Askeb Kelompok ISPA
Askeb Kelompok ISPA
Disusun oleh:
Kelompok Merangin
Nama NIM
Tanggal……………………
Disusun oleh:
Kelompok Merangin
Nama NIM
Menyetujui,
Disusun oleh :
Kelompok Merangin
Nama NIM
Pada tanggal……….20…...........
Mengetahui,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)Pada An. Y Umur 28 Bulan Di Puskesmas Muara Delang”, dalam kesempatan
ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen pembimbing ibu Febrinati Rifdi, SSIT, M. Biomed, dan lapangan
pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, S.Tr. Keb yang telah membimbing selama
ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian
hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan
sebesar 53% sejak tahun 1990 ke 2015, namun masih ada sekitar 7,6 juta balita
yang meninggal tiap tahunnya. Indonesia awalnya memiliki kemajuan yang pesat
dalam penurunan kematian balita yaitu sebesar 59%, namun satu dekade terakhir
menunjukkan bahwa angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi bila
hidup. Menurut data Sample Registration System (SRS) tahun 2014 penyebab
utama kematian anak balita adalah diare (17%) dan pneumonia (13%). Sedangkan
penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia (18%), disusul dengan penyakit
pneumonia (8%).
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan kematian balita perlu
dilaksanakan upaya dalam menangani permasalahan dan penyakit yang terjadi pada
balita. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita maka
yang terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar, seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Poskesdes. MTBS diperlukan karena
angka kematian balita masih tinggi. 70% diantaranya disebabkan oleh pneumonia,
membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar dengan salah satu kondisi
di atas dan sering ditemukan overlapping gejala sehingga diagnosis tunggal tidak
tepat.
sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang
berobat jalan, dan batuk: bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk
perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini
dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia
jalan napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir
yang menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh
reflex batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda asing (Djojodibroto, D. 2009).
bawah, jadi secara sederhana pneumonia merupakan infeksi akut saluran pernafasan
Pneumonia banyak menyerang anak – anak dan balita hampir di seluruh dunia.
bawah usia 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Pneumonia pada anak
(https://mediskus.com/penyakit/pneumonia-pada-anak).
khasiat dari obat tradisional. Obat tradisional telah diterima secara luas di hampir
terima. Di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer. Negara Cina dari total konsumsi obat, sebesar 30 sampai 50
dkk 2014).
Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah
pasien di Poli MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45
anak, dan 20 diantaranya dengan klasifikasi batuk bukan pneumonia dan 2 anak
dengan pneumonia.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah
Merangin Jambi?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Melakukan asuhan kebidanan Pada Balita Dengan Infeksi Saluran
2. Tujuan Khusus
Muara Delang.
Balita Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada An. Y Umur
anak balita.
3. Bagi institusi
Menjadi bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi pada kasus Infeksi
A. Balita
a. Pengertian
usia 24-60 bulan( Wikipedia Indonesia, 2019). Balita adalah anak berusia 12
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan psikologis
a) Psikomotor
b) Aturan
Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan diri atau
berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak
Sakit)
meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup Bayi, Anak Balita dan Prasekolah.
Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah harus dilakukan melalui :
3. pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6
(enam) bulan;
6. pemberian Vitamin A;
8. pemantauan pertumbuhan;
9. pemantauan perkembangan;
12. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke
serta kecacatan.
Buku Bagan MTBS sebagai panduan pelayanan, disertai Formulir Pencatatan yang
sakit menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak dibawa ke
anak.
3. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek
Biasanya seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Namun, mungkin juga
untuk pemeriksaan anak sehat, imunisasi atau perawatan luka. Langkah-langkah pada
bagan Penilaian dan Klasifikasi menggambarkan apa yang harus di lakukan oleh
tenagab kesehatan apabila seorang anak dibawa ke klinik karena sakit. Bagan tidak
digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak dengan
1. Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi
2. Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan Penilaian dan Klasifikasi
kata yang mudah dimengerti ibu, agar mendapatkan jawaban yang jelas sehingga
Penilaian yang dilakukan pertama kali adalah dengan memeriksa adanya Tanda
Bahaya Umum pada semua balita sakit. Tanda bahaya umum adalah:
2. Memuntahkan semuanya
3. Kejang
5. Ada stridor
Anak yang memiliki satu atau lebih tanda bahaya umum mempunyai masalah
serius dan sebagian besar perlu dirujuk segera. Selesaikan dulu seluruh penilaian dan
klasifikasi secara cepat dan lakukan segera tindakan pra rujukan sebelum merujuk
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, setiap balita sakit harus ditanya 4
keluhan utama, yaitu: batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan masalah telinga.
Jika ada keluhan, maka balita tersebut harus diperiksa, diklasifikasikan dan diberi
Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran
pernapasan seperti hidung, tenggorokan, laring, trakhea, saluran udara atau paru.
Anak dengan batuk dan atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau
infeksi saluran pernapasan berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak datang ke
Petugas perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk dan
pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga
Anak yang menderita Pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh
bereaksi dengan bernapas cepat, agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen).
Apabila Pneumonia bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan
dinding dada ke dalam. Anak dengan Pneumonia dapat meninggal karena hipoksia
atau sepsis (infeksi umum). Anak yang batuk dan atau sukar bernapas dinilai dalam
hal :
sebab lain (TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain). Lakukan skoring gejala
TBC sesuai buku bagan MTBS dan pemeriksaan penunjang. Mengingat masih
anak kemungkinan menderita TBC, jika ada salah satu gejala di bawah ini:
c. Nafsu makan tidak ada atau berat badan turun/tidak naik dalam 2 bulan
terakhir.
e. Malaise ≥ 2 minggu
adekuat.
2. Napas cepat.
Anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan bernapas cepat jika frekuensi
napasnya 50 kali per menit atau lebih. Sedangkan anak umur 1 sampai 5 tahun
dikatakan bernapas cepat jika frekuensi napasnya 40 kali per menit atau lebih.
mengamati gerakan napas pada dada atau perut anak. Gunakan ARI timer atau
pneumonia berat. Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko
kematian akibat pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat
4. Wheezing.
Wheezing adalah suara kasar yang terdengar pada saat anak mengeluarkan
5. Saturasi Oksigen
Periksa nilai saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oxymeter (jika ada).
Apabila anak tidak mengalami batuk atau sukar bernapas, penilaian ini dapat
Setelah petugas melakukan penilaian untuk batuk dan atau sukar bernapas,langkah
1. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam atau saturasi oksigen < 90%, klasifikasi
pneumonia berat
3. Jika tidak ada tanda diatas, maka anak di klasifikasikan batuk : bukan
sejalan dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes
no. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten/Kota.
ketersediaan SDM, sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan
pelayanan MTBS.
yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan
pelaporan yang ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke
diagnosa dan menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita Batuk
Bukan Pneumonia, makan akan dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi ISPA,
No. RM : 035433
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
Umur : 28 bulan
Anak Ke :2
Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk pilek dan badannya
terasa panas.
b. Riwayat Kesehatan
1) Imunisasi
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan
yang lalu.
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas, rewel dan susah
b. Riwayat Sosial
1) Yang Mengasuh
orang tuanya.
4) Lingkungan rumah
malaria
1) Nutrisi
Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk
Selama sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur
3) Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju
4) Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif, sering menangis, tidak
5) Eliminasi
warna kuning kecoklatan dan BAK 4-5 x/hari, warna kuning pekat dan
bau khas.
3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak
LK : 40 cm
Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang
telinga.
Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada
tampak simetris.
Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak
kembung.
Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak
c. Pemeriksaan penunjang
B. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar
Data Subjektif
e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas
Data Objektif
b. Suhu : 37,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, tidak ada tarikan dinding dada
C. Perencanaan
D. Pelaksanaaan
3. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, yaitu dengan
masker ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin
makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa
yang terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya
gizi 2x sehari diantara waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur
7. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu
jika anak demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar
bernapas atau napas anak menjadi cepat lebuh dari 40x/ menit
D. Evaluasi
1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan obat
3. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia
4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan
5. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas
kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN
mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan obyektif. Semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data subyektif didapatkan
keluhan utama yang diinformasikan oleh ibu yaitu berupa batuk pilek dan badan panas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda
bahaya umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan
suhu 37,7°C, nadi 110 x/menit, BB: 9,8 kg, TB 89 cm, dimana BB/Tb -2 SD sd 2 SD,
menunjukkan bahwa status gizi anak normal. Anak tidak terlihat kurus.
keluhan utamanya yaitu batuk atau sukar bernapas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh
data bahwa batuk sudah dialami 2 hari ini, tidak disertai nafas yang cepat, tidak ada
tarikan dinding dada kedalam dan tidak ada stridor. Dalam penatalaksanaan MTBS anak
diselaraskan dengan system ICD 10, maka klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu
pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur madu
diminumkan 3x1 sdk. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak
demamnya bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas
Menurut Nelson dan Couto (2009) madu adalah cairan yang menyerupai sirup,
madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari
salah satu pengobatan tradisional yang unggul untuk gejala ISPA, diantaranya dapat
menurunkan keparahan batuk dan dapat meningkatkan kualitas tidur anak pada malam
hari (Ramadhani, A.P, dkk 2014). Al-quran surah An-Nahl (lebah) ayat 69 menjelaskan
tentang manfaat madu, yang artinya “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-
buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.”
Paracetamol syrup 3x1 sdk, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
Dan menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan.
masker ketika keluar rumah, menutup mulut dan hidung anak ketika batuk atau bersin
tubuhnya. Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan
memberikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang
dewasa yang terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya
gizi 2x sehari diantara waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau
jus buah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pneumonia, dan klaifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa
menjadi ISPA.
pereda batuk yang aman, yaitu dengan memberikan perasan jeruk nipis dicampur
3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak demamnya
bertambah parah, atau tidak bisa minum, atau sukar bernapas atau napas anak
4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
tubuhnya. Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit
B. Saran
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan ISPA,
dan mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit,
DAFTAR PUSTAKA
Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma
Husada. KTI. Tidak dipublikasikan
Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses pada
tanggal 25 oktober 2013
Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha Medika.
Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan Faktor
Lingkungan. Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/ index. php/
BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 25 oktober 2013.
Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator,
Kemenkes, 2019
Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di
RSUD dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
KTI. Tidak dipublikasikan