LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2022/2023
1. Jelaskan hubungan laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi/full berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah ?
Jawabannya : Dalam analisis biaya dan laba, terdapat dua metode perhitungan biaya yang
umum digunakan: biaya variabel dan biaya absorpsi (full). Hubungan antara produksi dan
penjualan dapat mempengaruhi perhitungan laba menggunakan kedua metode ini.
1. Biaya Variabel: Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan volume
produksi atau penjualan. Biaya ini bervariasi sejalan dengan perubahan volume produksi
atau penjualan. Contoh biaya variabel meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
komisi penjualan.
Dalam perhitungan laba menggunakan biaya variabel, laba dihitung dengan
mengurangkan total biaya variabel dari pendapatan penjualan. Ketika hubungan antara
produksi dan penjualan berubah, biaya variabel juga akan berubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Jika penjualan meningkat tanpa peningkatan
produksi, biaya variabel akan meningkat proporsional dengan peningkatan penjualan, dan
begitu pula sebaliknya.
2. Biaya Absorpsi (Full): Biaya absorpsi, juga dikenal sebagai biaya penuh, mencakup
seluruh biaya produksi, baik yang berhubungan langsung dengan produksi maupun yang
tidak langsung. Biaya produksi ini termasuk biaya variabel dan biaya tetap seperti biaya
overhead pabrik, biaya penyusutan, dan biaya administrasi.
Dalam perhitungan laba menggunakan biaya absorpsi, laba dihitung dengan
mengurangkan total biaya produksi (biaya variabel dan biaya tetap) dari pendapatan
penjualan. Ketika hubungan antara produksi dan penjualan berubah, perhitungan laba
menggunakan biaya absorpsi juga akan berubah. Jika penjualan meningkat tanpa
peningkatan produksi, biaya produksi yang terdiri dari biaya variabel dan tetap akan
terbagi di antara volume produksi yang lebih rendah, sehingga biaya per unit menjadi
lebih tinggi dan dapat mempengaruhi laba per unit.
Jawabannya :
Sistem produktivitas yang baik harus mampu mengoptimalkan penggunaan input, meningkatkan
efisiensi produksi, dan memastikan kualitas yang baik dalam menghasilkan output. Dengan
demikian, sistem produktivitas dalam kegiatan industri berperan penting dalam mencapai tujuan
bisnis secara efektif dan efisien.
3. Titik impas atau break even point adalah suatu kondisi bisnis dimana
perusahaan atau pelaku bisnis tidak memperoleh laba dan tidak mengalami
kerugian.
a. Jelaskan menurut Anda mengapa perusahaan harus mengetahui tingkat
titik impas atau break even point!
b. Buatlah grafik titik impas dan jelaskan pada kondisi bagaimana perusahaan
mendapatkan laba dan kondisi bagaimana perusahaan dapat mengalami
kerugian!
Jawabannya :
a. Perusahaan harus mengetahui tingkat titik impas atau break even point karena
informasi ini membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih cerdas dan
strategis. Beberapa alasan mengapa perusahaan harus mengetahui titik impas adalah:
1. Mengidentifikasi Target Penjualan: Dengan mengetahui titik impas,
perusahaan dapat menetapkan target penjualan yang realistis untuk mencapai
laba. Jika perusahaan tahu berapa jumlah produk atau jasa yang harus dijual
untuk mencapai titik impas, mereka dapat menetapkan target yang sesuai
untuk mencapai laba lebih lanjut.
2. Evaluasi Kinerja Keuangan: Titik impas adalah indikator penting untuk
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Jika perusahaan telah mencapai
titik impas, ini menunjukkan bahwa biaya yang dihabiskan telah diimbangi
oleh pendapatan, dan perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Pengambilan Keputusan Harga dan Biaya: Dengan mengetahui titik impas,
perusahaan dapat melakukan analisis tentang harga produk atau jasa yang
harus ditetapkan agar dapat mencapai laba yang diinginkan. Perusahaan juga
dapat mengidentifikasi biaya yang harus dikurangi atau dioptimalkan untuk
mencapai titik impas lebih cepat.
4. Manajemen Risiko: Dengan mengetahui titik impas, perusahaan dapat
mengidentifikasi risiko dan tantangan yang mungkin dihadapi. Jika
penjualan atau biaya berada di bawah ekspektasi, perusahaan dapat
mengambil langkah-langkah pencegahan atau mengubah strategi untuk
menghindari kerugian yang lebih besar.
Berikut ini merupakan data biaya produksi dan persediaan dari PT Sugo Center
pada akhir tahun 2020.
Data :
Jawabannya :
Untuk menghitung nilai persediaan akhir tahun 2020 dengan menggunakan metode
direct costing dan full costing, kita perlu menghitung biaya produksi total terlebih
dahulu, lalu membaginya antara produk yang terjual dan produk yang masih berada
dalam persediaan akhir tahun.
a. Metode Direct Costing: Dalam metode direct costing, hanya biaya variabel (bahan
baku, upah langsung, dan FOH variabel) yang dianggap sebagai biaya produksi
produk yang terjual. FOH tetap dianggap sebagai biaya periode dan tidak
dimasukkan ke dalam biaya produksi.
1. Biaya produksi total: Biaya produksi total = Biaya bahan baku + Upah
langsung + FOH variabel Biaya produksi total = Rp. 10.000.000 + Rp.
1.500.000 + Rp. 1.500.000 = Rp. 13.000.000
2. Biaya produksi produk yang terjual: Produksi dalam tahun 2020 = 250.000
unit Penjualan = 70% x 250.000 unit = 175.000 unit Biaya produksi produk
yang terjual = Biaya produksi total x Jumlah unit yang terjual Biaya produksi
YAYASAN MEMAJUKAN ILMU DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SIBER ASIA
Kampus Menara, Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan.Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12550. Telp. (+6221) 27806189. asiacyberuni@acu.ac.id. www.unsia.ac.id
b. Metode Full Costing: Dalam metode full costing, semua biaya produksi (biaya
variabel dan tetap) dianggap sebagai biaya produksi produk yang terjual dan produk
yang masih berada dalam persediaan.
1. Biaya produksi total: Biaya produksi total = Biaya bahan baku + Upah
langsung + FOH variabel + FOH tetap Biaya produksi total = Rp.
10.000.000 + Rp. 1.500.000 + Rp. 1.500.000 + Rp. 975.000 = Rp.
13.975.000
2. Biaya produksi produk yang terjual: Sama dengan metode direct costing,
biaya produksi produk yang terjual = Biaya produksi total x Jumlah unit
yang terjual Biaya produksi produk yang terjual = Rp. 13.975.000 x
175.000 / 250.000 = Rp. 9.782.500
3. Biaya produksi produk yang masih berada dalam persediaan: Biaya produksi
produk yang masih berada dalam persediaan = Biaya produksi total - Biaya
produksi produk yang terjual Biaya produksi produk yang masih berada
dalam persediaan = Rp. 13.975.000 - Rp. 9.782.500 = Rp. 4.192.500
Jadi, nilai persediaan akhir tahun 2020 menggunakan metode direct costing adalah
Rp. 3.900.000, dan menggunakan metode full costing adalah Rp. 4.192.500.
Tanda Tangan
Nilai Tanda Tangan Dosen Pengampu
Mahasiswa
(…………...……………..)
(Murdhaningsih, S.E.,M.Ak)