Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI

KEUANGAN
MENENGAH 1
Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi

Tatap Muka

14
Kode Matakuliah : W1219015
Disusun oleh : Efa Wahyuni, SE., MMSI.
BAB 14
LIABILITAS TIDAK LANCAR

Liabilitas tidak lancar (non-current liabilities) mewakili liabilitas yang diharapkan untuk
diselesaikan dalam waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi. Bersama dengan
liabilitas lancar (current liabilities), itu membentuk total liabilitas di neraca. Nama lain liabilitas
tidak lancar adalah liabilitas jangka panjang (long-term liabilities)
Item-item dalam liabilitas tidak lancar berguna untuk mengetahui solvabilitas perusahaan, yakni
kemampuan untuk membayar kewajiban jangka panjang. Biasanya, item yang paling besar dan
paling signifikan pada bagian ini adalah utang jangka panjang.

Komponen liabilitas tidak lancar

Contoh liabilitas tidak lancar adalah

 Utang obligasi (bonds payable) – memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Perusahaan biasanya menerbitkan obligasi untuk membiayai proyek modal.
 Wesel bayar jangka panjang (long-term notes payable)– pinjaman khusus di mana
perusahaan membuat janji tanpa syarat untuk membayar kembali pokok ditambah
bunga kepada pemberi pinjaman dan memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.
 Bagian jangka panjang dari utang jangka panjang (long-term portion of long-term
debt) – misalnya, perusahaan memiliki utang IDR100 juta dan sekitar IDR10 juta jatuh
tempo dalam satu tahun. Perusahaan akan mencatat IDR10 juta dalam liabilitas lancar
dan sisanya dalam liabilitas tidak lancar.
 Kewajiban pensiun (pension obligation) – beban atau kewajiban masa depan yang
terkait dengan program pensiun.
 Liabilitas pajak tangguhan jangka panjang (long-term deferred tax liabilities)– timbul
ketika beban pajak penghasilan perusahaan melebihi hutang pajak dan akan dibayarkan
pada periode mendatang.
 Pendapatan ditangguhkan jangka panjang (long-term deferred revenue) – muncul
ketika perusahaan telah menerima pembayaran kas dari pelanggan untuk pengiriman
barang atau jasa lebih dari satu tahun ke depan.

Manfaat liabilitas tidak lancar

Lebih banyak restriksi: Utang jangka panjang membutuhkan banyak pengungkapan dalam
laporan keuangan. Sebagian besar hutang jangka panjang tunduk pada berbagai ketentuan dan
batasan. Karena itu, penting bagi anda untuk memeriksa catatan atas laporan keuangan
perusahaan.

Ukuran leverage: Liabilitas tidak lancar berguna untuk mengukur apakah suatu perusahaan
menggunakan leverage yang berlebihan. Semakin besar utang berbunga (utang jangka pendek
dan utang jangka panjang), relatif terhadap aset, maka semakin tinggi leverage keuangan
perusahaan dan semakin besar risikonya. Sebaliknya, jika persentasenya rendah, perusahaan
menggunakan sedikit leverage dan semakin kuat posisi ekuitasnya.

Rasio keuangan lain yang dapat digunakan untuk mengukur leverage adalah debt to equity dan
debt to capital.

Perusahaan mungkin akan kesulitan mencari pinjaman baru ketika memiliki leverage tinggi.
Risiko gagal bayar perusahaan tinggi. Dan jika tidak didukung arus kas yang memadai, pemberi
pinjaman enggan meminjamkan uang mereka ke perusahaan.

Untuk menentukan apakah perusahaan terlalu banyak mengambil utang atau tidak, itu
tergantung pada faktor seperti:

 Industri di mana perusahaan beroperasi – beberapa industri memiliki karakteristik


tingkat leverage yang tinggi seperti perusahaan utilitas dan penerbangan
 Tingkat bunga yang dibayar perusahaan atas hutangnya
 Stabilitas pendapatan dan arus kas perusahaan

Beban bunga: Utang jangka panjang, seperti obligasi, memunculkan beban bunga rutin.
Perusahaan harus membayar bunga atau kupon secara rutin sebelum jatuh tempo.

Rasio cakupan bunga (interest coverage ratio) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Untuk perhitungannya, harus membagi beban bunga dengan pendapatan
sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax atau EBIT).

Interest coverage ratio = EBIT/Beban bunga

Semakin tinggi rasionya, semakin baik kemampuan perusahaan untuk membayar bunga.

Contoh soal:

Diketahui PT Berbery merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur produk


kecantikan. Dalam laporan laba ruginya, perusahaan tersebut mencatatkan EBIT senilai
Rp135.000.000 dengan nilai beban bunga sebesar Rp2.500.000 per bulan.

Maka, nilai ICR perusahaan tersebut adalah:

ICR = EBIT / Beban bunga = Rp135.000.000/(Rp2.500.000 x 12) = 4,5. Ini artinya, PT Maju
Mundur Cantik memiliki kemampuan untuk membayar beban bunga yang mereka tanggung
sebanyak 4,5 kali.

Data mengenai pendapatan dan beban, termasuk EBIT dan beban bunga terdapat di laporan
laba rugi perusahaan, sehingga Anda tidak perlu menghitungnya secara manual menggunakan
data penjualan.

Sebagai contoh, menurut data dari Finbox.com, rata-rata ICR untuk industri energi di Indonesia
hingga tahun 2023 ini adalah sebesar 0,8x. Ini artinya, perusahaan dengan nilai ICR lebih dari
itu (sebagaimana yang tertulis di bawahnya) relatif memiliki kemampuan membayar beban
bunga yang tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Kegunaan Interest Coverage Ratio (ICR)

1. Untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan

Interest coverage ratio adalah salah satu indikator penting yang digunakan untuk menilai
kesehatan keuangan perusahaan disamping current ratio. Hal ini karena, setiap peminjaman
dana ke pihak ketiga baik itu bank maupun investor obligasi, pasti ada bunga yang harus
dibayarkan oleh perusahaan bersamaan dengan pokok utang.

Nilai bunga pinjaman ini biasanya hanya sekitar 10% dari pokok pinjaman. Ini artinya, keuangan
sebuah perusahaan dapat dikatakan sedang buruk apabila perusahaan tidak tersebut tidak
dapat membayar bunga pinjamannya (ICR<1). Dalam jangka panjang, hal ini juga berarti
perusahaan tersebut akan kesulitan melunasi utangnya.

2. Untuk menilai risiko investasi/pemberian pinjaman

Matriks ini banyak digunakan oleh lembaga pemeringkat efek untuk menentukan kualitas
obligasi atau surat pengajuan pinjaman yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Semakin bagus nilai ICR sebuah perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan bank atau
pihak lainnya bersedia untuk memberikan pinjaman. Hal ini karena secara tidak langsung hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan sedang baik.

Berapa Nilai Interest Coverage Ratio Yang Baik?

Nilai Interest Coverage Ratio yang rendah (di bawah 1) memberikan indikasi negatif,
menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan tidak mencukupi untuk menanggung beban
bunga yang ada. Namun, di sisi lain, nilai Interest Coverage Ratio yang terlalu tinggi juga dapat
menjadi tanda bahwa perusahaan tersebut enggan memanfaatkan dana pinjaman dalam
operasionalnya, sehingga berpotensi menurunkan efisiensi dan optimalisasi dari operasi
bisnisnya.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa sebuah perusahaan dikatakan memiliki kondisi
keuangan yang baik apabila nilai ICR-nya lebih dari 2 atau 3. Ini artinya, nilai EBIT perusahaan
minimal 2 atau 3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan beban bunga-nya.

Namun demikian sekali lagi bahwasanya nilai ICR setiap perusahaan di industri yang berbeda
pasti akan berbeda, sehingga investor dituntut untuk menentukan benchmark ICR industri
terlebih dahulu. Selain itu, nilai ICR sebuah perusahaan juga bisa berbeda setiap tahun
tergantung dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Maka dari itu, investor diminta untuk
menganalisis nilai ICR perusahaan dalam beberapa periode akuntansi sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai