Anda di halaman 1dari 39

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)

Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI)

Prosedur & Kewajiban Penilai Pertanahan


Disusun:
Ir. Hamid Yusuf, M.M., FRICS, MAPPI (cert)
Ketua KPSPI MAPPI
Agenda

1. Pendahuluan
2. Kewajiban Penilai Pertanahan
3. Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI)
4. Prosedur Umum Terkait Pengadaan
Tanah
Pendahuluan
1. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah yang selanjutnya disingkat DPPT adalah dokumen yang
disusun dan ditetapkan oleh Instansi yang Memerlukan Tanah dalam tahapan perencanaan
pengadaan tanah berdasarkan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Penetapan Lokasi adalah penetapan atas lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur/bupati/wali kota yang dipergunakan sebagai izin untuk
Pengadaan Tanah, perubahan penggunaan tanah, dan peralihan Hak Atas Tanah dalam
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum.
3. Penilai atau Penilai Publik melakukan tugasnya berdasarkan peta bidang tanah, daftar nominatif
dan salinan DPPT, untuk bahan penilaian yang diserahkan oleh ketua pelaksana Pengadaan
Tanah.
Penilai Pertanahan
UU CK cq Perpu No. 2/2022 cq PP 19/2021 PP No. 19/2021
• Penilai Pertanahan yang selanjutnya disebut • Penilai Publik adalah orang perseorangan yang
Penilai adalah Penilai Publik yang telah
mendapat lisensi dari menteri yang melakukan penilaian secara independen dan profesional
menyelenggarakan urusan pemerintahan di yang telah mendapat izin praktik penilaian dari menteri
bidang agraria/pertanahan dan tata ruang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
untuk menghitung nilai objek kegiatan
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk keuangan negara.
Kepentingan Umum, atau kegiatan pertanahan
dan penataan ruang lainnya.
UU No. 2/2012 Penilai Publik
• Penilai Pertanahan, yang selanjutnya disebut • Independen
Penilai, adalah orang perseorangan yang • Profesional
melakukan penilaian secara independen dan • Izin praktek dari
profesional yang telah mendapat izin praktik Penilai
Menkeu
penilaian dari Menteri Keuangan dan telah
mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan Pertanahan
untuk menghitung nilai/harga objek pengadaan
tanah. Lisensi dari Menteri
• Penilaian untuk ATR/BPN
• Objek PT,
• Kegiatan Pertanahan,
• Penataan ruang lainnya.
Pengadaan Tanah (UU No.2/2012)
Penyerahan Hasil

Pelaksanaan

Persiapan
Kegiatan Pelaksanaan :
• inventarisasi dan
Perencanaan Kegiatan Persiapan : identifikasi atas tanah;
• pemberitahuan rencana • penilaian ganti kerugian;
pembangunan; • musyawarah bentuk ganti
Kegiatan Perencanaan : kerugian;
• kesesuaian dengan tata • pendataan awal lokasi
• konsultasi Publik rencana • pemberian ganti kerugian;
ruang dan
• lokasi, letak, luas dan pembangunan
• penjelasan cara • pelepasan tanah Instansi.
status tanah
• analisis biaya dan manfaat penghitungan ganti
kerugian. wajib
pembangunan bagi wilayah opsi
dan masyarakat
• perkiraan nilai tanah opsi PENILAI PERTANAHAN
Tahapan PT & Penilaian
Dokumen Konsultasi
Perencanaan Publik

Penetapan
Lokasi
Identifikasi &
Inventarisasi

Besaran Ganti Keputusan


Penilaian
Kerugian Pengadilan/MA

Final dan dianulir


Mengikat
Sesuai dengan standar
yang berlaku Musyawarah
• Bentuk dan Kedalaman informasi apa yang diterima pemilik tanah terkait hasil penilaian?
• Musyawarah bentuk ganti rugi antara Ketua Pelaksana PT, Penilai & Pihak yang Berhak,
• Bentuk ganti rugi telah ditentukan dalam kesepakatan konsultasi publik.... Perlu sinkronisasi
bentuk ganti kerugian dengan nilai Ganti Rugi?
6
KEWAJIBAN PENILAI PERTANAHAN

PKP 204 7
Siapa Penilainya?
Penilai Pertanahan*, dengan persyaratan (pasal 1 UU 2/2012 dan PP 19/2021):
• independen dan profesional
• telah mendapat izin praktik penilaian dari Menteri Keuangan*, dan
• telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan.
PMK 101/2014 &
Perubahannya

• KEPI
Wajib Mematuhi KEPI
• SPI 102, 103, 104, 105 & 106
dan SPI • SPI 204 & PPI 04

*Pemenuhan atas persyaratan Penilai dimaksud dikenal dengan Penilai Publik sebagaimana diatur oleh PMK No. 101/2014.
Kewajiban Penilaian Pertanahan
KJPP dan Peniai harus memastikan bahwa dalam pelaksanaan penilaian harus melakukan hal-hal yang disebutkan di bawah
ini:
I. Etik dan Standar
a) Selalu mendahulukan prinsip dasar etik dalam penugasan penilaian
b) Memahami standar secara komprehensif
II. Implementasi
a) Melakukan proses inspeksi secara benar dan di-dokumentasi-kan
b) Menggunakan data dan informasi dari sumber yang benar, sesuai dan dilakukan verifikasi
c) Menggunakan pendekatan dan metode yang sesuai
d) Seluruh kertas kerja didokumentasikan dengan benar dan lengkap
III. Ketelitian dan Review
a) Cek kesalahan aritmatik
b) Lakukan review atas semua proses penilaian yang dilakukan
IV. Lingkup Penugasan dan Pelaporan Penilaian
a) Cek kesesuaian Lingkup Penugasan dan Pelaporan Penilaian
b) Lengkapi dan informasikan pihak-pihak yang terlibat dalam penugasan penilaian

PKP 204 9
Contoh Ceklist Penugasan Penilaian Pengadaan tanah
No Kegiaatan Ya Tidak Persyaratan Keterangan

1 Etik dan Standar

a. Telah sesuai dengan lima


prinsip etik:
1) Integritas ✓ PKP 100 KEPI
2) Objektifitas ✓ PKP 100 KEPI
3) Kompetensi ✓ PKP 100 KEPI
4) Kerahasiaan ✓ PKP 100 KEPI
5) Prilaku Profesional ✓ PKP 100 KEPI
b. Memahami KEPI dan SPI Bagi Penilai Pertanahan belum memenuhi syarat
1) SPI 103 ✓ - PKP 100
2) SPI 104 ✓ - PKP 100
3) SPI 105 ✓ - PKP 100
4) SPI 106 ✓ - PKP 100
5) SPI 300 ✓ Belum PKP 300 Belum memenuhi syarat (harus ada sertifikat)
6) SPI 204 ✓ Belum PKP 204 Belum memenuhi syarat (harus ada sertifikat)

PKP 204 10
KODE ETIK PENILAI INDONESIA (KEPI)

PKP 204 11
Prinsip Dasar Etik (4)
a. Integritas: memiliki kejujuran dan dapat dipercaya dalam hubungan profesional dan bisnis, serta
menjunjung tinggi kebenaran dan bersikap adil
b. Objektivitas: menghindari benturan kepentingan, atau tidak dipengaruhi atau tidak memihak dalam
pertimbangan profesional atau bisnis.
c. Kompetensi: menjaga pengetahuan dan keterampilan profesional yang dibutuhkan untuk memastikan
bahwa hasil Penilaian telah dibuat berdasarkan pada perkembangan terakhir dari praktek dan teknik
Penilaian serta peraturan perundang-undangan.
d. Kerahasiaan: menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam hubungan profesional dan bisnis,
serta tidak mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa ijin, maupun untuk
digunakan sebagai informasi untuk keuntungan pribadi Penilai atau pihak ketiga (kecuali diatur lain
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan yang berlaku).

e. Perilaku Profesional: melaksanakan pekerjaan sesuai dengan lingkup penugasan yang telah
disepakati didalam kontrak, dan mengacu pada SPI. Selalu bertindak demi kepentingan publik dan
menghindari tindakan yang mendiskreditkan profesi.

12
Integritas (4.1)
a. Prinsip integritas mewajibkan Penilai untuk jujur dan dapat dipercaya dalam semua
hubungan profesional dan bisnis.
b. Seorang Penilai tidak boleh dengan sengaja melakukan penilaian, membuat laporan
penilaian, membuat surat keterangan atau komunikasi lain tentang penilaian, apabila
mengandung salah satu hal berikut:
1) Berisi pernyataan atau informasi yang secara material tidak benar atau menyesatkan
atau yang dibuat sembarangan; atau
2) Penghilangan atau pengaburan informasi penting yang harus disertakan, sehingga
dapat berakibat menyesatkan.
c. Apabila Penilai menyadari adanya informasi yang tidak benar, maka harus segera mengambil
tindakan dengan cara melakukan koordinasi dengan Pemberi Tugas terkait dengan informasi
tersebut, misalnya dengan melakukan revisi atas laporan penilaian.

13
Integritas (4.1)
d. Penilai tidak diperkenankan berpartisipasi atau berperan serta dalam suatu jasa penilaian
yang tidak dibenarkan berdasarkan pertimbangan rasional Penilai umumnya.
e. Penilai wajib bertindak menurut hukum dan sesuai dengan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia atau di negara dimana Penilai mendapat
penugasan.
f. Penilai tidak diperkenankan dengan sengaja salah menafsirkan kualifikasi profesional yang
tidak dimilikinya.

14
Objektifitas (4.2)
a. Prinsip objektivitas mewajibkan Penilai bekerja secara profesional, tidak memihak, tidak
memiliki kepentingan terhadap obyek penugasan atau tidak dipengaruhi orang lain.
b. Seorang Penilai mungkin akan dihadapkan pada situasi yang dapat mengganggu
objektivitas. Tidak mudah mendefinisikan situasi di mana seorang Penilai mungkin menghadapi
ancaman terhadap objektivitas (…..contoh).
c. Dalam hal ancaman terhadap objektivitas tidak dapat dihindari, Penilai profesional harus
menolak penugasan. Namun, beberapa potensi ancaman terhadap objektivitas dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan pencegahan secara efektif. Pencegahan ini dapat mencakup
pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait dan mendapatkan persetujuan mereka untuk
melanjutkan tugas penilaian. Pencegahan lainnya dibahas dalam butir 6 Ancaman dan
Pencegahan.

15
Objektifitas (4.2.b)
• Contoh situasi yang berpotensi sebagai ancaman, dan yang mendorong Penilai untuk
mempertimbangkan menerima atau menolak penugasan, atau mengadopsi pencegahan untuk
menghilangkan atau menghindari ancaman atau persepsi tidak memihak meliputi:
• penugasan penilaian untuk tujuan transaksi jual-beli properti;
• penugasan penilaian untuk kepentingan dua atau lebih pihak dalam persaingan bisnis;
• penugasan penilaian untuk kepentingan pemberi pinjaman, juga penyediaan saran kepada
peminjam;
• penugasan penilaian untuk kepentingan pihak ketiga di mana Penilai mempunyai hubungan
kontraktual dengan Pemberi Tugas awal;
• penugasan untuk penilaian ulang;
• penugasan penilaian untuk bertindak sebagai penasehat dan sebagai ahli dalam kaitannya
dengan masalah yang sama.
• Pengaruh objektivitas Penilai akan tergantung pada keadaan dari setiap kasus, misalnya; tujuan
penilaian, kepentingan Pemberi Tugas dan kemampuan menghilangkan atau mengurangi
ancaman dalam batas wajar dengan menempatkan prosedur pencegahan yang tepat.

16
Objektifitas (4.2)
d. Apabila dilakukan penilaian ulang dari aset yang sama, pencegahan terhadap kemungkinan
ancaman atas objektivitas meliputi:
1. melakukan review internal berkala oleh Penilai yang tidak terkait dengan penugasan; atau
2. secara berkala mengganti Penilai yang bertanggung jawab untuk penugasan tersebut.
e. Jika Penilai menganggap bahwa ancaman terhadap objektivitas dapat dihilangkan atau secara
efektif dikurangi dengan pengungkapan penyebab ancaman dan setiap pencegahan lain yang
diambil atau diusulkan, perhatian harus dilakukan untuk tidak melanggar prinsip
kerahasiaan. Jika keterlibatan masa lalu dengan aset atau pemilik aset tidak dapat
diungkapkan tanpa melanggar kewajiban kerahasiaan kepada Pemberi Tugas lain, penugasan
tersebut harus ditolak.

17
Objektifitas (4.2)
f. Jika Penilai menganggap bahwa ancaman terhadap objektivitas dapat dihilangkan atau
dilakukan secara efektif dengan mencapai kesepakatan bahwa mereka dapat melanjutkan
dengan dua pihak atau lebih yang berpotensi konflik atas hasil penilaian atau objek penilaian,
pertimbangan harus diambil untuk memastikan para pihak memperoleh informasi dan menyadari
konsekuensi yang potensial atas kepentingan mereka dalam menyetujui Penilai yang
ditugaskan. Memperoleh persetujuan dari dua atau lebih pihak yang berkepentingan bahwa
tugas penilaian dapat diterima, tidak membebaskan Penilai dari kewajiban untuk mematuhi
prinsip-prinsip dasar

18
Objektifitas (4.2)
g. Jika tidak ada pencegahan yang memuaskan untuk menghilangkan atau meminimalkan
ancaman terhadap objektivitas yang dapat diidentifikasi, Penilai harus menolak penugasan
tersebut.
h. Penilai tidak akan bertindak untuk dua atau lebih para pihak pada penugasan dan tujuan
yang sama, kecuali dengan persetujuan tertulis dari pihak-pihak yang berkepentingan.

19
Objektifitas (4.2)
i. Penilai harus mengambil upaya yang rasional untuk mencegah dalam rangka meyakinkan bahwa
tidak ada konflik dalam menjalankan tugasnya antara kepentingan-kepentingan Pemberi Tugas
yang bersangkutan dan kepentingan-kepentingan Pemberi Tugas lainnya, maupun Penilai,
perusahaannya, keluarga, rekan bisnis, atau mitranya. Apabila terjadi konflik yang potensial
harus dijelaskan secara tertulis sebelum menerima penugasan. Setiap konflik yang demikian
dimana Penilai baru kemudian menyadarinya, harus segera menjelaskan secara tertulis kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Apabila konflik yang demikian baru diketahui setelah Penilai
menyelesaikan tugas penilaiannya, penjelasannya harus segera dibuat dalam waktu sesingkat-
singkatnya.

20
Objektifitas (4.2)
j. Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan yang laporan penilaiannya mencakup
pendapat dan kesimpulan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
k. Imbalan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan tidak boleh tergantung pada hasil
suatu penilaian yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau berdasarkan laporan penilaian
yang isinya berdasarkan pertimbangan yang tidak mandiri dan tidak obyektif.
l. Penilai tidak diperkenankan mendasarkan pekerjaannya pada informasi yang hanya
disediakan oleh Pemberi Tugas, atau setiap pihak lainnya, tanpa melakukan klarifikasi atau
konfirmasi yang tepat, kecuali pada hakekatnya dapat diterima secara wajar sehingga
dapat dipercaya dan dinyatakan dalam syarat pembatas.

21
Objektifitas (4.2)
m. Penilai tidak diperkenankan menerima suatu penugasan untuk membuat laporan
penilaian berdasarkan asumsi pada prasyarat hipotesa yang tidak mungkin
dilaksanakan dalam kurun waktu yang wajar.
n. Penilai tidak diperkenankan memberikan kesimpulan yang tidak didukung oleh
alasan yang memadai dan berdasarkan praduga, atau kesimpulan laporan yang
mencerminkan suatu opini bahwa praduga tersebut dapat memengaruhi nilai.
o. Dalam melakukan kaji ulang Laporan Penilaian dari Penilai lainnya, Penilai harus
bersikap tidak memihak dan mempertimbangkan alasan-alasannya untuk setuju
atau tidak setuju terhadap kesimpulan laporan tersebut
p. Dalam melakukan kaji ulang Laporan Penilaian dari Penilai lainnya, Penilai harus
bersikap tidak memihak dan mempertimbangkan alasan-alasannya untuk setuju
atau tidak setuju terhadap kesimpulan laporan tersebut.

22
Objektifitas (4.2)
q. Proses penilaian mensyaratkan Penilai untuk memberikan suatu pertimbangan yang tidak
memihak, misalnya tidak menggunakan data dan asumsi faktual yang tidak sesuai untuk
memperoleh suatu kesimpulan penilaian. Penilaian dapat dipercaya jika pertimbangan dibuat
dalam situasi yang transparan dan meminimalkan pengaruh faktor subjektif dalam proses
penilaian.
r. Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang meregulasi dan memberikan izin Penilai
untuk melakukan penilaian sesuai dengan klasifikasinya. Asosiasi Profesi Penilai memiliki Kode
Etik yang harus dipatuhi Penilai. Dalam KEPI dan SPI tidak diatur hubungan antara regulator
dengan Penilai.
s. Aturan perilaku khusus bagi Penilai yang melakukan penilaian di luar lingkup SPI,
diperlukan kontrol dan prosedur yang sesuai agar memastikan independensi dan
objektivitas dalam proses penilaian, sehingga hasilnya tidak menyimpang. Bilamana suatu
tujuan penilaian membutuhkan Penilai yang memiliki kriteria tertentu, persyaratannya tidak
boleh menyimpang dari SPI.

23
Kompetensi (4.3)
a. Prinsip kompetensi mensyaratkan Penilai untuk:
1. Mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa Pemberi Tugas menerima layanan profesional yang kompeten; dan
2. Bertindak sesuai dengan standar teknis dan profesional yang berlaku saat memberikan
layanan profesional.
b. Layanan profesional yang kompeten membutuhkan kebijakan dalam menerapkan pengetahuan
dan keterampilan profesional dalam kinerja layanan tersebut. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua bagian yang terpisah:
1. Pencapaian kompetensi profesional; dan
2. Pemeliharaan kompetensi profesional.

24
Kompetensi (4.3)
c. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran dan pemahaman teknis,
pengembangan profesi dan bisnis yang berkelanjutan. Pengembangan profesional yang
berkelanjutan memungkinkan Penilai untuk mengembangkan dan mempertahan-kan kemampuan
secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Seorang Penilai seharusnya mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan bahwa
staf yang berada di bawah kewenangannya, melakukan pekerjaan secara profesional yang
memiliki pelatihan serta supervisi yang memadai
d. Jika Penilai tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk
melakukan tugas penilaian yang ditawarkan secara profesional, Penilai harus menolak
tugas tersebut, kecuali menggunakan bantuan dari luar merujuk 4.3 m).

25
Kompetensi (4.3)
e. Penerimaan Penugasan (Acceptance of Instructions)
Sebelum menerima suatu pekerjaan atau sebelum menandatangani perjanjian kerja untuk
melaksanakan pekerjaan,
o Penilai harus secara cermat mengidentifikasi permasalahan yang akan disampaikan dan
memastikan dirinya memiliki pengalaman dan pengetahuan.
o Apabila penugasan itu diluar negeri, dapat bekerja sama dengan tenaga profesional yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai kondisi pasar, bahasa, dan hukum yang
berlaku, dalam rangka menyelesaikan penugasannya secara kompeten.
o Sebaliknya apabila penugasan digunakan untuk kepentingan di luar negeri tetapi aset berada
di Indonesia, sejauh memiliki kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan, Penilai dapat
melakukan penilaian dengan mengacu kepada SPI atau standar penilaian lainnya yang
relevan.

26
Kompetensi (4.3)
f. Penilai akan bertindak tepat waktu dan efisien dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Lingkup Penugasan.
g. Penugasan seharusnya tidak dilaksanakan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk
diadakan pemeriksaan secara memadai sehingga memengaruhi kualitas dari pekerjaan,
dan penyelesaian dalam jangka waktu yang wajar.
h. Sebelum penilaian dilaporkan, Lingkup Penugasan yang tertulis dan cukup rinci hendaknya
sudah dipahami dan disetujui antara Pemberi Tugas dan Penilai untuk mencegah
interpretasi yang berbeda.
i. Penilai akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi untuk memperoleh keyakinan bahwa
data yang digunakan untuk analisis dalam penilaian telah diperoleh dengan cara yang
benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
j. Penilai harus membuat arsip data pekerjaan untuk setiap penugasan yang telah
diselesaikan dalam suatu arsip yang benar pada kertas (hardcopy) atau dalam bentuk
elektronik (softcopy).

27
Kompetensi (4.3)
k. Penilaian yang dilakukan berdasarkan SPI hanya akan dapat dilaksanakan oleh Penilai
sebagaimana yang dimaksud dalam KEPI ini dengan menerapkan standar kualifikasi,
kompetensi, pengalaman, etik dan pengungkapan dalam penilaian.
l. Penilai harus memiliki pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan keterampilan teknis yang sesuai,
serta memiliki pengalaman dan pengetahuan atas objek penilaian, pemahaman pasar dan
tujuan penilaiannya.

28
Kompetensi (4.3)
m. Bantuan dari Luar
1. Apabila Penilai tidak memiliki keterampilan dan pengalaman yang cukup untuk
melakukan suatu pekerjaan penilaian tertentu, termasuk dalam penilaian yang
kompleks atau jenis aset yang beragam dengan skala besar, maka Penilai
diperbolehkan mendapat bantuan tenaga ahli dari luar;
2. Penilai harus memberi informasi dan seharusnya mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas, jika dipersyaratkan menggunakan tenaga ahli dari luar. Identitas dari para
tenaga ahli dari luar serta seberapa jauh peranannya dalam pekerjaan tersebut
hendaknya dijelaskan dalam Lingkup Penugasan dan laporan yang dibuat oleh Penilai
yang bersangkutan.

29
Kerahasiaan (4.4)
a. Prinsip kerahasiaan mewajibkan semua Penilai untuk tidak melakukan:
1) Pengungkapan di luar institusinya atau penggunaan informasi rahasia yang diperoleh
dari layanan jasa penilaian tanpa persetujuan kecuali memiliki hak secara legal atau
hak profesi atau kewajiban untuk mengungkapkan; dan
2) Pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan bisnis
untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
b. Penilai harus menjaga kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan sosial, bersikap waspada
terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak sengaja, terutama untuk rekan bisnis
yang dekat atau anggota keluarga dekat.
c. Penilai harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh Pemberi Tugas.

30
Kerahasiaan (4.4)
c. Penilai harus menjaga kerahasiaan informasi dalam institusinya atau tim kerja.
d. Penilai harus mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan bahwa staf di
bawah pengawasan Penilai dan orang yang memberikan tugas menghormati prinsip
kerahasiaan.
e. Penilai harus mematuhi prinsip kerahasiaan, bahkan setelah berakhirnya hubungan kerja
dengan Pemberi Tugas. Penilai dapat menggunakan pengalaman sebelumnya untuk
penugasan baru, namun tidak diperbolehkan menggunakan atau mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dari penugasan sebelumnya

31
Prilaku Profesional (4.5)
a. Prinsip perilaku profesional mewajibkan semua Penilai untuk bertindak secara cermat
dalam memberikan pelayanan dan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan
adalah sesuai dengan hukum, teknis dan standar profesi yang berlaku baik objek penilaian,
tujuan penilaian atau keduanya.
b. Perilaku profesional mencakup penerimaan tanggung jawab untuk bertindak demi kepentingan
publik. Tugas seorang Penilai tidak terbatas pada kebutuhan Pemberi Tugas. Ada juga
kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah keputusan profesional memiliki dampak yang lebih
luas pada pihak ketiga yang tidak teridentifikasi. Misalnya, penilaian sering dilakukan yang
secara langsung dapat berdampak pada pihak ketiga seperti pemegang saham dalam sebuah
perusahaan atau penyandang dana. Sementara kebutuhan Pemberi Tugas biasanya penting,
seorang Penilai harus menghindari penugasan yang dapat merugikan kepentingan masyarakat
luas, dan yang dapat mendiskreditkan reputasi mereka sendiri dan profesi pada umumnya.

32
Prilaku Prefesional (4.5)
c. Dalam pemasaran dan mempromosikan diri dan pekerjaan mereka, Penilai tidak harus
membawa profesi ke reputasi yang tidak baik. Penilai harus jujur dan benar dan tidak:
Membuat promosi yang berlebihan untuk layanan yang dapat mereka tawarkan, kualifikasi
yang mereka miliki, atau pengalaman yang telah didapatkan; atau
Membuat referensi yang tidak benar atau perbandingan terhadap pekerjaan orang lain yang
tidak dapat dibuktikan.
d. Perilaku profesional meliputi tindakan yang bertanggung jawab dan sopan dalam semua hal
dengan Pemberi Tugas dan masyarakat secara umum dan menanggapi secara cepat dan efektif
untuk semua instruksi yang wajar atau keluhan.
e. Penilai harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Terlepas dari contoh
yang diberikan, termasuk setiap tindakan yang wajar dan yang diinformasikan pihak ketiga,
mempertimbangkan semua fakta-fakta spesifik dan kondisi yang tersedia bagi Penilai pada saat
itu, yang akan cenderung untuk memengaruhi reputasi baik profesi.
f. Penilai harus menerapkan secara konsisten Sistem Pengendalian Mutu sebagaimana ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan
33
PROSEDUR UMUM PENILAI UNTUK PENGADAAN TANAH

PKP 204 34
Penggunaan SPI Untuk Penilaian Kepentingan Pengadaan Tanah
KODE ETIK KODE ETIK PENILAI INDONESIA (KEPI)

PENDAHULUAN PENDAHULUAN, REGULASI, SISTEMATIKA DAN FORMAT STANDAR

KERANGKA KONSEP & PRINSIP UMUM PENILAIAN (KPUP)


KONSEPTUAL PERUSAHAAN/ HAK KEPEMILIKAN
REAL PROPERTI PERSONAL PROPERTI
BADAN USAHA FINANSIAL
SPI 101 SPI 102 SPI 103 SPI 104 SPI 105 SPI 106 SPI 107
STANDAR UMUM NILAI PASAR DASAR NILAI PENDEKATAN
SELAIN LINGKUP PELAPORAN KAJI ULANG
SEBAGAI DASAR IMPLEMENTASI DAN METODE
NILAI PASAR PENUGASAN PENILAIAN PENILAIAN
NILAI PENILAIAN

STANDAR SPI 201 SPI 202 SPI 203


PENERAPAN
PENILAIAN UNTUK PELAPORAN PENILAIAN UNTUK TUJUAN
PENJAMINAN UTANG PENILAIAN ASET SEKTOR PUBLIK
KEUANGAN

SPI 204 SPI 205


PENILAIAN TERHADAP
PENGADAAN TANAH BAGI PENILAIAN UNTUK TUJUAN
PEMBANGUNAN UNTUK LELANG
KEPENTINGAN UMUM

SPI 300 PENILAIAN REAL SPI 310 PENILAIAN MESIN &


STANDAR TEKNIS PROPERTI SPI 360 JASA KONSULTANSI
PERALATAN
SPI 301 PENILAIAN SPI 320 PENILAIAN ASET
PROPERTI AGRI TAKBERWUJUD
SPI 302 PROPERTI DALAM SPI 330 PENILAIAN BISNIS
PENGEMBANGAN
(RENCANA) SPI 340 PENILAIAN INSTRUMEN
KEUANGAN

ADENDUM PENJELASAN ISTILAH (GLOSSARY) INTERPRETASI

PEDOMAN PEDOMAN PENILAIAN INDONESIA (PPI) - 04


PENILAIAN
Kaedah Dasar Pengadaan Tanah (UU No. 2/2012)
• Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian
Ganti Kerugian yang layak dan adil.

Ganti Kerugian adalah penggantian yang


layak dan adil kepada pihak yang berhak
dalam proses pengadaan tanah (UU 2/12).
Pengadaan Tanah adalah kegiatan Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil
menyediakan tanah dengan cara kepada Pihak yang Berhak, pengelola dan/atau
memberi ganti kerugian yang layak dan pengguna barang dalam proses Pengadaan Tanah (PP
adil kepada pihak yang berhak; 19/2021).

Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa,


negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh
pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat;
Komposisi NPW
Penggantian Nilai Pasar* Kompensasi Keterangan

A. Kerugian Fisik:
- Real Properti ✓ Tanah; tanah & bangunan; tanah & tanaman
B. Kerugian Non FIsik
1. Kerugian Ekonomi:
• Kerugian Binis ✓
• Kehilangan Pekerjaan ✓
• Kerugian hasil pertanian ✓
2. Kerugian Emosional ✓ untuk rumah tinggal

3. Biaya Transaksi
• Perpiindahan ✓
• Perizinan/Notaris ✓ Asumsi hipotetis untuk lokasi yg baru
• Pajak Properti* ✓ Disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
4. Kerugian dan Premium Lainnya :
• Kerugian sisa tanah ✓ Kelebihan tanah (mengikuti peraturan)
• Kerugian fisik lain ✓ Kerusakan bangunan (bila ada)
• Premium lainnya (bila ada) ✓ Seperti adanya Hak Ulayat, dampak sosial
5. Beban masa tunggu ✓
Kesimpulan Nilai Penggantian Wajar Setara dengan Nilai Ganti Kerugian
Sumber : SPI 204
* setara
37
Pola Pengukuran NPW (SPI 204)
Dasar Nilai bagi Kerugian Kesetaraan dengan
Pengukuran pemilik fisik Nilai Pasar

Persyaratan:
1. Penilai Independen & • Kehilangan pekerjaan/bisnis/alih profesi
Profesional § Kerugian emosional
Kerugian non
2. Data pasar § Biaya transasksi
fisik § Kerugian sisa tanah & fisik lainnya
3. Metode menurut pasar
§ Premium lainnya (bila ada)

Beban masa § Beban masa tunggu untuk masa waktu >6


bulan
tunggu § Beban masa tunggu <6 bulan

Rujukan seharusnya ditentukan


Pemerintah/Instansi yang
memerlukan
TERIMA KASIH
(hy-2022)

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)


Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI)
Office 18, Lantai 3 Unit 3F
Jl. TB Simatupang Kav. 18 Jakarta Selatan Indonesia
Email : info-kpspi@mappi.or.id
Website : http://www.mappi.or.id
Telp : +62 21 22783000
+62 21 22783111

Anda mungkin juga menyukai