan mengenai pembentukan UU Cipta kerja, dapat diambil kesimpulan
bahwa UU Cipta kerja menuai penolakan dari berbagai kalangan terutama kaum
buruh, karna aturan ini merugikan hak-hak kaum pekerja dan hanya
menguntungkan pengusaha. Maka dari itu rakyat mengajukan suara dan aspirasi
mereka agar pemerintah dapat mengatur lebih rinci point-point yang terdapat
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
seperti beda hak dan kewajiban yang diperoleh pekerja waktu tertentu agar lebih
menjamin perlindungan hukum dalam mendapatkan hak-hak yang seharusnya
dapat diterima dari pengusaha tempatnya bekerja, seperti cuti tahunan dan
kompensasi yang seharusnya diterima.

6
3.2 Kritik dan Saran

Penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, seperti
kesalahan kata ataupun kesalahan sebuah definisi. Maka dari itu penulis menerima
dengan sepenuh hati kritik dan saran yang bersifat membangun. Supaya dapat
meminimalisir kesalahan yang ada pada makalah yang penulis buat ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Maharani Tsarina, “5 Point UU Cipta Kerja Yang Dinilai Rugikan Buruh”,


https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/05/01/11505841/5-poin-uu-
cipta-kerja-yang-dinilai-rugikan-buruh, diakses pada 23/6/2023 pukul
22.49 wib
 Huzair Ibnu, “Alasan Kenapa UU Cipta Kerja Menuai Kontroversi Dan
Penolakan”, https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2023/04/06/alasan-kenapa-uu-
cipta-kerja-menuai-kontroversi-dan-penolakan/#:~:text=Oleh%20karena
%20itu%2C%20banyak%20kalangan,demi%20kepentingan
%20pengusaha%20dan%20pemerintah, diakses pada 23/6/2023 pukul
23.10 wib
 Natalia Fransisca, “Dampak Buruk Disahkannya UU Cipta Kerja,
Masyarakat Desa dan Buruh Kian Terimpit”,
https://www.kompas.tv/bisnis/391303/dampak-buruk-disahkannya-uu-
cipta-kerja-masyarakat-desa-dan-buruh-kian-terimpit?
page=all#:~:text=Mengutip%20dari%20Kompas.id%2C%20Peneliti,akan
%20semakin%20mengimpit%20petani%20lokal, diakses pada 23/06/2023
pukul 20.01 wib

7
 Univ Muhammdiyah Surakarta, "Latar Belakang Uu Cipta Kerja",
https://eprints.ums.ac.id/101903/3/BAB%20I.pdf, diakses pada
23/06/2023 pukul 17.38 wib

Anda mungkin juga menyukai