Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

INTERAKSI OBAT CETRIAXON DENGAN FUROSEMID

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interaksi Obat

Dosen Pengampu : Apt. Ririn Lispita W., M.Si., Med

Disusun oleh :

Kelompok 25, Kelas B

1. Mutia Khanza 19105011131


2. Talita E.M Tanaem 19105011132

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi obat adalah keadaaan dimana suatu zat mempengaruhi akitivitas obat,
dimana dapat menghasilkan efek meningkat atau menurun atau menghasilkan efek baru
yang tidak dihasilkan oleh obat tersebut. Interaksi ini dapat terjadi dari penyalahgunaan
yang disengaja atau karena kurangnya pengetahuan tentang bahan-bahan aktif yang
terdapat dalam hal terkait (Bushra et al., 2011). Interaksi obat dianggap penting secara
klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks
terapi yang rendah) (Mariam, 2016).

Interaksi obat menjadi salah satu masalah yang serius dalam terapi karena jika
terjadi interaksi obat akan mempengaruhi keberhasilan terapi dan berpotensi menyebabkan
kegagalan terapi, bisa menyebabkan gangguan tubuh baik bersifat sementara atau
permanen dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Meskipun begitu tidak semua interaksi
obat merugikan, bahkan ada yang menguntungkan (Manik, 2014). Meningkatnya kejadian
interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan
makin seringnya penggunaan obat - obat yang dinamakan polifarmasi atau multiple drug
therapy (Gapar, 2003).

Resiko terjadinya interaksi obat semakin besar dengan meningkatnya kompleksitas


obatobat yang digunakan dalam pengobatan saat ini dan kecenderungan praktik
polifarmasi, telah menjadi semakin sulit bagi dokter dan apoteker untuk akrab dengan
seluruh potensi interaksi (Tatro, 2001). Penting bagi para farmasis untuk bisa
mengidentifikasi interaksi obat apa saja yang bisa berpotensi terjadi antara obat yang satu
dan obat lainnya, dengan mencari dan mengumpulkan data, maka peneliti dapat
mengidentifikasi tentang potensi interaksi obat yang bisa terjadi pada pasien.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik dengan meningkatkan efektifitas obat,
tetapi dapat juga memberikan kerugian seperti menurunkan efektifitas obat, efek samping
bahkan toksisitas. Interaksi obat dibagi menjadi interaksi obat secara farmasetika,
farmakokinetika dan farmakodinamika (Nah, 2007).
BAB II

PEMBAHASAN

Interaksi obat adalah suatu fenomena yang terjadi ketika efek farmakodinamik dan
farmakokinetik dari suatu obat berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Interaksi
obat dikatakan sebagai suatu kejadian dimana respons farmakologis atau klinis dari
pemberian suatu kombinasi obat, tidak sama dengan efek yang diharapkan timbul bila dua
obat diberikan sendirisendiri. Atau kata lain mendefinisikan interaksi obat terjadi bila efek
dari satu obat berubah apabila diberikan bersama dengan obat lainnya, makanan, minuman
atau zat kimiawi lingkungan (Nah, 2007).

Interaksi obat dibagi menjadi 3 tipe yaitu, duplikasi, opposition dan alteration.
Duplikasi yaitu ketika dua obat dengan efek yang sama diberikan secara bersamaan, maka
dapat meningkatkan resiko terjadinya efek samping. Opposition adalah ketika dua obat
dengan efek yang berlawanan diberikan secara bersamaan dapat berinteraksi yang
mengakibatkan menurunkan efektivitas salah satu obat atau keduanya. Alteration yaitu
terjadinya perubahan dari fungsi atau performa absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi suatu obat akibat obat yang lain (Sari et al., 2012).

Interaksi Obat

Penggunaan antibiotik ceftriaxon bersama dengan furosemid akan menyebabkan


potensi interaksi obat pada fase ekskresi. Furosemid dapat meningkatkan 25% waktu paruh
dari ceftriaxon dan menurunkan klirensnya, sehingga meningkatkan efek nefro-toksiknya
(Prasetya, 2011). Peningkatan nefrotoksik ceftriaxon akan mengganggu fungsi ginjal
pasien dan penurunan fungsi ginjal dapat dilihat pada kreatinin pasien. Peningkatan efek
nefrotoksik dari ceftriaxon akan mengganggu fungsi ginjal dari pasien, gangguan pada
fungsi ginjal dapat dilihat pada hasil pengecekan kreatinin pasien. Namun pada rekam
medik pasien tidak terdapat data kreatinin pasien, sehingga tidak diketahui efek
nefrotoksisitas dari ceftriaxon terhadap fungsi ginjal pasien. Interaksi obat ini memiliki
signifikansi moderate, jika terjadi peningkatan kadar kreatinin dalam darah pasien atau
penurunan kondisi klinis pasien disarankan untuk menghentikan terapi kedua obat ini
secara bersamaan dan menggunakan alternatif obat lain.
Mekanisme Kerja

Potensi interaksi obat lainnya yang sering didapatkan pada peresepan obat untuk
pasien gagal ginjal adalah furosemid dan ceftriaxone antibiotik golongan sefalosporin
dengan mekanisme famakodinamik (Medscape, 2017). Interaksi dari kedua obat ini
memiliki tingkat keparahan moderate. Penggunaan furosemid atau mungkin golongan obat
loop diuretic lain dengan beberapa antibiotik golongan sefalosporin berpotensi
menyebabkan nefrotoksik, terutama penggunaan antibiotik sefalosporin dosis tinggi baik
melalui intravena maupun oral. Pada penelitian dari 36 pasien terdapat 9 pasien yang
mengalami gagal ginjal akut saat sefaloridin (antibiotik golongan sefalosporin) diberikan
dengan furosemid. Furosemid terbukti meningkatkan konsentrasi plasma dan mengurangi
clearance creatinin dari beberapa antibiotik golongan sefalosporin (drugs.com). Meskipun
data terbatas pada antibiotik sefaloridin, penggunaan obat golongan sefalosporin lain
seperti seftriakson dengan furosemid harus hati – hati dan direkomendasikan untuk
monitoring fungsi ginjal dengan menghitung nilai laju filtrasi glomerulus terutama pada
qdosis tinggi, pasien geriatrik, maupun pasien dengan gangguan ginjal, untuk menghindari
terjadinya interaksi obat, disarankan untuk memberi jeda pemberian furosemid 3 hingga 4
jam sebelum obat golongan sefalosporin (Bexter, 2008)

III. KESIMPULAN

Interaksi obat adalah keadaaan dimana suatu zat mempengaruhi akitivitas obat,
dimana dapat menghasilkan efek meningkat atau menurun atau menghasilkan efek baru
yang tidak dihasilkan oleh obat tersebut

Penggunaan antibiotik ceftriaxon bersama dengan furosemid akan menyebabkan


potensi interaksi obat pada fase ekskresi. Furosemid dapat meningkatkan 25% waktu paruh
dari ceftriaxon dan menurunkan klirensnya, sehingga meningkatkan efek nefro-toksiknya
Daftar Pustaka

Bushra Rabia, Nousheen Aslam, Arshad Yar Khan. 2011. ‘Food-Drug Interactions’. Oman
Medical Journal, 26(2)

Baxter, K. 2008, Stockley’s Drug Interaction, eight edition, Pharmaceutical Press, United
States of America.

Drugs.com. 2017. Drugs Interaction Checker (Online) www.drugs.com/drug_interaction


s.html. Multum Information Service Gapar, R.S. 2003. Interaksi Obat
BetaBlocker dengan Obat-obat lain. Bagian Farmakologi FK USU, Medan.

Manik, U., Harahap, U., Tjipta, G. 2012. A Retrospective Study on Drug Interaction For
Pediatric InPatients at Central Public Hospital Haji Adam Malik, Medan For The
Period of January-June 2012. International Journal of Basic Clinical
Pharmacology 3, 512.

Mariam, S. 2016. Evaluasi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Rwat Inap Geriatri
Penderita Gagal antung. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Industri, Bogor

Nah, Y. 2007, Interaksi obat yang penting di klinik, Jurnal Meditek vol.15, no.39, p.21.

Sari,A., Wahyono, D. , Raharjo,B. 2012 , Identifikasi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien
Rawat Inap Penyakit Dalam Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Metode Observasional Retrospektif Periode November 2009 - Januari 2010 ,
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, vol. 2, no. 2, p. 196-197.

Tatro, D.S. 2001. Drug Interaction Facts, 5 th edition. A Wolters Kluwer Company, St
Louis Missour

Anda mungkin juga menyukai