Anda di halaman 1dari 8

TERBATAS

STAF PERSONEL KODAM IM


BANDA ACEH (+ + +)
061100 AGU 2007

TELAAHAN STAF NO.01


MASALAH : Bidang Personel (Penyelesaian pelanggaran hukum yang dilakukan
prajurit menurut Hukum Militer)

1. PERSOALAN :
a. Penyelesaian kasus tindak pidana yang dilakukan oleh prajurit pada saat
bertugas melaksanakan operasi militer.

b. Penyelesaian kasus prajurit yang melakukan pemukulan terhadap


penduduk menurut hukum dispilin militer serta prosedur penyelesaian dan tata
cara penyidangan kasus tersebut.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Ankum dalam pembuatan Surat


Keputusan Hukuman Disiplin Militer.

2. PRA ANGGAPAN. Proses penyelesaian pelanggaran hukum yang dilakukan


prajurit dilaksanakan menurut ketentuan hukum yang berlaku.

3. FAKTA-FAKTA YANG MEMPENGARUHI.


a. Di wilayah Propinsi NAD terjadi ancaman terhadap kedaulatan dan
integritas wilayah nasional NKRI yang dilakukan oleh kelompok yang
menamakan diri mereka Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kelompok GAM ini
melakukan pemberontakan bersenjata dengan tujuan untuk memisahkan diri
dari NKRI dan membentuk negara sendiri.

TERBATAS
TERBATAS
2

b. Tindakan kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh GAM telah


menimbulkan korban rakyat sipil, aparat keamanan dan TNI, kerusakan dan
penjarahan terhada fasilitas umum dan harta benda milik pribadi, ketakutan
yang meluas di semua lapisan masyarakat serta lumpuhnya roda
pemerintahan di hampir seluruh wilayah NAD.

c. Pemerintah telah berusaha untuk menyelesaikan kekerasan bersenjata


yang dilakukan oleh GAM tersebut dengan cara-cara damai dengan
mengupayakan Perjanjian Penghentian Permusuhan (Cessation of Hostilities
Agreement) dengan fasilitasi dari pihak ketiga yang netral yaitu Henry Dunant
Centre yang berkedudukan di Swiss. Namun upaya tersebut tidak berhasil
dan malahan kesempatan tersebut digunakan oleh GAM untuk
mengkonsolidasikan kekuatan mereka.

d. Menyusul kegagalan penyelesaian secara damai, kelompok GAM


meningkatkan tindakan kekerasan bersenjata di wilayah Propinsi NAD.
Eskalasi kekerasan bersenjata telah mengakibatkan korban dikalangan rakyat
dan aparat semakin meningkat, lumpuhnya pemerintahan dan pembangunan,
peningkatan jumlah penduduk yang terpaksa mengungsi atau meninggalkan
tempat tinggalnya menuju tempat-tempat yang aman.

e. Menghadapi eskalasi konflik tersebut, Presiden mengeluarkan Keppres


No.28 Tahun 2003 yang memberlakukan Keadaan Bahaya dengan tingkatan
Keadaan Darurat Militer di Propinsi NAD dan melaksanakan Operasi Terpadu
yaitu Operasi Kemanusiaan, Operasi Pemulihan Roda Pemerintahan, Operasi
Penegakan Hukum dan Operasi Pemulihan Keamanan untuk menumpas
kekuatan GAM.

f. Pemerintah baru yang dibentuk berdasarkan hasil Pemilu tahun 2003


telah mengeluarkan kebijakan untuk menyelesaikan masalah Aceh secara adil
dan bermartabat dalam kerangka NKRI.

TERBATAS
TERBATAS
3

g. Pada akhir tahun 2004 terjadi bencana gempa bumi dan gelombang
tsunami yang dahsyat yang menimbulkan kematian dan penderitaan terhadap
ratusan ribu penduduk NAS serta kehancuran desa dan perkotaan dan
kawasam Banda Aceh dan pesisir Barat Aceh. Tragedi kemanusiaan tersebut
memberikan momentum yang baik kepada pemerintah RI dan GAM untuk
mencari solusi masalah Aceh dan sekaligus merekonstruksi Aceh pasca
tsunami dengan dukungan masyarakat internasional.

h. Berdasarkan kebijakan untuk menyelesaikan masalah Aceh secara adil


dan bermartabat dalam kerangka NKRI tersebut dimulailah perundingan
antara wakil pemerintah RI dengan wakil GAM dengan difasilitasi oleh mantan
Presiden Finlandia Marti Ahtisaari. Setelah melakukan beberapa kali
pertemuan, maka delegasi pemerintah RI dan Wakil GAM mencapai
kesepakatan tentang penyelesaian konflik di NAD yang dituangkan dalam
suatu nota kesepakatan (MOU) pada pertemuan delegasi pemerintah RI dan
GAM di Helsinki tanggal 15 Agustus 2005.

i. Bahwa dalam melaksanakan Operasi Pemulihan Keamanan, ada diantara


prajurit yang melakukan pelanggaran hukum seperti pemukulan terhadap
penduduk setempat, penggelapan harta benda milik penduduk dan melakukan
desersi yang diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

4. DISKUSI.

a. Tindakan kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh Gerakan Aceh


Merdeka (GAM) menunjukkan bahwa GAM benar-benar ingin memisahkan diri
dari NKRI. Tindakan kekerasan bersenjata tersebut ditujukan untuk
menciptakan gangguan keamanan dan telah menimbulkan korban rakyat sipil
maupun aparat keamanan dan TNI, kerusakan dan penjarahan terhadap
fasilitas umum dan harta benda milik pribadi, ketakutan yang meluas di semua
lapisan masyarakat serta lumpuhnya roda pemerintahan di hampir seluruh
wilayah NAD.
TERBATAS
TERBATAS
4

b. Pemerintah RI telah berupaya menyelesaikan permasalahan di NAD


dengan cara-cara damai, tetapi selalu menemui kegagalan. Kegagalan
tersebut disebabkan karena GAM tidak bersedia menerima usulan-usulan yang
ditawarkan oleh pemerintah, bahkan justru memanfaatkannya untuk untuk
mengkonsolidasikan kekuatan mereka. Oleh karena itu pemerintah kemudian
menggelar Operasi Terpadu yang salah satu diantaranya adalah Operasi
Pemulihan Keamanan guna menciptakan stabilitas keamanan di NAD.

c. Terjadinya gempa bumi dan tsunami di NAD dijadikan sebagai


momentum bagi pemerintah dalam usaha menyelesaikan kemelut konflik
dengan GAM yakni dengan membuat nota kesepakatan (MOU) antara
pemerintah RI dan GAM di Helsinki tanggal 15 Agustus 2005. Kesepakatan
perdamaian ini merupakan upaya pemerintah untuk menyelesaikan konflik
Aceh secara adil dan bermartabat serta tetap dalam kerangka NKRI.
Kesepakatan ini diambil dalam rangka menempatkan kepentingan rakyat Aceh
untuk lebih baik mengingat selama berlangsungnya konflik diliputi suasana
tidak aman, terlebih lagi pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami yang
menyebabkan rakyat Aceh makin menderita.

d. Dalam pelaksanaan Operasi Pemulihan Keamanan untuk menumpas


kekuatan GAM terdapat beberapa kasus tindak pidana hukum yang dilakukan
oleh prajurit diantaranya adalah pemukulan terhadap penduduk setempat,
penggelapan harta benda milik penduduk dan melakukan desersi.

1) Penyelesaian kasus tindak pidana yang dilakukan prajurit


dilaksanakan sebagai berikut :
a) Karena tindak pidana dilakukan diluar satuan, maka
penyelesaian kasus tindak pidana tersebut ditangani oleh aparat
penegak hukum. Untuk perkaranya ditangani aparat penegak
hukum. Dalam hal ini Komandan Satuan (Ankum) dimana prajurit
tersebut bernaung menerima laporan segera memerintahkan unsur

TERBATAS
TERBATAS
5

Pam/provoost untuk melakukan koordinasi dengan aparat yang


menangani, selanjutnya membuat laporan tentang perkara
pemukulan yang dilakukan prajurit TNI terhadap penduduk
setempat dan penggelapan harta benda milik penduduk.

b) Setelah diketahui bahwa kasus tersebut merupakan


pelanggaran hukum, selanjutnya Ankum membuat saran agar
pelanggaran tersebut dilimpahkan penyidikannya kepada Polisi
Militer sehingga terhadap prajurit dapat disidangkan dalam
Persidangan Militer sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

c) Unsur Pers/Min dimana menyiapkan : Surat penyerahan


penyidikan, dan melakukan penahanan sementara terhadap prajurit
yang melakukan pelanggaran dengan menyiapkan surat perintah
penahanan sementara paling lama 20 hari (Pasal 78 ayat (1) No. 31
Tahun 1997). Bila dianggap perlu perpanjangan penahanan dapat
dilakukan oleh Papera sesuai Pasal 122 ayat (1) dan (2) UU No. 31
Tahun 1997 dengan ketentuan setiap kali 30 hari dan paling lama
180 hari sesuai dengan Pasal 78 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1997.

b. Kasus prajurit yang melakukan pemukulan terhadap penduduk


setempat dapat diselesaikan menurut hukum disiplin militer. Dalam UU
No. 26 tahun 1997 diantaranya merumuskan secara umum tentang apa
yang dimaksud dengan Pelanggaran Disiplin, perbuatan yang
digolongkan sebagai Pelanggaran Disiplin, Atasan Yang Berhak
Menghukum (AYBM), dan Pengajuan Keberatan (pasal 25 s.d 30 UU No.
26 tahun 1997). Demikian halnya dalam PDT berisi norma-norma
tentang cara-cara hidup yang sangat esensial bagi militer secara garis
besar, pengertian disiplin, kedudukan atasan dan bawahan serta
kewajiban dan larangan bagi prajurit dalam menjalankan kehidupan
profesionalnya sebagai prajurit yang berdisiplin. Pelanggaran hukum
disiplin prajurit
TERBATAS
TERBATAS
6

meliputi pelanggaran hukum disiplin murni dan pelanggaran hukum


disiplin tidak murni. Penjatuhan hukuman disiplin murni merupakan
kewenangan Ankum, sedangkan penyelesaian pelanggaran disiplin tidak
murni merupakan kewenangan Perwira Penyerah Perkara setelah
menerima saran pendapat hukum dari Oditurat Militer. Karena sifatnya
yang ringan, maka jenis pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit
tersebut dapat dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin tidak murni.
Sesuai pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997, maka
terhadap yang bersangkutan dapat diancam tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau kurungan paling
lama 6 (enam) bulan atau denda paling tinggi Rp. 6.000.000,-. Proses
penyelesaian pelanggaran hukum disiplin tidak murni merupakan
kewenangan Papera setelah menerima saran berupa pendapat hukum
dari pejabat hukum/oditurat dan dilakukan dengan cara :

1) Ankum memerintahkan Pam/Provoost satuan untuk


menyerahkan pemeriksaan pelanggaran yang terjadi kepada
penyidik untuk dilakukan pemeriksaan/pengusutan.

2) Ankum/Pa/Ba atas perintah/pejabat lain melakukan


pemeriksaan/ pengusutan yang memuat fakta pelanggaran dan
hal yang meringankan/memberatkan.

3) Hasil pemeriksaan/pengusutan penyidik atau Oditur


diserahkan kepada Papera disertai pendapat dan saran hukum.

4) Setelah Papera menerima pendapat hukum dari Oditurat


Militer bahwa perkaranya dapat diklasifikasikan sebagai
perbuatan pelanggaran yang ringan sifatnya dan cukup
diselesaikan secara hukum disiplin, maka Papera menjatuhkan
hukuman disiplin sesuai tingkat pelanggarannya.

TERBATAS
TERBATAS
7

Tata cara penyidangan.


1) Pejabat pelaksana sidang disiplin, terdiri dari Ankum
sebagai Hakim disiplin, Pejabat personalia sebagai Sekretaris,
Pejabat Pam sebagai pembaca resume dan hasil pemeriksaan,
Komandan bawahan tersangka sebagai Pendamping. Provoost
satuan bertugas mengamankan dan menghadapkan tersangka
dan saksi.

2) Proses jalannya sidang.


a) Tidak ada pembacaan surat dakwaan sebagaimana
dilakukan dalam persidangan pelanggaran pidana,
namun hanya pembacaan resume hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan unsur Pam/Provoost.
b) Saat pembacaan resume oleh pemeriksa, Berita
Acara Pemeriksaan sudah diserahkan kepada
Komandan/Kepala selaku Hakim Disiplin untuk dipelajari.
c) Penasehat hukum memberikan masukan berupa
saran kepada Hakim Disiplin tentang hal ikhwal sikap
perilaku anggotanya yang telah melakukan pelanggaran
baik yang bersifat meringankan atau yang memberatkan.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Ankum dalam pembuatan


Surat Keputusan Hukuman Disiplin Militer antara lain meliputi : alasan
hukuman, hal-hal yang memberatkan/meringankan dan dasar hukuman
baik pasal yang dilanggar, pasal kewenangan Ankum serta pasal
hukuman yang dijatuhkan.

5. KESIMPULAN.
a. Penggelaran operasi pemulihan keamanan sebagai bagian dari Operasi
Terpadu yang digelar oleh pemerintah telah berdampak pada terjadinya
berbagai tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh prajurit TNI.

TERBATAS
TERBATAS
8

b. Tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh prajurit TNI selama


pelaksanaan operasi dapat diselesaikan menurut hukum militer dan dapat
dilakukan melalui prosedur penyelesaian dan tata cara penyidangan disertai
dengan pembuatan Surat Keputusan Hukuman Disiplin militer oleh Ankum.

6. TINDAKAN YANG DISARANKAN.


a. Pemahaman prajurit terhadap segala ketentuan hukum yang berlaku
dalam pelaksanaan tugas perlu ditingkatkan.

b. Setiap pelanggaran hukum yang dilakukan prajurit harus diselesaikan


tegas sesuai hukum disiplin militer melalui prosedur penyelesaian dan tata
cara penyidangan yang berlaku dengan disertai pembuatan Surat Keputusan
Hukuman Disiplin militer oleh Ankum.

c. Dalam setiap penugasan operasi perlu disertai dengan Perwira Corps


Hukum yang di BP-kan kepada Satuan Tugas untuk memelihara pemahaman
prajurit terhadap hukum militer yang berlaku.

ASISTEN PERSONEL

.......................................
LAMPIRAN :
MENYETUJUI :
TIDAK MENYETUJUI :
PERTIMBANGAN TERHADAP YANG TIDAK MENYETUJUI :
LAMPIRAN TAMBAHAN :
KEPUTUSAN YANG BERWENANG :

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai