Kelompok 2
Dosen Tutor :
Disusun oleh :
Qonitiya Nuriyah
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
2.2 Taksonomi......................................................................................................6
2.4. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek farmakologis dari
kunyit (Curcuma domestica)................................................................................7
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................5
BAB VI KESIMPULAN.........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2021 saat ini, Di Amerika Serikat ulkus peptikum terjadi
sekitar 4,5 juta orang setiap tahun yang sekitar 20% nya disebabkan oleh
Helicobacter pylori. Prevalensi kasus yang ditemukan pada pria adalah sebesar
11-14%, sedangkan pada wanita adalah 8-11%. Di Indonesia, sebanyak 6-15%
kasus ulkus peptikum ditemukan pada rentang usia 20-50 tahun. Pada kasus ulkus
peptikum terutama ditemukan lesi yang hilang timbul dan paling sering
didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini
mungkin sudah muncul sejak usia muda (Grawish et al., 2010). Ulkus peptikum
atau tukak lambung adalah suatu gambaran bulat dan semi bulat dengan pada
submukosa lambung akibat terputusnya konstinuitas mukosa lambung. Sekitar 20-
30% dari prevalensi ulkus terjadi akibat pemakaian Obat Anti Inflamasi Non-
Steroid (OAINS), terutama Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) non-
slektif, seperti aspirin ((Tarigan & Bayer, 2012). Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
(OAINS) merupakan penyebab umum terjadi tukak gaster. Penggunaan obat ini
dapat mengganggu peresapan mukosa, menghancurkan mukosa dan menyebabkan
kerusakan mukosa. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan OAINS
mempunyai sistem pencernaan yang kurang baik. Selain itu ada faktor usia, jenis
kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari OAINS, penggunaan
OAINS dalam jangka waktu yang lama, penggunaan disertai antikoagulan dan
severe comorbid illness (Cruccu et al., 2010).
merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning, dan
terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and kurkumin III (0.3%) (Atiq
Himma, 2010).
2. Apa saja formula yang dibutuhkan untuk membuat sediaan tablet dari
ekstrak rimpang kunyit untuk mencegah kerusakan lambung?
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2 Taksonomi
2.4. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek farmakologis dari
kunyit (Curcuma domestica)
BAB III
MAPPING KONSEP
9
10
BAB IV
METODE PEMBUATAN FORMULASI SEDIAAN HERBAL
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak kunyit antara lain :
alat uji kekerasan (hardness tester)
alat uji kerapuhan (fiabilator)
uji waktu hancur (disintegrasi tester)
11
Formulasi dibuat dengan bobot 650 mg tiap tablet, dibuat menjadi 3 formula
dengan konsentrasi bahan pengikat 1%, 3%, 5%.
Formula standar tablet yang digunakan adalah (Siregar, 2010):
R/ Zat aktif 150
Talk 3,0
Musilago amili 10% q.s
Mg stearat 0,5
Aq.dest q.s
Berdasarkan formula di atas maka dibuat variasi basis bahan pengikat
yang bertujuan untuk mengetahui formulasi mana yang memenuhi kualitas sifat
fisis tablet.
1) Uji keseragaman bobot. Cara kerja uji keseragaman bobot adalah Timbang 20
tablet dengan mengunakan timbangan analitik, hitung rata-rata tiap tablet.
Kemudian tablet ditimbang satu persatu.
2) Uji keseragaman ukuran. diambil tablet sebanyak 10 tablet. diukur tebal dan
diameter masing-masing tablet satu per satu dengan micrometer. Catat hasil
pengukurannya.
3) Uji kekerasan tablet. Cara kerja uji kekerasan tablet adalah Ambil secara acak
10 tablet setelah 24 jam waktu produksi (guna memastikan keseimbangan
13
tekanan dan gaya di dalam tablet). Masukkan pada alat pengukuran tablet
(hardness tester). Tablet diletakan pada ujung alat dengan posisi vertical. Putar
sekrup pada ujung yang lain, sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan
sampai tablet pecah. Tekanan tablet dibaca pada skala, lakukan percobaan
sebanyak 5 kali dan hitung harga putarannya.
4) Uji kerapuhan tablet. Cara kerja Uji kerapuhan tablet adalah Ambil 20 tablet
lalu dibebas debukan dan di timbang menggunakan timbangan
analitik(Anonim, 1995). Masukkan tablet kedalam fribilator lalu diputar
selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per menit. Tablet dibersihkan
dari fines yang menempel dan ditimbang kembali menggunakan timbangan
analitik.
Data yang digunakan adalah data hasil pengamatan uji keseragaman bobot,
uji keseragaman ukuran, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet. Uji kualitas
tablet kunyit dianalisis dengan standar yang ada pada Farmakope Indonesia
dilanjutkan dengan pengujian Kruskal-Wallis pada sifat fisik tablet
14
BAB V
PEMBAHASAN
Makalah ini membahas mengenai suatu sediaan tablet dengan bahan zat
aktif rimpang kunyit dimana hasil determinasi menunjukkan bahwa kunyit
(Curcuma domestica Val) yang digunakan untuk penelitian sudah sesuai pustaka
pada materia medika dan tanaman tersebut merupakan tanaman rimpang kunyit
dengan ciri-ciri berbatang semu, tersusun atas pelepah-pelepah daun, rimpang
bercabang, setiap tanaman memiliki 3-8 daun, daun bertangkai, panjang helai
daun 2,5-5 kali lebar daun.
Kunyit di ekstrak dengan mengunakan metode maserasi karena metode
tersebut sangat cocok sesuai dengan sifat kurkumin yaitu tidak larut dalam air,
larut dalam alkohol. 500 g rimpang kunyit menghasilkan ekstrak kental sebanyak
90,5 g dengan warna coklat kehitaman dan berbau khas kunyit.
Proses pembuatan granul dilakukan dengan cara memasukan ekstrak
kental dan aerosil pada baskom lalu di campur hingga menjadi ekstrak kering lalu
ditambahkan laktosa dan gelatin sesuai takaran lalu di campur hingga membentuk
adonan, dikatakan baik jika di jatuhkan adonan tidak pecah dan di ayak
menggunakan mesh no.12 membentuk granul basah lalu di oven dengan suhu
40oC setelah granul kering diayak menggunakan mesh no.18. Granul yang
digunakan adalah granul yang tidak lolos dari pengayakan no.18.
Pengujian sifat fisik granul dilakukan pada granul yang sudah dikeringkan.
Pembuatan granul sangat berpengaruh terhadap proses pentabletan. Granul dengan
sifat alir yang baik akan berpengaruh memberikan keseragaman bobot tablet yang
baik. Kompatibilitas granul akan berpengaruh pada kekerasan tablet dan daya
serap granul akan berpengaruh pada waktu hancur tablet.
Hasil penelitian terdahulu diperoleh dari pengujian susut pengeringan
didapat perbedaan sifat fisik granul yang berbeda antara ketiga formula yang
dibuat. Tetapi formulasi ke III dengan persen susut pengeringan 1,55 % adalah
formulasi yang paling baik diantara ke tiga formula. Adapun standar susut
pengeringan granul yang baik adalah 1%-2%.
15
ukuran tablet, dengan diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan tidak
kurang dari empat per tiga tebal tablet.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kekerasan tablet
yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat. Formula tablet kunyit yang
memenuhi standar uji kekerasan adalah formula II dengan tingkat kekerasan
4,45% dan formula III dengan tingkat kekerasan 5,83%. Adapun standar tingkat
kekerasan tablet yang baik adalah 4kg-7kg.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kerapuhan tablet
yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat. Formula II dengan persen
kerapuhan tablet 0,27 % adalah formula yang memiliki persen kerapuhan lebih
baik dari formulasi yang lain. Adapun standar uji kerapuhan tablet yang baik
adalah <1%.
17
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA