06.pengukuran Stake Out
06.pengukuran Stake Out
Kategori Konstruksi
BUKU INFORMASI
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4
A. Tujuan Umum ........................................................................................4
B. Tujuan Khusus........................................................................................4
BAB II Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Stake Out.....................................................5
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang
Terkait Dengan Stake Out........................................................................5
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang
Terkait Dengan Stake Out......................................................................10
C. Sikap Kerja dalam Mempelajari Gambar Pelaksanaan Yang Terkait Dengan
Stake Out..............................................................................................10
BAB III Pelaksanaan Pengukuran Stake Out............................................................11
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................11
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................61
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Pengukuran
Stake Out..............................................................................................61
BAB IV Pemeriksaan Hasil Pengukuran Stake Out....................................................62
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memeriksa hasil Pengukuran
Stake Out..............................................................................................62
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Memeriksa hasil Pengukuran
C. Stake Out ……………………….…………………..............................................70
D. Sikap Kerja dalam Memeriksa hasil Pengukuran
Stake Out..........................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………...72
A. Dasar Perundang-undangan .................................................................72
B. Buku Referensi....................................................................................72
C. Referensi Lainnya................................................................................73
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN………………………………….............................73
A. Daftar Peralatan/Mesin........................................................................73
B. Daftar Bahan......................................................................................73
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Melakukan
Pengukuran Stake Out terkait dengan Pekerjaan Juru Ukur
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mempelajari gambar pelaksanaan yang terkait dengan stake out
2. Melaksanakan pengukuran stake out
3. Memeriksa hasil pengukuran stake out
BAB II
GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN STAKE OUT
ukur harus bisa membaca, memahami dan mempelajari secara rinci gambar kerja
tersebut. Langkah-langkah kerja seorang Juru ukur adalah selalu mengacu pada
gambar kerja yang diberikan kepadanya dengan bimbingan atau pengarahan
atasan langsungnya. Atasan langsung disini bisa seorang Chief Juru ukur
bangunan gedung atau seorang Survey Engineer
1. Cermat
2. Teliti
3. Disiplin
4. Tanggung jawab
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN STAKE OUT
Pengukuran stake out untuk penentuan center line merupakan stake out
bersifat garis, baik berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out
bersifat garis lurus dilakukan terhadap center line pada jalan yang lurus. Stake
out dilakukan setiap interval 50 m. untuk stake out yang bersifat lengkung
dilakukan setiap tikungan jalan. Dimana posisi yang akan di stake out antara
lain : PI (point intersection), TC (tangent circle) CT (circle tangent), untuk
tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle), CS (circle
spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral – circle – spiral . jarak
dan koordinat dari titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design drawing).
Pengukuran stake out untuk pembuatan shop drawing dilakukan untuk
pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang bersifat parsial, seperti jembatan dan
bangunan-bangunan pelengkap lainnya. Pengukuran stake out ini berupa titik-
titik yang bertujuan untuk menentukan posisi bangunan tersebut di atas.
Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam
peleksanaan pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang di ukur
adalah daerah yang terkena pembebasan lahan. Pada pengukuran ini
dlakukan pemasangan patok-patok pada batas daerah yang terkena
pembebasan berdasarkan koordinat patok-patok batas yang telah terdapat
dalam peta rencana pembebasan lahan
2. Peralatan Pengukuran
a. Identifikasi peralatan yang akan dipergunakan
Alat ukur yang biasa digunakan untuk pengukuran stake out adalah Theodolite /
Electronic Distance Meansure/Electronic Total Station dan peralatan penunjang
lainnya seperti yang tercantum pada berikut ini :
Menentuka
n jaringan
titik
referensi
baru.
3. Penentuan Titik BM
Dalam melakukan perencanaan pekerjaan sipil seperti : bangunan gedung,
bangunan air, jalan raya, jaringan air minum dan lain-lainnya , tentunya
memerlukan lahan atau area sebagai lokasi meletakan tapak bangunan. Lokasi
tersebut merupakan hamparan tanah kosong atau tanah yang
dikosongkan/dibebaskan untuk meletakkan bangunan yang akan dibuat. Bentuk
topographynya tergantung dari topography daerah sekelilingnya, misalnya daerah
dataran, daerah perbukitan, daerah pantai dan lain sebagainya. Untuk mengetahui
posisi planimetris maupun posisi kontournya diperlukan titik referensi yang ada
disekitarnya. Pada umumnya lokasi-lokasi yang sudah maju lebih mudah untuk
mendapatkan titik referensi atau Bench Mark (BM) ini. Untuk mendapatkan BM
tersebut dapat menghubungi instansi-instansi yang berkompeten mengelola dan
Nilai BM 0 (X, Y, E) bisa ditentukan sendiri , dan untuk keperluan pelaksanaan dari
BM 0 ini disebarkan ke lokasi pekerjaan/proyek
Dalam gambar kerja pada umumnya tercantum titik referensi (BM), BM umumnya
lebih dari satu. Status BM ada dua kemungkinan :
a. BM nasional.
b. BM lokal.
a. BM Nasional.
BM nasional mempunyai jaringan yang luas, disetiap pulau mempunyai jaringan
tersendiri. Apabila BM yang digunakan untuk perencanaan maka pengecekan
dapat dilakukan dengan mengikatkan kepada BM nasional lainnya yang terdekat.
Nilai-nilai BM (X, Y, Z) dapat diminta ke JANTOP TNI AD dengan notasi Titik
Triangulasi (TT) yang mempunyai tiga tingkatan :
Titik Triangulasi Primer (TTP).
b. BM Lokal.
BM lokal adalah BM yang nilianya ditentukan dengan memperhatikan kondisi
setempat . BM lokal tidak ada hubungan dengan BM nasional sehingga tidak bisa
dicek kebenarannya. BM lokal hanya digunakan pada pekerjaan tertentu saja
dimana BM tersebut berada.
Pada pelaksanaan stake out, penentuan dan pengecekan titik referensi (BM) adalah
langkah pertama yang harus dilakukan. Yang dimaksud dengan titik referensi adalah
titik yang digunakan untuk menyimpan koordinat dan elevasi untuk dijadikan acuan.
Titik referensi yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi harus sama dengan
yang terdapat dalam gambar perencanaan, karena jika tidak maka maksud dan arah
dari penentuan detil yang akan di stake out tentu akan melenceng dari yang
semestinya. Dengan kata lain pembuatan gambar perencanaan mengacu pada peta
dasar yang mempunyai sistim koordinat tertentu baik itu koordinat lokal maupun
koordinat nasional. Titik referensi ini sebelum digunakan perlu untuk dilakukan
pengecekan kebenaran nilai koordinat dan elevasinya serta secara bersama-sama
disepakati untuk digunakan.
Posisi titik di lapangan ditentukan dengan posisi horisontal dan vertikal. Posisi
horisontal ditentukan dengan sistim koordinat dan posisi vertikal ditentukan dengan
sisitim ketinggian (elevasi).
= 82,1790 m
= 82,1080 m
= 82,3040 m
= 82,3560 m
Dan seterusnya.
TITIK A
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
TITIK B
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
TITIK C
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
TITIK D
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
TITIK E
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
TITIK F
BACAAN BAK
ELEVASI
TITIK BA BT BB JARAK (m) BEDA TINGGI (m) (m)
Pengukuran stake out adalah pemindahan gambar kerja yang diwakili dari titik-
titik utama dan titik detail ke lapangan. Sebelum pelaksanaan stake out dilakukan
maka perlu diadakan persiapan-persiapan terlebih dahulu seperti :
Pengukuran jaringan titik referensi/titik acuan.
Mempelajari rencana bangunan utama dan bangunan sementara.
Peralatan dan perlengkapannya.
Identifikasi titik-titik utama dan titik detil pada gambar kerja dengan
memberi nama dan nomor secara sistimatis dan mudah dimengerti.
Titik-titik utama dan titik detail dalam gambar kerja masing-masing mempunyai
koordinat dan elevasi yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran stake out.
yaitu :
Ketiga data tersebut dapat diperoleh dari gambar kerja. Pelaksanaan pengukuran
stake out dilaksanakan oleh Juru ukur sejak dari tahap persiapan, pelaksanaan,
pengecekan, monitoring dan mutual check sampai pekerjaan selesai. Secara
umum pada pekerjaan konstruksi sipil pelaksanaan stake out dibagi menjadi dua
jenis pelaksanaan yaitu posisi horisontal dan vertikal
1, 2, 3, 4 : Besar sudut dari sisi acuan AB ke arah titik 1, 2, 3
dan 4 (dihitung).
d1, d2, d3, d4 : Panjang sisi dari titik acuan (A) ke titik 1,2,3 dan 4
(dihitung).
X1, Y1 : Koordinat titik 1 dan seterusnya.
XA, YA : Koordinat titik A
5. Dengan data jarak yang sudah diketahui, cari panjang sisi d secara
elektronik maupun manual menggunakan meteran.
6. Lakukan pematokan pada titik yang sudah terukur besar sudut
jurusan dan jaraknya.
7. Stake out horisontal untuk satu titik detil selesai dilakukan.
8. Untuk titik-titik selanjutnya lakukan kembali langkah (3) sampai
langkah (7) sesuai jumlah titik yang di stake out.
BM1 dan BM2 adalah titik-titik referensi, U1~U4 dan d1~d3 titik-titik
yang akan dipasang di lapangan (stake out).
Data yang diperlukan untuk stake out titik U1 adalah sudut S1 dan
jarak d , titik U2 adalah sudut S2 dan d . dengan data-data
tersebut stake out dilakukan sebagai berikut :
Y (+)
X
(-) (+)
(-)
Perhitungan sudut :
Besarnya sudut S =
Perhitungan jarak.
Perhitungan azimuth () ada 4 (empat kemungkinan, dengan
memperhatikan tanda-tanda (…) dan (…)
Kemungkinan pertama :
=+
=+
Besarnya : 00 < < 1800 : kwadran I
Kemungkinan kedua :
=+
=-
Besarnya : 900 < < 1800 : kwardan II
Kemungkinan ketiga :
=-
=-
Kemungkinan ke empat :
=-
=+
Besarnya : 2700 < < 3600 : kwardan IV
3600/
Perhitungan jarak.
Cara pertama :
Cara kedua :
Cara ketiga :
Stake out vertikal adalah penentuan posisi titik utama dan titik-titik detil
bangunan secara vertikal, artinya penentuan titik-titik utama dan titik-titik detil
dari lantai pertama sampai dengan lantai terakhir untuk bangunan gedung.
Stake out vertikal diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan seperti
penentuan : arsitektur, sipil, mekanikal, elektronik, tata-lingkungan (ASMET)
lantai kedua sampai terakhir, kemiringan urinoir masing-masing lantai,
penentuan pipa-pipa saluran air lainnya, kemiringan turunan atau tanjakan
parkir bertingkat, saluran drainase, penentuan tangga dan sebagainya. Data
yang diperlukan adalah :
Elevasi pondasi.
Elevasi lantai.
Elevasi eternit (plafon).
Elevasi tembok.
Elevasi lantai kedua dan berikutnya.
Elevasi tangga.
Dan lain-lainnya.
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan misalkan elevasi titik referensi adalah
+20,500 dan eievasi rencana detil yang di stake out (B) +21,500 maka selisih
antara B-A adalah 1,000, sehingga bacaan untuk rambu pada B harus
ditepatkan pada 1,000 meter lebih pendek dari pada bacaan rambu pada A
atau bisa dicontohkan misalkan bacaan rambu pada A adalah 1,900 maka
bacaan rambu pada B haruslah ditepatkan pada 1,900 - 1,000 = 0,900.
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk stake out vertikal
berdasarkan gambar 48. di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gambar kerja, tentukan beda tinggi titik acuan ke titik yang
akan di stake out.
2. Pasang dan setting peralatan waterpass di antara titik acuan (A) dimana
elevasinya adalah diumpamakan + 20,500 dengan titik yang akan distake
out titik (B).
3. Bidik bacaan rambu pada titik A misalkan terbaca tepat pada bacaan
1,900.
4. Selanjutnya tempatkan rambu pada titik detil yang akan di stake out
vertikal.
5. Dengan data beda tinggi yang sudah diketahui, geser secara vertikal dan
tegak lurus rambu sehingga bacaan benang tengah waterpass pada
rambu tepat berada pada bacaan 0,900.
b. Melakukan pengukuran stake out dengan teliti sesuai metode yang ditetapkan
Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran stake out harus dilakukan dengan
teliti untuk menghindari kesalahan dilapangan. Ketelitian ini erat hubungannya
dengan metode yang digunakan di lapangan. Seorang juru ukur harus mengerti
b. Macam dan bahan tanda yang ada pada titik titik yang sudah selesai di stake
out
Pemberian tanda dilaksanakan pada titik utama dan titik-titik detail. Titik utama
merupakan titik yang sangat penting untuk meletakkan bangunan pada lokasi
tanah yang dipersiapkan untuk bangunan tersebut. Pada bangunan gedung
biasanya titik utama ini merupakan titik-titik dimana tiang pancang akan
dibuat. Titik detail jumlahnya lebih banyak dibandingkan titik utama . Untuk
maksud pemberian tanda pada titik utama dan titik detail tersebut digunakan
bahan senagai berikut :
Patok kayu, patok beton
Paku dan pita
Cat dan sebagainya
c. Cara pemberian tanda pada titik titik yang sudah selesai di stake out
Langkah pemberian tanda pada titik-titik yang sudah selesai di stake out
Sebagai contoh dalam pelaksanaan pemberian tanda pada titik-titik yang sudah
selesai di stake out pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung.
a. Titik Utama.
Titik utama adalah titik-titik penting yang merupakan tumpuan dari
konstruksi bangunan gedung. Titik-titik utama pada bangunan gedung
merupakan titik-titik lokasi tiang pancang pada bangunan gedung tinggi
yang pada umumnya pada pertemuan-pertemuan/bersilangan tembok-
tembok utama yang diawali dari lantai dasar hingga lantai-lantai
berikutnya.
b. Titik-titik Detil.
Titik-titik detil lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan titik utama.
Titik-titik detil ini pada garis besarnya satu dengan lainnya
terhubungkan/terangkai dengan bagian-bagian utama konstruksi
bangunan misalnya : titik-titik sudut ruangan satu dengan lainnya yang
dibatasi dengan tembok, pertemuan tangga (lift) dengan lantai dari lantai
kesatu dan seterusnya, konstruksi plafon-plafon, konstruksi saluran
Lantai 2
Gambar 3.7
1) Persiapan Pengukuran.
Dari satu benchmark atau dua benchmark di halaman proyek dipilih
sehingga pengukuran bisa langsung.
a. Persiapan Alat.
b. Persiapan Bahan
Pelaksanaan penentuan marka posisi horizontal dan vertikal untuk
tiap lantai di persiapkan dulu rencana pengukuran, membaca dari
lembar peta rencana tapak, lembar gambar struktur lantai gedung
dan lain sebagainya. Selanjutnya menghitung besaran absis dan
ordinat yang akan di setting out ke setiap lantai dari patok proyek di
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 40 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi
Dari lembar kerja di hitung secara grafis kordinat titik. 1.2,3 dan 4,
pada lantai pertama, kemudian titik-titik marka 1, 2, 3 dan 4
diproyeksikan ke lantai 2 ~ 9 sehingga nilai koordinatnya sama
untuk setiap lantai.
Gambar 3.10 Penentuan secara grafis koordinat 1/5, 2/5, 3/5 dan 4/5
Koordinat yang telah di ketahui seperti kordinat titik A, B, D, dan E serta 1/5,
2/5, 3/5, dan 4/5 di susun dalam tabel kemudian di hitung jarak dari titik A
ke B, ke 1/5 dan ke 2/5 serta dari E ke D, ke 3/5 dan ke 4/5, berikut sudut
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 42 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi
A XA YA d AB AB
B XB YB
D XD YD
E XE YE d ED ED
AB dihitung dari
hal yang sama dihitung A 1/5, A 2/5 dan ED, E 3/5 dan E 4/5
masing-masing jarak dan sudut jurusan, kordinat A, B, D dan E hasil
pengukuran poligon yang diikatkan ke titik acuan (BM) jadi kordinat
tersebut sudah definitif.
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 43 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi
S2 = 2/5 - AB S4 = : 4/6 - ED
1 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
2 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
3 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
4 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
5 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
6 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
7 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
8 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
9 X1 Yl X2 Y2 X3 Y3 X4 Y4
Secara praktis besarnya nilai absis dan ordinat titik no. 1 dilantai 1
atau sama dengan absis dan ordinat titik no. 1 di lantai 2 dan
seterusnya sampai dengan lantai 9, demikian juga dititik 2,3 dan 4
mulai lantai I sampai lantai 9. Hal ini bisa terjadi karena posisi marka
horizontal dhentukan dengan cara yang sama (gambar 56) disetiap
lantai gedung serta posisi teropong theodolite tidak bergerak dari
pembacaan lingkaran horizontal yaitu sebesar ∆ 1/1 = ∆ 1/2
sampai sama dengan ∆ 1/9.
Dari lembar kerja yang ada dihitung elevasi setiap lantai. elevasi
dihitung terhadap patok A,B.D dan E, tahap pertama diukur elevasi
lantai 1 untuk tiap sudut lantai atau tepat pada posisi marka
horizontal, karena perbedaan tinggi antara permukaan tanah
dengan lantai 1 tidak begitu besar, misalnya kurang dari 2,0 m
marka dapat diukur dengan pengukurn sifat datar automatic level,
gambar 57 memperlihatkan pengukuran sifat datar dari patok A ke
titik 1/1 1/2 1/3 1/4 serta berakhir dipatok D sebagai kontrol
pengukuran sipat datar dilantai 1
JA ½ JE
3/2
A E
belakang muka
A HA
½ H1
4/5 H4
b2 MD 4/5-D h4/5 D
D HI)
titik-titik lainnya pada lantai 1 seperti titik 2/1 dan 3/1 diukur juga
dengan cara sifat datar. Penentuan posisi marka vertikal pada
lantai-lantai berikutnya ditentukan dengan cara pengukuran
tachimetry, data yang sudah tersedia ialah jarak datar dari titik-titik
pada setiap lantai ke titik A dan E, sebenarnya pada penentuan
posisi marka horizontal dengan mencatat data seperti tinggi alat
theodolite terhadap titik A, kemudian tinggi alat target sudut atau
reflektor terhadap lantai maka elevasi setiap lantai dapat dihitung.
JA JE
½ 3/2
A E
Tl/2 = JA ½ tan 1
TA = tinggi alat
TR = bacaan rambu
T = tinggi lantai
• Elevasi titik 1/1, 2/1, 3/1 dan 4/1 diukur dengan pengukuran
sifat datar
NO 1 2 3 4
• Pemasangan ducting.
• Penyemprot air pemadam kebakaran.
• Alarm tanda bahaya kebakaran.
• Sistem penyejuk udara.
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 50 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi
1. Titik perpotongan.
2. Sudut perpotongan.
Sudut perpotongan (I) adalah sudut kemiringan (deflection
angle) di PI. Besarnya bisa dihitung dari sudut-sudut stasiun
traverse pendahuluan atau diukur di lapangan.
3. Jari-jari.
Jari-jari (R) adalah radius lingkaran yang busurnya
membentuk kurva tersebut.
4. Titik kelengkungan.
Tilik kelengkungan (PC, point of curvature) adalah titik tempat
kurva lingkaran berawal. Garis singgung belakang adalah garis
singgung kurva di titik ini.
5. Titik singgung.
Titik singgung (PT, point of tangency) adalah akhir dan kurva.
Garis singgung muka adalah garis singgung kurva di titik ini.
6. Panjang kurva.
Panjang kurva (L) adalah panjang dari PC sampai PT diukur
sepanjang kurva.
7. Jarak singgung.
Jarak singgung (T, tangent distance) adalah jarak sepanjang
garis singgung dari PI ke PC atau PT. Kedua jarak ini sama
pada kurva sederhana.
8. Sudut pusat.
Sudut pusat (∆) adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah
jari-jari yang ditarik dari pusat lingkaran (O) kc PC atau PT.
Besar sudut pusat sama dengan scidtit perpotongan (∆ = I).
13. Tali busur. Untuk kurva dengan jari-jari yang panjang, tidak
praktis untuk memasang patok-patok kurva tersebut dengan
menentukan lokasi pusat lingkarannya lalu memutar busurnya
dengan sebuah pita ukur. Tata letak semacam itu dibuat
dengan mematok ujung-ujung dari serangkaian tali busur,
lihat Gambar 60 Karena ujung-ujung tali busur terletak pada
keliling kurva, busur tadi lalu ditentukan di lapangan . Panjang
tali busur akan bervariasi menurut derajat kurvanya. Untuk
mengurangi perbedaan antara jarak busur dan jarak tali
busur, umumnya digunakan panjang tali busur berikul ini :
(12-3)
(12-4)
(12-5)
(12-6)
(12-7)
(12-8)
(12-9)
(12-10)
Sudut kemiringan,
(12-11a)
(12-11b)
D = derajat kurva
(12-11c)
R = jari-jari
(12-11d)
a = panjang busur, ft
R = jari-jari
(12-13)
(a)
(b)
1. Cermat
2. Teliti
3. Disiplin
4. Tanggung jawab
BAB IV
PEMERIKSAAN HASIL PENGUKURAN STAKE OUT
Judul Modul Melakukan Melaksanakan pekerjaan pengecoran
Halaman 61 dari 74
beton
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Kategori Konstruksi
Ketidak samaan bentuk asli dengan bentuk yang disesuaikan dengan hasil
pengukuran ( jika memang terjadi kesalahan pengukuran sebelumnya)
Tidak dapat dilaksanakannya pekerjaan konstruksi lanjutan
Perubahan biaya ( tambah atau kurang )
Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka sebelum terjadi kesalahan yang lebih
besar, sebaiknya pada saat melaksanakan pengukuran dan diketahui terjadi
penyimpangan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan untuk diselesaikan
bersama-sama
Untuk peralatan pengukuran dan alat bantu pengukuran telah dibahas pada bab
sebelumnya, sehingga untuk melaksanakan pengukuran seorang juru ukur tinggal
mempersiapkan peralatan ukur dan alat bantunya disesuaikan dengan pekerjaan
yang akan diaksanakan.
Berdasarkan hasil evaluasi atau mempelajari gambar kerja, seorang Juru ukur
bangunan gedung bisa menentukan jenis peralatan ukur yang akan dipergunakan.
Peralatan yang diperlukan dikoordinasikan dengan bagian perlengkapan untuk
disiapkan. Penentuan jenis peralatan sesuai dengan penggunaannya seperti
meteran untuk mengukur jarak, theodolite atau total station untuk mengukur sudut,
waterpass untuk mengukur beda tinggi dan lain-lainnya. Disamping peralatan ukur
disiapkan/ditentukan juga perlengkapannya. Dibawah ini adalah contoh peralatan
yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran stake out.
4 Dan seterusnya
Setelah diketahui kesalahan yang terjadi dan penyebabnya, maka pengukuran ulang dapat
dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dan valid.
Selama perjalanan suatu konstruksi tim pengukuran selalu memonitor posisi setiap
detil konstruksi yang dilaksanakan hal ini tentunya untuk menjaga agar konstruksi
yang dilaksanakan tidak melenceng dari desain yang ada. Monitoring posisi
horizontal dilakukan dengan menggunakan peralatan theodolite atau total station.
Selama memonitor, koordinasi terus menerus dilakukan dengan bagian pelaksanaan
konstruksi, sehingga dapat dicegah adanya kesalahan posisi horizontal. Jika
ditemukan adanya kesalahan posisi horizontal, maka Juru ukur bangunan gedung
segera memberitahukan kepada pihak pelaksana untuk segera memperbaikinya
dengan bantuan pengarahan posisi dari Juru ukur bangunan gedung.
Arahan posisi horizontal tersebut diberikan oleh seorang Juru ukur bangunan
gedung dengan mengacu kepada gambar kerja yang berlaku, oleh sebab itu
diharapkan seorang Juru ukur bangunan gedung selalu siap dengan gambar kerja
detil konstruksi yang sedang dilakukan. Kecepatan memonitor posisi oleh seorang
Juru ukur bangunan gedung sangat diperlukan, karena keterlambatan melakukan
pengecekan atau memonitor akan berakibat fatal terhadap pelaksanaan suatu
konstruksi.
Contoh kejanggalan yang mungkin ditemui pada monitoring posisi horisontal dapat
dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi horisontal
Demikian juga pengukuran ulang arah vertikal berdasarkan data hasil evaluasi
diharapkan mampu memperkecil bahkan menghilangkan kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat penempatanan posisi pekerjaan konstruksi, sehingga langkah
selanjutnya yang lebih penting adalah melakukan pengawasan dan selalu mengecek
kebenaran posisi sesuai data hasil evaluasi.
Untuk monitoring elevasi bagian luar gedung yang tinggi bisa digunakan alat
bantu total station. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian elevasi antara
pelaksanaan dengan gambar kerja, maka Juru ukur akan segera memberikan
arahan perbaikan dengan memberikan peil-peil elevasi yang seharusnya dengan
tanda atau marking pada bowplank terpasang atau bidang yang stabil didekat
detil yang dikonstruksi.
Pada dasarnya pekerjaan monitoring dan arahan vertikal dapat dilakukan
bersamaan sehingga lebih efisien dan mempercepat pel;aksanaan konstruksi
sebagai referensi menggunakan gambar kerja, titik referensi dan marka-marka dari
titik utama dan titik-titik detil. Marka-marka dan titik referensi terdapat di lantai
dasar dan lantai-lantai lebih atas sehingga memudahkan pelaksanaan, arahan dan
monitoring konstruksi.
Gambar 4.3 Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi vertikal
Laporan hasil pengukuran stake out merupakan data yang sangat penting karena
laporan ini merupakan data untuk pekerjaan konstruksi, misalnya: penetapam
luasan proyek, titik pondasi, evelavasi bangunan, dam lain sebagainya. Laporan ini
juga dilengkapi dengan gambar kondisi lokasi proyek yang dilegalisasi oleh manajer
proyek.
Data hasil pengukuran stake out yang harus disiapkan untuk penyusunan laporan
meliputi :
Stake out horisontal adalah penentuan posisi titik-titik utama dan titik detil
bangunan secara horisontal di lapangan sehingga terlihat rencana tapak bangunan.
Stake out horisontal ini diperlukan untuk pekerjaan seperti penentuan posisi tiang
pancang pondasi, posisi pilar beton, bentuk suatu detil konstruksi, pemasangan
begesting dan sebagainya. Sehingga data utama yang diperlukan adalah :
Stake out vertikal adalah penentuan posisi titik utama dan titik-titik detil bangunan
secara vertikal, artinya penentuan titik-titik utama dan titik-titik detil dari lantai
pertama sampai dengan lantai terakhir. Stake out vertikal diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan seperti penentuan : arsitektur, sipil, mekanikal,
elektronik, tata-lingkungan (ASMET) lantai kedua sampai terakhir, kemiringan
4. Tanggung jawab
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
-
B. Buku Referensi
1. Judul : Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi
Pengarang : Indra Sinaga
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan,Jakarta
Tahun Terbit 1997
2. Judul : Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan
Pengarang : Dr.Ir.Suyono Sosrodarsono dan Masayoshi Takasaki
Penerbit : PT.Pradnya Paramitha
Tahun Terbit 1997
3. Judul : Pekerjaan Dasar Survei
Pengarang : Triono Budi Astanto
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta
Tahun Terbit 2005
4. Judul : Ilmu Ukur Tanah
Pengarang : Slamet Basuki
Penerbit : Gajah Mada University press, Yogyakarta
Tahun Terbit 2011
5. Judul : Ilmu Ukur Tanah Metode dan Aplikasi
Pengarang : Dwi Hendro Kustarto
Penerbit : Dioma, Malang
Tahun Terbit 2012
C. Referensi lainnya
1. Buku referensi (text book) / buku manual service
2. Lembar kerja
3. Diagram-diagram,gambar
4. Contoh tugas kerja
5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain
A. Daftar Peralatan/Mesin
No Peralatan Bahan Keterangan
1 Helmt Plastic Mica SNI
2 Rompy Kain Scotlight SNI
3 Sepatu Safety karet SNI
4 Body Harnest Spandset SNI
5 Payung Kain SNI
6 Water Pass - -
7 Theodolit - -
8 Dan lain-lain
B. Daftar Bahan
No Bahan Keterangan
1 Paku -
2 Patok -
3 Cat -
4 Kuas -