PENDAHULUAN
A. Fenomena
1
Gibb, H. A.R. Modern Trends In Islam, (Chicago: The University of Chicago Press,
1950), 17.
2
Ahmad Amin, Duha al-Islām, Juz III, (Kairo: Nahah al-Misriyah, t.t), 1-19.
3
Ibid., 229.
1
firqah-firqah kalam, berdasarkan pada sumber-sumber al-Qur‘an dan al-
Sunnah. Dua tokoh itu ialah Imam Abū al-Ḥasan al-Ash‘arī (260-324
H/873-935 M) dan Imam Abū Manşūr al-Māturīdī al-Samarkand (248-
333 H/862-944 M). Pemikiran kalam dua ulama ini masyhur disebut Ahl
al-Sunnah Wa al-Jamā‘ah, sebuah term yang mengoreksi terhadap
pemikiran kalam Mu‘tazilah dan firqah-firqah lainnya.4
Sikap Ahl al-Sunnah Wa al-Jamā’ah terhadap term-term teologi
yang diperdebatkan adalah bersikap moderat, mencari titik temu dan
menjadi mediator diantara mereka.5 Sunni bersikap: tawassuţ.6 Al-
Māturīdī (lahir 248 H/862 M) lebih tua umurnya dari pada al-Ash‘arī
(lahir 260 H/873 M). Dalam masalah fiqh al-Māturīdī bermadhzab
Hanafi. Oleh karena itu pemikirannya lebih rasional. Sedangkan al-
Ash‘arī, bermadhab Syāfi‘ī dan sampai berumur 40 tahun, dia masih
berfaham teologi Mu‘tazilah, kemudian ditinggalkannya.7
Penguatan faham Sunni terutama karena dukungan pemerintah
khalifah al-Mutawakkil (memerintah 232-247 H/847-461 M),
menggantikan faham Mu‘tazilah yang sejak awal kekuasaan Bani
‘Abbasiyyah memperoleh dukungan penguasa dan sering memaksakan
kehendak (al-mihnah). Terutama al-Ash‘arī memperoleh dukungan dari
ulama-ulama dari berbagai generasi, Diantaranya: al-Baqillānī (w. 403
H), Ibn Fawrak (w. 406 H), Ibn Ishāq al-Isfaraynī (w. 418 H), al-
Baghdādī (w. 429 H), al-Juwaynī (w. 478 H), Abd. Muẓaffar al-Isfarayni
(w. 478 H), al-Ghazālī (w. 505 H), Ibn Tumart (w. 524 H), al-Shahrastānī
4
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Press, 1972), 61. Shaykh Muhammad Abu
Zahrah, Tārīkh al-Madhāhib al-Islamiyah, al-Juz‘u al-Awwal, Fi al-Siyāsah Wa
al-‘Aqāid, (Mesir: Dār al-Fīkri, t.t.), 180.
5
Abū Zahrah, Ibid., 188 menerangkan:
.و قد سلك االشعرى فى االستدالل فى العقائد مسلك النقل و مسلك العقل
6
Jalal al-Dīn Abd. Hamīd Mūsa, Nasy’ah al-Asy’ariyah Wa Tatawwuruhā, (Beirut : Dār
al-Kitāb al-Lubuāni, t.t.), 461.
.أن االشعرى التزم فى كل ابحاثه التوسط بين االراء
7
Zahrah, Tarikh al-Madhāhib,181 menerangkan, pada hari Jum’at dia berpidato di
masjid Basrah:
كنت،ا فالن بن فالنx ان،ىxه بنفسxxا اعرفxx فان، ومن لم يعرفنى،ياايها الناس من عرفنى فقد عرفنى
ائب مقلحxا تxا وانxا افعلهxر انxال الشxار وان افعxرى باالبصxالى ال يxاقول بخلق القرأن وان هللا تع
.متصد للرد على المعتزلة مخرج
2
(w. 548 H), al-Rāzī (w. 1209 M), al-Ijī (w. 756 H), al-Sanūsī (w. 895 H).8
Pada abad XIX M, muncul tokoh bernama Shaykh Nawawī Banten,
sebagai pendukung al-Ash‘āriyah
Shaykh Nawawī dilahirkan di desa Tanara, kecamatan Tirtayasa
kawedanan Banten. Mula-mula belajar agama kepada ayahnya sendiri,
dan beberapa ulama di wilayah Banten dan Purwarkarta. Ketika dia
masih remaja, baru berumur 15 tahun, dia menunaikan ibadah haji,
kemudian terus mukim selama tiga tahun di tanah suci. Sepulangnya dari
mukim di Makkah, beberapa tahun lamanya dia membantu tugas
ayahnya. Namun penguasa Belanda mencurigai dan membidik gerak-
geriknya. Merasa tidak nyaman, maka kemudian dia memutuskan untuk
berangkat lagi ke Makkah untuk mukim, sampai akhir hidupnya (w. 1897
M di Mekah).
Shaykh Nawawī mengisi hidupnya belajar agama pada ulama-
ulama terkemuka, mulai tahun 1855 M dan baru tahun 1860 M menjadi
pengajar di Masjid al-Harām dan tahun 1870 M menulis kitab-kitab
berbagai disiplin ilmu ke-Islaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konteks sosial-religius Shaykh Nawawī semasa
hidupnya?
2. Bagaimana konsistensi dan relevansi pemikiran kalam Shaykh
Nawawī dalam berbagai perspektifnya?
3. Bagaimana corak pemikiran kalam Shaykh Nawawī ?
E. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan prosedur
sebagaimana urutan berikut:
a. Tahap menentukan masalah
Sebagaimana telah disebutkan di muka, terdapat beberapa fokus
masalah yang menurut hemat penulis layak untuk dipecahkan,
menyangkut pemikiran kalam Shaykh Nawawī. Setidaknya, akan
ditemukan jawaban yang komprehensip mengenai masalah-masalah
tersebut.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap ini, akan dilakukan beberapa langkah sebagaimana berikut:
1). Penelusuran Sumber Data
Adapun tempat dan keadaan yang memungkinkan menyediakan
data, sesuai dengan jenis penelitian berdasarkan tempatnya, yaitu
penelitian pustaka. Yaitu kitab-kitab karya Shaykh Nawawī
sendiri dan kitab-kitab atau buku-buku yang berhubungan
dengannya. Dari sekitar 40 kitab karangannya,11 terdapat delapan
buah kitab yang membahas masalah kalam, sedangkan selebihnya
membahas masalah tafsir, hadits, fiqh, akhlaq, tasawwuf, nahwu,
şaraf, tarikh, madāih nabawī, balāghah dan campuran. Sumber data
primeir akan diperoleh dari kitab-kitab karangan Shaykh Nawawī
yang isinya khusus membahas kalam. Yaitu kitab: al-Majīd, Tijān
al-Dararī, F̣ath Nur al-Ẓalām, Qaţr al-Qayth, dan Qāmi’ al-
Ṭughyān.12 Di samping itu terdapat beberapa kitab yang merupakan
gabungan antara kalam dengan fiqh dan kalam gabungan dengan
11
Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan jumlah kitab karangan Shaykh
Nawawī ini. Menurut Karel A. Stenbrink mendasarkan pendapat Snouch Hungronye,
karya Shaykh Nawawī hanya berjumlah 20 kitab saja (Kitab Kuning, 1999, 143).
Dhofīr mengutip pendapat Sarkis, berjumlah 38 kitab (Tradisi Pesantren, 1982, 88) dan
Muslim Ibrahim Abd. Rauf dalam thesisnya berpendapat 80 kitab. Penyebutan jumlah
karya Shaykh Nawawī ini lebih banyak karena memasukkan risalah, makalah atau
artikel-artikel yang tidak diterbitkan (Thesis: Asy Shaykh Muhammad Nawawī Al-Jāwī,
1397 H/1977 M), 82-89).
12
Dari kitab-kitab kalangan yang tidak penulis temukan yaitu: Dharī’at al-Yaqīn, al-
Nahjah al-Jayyidah dan Naqāwat al-‘Aqīdah.
5
tasawwuf, antara lain: Sullam al-Tawfīq, Bahjat al-Wasā’il,
Nihayat al-Zayn, dan Al-Nahjah al-Jayyidah Li Ḥilli Naqāwah
al-‘Aqīdah.
Sumber data sekundeir adalah tulisan orang lain tentang kalam dan
Shaykh Nawawī berupa buku, makalah, artikel, hasil-hasil
penelitian yang berkenaan dengannya. Jumlah sumber data
sekundeir ini tentu lebih banyak daripada sumber primernya.
2). Pengumpulan Data
Telah disebutkan bahwa data primeir akan dijadikan sebagai
sumber data utama, dengan alasan bahwa sumber utama tersebut
merupakan teks pemikiran Shaykh Nawawī tentang kalam yang
dapat ditemukan. Tentang sumber data sekundeirnya digunakan
untuk mengetahui sejarah hidup, latar belakang dan perjuangan
Shaykh Nawawī menurut pendapat orang lain. Perlu diketahui
bahwa dia tidak menulis biografinya. Tulisan pihak lain dipandang
perlu, karena tulisan itu berupa uraian, ulasan dan bahkan kritikan
terhadapnya, dapat dipandang sebagai bahan informasi.
Pengumpulan data primeir dilakukan dengan beberapa langkah:
a), menelusuri kata-kata atau konsep dan pendefinisian tentang
kalam. Hal itu dipandang penting, karena akan berpengaruh
terhadap operasionalnya.
b), menghimpun masalah dan dalil-dalil yang dipakai sebagai
argumentasi dalam memecahkan masalah. Dari sini, akan
terlihat bagaimana Shaykh Nawawī mengemukakan dan
memecahkan masalah dalam penggunaan dalil-dalil yang
dipeganginya.
15
Ibid, 3.
8