KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SUNAN KALIJAGA
KABUPATEN DEMAK
NOMOR : 445 / 12 / D / V / 2022
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Demak
Pada tanggal : 23 Mei 2022
DIREKTUR RSUD SUNAN KALIJAGA
KABUPATEN DEMAK
PANDUAN
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena rahmat-Nya Panduan Informed Consent dapat diselesaikan.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terwujudnya Panduan Informed Consent RSUD Sunan Kalijaga
Kabupaten Demak.
Tim HPK
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...…...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………..…………………………………..1
A. LATAR BELAKANG…………………………………..…………………1
B. PENGERTIAN…………………………………..………………...……..3
C. TUJUAN………………………………………………………………..…7
BAB II RUANG LINGKUP………………………………………..……………..8
A. Ruang lingkup panduan……..………………………………..……….. 8
B. Jenis tindakan kedokteran yang harus mendapatkan pernyataan
persetujuan (Informed Consent) tertulis dari pasien/keluarga pasien
secara khusus…………………………………………………………... 9
C. Jenis tindakan kedokteran yang harus mendapatkan pernyataan
persetujuan (Informed Consent) tertulis dari pasien/keluarga pasien
secara umum…………………………………………………………...10
D. Jenis tindakan kedokteran yang tidak harus mendapatkan
pernyataan persetujuan (Informed Consent) tertulis dari
pasien/keluarga pasien…………………………………………..……11
E. Sifat pernyataan persetujuan (Informed Consent)……………….…12
F. Materi penjelasan untuk mendapatkan pernyataan persetujuan
(Informed Consent)………………………………………………...…..13
G. Yang berhak memberikan penjelasan untuk meminta pernyataan
persetujuan (Informed Consent)……………………………………...14
H. Yang berhak terlibat dalam pemberian informasi untuk mendapatkan
pernyataan persetujuan (Informed Consent)……………………..… 15
I. Pihak yang berhak memberikan persetujuan……………………..... 15
iii
J. Pengaturan untuk pernyataan persetujuan (Informed Consent)
secara tertulis …………………………………….…………………….17
K. Pengaturan untuk pernyataan persetujuan (Informed Consent)
secara lisan……………………………………………………………. 18
L. Pengaturan untuk pernyataanpersetujuan (Informed Consent) pada
situasi khusus secara tertulis…………………………………….….. 18
M. Pengaturan untuk pernyataan persetujuan (Informed Consent) pada
situasi khusus secara lisan…………………………………….…….. 19
N. Pengaturan untuk penolakan persetujuan (Informed Consent)……19
BAB III KEBIJAKAN……………………………….…………………………. 22
BAB IV TATA LAKSANA……………………………………………………...24
BAB V DOKUMENTASI……………………………..………………………..28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zaman sekarang adalah era reformasi, dengan bertambah
cerdasnya masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan
keinginan untuk menambah pengetahuan, mengetahui tentang segala
sesuatu yang baru. Informasi berati keterangan, data, penjelasan,
tentang suatu hal. Tanpa informasi, manusia zaman sekarang akan
menjadi ketinggalan. Tanpa disadari rasa ingin tahu lebih banyak, ingi
lebih banyak informasi telah menyusup di segala bidang, termasuk
pula bidang medis dan perumahsakitan. Pasien sekarang ingin tahu
lebih dahulu apa yang dideritanya, apa penyakitnya, apa obatnya, apa
alternatif atau cara lain, pasien merasa berhak untuk mengetahui apa
yang hendak dilakukan oleh dokter terhadap dirinya. Pasien juga
dapat menolak apa yang dianjurkan oleh dokter, bila tindakan oleh
dokter tidak berhasil, maka pihak dokter harus memberikan
penjelasan, ini sudah dianggap sebagai hak asasi sebagai pasien dan
manusia.
Informed Consent adalah persetujuan antara dokter dan pasien
secara tertulis maupun lisan yang diberikan setelah pasien menerima
informasi yang cukup mengenai prosedur diagnostik dan perawatan
yang direncanakan. Informasi mengenai prosedur perawatan yang
akan diberikan harus jelas sehingga pasien atau keluarga pasien
dapat memahami penyakitnya dan perawatan yang akan diterima.
1
Setelah informasi diberikan, maka diharapkan adanya persetujuan
dari pasien, dalam arti izin dari pasien untuk dilaksanakan tindakan
medis.
“Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap”
2
Informed Consent tidak selalu harus tertulis dalam suatu formulir,
tetapi penjelasannya selalu harus didokumentasikan dalam rekam
medik pasien.
Pasien/keluarga pasien tetap mempunyai hak menolak setelah
proses “informed” dilakukan dengan baik, dan wajib menandatangani
formulir pernyataan penolakan (Informed Refusal) untuk semua
tindakan yang ditolak.
Pernyataan persetujuan Informed Consent sebelum melakukan
tindakan kedokteran merupakan hal yang wajib dilaksanakan untuk
semua tindakan yang telah ditetapkan, bentuknya dapat tertulis untuk
tindakan-tindakan tertentu atau lisan untuk tindakan selain yang
membutuhkan persetujuan tertulis.
Beberapa hal lain yang perlu diketahui definisinya adalah
1. Persetujuan tindakan kedokteran (Informed Consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap
pasien;
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung ,
anak-anak kandung, saudara kandung dan pengampunya;
3. Gangguan Mental adalah sekelompok gejala psikologis atau
perilaku yang secara klinis menimbulkan penderitaan dan
gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang, mencakup
Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi
Mental Berat, Dementia Senilis;
4. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
3
atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya;
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut
tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,
diagnostik, terapetik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien;
6. Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien;
7. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah
tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu,
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan;
8. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak
menurut peraturan perundang-undangan atau telah/pernah
menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit
mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas;
9. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
10. Curatele atau Pengampuan adalah Pengampuan adalah kondisi di
mana seseorang yang sudah dewasa, karena kondisi mental atau
fisiknya, ditaruh di bawah pengawasan seseorang lain yang cakap
hukum, sehingga berkedudukan sama dengan seseorang yang
belum dewasa.
11. ORANG-ORANG YANG DAPAT DITUNJUK SEBAGAI WALl
Ada 3 (tiga) macam perwalian, yaitu:
1. Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup lebih lama, pasal
menentukan:
5
" Semua minderjarige yang tidak berada dibawah kekuasaan
orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan
ditunjuk seorang wali oleh Pengadilan.
C. TUJUAN
3. Meningkatkan komunikasi antara dokter dan pasien dalam shared
decision making untuk mendukung pasien mengambil keputusan
terhadap dirinya sendiri.
4. Memberikan perlindungan hukum untuk dokter dan pasien.
7
BAB II
RUANG LINGKUP
9
4) Dan lain-lain yang dianggap perlu untuk dimintakan secara
tertulis.
2. Semua tindakan anestesi
a. Anestesi umum dan regional di kamar bedah
b. Anestesi moderat dan sedasi di luar kamar bedah
3. Semua tindakan pemberian darah/produk darah
Pemberian darah atau produk darah wajib dimintakan pernyataan
persetujuan (Informed Consent) setiap seri/jenis pemberian yang
berbeda.
4. Semua tindakan berisiko tinggi
Tindakan kedokteran lain yang tidak tersebut di atas, dapat
dimintakan pernyataan persetujuan secara lisan, yang berbentuk
ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang
dapat diartikan sebagai ucapan setuju. Apabila pernyataan
persetujuan pasien/keluarga pasien dianggap meragukan, maka
dapat dimintakan persetujuan tertulis pada formulir yang sesuai
dengan bentuk tindakan.
C. Jenis tindakan kedokteran yang harus mendapatkan pernyataan
persetujuan (Informed Consent) tertulis dari pasien/keluarga pasien
secara umum
Untuk beberapa tindakan invasif/tindakan berisiko tinggi yang rutin
dilaksanakan dalam proses pelayanan pasien rawat inap, RSUD
Sunan Kalijaga Kabupaten Demak meminta pernyataaan persetujuan
secara umum pada saat pasien akan dirawat. Pernyataan persetujuan
dari pasien/keluarga pasien mengikat untuk tindakan invasif/berisiko
tinggi yang tertera dalam pernyataan persetujuan secara umum sejak
pasien masuk rumah sakit sampai keluar rumah sakit, kecuali memberi
pernyataan penolakan pada saat akan dilakukan tindakan.
Pernyataan penolakan tersebut akan berlaku sejak diberikan
sampai pasien keluar rumah sakit. Apabila kemudian pasien kembali
setuju, maka pasien harus memberikan pernyataan persetujuan baru.
10
Jenis tindakan invasif/berisiko tinggi yang dimintakan secara umum
pada saat pasien masuk rawat inap rumah sakit, adalah :
1. Pemasangan jalur infus tunggal atau bercabang atau lebih dari satu
jalur, dan penggantiannya.
2. Penyuntikan obat terapi selama perawatan, secara intravena,
intramuskuler, intrakutan dan subkutan.
3. Tes kulit setiap kali akan memasukkan obat parenteral baru selama
perawatan, untuk mengetahui kemungkinan alergi pada pasien.
4. Pemasangan kateter urine, dan penggantiannya.
5. Pemasangan sonde (nasogastric tube), dan penggantiannya.
6. Pemasangan endotracheal tube pada saat mengalami kondisi
emergensi pertama kali, dan penggantiannya.
7. Penggunaan defibrillator untuk resusitasi pada saat mengalami
kondisi emergensi pertama kali, dan pengulangannya.
8. Pengambilan sampel darah melalui vena/arteri selama perawatan.
9. Pengambilan sampel urin dengan kateter bila diperlukan selama
perawatan.
10. Resusitasi jantung paru pada pasien/keluarga pasien yang tidak
menandatangani pernyataan DNR.
11
5. Semua tindakan lain yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa
pasien atau menghindarkan kecacatan pada pasien di ruang gawat
darurat.
12
8. Penjelasan untuk mendapatkan persetujuan tindakan kedokteran
harus diberikan langsung kepada pasien dan/atau keluarga
terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
13
d. Kemungkinan perluasan tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut
atau keadaan tak terduga lainnya. Perluasan tindakan
kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan pada pasien dengan tujuan menyelamatkan
jiwa pasien.
e. Prognosis terhadap tindakan kedokteran yang dilakukan
DPJP berkewajiban menjelaskan prognosis apabila tindakan
kedokteran dikerjakan pada pasien, meliputi tentang hidup-
matinya (ad vitam), tentang fungsinya (ad functionam) dan
tentang kesembuhan (ad sanationam).
4. Alternatif tindakan lain dan risikonya
DPJP berkewajiban menjelaskan alternatif tindakan kedokteran lain
dan risikonya bagi pasien, baik yang menyatakan persetujuan atau
penolakan terhadap tindakan kedokteran.
5. Perkiraan pembiayaan tindakan
Materi penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa
yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman. Penjelasan harus dicatat dan
didokumentasikan dalam formulir baik penjelasan lisan maupun
tertulis dengan mencantumkan tanggal, waktu, materi , nama dan
tanda tangan pemberi penjelasan, dan penerima penjelasan.
Penjelasan yang dipandang dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka
DPJP dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat
dengan didampingi oleh minimal seorang tenaga kesehatan lain
sebagai saksi.
14
tindakan kedokteran yang akan dikerjakan pada pasien adalah dokter
atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran pada
pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.
Dalam hal dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran berhalangan untuk melakukan penjelasan secara
langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten dan diberi kewenangan.
Tanggung jawab pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah
mendapat persetujuan menjadi tanggung jawab dokter atau dokter gigi
yang melakukan tindakan kedokteran, sehingga pemberian informasi
oleh tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien,
wajib dikonfirmasi kejelasannya oleh DPJP pada pasien/keluarga
pasien.
15
1. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah
menikah.
2. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (Informed
Consent) atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh Ayah /
Ibu Kandung atau Saudara – saudara kandung.
3. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang
tua atau orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed
Consent) atau Penolakan Tindakan medis diberikan oleh Ayah /
Ibu Adopsi , Saudara – saudara Kandung atau Induk Semang;
4. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan
(Informed Consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh
Ayah / Ibu kandung, Wali yang sah atau Saudara – Saudara
Kandung;
5. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan
(curatelle) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan
menurut hal tersebutWali,Curator
6. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan
atau penolakan tindakan medik diberikan oleh Suami / Istri, Ayah /
Ibu Kandung, Anak – anak Kandung atau Saudara – saudara
Kandung
Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap
(oral consent), tersurat (written consent), atau tersirat (implied
consent).
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis dibuat dalam
bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri,
formulir tersebut sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang
akan melakukan tindakan kedokteran atau oleh tenaga medis lain
yang diberi delegasi, untuk kemudian yang bersangkutan
16
dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan
dihadapannya.
Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang
tidak mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang
diberikan dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis.
J. Pengaturan untuk pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis
Pengaturan untuk permintaan pernyataan persetujuan (Informed
Consent) secara tertulis, adalah sebagai berikut :
1. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien menentukan jenis tindakan kedokteran, apakah
memerlukan pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis atau lisan.
2. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien, atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pelayanan pasien, memaparkan materi informasi sesuai dengan
jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan pada pasien dan
membubuhkan tandatangan. Pemaparan oleh tenaga kesehatan
lain harus dikonfirmasi oleh orang yang menerima informasi
tindakan kedokteran pada pasien dan membubuhkan tanda tangan.
Apabila materi informasi yang sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan untuk pasien belum tersedia, maka dokter atau dokter
gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran pada pasien
menuliskan penjelasannya pada formulir Informasi.
3. Pasien atau keluarga terdekat yang dianggap kompeten diminta
menandatangani pernyataan persetujuan (Consent) setelah
memahami segala sesuatu tentang penjelasan tindakan kedokteran
yang akan dilakukan. Seorang saksi dari rumah sakit (bukan yang
memberikan penjelasan atau tindakan) dan/atau dari pihak pasien
juga turut menandatangani formulir pernyataan persetujuan
(Informed Consent).
17
K. Pengaturan untuk pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
lisan
Pengaturan untuk permintaan pernyataan persetujuan secara lisan
dilakukan untuk setiap tindakan kedokteran yang tidak diwajibkan
untuk dimintakan pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis atau dalam kondisi gawat darurat yang tidak memungkinkan
untuk memintakan pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis, pengaturan permintaan pernyataan persetujuan secara lisan
adalah sebagai berikut :
1. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien menentukan jenis tindakan kedokteran, apakah
memerlukan pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis atau lisan, kecuali dalam keadaan gawat darurat untuk
menyelamatkan jiwa pasien atau mencegah terjadinya kecacatan.
2. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pelayanan pasien menjelaskan tindakan kedokteran yang akan
dilakukan pada pasien secara singkat, terutama tujuan dilakukan
tindakan kedokteran dan risiko apabila tidak dilakukan.
3. Pasien atau keluarga terdekat dianggap telah memberikan
pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara lisan, apabila
berkata setuju atau dalam bentuk gerakan mengganggukkan
kepala yang diartikan sebagai ucapan setuju.
18
bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien harus setelah keluarga
mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan.
19
penolakan persetujuan (Informed Refusal) dengan didampingi saksi
dari pihak dokter (perawat/bidan) dan dari pihak keluarga.
Pengaturan untuk penolakan persetujuan (Informed Refusal) adalah
sebagai berikut :
1. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien menentukan jenis tindakan kedokteran, apakah
memerlukan pernyataan persetujuan (Informed Consent) secara
tertulis atau lisan.
2. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
pada pasien atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pelayanan pasien memaparkan materi Informasi sesuai dengan
jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan pada pasien sesuai
format dokumen materi Informasi tersebut. Apabila materi Informasi
yang sesuai dengan tindakan kedokteran tersebut belum tersedia,
maka dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran pada pasien memaparkan penjelasan berdasarkan
Panduan pelayanan kedokteran yang lazim.
3. Dalam hal pasien atau keluarga terdekat pasien yang dianggap
kompeten menolak memberikan pernyataan persetujuan (Informed
Consent) setelah mengerti dan memahami segala sesuatu tentang
tindakan kedokteran yang akan dilakukan pada pasien. Dokter atau
dokter gigi wajib melakukan konfirmasi dengan penolakan tersebut,
bila diperlukan dengan penjelasan ulang kepada pasien atau
keluarga lain yang dianggap lebih kompeten untuk mengambil
keputusan.
4. Apabila setelah dipastikan bahwa pasien atau keluarga terdekat
pasien yang dianggap kompeten tetap menolak, maka pasien atau
keluarga pasien diminta menandatangani pernyataan penolakan
(Informed Refusal), apapun jenis tindakan kedokterannya, baik
yang memerlukan pernyataan persetujuan (Informed Consent)
secara tertulis maupun lisan.
20
5. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran
tersebut, seorang saksi dari rumah sakit (perawat/bidan) dan dari
pasien (keluarga/pengantar) juga harus menandatangani formulir
pernyataan penolakan (Informed Refusal).
21
BAB III
KEBIJAKAN
22
BAB IV
TATA LAKSANA
23
Kesepuluh jenis tindakan rutin yang mungkin dilakukan pada
pasien selama pasien menjalani perawatan adalah sebagai berikut:
a. Pemasangan jalur infus tunggal atau bercabang atau lebih dari
satu jalur, dan penggantiannya.
b. Penyuntikan obat terapi selama perawatan, secara intravena,
intramuskuler, intrakutan dan subkutan.
c. Tes kulit setiap kali akan memasukkan obat parenteral baru
selama perawatan, untuk mengetahui kemungkinan alergi pada
pasien.
d. Pemasangan kateter urine, dan penggantiannya.
e. Pemasangan sonde (nasogastric tube), dan penggantiannya.
f. Pemasangan endotracheal tube pada saat mengalami kondisi
emergensi pertama kali, dan penggantiannya.
g. Penggunaan defibrillator untuk resusitasi pada saat mengalami
kondisi emergensi pertama kali, dan pengulangannya.
h. Pengambilan sampel darah melalui vena/arteri selama
perawatan.
i. Pengambilan sampel urin dengan kateter bila diperlukan selama
perawatan.
j. Resusitasi jantung paru pada pasien/keluarga pasien yang
tidak menandatangani pernyataan DNR
2. Formulir “Persetujuan Anestesi
Semua tindakan anestesi dan sedasi moderat sampai
dalam, wajib dimintakan pernyataan persetujuan (Informed
Consent) tertulis dari pasien/keluarga terdekat pasien setelah
mendapatkan penjelasan yang diperlukan untuk pasien/keluarga
pasien menyatakan persetujuannya. Anestesi ringan atau lokal
dapat dimintakan persetujuan secara lisan
3. Formulir “ PersetujuanTindakan Kedokteran “
Formulir ini diisi oleh pasien / keluarganya sebelum pasien
dilakukan tindakan operasi / tindakan invasive , tindakan berisiko
24
tinggi, tindakan pemberian darah / produk darah, serta penghentian
atau penundaan bantuan hidup ( do not resusitasi )
Semua tindakan operasi yang dilaksanakan di kamar
operasi, wajib dimintakan pernyataan persetujuan (Informed
Consent) tertulis dari pasien/keluarga terdekat pasien, setelah
mendapatkan penjelasan yang diperlukan untuk pasien/keluarga
pasien, menyatakan persetujuannya.
Semua tindakan berisiko tinggi atau dianggap berpotensi
berisiko tinggi wajib dimintakan pernyataan persetujuan (Informed
Consent) tertulis dari pasien/keluarga terdekat pasien, setelah
mendapatkan penjelasan yang diperlukan untuk pasien/keluarga
pasien menyatakan persetujuannya.
Semua tindakan pemberian darah/produk darah wajib
dimintakan pernyataan persetujuan (Informed Consent) tertulis dari
pasien/keluarga terdekat pasien setelah mendapatkan penjelasan
yang diperlukan untuk pasien/keluarga pasien menyatakan
persetujuannya.
Pernyataan persetujuan (Informed Consent) untuk
pemberian darah/produk darah berlaku untuk satu seri pemberian,
apabila terdapat jeda permintaan darah, maka wajib dimintakan
pernyataan persetujuan (Informed Consent) tertulis ulang. Oleh
karena itu, jenis dan jumlah produk darah yang akan diberikan
dalam satu seri wajib dicantumkan dalam pernyataan persetujuan
(Informed Consent).
Pada tindakan kedokteran yang rutin dilakuan misalnya pada
tindakan hemodialisa, pemberian informasi kepada pasien dan atau
keluarga diberikan satu bulan sekali, sama seperti saat
pemeriksaan laboratorium rutin, sedangkan persetujuan tindakan
hemodialisa diberikan setiap akan melakukan tindakan
hemodialisa.
Semua tindakan untuk penghentian atau penundaan
pemberian bantuan hidup wajib dimintakan persetujuan tertulis
25
4. Formulir “ Pernyataan Penolakan “,
Formulir ini diisi apabila pasien / keluarganya memutuskan
untuk menolak dilakukannya suatu tindakan
Dokumentasi penolakan persetujuan (Informed Refusal) wajib
dimengerti dan dipahami pasien/keluarga pasien yang menolak
menjalani tindakan kedokteran dan menjadi dasar untuk
menyatakan penolakannya, setelah pasien/keluarganya diberi
penjelasan, yang sesuai dengan materi penjelasan yang
dibutuhkan untuk mengambil keputusan.
5. Pada kondisi tertentu, untuk menyelamatkan nyawa pasien,
tindakan-tindakan berikut boleh dilakukan tanpa persetujuan dari
pasien dan atau keluarga.
a. Pemasangan Endotracheal tube (ETT).
b. Needle Cricothyroidectomy.
c. Needle cricothyroidotomy
d. Pemasangan alat bantu jalan nafas supraglotik
e. Pungsi dekompresi dengan atau tanpa pemasangan chest
tube.
f. Venaseksi.
g. Pemasangan cateter sentral dan double lumen.
h. Penggunaan ventilator.
i. Pemasangan akses IV
j. Pemasangan akses IO
26
BAB V
DOKUMENTASI
27
Semua tindakan kedokteran yang direncanakan pada pasien
dan pasien/keluarga pasien memutuskan menolak berdasar
penjelasan dokter dan pemahaman tentang penjelasan tersebut, harus
didokumentasikan dengan formulir pernyataan penolakan (Informed
Refusal).Tindakan yang membutuhkan pernyataan penolakan
(Informed Refusal), tidak terbatas hanya pada yang membutuhkan
pernyataan persetujuan secara tertulis dalam formulir pernyataan
persetujuan (Informed Consent).
Dokumentasi pernyataan persetujuan (Informed Consent)
tertulis atau pernyataan penolakan (Informed Refusal) berfungsi untuk
memudahkan pembuktian apabila terjadi tuntutan, bahwa sebuah
tindakan dilakukan dengan persetujuan pasien/keluarga pasien setelah
pasien/keluarga pasien mendapat penjelasan dan dapat memahami
penjelasan tersebut. Pernyataan persetujuan (Informed Consent) tidak
serta merta membebaskan dokter dari tuntutan, terutama bila dokter
melakukan kelalaian, namun akan menjadi dokumen penting untuk
melindungi dokter dan rumah sakit yang telah menjalankan prosedur
dengan benar.
Ditetapkan di : Demak
Pada Tanggal : 23 Mei 2022
DIREKTUR RSUD SUNAN KALIJAGA
KABUPATEN DEMAK
28