Anda di halaman 1dari 3

F.6.

Upaya Pengobatan Dasar


( Topik :DM )
Kamis, 14 oktober 2021

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. DM tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent
Diabetes Mellitus merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh terjadinya
resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel β pancreas.
Penderita DM tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin akan tetapi, insulin yang
dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja sebagaimana mestinya di dalam tubuh
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh. DM tipe 2 umumnya
diderita pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Diabetes mellitus
tipe 2 dikarakteristikkan oleh adanya hiperglikemia, resistensi insulin, dan adanya
pelepasan glukosa ke hati yang berlebihan.
DMT2 menjadi masalah kesehatan dunia karena prevalensi dan insiden penyakit ini
terus meningkat, baik di negara industri maupun negara berkembang, termasuk juga
Indonesia. DMT2 merupakan suatu epidemi yang berkembang, mengakibatkan
penderitaan individu dan kerugian ekonomi yang luar biasa.
Meningkatnya prevalensi DMT2 di beberapa negara berkembang harus diantisipasi
oleh pembuat kebijaksanaan dalam upaya menentukan rencana jangka panjang
kebijakan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini sangat diperlukan tindakan preventif
dan promotif yang dapat membantu masyarakat dalam memahami dan menjalankan
perilaku hidup sehat.
Penderita diabetes melitus memerlukan modalitas terapi yang sangat dinamis. Perlu
dipahami dengan baik patologi yang mendasarinya dan dampak hiperglikemia kronik
terhadap kerusakan organ tubuh, serta memahami dengan baik agen-agen farmakologi
yang sesuai dengan keadaan penyakit seorang penderita diabetes.

Permasalahan di Masyarakat
Ny. N, usia 53 tahun, datang dengan keluhan badan sering lemas, keluhan dirasakan
sejak 1 bulan ini. Awalnya lemas dirasakan setelah beraktivitas. Keluhan lemas tidak
berkurang walaupun sudah beristirahat dan setelah makan. Pasien juga mengeluhkan
sering merasa lapar dan haus. Makan bisa lebih dari 3 kali sehari. Setiap malam
pasien selalu terbangun dari tidur sekitar 4 kali karena ingin buang air kecil. Dan
pasien mengeluh ada penurunan berat badan dari 63 kg menjadi 52,7 kg dalam 2
bulan terakhir. Pasien mengaku suka konsumsi makanan dan minuman yang manis.
Pasien jarang berolahraga dan juga seorang perokok. Pasien mengaku tidak ada
riwayat gula/dm sebelumnya. Di keluarga pasien juga tidak ada riwayat dm. Pasien
tidak pernah cek gula darah sebelumnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 52,7 kg dan tinggi badan
152 cm. Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20x/menit dan suhu tubuh 36,5. Mata,
telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Pada pemeriksaan leher, JVP tidak
meningkat. Abdomen, datar dan supel, tidak didapatkan organomegali ataupun
ascites, kesan dalam batas normal. Ekstremitas, didapatkan kesan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil GDS: 450. Diagnosis kerja pada
pasien ini yaitu DM tipe II. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah
edukasi dan konseling mengenai penyakitnya, dan pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Penyakit DM II merupakan penyakit kronis yang apabila tidak terkontrol dapat
menyebabkan munculnya komplikasi yang memperburuk prognosis.
Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien DM II
dalam kasus ini pada Ny.N. Intervensi tersebut merupakan tatalaksana kuratif
sekaligus preventif untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat DM II yang tidak
terkontrol.

Penatalaksanaan
Setelah terdiagnosis dengan DM II Tn. T memerlukan tatalaksana untuk mengontrol
penyakitnya tersebut.
1. Penatalaksanaan medikamentosa
Metformin 3 x 500 mg
2. Penatalaksanaan non medikamentosa
a. Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan gula darahnya. Kontrol
pertama dilakukan setelah obat dari kunjungan sebelumnya habis. Jadwal
kontrol selanjutnya menyesuaikan hasil pemeriksaan saat kontrol setelahnya.
b. Membatasi makanan dan minuman yang manis
c. Olahraga teratur minimal 3x seminggu selama 30 menit
d. Modifikasi pola hidup, berhenti merokok, alkohol dan narkoba

Monitoring dan Evauasi


Untuk memonitoring dan mengevaluasi, pasien diminta untuk kembali mengontrolkan
gula darahnya secara rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya tidak
terjadi overdose ataupun lowerdose, sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai yaitu
untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai