1
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h.345
2
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 3.
terdapat padanya.3 Ada pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan -kepercayaan keagamaan (agama Islam)
dengan bukti-bukti yang yakin.
Menurut Harun Nasution, teologi dalam Islam disebut `ilm al-Tauhid. Kata tauhid
mengandung arti satu atau Esa dan ke - Esaan dalam pandangan Islam, sebagai agama
monotheisme merupakan sifat yang terpenting di antara segala sifat -sifat Tuhan. Teologi
Islam disebut pula `ilm al-Kalam. Kalam adalah kata-kata, sehingga dengan pengertian kalam
ini muncul dua pemahaman. Pertama, kalam ialah sabda Tuhan. Karena soal kalam sebagai
sabda Tuhan atau al -Quran di kalangan umat Islam pada abad ke sembilan dan ke sepuluh
Masehi pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras sehingga timbul penganiayaan
dan pembunuhan -pembunuhan terhadap sesama muslim pada masa itu. Kedua, yang
dimaksud kalam adalah kata-kata manusia, karena kaum teolog Islam bersilat lidah dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Teolog dalam
Islam dinamai dengan mutakallimun yaitu ahli debat yang pandai memakai kata - kata.4
Ilmu tauhid dengan ilmu kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan antara
mutakallimun dengan filosof muslim. Mutakallimun dan filosof muslim mempertahankan
atau memperkuat keyakinan mereka dengan menggunakan metode filsafat tetapi mereka
berbeda dalam landasan awal berpijak. Mutakalimun lebih dahulu bertolak dari al-Quran dan
Hadis (wahyu) yang diyakininya (diima ni), kemudian disertakan pembuktian dalil -
dalil rasional. Sementara filosof berpijak kepada logika. Artinya, mereka melakukan
sebuah pembuktian secara rasional, kemudian meyakininya. Meskipun demikian, tujuan yang
ingin dicapai adalah satu yaitu ke -Esaan Allah dan ke-Mahakuasaan Allah SWT.
Menurut Nurcholish Madjid, ilmu kalam sering diterjemahkan sebagai
teologia, sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian teologia dalam
agama Kristen. Misalnya dalam pengertian teologi Kristen, ilmu fiqih dalam Islam termasuk
teologi. Karena itu sebagian di kalangan ahli ada yang menghendaki pengertian yang lebih
praktis untuk menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologis dialektis atau teologi rasional,
dan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat khas dalam Islam.5
Beberapa alasan penamaaan ilmu kalam adalah:
1) Persoalan terpenting di antara pembicaraan -pembicaraan masa-masa pertama Islam
adalah firman Allah SWT, al - Quran, apakah azali atau baru. Oleh karena itu,
keseluruhan isi ilmu kalam merupakan bagian yang penting sekali.
2) Dasar ilmu kalam yaitu dalil-dalil rasional yang pengaruhnya nampak nyata
pada pembicaraan - pembicaraan para ulama Islam, sehingga kelihatan mereka
sebagai ahli bicara. Dalil al-Quran dan Sunnah baru dipakai sesudah mereka
menetapkan kebenaran suatu persoalan dari segi akal pikiran.
3
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 3.
4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI
H-Press, 1978), h. ix.
5
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban. Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan, dan Kem oderenan, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 201 -202.
3) Pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dan filsafat.
Pembuktian-pembuktian dengan logika disebut ilmu kalam. Orang yang ahli dalam
ilmu kalam disebut mutakallim (jamaknya mutakallimin).
Istilah teologi Islam, ilmu kalam, dan ilmu tauhid pada intinya memiliki
kesamaan pengertian, yaitu di sekitar masalah-masalah sebagai berikut:
Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala seginya, yang berarti termasuk di
dalamnya soal -soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, dan sebagainya.
Pertalian-Nya dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya persoalan
terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta kada dan kadar. Pengutusan
rasul-rasul juga termasuk di dalam persoalan pertalian manusia dengan Tuhan,
yang meliputi juga soal penerimaan wahyu dan berita -berita alam gaib atau
akhirat.
B. Dasar Qurani
Sebagai sumber ilmu kalam, al-Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan
masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
1. Q.S. al-Ikhlas (122): 3-4.
٤﴿ ﴾ َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُواً َأ َح ٌد٣﴿ ﴾لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakan, serta
tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan -Nya.
2. Q.S. al-Furqan (25): 59.
ْ تَّ ِة َأي ٍَّام ثُ َّمe ا ِفي ِسeeا بَ ْينَهُ َمeeض َو َم
تَ َوى َعلَىe اس َ ْت َواَأْلر
ِ اوا َّ ق
َ َمe الس َ e َالَّ ِذي َخل
﴾٥٩﴿ ًش الرَّحْ َم ُن فَا ْسَألْ بِ ِه َخبِيرا ِ ْْال َعر
Artinya: “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy[1071],6 (Dialah) Yang
Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui(Muhammad) tentang Dia.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang bertahta di atas "Arsy".
Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang
ada di antara keduanya.
3. Q.S. al-Fath (48): 10
ث َ ِدي ِه ْم فَ َمن نَّ َكeق َأ ْي
ُ ا يَن ُكeeث فَِإنَّ َم ْ eَ ُد هَّللا ِ فeَُون هَّللا َ ي
َ وe َ ايِعeeَا يُبeeك ِإنَّ َم َ ِإ َّن الَّ ِذ
َ eَين يُبَايِعُون
﴾١٠﴿ ً ه َأجْ راً َع ِظيماeِ َعلَى نَ ْف ِس ِه َو َم ْن َأ ْوفَى بِ َما َعاهَ َد َعلَ ْيهُ هَّللا َ فَ َسيُْؤ تِي
Artinyai:“Bahwasannya orang-orang yang berjanji kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah[1396]. Tangan Allah di atas tangan mereka[1397],
maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji
6
[1071] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian -Nya.
itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya
kepada Allah, maka Allah akan memberikan pahala yang besar.”7
Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai "tangan" yan g selalu berada di atas
tangan orang -orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan janji
Allah SWT.
4. Q.S. Thaha (20): 39.
ْ eاح ِل يَْأ ُخ
ُد ٌّو لِّيeذهُ َعe َّ ِ ِه ْاليَ ُّم بeِ ِه فِي ْاليَ ِّم فَ ْلي ُْلقeت فَا ْق ِذفِي
ِ eالس ِ ِه فِي التَّابُوeَأ ِن ا ْق ِذفِي
﴾٣٩﴿ ْك َم َحبَّةً ِّمنِّي َولِتُصْ نَ َع َعلَى َع ْينِي َ ْت َعلَيُ َو َع ُد ٌّو لَّهُ َوَأ ْلقَي
Artinya: “Yaitu, letakanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkan ia ke
sungai (Nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kasih sayang
yang datang dari-Ku[916)8; dan supaya kamu diasuh di bawah
pengawasan-Ku.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai "mata"
yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.
5. Q.S. ar-Rahman (55): 27.
﴾٢٧﴿ َويَ ْبقَى َوجْ هُ َرب َِّك ُذو ْال َجاَل ِل َواِإْل ْك َر ِام
Artinya: “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai "wajah" yang tidak akan rusak selama-
lamanya.
Masih banyak ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang ketuhanan di
antaranya: Q.S an-Nisa (4): 125, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan
berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila
melaksanakan dengan ikh las karena Allah. Q.S Luqman (31):22, Ayat ini menunjukkan
bahwa orang yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah disebut sebagai muhsin. Q.S Ali
7
[1396] Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad s.a.w. beserta
pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan 'umrah dan melihat keluarga -keluarga
mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan
lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kamu muslimin. mereka menanti-
nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan o leh kaum musyrikin kemudian
tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. karena itu Nabi menganjurkan agar kamu muslimin melakukan
bai'ah (janji setia) kepada beliau. merekapun Mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan
memerangi kamu Quraisy ber sama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai
Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Bai'atur Ridwan. Bai'atur Ridwan ini
menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk
Mengadakan Perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.
[1397] Orang yang berjanji setia biasanya berjabatan tangan. Caranya berjanji setia dengan Rasul ialah
meletakkan tangan Rasul di atas tangan orang yang berjanji itu. Jadi maksud tangan Allah di atas mereka ialah
untuk menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Allah. Jadi seakan -akan
Allah di atas tangan orang-orang yang berjanji itu. hendaklah diperhatikan bahwa Allah Maha suci dari segala
sifat-sifat yang menyerupai makhluknya.
8
[916] Maksudnya: Setiap orang yang memandang Nabi Musa a.s. akan merasa kasih sayang
kepadanya.
Imran (3):83, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan penunjuk jalan
kepada para Nabi. Q.S al-Anbiya (21):92, ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam
berbagai suku, ras, atau etnis dan aga,a apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh sebab
itu, semua umat, dalam kondisi dan situasi apa pun, harus mengarahkan pengabdiannya
hanya kepada-Nya. Q.S al-Hajj (22):78, ayat ini menujukkan bahwa seseorang yang ingin
melakukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai "jihad"
kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT. semata.
Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan
hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak
diketemukan sehingga para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan rinciannya.
Pembicaraan tentang hal -hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu disistematisa sikan yang
pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah Ilmu Kalam.