DISUSUN OLEH :
Ade Yulianingsih, S.Farm.
NIM. 200070600111010
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara umum mengenai kegiatan
kefarmasian danperan, fungsi serta tanggung jawab apoteker di Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami struktur organisasi, tugas, peran, dan
fungsi bidang farmasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
b. Memahami kegiatan terkait kefarmasian di Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan.
c. Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap perilaku (profesionalime) serta wawasan dan
pengalaman nyata dalam melakukan praktik profesi dan pekerjaan
kefarmasian di bidang Pemerintahan.
d. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem solving)
praktek dan pekerjaan kefarmasian di bidang pemerintahan.
BAB II
URAIAN TUGAS
Staff memberikan informasi tentang penerbitan Surat Ijin Kerja Apoteker (SIKA/SIPA)
Penelitian administrasi
Kualifikasi Pelaksana
1. Memahami kebijakan mengenai Perundang-undangan tentang
Perijinan
2. Memiliki kemampuan meneliti kelengkapan persyaratan Perijinan
Apotek
3. Memiliki kemampuan melkaukan supervisi ke Apotek
4. Memiliki kemampuan membuat Berita Acara Pemeriksaan
5. Memiliki ijazah apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian
Staff memberikan informasi tentang penerbitan Surat Ijin Kerja Apotek (SIA)
Staff meneruskan berkas yang telah lengkap ke Bidang Pengkajian & Pemrosesan
PTSP untuk menentukan bentuk kajian dan komposisi Tim Teknis
Staf melakukan kajian teknis terhadap permohonan izin yang diterima, melakukan
kunjungan lapangan dan atas dasar tersebut menerbitkan rekomendasi diterima atau
ditolaknya suatu permohonan izin kepada Kepala DPMPTSP selalu koordinator TIM
Teknis, membuat dan menandatangani BAPL
Kepala DPMPTSP menandatangani izin yang telah dicetak dan dicap stempel dan
diarsipkan di Bidang Pelayanan Perizinan diteruskan ke loket penyerahan.
Kualifikasi Pelaksana
2.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
di Instalasi Farmasi Kabupaten Malang/Gudang Farmasi Kabupaten
Malang.
Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
dilakukan mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi.
Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP bertujuan untuk melaksanakan
pelayanan obat kepada masyarakat secara rasional, baik dan menyeluruh.
2.2.1. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dan BMHP dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dan BMHP yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat
secara rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP dengan metode
konsumsi dan usulan dari puskesmas. Metode perencanaan diperoleh dari laporan
pengeluaran gudang selama 1 tahun. Laporan tersebut didapatkan dari hasil
rekapan setahun pengeluaran obat dan perbekalan farmasi di gudang yang dicek
perbulan. Selain itu, puskesmas juga memberikan rekomendasi atau usulan jenis
obat yang terkoordinir dilakukan setiap periode.
2.2.2. Pengadaan
Pengadaan obat di IFK untuk menunjang pelayanan kesehatan dilakukan
berdasarkan formularium nasional (FORNAS), Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN), Formularium Kabupaten (FORKAB) dan obat yang ada di Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Pengadaan didanai
melalui berbagai sumber anggaran dana yaitu DAU (Dana Anggaran Umum),
DAK (Dana Alokasi Khusus), DID (Dana Insertif Daerah), dan BTT (Bantuan
Dana Tak Terduga). DAK merupakan sumber dana yang didapatkan dari pusat
dan pembelian obat melalui LKPP yang dimulai pada Bulan Februari setiap
tahunnya. BTT didapatkan karena terjadi wabah COVID-19. Pembuatan SP
dilakukan cepat dan proses pembayaran disertai kwitansi. Metode pengadaannya
adalah penunjukkan langsung.
2.2.3. Penerimaan
Setelah dari bagian pengaadan, tim penerimaan barang di GFK akan
menerima berkas-berkas pengadaan berupa Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
Surat Pesanan (SP) dan lampiran bukti transaksi e-katalog yang digunakan untuk
menerima barang. Setiap barang datang dilakukan cek kesesuaian antara berkas-
berkas pengadaan dengan barang yang datang dan faktur yang diberikan. Hal-hal
yang perlu diperiksa oleh tim penerimaan diantaranya nama obat, jumlah obat,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, jenis sediaan dan kondisi fisik barang. Apabila
barang yang diterima tidak sesuai dengan permintaan atau kondisi fisik yang tidak
sesuai, tim penerima barang akan menghubungi distributor barang tersebut dan
mengkonfirmasi bahwa barang yang diterima tidak sesuai dengan permintaan atau
kondisi fisik yang tidak sesuai. Selanjutnya tim penerima barang akan meminta
penggantian barang dengan kondisi sesuai dengan permintaan. Sedangkan, apabila
barang yang diterima sesuai dengan kriteria, maka tim penerimaan membuat
Berita Acara Penerimaan (BAP) obat dan ditandatangani oleh panitia penerimaan
obat. Berita Acara Penerimaan (BAP) tersebut kemudian ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
2.2.4. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan yang baik bertujuan untuk
memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga kelangsungan persediaan dan memudahkan pencarian dan pengawasan
( Kemenkes, 2012). Ketidaksesuaian prosedur dalam penyimpanan dapat
berakibat pada ketidakefektifan obat bahkan sampai menyebabkan kerusakan obat
yang dapat merugikan bagi negara dan tentunya bagi pasien yang akan
mengkomsumsi obat tersebut. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
kualitas suatu obat yang disimpan. Salah satu yang dapat mempengaruhi kondisi
penyimpanan yaitu suhu. Produk farmasi harus disimpan pada suhu yang sesuai
untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya penurunan obat yang akan
mempengaruhi kualitas dan keamanan obat (BPOM, 2012).
2.2.6. Pengendalian
Pengendalian sediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
dilakukan untuk meminimalisir adanya kehilangan atau kerusakan yang sengaja
atau tidak disengaja. Pengendalian yang dilakukan di GFK Kabupaten Malang
yaitu menggunakan kartu stelling. Kartu stelling berfungsi mencatat pemasukan
dan pengeluaran barang, terdapat keterangan jenis obat, dan nama puskesmas
pemohon (bila terdapat obat keluar karena permintaan LPLPO).
3.1. Kesimpulan
Dinas kesehatan adalah instansi pemerintah di bidang kesehatan yang
bertujuan untuk penyediaan penyelenggaraan upaya kesehatan baik perorangan
maupun masyarakat di kabupaten atau kota. Pengelolaan sediaan farmasi, yaitu
obat, alat kesehatan dan BMHP di lingkup pemerintahan dilaksanakan oleh dinas
kesehatan kabupaten atau kota khususnya di bagian sumberdaya kesehatan pada
seksi kefarmasian dibawah tanggung jawab apoteker. Pengelolaan sediaan farmasi
meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, serta
pencatatan dan pelaporan. Perencanaan dilakukan untuk menentukan jumlah obat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas sekabupaten Malang selama 1
tahun. Pengadaan obat yang dilakukan berdasarkan Formularium Nasional
(FORNAS), Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan obat yang ada di
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melalui e-
katalog (http:/e-katalog.lkpp.go.id). Saat penerimaan barang beberapa hal yang
perlu diperiksa diantaranya jumlah obat, nama obat, nomor batch, jenis sediaan,
tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik barang. Penyimpanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan di Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan, dan kestabilan obat dan prinsip FIFO dan FEFO. Pendistribusian obat
dan BMHP dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk didistribusikan ke 39 puskesmas
sesuai dengan LPLPO dari masing-masing puskesmas. Pengendalian obat dan
BMHP dilakukan dengan cara pencatatan pada pada sistem (komputer), kartu
stelling dan LPLPO serta pengecekan ulang pada saat stock opname akhir bulan.
Beberapa laporan yang dibuat IFK yaitu laporan bulanan, laporan tahunan,
laporan perencanaan, laporan ketersediaan obat, dan laporan narkotika
psikotropika.
3.2. Saran
Sebaiknya dilakukan pembatasan jumlah tumpukan kardus/karton untuk
sediaan farmasi baik obat, alkes, maupun BMHP. Selain itu juga gudang farmasi
perlu diperhatikan kebersihannya seperti kebersihan rak penyimpanan (contohnya
berdebu). Serta memastikan penataan obat digudang tersusun rapi dan diberi alas
(pallet).
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
E = BMHP
Lampiran 2.
Contoh
LPLPO
Lampiran 3.
Contoh
Surat Bukti
Barang
Keluar
(SBBK)
Lampiran 4. Laporan Penggunaan Obat Narkotika
Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan
Lampiran 6. Contoh Surat Perintah Tugas
Lampiran 7. Contoh Rencana Kebutuhan Obat
Lampiran 8. Contoh Sistem Pengadaan secara Elektronik