PEMBUATAN ROTI
BUKU INFORMASI
C.100000.030.02
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
A. Tujuan Umum.......................................................................................................................5
B. Tujuan Khusus......................................................................................................................5
BAB II MENGANALISA BAHAYA POTENSIAL...............................................................................7
A. Pengetahuan yang Diperlukan Dalam Menganalisa bahaya potensial.........................7
1. Bahaya potensial secara spesifik sesuai standar, regulasi dan permintaan
pelanggan........................................................................................................................7
2. Penyebab terjadinya bahaya potensial.......................................................................8
3. Tingkat keakutan/keseriusan setiap bahaya potensial.............................................9
4. Tingkat risiko setiap bahaya potensial......................................................................10
5. 10
5. Tingkat signifikansi setiap bahaya potensial............................................................12
6. Tindakan pencegahan/pengendalian bahaya..........................................................13
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menganalisa bahaya potensial.......................13
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menganalisa bahaya potensial..........................13
BAB III MENETAPKAN CCP..........................................................................................................14
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menetapkan CCP................................................14
1. Menetapkan CCP dengan diagram pohon keputusan sesuai standar dilakukan
pada setiap tahap produksi........................................................................................14
2. Membuat penandaan CCP pada diagram alir proses produksi..............................20
B. Keterampilan yang diperlukan dalam menetapkan CCP..............................................20
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam menetapkan CCP..................................................20
BAB IV MENETAPKAN BATAS KRITIS........................................................................................21
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Menetapkan batas kritis..................................21
1. Batas kritis pengendalian bahaya setiap CCP..........................................................21
2. Parameter batas kritis yang dapat dimonitor pada saat proses produksi oleh
operator.........................................................................................................................21
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menetapkan batas kritis..................................22
C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Menetapkan batas kritis......................................22
BAB V MENETAPKAN PROSEDUR MONITORING......................................................................23
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Menetapkan prosedur......................................23
1. Parameter monitoring batas kritis.............................................................................23
Judul Modul : Mendesain dan Mendokumentasikan 7 Prinsip HACCP Halaman: 2 dari 48
Buku Informasi : Versi 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Golongan Pokok Industri Makanan Bidang Keamanan Pangan C.100000.030.02
D. Referensi Lainnya...............................................................................................................43
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan.............................................................................................44
A. Daftar Peralatan.................................................................................................................44
B. Daftar Bahan.......................................................................................................................44
DAFTAR PENYUSUN MODUL.......................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Mendesain dan
Mendokumentasikan 7 Prinsip Hazar Analysis Critical Control Point (HACCP).
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Mendesain dan
Mendokumentasikan 7 Prinsip Hazar Analysis Critical Control Point (HACCP) guna
memfasilitasi peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Menganalisa bahaya potensial yang meliputi Menidentifikasi bahaya potensial secara
spesifik sesuai standar, regulasi dan permintaan pelanggan, Mengidentifikasi
penyebab terjadinya bahaya potensial, Mengidentifikasi tingkat
keakutan/keseriusan setiap bahaya potensial, Mengidentifikasi tingkat resiko
setiap bahaya potensial, Mengidentifikasi tingkat signifikansi setiap bahaya
potensial dan Mengidentifikasi tindakan pencegahan/pengendalian bahaya.
2. Menetapkan CCP yang meliputi Menetapkan CCP dengan diagram pohon
keputusan sesuai standar dilakukan pada setiap tahap produksi, dan Membuat
penandaan CCP pada diagram alir proses produksi.
3. Menetapkan batas kritis yang meliputi Mengidentifikasi batas kritis pengendalian
bahaya setiap CCP, dan Mengidentifikasi parameter batas kritis yang dapat
dimonitor pada saat proses produksi oleh operator.
4. Menetapkan prosedur yang meliputi Mengidentifikasi parameter monitoring batas
kritis, Mengidentifikasi lokasi batas kritis, Mengidentifikasi metode melakukan
monitorirg, Mengidentifikasi frekuensi monitoring batas kritis dan Mengidentifikasi
personel yang melakukan monitoring.
