Anda di halaman 1dari 10

Latar belakang

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma
beda tajam atau tumpul, perubahan

suhu, zat kimia, sengatan listrik atau gigitan hewan. Vulnus laceratum sering disertai dengan luka
excoriasi, yakni luka atau rusaknya jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras.
Penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks yang terjadi
secara simultan pada jaringan epidermis, dermis dan subkutis, itu suatu yang mudah membedakan
penyembuhan pada epidermis dengan penyembuhan pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu
terjadi pada saat yang bersamaan.

Permasalahan

PERMASALAHAN IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Usia : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Bukit Kunci, Pangkalan Susu

Tanggal Periksa : 05 Oktober 2017

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Luka robek pada lengan bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan luka robek pada lengan bawah setelah mengalami kecelakaan 20 menit
sebelum ke Puskesmas Biak Kota. Pasien tetap sadar, pusing (-), mual (-), muntah (-), tidak ada
keterbatasan dalam menggerakkan anggota tubuhnya. Pasien juga mengalami luka pada kedua lutut
kakinya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit lain. Alergi Obat (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Vital Sign : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit , Respirasi : 18 x / menit Temp. : 36,8

Status Generalis :

Kepala : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung : BJ I-II murni regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)N

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Status Lokalis :

1. Tampak luka robek pada antebrachi dextra, berukuran 4,5 x 0,5 cm, tepi tidak rata.

2. Tampak luka lecet pada lutut kaki kanan, berukuran 5 x 3 cm dan pada lutut kiri dengan ukuran 4 x 3
cm.

Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

diagnosa : Vulnus Laceratum regio antebrachi dextra + Vulnus Exoriatum regio patela bilateral.

Intervensi

Intervensi diberikan secara farmakologi dan non farmakologi

Penatalaksanaan

Terapi Farmakologi :

∙ Wound toilet

∙ Hecting

∙ Amoxicillin 3 x 500mg
∙ Asam mefenamat 3 x 500mg

∙ Gentamicin salap.

Terapi Non Farmakologis :

∙ Luka jahitan agar tidak terkena air terlebih dahulu. Namun

bukan larangan untuk mandi

∙ Obat (antibiotik) yang diberikan harus dikonsumsi minimal 5 hari

lamanya.

∙ Menganjurkan untuk mengkontrol luka jahitan per 3 hari.

∙ Gunakan salep sehabis mandi pada daerah luka lecet.

Evaluasi

MONITORING DAN EVALUASI

Pasien diminta untuk datang mengkontrol luka jahitannya per 3 hari.

2. Gout arthritis

Latar belakang

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang sebagian besar biasanya terjadi pada
laki-laki usia paruh baya sampai lanjut dan perempuan dalam masa post-menopause. Penyakit
metabolik ini disebabkan oleh penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada sendi dan
jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, artritis gout dibagi menjadi dua, yaitu episode akut dan
kronik. Secara epidemiologi, variasi prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan, dan pengaruh
genetik.

Secara epidemiologi artritis gout lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan. Estimasi
prevalensi menyatakan bahwa sebesar 5,9% artritis gout terjadi pada laki-laki dan 2% terjadi pada
perempuan. Pada laki-laki kadar asam urat meningkat pada masa pubertas, dan puncak onset artritis
gout pada decade keempat hingga keenam masa kehidupan. Namun artritis gout pada laki-laki juga
dapat terjadi lebih awal jika mereka memiliki predisposisi genetic dan memiliki faktor resiko. Sedangkan
pada wanita, kadar asam urat meningkat pada saat menopause, dan puncak onsetnya pada dekade
keenam hingga kedelapan masa kehidupan. Penelitian mengatakan bahwa orang yang berumur diantara
70-79 tahun memiliki resiko 5 kali besar dibandingkan dengan yang berusia dibawah 5 tahun. Prevalensi
gout tertinggi pada kalangan lanjut usia dikaitkan dengan insufisiensi renal atau gangguan metabolisme
purin. Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri, bengkak, dan terdapat tanda-
tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut dengan podagra).
Artritis gout fase akut menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi segera setelah
munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pada fase kronik, gout dapat menyebabkan
destruksi sendi yang berat dan gangguan ginjal.

Permasalahan

Identitas Pasien

Nama: Tn. Z

Umur: 60 tahun

Alamat: Saramom

Pekerjaan: Pedagang

Tanggal Periksa: 21 Oktober 2020

Anamnesis : Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 21 Oktober 2020

1. Keluhan Utama : nyeri pada sendi jari jempol kaki sebelah kanan

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada jari jempol sebelah kanan
sejak 2 hari yang lalu, persendian rasa kram kram. keluhan lain seperti demam (-), batuk/pilek (-/-),
mual/muntah (-/-), BAB/BAK (+/+) Normal.

3.Riwayat Penyakit Dahulu

a.Riwayat hipertensi:disangkal

b.Riwayat DM: disangkal

c.Riwayat sakit jantung: disangkal

d.Riwayat asma/alergi : disangkal


4.Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok: disangkal

b. Riwayat konsumsi alkohol: disangkal

c. riwaya sering makan makanan bersantan (+)

5.Riwayat Penyakit Keluarga

a.Riwayat hipertensi: disangkal

b.Riwayat DM: disangkal

c.Riwayat asma/alergi: disangkal

d.Riwayat sakit jantung: disangkal

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2020

1.KeadaanUmum: Sakit sedang, kesadaran: compos mentis,

2.Tanda Vital

a.Tensi: 110/70 mmHg

b.Nadi: 80 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

c.Pernapasan: 20 x/menit

d.Suhu: 36,7°C per axiler

3.Status Gizi : BB = 74kg TB = 162cm, BMI = 28,2kg/m2 (Obesitas)

4. status generalis :

K/L : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oral candidiasis (-)

Thorax : Simetris, ikut gerak napas, suara napas vesikuler, rhonki (-/-), whezzing (-/-)

Cor : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat (+), CRT < 2 detik

Penunjang : Asam urat : 8,7 mg/dL

Intervensi

Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi
dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun
komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak
dapat diberikan pada stadium akut.

Penatalaksaan

Non medikamentosa :

1. Konseling pasien bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat maka nyeri sendi yang dirasakan dapat
berkurang dan komplikasi akibat

goutarthritis dapat dicegah.

2. Konseling pasien mengenai makanan yang dianjurkan berupa diet rendah purin. Menginformasikan
segala hal tentang penyakit goutarthritis, serta aktifitas yang dianjurkan untuk pasien.

3. Konseling kepada anggota serumah tentang pentingnya memberi dukungan pada pasien dan
mengawasi pengobatan seperti diet pasien, kapan

harus kontrol kembali, dan latihan olahraga.

4. Konseling tentang rumah sehat.

Medikamentosa :

Piroksikam 2 x 50 mg

Allopurinol 1x100 mg (malam) (Setelah nyeri berkurang)

Vitamin B komplek 1 kali sehari


Evaluasi

Paseien di edukasi untuk mengontrol kesehatannya secara rutin kepuskesmas.

3. DM

Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe DM yang diketahui dan
umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara kompleks genetik, lingkungan dan gaya
hidup. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi
vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Jumlah penderita DM di dunia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat,
urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat
dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah
penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.Diabetes Mellitus
merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Semakin bertambah usia, dapat terjadi
gangguan pada metabolisme karbohidrat yang meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya
pelepasan insulin fase pertama, peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar glukosa puasa.

Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran
pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan
memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan
DM, akan sangat membantu meningkatkan keikut sertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil
penatalaksanaan.

Permasalahan

dentitas Pasien

Nama: Ny. G

Umur: 50 tahun

Alamat: kelurahan Inggiri

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Tanggal Periksa: 24 Oktober 2020


Anamnesis : Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 24 Oktober 2020

1. Keluhan Utama : lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu.
makan/minum baik, sering lapar, sering kencing, sering haus. keluhan lain seperti batuk/pilek (-/-),
demam (-), mual (-), muntah (-), BAB/BAK (+/+) Normal.

3.Riwayat Penyakit Dahulu

a.Riwayat hipertensi: disangkal

b.Riwayat DM: disangkal

c.Riwayat sakit jantung: disangkal

d.Riwayat asma/alergi : disangkal

4.Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok: disangkal

b. Riwayat konsumsi alkohol: disangkal

5.Riwayat Penyakit Keluarga

a.Riwayat hipertensi: disangkal

b.Riwayat DM: riwayat ibu pasien menderita DM (+)

c.Riwayat asma/alergi: disangkal

d.Riwayat sakit jantung: disangkal

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2020

1.KeadaanUmum: Sakit sedang, kesadaran: compos mentis,

2.Tanda Vital

a.Tensi: 120/80 mmHg

b.Nadi: 82x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

c.Pernapasan: 22x/menit
d.Suhu: 37,2°C per axiler

3.Status Gizi : BB = 72kg TB = 165cm, BMI = 26,45kg/m2 (overweight)

4. status generalis :

K/L : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oral candidiasis (-)

Thorax : Simetris, ikut gerak napas, suara napas vesikuler, rhonki (-/-), whezzing (-/-)

Cor : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-), gallop (-)

abdomen : tampak datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

extremitas : Akral hangat (+), CRT < 2 detik, edema (-)

penunjang : GDS: 310 mg/dL

Diagnosa : Diabetes mellitus tipe II

Intervensi

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah
dan mencegah timbulnya komplikasi acut dankronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang
dideritanya, ia akan terhindardari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung padaketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologidengan
preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam
membantu klien mengatasi kondisi ini.

Penatalaksaan

Terapi non medikamentosa

Edukasi :

• Diet DM : rendah gula, rendah lemak dan rendah karbohidrat

• Olahraga secara teratur dan perbanyak aktifitas fisik


•Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

Terapi medikamentosa

• Metformin 3 x 500 mg

•Neurobion 1 x 1 tablet

Evaluasi

Pasien di edukasi untuk secara teratur kontrol ke dokter untuk mengetahui perkembangan kondisi
penyakit pasien

Anda mungkin juga menyukai