Llewelyn 3
Llewelyn 3
1 Biografi
2 Legal Realism
4 Kesimpulan
Biografi – Latar Belakang Kehidupan
Di Amerika
• Berkembang sekitar abad ke 19 hingga abad ke 20, ketika paham laissez faire menjadi
kepercayaan yang dominan.
• Segala kegiatan intelektual termasuk filsafat dan ilmu sosial selalu dipengaruhi oleh
pandangan formalisme, yang menerapkan prinsip logika dan matematika tanpa
mencoba menghubungkannya dengan fakta yang terjadi.
• Kebangkitan dan kemajuan teknologi yang mendominasi kehidupan di Amerika Serikat
telah merubah cara berpikir kaum intelektual dan menggirikan sebuah gerakan
“pembangkangan melawan formalisme”
Di Skandinavia
Diterimanya pemikiran realis di kawasan ini disebabkan tulisan para yuris negara Nordic
yang mulai kritis terhadap sistem hukumnya sendiri. Kawasan Skandinavia yang relatif
terisolasi dari Eropa dan minim perdagangan internasional meyakinkan bahwa Roman Law
sebagai hukum yang mendominasi tidak memberikan dampak yang besar bagi
perkembangan hukum mereka.
Tradisi berpikir empiris yang berkembang subur di Inggris dalam bidang filsafat, turut
mempengaruhi cara berpikir mengenai hukum di kawasan Skandinavia.
Realisme Hukum di Amerika dan Skandinavia
Realisme Amerika Realisme Skandinavia
• Dipengaruhi oleh pendekatan sosiologis Dipengaruhi oleh pendekatan psikologis
dan psikologi sosial mengarah pada satu etis dengan fokus perhatian pada perilaku
objek pokok yaitu apa yang terjadi secara orang-orang yang berada di bawah hukum,
aktual dalam lembaga peradilan. berbeda dengan Amerika yang
• Bagaimana praktik hukum yang mempersoalkan praktik hukum para
dilaksanakan oleh para hakim dan pejabat hukumnya.
pegawai pengadilan menjadi persoalan
yang pokok. Kepedulian terhadap aspek praktis
jalannya proses peradilan sangat tinggi,
• Mereka yang membuat hukum secara namun dikaji dengan cara yang bersifat
konkret, karena dari merekalah
teoritis.
masyarakat melihat adanya hukum yang
eksis. Oleh sebab itu, persoalan teoritis
tidak perlu diindahkan.
Pemikiran Realisme Hukum
Karl Llwellyn menyampaikan bahwa pokok pendekatan realisme hukum memiliki ciri
sbb :
Jerome Frank
• Para ahli hukum pada umumnya dan para hakim pada khususnya setia pada
dongeng tentang kepastian hukum dengan membina suatu sistem putusan-
putusan hakim atau peraturan-peraturan lengkap. Menyembunyikan keadaan
sesungguhnya bahwa tiap perkara pada hakikatnya merupakan masalah tersendiri
yang memerlukan penciptaan suatu putusan khusus.
Axel Hagerstrom
• Berkeinginan membangun ilmu hukum yang real, bebas dari mitologi, teologi, dan
metafisika. Ilmu pengetahuan hukum harus bertitik tolak dari kenyataan-
kenyataan empiris yang relevan dalam bidang hukum.
Ciri-ciri Realisme Hukum
Karl N. Llewellyn menyebutkan beberapa ciri dari Realism ini, yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut :
• Tidak ada Mazhab realis; Realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja tentang hukum;
• Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan social, sehingga
tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat
yang berubah lebih cepat daripada hukum;
• Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang seharusnya
ada, untuk tujuan-tujuan studi. Pendapat-pendapat tentang nilai harus selalu diminta agar tiap
penyelidikan ada sasarannya, tetapi selama penyidikan, gambaran harus tetap sebersih mungkin
karena keinginan-keinginan pengamat atau tujuan-tujuan etis;
• Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum, sepanjang
ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum mengambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pengadilan-penagdilan dan orang-orang. Realisme menerima defenisi peraturan-peraturan sebagai
ramalan-ramalan umum tentang apa yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan. Sesuai
dengan kepercayaan itu, Realisme menggolongkan kasus-kasus ke dalam kategori-kategori yang lebih
kecil daripada yang terdapat dalam praktik di masa lampau.
• Realisme menekankan pada evolusi tiap bagian dari hukum dengan megingatkan akibatnya.
Peraturan dan Kebijaksanaan
Llwellyn menyatakan: “ Don’t get your law from rules, but get your rules from
the law that is”
Peraturan itu berpori dan hakim memiliki kebijaksanaan dalam memahami
dan menerapkan hukum.
Llewellyn meyakini bahwa masyarakat itu bersifat dinamis (berubah), yang
membuat hukum selalu mengejar masyarakat. Bahwa setiap bagian dari
hukum perlu di periksa ulang untuk menentukan seberapa jauh hukum itu
cocok dengan masyarakat. Pengadilanlah yang memikul tanggungjawab untuk
pemeriksaan ulang ini.
Hukum dan Moralitas
Menurut Karl Llewelyn, ada empat macam kharakteristik hukum sebagai kontrol sosial
yang harus ada bagi suatu sistem normatif yang disebut hukum, yaitu :
• Pertama, hukum merupakan kumpulan aturan yang berisi kewajiban-kewajiban
atau perbuatan-perbuatan yang dilarang.
• Kedua, aturan itu disertai dengan ancaman sanksi hukum, baik yang berupa
hukuman atau pidana.
• Ketiga, jika terjadi konflik antara norma hukum dengan norma-norma lainnya, maka
yang mesti diikuti adalah aturan hukum. Meskipun hal itu melanggar norma-norma
lainnya.
• keempat, aturan hukum adalah bagian dari sistem hukum yang lebih besar, yang
meliputi suatu konsep dasar pemikiran atau filsafat, suatu kumpulan prosedur
untuk menerapkan dan menegakkan hukum, dan para aparatur yang diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan prosedur hukum.
Kritik terhadap pendapat Karl Llewelyn
• Aliran Realisme Hukum diprakarsai oleh Karl Llewellyn yang terkenal dengan konsep
radikal tentang proses peradilan dengan menyatakan bahwa ‘hakim-hakim tidak
hanya menemukan hukum, akan tetapi juga membentuk hukum’. Singkatnya dari
konsep tersebut dapat dideskripsikan bahwasannya seorang Hakim dalam
memutuskan suatu perkara tidak harus terpatok oleh hukum yang tertulis tetapi
juga harus mempertimbangkan aspek-aspek ‘keadilan’ sehingga apabila vonis yang
dijatuhkan hakim tidak sesuai dengan hukum yang tertulis maka menurut aliran ini
tidaklah masalah selama vonis yang diputus oleh Hakim tersebut
mempertimbangkan aspek-aspek keadilan.
• Realisme hukum ini utamanya kajian dari Karl Llewellyn mempunyai tautan
terhadap kritik terhadap aliran legal formalism yang didasari dari dalil mengenai
hukum yang harus dianalisis seperti institusi sosial. Ia juga mengusulkan pendekatan
deskriptif yang berdasarkan fakta, yang fokusnya pada dimensi hukum berdasarkan
ilmu sosial. Namun pada dasarnya aliran legal realism ini kurang menekankan pada
aspek sains-nya, oleh karena itu Llewellyn menyebutkan bahwa legal realism ini
lebih cocok disebut sebagai gerakan dan kerja tentang hukum dibandingkan sebagai
mazhab/aliran dari teori hukum.
Kesimpulan
Don C. Gibbon, Society, Crime and Criminal Career, Third Edition, Englewood:
Prentice Hall Inc., 1973.
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., Pokok-Pokok Sosiologi Hukum (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2007)
Rasjidi, Lili dan Ira Rasjidi. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. Bandung : Citra
Aditya, 2001.
Ratnapala, Suri. Jurisprudence. New York : Cambridge University. Press, 2009.
Terima Kasih
Kelompok 8
Citra Ratu Kusuma Hakim (NIM : 1506780071)
Claudia Oktarini (NIM : 1506780084)
Rininta Dewi Saraswati (NIM : 1506780973)
Robertus Seta (NIM : 1506781036)
Yomi Putri Y. D (NIM : 1506781194)