5. Menetapkan rencana tindakan koreksi yang meliputi Mengidentifikasi rencana
tindakan koreksi bila batas kritis terlampaui, Mengidentifikasi prosedur penanganan
produk yan tidak sesuai, dan Mengidentifikasi penanggung jawab pelaksanaan
tindakan koreksi.
Judul Modul : Mendesain dan Mendokumentasikan 7 Prinsip HACCP Halaman: 5 dari 48
Buku Informasi : Versi 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Golongan Pokok Industri Makanan Bidang Keamanan Pangan C.100000.030.02
BAB II
MENGANALISA BAHAYA POTENSIAL
Jenis
Contoh
Bahaya
Biologi Sel Vegetatif : Salmonella sp, Escherichia coli
Kapang : Aspergillus, Penicillium, Fusarium
Virus : Hepatitis A
Parasit : Cryptosporodium sp
Spora bakteri : Clostridium botulinum, Bacillus cereus
Kimia Toksin mikroba, bahan tambahan yang tidak diizinkan,
residu pestisida, logam berat, bahan allergen
Fisik Pecahan kaca, potongan kaleng, ranting kayu, batu
atau kerikil, rambut, kuku, perhiasan
Kelompok
Karakteristik Bahaya
Bahaya
Bahaya A Produk-produk pangan yang tidak steril dan dibuat
untuk konsumsi kelompok beresiko (lansia, bayi,
immunocompromised)
Bahaya B Produk mengandung ingridient sensitif terhadap bahaya
biologi, kimia atau fisik
Bahaya C Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali yang
secara efektif membunuh mikroba berbahaya atau
menghilangkan bahaya kimia atau fisik
Bahaya D Produk mungkin mengalami rekontaminasi setelah
pengolahan sebelum pengemasan
Bahaya E Ada potensi terjadinya kesalahan penanganan selama
distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk
berbahaya
Bahaya F Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan atau
di tangan kosumen atau tidak ada pemanasan akhir atau
tahap pemusnahan mikroba setelah pengemasan sebelum
memasuki pabrik (untuk bahan baku) atau tidak ada cara
apapun bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing),
virus, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam
bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada
manusia. Beberapa bakteri patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun),
sehingga jika toksin tersebut terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan
intoksikasi. Intoksikasi adalah kondisi dimana toksin sudah terbentuk di dalam
b. Bahaya kimia.
Bahaya kimia pada umunya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang dapat
menimbulkan terjadinya intoksikasi. Bahan kimia penyebab keracunan
diantaranya logam berat (timbal/Pb dan raksa/Hg). Cemaran-cemaran
tersebut berasal dari cemaran industri, residu pestisida, hormon, dan
antibiotika. Terbentuknya toksin akibat pertumbuhan dan perkembangan
jamur atau kapang penghasil toksin juga termasuk dalam bahaya kimia.
Beberapa jamur atau kapang penghasil toksin (mikotoksin) adalah Aspergillus
sp., Penicllium sp., dan Fusarium sp., yang dapat menghasilkan aflatoksin,
patulin, okratoksin, dan zearalenon.
c. Bahaya fisik
Bahaya fisik terdiri potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku yang
kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah
aus, atau juga dari para pekerja pengolah makanan. Meskipun bahaya fisik
tidak selalu menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan,
tetapi bahaya ini dapat sebagai pembawa atau carier bakteri-bakteri patogen
dan tentunya dapat mengganggu nilai estetika makanan yang akan
dikonsumsi.
Istilah resiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal ini adalah sebagai
peluang kemungkinan suatu bahaya akan terjadi. Menurut MD, 1996, dalam
sistem keamanan pangan biasa ditetapkan berdasarkan kategori resiko, yang
secara sederhana dibagi dalam kelompok resiko tinggi, resiko sedang atau resiko
rendah. Pengkategorian ini kemudian dengan kombinasi dengan tingkat
keakutan dapat menjadi dasar menentukan signifikansi dari bahaya. Secara
sederhana tingkat resiko dapat dikategorikan seperti pada tabel 3.
Pengkategorian ini berdasarkan pertimbangan:
a. Apakah produk pangan mungkin mengandung dan atau mendukung
pertumbuhan patogen potensial ?,
b. Apakah produk akan mengalami proses pemanasan tambahan ?,
c. Apakah kondisi penyimpanan yang akan datang akan memberi peluang
untuk pertumbuhan patogen atau kontaminasi lebih lanjut ?,
d. Apakah populasi yang mengkonsumsi makanan khususnya kelompok yang
peka?
Karakteristik Kategori
Jenis Bahaya
Bahaya Resiko
0 0 Tidak mengandung bahaya A sampai F
(+) I Mengandung satu bahaya B sampai F
(++) II Mengandung dua bahaya B sampai F
(+ + +) III Mengandung tiga bahaya B sampai F
(+ + + +) IV Mengandung empat bahaya B sampai
F
(+ + + + +) V Mengandung lima bahaya B sampai F
A+ (kategori Kategori resiko paling tinggi (semua
khusus) produk yang mempunyai bahaya A)
VI
dengan atau
tanpa bahaya B-F
Tingkat Keparahan
(Severity)
L M H
PeluangTerjadi L LL ML HL
H LH MH* HH*
BAB III
MENETAPKAN CCP
Setelah diketahui adanya titik bahaya dalam alur proses, selanjutnya dilakukan
penentuan titik kendali kritis (TKK). Pada tahap ini, semua tahapan proses
diidentifikasi sehingga dapat ditentukan pada tahapan proses mana bahaya yang
ada akan dihilangkan atau dikurangi. Untuk mengendalikan bahaya yang sama
mungkin terdapat lebih dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan.
Penentuan TTK selalu dilakukan pada setiap proses, mulai dari awal proses
hingga di konsumsi. Pada setiap tahap tersebut, ditentukan bahaya biologis,
kimia, maupun fisik.
Formulir berisi informasi ini akan berfungsi sebagai dokumen acuan dimana
seluruh bahan baku dan tahapan proses dengan potensi bahaya yang
teridentifikasi dicatat dan didokumentasikan. Pekerja pabrik dan pengawas akan
dapat mengacu pada formulir ini ketika mengevaluasi mengapa proses-proses
tertentu tidak dimasukkan sebagai CCP. Pengendalian bahaya dilakukan untuk
mencegah terjadinya bahaya atau menguranginya sampai batas aman. Sebagai
contoh, pemasakan daging burger pada suhu 70 0C selama dua menit untuk
membunuh E. coli dan patogen lain sebanding dengan suhu 75 0C dalam waktu
sekejap.
yang tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis dapat berupa
bahan mentah/baku, lokasi, tahap pengolahan, praktek atau prosedur kerja,
namun harus spesifik, misalnya:
a. Tidak adanya pencemar tertentu dalam bahan mentah/ baku.
b. Standar higienis dalam ruangan pemasakan /dapur
c. Pemisahan fasilitas yang digunakan untuk produk mentah dan yang untuk
produk jadi/masak.
Jika keberadaan bahaya telah teridentifikasi pada suatu tahap dan diperlukan
pengendalian untuk mengatasi bahaya hingga ke tingkat aman. Apabila tidak ada
tindakan pengendalian pada tahap tersebut, atau langkah lainnya, maka produk
atau proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap sebelum
atau sesudahnya dengan memasukkan suatu tindakan pengendalian.
Upaya pengendalian harus dijelaskan dalam formulir “Potensi Bahaya yang Tidak
Dikendalikan oleh Operator”. Pertanyaan Q2 : Apakah tahap ini terutama
Tidak
Ya Tidak CCP
BAB IV
MENETAPKAN BATAS KRITIS
Batas kritis dan kriteria untuk keamanan pangan dapat ditetapkan oleh tim
HACCP menggunakan informasi dari sumber seperti:
a. standar peraturan dan pedoman,
b. survei penelitian yang dipublikasikan,
c. hasil percobaan (misalnya percobaan in-house, studi laboratorium kontrak),
dan
d. tenaga ahli (misalnya pihak berwenang dalam proses thermal, konsultan, ahli
gizi, ahli mikrobiologi, produsen peralatan, sanitarian, akademisi).
2. Parameter batas kritis yang dapat dimonitor pada saat proses produksi
oleh operator
Contoh parameter yang dapat menjadi batas kritis
Batas kritis harus berdasar ilmiah, untuk setiap CCP harus ada setidaknya satu
kriteria fisik atau kriteria kimia untuk keamanan pangan yang harus dipenuhi.
Batas kritis dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti:
a. Suhu
b. pH
c. Titratable acidity
d. Kelembaban
e. Tingkat Kadar Air
f. Waktu
g. Aktifitas Air (aW)
h. Konsentrasi garam
i. Dimensi fisik
j. Berat
k. Viskositas
l. Penggunaan chlorine
m. Konsentrasi bahan pengawet
n. Informasi Sensorik seperti aroma dan visual
Dalam rangka untuk membantu keefektifan batas kritis pada CCP, parameter
ini harus:
a. Di tempat dan dapat dioperasionalkan
b. Terukur dan/ atau dapat diobservasi
BAB V
MENETAPKAN PROSEDUR MONITORING
Pertanyaan apa harus dijawab apa yang dimonitor, yaitu berdasarkan batas kritis
yang ditetapkan seperti suhu, waktu, ukuran dan sebagainya. Pertanyaan
mengapa dijawab dengan alasan bahwa tidak dimonitor apabila melampau batas
kritis akan menyebabkan tidak terkendalinya bahaya tertentu dan memungkinkan
menyebabkan tidak amannya produk. Pertanyaan dimana seharusnya dijawab
pada titik mana atau pada lokasi mana monitoring harus dilakukan. Pertanyaan
bagaimana menanyakan metode monitoring, apakah secara sensori, kimia, atau
pengukuran tertentu. Berikutnya adalah pertanyaan kapan dilakukan monitoring,
idealnya minimal dimana terjadi interupsi dalam aliran produksi, atau lot, atau
data lain yang menetapkan periode suatu monitoring. Terakhir adalah pertanyaan
siapa yang melakukan monitoring, idealnya adalah personil yang mempunyai
akses yang sangat mudah pada CCP, mempunyai keterampilan dan pengetahuan
akan CCP dan cara monitoring, sangat terlatih dan berpengalaman
Siapapun yang akan diberi tanggung jawab dalam melakukan pemantauan CCP
harus memenuhi keriteria sebagai berikut:
a. Telah dilatih dalam hal teknik melakukan pemantauan
b. Memehami sepenuhnya pentingnya pemantaauan
c. Siap melakukan pemantauan
d. Melaporkan kegiatan pemanatauan secara akurat
e. Segera melaporkan apabila ada penyimpangan terhadap batas kritis sehingga
dapat segera dilakukan tindakan koreksi
Semua hasil kegiatan pemanatauan yang dilakukan harus dicatat dengan baik
untuk segera dilaporkan guna memastikan hasilnya atau melakukan tindakan
koreksi bila diperlukan. Setiap catatan atau laporan yang dibuat harus
ditandatangani oleh petugas yang diberi tanggungjawab.
BAB VI
MENETAPKAN RENCANA TINDAKAN KOREKSI
Sebagai contoh adalah klorinasi air pendingin dan pasteurisasi susu. Pada titik
pengendalian kritis (CCP) dimana tingkat khlorin air pendingin sangat kritis, maka
bila konsentrasi klorin kurang dari 1 ppm harus segera disesuaikan dengan cepat,
jika tidak mengandung klorin, maka hasil olahan harus diperiksa lebih lanjut. Pada
proses pasteurisasi suhu yang turun sampai di bawah 71,5 o C harus dilakukan
pasteurisasi kembali. Secara umum, data tentang pemantauan harus diperiksa
secara sistematis untuk menentukan titik dimana pengendalian harus ditingkatkan
atau apakah modifikasi lain diperlukan. Dalam hal ini, sistem dapat beradaptasi
terhadap perubahan kondisi dengan cara penyesuaian yang berkesinambungan
Ketentuan Codex :
Tindakan koreksi yang spesifik harus ditetapkan untuk setiap CCP dalam sistem
HACCP untuk digunakan jika terjadi penyimpangan terhadap CCP tersebut.
Tindakan tersebut harus menjamin bahwa CCP telah berada dalam keadaan
terkontrol. Tindakan yang diambil harus juga menyangkut penanganan yang
sesuai untuk produk yang terpengaruh atau terkena penyimpangan terhadap
Tindakan pencegahan yang diambil pada saat batas kritis dilampaui harus
didokumentasikan dalam Tabel Audit HACCP. Tujuan tindakan pencegahan
adalah untuk mengidentifikasi dan menemukan akar penyebab masalah.
Contoh-contoh tindakan pencegahan antara lain :
BAB VII
MENETAPKAN PROSEDUR VERIFIKASI
Kegiatan Verifikasi
Kegiatan verifikasi mencakup berbagai kegiatan evaluasi terhadap
rancangan dan penerapan HACCP, yaitu:
a. Penetapan jadwal verifikasi yang tepat
b. Pemeriksaan kembali (review) rancangan HACCP
c. Pemeriksaan atau penyesuaian dengan kondisi sebenarnya (pabrik)
terhadap catatan CCP
d. Pemeriksaan penyimpangan terhadap CCP dan prosedur koreksi/perbaikan
yang harus dilakukan
e. Pengamatan (inspeksi visual) selama produksi untuk mengendalikan CCP
f. Pengambilan contoh dan analisis secara random pada tahap-tahap
yang dianggap kritis
g. Catatan tertulis mengenai:
1) kesesuaian dengan rancangan HACCP
2) penyimpangan terhadap rancangan dan tindakan koreksi
yang dilakukan
h. Validasi rancangan HACCP, termasuk pemeriksaan kembali diagram alir
dan
CCP
i. Pemeriksaan kembali modifikasi rancangan HACCP
b. Verifikasi eksternal
Validasi dari rencana HACCP sebaiknya dilaksanakan oleh tim atau pihak
ketiga yang relevan. Validasi ini dapat menambah kredibilitas dan menjamin
kembali efektivitas dari rencana HACCP. Rencana HACCP siap untuk
diimplementasikan jika sudah divalidasi : semua bahaya telah
diidentifikasi, tindakan pencegahan untuk tiap bahaya telah diidentifikasi,
critical limit cukup menjamin keamanan produk dan prosedur pemantauan
mencukupi untuk memperoleh informasi yang diperlukan
Tim validasi berisi anggota tim HACCP, namun tetap harus berisikan personel
independen yang tidak terlibat langsung dalam penyusunan rencana HACCP.
Selain ketentuan pemisahan personal verifikasi dari personal validasi, dalam
proses audit intenal tidak diperkenalkan seorang auditor yang berasal dari
suatu departemen mengaudit departemen kerjanya sendiri.
Tim verifikasi internal perusahaan tidak harus memperoleh pelatihan
kompetensi untuk status auditor eksternal, tetapi cukup dengan suatu
program pengenalan suatu profesi verifikasi yang digelutinya. Verfikasi
internal masih diangggap kurang memadai apa bila tidak dilakukan oleh
personel dengan kualifikasi yang sesuai.
Hasil analisis dan kegiatan yang dihasilkan harus direkam dan harus
relevan dengan yang dilaporkan kepada manajemen puncak sebagai
masukan tinjauan. Hasil analisis dan kegiatan juga harus digunakan
sebagai masukan untuk pemutakhiran sistem manajemen keamanan
pangan.
BAB VIII
MENGEMBANGKAN DOKUMENTASI DAN MEMELIHARA REKAMAN
b. Pengendalian dokumen
Dokumen yang disyaratkan oleh sistem manajemen keamanan pangan harus
dikendalikan. Rekaman adalah jenis dokumen khusus, dan harus
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan yaitu Rekaman
harus ditetapkan dan dipelihara untuk menyediakan bukti kesesuaian
terhadap persyaratan dan bukti operasi sistem manajemen keamanan
pangan yang efektif. Rekaman harus dapat dibaca dan mudah dikenali serta
mudah diperoleh. Suatu prosedur yang terdokumentasi harus ditetapkan
untuk menentukan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan, proteksi, kemudahan diperoleh, masa simpan, dan
pemusnahan rekaman.
c. Pengendalian rekaman
Rekaman harus ditetapkan dan dipelihara untuk menyediakan bukti
kesesuaian terhadap persyaratan dan bukti operasi sistem manajemen
keamanan pangan yang efektif. Rekaman harus dapat dibaca dan mudah
dikenali serta mudah diperoleh. Suatu prosedur yang terdokumentasi harus
ditetapkan untuk menentukan pengendalian yang diperlukan untuk
identifikasi, penyimpanan, proteksi, kemudahan diperoleh, masa simpan,
dan pemusnahan rekaman
Ketentuan CODEX :
Pembuatan pencatatan yang efisien dan akurat sangat penting dalam
aplikasi sistem HACCP. Prosedur-prosedur HACCP harus didokumentasikan.
Dokumentasi dan cacatan harus cukup melingkupi sifat dan ukuran operasi di
lapangan.
Contoh-contoh dokumen :
a. Dokumen analisa bahaya
b. Dokumen penentuan CCP
c. Penentuan batas kritis
Contoh-contoh catatan :
a. Aktivitas monitoring CCP
b. Deviasi dan tindakan koreksi yang dilakukan
c. Modifikasi sistem HACCP
Pencatatan yang akurat terhadap apa yang terjadi merupakan bagian yang
sangat esensial untuk program HACCP yang sukses. Catatan harus meliputi
semua area yang sangat kritis bagi keamanan produk, dan harus dibuat
pada saat monitoring dilakukan.
h. Tempat untuk inisial dan data untuk orang yang mereview catatan
Catatan harus disimpan ditempat yang aman dan terlindung. Kemudahan
ases terhadap catatan memungkinkan internal dan eksternal verifikasi
dapat lebih mudah dan memudahkan para personel untuk dapat
memecahkan masalah dan melihat kecenderungan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Badan Standarisasi Nasional,1998. SNI 01-4852-1998, Sistem Pengendalian
Bahaya dan. Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya
2. Badan Standarisasi Nasional,2009. SNI ISO 22000:2009, Sistem Manajemen
Keamanan pangan – Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan
B. Buku Referensi
ii. -. (2000). Pedoman Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan Konsepsi HACCP. Penerapan pada Industri Hasil
Perikanan (Modul II). Jakarta: Diektorat Usaha dan Pengolahan
Hasil. Dirkektorat Jenderal Perikanan.
D. Referensi Lainnya
1. Lesmana, F. (2006, - -). PANDUAN PENYUSUNANRENCANA HACCP (HAZARD
ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) BAGI INDUSTRI PANGAN . Dipetik
Desember 25, 2017, dari academia.edu: https://www.academia.edu
A. Daftar Peralatan
B. Daftar Bahan
No
Nama Bahan Keterangan
.
1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas HVS A4
3. Spidol whiteboard
4. Kertas chart (flip chart)
5. Tinta printer
6. ATK peserta