Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam
bentuk aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi
yang bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi tersebut yang biasa
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Setiap profesi yang
memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip-
prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non
atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi sebagai profesi
memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang
telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai 3 kewajiban yaitu,
kompetensi, objektif, dan mengutamakan integritas. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah
lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari
pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen. Peran akuntan dalam perusahaan
tidak bisa terlepas dari penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan
meliputi prinsip kewajaran (fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency),
dan responsibilitas (responsibility). Peran akuntan meliputi akuntan publik, akuntan internal,
akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.
Pentingnya kode etik dalam suatu profesi adalah suatu cara untuk memperbaiki iklim
organisasional sehingga seseorang dapat berperilaku secara etis. Sistem legal dan pasar tidak
cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam
setiap keputusan bisnisnya. Untuk menentukan status bisnis sebagai upaya
menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian profesi akuntan?
2) Apakah profesi akuntan selalu mendapat sorotan publik?
3) Apakah profesi akuntan dapat memelihara kompetensi pada tingkat yang tinggi?
4) Apakah pengertian struktur profesi akuntan Indonesia?
5) Bagaimana struktur etika yang berlaku bagi organisasi IAI?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui pengertian tentang profesi akuntan.
2) Untuk mengetahui bahwa profesi akuntan adalah untuk kepentingan umum, sehingga
profesi akuntan akan selalu mendapat sorotan publik.
3) Untuk mengetahui kompetensi dan pentingnya profesi akuntan untuk selalu memelihara
kompetensi pada tingkat yang tinggi.
4) Untuk mengetahui pengertian organisasi dan struktur profesi akuntan Indonesia.
5) Untuk mengetahui struktur etika yang berlaku bagi organisasi IAI beserta seluruh
Kompartemennya.

2
BAB II
ISI

2.1 Profesi Akuntan


2.1.1 Pengertian Profesi Akuntan
Saat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan
strata satu (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi Akuntan melalui
pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi yang telah
mendapat izin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari organisasi profesi
Institut Akuntan Indonesia (IAI).
Akuntan yang bekerja pada departemen/bagian akuntansi sering disebut juga sebagai
akuntan manajemen. Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan 2 jenis laporan
akuntansi, yaitu:
1) Laporan Akuntansi Manajemen.
2) Laporan Keuangan (Financial Statements), yang terdiri atas : Neraca (Balance Sheet), Laporan
Laba/Rugi (Income Statement), Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in
Stockholders’ Equity), Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement), Catatan atas Laporan
Keuangan (Notes of Financial Statements).
Fungsi dari laporan keuangan ini adalah sebagai alat pertanggung-jawaban manajemen
tentang kinerja organisasi (perusahaan) yang dikelolanya kepada pemangku kepentingan
(stakeholders).
Terdapat 3 golongan pekerjaan yang dapat digeluti oleh akuntan, yaitu sebagai akuntan
manajemen, auditor internal, dan akuntan publik.
➢ Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja pada setiap satuan kerja di organisasi
pemerintahan dan lembaga-lembaga negara. Tugas seorang akuntan manajemen adalah untuk
menyusun laporan keuangan unit organisasi atau lembaga negara tersebut.
➢ Auditor Internal, memiliki lingkup tugas yang sangat luas, yaitu antara lain: Audit Keuangan
(Financial Audit), Audit Manajemen/Operasional (Management/Operational Audit), Audit
Ketaatan (Compliance Audit), Investigasi Khusus (Special Investigation), Audit Sistem
Informasi, dan sebagainya

3
➢ Akuntan Publik, adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah, badan
pemeriksa keuangan, dan badan usaha milik negara. Fungsi pokok akuntan publik adalah
melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini atas
kewajaran laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit.

2.1.2 Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan


Kode etik profesi akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik akuntansi
dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai
kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral
profesi akuntansi dimata masyarakat.
❖ Prinsip-prinsip Etika menurut :
1) IFAC
International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun 1977,
merupakan federasi dan organisasi akuntan Internasional. Jadi anggotanya adalah organisasi
nasional akuntan dari berbagai negara. Dewan Perwakilan (The Council) IFAC yang terdiri dari
satu wakil dan setiap organisasi anggota IFAC, bertugas:
a) Memilih anggota Dewan Pengurus (The Bord)
b) Menetapkan dasar kontribusi keuangan oleh anggota
c) Menyetujui perubahan kontitusi IFAC
Program kerja Dewan Pengurus (The Bord) dilaksanakan oleh kelompok kerja kecil atau
komite teknis, yang dalam hal ini, IFAC memilih tujuh komite teknis:
a) Compliance
b) Education
c) Ethics
d) Financial and Management Accounting
e) Information Technology
f) International Auditing Practices
g) Public Sector

4
2) AICPA
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yaitu suatu organisasi
profesional dalam bidang akuntansi publik yang keanggotaannya hanya bagi akuntan publik
terdaftar (certified public accountants) saja. Organisasi ini menetapkan standar etika profesi dan
standar audit AS untuk perusahaan swasta, organisasi nirlaba, pemerintah federal, negara bagian,
dan daerah. Prinsip-prinsip Etika:
a) Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota harus menerapkan
penilaian profesional dan moral yang sensitif dalam segala kegiatannya.
b) Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap
profesionalisme.
c) Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota harus melakukan
semua tanggung jawab profesional dengan integritas tertinggi.
d) Objektivitas dan Independensi
Seorang anggota harus mempertahankan objectivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab professional, serta harus independen dalam penyajian fakta dan
tampilan ketika memberikan layanan audit dan jasa atestasi lainnya.
e) Kecermatan dan Keseksamaan
Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus-menerus untuk
meningkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional
dengan kemampuan terbaik yang dimiliki anggota.
f) Sifat dan Cakupan Layanan
Seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan prinsip-prinsip dari kode etik
profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

5
2.1.4 Skema Karier Seorang Akuntan

Akuntan

Sektor Swasta Sektor Publik

Akuntansi Auditor Akuntan Auditor


Manajemen Internal Pemerintah Inspektorat

Akuntan
Auditor BPKB
BUMN/BUMD
Akuntan Publik

Auditor BPK

Dalam struktur organisasi negara Republik Indonesia, terdapat lembaga-lembaga tinggi


negara, lembaga-lembaga pemerintahan (pusat dan daerah), departemen, dan satuan unit kerja di
bawah departemen. Semua lembaga ini memerlukan Fungsi Akuntansi yang bertugas mencatat
dan membuat laporan keuangan, minimal sebagai alat pertanggung-jawaban Akuntan yang bekerja
pada lembaga-lembaga pemerintahan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sering disebut sebagai akuntan sektor publik.
Akuntan sektor publik ini dapat dianalogikan dengan 3 golongan profesi yang biasa dijumpai
dalam sektor swasta, yaitu: sebagai akuntan manajemen, auditor internal, dan auditor eksternal.
Akuntan yang bekerja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), berfungsi
mirip dengan auditor internal di suatu perusahaan. Akuntan yang bekerja pada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), berfungsi mirip dengan auditor eksternal atau akuntan publik bagi semua
lembaga negara dan lembaga pemerintahan.
Akuntan yang bekerja pada setiap satuan kerja di organisasi pemerintahan dan lembaga-
lembaga negara untuk menyusun laporan keuangan unit organisasi atau lembaga negara tersebut,
dapat dianggap sebagai akuntan manajemen. Dalam setiap departemen atau satuan kerja

6
pemerintahan, terkadang juga dibentuk satuan organisasi yang sering disebut sebagai Inspektorat
Jenderal. Fungsi pokok Inspektorat Jenderal mirip dengan audit internal, namun ruang lingkup
tugasnya terbatas untuk departemen/lembaga pemerintahan yang bersangkutan. Fungsi audit
internal untuk keseluruhan organisasi eksekutif pemerintahan dilakukan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pemerintah diwajibkan oleh konstitusi dan undang-undang untuk membuat laporan realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah serta laporan keuangan (pusat dan daerah)
untuk disampaikan kepada rakyatnya melalui DPR. Sebelum disampaikan kepada DPR, semua
laporan realisasi anggaran dan laporan keuangan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan para akuntan baik yang
bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah, entah selaku akuntan manajemen, akuntan
publik, atau auditor internal dapat disebut suatu profesi karena:
1) Memerlukan pengetahuan akuntansi dan/atau disiplin ilmu lain yang relevan melalui
pendidikan formal (knowledge);
2) Memerlukan keterampilan dalam mengolah data dan menyajikan laporan, khususnya dengan
memanfaatkan teknologi komputer dan sistem informasi (skill);
3) Harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

7
2.2 Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)
2.2.1 Pengertian Institut Akuntan Indonesia
Seluruh akuntan di Indonesia bernaung di dalam organisasi profesi yang disebut Institut
Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI. Dulu organisasi ini
bernama Ikatan Akuntan Indonesia, disingkat IAI. Sejalan dengan semakin bertambahnya
spesialisasi bidang-bidang pekerjaan yang dapat digeluti oleh para akuntan, maka terbentuk pula
sub-sub organisasi profesi, antara lain: Institut Akuntan Publik Indonesia (Indonesian Institute of
Public Accountants), Institut Akuntan Manajemen Indonesia (Indonesian Institute of Management
Accountants), Institut Akuntan Sektor Publik (Indonesian Institute of Public Sector Accountants),
dan Institut Akuntan Pendidik Indonesia (Indonesian Institute of Education Accountants).

2.2.2 Sejarah Institut Akuntan Indonesia


Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia) disingkat
IAI, lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23 Desember 1957 (T.M.
Tuanakotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan pengurusnya terdiri atas:
Ketua : Prof. Soemardjo
Panitera : Drs. Go Tie Siem
Bendahara : Drs. Basuki T. Siddharta
Komisaris : Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Hendra Darmawan
Pada saat itu, hanya ada 11 akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan oleh
Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita Negara RI
Nomor 24 Tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal
pendirian IAI tetap tanggal 23 Desember 1957.
Yang dapat disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah mengikuti pendidikan
akuntan secara formal berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 dan/atau telah
mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian Negara Akuntansi (UNA)
serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen Keuangan RI.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada era pemerintahan Orde Baru serta dengan
dibukanya kebijakan investasi bagi modal asing, memungkinkan pertumbuhan dan kemajuan yang
juga dicapai oleh mereka yang berprofesi sebagai akuntan publik. Oleh karena itu, para akuntan
yang berprofesi sebagai akuntan publik ini sepakat untuk membentuk sub-organisasi tersendiri di

8
bawah IAI pada tanggal 7 April 1977, yang saat itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi
Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-
Kompartemen Akuntan Publik (disingkat IAI-KAP). Diawali oleh para akuntan publik, para
akuntan lainnya juga membentuk sub-sub organisasi sesuai dengan spesialisasinya, seperti: IAI-
Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd), IAI-Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-
KAM), dan IAI-Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP).
Selanjutnya, terjadi peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 yang menandai tonggak
baru perubahan organisasi dalam tubuh IAI, dimana sub organisasi IAI-KAP berubah menjadi
organisasi baru yang independen dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). IAI-KAP
kemudian dibubarkan, namun sebagai gantinya IAPI secara kelembagaan mendaftarkan diri
sebagai anggota IAI dan mendapat persetujuan dari IAI pada tanggal 4 Juni 2007. Dengan
diterimanya IAPI menjadi anggota IAI secara kelembagaan, maka keanggotaan IAI pun
mengalami perubahan dan perluasan. Tampaknya ada kecenderungan kuat bahwa masing-masing
Kompartemen lainnya akan mengikuti jejak IAI-KAP untuk membentuk organisasi independen
serupa.
Ikatan Akuntan Indonesia juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru
menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai,
yaitu IAI. Selama beberapa periode kepengurusan, IAI cukup dipimpin oleh seorang Ketua.
Namun dengan makin besarnya organisasi dan makin kompleksnya permasalahan yang dihadapi,
maka pada 2 periode kepengurusan IAI terakhir ini, IAI telah dipimpin oleh satu badan pengurus
yang disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN).

9
2.3 Profesi Akuntan Dalam Sorotan
Walaupun organisasi profesi IAI telah ada sejak tahun 1957, namun profesi ini baru
berkembang pesat pada era pemerintahan Orde Baru, sejalan dengan kebijakan pemerintah Orde
Baru untuk memprioritaskan pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
mempunyai korelasi positif yang kuat dengan pertumbuhan profesi akuntan. Kemajuan dan
pertumbuhan ekonomi pada masa Orde Baru juga berdampak positif bagi pertumbuhan dan
kemajuan profesi akuntan di Indonesia.
Namun sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa menjelang akhir abad ke-20, Indonesia
tertimpa krisis ekonomi dan moneter yang berakibat runtuhnya pemerintahan Orde Baru di bawah
Presiden Soeharto. Meskipun pada awalnya krisis ekonomi di Indonesia dipicu oleh faktor
eksternal, namun banyak yang mengatakan bahwa akar penyebab krisis yang sesungguhnya adalah
karena pembangunan di bidang ekonomi tersebut tidak diimbangi oleh pembangunan landasan
moral yang kuat. Seluruh kehidupan ekonomi, sosial, dan politik sarat dengan budaya KKN yang
telah mengakar. Aparat birokrasi dan penegak hukum telah tercemar virus KKN ini, sehingga
seluruh praktik bisnis dan kehidupan masyarakat terperangkap ke dalam budaya KKN.
Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam tekanan berat konflik
kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke dalam praktik-praktik yang tidak
etis.
Sorotan terhadap profesi akuntan tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di AS baik
terhadap akuntan manajemen maupun akuntan publik. Sorotan terhadap citra profesi bahkan juga
menimpa KAP peringkat dunia, yang dikenal dengan sebutan “the big five”. Namun sorotan
paling tajam diberikan kepada KAP Arthur Anderson, karena pelanggaran etika dan pelanggaran
tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam kaitannya dengan audit yang
dilakukannya pada Enron. Pelanggaran ini tidak saja mengakibatkan pimpinan puncaknya masuk
penjara, tetapi juga KAP Arthur Anderson sendiri tidak mampu lagi mempertahankan
eksistensinya karena kehilangan kepercayaan publik. Memulihkan citra profesi akuntan
merupakan tantangan bersama bila ingin profesi akuntan masih dihormati oleh publik.

10
2.4 Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia
Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
(Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu:
a) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b) Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai
jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c) Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan
standar kinerja tertinggi.
d) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci citra profesi akuntan, yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan itu
sendiri ditentukan dengan tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan, sedangkan
tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa (pengetahuan dan
keterampilan teknis di bidang akuntansi serta disiplin ilmu terkait) dan tingkat ketaatan serta
kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi
Struktur Kode Etik IAI terdiri atas 4 bagian yang disusun berdasarkan struktur/jenjang
(hierarchy), yaitu: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya-
Jawab Etika.

11
2.4.1 Struktur Penerapan Etika IAI

Disahkan Kongres IAI untuk


PRINSIP ETIKA
seluruh anggota IAI

Disahkan oleh Rapat anggota


ATURAN ETIKA Kompartemen atau Institut
Profesi Sejenis

Dilaksanakan oleh Pengurus


INTERPRETASI
Kompartemen atau Institut
ETIKA
Profesi Sejenis

Dewan Standar Profesi


TANYA JAWAB Kompartemen atau Institut
Profesi Sejenis

Prinsip Etika disusun oleh IAI dan disahkan dalam rapat anggota IAI. Prinsip Etika
memberikan kerangka dasar bagi penyusunan Aturan Etika semua kompartemen/institut profesi
sejenis. Prinsip Etika berlaku bagi semua anggota IAI. Aturan Etika merupakan pedoman perilaku
bagi semua anggota kompartemen/institut sejenis, seperti IAPI, IAI-KAPd, IAI-KAM, dan IAI-
KASP. Aturan Etika ini disusun oleh masing-masing kompartemen/institut profesi sejenis dan
disahkan dalam rapat anggota kompartemen/institut yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika
merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborasi lebih lanjut atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal
yang diatur dalam Aturan Etika, yang dianggap memerlukan penjelasan agar tidak terjadi
perbedaan pemahaman atas aturan etika dimaksud. Interpretasi Etika ini dikeluarkan oleh suatu
badan yang dibentuk oleh pengurus kompartemen/institut profesi sejenis yang bersangkutan. Pada
tingkat paling bawah, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan dengan isu-isu etika.
Tanya-jawab yang berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan
Standar Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartemen/institut yang bersangkutan.

12
2.4.2 Kerangka Kode Etik IAI dan IAPI
Tanggung Jawab Profesi IAI-PUSAT
Kepentingan Umum (Publik) PRINSIP ETIKA
Integritas
Objektivitas
Kompetensi & Kehati-hatian Profesional IAI-KAP
ATURAN ETIKA
Kerahasiaan
Perilaku Profesional
Standar Teknis
RAPAT
ANGGOTA
IAI-KAP

100
200 300 400 500
Independensi,
Standar Umum Tanggung-Jawab Tanggung-Jawab Tanggung-Jawab
Integritas,
Prinsip Akuntansi kepada Klien kepada Rekan dan Praktek Lain
Objektivitas

INTERPRETASI PENGURUS
ATURAN ETIKA IAI-KAP

DEWAN SPAP
TANYA JAWAB

Prinsip Etika IAI


Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998 terdiri atas 8 prinsip, yaitu:
1) Tanggung Jawab Profesi
2) Kepentingan Publik
3) Integritas
4) Objektivitas
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6) Kerahasiaan
7) Perilaku Profesional
8) Standar Teknis
Pada bagian akhir bab ini, disajikan Kode Etik IAI secara lengkap dikutip dari Prosiding
Kongres IAI VIII tahun 1998. Dalam rangka menyongsong era globalisasi, saat ini IAI sedang
menyusun penyempurnaan kode etik yang mengacu kepada kode etik International Federation of
Accountants (IFAC).

13
2.4.3 Proses Penalaran Prinsip Etika

Oleh karena itu setiap anggota


Hasil kerja profesi akuntan untuk
dituntut untuk mengembangkan
kepentingan publik
rasa tanggung jawab
(Prinsip 2)
(Prinsip 1)

Kompetensi mencakup 3 ranah:


1) Pengetahuan (knowledge) -> Prinsip 5
2) Keterampilan Teknis (skill) -> Prinsip 8 Tanggung jawab diwujudkan dalam
3) Sikap-Perilaku Etis (attitude) : bentuk upaya peningkatan
- Prinsip 3 - Integritas kompetensi secara berkelanjutan
- Prinsip 4 - Objektivitas (Prinsip 5)

- Prinsip 6 - Kerahasiaan
- Prinsip 7 - Perilaku Profesional
Penjelasan masing-masing prinsip pada Gambar diatas, adalah sebagai berikut:
➢ Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Prinsip ke-2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a) Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan keuangan, laporan
audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis keputusan bisnis,
ekonomis, dan politis.
b) Efektivitas keputusan publik ini tergantung pada kualitas informasi yang disampaikan oleh
profesi akuntan.
c) Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat
memelihara kepercayaan publik.
d) Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan dapat
menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

14
➢ Tanggung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)
Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan profesi
akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a) Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas informasi
yang disampaikan.
b) Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai bentuk
benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
✓ Kepentingan pribadi versus kepentingan publik.
✓ Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus kepentingan
publik.
✓ Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen) dengan
kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan kepentingan
yang lebih besar (kepentingan publik).
c) Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan.

➢ Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan Prinsip ke-8)


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Istilah kompetensi mengandung arti: kecakapan, kemampuan, kewenangan, dan penguasaan.
Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan kemampuan yang dimiliki
dalam menjalankan profesinya, sehingga menumbuhkan kepercayaan publik.
Pengertian kompetensi mencakup 3 ranah, yaitu: kognitif (pengetahuan/knowledge), afeksi
(sikap dan perilaku/attitude, meliputi: etika, kecerdasan emosional, dan spiritual), dan

15
psikomotorik (keterampilan teknis/fisik). Untuk profesi akuntan, ketiga ranah kompetensi ini
mencakup:
a. Aspek kognotif, yaitu pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu terkait (knowledge);
b. Aspek afeksi, yaitu sikap dan perilaku etis, kemampuan berkomunikasi;
c. Aspek psikomotorik, yaitu keterampilan teknis/fisik, misalnya: penguasaan teknologi informasi
(komputer), teknis audit, dan sebagainya.
IAI telah menetapkan 6 prinsip etika yang berhubungan dengan keharusan memiliki
kompetensi tinggi ini, yaitu:
1) Kompetensi pada ranah kognitif: Prinsip ke-5 – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
2) Kompetensi pada ranah afeksi:
a) Prinsip ke-3 – Integritas
b) Prinsip ke-4 – Objektivitas
c) Prinsip ke-6 – Kerahasiaan
d) Prinsip ke-7 – Perilaku Profesional
3) Kompetensi pada ranah psikomotorik: Prinsip ke-8 – Standar Teknis

2.4.4 Aturan Etika IAPI


Aturan Etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari Prinsip Etika. Aturan etika ini sudah
bersifat operasional, cukup rinci, dan mengikat seluruh anggota profesi Kompartemen IAI yang
bersangkutan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, di dalam organisasi IAI terdapat
beberapa Kompartemen/Institut Profesi sejenis sesuai dengan spesialisasi/sub profesinya, antara
lain: Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang dulu bernama Kompartemen Akuntan Publik,
Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen Akuntan Pendidik, dan Kompartemen
Akuntan Sektor Publik. Saat ini kompartemen yang telah memiliki Aturan Etika adalah IAPI.
Praktik akuntan publik dijalankan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) anggota IAPI. Jasa
akuntan publik meliputi pemberian jasa profesional kepada klien yang dapat berupa jasa audit, jasa
atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa
pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(Sukrisno Agoes, 2004).

16
Aturan Etika IAPI disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101 Independensi
102 Integritas dan Objektivitas
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201 Standar Umum
202 Kepatuhan terhadap Standar
203 Prinsip-prinsip Akuntansi
300 Tanggung Jawab kepada Klien
301 Informasi Klien yang Rahasia
302 Fee Profesional
400 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
401 Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi
402 Komunikasi antar Rekan Seprofesi
403 Perikatan Atestasi
500 Tanggung Jawab dan Praktik Lainnya
501 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
502 Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
503 Komisi dan Fee Referal
504 Bentuk Organisasi dan KAP

17
2.5 Pengawasan dan Perizinan KAP
Fungsi utama organisasi profesi IAI adalah semacam “self regulatory body”, yaitu sebagai
wadah untuk mengatur, membina, dan mengawasi kualitas kinerja dan perilaku anggotanya agar
selalu dapat menjaga citra profesinya di mata publik. IAI-KAP atau IAPI sebagai sub-organisasi
di bawah IAI memegang peranan penting bagi kehidupan bisnis dan perekonomian. Karena
perannya yang sangat strategis di dalam bisnis dan perekonomian suatu negara, maka pengaturan
dan pengawasan terhadap keberadaan dan kinerja KAP tidak cukup hanya dilakukan oleh
organisasi profesi itu sendiri. Pemerintah dan lembaga legislatif (DPR) sangat berkepentingan agar
profesi KAP dapat memberikan jasanya dengan kualitas tinggi sebagaimana diharapkan oleh
publik. Wujud campur tangan pemerintah dan lembaga legislatif ini dapat dilihat melalui produk
peraturan dan perundang-undangan serta pembentukan badan/lembaga pemerintah, antara lain:
a) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemberian Gelar Akuntan.
b) Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
(telah dicabut dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008).
c) Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik (telah
dicabut dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008).
d) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
e) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) yang
berhubungan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang sedang dan telah
menjadi perusahaan publik.
f) Peraturan perundang-undangan lain yang relevan.
Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan, antara lain:
a) Menteri Keuangan Republik Indonesia
b) Quality Review oleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan Republik
Indonesia
c) Institut Akuntan Indonesia (IAI) dan Kompartemen-kompartemen IAI yang terkait
d) Dewan Kehormatan IAPI
e) Dewan Review Mutu IAPI
f) Bapepam LK

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari kode etik suatu profesi mempunyai kode
etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika profesi tersebut.
Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan, karena melanggar kode etik tidak selalu
berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari
setiap profesi tersebut.

19

Anda mungkin juga menyukai