Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRODUK SEDIAAN TABLET DARI

EKSTRAK RIMPANG KUNYIT UNTUK MENCEGAH


KERUSAKAN LAMBUNG

Kelompok 2

Dosen Tutor :

Dr. Arif yahya, M.Kes

Disusun oleh :

Qonitiya Nuriyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH PRODUK SEDIAAN TABLET DARI EKSTRAK RIMPANG
KUNYIT UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN LAMBUNG ”.

Kami berterima kasih sebanyak-banyaknya yang kepada seluruh pihak


yang telah berontribusi dalam penyusunan makalah ini. Sangat disadari bagi
penulis masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna untuk
menyempurnakan dan agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 1 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Tujuan.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Patofisiologi Penyakit....................................................................................5

2.2 Taksonomi......................................................................................................6

2.3 Kandungan senyawa aktif..............................................................................6

2.4. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek farmakologis dari
kunyit (Curcuma domestica)................................................................................7

BAB III MAPPING KONSEP.................................................................................8

BAB IV METODE PEMBUATAN FORMULASI SEDIAAN HERBAL.............9

4.1 Metode Pembuatan Formulasi........................................................................9

4.2 Formulasi tablet ekstrak kunyit (Curcuma domesticcal Val).........................2

4.3 Cara Pembuatan Tablet Secara Granulasi Basah...........................................3

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data...........................................................4

BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................5

BAB VI KESIMPULAN.........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2021 saat ini, Di Amerika Serikat ulkus peptikum terjadi
sekitar 4,5 juta orang setiap tahun yang sekitar 20% nya disebabkan oleh
Helicobacter pylori. Prevalensi kasus yang ditemukan pada pria adalah sebesar
11-14%, sedangkan pada wanita adalah 8-11%. Di Indonesia, sebanyak 6-15%
kasus ulkus peptikum ditemukan pada rentang usia 20-50 tahun. Pada kasus ulkus
peptikum terutama ditemukan lesi yang hilang timbul dan paling sering
didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini
mungkin sudah muncul sejak usia muda (Grawish et al., 2010). Ulkus peptikum
atau tukak lambung adalah suatu gambaran bulat dan semi bulat dengan pada
submukosa lambung akibat terputusnya konstinuitas mukosa lambung. Sekitar 20-
30% dari prevalensi ulkus terjadi akibat pemakaian Obat Anti Inflamasi Non-
Steroid (OAINS), terutama Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) non-
slektif, seperti aspirin ((Tarigan & Bayer, 2012). Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
(OAINS) merupakan penyebab umum terjadi tukak gaster. Penggunaan obat ini
dapat mengganggu peresapan mukosa, menghancurkan mukosa dan menyebabkan
kerusakan mukosa. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan OAINS
mempunyai sistem pencernaan yang kurang baik. Selain itu ada faktor usia, jenis
kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari OAINS, penggunaan
OAINS dalam jangka waktu yang lama, penggunaan disertai antikoagulan dan
severe comorbid illness (Cruccu et al., 2010).

Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) yang


memiliki efek analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi yang bekerja secara
perifer. Obat ini memiliki kelemahan dan kelebihan, di satu sisi obat ini memiliki
efektivitas yang tidak diragukan lagi dalam mengatasi nyeri, inflamasi serta
menurunkan demam (Schellack, 2012). Disisi lain, obat ini dapat menimbulkan
efek samping utama dan paling sering dapat menyebabkan gangguan pada saluran
2

cerna berupa erosi, ulserasi, perforasi sampai perdarahan yang dapat


mengakibatkan kematian (Katar, 2000) Penghambat bagian sistemik terhadap
pelindung mukosa lambung terjadi melalui penghambatan aktivitas COX mukosa
lambung COX merupakan enzim yang mengatur pembentukan prostaglandin.
COX mempunyai dua bentuk enzim yaitu COX-1 dan COX-2. COX1 dapat
ditemukan pada lambung, trombosit, ginjal dan sel endotelia. COX-1 mempunyai
peran penting dalam mempertahankan integritas fungsi renal dan integritas
mukosa lambung. Sedangkan COX-2 yang diinduksi oleh rangsangan inflamasi
ditemukan terekpreresi pada leukosit, magrofag, sel synovial dan fibroblast
(Thomas et al., 2015).

Pada jaringan yang mengalami inflamasi, enzim COX-2 paling berperan


dalam fungsi OAINS sebagai anti inflamasi. Di lambung, enzim COX-1 bekerja
dengan merangsang pembentukan prostaglandin, yang fungsinya adalah sebagai
pelindung mukosa lambung dan pengatur aliran darah ke lambung. Apabila kerja
enzim COX-1 terhambat, maka OAINS akan dapat menimbulkan efek samping.
Dengan terhambatnya sintesis prostaglandin juga akan mengakibatkan pertahanan
mukosa saluran cerna akan terganggu, sehingga terjadi penurunan sekresi mukus
dan bikarbonat pada membran sel mempunyai peran penting dalam memperbaiki
dan mempertahankan integritas mukosa lambung. Hal tersebut akan menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke mukosa, yang akan berlanjut mengakibatkan
terhambatnya proses perbaikan epitel dan perubahan pada proses seluler lainnya,
dan pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan saluran cerna (Hojo et al., 2018).
Oleh karena adanya keterbatasan dalam penggunaan OAINS maka penggunaan
tumbuhan atau obat tradisional yang telah diteliti dan terbukti berkhasiat dalam
mengurangi kerusakan lambung seperti kunyit, madu, temulawak, alpukat, jambu
biji, dan beras hitam sangat dianjurkan. Salah satu jenis tumbuhan yang
mengandung efek analgesik misalnya adalah kunyit (Curcuma domestica val.)
(Kusbiantoro, 2018). Kandungan kimia kunyit terdiri atas karbohidrat (69,4%),
protein (6,3%), mineral (3,5%), dan moisture (13,1%). Minyak esensial (5,8%)
seperti aphellandrene (1%), sabinene (0,6), cineol (1%), borneol (0,5%),
zingiberene (25%) dan sesquiterpines (53%) juga dapat dihasilkan melalui
distalasi uap dari rimpang kunyit. Kurkumin (diferuloylmethane) (3–4%)
3

merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning, dan
terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and kurkumin III (0.3%) (Atiq
Himma, 2010).

Kunyit dapat memproteksi mukosa lambung dengan meningkatkan sekresi


mukus dan mempunyai efek vasodilator sehingga kunyit dapat meningkatkan
pertahanan mukosa lambung. Adapun zat aktif di dalam kunyit yang diduga
mempunyai aktivitas analgesik adalah kurkuminoid dan minyak astiri (Fenda
Adita, 2010). Kandungan kurkuminoid berkisar antara 3,0%-5,0% yang terdiri
dari kurkumin dan turunannya. Kurkominoid berbentuk kristal prisma atau batang
pendek, membentuk emulsi /tidak larut air, dan mudah larut dalam aseton, etanol,
metanol, benzene dan kloroform. Senyawa tersebut memberikan fluoresensi
warna kuning, jingga, sampai jingga kemerahan yang kuat dibawah sinar UV
yang tidak stabil, jika terkena sinar matahari dan akan stabil apabila dipanaskan.
Kunyit sangat baik diserap dalam saluran pencernaan, sehingga sangat baik
digunakan secara oral. Oleh karena itu kunyit paling baik digunakan untuk
mengurangi gejala PCOS (Fahrumnisa, 2019). Penelitian terdahulu telah
membuktikan kurkumin dapat mempengaruhi metabolisme asam arachidonat
yaitu dengan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase dan lipooksigenase
(Hong et al., 2004). Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
minyak astiri yang mengandung cynnamil tiglate pada kunyit memiliki sifat anti
inflamasi dengan melihat penurunan volume edema (Botani et al., 2009). Selain
kurkuminoid dan minyak astiri rimpang kunyit juga mengandung senyawa lain
seperti pati, lemak, protein, kamfer, resin, damar, gom, kalsium, fosfor, dan zat
besi (Muniroh et al., 2010). Berdasarkan informasi di atas, maka penulis ingin
membuat makalah yang berjudul “MAKALAH PRODUK SEDIAAN TABLET
DARI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN
LAMBUNG”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan sediaan tablet dari ekstrak rimpang kunyit


untuk mencegah kerusakan lambung?
4

2. Apa saja formula yang dibutuhkan untuk membuat sediaan tablet dari
ekstrak rimpang kunyit untuk mencegah kerusakan lambung?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan tablet dari ekstrak rimpang


kunyit untuk mencegah kerusakan lambung.
2. Untuk mengetahui formula yang dibutuhkan untuk membuat sediaan tablet
dari ekstrak rimpang kunyit untuk mencegah kerusakan lambung.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6

2.1 Patofisiologi Penyakit

2.2 Taksonomi

Berikut taksonomi tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val. atau Curcuma longa L.

2.3 Kandungan senyawa aktif

Rimpang kunyit mengandung senyawa yang bermanfaat untuk


kesehatan diantaranya adalah minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa,
beberapa mineral dan pigmen kurkumin yang memberi warna kuning orange
pada kunyit (Rahman et al., 2020). Kurkumin merupakan salah satu jenis
antioksidan dan berkhasiat sebagai hipokolesteromik, kolagogum, koleretik,
bakteriostatik, spasmolitik, antihepatotoksik dan antiinflamasi. Kurkumin
memberikan efek ke cyclooxygenase 2 (COX-2), sintesa nitrat oksida dan
biomarker respon inflamasi yang akan meningkatkan produksi sel makrofag
dari TNF- α (Pratiwi, 2020). Minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit
berkhasiat untuk mengatur keluarnya asam lambung agar tidak berlebihan dan
mengurangi pekerjaan usus yang terlalu berat dalam pencernaan zatzat
makanan. Minyak atsiri yang mengontrol asam lambung agar tidak berlebihan
dan tidak kekurangan akan menyebabkan isi lambung tidak terlalu asam,
sehingga apabila isi lambung tersebut masuk ke duodenum untuk menurunkan
keasaman chime, maka akan semakin cepat dalam mengubahnya ke keadaan
pH yang sesuai untuk diteruskan ke proses absorpsi usus halus.
7

2.4. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efek farmakologis dari
kunyit (Curcuma domestica)

Kunyit dapat memproteksi mukosa lambung dengan meningkatkan


sekresi mukus dan mempunyai efek vasodilator sehingga kunyit dapat
meningkatkan pertahanan mukosa lambung. Penelitian terdahulu telah
membuktikan kurkumin dapat mempengaruhi metabolisme asam arachidonat
yaitu dengan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase dan lipooksigenase
(Hong et al., 2004). Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
minyak astiri yang mengandung cynnamil tiglate pada kunyit memiliki sifat
anti inflamasi dengan melihat penurunan volume edema (Botani et al., 2009).
Selain kurkuminoid dan minyak astiri rimpang kunyit juga mengandung
senyawa lain seperti pati, lemak, protein, kamfer, resin, damar, gom, kalsium,
fosfor, dan zat besi (Muniroh et al., 2010). Berdasarkan permasalahan
tersebut, peneliti bermaksud melakukan tinjauan literatur yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rimpang kunyit terhadap
kerusakan lambung.
8

BAB III
MAPPING KONSEP
9
10

BAB IV
METODE PEMBUATAN FORMULASI SEDIAAN HERBAL

4.1 Metode Pembuatan Formulasi

Metode ekstraksi yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah


metode maserasi, karena maserasi merupakan cara penyarian yang paling mudah
dan sederhana. Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol 70% karena etanol
70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah zat aktif yang optimal, dimana
bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstrak.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pembuatan tablet
adalah bahan pengikat. Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gelatin. Gelatin memiliki sifat dapat mengikat kekuatan yang tinggi,
menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompresibilitas dan
kompaktibilitas yang bagus.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :


 mortir dan stemper  oven
 ayakan no. 16, no. 18  timbangan, dan anak timbang
 stopwatch  sudip
 cawan penguap  botol pencampur granul
 batang pengaduk  jangka sorong
 gelas ukur  beaker glass
 waterbath  mesin pencetak tablet (single
punch)

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak kunyit antara lain :
 alat uji kekerasan (hardness tester)
 alat uji kerapuhan (fiabilator)
 uji waktu hancur (disintegrasi tester)
11

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


 simplisia tanaman kunyit yang diperoleh dari B2P2TOT
 etanol 70%
 laktosa sebagai bahan pengisi
 gelatin sebagai bahan pengikat
 Mg stearat sebagai pelicin

4.2 Formulasi tablet ekstrak kunyit (Curcuma domesticcal Val)

Formulasi dibuat dengan bobot 650 mg tiap tablet, dibuat menjadi 3 formula
dengan konsentrasi bahan pengikat 1%, 3%, 5%.
Formula standar tablet yang digunakan adalah (Siregar, 2010):
R/ Zat aktif 150
Talk 3,0
Musilago amili 10% q.s
Mg stearat 0,5
Aq.dest q.s
Berdasarkan formula di atas maka dibuat variasi basis bahan pengikat
yang bertujuan untuk mengetahui formulasi mana yang memenuhi kualitas sifat
fisis tablet.

Tabel 3. 1. Formulasi Tablet Ekstrak Kunyit


12

4.3 Cara Pembuatan Tablet Secara Granulasi Basah

Gambar 3.1. Cara Kerja Pembuatan Tablet secara Granulasi Basah


Pengujian granul dan tablet meliputi: Uji susut pengeringan, Uji kecepatan alir
dan sudut istirahat, Uji kerapatan nyata, Uji kerapatan mampat, Kompresibilitas
Pengujian kualitas sediaan tablet meliputi:

1) Uji keseragaman bobot. Cara kerja uji keseragaman bobot adalah Timbang 20
tablet dengan mengunakan timbangan analitik, hitung rata-rata tiap tablet.
Kemudian tablet ditimbang satu persatu.
2) Uji keseragaman ukuran. diambil tablet sebanyak 10 tablet. diukur tebal dan
diameter masing-masing tablet satu per satu dengan micrometer. Catat hasil
pengukurannya.
3) Uji kekerasan tablet. Cara kerja uji kekerasan tablet adalah Ambil secara acak
10 tablet setelah 24 jam waktu produksi (guna memastikan keseimbangan
13

tekanan dan gaya di dalam tablet). Masukkan pada alat pengukuran tablet
(hardness tester). Tablet diletakan pada ujung alat dengan posisi vertical. Putar
sekrup pada ujung yang lain, sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan
sampai tablet pecah. Tekanan tablet dibaca pada skala, lakukan percobaan
sebanyak 5 kali dan hitung harga putarannya.
4) Uji kerapuhan tablet. Cara kerja Uji kerapuhan tablet adalah Ambil 20 tablet
lalu dibebas debukan dan di timbang menggunakan timbangan
analitik(Anonim, 1995). Masukkan tablet kedalam fribilator lalu diputar
selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per menit. Tablet dibersihkan
dari fines yang menempel dan ditimbang kembali menggunakan timbangan
analitik.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan adalah data hasil pengamatan uji keseragaman bobot,
uji keseragaman ukuran, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet. Uji kualitas
tablet kunyit dianalisis dengan standar yang ada pada Farmakope Indonesia
dilanjutkan dengan pengujian Kruskal-Wallis pada sifat fisik tablet
14

BAB V
PEMBAHASAN

Makalah ini membahas mengenai suatu sediaan tablet dengan bahan zat
aktif rimpang kunyit dimana hasil determinasi menunjukkan bahwa kunyit
(Curcuma domestica Val) yang digunakan untuk penelitian sudah sesuai pustaka
pada materia medika dan tanaman tersebut merupakan tanaman rimpang kunyit
dengan ciri-ciri berbatang semu, tersusun atas pelepah-pelepah daun, rimpang
bercabang, setiap tanaman memiliki 3-8 daun, daun bertangkai, panjang helai
daun 2,5-5 kali lebar daun.
Kunyit di ekstrak dengan mengunakan metode maserasi karena metode
tersebut sangat cocok sesuai dengan sifat kurkumin yaitu tidak larut dalam air,
larut dalam alkohol. 500 g rimpang kunyit menghasilkan ekstrak kental sebanyak
90,5 g dengan warna coklat kehitaman dan berbau khas kunyit.
Proses pembuatan granul dilakukan dengan cara memasukan ekstrak
kental dan aerosil pada baskom lalu di campur hingga menjadi ekstrak kering lalu
ditambahkan laktosa dan gelatin sesuai takaran lalu di campur hingga membentuk
adonan, dikatakan baik jika di jatuhkan adonan tidak pecah dan di ayak
menggunakan mesh no.12 membentuk granul basah lalu di oven dengan suhu
40oC setelah granul kering diayak menggunakan mesh no.18. Granul yang
digunakan adalah granul yang tidak lolos dari pengayakan no.18.
Pengujian sifat fisik granul dilakukan pada granul yang sudah dikeringkan.
Pembuatan granul sangat berpengaruh terhadap proses pentabletan. Granul dengan
sifat alir yang baik akan berpengaruh memberikan keseragaman bobot tablet yang
baik. Kompatibilitas granul akan berpengaruh pada kekerasan tablet dan daya
serap granul akan berpengaruh pada waktu hancur tablet.
Hasil penelitian terdahulu diperoleh dari pengujian susut pengeringan
didapat perbedaan sifat fisik granul yang berbeda antara ketiga formula yang
dibuat. Tetapi formulasi ke III dengan persen susut pengeringan 1,55 % adalah
formulasi yang paling baik diantara ke tiga formula. Adapun standar susut
pengeringan granul yang baik adalah 1%-2%.
15

Pengujian waktu aliran granul bertujuan untuk menilai efektifitas bahan


pelicin, dimana adanya bahan pelicin dapat memperbaiki sifat alir suatu granul.
Hasil pengujian waktu alir granul didapat perbedaan sifat alir granul yang berbeda
antara ketiga formula yang dibuat, Formula III dengan kecepatan alir cetak tablet
4,6 g/det adalah formulasi yang memiliki sifat alir paling baik dari formula lain.
Adapun standar waktu alir granul yang baik adalah <10 g/det.
Kompresibilitas dilakukan agar dapat mengetahui kemampuan granul
untuk tetap kompak dengan adanya tekanan. Penentuan kompresibilitas digunakan
untuk menghasilkan tablet yang baik. Hasil pengujian kompresibilitas didapat
perbedaan kompresibilitas granul yang berbeda antara ketiga formulasi, Formula
III dengan persen 13,16% adalah formulasi yang paling baik dengan kerapatan
nyata 0,41% dan kerapatan mampat 0,48%. Adapun standar kompresibilitas
granul yang baik yaitu antara 12-18%.
Hasil pemeriksaan granul yang diuji secara fisik dan telah memenuhi
persyaratan, kemudian dilakukan pencetakan dengan menggunakan pencetak
tablet. Tablet dicetak mengunakan metode granulasi basah karena metode tersebut
sangat cocok terhadap zat aktif yang digunakan yaitu kurkumin.
Hasil yang diperoleh dari pengujian keseragaman bobot didapat perbedaan
antara ketiga formulasi yang dibuat. Hasil yang didapat dari pengujian
keseragaman bobot semuanya telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Keseragaman bobot tablet yang tidak bersalut dengan bobot rata-rata >300 mg,
maka penyimpangannya tidak boleh ada dua tablet yang mempunyai
penyimpangan 5% dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai
penyimpangan 10%. Hasil yang diperoleh dari pengujian keseragaman bobot yang
paling baik adalah Formulasi III dengan penyimpangan 5% yaitu kurang dari 622
mg dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang lebih dari 688 mg dan
penyimpangan 10% kurang dari 590 mg dan tidak ada satupun tablet yang
menyimpang lebih dari 750 mg dari bobot rata-rata.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan keseragaman
ukuran tablet yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat. Formula yang
baik adalah formula III dengan diameter 13 mm. Adapun standar uji keseragaman
16

ukuran tablet, dengan diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan tidak
kurang dari empat per tiga tebal tablet.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kekerasan tablet
yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat. Formula tablet kunyit yang
memenuhi standar uji kekerasan adalah formula II dengan tingkat kekerasan
4,45% dan formula III dengan tingkat kekerasan 5,83%. Adapun standar tingkat
kekerasan tablet yang baik adalah 4kg-7kg.
Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kerapuhan tablet
yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat. Formula II dengan persen
kerapuhan tablet 0,27 % adalah formula yang memiliki persen kerapuhan lebih
baik dari formulasi yang lain. Adapun standar uji kerapuhan tablet yang baik
adalah <1%.
17

BAB VI
KESIMPULAN

Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica) dapat diformulasikan


menjadi sediaan kapsul dengan metode maserasi. dengan variasi konsentrasi
bahan pengikat 1%, 3%, 5% telah memenuhi parameter uji evaluasi sediaan tablet.
18

DAFTAR PUSTAKA

Athala, S. (2021) ‘Efektivitas Gastroprotektif Rimpang Kunyit (Curcuma


Domestica Val) Pada Lambung Yang Di Induksi Aspirin’, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), pp. 402–407. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.616.
Fenda Adita. (2010). Pengaruh Pemberian Kunyit ( Curcuma D
Omestica Val.) Terhadap Kerusakan Histologis Mukosa Gaster Mencit ( Mus M
Usculus ) Yang Diinduksi Aspirin. In Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Haryanti, F., Purwantini, I. and Sulaiman, T. N. S. (2012) ‘Formulasi
Tablet Hisap Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) dengan Kombinasi Bahan
Pengisi Manitol – Amilum Manihot’, Majalah Obat Tradisional, 17(3), pp. 47–
52.
Nabila Salwa Rachana. (2021). Efek Gastroprotektif pemberian
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dari Ulkus Lambung yang diinduksi
oleh NSAID. Jurnal Medika Hutama, 02(02), 439–447
Suyono, E. and Nurhaini, R. (2016) ‘Formulasi Tablet Ekstrak Kunyit
(Curcuma domestica Val) Dengan Variasi Bahan Pengikat’, CERATA Journal of
Pharmacy Science, 5(1), pp. 1–16.

Anda mungkin juga menyukai