Analisis Vegetasi Metode Kuadran Compress
Analisis Vegetasi Metode Kuadran Compress
PENDAHULUAN
1
metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot
less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok
digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode
ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya (Andrie, 2011).
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya.
2. Mengetahui nilai variabel dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya.
3. Mengetahui nama spesies dari vegetasi berdasarkan nilai penting yang
didapat dari area yang diamati.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vegetasi
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Individu-
individu tersebut di dalamnnya terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-
tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam
vegetasi itu dan faktor-faktor lingkungan. Vegetasi bukan hanya kumpulan dari
individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana
individu-individu penyusunnya saling bergantung satu sama lain dan disebut
komunitas tumbuhan. Pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan
yang erat antara komponen organisme dan faktor lingkungan, maka hal ini disebut
ekosistem (Marsono, 1977).
Komposisi dan struktur vegetasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan. Hal ini
menyebabkan vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultan dari banyak
faktor baik sekarang maupun yang lampau. Vegetasi sebaliknya dapat dipakai
sebagai indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya
(Marsono, 1997).
2.2 Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Kerapatan suatu jenis tumbuhan adalah
jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak
contoh yang dibuat. Kerapatan biasa dinyatakan dalam besaran persentase.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis, maka
semakin banyak individu jenis tersebut per satuan luas (Kusmana, 1997).
3
2.3 Frekuensi
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu
area. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar,
sebaliknya jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah
sebaran yang kurang luas. Frekuensi spesies tumbuhan merupakan sejumlah petak
contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat
(Samingan, 1971)
Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies
organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem. Misalnya, semakin banyak jumlah individu suatu spesies dalam petak
contoh, maka semakin besar frekuensi spesies tersebut. Semakin sedikit jumlah
individu suatu spesies dalam petak contoh, maka semakin kecil frekuensi spesies
tersebut. Hasil frekuensi tersebut dapat menggambarkan tingkat penyebaran
spesies dalam habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat menggambarkan
tentang pola penyebarannya (Martono, 1988).
2.4 Kerimbunan
Kerimbunan adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat
penguasaan ruang atau tempat tumbuh. Kerimbunan juga merupakan besaran
penguasaan berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau
kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya.
Pengukuran dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas
basah area , biomassa, atau volume (Martono, 1988).
.
2.5 Analisis Vegetasi
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi dalam
ekologi hutan yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang
dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).
4
Pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau
sementara perlu dilakukan untuk mempelajari komposisi vegetasi. Petak-petak
tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu
(Jumin, 1992).
Jumlahindividu /sp
d. Kerapatan Relatif (KR) = Jumlah total individu x 100%
Jumlah individu/ sp
e. Frekuensi Absolut sp = Total point
5
Frekuensi sp
f. Frekuensi Relatif (FR) = Jumlah frekuensi seluruh sp x 100%
Nilai penting merupakan suatu harga yang bisa didapatkan dari penghitungan
tertentu. Penghitungan tersebut berupa penjumlahan nilai relatif dari sejumlah
variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi
relatif). Nilai penting tersebut apabila disusun dalam bentuk rumus maka akan
diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B T
7
masing-masing kuadran. Kuadran I terletak antara arah utara dan barat, kuadran II
terletak antara arah utara dan timur, dan lain sebagainya. Setelah posisi masing-
masing kuadran telah ditentukan, kini saatnya untuk mencatat spesies terdekat dari
titik observasi (meliputi nama. Luas bidang dasar, diameter batang paa setinggi
dada, dan jaraknya terhadap titik observasi). Variabel-variabel yang diperoleh
tersebut kemudian digunakan untuk menghitung harga-harga relatifnya. Setelah
harga-harga relatif tersebut diperoleh kemudian menghitung harga nilai penting
untuk masing-masing spesies yang didapat, untuk kemudian disusun berdasarkan
harga nilai penting terbesar sampai harga nilai penting terkecil. Langkah terakhir
yaitu memberi nama bentuk vegetasi 2 jenis tumbuhan berdasarkan harga nilai
penting terbesar.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil data
pengamatan sebagai berikut:
4.1.1 Data
Tabel 1. Data Sampling Vegetasi Pohon Kecil
Diameter
Titik Poin Kuadran Jarak (m) Spesies
Pohon (cm)
I 5.6 Psidium guajava 2
II 4 B 7.5
1
III 7.7 C 5.5
IV 1.45 D 4
I 7.35 Mangifera indica 1.5
II 9.6 F 9.5
2
III 3.6 B 3
IV 2.8 G 1.5
I 5.8 Psidium guajava 6
II 3.7 J 4.5
3
III 2.4 Mangifera indica 2.5
IV 1.7 J 4.5
Polyalthia
I 9.87 4
longifolia
4 II 3.85 Albizia saman 4
III 7.7 Mangifera indica 4.5
IV 6.25 D 3
I 5.35 J 1
II 6.8 K 8.5
5
III 3.2 D 3
IV 8.75 Artocarpus altilis 3.5
Total 107.47
Luas area per titik poin = 400 m2
4.1.2 Analisis Data
Berikut ini adalah hasil perhitungan data hasil pengamatan.
jumlah jarak pohon terdekat
Jarak Rata-rata (D) = jumlah kuadran
9
107.47
= 20 = 5.37 m
area
Kerapatan Absolut = D2
400 m 2 400 m
2
10
A. altilis = 0.694/13.87 x 100% = 5%
= 100%
jumlah individu/sp
Frekuensi Absolut sp = total titik poin
P. guajava = 2/5
B = 2/5
C = 1/5
D = 3/5
M. indica = 3/5
F = 1/5
G = 1/5
P. longifolia = 1/5
A. saman = 1/5
J = 2/5
K = 1/5
A. altilis = 1/5
= 19/5
frekuensi sp
Frekuensi Relatif (FR) = jumlah frekuensi seluruh sp x 100%
11
Tabel 3. Perhitungan Rerata Luas Basal Area Batang Pohon
Luas Basal Area Rerata
Spesies Diameter (cm)
(cm2) Luas Basal Area
Psidium 2 3.14
15.7
guajava 6 28.26
7.5 44.16
B 25.62
3 7.07
C 5.5 23.75 23.75
4 12.56
D 3 7.07 8.9
3 7.07
1.5 1.77
Mangifera
2.5 4.91 7.53
indica
4.5 15.90
F 9.5 70.85 70.85
G 1.5 1.77 1.77
Polyalthia
4 12.56 12.56
longifolia
Albizia saman 4 12.56 12.56
4.5 15.90
J 4.5 15.90 10.86
1 0.79
K 8.5 56.72 56.72
Artocarpus
3.5 9.62 9.62
altilis
12
nilai dominan sp
Dominansi Relatif (DR) = jumlah dominan semua sp x 100%
4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan mengetahui nilai penting dari analisis vegetasi
menggunakan metode kuadran, mengetahui nilai variabel berdasarkan kerapatan,
kerimbunan dan frekuensi dari vegetasi, dan mengetahui nama spesies dari
vegetasi berdasarkan nilai penting yang didapatkan pada area dekat Danau
Kampus C UNAIR.
13
Menentukan 5 titik dengan jarak antar titik 20 m, pada masing-masing titik
terdapat 4 kuadran. Setiap kuadran hanya ada satu spesies dari vegetasi pohon
yang jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran. Hasil dari analisis data,
terdapat 12 spesies pohon di dalam plot praktikan. Setiap plot yang di sebarkan di
lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan
frekuensi. Jarak rata-rata antar pohon adalah 5.37 m dengan luas area per titik
poin = 400 m2, jumlah pohon per 400 m2 kurang lebih 14 pohon.
Kerapatan relatif (KR) terbesar ada pada spesies D, Mangifera indica, dan
J dengan nilai 15%. Nilai ini menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki
kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies lainnya, atau dalam teori
artinya kerapatannya jarang karena nilai kerapatan relatifnya tidak melebihi 20%.
Frekuensi relatif (FR) terbesar ada pada spesies D dan Mangifera indica
dengan nilai 15.79%, menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki kehadiran
lebih tinggi daripada spesies yang lainnya di mana spesies tersebut ditemukan
disemua titik. Nilai ini termasuk pada kelas A, maksudnya dikategorikan dalam
kelas A adalah nilai frekuensi relatif kisaran 10%-20%. Nilai dominan terbesar
adalah spesies F dengan nilai 49.17 cm2, sedangkan nilai dominan relatif (DR)
terbesar pada spesies Artocarpus altilis. Nilai IP terbesarnya ada pada spesies D
dengan nilai 38.37.
Semua spesies termasuk pole atau tihang, karena pohon hanya
berdiameter kurang dari 10 cm. Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya
memiliki karakteristik yang tetap. Spesies yang sama dapat menerima bentuk
kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan berbeda.
Vegetasi dapat diklasifikasikan ke dalam struktur tanpa menunjuk pada nama
spesies. Terbukti terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah dan dalam
lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies
yang dominan .
14
DAFTAR PUSTAKA
15