Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA


AN. Y UMUR 28 BULAN DI PUSKESMAS
MUARA DELANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan Pada Neonatus,

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah

Disusun oleh:

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA AN. Y UMUR 28 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan Pada Neonatus,

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal……………………

Disusun oleh:

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Ancy Gusputria, S.Tr. Keb) (Fibrinati Rifdi, S.SiT, M.Biomed)


LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA AN. Y UMUR 28 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Disusun oleh :

Kelompok Merangin

Nama NIM

1. Rezki Andriyani 2115901121


2. Puji Rahayu 2115901119
3. Fadzilatul Rahmawati 2115901112
4. Wiwit Inayatul Wiqoyah 2115901139

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……….20…...........

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademi

(Ancy Gusputria, S.Tr. Keb) (Fibrinati Rifdi, S.SiT, M. Biomed)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(Fibrinati Rifdi, S.SiT, M. Biomed)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)Pada An. Y Umur 28 Bulan Di Puskesmas Muara Delang”, dalam kesempatan
ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen pembimbing ibu Febrinati Rifdi, SSIT, M. Biomed, dan lapangan
pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, S.Tr. Keb yang telah membimbing selama
ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis

telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik

dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian

hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan

Praktik Klinik Kebidanan.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan

derajat kesehatan masyarakat. Secara global, kematian balita mengalami penurunan

sebesar 53% sejak tahun 1990 ke 2015, namun masih ada sekitar 7,6 juta balita

yang meninggal tiap tahunnya. Indonesia awalnya memiliki kemajuan yang pesat

dalam penurunan kematian balita yaitu sebesar 59%, namun satu dekade terakhir

penurunan kematian balita di Indonesia menjadi sangat lambat.

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017

menunjukkan bahwa angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi bila

dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran

hidup. Menurut data Sample Registration System (SRS) tahun 2014 penyebab

utama kematian anak balita adalah diare (17%) dan pneumonia (13%). Sedangkan

penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia (18%), disusul dengan penyakit

pneumonia (8%).

Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita perlu

dilaksanakan upaya dalam menangani permasalahan dan penyakit yang terjadi pada

balita. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita maka

Kementerian Kesehatan telah menyusun strategi yang menitikberatkan pada

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan balita di lapangan.


Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan pelayanan balita

yang terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan

dasar, seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena

angka kematian balita masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia,

diare, malaria, campak dan malnutrisi, dimana MTBS menjelaskan bagaimana

tatalaksana penyakit-penyakit tersebut. Disamping itu, lebih dari 75% ibu

membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar dengan salah satu kondisi

di atas dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga diagnosis tunggal tidak

tepat.

MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan pada

balita. Pendekatan terpadu ini dilaksanakan untuk meningkatkan sistem pelayanan

kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu serta pengasuh anak

dalam perawatan anak termasuk pencarian pertolongan kesehatan, serta

meningkatkan kemampuan maupun keterampilan tenaga kesehatan dalam

menangani balita sakit.

Dalam MTBS, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai penyakit

sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang

berobat jalan, dan batuk: bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk

perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini

dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia

ringan yang bisa rawat jalan (http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_MTBS).

Batuk merupakan mekanisme reflex yang sangat penting untuk menjaga

jalan napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir
yang menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh

reflex batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda asing (Djojodibroto, D. 2009).

Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian

bawah, jadi secara sederhana pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernafasan

bawah. Masyarakat awam menyebut kondisi ini sebagai paru-paru basah.

Pneumonia banyak menyerang anak – anak dan balita hampir di seluruh dunia.

Pada negara berkembang penyakit ini menyerang hingga 30 % anak – anak di

bawah usia 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Pneumonia pada anak

biasanya muncul dalam bentuk bronkopneumonia

(https://mediskus.com/penyakit/pneumonia-pada-anak).

Pengobatan yang dilakukan untuk menangani batuk diantaranya bisa dengan

pengobatan medis dan pengobatan tradisional. World Health Organization (WHO)

merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan

kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk

penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.

WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan

khasiat dari obat tradisional. Obat tradisional telah diterima secara luas di hampir

seluruh Negara di dunia, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin

menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka

terima. Di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk

pengobatan primer. Negara Cina dari total konsumsi obat, sebesar 30 sampai 50

persen menggunakan obat-obat tradisional (WHO, 2003 dalam Ramadhani A.P,

dkk 2014).
Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah

pasien di Poli MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45

anak, dan 20 diantaranya dengan klasifikasi batuk bukan pneumonia dan 2 anak

dengan pneumonia.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) di Puskesmas Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten

Merangin Jambi?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum Melakukan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. Y Umur 28 Bulan diPuskesmas Muara

Delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Jambi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik balita dengan batuk bukan pneumonia

b. Mampu merencanakan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. Y Umur 28 Bulan diPuskesmas

Muara Delang.

c. Mampu melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan Pada

Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. Y Umur

28 Bulan diPuskesmas Muara Delang.


D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat

dalam rangka penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada

anak balita.

2. Bagi Puskesmas Muara Delang

Dapat digunakan untuk referensi dalam meningkatkan program pelayanan dalam

menangani Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

3. Bagi institusi

Menjadi bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi pada kasus Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penanganannya


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Balita
a. Pengertian

Anak di Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan

salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai

dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu

usia 24-60 bulan( Wikipedia Indonesia, 2019). Balita adalah anak berusia 12

sampai 59 bulan (Permenkes, 2014).

b. Ciri khas perkembangan balita

1. Perkembangan fisik

Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi

karena balita menggunakan banyak energi untuk bergerak.

2. Perkembangan psikologis

a) Psikomotor

Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita

yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih

kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat,

berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk

mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.


Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih

seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu

memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu

jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan

menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

b) Aturan

Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri atau

biasa disebut sebagai toilet training. Freud mengatakan bahwa pada usia

ini individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan

keinginan untuk membuang kotoran.

c) Sosial dan individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan

lingkungan sosial di luar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama

berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak

bersama-sama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita,

bermain bersama berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan

melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang

memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda

dengan orang lain dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang

drastis untuk membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh

kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun


orang signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi

dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga

menyebabkan anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki

periode negativistik sebagai salah satu bentuk latihan untuk mandiri.

B. Penatalaksanaan ISPA dengan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita

Sakit)

Menurut Permenkes nomor 25 tahun 2015, yang menyatakan bahwa

Pelayanan kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah ditujukan untuk

meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup Bayi, Anak Balita dan Prasekolah.

Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah harus dilakukan melalui :

1. pemberian ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan;

2. pemberian ASI hingga 2 (dua) tahun;

3. pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6

(enam) bulan;

4. pemberian imunisasi dasar lengkap bagi Bayi;

5. pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan dan

imunisasi campak pada anak usia 24 bulan;

6. pemberian Vitamin A;

7. upaya pola mengasuh Anak;

8. pemantauan pertumbuhan;

9. pemantauan perkembangan;

10. pemantauan gangguan tumbuh kembang;


11. MTBS; dan

12. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke

ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan pendekatan pelayanan

kesehatan balita yang terintegrasi dan bertujuan mengurangi kematian, kesakitan

serta kecacatan.

Untuk penatalaksanaan balita sakit, petugas kesehatan dilengkapi dengan

Buku Bagan MTBS sebagai panduan pelayanan, disertai Formulir Pencatatan yang

harus diisi lengkap sesuai ketentuan..Langkah-langkah pada bagan tatalaksana balita

sakit menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak dibawa ke

puskesmas karena sakit.

MTBS bertujuan untuk :

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab

utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar.

2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan

anak.

3. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek

gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan preventif)

4. Menangani secara fokus penyakit anak yang merupakan penyebab utama

kematian dan kesakitan balita.

Biasanya seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Namun, mungkin juga

untuk pemeriksaan anak sehat, imunisasi atau perawatan luka. Langkah-langkah pada
bagan Penilaian dan Klasifikasi menggambarkan apa yang harus di lakukan oleh

tenagab kesehatan apabila seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Bagan tidak

digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak dengan

keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Petugas kesehatan menggolongkan

pemeriksaan anak berdasarkan umur, yaitu :

1. Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi

Balita Sakit umur 2 bulan - 5 tahun.

2. Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi

Bayi Muda umur kurang dari 2 bulan

Yang perlu diperhatikan perugas kesehatan adalah harus menggunakan kata-

kata yang mudah dimengerti ibu, agar mendapatkan jawaban yang jelas sehingga

dapat memberikan pengobatan yang tepat.

Penilaian yang dilakukan pertama kali adalah dengan memeriksa adanya Tanda

Bahaya Umum pada semua balita sakit. Tanda bahaya umum adalah:

1. Tidak bisa minum atau menyusu

2. Memuntahkan semuanya

3. Kejang

4. Gelisah, letargis atau tidak sadar,

5. Ada stridor

6. Biru atau sianosis

7. Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin

Anak yang memiliki satu atau lebih tanda bahaya umum mempunyai masalah

serius dan sebagian besar perlu dirujuk segera. Selesaikan dulu seluruh penilaian dan
klasifikasi secara cepat dan lakukan segera tindakan pra rujukan sebelum merujuk

anak sehingga rujukan tidak terlambat.

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, setiap balita sakit harus ditanya 4

keluhan utama, yaitu: batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga.

Jika ada keluhan, maka balita tersebut harus diperiksa, diklasifikasikan dan diberi

tindakan/pengobatan terkait dengan keluhannya.

Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran

pernapasan seperti hidung, tenggorokan, laring, trakhea, saluran udara atau paru.

Anak dengan batuk dan atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau

infeksi saluran pernapasan berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak datang ke

puskesmas dengan batuk atau infeksi saluran pernapasan yang ringan.

Petugas perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk dan

atau sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu

pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga

tarikan dinding dada ke dalam.

Anak yang menderita Pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh

bereaksi dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen).

Apabila Pneumonia bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan

dinding dada ke dalam. Anak dengan Pneumonia dapat meninggal karena hipoksia

atau sepsis (infeksi umum). Anak yang batuk dan atau sukar bernapas dinilai dalam

hal :

1. Berapa lama anak batuk dan atau sukar bernapas.


Anak dengan batuk lebih dari 14 hari, rujuk untuk pemeriksaan batuk karena

sebab lain (TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain). Lakukan skoring gejala

TBC sesuai buku bagan MTBS dan pemeriksaan penunjang. Mengingat masih

banyaknya kasus tuberkulosis di Indonesia, saudara bisa mencurigai seorang

anak kemungkinan menderita TBC, jika ada salah satu gejala di bawah ini:

a. Terdapat kontak serumah dengan seorang penderita tuberkulosis aktif.

b. Demam yang tidak diketahui penyebabnya selama 14 hari (2 minggu).

c. Nafsu makan tidak ada atau berat badan turun/tidak naik dalam 2 bulan

terakhir.

d. Batuk lebih dari 14 hari (2 minggu).

e. Malaise ≥ 2 minggu

f. Terdapat beberapa benjolan di daerah leher.

g. Semua gejala tersebut menetap walaupun sudah diberikan terapi yang

adekuat.

2. Napas cepat.

Anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan bernapas cepat jika frekuensi

napasnya 50 kali per menit atau lebih. Sedangkan anak umur 1 sampai 5 tahun

dikatakan bernapas cepat jika frekuensi napasnya 40 kali per menit atau lebih.

Menghitung frekuensi napas harus dalam waktu 1 menit penuh dengan

mengamati gerakan napas pada dada atau perut anak. Gunakan ARI timer atau

jam tangan dengan jarum detik atau jam digital.

3. Tarikan dinding dada ke dalam


Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda

pneumonia berat. Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko

kematian akibat pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat

dan tidak mempunyai tarikan dinding dada ke dalam.

4. Wheezing.

Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak mengeluarkan

napas. Usahakan anak dalam keadaan tenang ketika saudara mendengar

wheezing(sama seperti ketika menghitung napas, memeriksa tarikan dinding

dada ke dalam dan mendengar stridor)

5. Saturasi Oksigen

Periksa nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada).

Apabila anak tidak mengalami batuk atau sukar bernapas, penilaian ini dapat

dilewatkan. Saturasi Oksigen Normal jika > 90%

Setelah petugas melakukan penilaian untuk batuk dan atau sukar bernapas,langkah

selanjutnya mengklasifikasikan penyakit anak :

1. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam atau saturasi oksigen < 90%, klasifikasi

pneumonia berat

2. Jika anak anak bernapas cepat, diklasifikasikan sebagai pneumonia.

3. Jika tidak ada tanda diatas, maka anak di klasifikasikan batuk : bukan

pneumonia ( modul MTBS 2019)

C. Keterkaitan klasifikasi MTBS dengan diagnosa ICD 10

Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai dengan standar MTBS,

sejalan dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes
no. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal

Kabupaten/Kota.

Keberhasilan penerapan MTBS di Puskesmas tidak terlepas dari

ketersediaan SDM, sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan

lainnya, termasuk supervisi fasilitatif secara berkala untuk mengevaluasi kualitas

pelayanan MTBS.

Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama

dengan puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan

yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan

adalah konversi klasifikasi ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD 10 dalam

SP2TP sebelum masuk ke dalam sistim pelaporan.

Hasil pemeriksaan MTBS ditulis dalam bentuk klasifikasi sedangkan

pelaporan yang ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke

diagnosa dan menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita Batuk

Bukan Pneumonia, makan akan dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi ISPA,

dengan kode ICD 10 J 06.9.


BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN BATUK BUKAN
PNEUMONIA PADA AN. Y UMUR 28 BULAN
DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Ruang : Poli MTBS

No. RM : 035433

Tanggal :25 Maret 2022 Pukul : 09.00 WIB

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Anak

Nama Anak : An. Y

Umur : 28 bulan

Jenis kelamin : Laki - laki

Anak Ke :2

b. Identitas Ibu Identitas Ayah

Nama : Ny. N Nama : Tn. B

Umur : 27 tahun Umur : 30tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Tongkol ds Muara Delang

2. Anamnesa (Data Subyektif)

a. Keluhan utama / alasan datang ke puskesmas

Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk pilek dan badannya

terasa panas.

b. Riwayat Kesehatan

1) Imunisasi

BCG : Tanggal 14 -12-2019

DPT 1/hb 1/polio 1 : Tanggal 14 - 01-2020

DPT 2/hb 2/polio 2 : Tanggal 14 - 02 - 2020

DPT 3/hb 3/ polio 3 : Tanggal 14 – 04 - 2020

Campak/ polio 4 : Tanggal 14 – 08 - 2020

3) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan

yang lalu.

4) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas, rewel dan susah

makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 23 maret 2022

5) Riwayat penyakit keluarga / menurun


Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang

mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung, hipertensi, DM dan

penyakit menular seperti TBC.

b. Riwayat Sosial

1) Yang Mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan

orang tuanya.

2) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik

3) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya mempunyai teman yang sebaya dengannya.

4) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, letak rumah berdekatan dengan

rumah yang lain.Daerah yang ditempati merupakan daerah resiko rendah

malaria

c. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk

sehari 3x, menghabiskan 1 mangkok kecil

Makanan selingan bubur kacang hijau ½ gelas

Selama sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk

sehari 3x,tapi hanya setengah dari biasanya

Makanan selingan sepotong kue


2) Istirahat / tidur

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur

malam ± 12 jam, kadang terbangun untuk minum dan ngompol.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur ± 10 jam karena sering

menangis, rewel dan sulit untuk ditidurkan.

3) Mandi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju

sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat

dan selesai mandi.

Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan karena masih

demam dan hanya dilap dengan air hangat.

4) Aktivitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon

jika dipanggil, mau bermain bersama teman sebayanya.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif, sering menangis, tidak

mau bermain bersama teman sebayanya.

5) Eliminasi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari dengan

konsistensi lembek, kuning, BAK 5-6 x/hari dengan konsistensi warna

kuning jernih, bau pesing.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 x/hari, konsistensi lunak,

warna kuning kecoklatan dan BAK 4-5 x/hari, warna kuning pekat dan

bau khas.
3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak

bisa minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang, letargis

atau tidak sadar.

TTV : R : 36 x/menit, S : 37,7°C, N : 110 x/menit

BB / TB : 9,8 kg / 89 cm, BB/Tb -2 SD sd 2 SD, status gizi : normal

Anak tidak terlihat kurus.

LK : 40 cm

Kulit : Kulit terasa hangat, tidak puat, turgor kulit baik.

Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.

Muka : Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.

Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera

berwarna putih dan bersih.

Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang

keluardari telinga, tidak ada pembengkakan yang nyeri dibelakang

telinga.

Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak

bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.

Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lendirberwarna jernih dan encer

kulit hidung bagian luar tampak kemerahan.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.

Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada

tampak simetris.
Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak

kembung.

Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak

ada pembengkakan dikedua punggung kaki.

b. Pemeriksaan tingkat perkembangan :Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

B. Interpretasi Data

Tanggal : 25 Maret 2022 Pukul : 09.15WIB

1. Diagnosa Kebidanan

An. Y umur 28 bulan dengan diagnose ISPA

Data Dasar

Data Subjektif

a. Ibu mengatakan anaknya bernama An. Y, berjenis kelamin laki - laki

b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 20 nopember 2019

e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas

sejak 2 hari yang lalu dan nafsu makannya menurun.

Data Objektif

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum

b. Suhu : 37,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, tidak ada tarikan dinding dada

kedalam, tidak terdengar stridor


2. Kebutuhan

a. Pemberian penurun demam dan pelega tenggorokan

b. Anjuran pemberian makanan pada anak sakit

c. Anjuran kapan harus kembali segera kepetugas kesehatan

C. Perencanaan

1. Beritahu ibu bahwa anaknya menderita demam dan batuk

2. Beritahu ibu untuk memberikan obat penurun demam

3. Berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

4. Beritahu ibu tentang penyuluhan pencegahan penularan batuk

5. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit

6. Anjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

7. Nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan

D. Pelaksanaaan

1. Memberitahu ibu bahwa anaknya menderita demam dan batuk

2. Memberitahu ibu untuk memberikan obat penurun demam, yaitu dengan

pemberian Paraetamol sirup 3x1 sdk

3. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, yaitu dengan

memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu diminumkan 3x1 sdk

4. Memberitahu ibu tentang pencegahan penularan batuk, yaitu dengan memakai

masker ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin

dan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir


5. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan

makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa

yang terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya

gizi 2x sehari diantara waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur

atau jus buah.

6. Menganjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

7. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu

jika anak demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar

bernapas atau napas anak menjadi cepat lebuh dari 40x/ menit

D. Evaluasi

1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan obat

penurun demam dan pelega tenggorokan sesuai dengan anjuran yang

2. Ibu mengerti tentang cara pencegahan penularan batuk, dan bersedia

mempraktekkan anjuran yang diberikan

3. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia

mempraktekkan anjuran yang diberikan

4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

5. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas

kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, langkah awal adalah melakukan pengkajian dengan

mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan obyektif. Semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data subyektif didapatkan

keluhan utama yang diinformasikan oleh ibu yaitu berupa batuk pilek dan badan panas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda

bahaya umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan

minuman, kejang, letargis atau tidak sadar.Tanda-tanda vital : pernafasan 36 x/menit,

suhu 37,7°C, nadi 110 x/menit, BB: 9,8 kg, TB 89 cm, dimana BB/Tb -2 SD sd 2 SD,

menunjukkan bahwa status gizi anak normal. Anak tidak terlihat kurus.

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, An Y diperiksa berkaitan dengan

keluhan utamanya yaitu batuk atau sukar bernapas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh

data bahwa batuk sudah dialami 2 hari ini, tidak disertai nafas yang cepat, tidak ada

tarikan dinding dada kedalam dan tidak ada stridor. Dalam penatalaksanaan MTBS anak

diklasifikasikan kedalam batuk bukan pneumonia yang selanjutnya dalam pelaporan

diselaraskan dengan system ICD 10, maka klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu

ISPA( Madul pelatihan MTBS, 2019).


Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelega tenggorokan dan

pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu

diminumkan 3x1 sdk. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak

demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas

anak menjadi cepat lebih dari 40x/ menit.

Menurut Nelson dan Couto (2009) madu adalah cairan yang menyerupai sirup,

madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari

nektar bunga. Penelitian oleh Department of Pediatrics di Amerika, madu merupakan

salah satu pengobatan tradisional yang unggul untuk gejala ISPA, diantaranya dapat

menurunkan keparahan batuk dan dapat meningkatkan kualitas tidur anak pada malam

hari (Ramadhani, A.P, dkk 2014). Al-quran surah An-Nahl (lebah) ayat 69 menjelaskan

tentang manfaat madu, yang artinya “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-

buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut

lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.”

Untuk penatalaksanaan demam pada An Y yaitu dengan pemberian

Paracetamol syrup 3x1 sdk, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.

Dan menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan.

Untuk pencegahan penularan batuk,ibu dianjurkan untuk memakaikan

masker ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung anak ketika batuk atau bersin

dan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir


Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam

tubuhnya. Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan

memberikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang

dewasa yang terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya

gizi 2x sehari diantara waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau

jus buah.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. Y diklasifikasikan sebagaiBatuk bukan

pneumonia, dan klaifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa

menjadi ISPA.

2. Untuk penatalaksanaannya yaitu dengan memberikan pelega tenggorokan dan

pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur

madu diminumkan 3x1 sdk. Edangkan untuk demamnya diberikan paracetamol

yrup 3x1 sdk.

3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya

bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak

menjadi cepat lebih dari 40x/ menit.

4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam

tubuhnya. Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit

B. Saran
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan ISPA,

dan mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit,

sehingga mengurangi morbiditas pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Etiologi ISPA dan Pneumonia Litbang.

____________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia , available online.

Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma
Husada. KTI. Tidak dipublikasikan

Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses pada
tanggal 25 oktober 2013

Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha Medika.
Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan Faktor
Lingkungan. Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/ index. php/
BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 25 oktober 2013.

Kepmenkes, RI. 2010. Permenkes Indonesia Tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan.


Available online : http://ummukautsar.wordpress.com Diakses tanggal 22 Oktober
2013.

Kepmenkes,RI.2010. Tatalaksana Pneumonia Balita.http//www.kepmenkestatalaksana-


pneumonia –balita.co.id. Available online. Diakses tanggal26 Oktober 2013

Kepmenkes, RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan permenkes


no 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak Akut.http//www.kepmenkes-
infeksi-saluran-pernafasan-akut.co.id.

Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator,
Kemenkes, 2019
Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di
RSUD dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
KTI. Tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai