Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TEORI HUKUM

Dosen:
Dr. H. Absar Kartabrata, SH., M.Hum.

DISUSUN OLEH:

FACHRY FAJAR ARTHABUDHI


NPM 218040004

HUKUM EKONOMI
KELAS B

SEMESTER III

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2022
SOAL PERTANYAAN
Sebagaimana telah dikonstantir DPR dalam Rapat Paripurna tanggal 12
Desember 2022 telah menyetujui Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(RKUHP) sebagai undang-undang in casu Undang-Undang No. 1 Tahun 2023 yang akan
berlaku setelah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan atau 3 (tiga) tahun
setelah tanggal 2 Januari 2023, yang ternyata menimbullan berbagai pendapat.
Dengan berlandaskan Teori Hukum susunlah pendapat hukum anda secara
sistematis, yang mendeskripsikan tentang problem dan solusinya.

JAWABAN SOAL

Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila, maka


sudah barang tentu segala hal yang mengatur masyarakat itu perlu di atur dalam suatu
peraturan perundang-undangan tertulis, baik itu mengenai perdata, pidana, dan hukum
tata negara. Pembangunan dalam bidang hukum, khususnya pembaruan hukum
pidana, tidak hanya membangun lembaga-lembaga hukum, tetapi juga harus
mencakup pembangunan substansi produk-produk hukum yang merupakan hasil suatu
sistem hukum dalam bentuk peraturan-peraturan hukum pidana dan yang bersifat
kultural yakni sikap-sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi berlakunya sistem hukum.

Dalam penyusunan RUU KUHP pada hakikatnya merupakan suatu upaya


pembaharuan keseluruhan sistem hukum pidana secara substantif yang terdapat
dalam KUHP (peninggalan zaman Hindia Belanda. RUU KUHP ini dibentuk bertujuan
untuk melakukan penataan ulang sistem hukum pidana nasional. Pembaharuan yang
dilakukan pada KUHP tidak hanya berfokus pada aspek individual saja melainkan
memperhatikan aspek sosial, alam, adat, dan tradisi atau kultur masyarakat
Indonesia. Tidak hanya itu, pembaharuan KUHP juga harus memperhatikan konteks
atau substansinya pada hukum pidana materiil, hukum pidana formil, dan juga hukum
acara pidana.

Jika diperluas lagi cakupan bahasannya, budaya yang terdapat pada masyarakat
Indonesia ini bersumber pada empat norma yang berlaku di Indonesia. Pertama adalah
norma kesopanan, dimana masyarakat Indonesia menjunjung tinggi rasa kesopanan
terhadap siapapun baik itu lebih muda ataupun tua. Sebagai contoh, masyarakat di
Jawa Tengah sendiri memiliki suatu hierarki tata bahasa yang dipergunakan dalam
komunikasi agar timbul rasa menghargai pada lawan bicara kita. Yang kedua yakni
norma kesusilaan, norma ini bersumber pada hati nurani manusia dalam
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagai contoh, perbuatan
kumpul kebo merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma kesusilaan.
Ketiga yakni norma ketuhanan, banyak sekali budaya Indonesia yang bersandar pada
norma ketuhanan misalnya dapat kita lihat pada masyarakat Aceh yang
menggunakan hukum Islam pada rakyatnya. Keempat yakni norma hukum. Budaya
yang ada di Indonesia juga harus lah disandarkan pada norma hukum agar ada
benang merah atau batas mana budaya yang bertentangan dengan hukum dan yang
tidak.

Menurut pendapat saya apabila dihubungkan dengan teori hukum sebagai


overheidsbeluiten (putusan penguasa negara) di Indonesia berdasarkan jenis dan
badan atau lembaga yang membentuknya dapat dibedakan paling tidak menjadi 4
(empat) macam. Pertama, apa yang disebut dengan peraturan umum (regeling); kedua,
keputusan tata usaha negara atau yang dalam konsep hukum Belanda disebut dengan
beschikking; ketiga adalah peraturan kebijakan (policy rule); dan keempat adalah
putusan pengadilan (judge).

Dalam konsep negara hukum, diakui suatu asas atau prinsip hukum (legal
principle/ rechtbeginsel), bahwa setiap tindakan atau keputusan badan atau pejabat
administrasi negara, harus berdasar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Prinsip hukum ini memberikan beberapa konsekuensi kepada negara. Aapabila
merujuk pada perubahan asas yang digunakan dalam RUU KUHP tentunya sangat
berpengaruh terhadap isi RUU KUHP asas dualistis yang memisahkan antara tindak
pidana dan pertanggung jawabannya membentuk suatu pilar baru yaitu : tindak pidana,
pertanggung jawaban pidana dan pidana dan pemidanaan.

Sebagai contoh perumusan tindak pidana korupsi dalam RUU KUHP yang menuai
banyak konflik, tindak pidana korupsi dikembalikan dalam RUU KUHP dengan tujuan
untuk menyesuaikan perkembangan hukum pidana agar sesuai dengan standar norma
hukum. Sehingga apabila kita mencermati adanya beberapa problem dalam
perumusan RUU KUHP maka menurut hemat saya upaya untuk menata RUU KUHP di
Indonesia agar terwujud keadilan di masyarakat, seharusnya ditentukan oleh paling
tidak ada 2 (dua) faktor, yaitu:

1) Adanya Political Will dari anggota DPR untuk membuat RUU KUHP produk asli
Indonesia yang merupakan suatu aturan hukum yang sesuai dengan kultur
masyarakat Indonesia sehingga harusnya didukung oleh masyarakat melalui
jalan konstitusi.
2) Masyarakat yang merasa bahwa RUU KUHP ini tidak berdasarkan pada
keadilan mempunyai hak untuk menguji Kitab Undang-Undangan Hukum
Pidana yang baru tersebut di Mahkamah Konstitusi melalui Judicial Review
bilamana KUHP yang baru tersebut bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai