Anda di halaman 1dari 12

Profesi Kependidikan, Konselor

 00.30   Unknown

A. Pengertian dari Konselor

Kata konselor menegaskan petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini
telah berkembang, yaitu dari tenaga penyuluh, tenaga BP,guru BP/BK, guru pembimbing, dan sekarang
menjadi konselor. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang konselor jika berlatar belakang pendidikan
minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB),Bimbingan Konseling
(BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP).“Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling, yang
memiliki kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
konseling” (Prayitno, 2004: 6). Dijelaskan juga bahwa “konselor sekolah adalah

seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan
seluruh waktunya pada pelayanan Bimbingandan Konseling” (Winkel, 2005: 167).

Dari beberapa pengertian konselor yang telah dijelaskan, maka dapatdisimpulkan bahwa konselor adalah
seseorang yang mempelajari konseling dan secara profesional dapat melaksanakan pelayanan konseling
dengan berlatar belakang pendidikan minimal S1 Jurusan BK. Pelayanan konseling yang dilaksanakan
oleh konselor, salah satunya adalah layanan konsultasi BK. Dalam layanan konsultasi BK, seorang
konselor harus mampu mengembangkan WPKNS (wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap)
konsulti.

B. Dasar hukum Konselor

           Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan perperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi
peserta didik bagi pengembangan potensi mereka seoptimal mungkin.

           Saat sekarang kehadiran bk pada lembaga pendidikan tidak diragukan lagi karena secara yuridis
formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan bk di sekolah.

           Mulai dari Undang-Undang peraturan pemerintah, surat keputusan menteri dan peraturan
menteri. Berikut ini dikemukakan berbagai peraturan perundangan yang mendasari dan terkait langsung
dengan layanan BK di sekolah :

1. Undang-Undang dasar 1945

          Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31

          Ayat 1     :  Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

     Ayat 2    : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang di atur dengan undang-undang.
     2. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1

     Ayat 1    : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

     Ayat 6    : Pendidikan adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru dosen konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tulor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartsipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

     Bab II pasal 3

     Pasal 3    : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
demogratis serta bertanggung jawab.

Bab V pasal 12 ayat 1b

     Ayat 1b : Setiap peserta didik pada setaiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan.

3.  Permendiknas No. 22/2006 tentang standar isi dan satuan pendidikan dasar dan menengah

     Pelayanan konseling :

a.   Memberiakan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan  mengekspresikan diri


sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat.

     b.   Masalah pribadi, kehidupan sosial belajar dan pengembangan karir.

     c.           Di fasilitasi/dilaksanakan oleh konselor.

4.   Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik kompetensi konselor

Pasal 1 poin 1

Poin 1      : Untuk dapat diangkat sebagai konselor, seorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik
da kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.

Pasal 2     :  Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya memperkerjakan konselor wajib
mererapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor sebagaiman diatur dalam peraturan
menteri palang lambat 5 tahun setelah peraturan menteri ini mulai berlaku.

5.   PP No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar


  Bab 10     :  Bimbingan pasal 25

Ayat 1      :  Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan dalam rangka upaya  menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merancanakan masa depan.

Ayat 2      : Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

Ayat 3      : Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh  menteri.

C. Syarat-syarat Menjadi Konselor

           Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang dalam kegiatan utamanya
yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruktusional dan kurikuler, dan pembinaan
siswa. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrative dan pengajaran dengan mengabaikan
bidang bimbingan hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik
namun kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Oleh sebab itu,
adanya bimbingan dan konseling secara langsung antara seorang konselor dengan konseli atau klien
sangat dibutuhkan. Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor memiliki syrat-
syarat yang selayaknya ia miliki sebagai seorang pembimbing untuk kelancaranya dalam melaksanakan
bimbingan konseling.

               Syarat-Syarat Pembimbing (Konselor) di Sekolah  menurut Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995)
menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan konseling di sekolah dipilih berdasarkan kualifikasi (1)
kepribadian, (2) pendidikan, (3) pengalaman kerja, dan (4) kemampuan. Berdasarkan kualifikasi
tersebut,untuk memilih dan mengangkat seorang petugas bimbingan (konselor) di sekolah harus
memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan kepribadiannya,pendidikannya, pengalamannya, dan
kemampuannya.

1. Kepribadian Petugas Bimbingan

Syarat petugas bimbingan di sekolah diantaranya adalah sifat kepribadian konselor. Seorang konselor
harus memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian konselor sangat berperan dalam usaha membantu
siswa untuk tumbuh. Banyak penelitian telah dilakukan oleh sejumlah ahli tentang ciri-ciri khusus yang
dibutuhkan oleh seorang konselor. Polmantier (1966) telah mengadakan survei dan studi mengenai sifat-
sifat kepribadian konselor menyatakan:

a. Konselor adalah pribadi yang intelegen, memiliki kemampuan berpikir verbal dan kuantitatif, bernalar
dan mampu memecahkan masalah secara logis dan persetif.

b. Konselor menunjukkan minat kerja sama dengan orang lain, di samping seorang ilmuwan yang dapat
memberikan pertimbangan dan menggunakan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku individual dan
social.

c. Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan tidak akan menggunakan
kliennya untuk kepuasan kebutuhan pribadinya melebihi batas yang ditentukan oleh kode etik
profesionalnya.
d.      Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya sebab nilai-nilai ini akan mempengaruhi
perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah lakunya secara umum.

e. Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang mendua dan ia
memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut tanpa terganggu
profesinya dan aspek kehidupan pribadinya.

f. Konselor cukup luwes untuk memahami dan memperlakukan secara psikologis tanpa tekanan-tekanan
sosial untuk memaksa klien menyesuaikan dirinya.
Jones menyebutkan 7 sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor:
a. Tingkah laku yang etis

     b. Kemampuan intelektual

     c. Keluwesan (flexibility)

     d. Sikap penerimaan (acceptance)

     e. Pemahaman (understanding)

     f. Peka terhadap rahasia pribadi

     g. Komunikasi

     Situasi konseling menuntut reaksi yang kuat dari pihak konselor, yaitu konselor harus dapat bereaksi
sesuai dengan perasaan dan pengalaman konseli. Bentuk reaksi ini sangat diperlukan oleh konseli karena
dapat membantu konseli melihat perasaanya sendiri.

2.  Pendidikan
Seorang guru pembimbing atau konselor profesional selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu
jurusan bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurannya pernah mengikuti
pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.

     Seorang guru pembimbing atau konselor nonprofessional yakni alumni fakultas keguruan atau
tarbiyah dapat diangkat menjadi seorang konselor profesional, tetapi harus mengikuti terlebih dahulu
pendidikan tambahan (pendididkan profesi) dalam bidang bimbingan dan konseling.

     Syarat pendidikan berkenaan dengan keilmuan yang dimiliki oleh guru pembimbing atau konselor.
Konselor tidak saja harus memiliki ilmu bimbingan dan konseling, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan psikologi, bimbingan, dan konseling keterampilan komunikasi sosial dan konseling.

3. Pengalaman

     Seorang konselor harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun mengajar, banyak membimbing
berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan banyak pengalaman dalam organisasi. Corak pengalaman yang
dimiliki seorang konselor akan membantunya mendiagnosis dan mencari alternative solusi terhadap
klien.

4. Kemampuan
     Seorang pembimbing harus memiliki kemampuan (kompetensi). M.D. Dahlan (1987) menyatakan
bahwa konselor dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan melaksanakan konseling. Guru
pembimbing atau konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat
seseorang, daya kekuatan pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong
seseorang berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya mengembangkan potensi
individu secara positif.

                 Kompetensi Konselor sebagai seorang individu :

-          Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

-     Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.

-     Menampilkan rasa hormat terhadap keragaman individu.

-     Menampilkan struktur nilai dan sistem keyakinan pribadi.

-     Menampilkan keterbukaan, fleksibilitas, sikap mengasihi, dan toleran di dalam

-     Melakukan interaksi profesional yang mengarah kepada pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri
dan orang lain.

-     Menampilkan arah diri dan otonomi kedirian yang mantap.

-     Bertindak secara konsisten dengan sistem nilai etis pribadi dan kode etik profesional di dalam
hubungan profesionalnya.

-     Menunjukkan penampilan diri yang menarik.

-     Mempu menyesuaikan diri secara adekuat.

-     Memiliki kepercayaan dan keyakinan diri untuk bisa memberikan layanan -bantuan.

-     Memiliki keikhlasan dalam menyelenggarakan pelayanan.

      Kompetensi Keilmuan

-          Memiliki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional konseling.

-          Memahami dengan baik landasasn-landasan keilmuan bimbingan dan konseling.

-          Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.

-          Mengetahui dengan baik standar dan prosedur legal yang relevan dengan setting kerjanya.

-          Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari literaturnya.

-          Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam berbagai setting dan
kegiatan.

-          Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi permasalahan klien.

-          Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya.

-          Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya.


-        Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang dihadapi.

D. Penggajian

      Jam kerja konselor ditetapkan 36 jam per minggu dengan beban tugas meliputi penyusunan program
(dihargai 12 jam), pelaksanaan layanan (18 jam) dan evaluasi (6 jam). Konselor yang membimbing 150
orang siswa dihargai 24 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus kelebihan jam dengan ketentuan
tersendiri.

      Gaji seorang konselor yang bertugas di sekolah sama dengan gaji guru. Pemberian imbalan yaitu :
tunjangan yang pertama (tunjangan jabatan, profesi, dan fungsional), tunjangan jabatan serta fungsional
melekat pada struktur gaji.

E. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Tugas Guru BK/Konselor dan Pengawas Bimbingan dan Konseling Menurut PP No. 74 Tahun 2008

Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan
konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.

Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:

Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami, menilai bakat dan minat.

Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.

Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Jenis layanan yang dilakukan konselor adalah sebagai berikut:

Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai
informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,
program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga,
industri dan masyarakat.

Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan
masalah pribadinya.

Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
masalah peserta didik

Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antar mereka.

Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:

Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya,
melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.

Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik,
yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.

Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.

Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan
peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.

F.   PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENINGKATAN PROFESIONALITAS KONSELOR

Berbagai upaya pembinaan konselor harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas
konselor. In-service training (pendidikan dan pelatihan) diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan
sekaligus p engakuan pengguna profesi konseling (siswa dan orang tua). Para siswa kurang tertarik untuk
memanfaatkan layanan konseling, mereka menjadikan konselor sebagai alternatif ketiga untuk dimintai
bantuan (Dedi Supriadi, 1990). Ditemukan pula bahwa sebagian orang tua (38%) belum mengakui
signifikansi dari eksistensi program BK karena alasan kurang profesionalnya para guru pembimbing
dalam menjalankan tugas. Sebagian orang tua kurang dapat membedakan mana hasil kinerja guru
pembimbing dan hasil kinerja layanan pengajaran. Peningkatan kemampuan konselor dilandasi asumsi
bahwa keberhasilan BK di sekolah ditentukan oleh faktor sikap, pengetahuan, keterampilan, k
emampuan bimbingan dan konseling yang dikuasai oleh konselor dalam semua setting dapat
diidentifikasi dan diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan (in-service training).

Konselor merupakan suatu profesi yang mengemban lingkup tugas yang jelas dan teramati. Ini berarti
bahwa profesi konselor memiliki seperangkat tugas dan kewajiban yang memerlukan keahlian,
kemampuan dan keterampilan khusus dalam memberikan pelayanannya kepada setiap pengguna jasa
layanan bimbingan, khususnya para konseli. Tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap konselor dalam melaksanakan BK menunjukkan profesionalisme konselor itu .
Peningkatan profesionalisme konselor dapat disusun dalam berbagai bentuk dan cara, sehingga dapat
membantu dalam meningkatkan kinerja konselor menuju pemenuhan tuntutan perilaku profesional .
Perbaikan performansi profesionalisme konselor di lapangan membutuhkan standar kompetensi profesi
konselor itu sendiri sebagai dasar untuk dapat mengukur tingkat pencapaian profesionalisme konselor

H. Organisasi Konselor

Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia disingkat ABKIN adalah organisasi profesi untuk para konselor di


Indonesia. Asosiasi ini memberikan lisensi melalui proses sertifikasi bagi para konselor tertentu sebagai
tanda bahwa yang bersangkutan berwenang menyelenggarakan konseling dan pelatihan bagi masyarakat
umum secara resmi. Asosiasi ini didirikan pada tahun 2003 dalam kongres nasional di Lampung seiring
upaya memperkuat konselor sebagai suatu profesi sebagai pengganti Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia yang merupakan organisasi profesi yang menaungi petugas bimbingan dan konseling

G. Kode Etik Konselor

     Kode Etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang mengatur mengarahkan
perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi, atau organisasi bagi para pekerja atau
anggotanya, dan interaksi antara para pekerja atau anggota dengan masyarakat.

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan
Konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia wajib dipatuhi dan diamalkan oleh
pengurus dan anggota organisasi tingkat nasional , propinsi, dan kebupaten/kota (Anggaran Rumah
Tangga ABKIN, Bab II, Pasal 2)

KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR

Kualifikasi

Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang profesi konseling,
dan (2) pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor.

Kegiatan Profesional Konselor

Nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan

a.   Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus menerus berusaha
menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya
sendiri yang dapat mempengaruhi  hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu
layanan profesional seerta merugikan klien.

b.  Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana,
rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercayajujur, tertib, dan hormat.

c.   Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan
kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.

d.  Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin.
Untuk itu ia harus tampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan
atas dasar kaidah-kaidah ilmiah.

Pengakuan kewenangan

Untuk dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian, kewenangan oleh organisasi
profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh pemerintah.

Kegiatan Profesional

a.   Penyimpanan dan penggunaan informasi

Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan
data lain, semua merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk
kepentingan klien. Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor
dimungkinkan sepanjang identitas dirahasiakan. Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga
atau kepada anggota profesi lain, membutuhkan perseetujuan klien atau yang lain dapat dibenarkan
asalkan untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien.

b.  Keterangan mengenai mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

c.   Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung selama ada kesempatan antara klien dengan
konselor. Kewajiban berakhir jika hubungan konseling berakhir, klien mengakhiri hubungan kerja atau
konselor tidak lagi bertugas sebagai konselor.

Testing

a.   Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan
hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah ia mempunyai wewenang yang dimaksud.

b.  Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang menuntut adanya
perbandingan dengan ssampel yang lebih luas, misalnya taraf intelegensia, minat, bakat khusus, dan
kecenderungan dalam pribadi seseorang.
c.   Data yang diperlukan dari hasil testing itu harus diintegrasikan dengan informasi lain yang telah
diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain.

d.  Data hasil testing harus diperlakukan setaraf data dan informasi lain tentang klien.

e.   Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes dan
apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus disampaikan dengan klien dengan disertai
penjelasan tentang arti dan kegunaannya.

f.   Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak lain yang diberitahu itu ada
hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak merugikan klien.

g.  Pemberian suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes yang
berlakukan.

Riset

a.   Dalam melakukan riset, di mana tersangkut manusia dengan masalahnya sebagai subyek, harus
dihindari hal-hal yang dapat merugikan subyek yang bersangkutan.

b.  Dalam melakukan hasil riset di mana tersangkut klien sebagai subyek, harus dijaga agar identitas
subyek dirahasiakan.

Layanan Individual : Hubungan dengan Klien

a.   Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan klien.

b.  Konselor harus menempatkan kliennya di atas kepentingan pribadinya. Demikianpun dia tidak boleh
memberikan layanan bantuan di luar bidang pendidikan, pengalaman, dan kemampuan yang dimilikinya.

c.   Dalam menjalankan tugasnya, konselor tidak mengadakan pembedaan atas dasar suku, bangsa,
warna kulit, kepercayaan atau status sosial ekonomi.

d.  Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang dan tidak boleh
mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa izin dari orang yang bersangkutan.

e.   Konselor boleh memilih siapa yang akan diberi bantuan, akan tetapi dia harus memperhatikan setiap
setiap permintaan bantuan, lebih-lebih dalam keadaan darurat atau apabila banya orang yang
menghendaki.

f.   Kalau konselor sudah turun tangan membantu seseorang, maka dia tidak akan melalaikan klien
tersebut, walinya atau orang yang bertanggung jawab padanya.

g.  Konselor harus menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas
tanggung jawab masing-masing, khususnya sejauhmana  dia memikul tanggung jawab terhadap klien.

h.  Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien, masyarakat, atasan, dan rekan-rekan
sejawat. Apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka harus diperhatikan kepentingan pihak-
pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor. Dalam hal ini terutama sekali harus
diperhatikan ialah kepentingan klien.

i.    Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada klien dan lembaga tempat konselor bekerja, maka
konselor harus menyampaikan situasinya kepada klien dan atasannya. Dalam hal ini klien harus diminta
untuk mengambil keputusan apakah dia ingin meneruskan hubungan konseling dengannya.

j.    Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya,
sehingga hubungan profesional dengan orang-orang tersebut mungkin dapat terancam oleh kaburnya
peranan masing-masing.

k.  Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling
belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan
dengan klien apabila klien tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.

Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan atau Ahli Lainnya.

a.   Dalam rangka pemberian layanan kepada klien, kalau konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal,
maka ia harus berkonsultasi dengan rekan-rekan selingkungan profesi. Akan tetapi, untuk itu ia harus
mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.

b.  Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang klien bila pada akhirnya dia
menyadari tidak dapat memberikan pertolongan kepda klien tersebut, baik karena kurangnya
kemampuan/keahlian maupun keterbatasn pribadinya. Dalam hal ini konselor akan mengizinkan klien
untuk berkonsultasi dengan petugas atau badan lain yang lebih ahli, atau ia akan mengirimkan kepada
orang atau badan ahli tersebut, tetapi harus atas dasar persetujuan klien.

c.   Bila pengiriman disetujui klien, maka akan menjadi tanggung jawab konselor untuk menyarankan
kepada klien, orang atau badan yang mempunyai keahlian tersebut.

d.  Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, akan tetapi klien menolak kepada ahli yang
disarankan oleh konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik buruknya kalau hubungan maru
diteruskan lagi.

DAFTAR PUSTAKA 

ABKIN (2005). “Standar Kompetensi Konselor Indonesia”.

Kartadinata, S. (2005). “Arah dan Tantangan BK Profesional: Pr oposisi Historik-Futuristik:

Tema Perspektif Baru Profesi Konseling di Era Global”. Makalah FIP & PPS UPI.

Matsumoto, D. (2004). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


McMillan, J.H., & Schumacher, S. (2001). Research in Education. 5th. Ed. New York: Longman.

Natawidjaja, R. (2003), Spektrum Profesi BK. Disampaikan dalam Konvensi Nasional XIII

Sanusi, A. dkk. (1991). Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan . Bandung Departemen

P & K IKIP Bandung.

Supriadi, D. (1990). “Profesi dan Profesionalitas Konseling”. Makalah, PPS IKIP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai