Anda di halaman 1dari 9

1. Pak Ahmad adalah peserta pelatihan pengembangan guru SD.

Ia terpilih untuk mewakili guru


Kelas 5 Gugus Melati di wilayahnya. Pak Ahmad diberikan tugas untuk mengimplementasikan
salah satu materi pelatihan yang diikutinya diantaranya adalah implementasi teori belajar dalam
pembelajaran IPA di SD. Ia memilih materi Perubahan Wujud Zat sub materi macam-macam
Perubahan Wujud Zat untuk diimplementasikan menggunakan teori belajar Bruner. Jika Saudara
di posisi Pak Ahmad, berilah contoh penerapan pembelajaran tersebut agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran dengan menggunakan teori belajar Bruner!

Jawaban :

Berikut adalah contoh penerapan pembelajaran tersebut:

1) Pendekatan Konkret:
 Pak Ahmad dapat memulai pembelajaran dengan memberikan pengalaman langsung kepada
siswa melalui eksperimen atau observasi langsung.
 Misalnya, ia dapat membawa benda-benda yang mengalami perubahan wujud seperti es, air, dan
uap air.
 Siswa dapat melihat, merasakan, dan mengamati perubahan wujud tersebut secara langsung.
 Pengorganisasian Materi:
 Pak Ahmad dapat mengorganisasi materi pembelajaran dengan mengelompokkan berbagai
macam perubahan wujud zat menjadi kategori yang jelas.
 Misalnya, mengelompokkan perubahan wujud zat menjadi perubahan padat-cair, perubahan
cair-gas, dan sebagainya.
 Hal ini membantu siswa untuk memahami pola atau prinsip umum dalam perubahan wujud zat.
2) Tahap Scaffolding:
 Pak Ahmad dapat memberikan bantuan dan dukungan yang sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa.
 Misalnya, ia dapat memulai dengan memberikan contoh kasus sederhana, seperti es yang
meleleh menjadi air, kemudian secara bertahap meningkatkan kompleksitas contoh-contoh
perubahan wujud zat yang diberikan kepada siswa.
 Pak Ahmad juga dapat memberikan panduan langkah demi langkah untuk membantu siswa
memahami konsep-konsep yang lebih rumit.
3) Pembelajaran Berbasis Masalah:
 Pak Ahmad dapat mengajukan pertanyaan atau masalah nyata yang terkait dengan
perubahan wujud zat kepada siswa.
 Misalnya, "Bagaimana cara membuat es krim yang lezat?" atau "Bagaimana kita dapat
menghindari embun pada permukaan cermin saat mandi air panas?"
 Dengan memberikan masalah nyata, siswa akan terdorong untuk berpikir kritis, mengidentifikasi
masalah, dan mencari solusi berdasarkan pemahaman mereka tentang perubahan wujud zat.
4) Penggunaan Representasi Visual:
 Pak Ahmad dapat menggunakan representasi visual, seperti gambar, diagram, atau video, untuk
memperjelas konsep-konsep perubahan wujud zat.
 Misalnya, ia dapat menampilkan gambar atau diagram yang menunjukkan proses
perubahan wujud zat dari padat ke cair atau dari cair ke gas.
 Representasi visual ini membantu siswa memvisualisasikan dan memahami konsep secara lebih
baik.
Dengan mengimplementasikan teori belajar Bruner dalam pembelajaran Perubahan Wujud Zat,
Pak Ahmad dapat menciptakan pengalaman belajar yang aktif, interaktif, dan membangun pemahaman
konsep yang mendalam bagi siswa.

Hal ini akan membantu siswa dalam memahami perubahan wujud zat secara holistik, melibatkan
pemikiran kritis, dan mengaitkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2. Dewasa ini masalah lingkungan adalah adalah salah satu masalah serius yang dibahas dalam era
pembangunan berkelanjutan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkontribusi
memecahkan masalah lingkungan ini salah satunya adalah melalui pembelajaran IPA di SD. Guru
IPA atau Sains dapat berperan dalam meningkatkan pengetahuan siswanya tentang penggunaan
sumber daya alam atau meningkatkan pemahaman tentang gejala alam dalam kehidupan seharihari
menggnakan pendekatan Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat. Terkait kondisi tersebut,
menurut saudara bagaimana penerapan pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan Sains-Lingkungan Teknologi-Masyarakat di kelas? (catatan: materi
bebas)

Jawaban :
Penerapan pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan Sains-
Lingkungan Teknologi-Masyarakat di kelas dapat melibatkan beberapa aspek dan strategi yang membantu
siswa memahami dan memecahkan masalah lingkungan dengan cara yang berkelanjutan. Berikut adalah
beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penerapan pendekatan tersebut:
1) Pendekatan Kontekstual:
Guru dapat mengaitkan materi IPA dengan masalah lingkungan yang relevan dan ditemui dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, membahas mengenai polusi udara dan dampaknya terhadap
kesehatan manusia atau pembangunan ramah lingkungan untuk mengurangi limbah.
2) Pembelajaran Berbasis Proyek:
Guru dapat memfasilitasi proyek-proyek berbasis lingkungan yang melibatkan siswa dalam mencari
solusi nyata terhadap masalah lingkungan. Misalnya, proyek penanaman pohon, pengelolaan limbah,
atau penghematan energi di sekolah.
3) Kolaborasi dan Partisipasi:
Guru dapat mendorong siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran, baik dalam kerja kelompok
maupun melibatkan stakeholder di luar kelas seperti komunitas lokal atau lembaga lingkungan. Hal ini
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya kerjasama dalam menjaga lingkungan.
4) Pembelajaran Interdisipliner:
Mengintegrasikan mata pelajaran lain seperti matematika, bahasa Indonesia, atau seni dalam
pembelajaran IPA dapat membantu siswa melihat hubungan yang lebih luas antara ilmu pengetahuan
dan isu-isu lingkungan.
5) Penggunaan Teknologi dan Media:
Guru dapat menggunakan teknologi dan media seperti video, presentasi multimedia, atau simulasi
komputer untuk memperkaya pembelajaran dan memvisualisasikan konsep-konsep lingkungan secara
interaktif.
6) Pengamatan dan Eksperimen:
Mengajak siswa untuk melakukan pengamatan langsung di lingkungan sekitar, seperti studi lapangan ke
taman atau sungai, serta melakukan eksperimen sederhana untuk memahami gejala alam dan efek
manusia terhadap lingkungan.

 Melalui penerapan pendekatan Sains-Lingkungan Teknologi-Masyarakat, siswa akan lebih terlibat


secara aktif dalam mempelajari dan memahami masalah lingkungan serta terdorong untuk mencari
solusi berkelanjutan. Pendekatan ini juga membantu siswa memahami dampak dari tindakan mereka
terhadap lingkungan dan mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan yang peduli terhadap
lingkungan sejak dini.
3. Bu Intan akan mengajarkan IPA materi listrik di kelas 5. Ia ingin mengajak para siswanya memiliki
kesadaran bahwa pada materi listrik memiliki keterkaitan dan dapat melahirkan satu atau
beberapa tema pembelajaran. Jika pembelajaran Bu Intan termasuk ke dalam pembelajaran
terintegrasi, bagaimanakah rancangan pembelajaran yang dapat dilakukan Bu Ani?

Jawaban :
Untuk merancang pembelajaran terintegrasi dalam materi listrik di kelas 5, Bu Intan dapat
mempertimbangkan beberapa langkah berikut:
1) Identifikasi Tema Pokok:
Bu Intan perlu mengidentifikasi tema pokok yang terkait dengan materi listrik.
Misalnya, tema "Pemanfaatan Energi Listrik dalam Kehidupan Sehari-hari" atau "Keamanan dan
Efisiensi Penggunaan Listrik."
2) Tentukan Kompetensi Dasar:
Bu Intan perlu menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
oleh siswa dalam pembelajaran tersebut.
Misalnya, mengerti prinsip dasar listrik, memahami komponen dalam rangkaian listrik, dan
mengaplikasikan pengetahuan listrik dalam konteks kehidupan sehari-hari.
3) Identifikasi Mata Pelajaran Terkait:
Bu Intan dapat mengidentifikasi mata pelajaran lain yang terkait dengan tema pembelajaran listrik.
Misalnya, matematika (mengukur dan menghitung daya listrik), bahasa Indonesia (menulis laporan
eksperimen), atau seni (membuat instalasi lampu sederhana).
4) Perencanaan Kegiatan Pembelajaran:
Bu Intan dapat merencanakan beragam kegiatan pembelajaran yang mencakup berbagai aspek mata
pelajaran terkait.
Misalnya, mengadakan eksperimen sederhana untuk mengukur daya lampu, membaca dan menulis
laporan eksperimen, membuat grafik daya listrik dalam matematika, dan membuat karya seni dengan
menggunakan lampu sebagai elemen artistik.
5) Integrasi Evaluasi:
Bu Intan perlu merancang bentuk evaluasi yang mencakup aspek-aspek dari berbagai mata pelajaran
terkait.
Misalnya, tes tulis untuk menguji pemahaman konsep listrik, laporan eksperimen untuk bahasa
Indonesia, dan penilaian terhadap karya seni yang dibuat oleh siswa.
6) Kolaborasi Antar Guru:
Bu Intan dapat berkolaborasi dengan guru-guru mata pelajaran terkait untuk mengintegrasikan konten
dan kegiatan pembelajaran.
Hal ini dapat meningkatkan keterkaitan antara mata pelajaran dan memperkuat
pemahaman siswa tentang topik listrik.
7) Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif:
Bu Intan dapat mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang aktif dan kolaboratif.
Misalnya, melakukan eksperimen dalam kelompok, diskusi kelompok kecil tentang
aplikasi listrik dalam kehidupan sehari-hari, atau membuat proyek kelompok yang menggabungkan
berbagai aspek pembelajaran.

 Dengan merancang pembelajaran terintegrasi, Bu Intan dapat menciptakan pengalaman belajar


yang holistik dan bermakna bagi siswa.

 Siswa akan melihat keterkaitan antara materi listrik dengan mata pelajaran lainnya serta


mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam konteks kehidupan nyata.
4. Bu Nina pada pertemuan sebelumnya telah menyelesaikan materi "Perubahan Fisik dan Kimia
dalam Makanan pada pembahasan pembusukan makanan". Pada pertemuan hari ini Bu Nina
akan melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang sudah dilaksanakan sebelumnya untuk
mengukur dan menilai hasil belajar siswa dalam konsep dan materi tersebut, Apakah siswanya
sudah memahami atau perlu perbaikan. Oleh karena itu dibutuhkanlah alat evaluasi. Bantulah
Bu Nina untuk menentukan alat evaluasi seperti apa yang cocok untuk mengukur hasil belajar
siswa terkait Perubahan Fisik dan Kimia dalam Makanan pada pembahasan pembusukan
makanan!

Jawaban :

Untuk mengukur hasil belajar siswa terkait Perubahan Fisik dan Kimia dalam Makanan pada


pembahasan pembusukan makanan, beberapa alat evaluasi yang cocok dapat digunakan.
Berikut adalah beberapa contoh alat evaluasi yang dapat digunakan oleh Bu Nina:
1) Tes Tertulis:
Bu Nina dapat menyusun kuis atau tes tertulis yang mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang konsep
dan materi yang telah diajarkan sebelumnya.
Tes ini dapat mencakup soal pilihan ganda, isian singkat, atau pertanyaan essay untuk mengukur
pemahaman siswa tentang perubahan fisik dan kimia dalam makanan serta pembusukan makanan.
2) Penugasan Proyek:
Bu Nina dapat memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan penelitian dan presentasi tentang
proses pembusukan makanan.
Siswa dapat diminta untuk mengumpulkan informasi tentang perubahan fisik dan kimia yang terjadi
pada makanan saat pembusukan, serta langkah-langkah pencegahan pembusukan makanan.
Penugasan proyek ini akan membantu siswa menunjukkan pemahaman mereka dan kemampuan untuk
menyampaikan informasi dengan baik.
3) Demonstrasi atau Praktikum:
Bu Nina dapat mengadakan sesi demonstrasi atau praktikum di mana siswa melakukan percobaan untuk
mengamati perubahan fisik dan kimia dalam makanan selama pembusukan.
Siswa dapat mengamati perubahan warna, tekstur, atau bau yang terjadi pada makanan yang rusak.
Bu Nina dapat mengevaluasi pemahaman siswa berdasarkan pengamatan mereka selama praktikum.
4) Diskusi Kelompok:
Bu Nina dapat mengadakan diskusi kelompok di mana siswa diberi beberapa kasus atau skenario
terkait pembusukan makanan.
Siswa harus berdiskusi dan menganalisis perubahan fisik dan kimia yang terjadi dalam makanan pada
setiap skenario.
 Bu Nina dapat mengevaluasi pemahaman siswa berdasarkan kontribusi mereka dalam diskusi dan
pemahaman mereka terhadap konsep yang dibahas.
 Pilihan alat evaluasi yang tepat tergantung pada situasi dan sumber daya yang tersedia di lingkungan
pembelajaran Bu Nina.
 Tujuan utama adalah untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep perubahan fisik dan kimia
dalam makanan serta pembusukan makanan.
 Dengan menggunakan alat evaluasi yang tepat, Bu Nina dapat mengevaluasi pemahaman siswa dan
mengidentifikasi apakah ada perlu perbaikan atau tindakan lebih lanjut yang diperlukan dalam proses
pembelajaran.

Nah, setelah menggunakan alat evaluasi yang telah disebutkan sebelumnya, Bu Nina dapat


melanjutkan dengan langkah-langkah berikut:
1) Menganalisis Hasil Evaluasi:
Setelah siswa menyelesaikan alat evaluasi, Bu Nina perlu menganalisis hasil evaluasi untuk memahami
sejauh mana siswa telah memahami konsep perubahan fisik dan kimia
dalam makanan serta pembusukan makanan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa jawaban siswa, nilai yang diperoleh, atau penilaian kualitatif
lainnya.
2) Mengidentifikasi Pemahaman yang Kurang:
Setelah menganalisis hasil evaluasi, Bu Nina dapat mengidentifikasi area-area di
mana siswa mengalami kesulitan atau pemahaman yang kurang.
Misalnya, jika banyak siswa memberikan jawaban yang salah pada pertanyaan tertentu, itu mungkin
menjadi indikasi bahwa mereka belum memahami konsep tersebut dengan baik.
3) Merancang Strategi Perbaikan:
Setelah mengidentifikasi area-area di mana siswa mengalami kesulitan, Bu Nina dapat merancang
strategi perbaikan yang sesuai.
Ini bisa melibatkan mengulang materi dengan pendekatan yang berbeda, memberikan penjelasan
tambahan, atau melibatkan siswa dalam kegiatan praktis yang relevan untuk memperkuat pemahaman
mereka.
4) Memberikan Umpan Balik:
Bu Nina dapat memberikan umpan balik kepada siswa berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Umpan balik dapat berupa penjelasan tentang kesalahan yang dilakukan siswa, penguatan terhadap
pemahaman yang benar, atau rekomendasi perbaikan yang spesifik untuk
membantu siswa meningkatkan pemahaman mereka.
5) Memonitor Kemajuan Siswa:
Selama proses perbaikan, Bu Nina perlu memonitor kemajuan siswa secara teratur. Hal ini dapat
dilakukan melalui tugas atau tes berikutnya, observasi kelas, atau diskusi individual dengan siswa.
Memantau kemajuan siswa akan membantu Bu Nina memastikan bahwa upaya perbaikan yang
dilakukan berhasil.

 Dengan melanjutkan langkah-langkah di atas, Bu Nina dapat mengukur dan mengevaluasi hasil


belajar siswa terkait konsep perubahan fisik dan kimia dalam makanan serta pembusukan makanan.
 Proses evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan akan membantu meningkatkan pemahaman siswa dan
memastikan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai