Oleh :
Dyan Putri
Nida Larasati
R/ NaCl 4,3
KCl 0,15
CaCl2 250 mg
TINJAUAN PUSTAKA
Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspense dalam air atau pembawa yang
cocok, steril dan digunakan secara parentral. Digunakan dengan cara merobek lapisan kulit atau
lapisan mukosa.
1. Parentral volume kecil yaitu volume larutan obat lebih kecil dari 100 ml
2. Parentral volume besar yaitu volume larutan obat lebih besar dari 100 ml
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang
dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.Infus adalah larutan
injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI IV hal 10).
Infuse merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan sedapat mungkin
harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung langsung ke dalam vena dalam volume
relative banyak. ( FI III hal 12).
Infus merupakan larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan elektrolit dan
air dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah
relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral
dan glikogen 6%.ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh
harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elekrolit.
a. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus
cepat diganti
b. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulang
kali
c. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
d. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral.
e. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan
diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah
gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan
langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin
Kelarutan : mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih.
Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan
partikel dari tipe gelas.
pH : 4,5-7
OTT : korosif terhadap besi, perak, merkuri, senyawa pengoksidasi kuat memisahkan
klorida dan larutan NaCl, mengurangi kelaruan antimikroba metal paraben
Ekivalen : 1,00
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan
tekanan osmotic cairan tubuh.
Pemerian : Hablur bentuk memanjang, prisma /kubus; tidak berwarna/ serbuk granul putih;
tidak berbau; rasa garam; stabil di udara; larutan bereaksi netral terhadap lakmus
Kelarutan : larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
Stabilitas : stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering
pH : 4-8 5%
OTT : larutan KCl iv inkompatibel dengan protein hidrosilat, perak dan garam merkuri.
Ekivalen : 0,76
Kegunaan : biasa digunakan dalam sediaan parenteral sebagai senyawa pengisotonis, dan
juga sebagai sumber ion Kalium.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air panas
Stabilitas : injeksi kalsium inkompatibel dengan larutan iv yang mengandung banyak zat
aktif.
pH : 4,5-9,2
OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tatrat, sefalotin, CTM, dengan tetrasiklin membentuk
kompleks
Ekivalen : 0,51
a. Komposisi
NaCl 4,3
KCl 0,15
CaCl2 250 mg
Norit 0,1%
Aqua pro injectio ad 500 mL
b. Pembawa
NaCl : sumber ion klorida dan ion natrium
KCl : agen tonisitas
CaCl2 : agen tonisitas
Norit 0,1% : penyerap pirogen
Aqua p.i : pelarut
c. Kemasan primer
Botol infus
e. Perhitungan
1. Jumlah sediaan yang akan dibuat
Jumlah yang dibuat 1 botol infus, berisi 500 mL
Menurut Farmakope IV, hal 1044 untuk sediaan dengan volume lebih dari 50 mL
volum terpindahkan untuk masing-masing wadah sebesar 2% mL, sehingga untuk
sediaan sebanyak 500 mL ketika dimasukkan ke dalam kemasan harus dilebihkan
sampai 510 mL.
Pembuatan juga dilebihkan untuk mengantisipasi kehilangan zat pada saat
pembilasan, penyaringan dan evaluasi, sehingga sediaan yang dibuat sebanyak
500 mL larutan untuk 1 botol infus @510 mL dilebihkan 10%.
3. Perhitungan tonisitas
E NaCl =1
E KCl = 0,76
E CaCl2 = 0,50
Sediaan infus yang isotonis adalah yang mengandung NaCl 0,9% b/v
Volume yang belum isotonis → Rumus white Vincent
Rumus white Vincent = W x E x 111,1
Kalium klorida = E 0,76 (FI IV hal.2306)
Rumus white Vincent = W x E x 111,1
= 0,168 x 0,76 x 111,1
= 14,19 mL (volume isotonis)
= 561 mL - 29,8 mL
= 531,2 mL
Perhitungan Osmolaritas
gram
solute x 1000 x jumlah ion
Osmolaritas = L
BM
5,091 gram
x 1000 x 2
= 561 mL = 310.570 M Osm/L
58,44
Indikasi : untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan darah akibat
trauma, operasi, atau cedera kebakaran.
Dosis & Cara Penggunaan : Tergantung pada usia, BB dan keadaan klinis
penderita
No.Batch : 1020661
No.Reg : DKL2100100246F1
Mfg : Juni 2021
Exp.Date : Juni 2025
Diproduksi oleh:
ALHAMCIALIN®
Infus Intravena
Indikasi :
Untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan darah akibat trauma, operasi,
atau cedera kebakaran.
Kontraindikasi:
Hiperretemia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati
Efek samping:
Edema jaringan pada penggunaan volume besar, biasanya pada paru-paru
Peringatan:
Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer, gagal jantung
Cara Penyuntikan:
Intravena
Penyimpanan:
Dalam wadah tertutup baik
Simpan pada suhu kamar atau ruangan (25°C - 30°C)
Kemasan:
Botol @500 mL
No.Reg : DKL2100100246F1
Diproduksi oleh:
1. Mengapa sediaan injeksi volume besar harus memeuhi syarat bebas pirogen?
2. Apa fungsi penambahan norit (carboadsorben) pada pembuatan sediaan infus??
2. Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen dari botol infus karena injeksi yang
bervolume bebas harus bebas pirogen.
PROSEDUR PENGOLAHAN INDUK
1. Komposisi
NaCl 4,3
KCl 0,15
CaCl2 250 mg
Norit 0,1%
Aqua pro injectio ad 500 mL
2. Spesifikasi
A. Pemerian sediaan
Sediaan infus harus jernih, bebas partikel asing, stabil, sedapat mungkin isohidris dan
berbentuk larutan.
B. Bahan-bahan
NaCl
KCl
CaCl2
Norit
Aqua pro injectio
C. Kemasan primer
Botol infus
3. Penimbangan
4. Peralatan
5. Pengolahan
7. Sterilisasi
Pensterilan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, karena bahan yang
digunakan tahan terhadap pemanasan dan pemanasan menggunakan autoklaf lebih efektif
karena merupakan pemanasan dengan metode uap basah (pemanasan basah).
8. Rekonsilasi
Prosedur/catatan No : 06
Kode Nama produk Nomor bets Besar bets Bentuk: Kemasan: Tanggal :02/06/20
produksi: ALHAMCIALIN® 1020621 100 botol Infus Botol infus 21
01 Mulai jam : 14.00
Selesai jam : 17.00
Hasil teoritis :
Hasil nyata :
% dari hasil teoritis :
Batas hasil 99,5% - 100% dari hasil teoritis
Jika hasil nyata di luar batas tersebut diatas, lakukan “penyelidikan” terhadap kegagalan dan
berikan penjelasan.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengolahan dan pengemasan sediaan injeksi
dosis tunggal volume besar (infus). Dimana tujuan praktikumnya yaitu melakukan proses
pengolahan, pengemasan dan sterilisasi sediaan injeksi dosis tunggal volume besar. Injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. (FI III hal 13).
Infus NaCl berguna sebagai sumber dari ion Na+ dan Cl- ketika tubuh mengalami
kekurangan. Selain itu infus NaCl juga dapat berguna untuk mencuci luka dan pelarut sediaan
injeksi. Pada pembuatan sediaan steril ada beberapa syarat yang harus terpenuhi yaitu aman
tidak menyebabkan iritasi,jernih tidak ada partikel padat, sedapat mungkin isohidris, pH larutan
sama dengan darah atau cairan tubuh yaitu 7,4 kemudian harus isotonis, steril dan bebas pirogen.
Pembuatan sediaan steril harus dilakukan dalam keadaan steril baik alat , bahan,
lingkungan maupun prosesnya. Pertama sekali dilakukan sterilisasi terhadap alat dan bahan
dengan metode yang sesuai yaitu dengan menggunakan oven ataupun autoklaf sesuai cara
sterilisasinya masing-masing. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan aqua pro injeksi yaitu
larutan pembawa yang bebas pirogen dengan cara mendidihkan selama 30 menit didalam
erlemeyer di atas api bunsen. larutan ini harus bebas dari pirogen karena bila ada pirogen dapat
mengakibatkan efek piretik saat digunakan.
Selanjutnya proses yang dilakukan adalah proses pembuatan, mulai dari proses
penimbangan bahan – bahan yang diperlukan menggunakan alat alat yang sudah di sterilkan.
Proses yang dilakukan mulai dari sterilisasi alat dan bahan sampai penimbangan bahan dilakukan
pada ruangan grey area. Ruangan grey area merupakan area untuk melakukan sterilisasi alat,
penimbangan, penutupan, sterilisasi akhir, dan evaluasi karena grey area adalah Area bersih
untuk melakukan tahap proses pembuatan dengan risiko lebih rendah. Dan digunakan untuk
perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer sehingga tidak ada kontak
langsung sediaan dengan lingkungan luar.
Sedangkan proses pembuatannya dimulai dengan melarutkan NaCl kedalam aqua pro
injeksi lalu ditambahkan norit yang bertujuan untuk menyerap pirogen yang ada dalam sediaan
infus. Penambahan norit dilakukan dengan terus mengaduk larutan. Selanjutnya larutan
dipanaskan diatas api Bunsen pada suhu 60-70oC selama 15 menit sambil diaduk-aduk dengan
batang pengaduk. Lalu sediaan disaring.
Setelah sediaan disaring, larutan tersebut dibiarkan dingin. Lalu larutan dituang kedalam
botol sediaan dengan proses penyaringan lagi, pengerjaan ini dilakukan dilemari aseptis untuk
mengindari kontaminasi. Setelah itu botol infus ditutup dengan tutup yang juga sudah disterilkan.
Setelah itu dilakukan sterilisasi akhir.Sediaan infus NaCl yang dibuat disterilisasi dengan metode
sterilisasi akhir karena metode ini dapat mencegah adanya mikroba didalam sediaan. Sediaan
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit atau pada suhu 121 o C selama
15 menit.
Autoclaf mempunyai prinsip kerja yaitu saat sumber panas mulai dinyalakan, air di dalam
autoklaf akan mulai mendidih. Uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Jika udara telah terganti uap air, katup udara atau katup uap akan ditutup sehingga tekanan di
dalamnya semakin bertambah. Saat tekanan telah mencapai suhu sesuai, proses sterilisasi
dimulai dan timer akan mulai menghitung mundur. Setelah proses selesai dijalankan, sumber
panas akan langsung dimatikan dan tekakan akan kembali turun secara perlahan hingga suhunya
mencapai 0°C.
Proses pencampuran sediaan steril sampai proses evaluasinya dilakukan di ruangan white
area yaitu area untuk melakukan pencampuran dan pengisian karena pada saat pengisian dan
pencampuran bahan obat diperlukan sterilisitas ruangan yang tinggi.
Untuk evaluasi yang dilakukan pada sediaa injeksi ini adalah uji organoleptis, uji pH, uji
kejernihan, dan uji kebocoran. Uji organoleptis ini meliputi bau dan warna sediaan. Pada sediaan
yang kita buat larutan harus berwarna jernih dan tidak keruh. Selain itu juga diperiksa
kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada kemasan. Selanjutnya uji pH dapat dilakukan
dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal. Dimana pH yang baik adalah 7,4
yang mendekati pH cairan tubuh. Sedangkan uji kejernihan dilakukan secara visual biasanya
dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, dan putih, dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar - benar bebas dari
partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
KESIMPULAN
1. Untuk evaluasi yang dilakukan pada sediaa injeksi ini adalah uji organoleptis, uji pH, uji
kejernihan, dan uji kebocoran.
2. Proses pencampuran sediaan steril sampai proses evaluasinya dilakukan di ruangan white
area yaitu area untuk melakukan pencampuran dan pengisian karena pada saat pengisian
dan pencampuran bahan obat diperlukan sterilisitas ruangan yang tinggi.
3. Sediaan infus NaCl yang dibuat disterilisasi dengan metode sterilisasi akhir karena
metode ini dapat mencegah adanya mikroba didalam sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. UI Press : Jakarta.
American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second
edition. London : The Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta : Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Rwpublik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
N.Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press : Yogyakarta.