Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Marquardt, Berger, dan Loan (2019),
mereka menemukan bahwa pelatihan dan pengembangan karyawan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan kinerja dan komitmen karyawan. Pelatihan dan
pengembangan karyawan dapat membantu meningkatkan kemampuan karyawan,
sehingga karyawan dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dengan lebih baik. Selain itu,
pelatihan dan pengembangan karyawan juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
motivasi karyawan.
Di sisi lain, sebuah penelitian oleh Kim, et al. (2019) menunjukkan bahwa
penerapan program penghargaan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi
tingkat absensi. Program penghargaan yang efektif dapat meningkatkan motivasi
karyawan dan memperkuat komitmen mereka terhadap organisasi.
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan juga
harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan seperti
faktor lingkungan kerja, struktur organisasi, dan budaya organisasi. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor ini, perusahaan dapat mengidentifikasi masalah dan
memperbaiki sistem dan proses organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan.
4. Tujuan Peningkatan Kinerja
Selain itu, penelitian oleh Alkubaisi dan Al-Ameri (2019) menunjukkan bahwa
tujuan peningkatan kinerja juga meliputi peningkatan kepuasan dan kesejahteraan
karyawan. Kepuasan dan kesejahteraan karyawan dapat mempengaruhi kinerja mereka,
sehingga perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor ini dalam upaya meningkatkan
kinerja karyawan.
Penilaian dan evaluasi kinerja merupakan suatu proses penting dalam manajemen
kinerja organisasi atau perusahaan. Menurut Armstrong (2018), penilaian kinerja
merupakan suatu proses untuk menilai sejauh mana karyawan telah mencapai tujuan
kinerja yang telah ditetapkan, sedangkan evaluasi kinerja merupakan proses untuk
mengevaluasi kecocokan antara hasil kerja dan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan penilaian dan evaluasi kinerja, penting juga untuk memberikan
umpan balik yang efektif kepada karyawan. Menurut Carrillo, Sanchez, dan Hueros
(2015), umpan balik yang efektif adalah umpan balik yang diberikan secara teratur,
jelas, spesifik, dan terukur. Umpan balik yang baik dapat membantu karyawan untuk
memahami area yang perlu ditingkatkan dan memotivasi mereka untuk meningkatkan
kinerja mereka.
Secara keseluruhan, penilaian dan evaluasi kinerja merupakan proses penting
dalam meningkatkan kinerja karyawan dan mencapai tujuan organisasi. Metode
penilaian yang digunakan harus didasarkan pada faktor-faktor yang relevan dan
obyektif, sementara umpan balik yang efektif juga harus diberikan untuk membantu
karyawan meningkatkan kinerja mereka.
Selanjutnya, metode penilaian kinerja dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu metode
penilaian kinerja tradisional dan metode penilaian kinerja modern. Menurut Bernardin
dan Beatty (2021), metode tradisional umumnya melibatkan penilaian oleh atasan
langsung karyawan dan dilakukan secara periodik. Metode tradisional yang sering
digunakan antara lain penilaian skala grafik, penilaian kompetensi, dan penilaian
perilaku. Sementara itu, metode penilaian kinerja modern meliputi penilaian 360
derajat, self-assessment, dan penilaian berbasis data.
Terkait dengan evaluasi kinerja, menurut Umar dan Saiful (2020), evaluasi kinerja
dapat dilakukan secara formal atau informal. Evaluasi formal biasanya dilakukan
dengan menggunakan formulir penilaian kinerja, sedangkan evaluasi informal
dilakukan dengan cara observasi dan diskusi. Evaluasi kinerja juga dapat dilakukan
secara individu atau tim. Evaluasi kinerja individu bertujuan untuk menilai kinerja
karyawan secara individu, sedangkan evaluasi kinerja tim bertujuan untuk menilai
kinerja tim dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam penilaian dan evaluasi kinerja, perlu diingat bahwa penggunaan metode
yang tepat dan objektif sangat penting untuk menghindari bias dan memastikan bahwa
karyawan mendapat penilaian yang adil. Selain itu, umpan balik yang jelas dan terbuka
dari atasan juga dapat membantu karyawan dalam meningkatkan kinerjanya (Bernardin
& Beatty, 2021).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian dan evaluasi kinerja
merupakan hal yang sangat penting dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja
karyawan. Metode penilaian kinerja yang digunakan dapat mempengaruhi hasil
penilaian dan kepercayaan karyawan terhadap penilaian tersebut. Oleh karena itu,
penggunaan metode yang tepat dan objektif sangat penting untuk memastikan adanya
penilaian yang adil dan akurat. Evaluasi kinerja yang dilakukan dengan cara yang tepat
juga dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi karyawan dalam meningkatkan
kinerjanya
6. Faktor Penghambat Penilaian Kinerja
Menurut Elita, dkk. (2021), aspek kinerja yang dinilai meliputi produktivitas,
kualitas, dan efisiensi. Produktivitas mencakup jumlah dan waktu pekerjaan yang
dilakukan. Kualitas mencakup keakuratan dan kualitas hasil pekerjaan. Efisiensi
mencakup kemampuan karyawan untuk mengelola waktu dan sumber daya secara
efektif dan efisien.
Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek yang
dinilai dalam kinerja terdiri dari beberapa faktor penting seperti produktivitas,
kualitas, kehadiran, tanggung jawab, kreativitas, kemampuan untuk bekerja sama
dalam tim, dan efisiensi. Penilaian aspek-aspek ini harus dilakukan secara teratur dan
objektif untuk memastikan bahwa karyawan terus meningkatkan kinerjanya dan
memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
memiliki sistem evaluasi yang jelas dan dapat diandalkan untuk menilai kinerja
karyawan dalam setiap aspek yang dinilai.
Pada dasarnya, aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja dapat berbeda-
beda tergantung dari tujuan penilaian dan lingkup kinerja yang telah ditentukan.
Namun, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa aspek- aspek yang dinilai
dalam penilaian kinerja mencerminkan tujuan dan strategi perusahaan serta
memungkinkan karyawan untuk berkembang dan meningkatkan kinerja mereka secara
signifikan. Berbagai aspek yang dapat dinilai dalam kinerja karyawan dapat
dikategorikan ke dalam beberapa kategori. Salah satu kategori yang paling umum
adalah kategori kinerja individu, yang mencakup aspek-aspek seperti produktivitas,
kualitas kerja, inisiatif, kerjasama, dan keterampilan teknis.
Menurut Purnomo dan Arifin (2020), produktivitas merupakan salah satu aspek
yang penting untuk dinilai dalam kinerja karyawan, karena produktivitas yang tinggi
akan membantu organisasi mencapai tujuan dan sasaran bisnis yang ditetapkan.
Sementara itu, kualitas kerja mencakup aspek seperti akurasi, keandalan, dan
ketepatan waktu. Inisiatif dan kerjasama mencakup kemampuan karyawan untuk
mengambil inisiatif dalam menyelesaikan tugas mereka dan bekerja sama dengan
rekan kerja. Keterampilan teknis mencakup kemampuan karyawan dalam
menggunakan perangkat lunak dan peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas mereka.
Selain kinerja individu, kinerja tim juga merupakan aspek yang penting untuk
dinilai dalam konteks kerja tim. Kinerja tim mencakup kemampuan tim untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, serta kemampuan untuk bekerja sama
dan berkomunikasi secara efektif. Menurut sebuah penelitian oleh Lim dan Song
(2021), kinerja tim yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemimpinan
yang efektif, kerjasama tim yang kuat, dan komunikasi yang terbuka dan jelas.
Dalam kesimpulannya, berbagai aspek dapat dinilai dalam kinerja karyawan,
mulai dari kinerja individu seperti produktivitas, kualitas kerja, inisiatif, kerjasama,
dan keterampilan teknis, hingga kinerja tim dan aspek perilaku dan etika kerja.
Pengukuran kinerja yang holistik dan komprehensif akan membantu organisasi
memahami di mana karyawan dapat meningkatkan kinerjanya dan membantu
organisasi mencapai tujuan bisnis yang ditetapkan.
8. Metode Penilaian Kinerja
Metode penilaian kinerja adalah suatu teknik untuk menilai kinerja karyawan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Berbagai metode penilaian kinerja yang telah
dikenal sejak lama antara lain: metode skala grafik, metode perilaku, metode hasil,
metode kinerja yang ditetapkan bersama, metode kecelakaan dan insiden, dan metode
lainnya seperti metode observasi langsung, metode evaluasi jangka panjang, dan
metode observasi oleh atasan langsung. (Martoyo, 2018)
Menurut Hafidz dan Rianto (2020), metode penilaian kinerja dibagi menjadi dua
jenis, yaitu metode tradisional dan metode modern. Metode tradisional seperti metode
skala grafik, metode perilaku, dan metode hasil, biasanya lebih mudah dilakukan dan
lebih mudah dipahami oleh karyawan. Namun, metode tradisional cenderung kurang
akurat dan mudah dipengaruhi oleh faktor subjektivitas. Sementara itu, metode
modern seperti metode 360 derajat dan metode manajemen oleh tujuan (MBO)
cenderung lebih akurat dan obyektif, namun memerlukan lebih banyak waktu dan
biaya untuk melaksanakannya.
Metode 360 derajat adalah metode penilaian yang melibatkan berbagai pihak
dalam penilaian kinerja karyawan, termasuk atasan, rekan kerja, bawahan, dan
pelanggan. Metode ini dianggap lebih akurat karena melibatkan berbagai sudut
pandang yang berbeda, namun memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar untuk
melaksanakannya. (Hafidz & Rianto, 2020)
Sementara itu, MBO adalah metode penilaian kinerja yang didasarkan pada
penjabaran tujuan yang telah ditetapkan bersama antara atasan dan karyawan. Tujuan
tersebut kemudian dievaluasi pada akhir periode penilaian untuk menilai kinerja
karyawan. Metode ini dianggap lebih objektif karena berdasarkan pada tujuan yang
telah disepakati bersama, namun memerlukan proses perencanaan dan
pengorganisasian yang lebih matang. (Hafidz & Rianto, 2020)
Terdapat berbagai metode penilaian kinerja yang dapat digunakan dalam
organisasi. Menurut Tariq, Ahmed, dan Afaq (2021), metode-metode tersebut dapat
dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu metode berbasis perilaku, metode berbasis
hasil, dan metode yang memadukan kedua aspek tersebut. Metode berbasis perilaku
mengevaluasi kinerja karyawan berdasarkan pada tingkah laku atau perilaku mereka
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Contoh dari metode ini
adalah metode skala perilaku dan metode BARS (Behaviorally Anchored Rating
Scale). Metode berbasis hasil, di sisi lain, mengevaluasi kinerja karyawan berdasarkan
pada hasil atau pencapaian mereka dalam mencapai tujuan kerja atau kinerja mereka
dalam menghasilkan output atau produk. Contoh dari metode ini adalah metode skala
grafik dan metode manajemen oleh tujuan.
Ramli, R., Mohd, N. A. A., Rashid, W. E. W. A., & Amat, S. (2021). The Effect of
Good Communication between Leaders and Subordinates on Employee
Performance.
Rehman, K. U., Irum, S., & Khan, M. (2020). Barriers to effective performance
appraisal system: Evidence from Pakistan. Journal of Management
Development, 39(4), 441-455. doi: 10.1108/JMD-10-2018-0311
Samadhi, T. M., Sukesi, T. W., & Kuntoro, K. (2015). Pengaruh motivasi, kinerja dan
kepuasan kerja terhadap kualitas produk pada koperasi Puskopdit Pemkot
Semarang. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 17(1), 33-41.
Singh, P., & Rana, N. P. (2017). Impact of human resource management practices on
organizational performance with special reference to India. Journal of Global
Information Management, 25(2), 20–39.
https://doi.org/10.4018/JGIM.2017040102
Stahl, M. J. (2018). Employee development and performance management. John
Wiley & Sons.
Sulaiman, M., Azam, S. M. F., & Abdullah, S. S. (2019). Factors affecting employee
performance appraisal system: A review. International Journal of Business and
Society, 20(1), 175-191.
Tariq, M., Ahmed, I., & Afaq, M. (2021). A comprehensive review of performance
appraisal methods and their comparative analysis. Business Perspectives and
Research, 9(2), 117-135. https://doi.org/10.1177/2278533720967552
Wang, H. C., & Shyu, J. Z. (2019). The impact of performance appraisal on the work
performance of hotel employees: the moderating effect of intrinsic motivation.
Journal of Hospitality and Tourism Management, 41, 61-68.