Anda di halaman 1dari 74

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Kategori Konstruksi

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI


SEKTOR KONSTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL

JURU UKUR (SURVEYOR)

PENGUKURAN STAKE OUT

BUKU INFORMASI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Jalan Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat - Jakarta Selatan

2018

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 1 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4
A. Tujuan Umum ........................................................................................4
B. Tujuan Khusus........................................................................................4
BAB II Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Stake Out.....................................................5
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang
Terkait Dengan Stake Out........................................................................5
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang
Terkait Dengan Stake Out......................................................................10
C. Sikap Kerja dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang Terkait Dengan
Stake Out..............................................................................................10
BAB III Pelaksanaan Pengukuran Stake Out............................................................11
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................11
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................61
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................61
BAB IV Pemeriksaan Hasil Pengukuran Stake Out....................................................62
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memeriksa hasil Pengukuran
Stake Out..............................................................................................62
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Memeriksa hasil Pengukuran
C. Stake Out ……………………….…………………..............................................70
D. Sikap Kerja dalam Memeriksa hasil Pengukuran
Stake Out..........................................................................................71

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 2 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………...72
A. Dasar Perundang-undangan .................................................................72
B. Buku Referensi....................................................................................72
C. Referensi Lainnya................................................................................73
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN………………………………….............................73
A. Daftar Peralatan/Mesin........................................................................73
B. Daftar Bahan......................................................................................73

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 3 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Melakukan
Pengukuran Stake Out terkait dengan Pekerjaan Juru Ukur

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mempelajari gambar pelaksanaan yang terkait dengan stake out
2. Melaksanakan pengukuran stake out
3. Memeriksa hasil pengukuran stake out

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 4 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

BAB II
GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN STAKE OUT

A. Keterampilan yang diperlukan dalam mempelajari gambar pelaksanaan


yang terkait dengan stake out

1. Mempelajari semua gambar pelaksanaan yang terkait pengukuran dengan


cermat
2. Memahami semua gambar pelaksanaan yang ada di stake out
3. Melaporkan kejanggalan dalam gambar pelaksanaan kepada atasan terkait

1. Gambar kerja Terkait Pengukuran

a. Mempersiapkan semua gambar kerja yang terkait pengukuran untuk dipelajari


Dalam pekerjaan konstruksi, sebelum dilakukan tahap pembangunan, diperlukan
tahap persiapan (tahap awal) yang memerlukan kecermatan tinggi. Tahapan
awal tersebut di antaranya adalah pembuatan gambar desain, yang merupakan
gambar rencana sebagaimana nantinya pekerjaan konstruksi tersebut akan
dibuat. Setelah gambar desain tersebut dipastikan akan di laksanakan dan sudah
mendapatkan pengesahan dari berbagai pihak yang terlibat, maka dalam
pelaksanaannya gambar desain ini didetilkan lagi untuk dilaksanakan dengan
sudah menggunakan original ground level atau muka tanah asli hasil pengukuran
dari joint survey.

Gambar kerja merupakan sarana komunikasi antar berbagai disiplin pekerjaan


pada pelaksanaan di lapangan, berdasarkan gambar kerja ini pulalah jika terjadi
perbedaan pendapat dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, maka dengan
gambar kerja perbedaan tersebut dapat diklarifikasi. Oleh sebab itu seorang Juru
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 5 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

ukur harus bisa membaca, memahami dan mempelajari secara rinci gambar kerja
tersebut. Langkah-langkah kerja seorang Juru ukur adalah selalu mengacu pada
gambar kerja yang diberikan kepadanya dengan bimbingan atau pengarahan
atasan langsungnya. Atasan langsung disini bisa seorang Chief Juru ukur
bangunan gedung atau seorang Survey Engineer

Gambar.2.1. Contoh gambar kerja

b. Mempelajari semua gambar kerja yang terkait pengukuran


Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 6 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Setelah semua gambar yang terkait dengan pengukuran dikumpulkan, langkah


selanjutnya seorang juru ukur harus dapat mempelajari dan memahami gambar
tersebut agar di dalam pelaksanaan pengukuran stake out di lapangan tidak
menemui kendala/permasalahan.
Gambar kerja yang diterima oleh juru ukur kemungkinan masih terdapat
kesalahan atau kekurang sempurnaan misalnya : ukuran, potongan-potongan,
arah, skala dan sebagainya, sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat
dihindari. Pengecekan ulang terhadap gambar kerja perlu dilakukan, meskipun
pengecekan sebelumnya telah dilakukan oleh tim desain maupun tim
penggambaran, hal ini dilakukan untuk memperkecil kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan konstruksi.

2. Gambar Pelaksanaan yang Terkait dengan Stake Out


Seorang juru ukur harus mengerti apa yang dimaksud dalam gambar kerja
tersebut, terutama gambar pelaksanaan yang terkait dengan pekerjaan s take out .
Titik-titik utama sebagai tapak bangunan harus dipelajari dan dimengerti secara
cermat dan teliti. Titik-titik referensi yang akan digunakan sebagai acuan
pengukuran harus disiapkan secara teliti dan merata sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai. Dimensi-dimensi bangunan harus diteliti dengan hati-hati. Dibawah ini
diperlihatkan beberapa contoh gambar kerja terkait dengan pekerjaan stake out.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 7 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 2.3 Contoh gambar kerja

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 8 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

3. Identifikasi Ketidaksesuaian Gambar Pelaksanaan


Setelah melakukan pengecekan terhadap gambar kerja yang diterima, seorang Juru
ukur bangunan gedung membuat catatan jika menemui ketidaksesuaian atau
kejanggalan-kejanggalan yang ditemui pada gambar pelaksanaan. Ketidaksesuaian
tersebut selanjutnya segera dilaporkan kepada atasan langsung untuk segera dapat
diklarifikasi dengan tim desain atau tim penggambaran. Catatan-catatan mengenai
kejanggalan pada gambar kerja perlu disimpan oleh Juru ukur bangunan gedung,
karena hal ini akan berguna bagi Juru ukur bangunan gedung sendiri jika nantinya
terjadi ketidak sepahaman antar bagian pekerjaan yang terlibat. Sebagai contoh
kejanggalan yang mungkin ditemui adalah :

1. Skala gambar, sebagai contoh skala seharusnya 1 : 50 tetapi pada gambar


kerja tertulis 1 : 500.
2. Ukuran, misalkan seharusnya 1 meter ditulis 1,000 tetapi pada gambar kerja
tertulis 1,00.
3. Arah, misalkan arah yang seharusnya 90 0 dari arah utara tetapi pada gambar
tertulis arah 900 dari arah timur.
4. Potongan-potongan, misalkan potongan yang tertulis adalah potongan A-A
tetapi gambar yang ada adalah potongan B-B.
5. Dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan konstruksi, tidak tertutup kemungkinan terjadinya
ketidaksepahaman antara pihak-pihak yang melaksanakan, baik itu gambar kondisi
awal, permukaan tanah asli (original ground level) ataupun hal lain yang
berhubungan dengan dimensi, oleh sebab itu catatan atau informasi kejanggalan
yang di peroleh Juru ukur bangunan gedung pada saat mempelajari gambar kerja

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 9 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

sering digunakan sebagai rujukan untuk menyelesaikan ketidak sepahaman


tersebut.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam mempelajari gambar pelaksanaan


yang terkait dengan stake out

1. Mempelajari semua gambar pelaksanaan yang terkait pengukuran dengan cermat


2. Memahami semua gambar pelaksanaan yang ada di stake out
3. Melaporkan kejanggalan dalam gambar pelaksanaan kepada atasan terkait

C. Sikap Kerja dalam mempelajari gambar pelaksanaan yang terkait dengan


stake out

1. Cermat
2. Teliti
3. Disiplin
4. Tanggung jawab

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 10 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN STAKE OUT

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan pengukuran stake


out
1. Menetukan metode pengukuran stake out
2. Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja sesuai dengan prosedur K3
yang berlaku
3. Menggunakan peralatan pengukuran yang akan disiapkan
4. Menentapkan titik BM yang akan dipakai untuk stake out
5. Melakukan perhitungan untuk data pengukuran stakeout dengan teliti
6. Melakukan pengukuran stakeout dengan teliti
7. Memberi titik-titik yang sudah selesai stake out
8. Mencatat hasil pengukuran dalam formulir yang ditentukan

Pekerjaan pelaksanaan Stake out pada dasarnya adalah pekerjaan pemindahan


gambar-gambar desain yang diketahui koordinatnya pada gambar kerja ke posisi
sesungguhnya di lapangan. Dalam hal ini peran serta seorang Juru ukur bangunan
gedung sangat penting, karena pekerjaan ini sangat memerlukan proses pengukuran
stake out yang teliti cermat dan hati-hati. Peralatan-peralatan seperti theodolite atau
total station dan waterpass adalah peralatan utama yang sangat vital untuk
melaksanakan pekerjaan stake out. Hasil pengukuran stake out digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Untuk memudahkan pelaksanaan
konstruksi titik-titik yang sudah di stake out diberi tanda (marking). Marking ini
penamaan dan penomorannya disesuaikan dengan identitas titik di gambar kerja

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 11 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

1. Penentuan Metode Stake Out


a. Metode pengukuran stake out
Metode pengukuran stake out yaitu metode pengukuran yang dilakukan untuk
mengimplementasikan gambar rencana (design drawing) dengan kondisi
lapangan sebenarnya, dengan batuan titik titik tetap yang ada di lapangan dari
hasil pengukuran topografi sebelumnya. Pengukuran stake out antara lain
bertujuan untuk penentuan center line. Penentuan batas ROW, pembebasan
lahan, pengukuran untuk pembuatan shop drawing, maupun pengukuran untuk
monitoring pelaksanaan kontruksi.

Gambar 3.1: Contoh gambar pengukuran stake out

b. Cara melaksanakan metode pengukuran stake out

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 12 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

 Pengukuran stake out untuk penentuan center line merupakan stake out
bersifat garis, baik berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out
bersifat garis lurus dilakukan terhadap center line pada jalan yang lurus. Stake
out dilakukan setiap interval 50 m. untuk stake out yang bersifat lengkung
dilakukan setiap tikungan jalan. Dimana posisi yang akan di stake out antara
lain : PI (point intersection), TC (tangent circle) CT (circle tangent), untuk
tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle), CS (circle
spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral – circle – spiral . jarak
dan koordinat dari titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design drawing).
 Pengukuran stake out untuk pembuatan shop drawing dilakukan untuk
pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang bersifat parsial, seperti jembatan dan
bangunan-bangunan pelengkap lainnya. Pengukuran stake out ini berupa titik-
titik yang bertujuan untuk menentukan posisi bangunan tersebut di atas.
 Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam
peleksanaan pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang di ukur
adalah daerah yang terkena pembebasan lahan. Pada pengukuran ini
dlakukan pemasangan patok-patok pada batas daerah yang terkena
pembebasan berdasarkan koordinat patok-patok batas yang telah terdapat
dalam peta rencana pembebasan lahan

2. Peralatan Pengukuran
a. Identifikasi peralatan yang akan dipergunakan
Alat ukur yang biasa digunakan untuk pengukuran stake out adalah Theodolite /
Electronic Distance Meansure/Electronic Total Station dan peralatan penunjang
lainnya seperti yang tercantum pada berikut ini :

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 13 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Tabel 3.1 Alat Ukur Pekerjaan Stake Out


Jenis Peralatan dan Perlengkapan Pekerjaan
No
Pekerjaan Jenis Jumlah Pengukuran
1 Pekerjaan - Theodolite/Total station. 1 unit - Stake out
persiapan - Target(Prisma) bangunan-
- Yalon 1 pasang bangunan
- Alat komunikasi 2-4 buah sementara
- Meteran baja 5 m 2-3 unit : kantor,
- Meteran baja 50m 1 buah lapangan,
1 buah rumah
- Waterpass jaga,
- Bak ukur 1 unit gudang
- Payung 2 buah dan lain-
- ATK 1 set lainnya.
1 set
Pemeriksaa
- Theodolite/Total station. n perataan
2 Tapak - Waterpass 1 unit tanah (land
bangunan - Target(Prisma) leveling)
- Yalon 1 unit
- Bak ukur 1 pasang
- Meteran baja 50m 2-4 buah - Stake out
- Meteran baja 5 m 2 buah titik-titik
- Alat komunikasi 1 buah utama dan
- Payung 1 buah detail dari
- ATK 2-3 unit tapak
1 set bangunan.
- Theodolite/Total station. 1 set
- Waterpass
3 - Target(Prisma) 1 unit
Titik - Yalon
referensi - Bak ukur 1 unit
(X,Y,EL) - Meteran baja 50m 1 pasang
- Meteran baja 5 m 2-4 buah
- Alat komunikasi 2 buah
- Payung 1 buah Pengeceka
- ATK 1 buah n
2-3 unit /penentuan
1 set titik
1 set referensi
(BM).

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 14 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Menentuka
n jaringan
titik
referensi
baru.

b. Cara menjaga dan mengamankan peralatan pengukuran selama pekerjaan


stake out di lapangan
Peralatan yang digunakan selama pelaksanakan pengukuran stake out harus
dijaga dan aman dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan. Prosedur
penggunaan dan pengamanan harus diterapkan , baik pada saat membawa
peralatan, menggunakan peralatan pada saat pengkuran dan menyimpang
kembali peralatan setelah selesai melaksanakan pengukuran. Payung harus tetap
digunakan sebagaimana fungsinya untuk melindungi peralatan dari sinar
matahari dan hujan. Prosedur pemasangan alat pada statif dan penggunaannya
harus sesuai SOP yang ada.

3. Penentuan Titik BM
Dalam melakukan perencanaan pekerjaan sipil seperti : bangunan gedung,
bangunan air, jalan raya, jaringan air minum dan lain-lainnya , tentunya
memerlukan lahan atau area sebagai lokasi meletakan tapak bangunan. Lokasi
tersebut merupakan hamparan tanah kosong atau tanah yang
dikosongkan/dibebaskan untuk meletakkan bangunan yang akan dibuat. Bentuk
topographynya tergantung dari topography daerah sekelilingnya, misalnya daerah
dataran, daerah perbukitan, daerah pantai dan lain sebagainya. Untuk mengetahui
posisi planimetris maupun posisi kontournya diperlukan titik referensi yang ada
disekitarnya. Pada umumnya lokasi-lokasi yang sudah maju lebih mudah untuk
mendapatkan titik referensi atau Bench Mark (BM) ini. Untuk mendapatkan BM
tersebut dapat menghubungi instansi-instansi yang berkompeten mengelola dan

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 15 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

memasang BM tersebut seperti Jawatan Topografi Angkatan Darat (JANTOP TNI


AD), Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Jaringan
BM yang dikelola oleh JANTOP TNI AD dan Bakosurtanal bersifat nasional, setiap
pulau mempunyai jaringan tersendiri.

Apabila dipekerjaan tidak didapat BM nasional maka dapat ditentukan BM lokal


dengan mengacu kondisi setempat seperti :

 Untuk menentukan koordinat dengan mengacu pada bangunan permanen yang


ada disekitar proyek.
 Untuk menentukan ketinggian dengan mengacu muka air banjir atau muka
jalan raya.
Setelah didapat titik acuan kemudian disimpan pada patok beton permanen di
lokasi pekerjaan/proyek dengan BM 0.

Nilai BM 0 (X, Y, E) bisa ditentukan sendiri , dan untuk keperluan pelaksanaan dari
BM 0 ini disebarkan ke lokasi pekerjaan/proyek

Dalam gambar kerja pada umumnya tercantum titik referensi (BM), BM umumnya
lebih dari satu. Status BM ada dua kemungkinan :
a. BM nasional.
b. BM lokal.

a. BM Nasional.
BM nasional mempunyai jaringan yang luas, disetiap pulau mempunyai jaringan
tersendiri. Apabila BM yang digunakan untuk perencanaan maka pengecekan
dapat dilakukan dengan mengikatkan kepada BM nasional lainnya yang terdekat.
Nilai-nilai BM (X, Y, Z) dapat diminta ke JANTOP TNI AD dengan notasi Titik
Triangulasi (TT) yang mempunyai tiga tingkatan :
 Titik Triangulasi Primer (TTP).

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 16 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

 Titik Triangulasi Sekunder (TTS).


 Titik Triangulasi Tertier (TTT).
BM yang dikelola oleh Bakosurtanal dengan notasi TTG (Titik Tinggi Geodesi).
Pengecekan BM dilakukan berdasarkan kondisi fisik dan nilainya.
 Pengecekan kondisi fisik.
Kondisi fisik BM bisa digunakan sebagai acuan apabila belum mengalami
perubahan posisi atau tidak rusak. Apabila posisi BM sudah berubah misalnya
miring bahkan roboh maka nilainya juga sudah tidak benar sehingga sudah
tidak bisa dipakai sebagai acuan.

 Pengecekan nilai BM (X, Y, EL)


Apabila kondisi fisik BM masih baik atau tidak mengalami perubahan maka
sebelum digunakan sebagai referensi harus diadakan pengecekan nilainya
(X,Y, EL).

Untuk melakukan pengecekan tersebut dilakukan pengukuran poligon dan


waterpass yang diikatkan pada BM yang terdekat. BM pengikat ini harus
bersumber sama dengan BM yang di check nilainya, misal : kedua BM tersebut
sama-sama dari Bakosurtanal atau dari JANTOP TNI AD. Tidak benar mengikat
kepada BM yang berlainan sumbernya

b. BM Lokal.
BM lokal adalah BM yang nilianya ditentukan dengan memperhatikan kondisi
setempat . BM lokal tidak ada hubungan dengan BM nasional sehingga tidak bisa
dicek kebenarannya. BM lokal hanya digunakan pada pekerjaan tertentu saja
dimana BM tersebut berada.

Pada pelaksanaan stake out, penentuan dan pengecekan titik referensi (BM) adalah
langkah pertama yang harus dilakukan. Yang dimaksud dengan titik referensi adalah
titik yang digunakan untuk menyimpan koordinat dan elevasi untuk dijadikan acuan.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 17 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Titik referensi yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi harus sama dengan
yang terdapat dalam gambar perencanaan, karena jika tidak maka maksud dan arah
dari penentuan detil yang akan di stake out tentu akan melenceng dari yang
semestinya. Dengan kata lain pembuatan gambar perencanaan mengacu pada peta
dasar yang mempunyai sistim koordinat tertentu baik itu koordinat lokal maupun
koordinat nasional. Titik referensi ini sebelum digunakan perlu untuk dilakukan
pengecekan kebenaran nilai koordinat dan elevasinya serta secara bersama-sama
disepakati untuk digunakan.

Posisi titik di lapangan ditentukan dengan posisi horisontal dan vertikal. Posisi
horisontal ditentukan dengan sistim koordinat dan posisi vertikal ditentukan dengan
sisitim ketinggian (elevasi).

4. Perhitungan Data Pengukuran Stake Out


Pengukuran Waterpass memanjang

a.      Elevasi titik awal, yaitu titik A adalah :

Elevasi A = Elevasi BM + (bacaan Benang Tengah BM – tinggi pesawat di P1)

= 82,5500 + (1,119 – 1,490)

= 82,1790 m

b. Elevasi B  = Elevasi A + ΔhAB

      = 82,1790 + (- 0,071)

     = 82,1080 m

                        Dan seterusnya, seperti terlihat dalam tabel

Pengukuran Waterpass Melintang

a.       Tempat Pesawat di titik A


Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 18 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Elevasi 82,1790 m, dan tinggi pesawat 124 cm

Elevasi 1 = Elevasi A + (tinggi pesawat di A – BT1)

    = 82,1790 + (1,240 – 1,115)

= 82,3040 m

Elevasi 2 = Elevasi A + (tinggi pesawat di A – BT2)

= 82,1790 + (1,240 –1,063)

= 82,3560 m
Dan seterusnya.

TITIK A

Elevasi = + 82,179 m ; Tinggi Pesawat = 124 cm

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1129 1115 1101 2,80 0,125 82,3040

2 1077 1063 1049 2,80 0,052 82,3560

3 1078 1062 1046 3,20 0,001 82,3570

4 2086 2069 2052 3,40 -1,007 81,3500

5 2087 2067 2047 4,00 0,002 81,3520

6 2088 2065 2042 4,60 0,002 81,3540

7 1068 1062 1038 3,00 1,003 82,3570

8 1088 1062 1036 5,20 0 82,3570

9 1139 1113 1087 5,20 -0,051 82,3060

10 1115 1111 1107 0,80 0,002 82,3080

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 19 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

11 1234 1230 1226 0,80 -0,119 82,1890

12 1284 1230 1176 10,80 0 82,1890

13 1298 1229 1160 13,80 0,001 82,1900

TITIK B

Elevasi = + 82,1080 m ; Tinggi Pesawat =122 cm

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1105 1091 1077 2,80 0,129 82,2370

2 1054 1040 1026 2,80 0,051 82,2880

3 1055 1039 1023 3,20 0,001 82,2890

4 2058 2041 2024 3,40 -1,002 81,2870

5 2062 2042 2022 4,00 -0,001 81,2860

6 2065 2041 2017 4,80 0,001 81,2870

7 1064 1039 1014 5,00 1,002 82,2890

8 1067 1040 1013 5,40 -0,001 82,2880

9 1118 1091 1064 5,40 -0,051 82,2370

10 1132 1091 1050 8,20 0 82,2370

11 1252 1211 1170 8,20 -0,12 82,1170

12 1267 1212 1157 11,00 -0,001 82,1160

13 1281 1211 1141 14,00 0,001 82,1170

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 20 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

TITIK C

Elevasi = + 82,0670 m ; Tinggi Pesawat =120 cm

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1051 1037 1023 2,80 0,163 82,2300

2 1005 991 977 2,80 0,046 82,2760

3 1008 992 976 3,20 -0,001 82,2750

4 2210 2193 2176 3,40 -1,201 81,0740

5 2218 2197 2176 4,20 -0,004 81,0700

6 2220 2195 2170 5,00 0,002 81,0720

7 1023 997 971 5,20 1,198 82,2700

8 1024 996 968 5,60 0,001 82,2710

9 1076 1048 1020 5,60 -0,052 82,2190

10 1089 1048 1007 8,20 0 82,2190

11 1208 1165 1124 8,40 -0,117 82,1020

12 1218 1163 1108 11,00 0,002 82,1040

13 1230 1160 1090 14,00 0,003 82,1070

TITIK D

Elevasi = + 81,9670 m ; Tinggi Pesawat =139 cm

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 21 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1248 1271 1258 -1,00 0,119 82,0860

2 1236 1223 1210 2,60 0,048 82,1340

3 1237 1222 1207 3,00 0,001 82,1350

4 2652 2632 2620 3,20 -1,41 80,7250

5 2218 2197 2176 4,20 0,435 81,1600

6 2643 2619 2595 4,80 -0,422 80,7380

7 1246 1221 1196 5,00 1,398 82,1360

8 1248 1220 1192 5,60 0,001 82,1370

9 1300 1272 1244 5,60 -0,052 82,0850

10 1313 1271 1229 8,40 0,001 82,0860

11 1455 1413 1371 8,40 -0,142 81,9440

12 1467 1411 1355 11,20 0,002 81,9460

13 1483 1412 1341 14,20 -0,001 81,9450

TITIK E

Elevasi = + 81,9070 m ; Tinggi Pesawat = 152 cm

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1414 1400 1386 2,80 0,12 82,0270

2 1362 1348 1334 2,80 0,052 82,0790

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 22 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

3 1364 1348 1332 3,20 0 82,0790

4 2967 2950 2933 3,40 -1,602 80,4770

5 2978 2956 2934 4,40 -0,006 80,4710

6 2978 2952 2926 5,20 0,004 80,4750

7 1376 1349 1322 5,40 1,603 82,0780

8 1379 1350 1321 5,80 -0,001 82,0770

9 1430 1401 1372 5,80 -0,051 82,0260

10 1442 1400 1358 8,40 0,001 82,0270

11 1581 1539 1497 8,40 -0,139 81,8880

12 1596 1540 1484 11,20 -0,001 81,8870

13 1610 1539 1468 14,20 0,001 81,8880

TITIK F

Elevasi = + 81,8180 m ; Tinggi Pesawat = 139 cm

BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)

1 1394 1380 1366 2,80 0,01 81,8280

2 1412 1379 1346 6,60 0,001 81,8290

3 1443 1381 1319 12,40 -0,002 81,8270

5. Pelaksanaan Pengukuran Stake Out


a. Teknik pengukuran stake out

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 23 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Pengukuran stake out adalah pemindahan gambar kerja yang diwakili dari titik-
titik utama dan titik detail ke lapangan. Sebelum pelaksanaan stake out dilakukan
maka perlu diadakan persiapan-persiapan terlebih dahulu seperti :
 Pengukuran jaringan titik referensi/titik acuan.
 Mempelajari rencana bangunan utama dan bangunan sementara.
 Peralatan dan perlengkapannya.
 Identifikasi titik-titik utama dan titik detil pada gambar kerja dengan
memberi nama dan nomor secara sistimatis dan mudah dimengerti.
Titik-titik utama dan titik detail dalam gambar kerja masing-masing mempunyai
koordinat dan elevasi yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran stake out.
yaitu :

a) Posisi absis (x).


b) Posisi ordinat (y).
c) Posisi vertikal (z).

Ketiga data tersebut dapat diperoleh dari gambar kerja. Pelaksanaan pengukuran
stake out dilaksanakan oleh Juru ukur sejak dari tahap persiapan, pelaksanaan,
pengecekan, monitoring dan mutual check sampai pekerjaan selesai. Secara
umum pada pekerjaan konstruksi sipil pelaksanaan stake out dibagi menjadi dua
jenis pelaksanaan yaitu posisi horisontal dan vertikal

 Stake out horizontal


Tujuan stake out horisontal adalah menentukan lokasi dengan benar pada
kapling batas pemilikan. Stake out horisontal adalah penentuan posisi titik-titik
utama dan titik detil bangunan secara horisontal di lapangan sehingga terlihat
rencana tapak bangunan. Stake out horisontal ini diperlukan untuk pekerjaan
seperti penentuan posisi tiang pancang pondasi, posisi pilar beton, bentuk

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 24 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

suatu detil konstruksi, pemasangan begesting dan sebagainya. Data utama


yang diperlukan adalah :
 Koordinat titik acuan (x,y)
 Arah acuan/sudut (d, )
 Besar sudut antara sisi arah acuan ke titik detil yang di stake out ().
 Jarak dari titik acuan ke detil yang akan di stake out (d).
Arah dan jarak dari titik acuan ke detil yang akan di stake out dihitung dari
koordinat titik acuan dan koordinat titik detil yang akan distake out.
Secara sederhana ilustrasi dari pelaksanaan stake out posisi horisontal dapat
disajikan seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Contoh stake out horizontal

Dengan diketahuinya koordinat titik-titik A,B, 1,2,3 dan 4 dari gambar


kerja, maka arah acuan AB dan 1,2, 3 dan 4 serta d 2, d3 dan
d4 dapat dihitung, sehingga dengan menempatkan peralatan ukur pada
titik A dan menggunakan data-data di atas maka posisi 1, 2, 3 dan 4
dapat ditentukan posisinya di lapangan. Pengertian simbul-simbul di
atas adalah sebagai berikut:
A : Titik acuan atau referensi (BM)
B : Titik orientasi untuk arah acuan
1,2,3,4 : Titik detil dari obyek yang di stake out.
AB : Arah acuan dari titik referensi ke titik orientasi.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 25 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

1, 2, 3, 4 : Besar sudut dari sisi acuan AB ke arah titik 1, 2, 3
dan 4 (dihitung).
d1, d2, d3, d4 : Panjang sisi dari titik acuan (A) ke titik 1,2,3 dan 4
(dihitung).
X1, Y1 : Koordinat titik 1 dan seterusnya.
XA, YA : Koordinat titik A

Jarak antara titik acuan A ke titik 1, 2, 3, 4 dapat dihitung dengan


menggunakan rumus :

Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan stake out horisontal sesuai


dengan gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gambar kerja, tentukan jarak dan sudut jurusan dari
titik acuan ke titik yang akan di stake out.
2. Pasang dan setting peralatan theodolite atau total station pada titik
acuan
3. Bidik arah acuan dari titik A ke titik B atau yang lazim disebut back
sight.
4. Putar teropong theodoliteh atau total station sesuai dengan besar
sudut jurusan a, jika sudah tepat kemudian kunci kedudukan
teropong.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 26 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

5. Dengan data jarak yang sudah diketahui, cari panjang sisi d secara
elektronik maupun manual menggunakan meteran.
6. Lakukan pematokan pada titik yang sudah terukur besar sudut
jurusan dan jaraknya.
7. Stake out horisontal untuk satu titik detil selesai dilakukan.
8. Untuk titik-titik selanjutnya lakukan kembali langkah (3) sampai
langkah (7) sesuai jumlah titik yang di stake out.

Sebelum pelaksanaan stake out dilakukan identifikasi titik-titik yang


akan dipindahkan dilakukan dengan teliti dan cermat. Titik-titik yang
dimaksud adalah titik utama dan titik-titik detail yang ada dalam
rencana gambar kerja.
Titik-titik tersebut dihitung koordinat dan elevasinya (X, Y, E),
kemudian data-data untuk pelaksanaan stake out dihitung dan
dibuatkan tabel data stake out (tabel 1)

Tabel 3.2 Contoh tabel perhitungan stake out


Jarak Azimuth Sudut
No Nama/No Xm Ym Em Keterangan
(Dm) (Az ) (S0)

1 BM1 X1 Y2 E1 d Az12 Referensi


2 BM2 X2 Y2 E2 Referensi
Titik Utama
3 U1 XU1 YU1 EU1 Az1U1 S1 Titik yang di
d
Az2U1 stake out
d
U2 XU2 YU2 EU2 S2 Titik Yang di
4 Az1U2
d
Az2U2 stake out
d

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 27 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 3.3 Contoh stake out horizontal

BM1 dan BM2 adalah titik-titik referensi, U1~U4 dan d1~d3 titik-titik
yang akan dipasang di lapangan (stake out).

Data yang diperlukan untuk stake out titik U1 adalah sudut S1 dan
jarak d , titik U2 adalah sudut S2 dan d . dengan data-data
tersebut stake out dilakukan sebagai berikut :

Dirikan theodolite atau total station dititik BM1 :

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 28 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

 Arahkan theodolite atau total station ke BM2, kemudian ukur sudut


sebesar S1 dan jarak sepanjang d didapat titik U1 kemudian
pasang paku diatas patok sebagai tanda titik U1.
 Ulangi langkah di atas ukur sudut S2 dan jarak d1U2 didapat titik
U2
Demikian seterusnya dengan titik-titik yang lainnya.

Cara menghitung sudut (S) dari koordinat yang telah diketahui

Y (+)

X
(-) (+)

(-)

Gambar 3.4 Menghitung sudut S

 Perhitungan sudut :

Dari contoh gambar 3.2:


X2 > X1 sehingga X2 –X1 = (+)
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 29 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Y2 < Y1 sehingga Y2 –Y1 = (-)

Dari contoh gambar 4.5 :


X2 < X1 sehingga X2 –X1 = (-)
Y2 > Y1 sehingga Y2 –Y1 = (+)

Besarnya sudut S =

 Perhitungan jarak.
Perhitungan azimuth () ada 4 (empat kemungkinan, dengan
memperhatikan tanda-tanda (…) dan (…)
 Kemungkinan pertama :
=+
=+
Besarnya  : 00 <  < 1800 : kwadran I

 Kemungkinan kedua :
=+
=-
Besarnya  : 900 <  < 1800 : kwardan II

 Kemungkinan ketiga :
=-
=-

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 30 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Besarnya  : 1800 <  < 2700 : kwardan III

 Kemungkinan ke empat :
=-
=+
Besarnya  : 2700 <  < 3600 : kwardan IV

3600/

Gambar 3.5 Pembagian kwadrant

Perhitungan jarak.

Cara pertama :

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 31 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Cara kedua :

Cara ketiga :

Persamaan (1) = persamaan (2) = persamaan (3) : (Sebagai kontrol).

 Stake out vertikal

Stake out vertikal adalah penentuan posisi titik utama dan titik-titik detil
bangunan secara vertikal, artinya penentuan titik-titik utama dan titik-titik detil
dari lantai pertama sampai dengan lantai terakhir untuk bangunan gedung.
Stake out vertikal diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan seperti
penentuan : arsitektur, sipil, mekanikal, elektronik, tata-lingkungan (ASMET)
lantai kedua sampai terakhir, kemiringan urinoir masing-masing lantai,
penentuan pipa-pipa saluran air lainnya, kemiringan turunan atau tanjakan
parkir bertingkat, saluran drainase, penentuan tangga dan sebagainya. Data
yang diperlukan adalah :

a) Elevasi titik acuan.


b) Elevasi titik yang akan di stake out, seperti :
 Elevasi tiang pancang.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 32 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

 Elevasi pondasi.
 Elevasi lantai.
 Elevasi eternit (plafon).
 Elevasi tembok.
 Elevasi lantai kedua dan berikutnya.
 Elevasi tangga.
 Dan lain-lainnya.

Tahap pertama tentunya penentuan elevasi tiang pancang/pondasi pada lokasi


yang telah ditentukan melalui pengukuran stake out horisontal.
Pada pemasangan bowplank di area lokasi tiang pancang/pondasi. Di
bowplank diberi tanda (marking) segitiga terbalik dan dipasang paku yang
menunjukan As pondasi, segitiga di cat warna merah atau hitam dan
elevasinya diukur dengan mengikat pada titik acuan yang ada kemudian
hasilnya ditulis di papan bowplank tersebut. Penulisan elevasi tersebut
digunakan untuk referensi pelaksanaan, pengecekan dan monitoring
pekerjaan.
Dari ke dua data elevasi di atas, maka dapat diketahui beda tinggi antara titik
acuan ke titik yang akan di stake out. Pelaksanaan stake out vertikal tersebut
dapat disajikan seperti pada gambar berikut:

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 33 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 3.6 Contoh Stake out Vertikal

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan misalkan elevasi titik referensi adalah
+20,500 dan eievasi rencana detil yang di stake out (B) +21,500 maka selisih
antara B-A adalah 1,000, sehingga bacaan untuk rambu pada B harus
ditepatkan pada 1,000 meter lebih pendek dari pada bacaan rambu pada A
atau bisa dicontohkan misalkan bacaan rambu pada A adalah 1,900 maka
bacaan rambu pada B haruslah ditepatkan pada 1,900 - 1,000 = 0,900.
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk stake out vertikal
berdasarkan gambar 48. di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gambar kerja, tentukan beda tinggi titik acuan ke titik yang
akan di stake out.
2. Pasang dan setting peralatan waterpass di antara titik acuan (A) dimana
elevasinya adalah diumpamakan + 20,500 dengan titik yang akan distake
out titik (B).
3. Bidik bacaan rambu pada titik A misalkan terbaca tepat pada bacaan
1,900.

4. Selanjutnya tempatkan rambu pada titik detil yang akan di stake out
vertikal.
5. Dengan data beda tinggi yang sudah diketahui, geser secara vertikal dan
tegak lurus rambu sehingga bacaan benang tengah waterpass pada
rambu tepat berada pada bacaan 0,900.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 34 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

6. Lakukan penandaan marking dengan coretan mendatar pada patok posisi


titik B dengan disertai catatan eievasi targetnya ( di sini eievasi +
21,500).
7. Stake out vertikal untuk satu titik detil selesai dilakukan.
8. Untuk titik-titik selanjutnya lakukan kembali langkah (3) sampai langkah
(7) sesuai jumlah titik yang di stake out.
Pelaksanaan stake out ini biasanya dilakukan bersamaan antara pihak
pelaksana, pihak. pengawas dan pihak pemilik pekerjaan yang biasanya
disebut dengan survey bersama atau Joint Survey. Hasil joint survey
dituangkan dalam format yang sudah disepakati dan ditanda tangani oleh
ketiga belah pihak, berdasarkan hasil joint survey yang sudah disepakati
bersama inilah maka pekerjaan tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
Pelaksanaan pengukuran stake out vertikal pada lantai 2 dan seterusnya
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran horisontal, karena
untuk mendapatkan titik A0L2 harus diukur sudut (S), jarak (d) dan tinggi
lantai 1 atau elevasi A0L2. kemudian titik A0L2 (as tiang) dipasang paku di
atas patok, karena titik A0L2 akan tertutup tiang beton maka harus ada titik
simpanan (marking) yaitu m1L2, m2L2 dan m3L2 yang secara berurutan
bersamaan stake out titik utama C1L2 dan A3L2. titik marking m1L2, m2L2 dan
m3L2 dan untuk stake out titik A3L2, B2L2, C2L2 dan A2L2.
Demikian seterusnya dilakukan pada titik utama dan titik detil lainnya.

b. Melakukan pengukuran stake out dengan teliti sesuai metode yang ditetapkan
Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran stake out harus dilakukan dengan
teliti untuk menghindari kesalahan dilapangan. Ketelitian ini erat hubungannya
dengan metode yang digunakan di lapangan. Seorang juru ukur harus mengerti

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 35 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

tentang ketelitian dari masing-masing metode pengukuran yang dilaksanakan di


lapangan

6. Pemberian Tanda pada Titik-titik yang Sudah Selesai di StakeOut


a. Maksud dan tujuan pemberian tanda yang ada pada titik titik yang sudah
selesai di stake out
Pemberian tanda pada titik yang telah selesai di stake out bertujuan agar titik
yang telah di stake out tersebut tidak hilang atau bergeser dari tempat
dikarenakan beberapa sebab. Pemberian tanda ini sangat penting dilaksanakan
mengingat pemberian tanda ini akan mempengaruhi pekerjaan selanjutnya.
Kesalahan pemberian tanda dan bergesernya tanda akan mengakibatkan
kesalahan pelaksanaan pengukuran selanjutnya.

b. Macam dan bahan tanda yang ada pada titik titik yang sudah selesai di stake
out
Pemberian tanda dilaksanakan pada titik utama dan titik-titik detail. Titik utama
merupakan titik yang sangat penting untuk meletakkan bangunan pada lokasi
tanah yang dipersiapkan untuk bangunan tersebut. Pada bangunan gedung
biasanya titik utama ini merupakan titik-titik dimana tiang pancang akan
dibuat. Titik detail jumlahnya lebih banyak dibandingkan titik utama . Untuk
maksud pemberian tanda pada titik utama dan titik detail tersebut digunakan
bahan senagai berikut :
 Patok kayu, patok beton
 Paku dan pita
 Cat dan sebagainya

c. Cara pemberian tanda pada titik titik yang sudah selesai di stake out

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 36 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Pemberian tanda yang menggunakan patok kayu cukup dengan cara


memasukkan patok kayu ke dalam tanah, dengan kedalaman 0,5 s/d 1,0 m
(tergantung kondisi tanahnya) dan yang muncul di permukaan tanah kurang
lebih 1,0 m. Untuk maksud khusus, misalnya untuk tanda pemancangan , patok
kayu ditanam seluruhnya sampai permukaan patok kayu rata dengan tanah dan
kemudian diberi pita yang ditancapkan ke patok kayu dengan menggunakan
paku. Kadangkala patokkayu atau patok beton diberi tanda dengan
menggunakan cat

Langkah pemberian tanda pada titik-titik yang sudah selesai di stake out

Sebagai contoh dalam pelaksanaan pemberian tanda pada titik-titik yang sudah
selesai di stake out pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung.

1. Titik utama dan titik-titik detil

a. Titik Utama.
Titik utama adalah titik-titik penting yang merupakan tumpuan dari
konstruksi bangunan gedung. Titik-titik utama pada bangunan gedung
merupakan titik-titik lokasi tiang pancang pada bangunan gedung tinggi
yang pada umumnya pada pertemuan-pertemuan/bersilangan tembok-
tembok utama yang diawali dari lantai dasar hingga lantai-lantai
berikutnya.

b. Titik-titik Detil.
Titik-titik detil lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan titik utama.
Titik-titik detil ini pada garis besarnya satu dengan lainnya
terhubungkan/terangkai dengan bagian-bagian utama konstruksi
bangunan misalnya : titik-titik sudut ruangan satu dengan lainnya yang
dibatasi dengan tembok, pertemuan tangga (lift) dengan lantai dari lantai
kesatu dan seterusnya, konstruksi plafon-plafon, konstruksi saluran

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 37 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

pembuang di dalam bangunan, konstruksi jaringan listrik, konstruksi


jaringan air conditioner (AC) dan lain-lainnya yang masih banyak
jumlahnya.

2. Pemberian tanda (Marking) titik utama dan titik-titik detil


Pada pelaksanaan pengukuran stake out titik utama dan titik-titik detail telah
ada di lapangan dinyatakan dengan paku diatas patok atau tanda-tanda
lainnya. Penandaan ini dicat dengan warna yang mudah dikenal dan mencolok
(kontras). Penandaan ini selanjutnya disebut dengan marking. Penandaan
(marking) adalah standar stake out yang selanjutnya akan digunakan sebagai
referensi pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai contoh marking pada setiap lantai (lantai 1~4) pada gambar 3.6a dan
3.6b dengan notasi m1L1 ~ m1L4, m2L1 ~ m2L4 ................m3L1 ~ m3L4, titik-
titik marking dipasang di lantai sehingga mempunyai koordinat dan elevasi,
titik-titik marking digunakan sebagai acuan horisontal dan vertikal kemudian
disebarkan ke areal pekerjaan menurut kebutuhannya untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan. Sebagai contoh di marking di tembok-tembok dengan
penyimpanan Elevasi (ketinggian).

Lantai 2

Gambar 3.7

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 38 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Pekerjaan Setting Out Finishing dalam Bangunan.

1) Persiapan Pengukuran.
Dari satu benchmark atau dua benchmark di halaman proyek dipilih
sehingga pengukuran bisa langsung.

Gambar 3.8 Diagram pengukuran tachimetry dari patok A & E kesetiap


lantai gedung.

Beberapa persiapan perlu dilakukan untuk memulai pengukuran


menentukan marka posisi horizontal dan vertikal yaitu persiapan alat-alat
ukur dan bahan-bahan untuk keperluan identifikasi marka.

a. Persiapan Alat.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 39 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Untuk pengukuran penentuan kordinat posisi marka di setiap lantai


dengan metode pengukuran tachimetry, alat - alat yang di
persiapkan adalah :

 1 unit buku ukur, alas tulis dan alat tulis.


 3 unit tripot atau statif.
 2 unit target sudut.
 3 unit unting- unting bertali.
 1 unit theodolite/total station, fraksi baca sudut per 10
detik.
 1 unit Reflector atau prisma.
 2 unit radio Handy Talky.
 1 buah payung.
 1 unit kompas.
Sedangkan untuk pengukuran menentukan elevasi di tiap-tiap lantai
dipersiapkan alat-alat sebagai berikut :

 1 unit tripot statif.


 1 unk Sifat Datar Automatic level.
 2 unit mistar ukur @ panjang 3 meter.
Persiapan alat tersebut untuk satu unit kerja pengukuran penentuan
marka posisi horizontal dan vertikal dan satu unit kerja pengukuran
penentuan elevasi .

b. Persiapan Bahan
Pelaksanaan penentuan marka posisi horizontal dan vertikal untuk
tiap lantai di persiapkan dulu rencana pengukuran, membaca dari
lembar peta rencana tapak, lembar gambar struktur lantai gedung
dan lain sebagainya. Selanjutnya menghitung besaran absis dan
ordinat yang akan di setting out ke setiap lantai dari patok proyek di
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 40 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

halaman luar gedung, mempersiap/kan bahan-bahan seperti cat


wama kuning, paku beton dan membuat sablon huruf dan angka .
Penomoran marka perlu dibuatkan sistem yang langsung
mengidentifikasikan lantai dimana posisi marka berada, misalnya
titik nomor 1 di lantai 1 maka di buat 1/1, titik nomor 2 dilantai 1
maka di buat 2/1 dan titik 1 di lantai 2 maka di buat nomor 1/2 dan
seterusnya.

2) Pelaksanaan Pekerjaan Setting Out Finishing Dalam Bangunan.


Menyiapkan sketsa pengukuran tachimetry dari patok di halaman proyek
kesetiap lantai begitu juga untuk mempermudah perhitungan di
persiapkan titik - titik di halaman proyek yang akan di pakai sebagai acuan
pengukuran, sketsa yang di persiapkan salah satunya seperti gambar 53
dan bisa juga mempersiapkan sketsa tampak atas seperti gambar dibawah
ini.

Gambar 3.9 Diagram pengukuran posisi marka horisontal di lantai 5 .

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 41 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 3.9 Diagram pengukuran posisi marka horizontal di lantai 5 empat


buah titik untuk marka posisi horizontal dilantai 5 yaitu titik 1/5, 2/5, 3/5
dan 4/5 dibuatkan identiflkasi dari paku beton di beri tanda ( + ), titik
tersebut akan di setting dari A dan E .

a) Membuat marka posisi horizontal

Dari lembar kerja di hitung secara grafis kordinat titik. 1.2,3 dan 4,
pada lantai pertama, kemudian titik-titik marka 1, 2, 3 dan 4
diproyeksikan ke lantai 2 ~ 9 sehingga nilai koordinatnya sama
untuk setiap lantai.

Dari data diketahui kordinat titik A, B, D dan E , dan kordinat tiik


1/5, 2/5, dan 3/5 scrta 4/5 di tentukan dengan cara grafis
menggunakan dua lembar gambar kerja yaitu peta rencana tapak
dan gambar struktur .

Gambar 3.10 Penentuan secara grafis koordinat 1/5, 2/5, 3/5 dan 4/5
Koordinat yang telah di ketahui seperti kordinat titik A, B, D, dan E serta 1/5,
2/5, 3/5, dan 4/5 di susun dalam tabel kemudian di hitung jarak dari titik A
ke B, ke 1/5 dan ke 2/5 serta dari E ke D, ke 3/5 dan ke 4/5, berikut sudut
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 42 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

jurusan masing-masing dari A ke B, ke 1/5 dan ke 2/5 serta dari E ke D, ke


3/5 dan ke 4/5.

Tabel 3.3 Daftar koordinat grafis setiap lantai

NO Absis Ordinat JARAK SUDUT JURUSAN

A XA YA d AB  AB
B XB YB

D XD YD

E XE YE d ED  ED

1/5 X 1/5 Y 1/5 d Al/5  A 1/5


2/5 X 2/5 Y 2/5 d A 2/5  A 2/5

3/5 X 3/5 Y 3/5 d E3/5  E3/5


4/5 X 4/5 Y 4/5 d E 4/5  E3/5

 Jarak AB di hitung dari √ ( XB . XA )2+ ( YB -YA )2dan sudut jurusan

AB dihitung dari

hal yang sama dihitung A 1/5, A 2/5 dan ED, E 3/5 dan E 4/5
masing-masing jarak dan sudut jurusan, kordinat A, B, D dan E hasil
pengukuran poligon yang diikatkan ke titik acuan (BM) jadi kordinat
tersebut sudah definitif.
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 43 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

 Dihitung juga sudut antara dua sisi yaitu :


S1 =  1/5 -  AB S3 =  3/5 -  ED

S2 =  2/5 -  AB S4 = : 4/6 -  ED

Pelaksanaan pengukuran di mulai dari titik A. theodolite di


tempatkan di titik A kemudian di arahkan ke titik B, bacaan
lingkaran mendatar di setting sebesar AB, kemudian teropong di
arahkan kebacaan lingkaran mendatar sebesar  A 1/5, urut-
urutannya sebagai berikut :

 Teropong theodolite di arahkan  A 1 / 5, dengan bantuan radio


handy talky di tanyakan kepada asisten di target sudut, apakah
pemasangan targaet berada tepat pada titik 1/5, apabila posisi
target sudah tepat di benang silang teropong theodolite artinya
posisi marka horizontal 1/5 sudah baik, apabila belum berada pada
benang silang supaya teropong di arahkan ke target sudut dan baca
sudutnya dan ukur tinggi alat theodolite.
 Ukur jarak langsung atau jarak miring ke titik 1/5, kemudian baca
sudut vertikal, baca jarak datar dan tinggi alat reflektor .
 Dengan cara yang sama titik 2/5 dapat di tentukan koordinat.

Apabila bangunan gedung bertingkat sampai dengan lantai sembilan


maka prosedur pengukuran di atas dapat dilaksanakan, di sarankan
untuk mendapatkan nilai yang sama besaran ordinat dan absis untuk
setiap lantai, maka urutan lantai yang akan di tentukan posisi marka
horizontal adalah sebagai berikut:

 Tentukan posisi marka horizontal titik 1 dilantai 1 lakukan


prosedur pengukuran (lihat prosedur pengukuran lantai 5)
seperti diatas, kemudian asisten surveyor pindah ke lantai 2,

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 44 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

tempatkan target sudut atau reflektor di titik 1/2 dengan


bantuan radio target sudut bisa diarahkan masuk ke benang
silang teropong theodolite dan seterusnya sampai lantai atas.
 Apabila asisten juru ukur sudah sampai dilantai 9, dan
pengukuran 1/9 sudah selesai maka target sudut dipindahkan
ke titik 2/9, dengan cara yang sama urut-urutan di atas mulai
di laksanakan, turun ke 2/8, ke 2/7 dan seterusnya sampai ke
2/1 .
 Kemudian teropong di pindahkan ke titik E, kembali urut-
urutan seperti penentuan marka 1/1 sampai 1/9 dan 2/9
sampai 2/1.

Tabel 3.4 Daftar koordinat titik 1, 2, 3 dan 4

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


Lantai
Ke
Absis Ordinat Absis Ordinat Absis Ordinat Absis Ordinat

1 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

2 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

3 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

4 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

5 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

6 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

7 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

8 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

9 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 45 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Secara praktis besarnya nilai absis dan ordinat titik no. 1 dilantai 1
atau sama dengan absis dan ordinat titik no. 1 di lantai 2 dan
seterusnya sampai dengan lantai 9, demikian juga dititik 2,3 dan 4
mulai lantai I sampai lantai 9. Hal ini bisa terjadi karena posisi marka
horizontal dhentukan dengan cara yang sama (gambar 56) disetiap
lantai gedung serta posisi teropong theodolite tidak bergerak dari
pembacaan lingkaran horizontal yaitu sebesar ∆ 1/1 = ∆ 1/2
sampai sama dengan ∆ 1/9.

Apabila terjadi penyimpangan absis dan ordinat dimana besarannya


tidak sama maka dipastikan ada kesalahan kontruksi, atau pada saat
target sudut atau reflaktor 'masuk' pada perpotongan benang silang
yang ada diteropong theodolite tetapi pada waktu centering secara
optis ternyata tidak berada 'tepat' dititik yang akan ditentukan
sebagai posisi marka horizontal untuk lantai dimana marka berada.
Misalnya diperiksa dengan teliti apakah penentuan posisi marka
langsung dilantai sudah benar, dan berapa toleransi dalam
'milimeter’ yang diizinkan adanya penyimpangan tersebut.

b) Membuat Marka Posisi Vertikal

Dari lembar kerja yang ada dihitung elevasi setiap lantai. elevasi
dihitung terhadap patok A,B.D dan E, tahap pertama diukur elevasi
lantai 1 untuk tiap sudut lantai atau tepat pada posisi marka
horizontal, karena perbedaan tinggi antara permukaan tanah
dengan lantai 1 tidak begitu besar, misalnya kurang dari 2,0 m
marka dapat diukur dengan pengukurn sifat datar automatic level,
gambar 57 memperlihatkan pengukuran sifat datar dari patok A ke
titik 1/1 1/2 1/3 1/4 serta berakhir dipatok D sebagai kontrol
pengukuran sipat datar dilantai 1

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 46 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

JA ½ JE
3/2

A E

Gambar 4.11 Pengukuran sipat datar di lantai 1

Tabel 3.5 pengukuran dan perhitungan sipat datar

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 47 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

TITIK Pembacaan Mistar Jarak Beda Tinggi Tinggi Titik

belakang muka

A HA

bA M1/1 A-1/2 H1/2

½ H1

b1 M4/5 1/2-4/5 hl/2 4/2

4/5 H4

b2 MD 4/5-D h4/5 D

D HI)

titik-titik lainnya pada lantai 1 seperti titik 2/1 dan 3/1 diukur juga
dengan cara sifat datar. Penentuan posisi marka vertikal pada
lantai-lantai berikutnya ditentukan dengan cara pengukuran
tachimetry, data yang sudah tersedia ialah jarak datar dari titik-titik
pada setiap lantai ke titik A dan E, sebenarnya pada penentuan
posisi marka horizontal dengan mencatat data seperti tinggi alat
theodolite terhadap titik A, kemudian tinggi alat target sudut atau
reflektor terhadap lantai maka elevasi setiap lantai dapat dihitung.

JA JE
½ 3/2

A E

Gambar 4.12 Pengukuran penentuan elevasi lantai dengan cara tachimetry.

Pada penentuan elevasi tinggi ½ dengan cara trigonometi, tinggi


alat theodolite dibuat sam dengan tinggi alat target sudut, TA - TR1
= 0, maka elevasi titik 1/2 didapat dari hubungan :

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 48 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Ti/2 = JA ½ tan  1 + TR1 - TA

Tl/2 = JA ½ tan  1

TA = tinggi alat

TR = bacaan rambu

T = tinggi lantai

Urut-urutan pengukuran trigonometri untuk menentukan elevasi


setiap lantai disusun sebagai berikut:

• Elevasi titik 1/1, 2/1, 3/1 dan 4/1 diukur dengan pengukuran
sifat datar

• Elevasi titik 1/2,2/2 diukur dengan pengukuran trigonometri dari


titik A, theodolite masih dithik A, diukur elevasi titik pada lantai 3
yaitu 1/3 dan 2/3, dan seterusnya sampai lantai 9

• Elevasi titik 3/2, 4/2 dhikur dengan pengukuran trigonometri dari


titik E, elevasi titik-titik pada lantai berikutnya tanpa
memindahkan alat theodolite.

hasil pengukuran trigonometri untuk menentukan postsi marka


elevasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Daftar ketinggian titik 1,2,3 dan 4

LANTAI TITIK TITIK TITIK TITIK

NO 1 2 3 4

1 H 1/1 H 2/1 H 3/1 H 4/1

2 H 1/2 H 2/2 H 3/2 H 4/2

3 H 1/3 H 2/3 H 3/3 H 3/4

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 49 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

4 H 1/4 H 2/4 H 3/4 H 4/4

5 H 1/5 H 2/5 H 3/5 H 4/5

6 H 1/6 H 2/6 H 3/6 H 4/6

7 H 1/7 H 2/7 H 3/7 H 4/7

8 H 1/8 H 2/8 H 3/8 H 4/8

9 H 1/9 H 2/9 H 3/9 H 4/9

Secara praktis elevasi titik-titik 1,2,3 dan 4 dilantai 1 akan sama


ketinggiaiuiya, demikian juga titik yang berada dilantai 2 dan
seterusnya sampai lantai 9, apabila terjadi penyimpangan elevasi
dimana ketinggiannya tidak sama maka dipastikan ada kesalahan
konstruksi, masalahnya berapa toleransi dalam '"milimeter" yang
diizinkan adanya penyimpangan tersebut.

c) Setting out Finishing Dalam Bangunan.


Dengan telah diketahuinya posisi-posisi marka horizontal dan
vertikal maka kegiatan setting out untuk berbagai kelengkapan
gedung disetiap lantai dapat dilakukan. Peralatan pengukuran yang
diperlukan adalah : meteran, automatic leveling yang mempunyai
pembacaan sudut mendatar dan beberapa bak ukur @ panjang 2 m
atau 3 m. Pemasangan kelengkapan interior gedung dilaksanakan
setelah pekerjaan mekanikal dan elktrikal selesai dipasang.
Pekerjaan tersebut antar lain :

• Pemasangan ducting.
• Penyemprot air pemadam kebakaran.
• Alarm tanda bahaya kebakaran.
• Sistem penyejuk udara.
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 50 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

• Kabel sistem komunikasi atau telpon.


• Kabel listrik untuk daya dan penerangan.
• Sistem pemipaan air minum dan cuci.
• Sistem pemipaan air limbah dan sanrtasi.
• Dan lain sebagainya.

Oleh Juru ukur bangunan gedung untuk memperlancar kegiatan


dalam bangunan gedung, sebelum melakukan setting out bagian
dalam bangunan gedung Juru ukur bangunan gedung mempelajari
gambar kerja dengan teliti, cermat dan hati-hati, sehingga
pelaksanaan setting out berjalan lancar dan menghindari kesalahan
yang akan terjadi.

d) Belokkan atau kurva sederhana.

Gambar 3.13 Unsur-unsur sebuah kurva sederhana

Unsur-Unsur Sebuah Kurva Sederhana.

Beriku ini adalah unsur-unsur utama sebuah kuna sederhana, lihat


Gambar 3 :

1. Titik perpotongan.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 51 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Titik perpotongan (PI, point of intersection) adalah suatu titik


tempat garis singgung muka dan belakang berpotongan. Titik
ini merupakan salah satu stasiun pada traverse pendahuluan.

2. Sudut perpotongan.
Sudut perpotongan (I) adalah sudut kemiringan (deflection
angle) di PI. Besarnya bisa dihitung dari sudut-sudut stasiun
traverse pendahuluan atau diukur di lapangan.

3. Jari-jari.
Jari-jari (R) adalah radius lingkaran yang busurnya
membentuk kurva tersebut.

4. Titik kelengkungan.
Tilik kelengkungan (PC, point of curvature) adalah titik tempat
kurva lingkaran berawal. Garis singgung belakang adalah garis
singgung kurva di titik ini.

5. Titik singgung.
Titik singgung (PT, point of tangency) adalah akhir dan kurva.
Garis singgung muka adalah garis singgung kurva di titik ini.

6. Panjang kurva.
Panjang kurva (L) adalah panjang dari PC sampai PT diukur
sepanjang kurva.

7. Jarak singgung.
Jarak singgung (T, tangent distance) adalah jarak sepanjang
garis singgung dari PI ke PC atau PT. Kedua jarak ini sama
pada kurva sederhana.

8. Sudut pusat.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 52 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Sudut pusat (∆) adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah
jari-jari yang ditarik dari pusat lingkaran (O) kc PC atau PT.
Besar sudut pusat sama dengan scidtit perpotongan (∆ = I).

9. Tali busur panjang.


Tali busur panjang (LC, long chord) adalah tali busur dari PC
ke PT.

10. Jarak luar.


Jarak luar (E, external distance) adalah jarak dai PI ke titik
tengah kurva. Jarak luar ini membagi dua sudut dalam di PI.

11. Ordinal tengah.


Ordinal tengah (M, middle ordinate) adalah jarak dan titik
tengah kurva ke titik tengah tali busur. Perpanjangan ordinat
tengah membagi dua sudut pusat.

12. Derajat kurva.


Derajal kurva (D, degree ot curve) mendefinisikan "
kelengkungan" atau kedataran kurva ada dua definisi umum
untuk derajat kurva ini (lihat Gambar 3), yaitu :

(a) Definisi tali busur (b) Definisi Busur

Gambar 3.15 Derajat kurva

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 53 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

(a) Definisi tali busur. Definisi tali busur menyatakan bahwa


derajat kurva adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-
jari yang ditarik dan pusat lingkaran ke ujung-ujung tali
busur yang panjangnya 100 ft; lihat Gambar 59a. Definisi
tali busur ini digunakan dalam bidang sipil (umum)
terutama untuk konstruksi jalan rel dan oleh militer
digunakan untuk jalan dan jalan rel.

(b) Definisi busur. Definisi busur menyatakan bahwa derajat


kurva adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari
yang ditarik dari pusat lingkaran (titik O dalam Gambar
58) ke ujung-ujung busur yang panjanya 100 ft Definisi
ini dipakai teruuma untuk jalan raya, lihat Gambar 59 b.
Perhatikan bahwa semakin besar derajat kurva. semakin
"melengkung" kurva tersebui dan semakin pendek jari-
jarinya.

13. Tali busur. Untuk kurva dengan jari-jari yang panjang, tidak
praktis untuk memasang patok-patok kurva tersebut dengan
menentukan lokasi pusat lingkarannya lalu memutar busurnya
dengan sebuah pita ukur. Tata letak semacam itu dibuat
dengan mematok ujung-ujung dari serangkaian tali busur,
lihat Gambar 60 Karena ujung-ujung tali busur terletak pada
keliling kurva, busur tadi lalu ditentukan di lapangan . Panjang
tali busur akan bervariasi menurut derajat kurvanya. Untuk
mengurangi perbedaan antara jarak busur dan jarak tali
busur, umumnya digunakan panjang tali busur berikul ini :

Tabel 3.7 Panjang Tali Busur

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 54 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Derajat Kurva Panjang Tali Busur (ft)


0 sampai 3
0
100
3 sampai 80 50
8 sampai 160 25
160 10

Panjang tali busur yang lercantum dalam tabel di alas


merupakan jarak maksimum di mana perbedaan antar
panjang busur dan panjang tali busur akan jatuh di dalam
batas-batas kesalahan yang diizinkan, yaitu 0,02 ft per 100 ft
yang paling umum untuk survai konstruksi. Tergantung pada
keadaan medan dan kebutuhan pengawas proyek, kurva bisa
dipatok dengan tali busur yang lebih pendek atau lebih
panjang dari jarak yang dianjurkan dalam tabel.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 55 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 3.16 Sebuah kurva sederhana

14. Sudut kemiringan. Sudut kemiringan adalah sudut antara


suatu garis singgung dan ujung tali busur, dengan PC sebagai
puncaknya, lihat Gambar 60. Sudut ini dipakai untuk
menentukan letak jurusan di mana tali busur harus diletakkan.
Jumlah sudut kemiringan selalu sama dengan separuh sudut
perpotongan (½ I). Jumlah ini berlaku sebagai kontrol atas
pcrhitungan sudut kemiringan.
Rumus-rumus berikut dipakai dalam perhitungan suatu kurva
sederhana. Semua rumus berlaku baik untuk definisi busur
maupun tali busur kecuali yang disebutkan lain. Lihat Gambar
dibawah ini.

Gambar 3.17 Sebuah kurva sederhana

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 56 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

(definisi busur 100 ft) (12-1)

(definisi busur 100 ft) (12-2)

(12-3)

(12-4)

Dengan L = panjang busur (eksak) untuk definisi busur dan


jarak perkiraan sepanjang tali busur untuk definisi tali busur.

(12-5)

(12-6)

(12-7)

(12-8)

(12-9)

(12-10)

Sudut kemiringan,

(12-11a)

(12-11b)

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 57 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Dengan d = sudut kemiringan, menit

C = panjang tali busur

D = derajat kurva

Persamaan (12-11a) dan (12-11b) adalah eksak untuk definisi


busur 100 ft dan merupakan pendekatan untuk definisi tali
busur.

(12-11c)

Dengan C = panjang tali busur, ft

R = jari-jari

(12-11d)

Dengan d = sudut kemiringan, menit

a = panjang busur, ft

R = jari-jari

Persamaan (12-11c) adalah eksak untuk definisi tali busur,

(definisi busur) (12-12)

(12-13)

Penyelesaian Kurva Sederhana.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 58 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Untuk menyelesaikan suatu kurva sederhana, tiga unsur harus


diketahui; titik perpotongan PI, sudut perpotongan I, dan derajat
kurva. Biasanya derajat kurva diketahui dalam spesifikasi proyek.
atau dihitung dengan memakai salah satu unsur yang dibatasi
oleh keadaan medan. PI dan I biasanya ditentukan pada traverse
pendahuluan untuk jalan atau proyek lainnya, tetapi bisa juga
ditentukan dengan tnanguiasi bila PI tidak dapat dicapai.

CONTOH :Asumsikan bahwa yang berikut ini adalah data yang


diketahui untuk sebuah kurva : PI = 18 + 00, I = 750. dan D =
150, (a) Selesaikan kurva ini dengan menggunakan definisi busur,
(b). Selesaikan kurva ini dengjn menggunakan definisi tali busur.
Penyelesaian : Buatlah sebuah skets sebagai acuan, lihat
Gambar 61. Karena kalkultor tidak melakukan pembulatan,
maka hasilnya agak sedikit lebih akurat bila anda menggunakan
kalkulator sebagai pengganti tabel untuk menghitung fungsi
matematiknya.

(a)

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 59 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

(b)

7. Pencatatan Hasil Pengukuran


Penentuan formulir yang dipergunakan untuk mencatat hasil pengukuran
disesuaikan dengan alat ukur yang dipergunakan. Formulir yang dipergunakan telah
dibahas pada bab sebelumnya Juru ukur harus berlaku cermat dalam melaksanakan
pencatatan pada formulir yang telah dipersiapkan.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan pengukuran stake


out
1. Menetukan metode pengukuran stake out
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 60 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

2. Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja sesuai dengan prosedur K3


yang berlaku
3. Menggunakan peralatan pengukuran yang akan disiapkan
4. Menentapkan titik BM yang akan dipakai untuk stake out
5. Melakukan perhitungan untuk data pengukuran stakeout dengan teliti
6. Melakukan pengukuran stakeout dengan teliti
7. Memberi titik-titik yang sudah selesai stake out
8. Mencatat hasil pengukuran dalam formulir yang ditentukan

C. Sikap Kerja dalam mempelajari pengukuran stake out

1. Cermat
2. Teliti
3. Disiplin
4. Tanggung jawab

BAB IV
PEMERIKSAAN HASIL PENGUKURAN STAKE OUT
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 61 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam memeriksa hasil pengukuran stake


out
1. Menyiapkan gambar pelaksanaan untuk acuan evaluasi dipelajari dengan teliti
2. Menyiapkan peralatan pengukuran dan alat bantu yang akan digunakan dengan
lengkap
3. Melakukan pengukuran arah horizontal sesuai data hasil evaluasi dengan teliti
4. Melakukan pengukuran arah vertical sesuai data hasil evaluasi dengan teliti
5. Membandingkan hasil pengukuran awal dan hasil evaluasi
6. Melaporkan pemeriksaan hasil pengukuran stake out ke atasan terkait

1. Gambar Kerja Untuk Acuan Evaluasi


Gambar kerja yang sebelumnya dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
pengukuran stake out disiapkan kembali untuk melakukan cross check terhadap
hasil pengukuran. Hal ini dimaksudkan agar penempatan titik-titik stake out tidak
bergeser dari gambar rencana. Pergeseran yang diakibatkan oleh kekurang telitian
dalam pengukuran stake out akan berdampak pada pekerjaan konstruksi
selanjutnya. Dampak yang ditimbulkannya dapat berupa :

 Ketidak samaan bentuk asli dengan bentuk yang disesuaikan dengan hasil
pengukuran ( jika memang terjadi kesalahan pengukuran sebelumnya)
 Tidak dapat dilaksanakannya pekerjaan konstruksi lanjutan
 Perubahan biaya ( tambah atau kurang )

Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka sebelum terjadi kesalahan yang lebih
besar, sebaiknya pada saat melaksanakan pengukuran dan diketahui terjadi
penyimpangan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan untuk diselesaikan
bersama-sama

2. Peralatan Pengukuran dan Alat Bantu

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 62 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Untuk peralatan pengukuran dan alat bantu pengukuran telah dibahas pada bab
sebelumnya, sehingga untuk melaksanakan pengukuran seorang juru ukur tinggal
mempersiapkan peralatan ukur dan alat bantunya disesuaikan dengan pekerjaan
yang akan diaksanakan.

Berdasarkan hasil evaluasi atau mempelajari gambar kerja, seorang Juru ukur
bangunan gedung bisa menentukan jenis peralatan ukur yang akan dipergunakan.
Peralatan yang diperlukan dikoordinasikan dengan bagian perlengkapan untuk
disiapkan. Penentuan jenis peralatan sesuai dengan penggunaannya seperti
meteran untuk mengukur jarak, theodolite atau total station untuk mengukur sudut,
waterpass untuk mengukur beda tinggi dan lain-lainnya. Disamping peralatan ukur
disiapkan/ditentukan juga perlengkapannya. Dibawah ini adalah contoh peralatan
yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran stake out.

Tabel 4.1 Contoh peralatan pekerjaan stake out

Peralatan dan Perlengkapan Pekerjaan


No. Jenis Pekerjaan
Jenis Jumlah Pengukuran
1 Pekerjaan - Theodolite/Total 1 unit - Stake out
persiapan station. bangunan-
- Target(Prisma) 1 pasang bangunan
- Yalon 2-4 buah sementara :
- Alat komunikasi 2-3 unit kantor, lapangan,
- Meteran baja 5 m 1 buah rumah jaga,
- Meteran baja 50m 1 buah gudang dan lain-
lainnya.
- Waterpass 1 unit - Pemeriksaan
- Bak ukur 2 buah perataan tanah
- ATK 1 set (land leveling)

2 Tapak bangunan - Theodolite/Total 1 unit - Stake out titik-titik


station. utama dan detil
- Waterpass 1 unit dari tapak
- Target(Prisma) 1 pasang bangunan.
- Yalon 2-4 buah
- Bak ukur 2 buah

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 63 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

- Meteran baja 50m 1 buah


- Meteran baja 5 m 1 buah
- Alat komunikasi 2-3 unit
- ATK 1 set

3 Titik referensi - Theodolite/Total 1 unit - Pengecekan


(X,Y,EL) station. /penentuan titik
- Waterpass 1 unit referensi (BM).
- Target(Prisma) 1 pasang - Menentukan
- Yalon 2-4 buah jaringan titik
- Bak ukur 2 buah referensi baru.
- Meteran baja 50m 1 buah
- Meteran baja 5 m 1 buah
- Alat komunikasi 2-3 unit
- ATK 1 set

4 Dan seterusnya

3. Pemeriksaan Hasil Pengukuran Awal Dengan Hasil Evaluasi


Tujuan pemeriksaan hasil pengukuran awal dengan hasil evaluasi adalah untuk
membandingkan hasil pengukuran awal dengan hasil evaluasi sehingga dapat diketahui
dengan segera jika terjadi penyimpangan atau perbedaan dengan demikian dapat
dievaluasi apakah penyimpangan yang terjadi akibat kesalahan alat ukur atau juru ukur
ataupun yang lainnya.

Setelah diketahui kesalahan yang terjadi dan penyebabnya, maka pengukuran ulang dapat
dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dan valid.

4. Pengukuran Arah Horizontal Berdasarkan Data Hasil Evaluasi


Pelaksanaan pengukuran kembali arah horizontal berdasarkan data hasil evaluasi
secara prinsip sama saja, namun yang lebih penting setelah dilakukan pengukuran
ulang ini adalah melakukan pengawasan (monitoring) terhadap kebenaran
penempatan posisi pada pelaksanaan konstruksi sehingga tidak terjadi kesalahan
dan sesuai dengan gambar kerja. Untuk itu tugas dari seorang juru ukur pada
proses konstruksi adalah melakukan pengawasan (monitoring).
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 64 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Selama perjalanan suatu konstruksi tim pengukuran selalu memonitor posisi setiap
detil konstruksi yang dilaksanakan hal ini tentunya untuk menjaga agar konstruksi
yang dilaksanakan tidak melenceng dari desain yang ada. Monitoring posisi
horizontal dilakukan dengan menggunakan peralatan theodolite atau total station.
Selama memonitor, koordinasi terus menerus dilakukan dengan bagian pelaksanaan
konstruksi, sehingga dapat dicegah adanya kesalahan posisi horizontal. Jika
ditemukan adanya kesalahan posisi horizontal, maka Juru ukur bangunan gedung
segera memberitahukan kepada pihak pelaksana untuk segera memperbaikinya
dengan bantuan pengarahan posisi dari Juru ukur bangunan gedung.

Arahan posisi horizontal tersebut diberikan oleh seorang Juru ukur bangunan
gedung dengan mengacu kepada gambar kerja yang berlaku, oleh sebab itu
diharapkan seorang Juru ukur bangunan gedung selalu siap dengan gambar kerja
detil konstruksi yang sedang dilakukan. Kecepatan memonitor posisi oleh seorang
Juru ukur bangunan gedung sangat diperlukan, karena keterlambatan melakukan
pengecekan atau memonitor akan berakibat fatal terhadap pelaksanaan suatu
konstruksi.

Monitoring posisi horisontal perlu dilakukan pada pelaksanaan konstruksi detil-detil


bangunan semisal penentuan posisi tiang pancang pondasi, posisi pilar beton, kolom,
dimensi suatu detil konstruksi, pemasangan begesting dan sebagainya.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 65 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 4.1 Aktivitas monitoring posisi horisontal.

Contoh kejanggalan yang mungkin ditemui pada monitoring posisi horisontal dapat
dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi horisontal

5. Pengukuran Arah Vertikal Berdasarkan Data Hasil Evaluasi

Demikian juga pengukuran ulang arah vertikal berdasarkan data hasil evaluasi
diharapkan mampu memperkecil bahkan menghilangkan kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat penempatanan posisi pekerjaan konstruksi, sehingga langkah
selanjutnya yang lebih penting adalah melakukan pengawasan dan selalu mengecek
kebenaran posisi sesuai data hasil evaluasi.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 66 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan tinggi misalnya, banyak detail-detail


penting yang harus dikontrol ketinggiannya, misalnya : pemasangan balok-balok,
elevasi, kedatarannya lantai , saluran drainase, kemiringan jalan menuju parkir
dan lain-lainnya. Peralatan yang digunakan untuk pengontrolan detail-detail
tersebut adalah waterpass. Sebagai referensi pelaksanaan dipasang beberapa peil-
peil elevasi dengan di-marking di tempat-tempat yang mudah dikenali dan
dijangkau, misalnya dipasang di-bowplank

Untuk monitoring elevasi bagian luar gedung yang tinggi bisa digunakan alat
bantu total station. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian elevasi antara
pelaksanaan dengan gambar kerja, maka Juru ukur akan segera memberikan
arahan perbaikan dengan memberikan peil-peil elevasi yang seharusnya dengan
tanda atau marking pada bowplank terpasang atau bidang yang stabil didekat
detil yang dikonstruksi.
Pada dasarnya pekerjaan monitoring dan arahan vertikal dapat dilakukan
bersamaan sehingga lebih efisien dan mempercepat pel;aksanaan konstruksi
sebagai referensi menggunakan gambar kerja, titik referensi dan marka-marka dari
titik utama dan titik-titik detil. Marka-marka dan titik referensi terdapat di lantai
dasar dan lantai-lantai lebih atas sehingga memudahkan pelaksanaan, arahan dan
monitoring konstruksi.

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 67 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Gambar 4.3 Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi vertikal

Gambar 4.4Pemasangan Bowplank

h1 ~ h4 adalah beda tinggi antara EL bowplank dengan bagian-bagian pondasi yang


dapat diukur dengan meteran, sehingga pekerjaan pelaksanaan, pengecekan,
monitor pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan mudah.

6. Laporan Hasil Pengukuran Stake Out

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 68 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Laporan hasil pengukuran stake out merupakan data yang sangat penting karena
laporan ini merupakan data untuk pekerjaan konstruksi, misalnya: penetapam
luasan proyek, titik pondasi, evelavasi bangunan, dam lain sebagainya. Laporan ini
juga dilengkapi dengan gambar kondisi lokasi proyek yang dilegalisasi oleh manajer
proyek.

Data hasil pengukuran stake out yang harus disiapkan untuk penyusunan laporan
meliputi :

a) Stake out horisontal; dan


b) Stake out vertikal

Stake out horisontal adalah penentuan posisi titik-titik utama dan titik detil
bangunan secara horisontal di lapangan sehingga terlihat rencana tapak bangunan.
Stake out horisontal ini diperlukan untuk pekerjaan seperti penentuan posisi tiang
pancang pondasi, posisi pilar beton, bentuk suatu detil konstruksi, pemasangan
begesting dan sebagainya. Sehingga data utama yang diperlukan adalah :

a) Koordinat titik acuan (x,y)


b) Arah acuan/sudut (d, ).
c) Besar sudut antara sisi arah acuan ke titik detil yang di stake out
().
d) Jarak dari titik acuan ke detil yang akan di stake out (d).
Arah dan jarak dari titik acuan ke detil yang akan di stake out dihitung dari
koordinat titik acuan dan koordinat titik detil yang akan di stake out.

Stake out vertikal adalah penentuan posisi titik utama dan titik-titik detil bangunan
secara vertikal, artinya penentuan titik-titik utama dan titik-titik detil dari lantai
pertama sampai dengan lantai terakhir. Stake out vertikal diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan seperti penentuan : arsitektur, sipil, mekanikal,
elektronik, tata-lingkungan (ASMET) lantai kedua sampai terakhir, kemiringan

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 69 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

urinoir masing-masing lantai, penentuan pipa-pipa saluran air lainnya, kemiringan


turunan atau tanjakan parkir bertingkat, saluran drainase, penentuan tangga dan
sebagainya. Sehingga data yang diperlukan adalah :

a) Elevasi titik acuan.


b) Elevasi titik yang akan di stake out, seperti :
 Elevasi tiang pancang.
 Elevasi pondasi.
 Elevasi lantai.
 Elevasi eternit (plafon).
 Elevasi tembok.
 Elevasi lantai kedua dan berikutnya.
 Elevasi tangga.
 Dan lain-lainnya.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam memeriksa hasil pengukuran stake


out
1. Menyiapkan gambar pelaksanaan untuk acuan evaluasi dipelajari dengan teliti
2. Menyiapkan peralatan pengukuran dan alat bantu yang akan digunakan dengan
lengkap
3. Melakukan pengukuran arah horizontal sesuai data hasil evaluasi dengan teliti
4. Melakukan pengukuran arah vertical sesuai data hasil evaluasi dengan teliti
5. Membandingkan hasil pengukuran awal dan hasil evaluasi
6. Melaporkan pemeriksaan hasil pengukuran stake out ke atasan terkait

C. Sikap Kerja dalam memeriksa hasil pengukuran stake out


1. Cermat
2. Teliti
3. Disiplin
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 70 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

4. Tanggung jawab

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 71 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
-
B. Buku Referensi
1. Judul : Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi
Pengarang : Indra Sinaga
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan,Jakarta
Tahun Terbit 1997
2. Judul : Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan
Pengarang : Dr.Ir.Suyono Sosrodarsono dan Masayoshi Takasaki
Penerbit : PT.Pradnya Paramitha
Tahun Terbit 1997
3. Judul : Pekerjaan Dasar Survei
Pengarang : Triono Budi Astanto
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta
Tahun Terbit 2005
4. Judul : Ilmu Ukur Tanah
Pengarang : Slamet Basuki
Penerbit : Gajah Mada University press, Yogyakarta
Tahun Terbit 2011
5. Judul : Ilmu Ukur Tanah Metode dan Aplikasi
Pengarang : Dwi Hendro Kustarto
Penerbit : Dioma, Malang
Tahun Terbit 2012

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 72 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

C. Referensi lainnya
1. Buku referensi (text book) / buku manual service
2. Lembar kerja
3. Diagram-diagram,gambar
4. Contoh tugas kerja
5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin
No Peralatan Bahan Keterangan
1 Helmt Plastic Mica SNI
2 Rompy Kain Scotlight SNI
3 Sepatu Safety karet SNI
4 Body Harnest Spandset SNI
5 Payung Kain SNI
6 Water Pass - -
7 Theodolit - -
8 Dan lain-lain

B. Daftar Bahan
No Bahan Keterangan
1 Paku -
2 Patok -
3 Cat -
4 Kuas -

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 73 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi

Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran


Halaman 74 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018

Anda mungkin juga menyukai