Anda di halaman 1dari 4

Berat Karbo

Waktu Menu Makanan URT E (kkal) Lemak Protein


(g) hidrat

Pagi

Selingan

-Nasi Putih
250 g 1 porsi sedang 325 71,5 0,5 6,0
-Daging ayam bagian sayap
70 g 2 ptg sayap 103,6 0,0 6,9 9,8
-Sayur Lodeh
Siang 60 g 2 sendok sayur 33,6 3,6 2,0 1,1
-Tahu Goreng
30 g 1 buah kecil 61,8 0,5 6,1 2,2
-Sambal
30 g 2 sdm 30,6 0,0 1,6 1,1

Selingan

Sore/
Malam
Jumlah Gizi 554,6 81,0 17,1 20,3

ALGORITMA

1. Screening dan Diagnosis


Secara terminology untuk melakukan screening dan diagnosis maka digunakan ukuran persentil
berdasarkan usia dan jenis kelamin anak, dengan cara melihat imt anak berada pada persentil
berapa. Dimana indikator yang dilihat adalah:
 Berat Badan Kurang untuk anak dengan nilai BMI kurang dari persentil 5.
 Berat Badan Normal untuk anak dengan nilai BMI antara persentil 5 sampai 84.
 Berat Badan Lebih untuk anak dengan nilai BMI antara persentil 85 sampai 94.
 Obesitas untuk anak dengan nilai BMI lebih dari atau sama dengan persentil 95.

Berdasarkan kasus, remaja tersebut diketahui memiliki IMT pada persentil lebih dari 95.

2. Asses untuk kondisi komorbitas mayor dan minor


Berdasarkan kasus, remaja tersebut diketahui tidak memiliki riwayat penyakit yang
berhubungan dengan obesitas.

3. Kesiapan untuk berubah – Apakah pasien siap untuk kehilangan berat badan?
Petugas klinik dalam hal ini konsultan gizi sebaiknya memberikan interview yang memotivasi
(Motivational Interview) pasien untuk merubah gaya hidup. MI memiliki beberapa prinsip yang
disingkat RULE yaitu:
 R: Resist the righting reflex. Artinya daripada mencoba untuk merubah pasien secara
langsung, lebih baik membiarkannya mencoba untuk menemukan sendiri alasan untuk
berubah.
 U: Understand your patient's motivations. Artinya ketika waktu konsultasi terbatas,
sebaiknya mendengarkan apa yang memotivasi pasien untuk berubah dan bagaimana ia
melakukannya daripada memberi tahunya apa yang harus dilakukan.
 L: Listen to your patient. Artinya dalam melakukan MI, perlu menjaga minat empati dan
mengakui bahwa jawaban yang paling mungkin ada dalam pasien.
 E: Empower your patient. MI membantu pasien mengeksplorasi bagaimana mereka
dapat membuat perbedaan dalam kesehatan mereka. Seorang pasien yang aktif dalam
konsultasi dan berpikir keras tentang mengapa dan bagaimana perubahan lebih
mungkin melakukan sesuatu tentang hal ini sesudahnya. Mengenali dan membimbing
melalui "pembicaraan perubahan" di mana pasien menyatakan alasan yang baik dan
langkah-langkah menuju perubahan, daripada menolak perubahan.

4. Strategi Intervensi Manajemen


Jika anak diindikasikan mengalami obesitas maka penting untuk menargetkan keluarga dan
perhatian serta motivasi anak untuk berubah dan dilanjut dengan intervensi dan beberapa
tahapan penanganan. Tahapan penanganan untuk obesitas ada empat, yaitu:
 Tahap 1: Prevention Plus
Tahapan ini berfokus pada pengenalan gaya hidup dan pola makan yang sehat. Pola makannya dikodekan
dengan angka 5210. 5 artinya makan 5 buah dan sayuran per hari. 2 artinya membatasi waktu tontonan
menjadi 2 jam atau kurang. 1 artinya aktivitas sedang dalam 1 jam per hari. 0 artinya tidak ada konsumsi
minuman manis.
 Tahap 2: Structured Weight Management
Tahapan ini berfokus pada perilaku yang ditargetkan. Dimana: menu makannya
diberikan oleh ahli gizi, menu hariannya terstruktur, selingan sehat, waktu tontonan
dibatasi hingga 1 jam atau kurang per hari, aktivitas fisik untuk 1 jam per hari harus
diawasi dan direncanakan.
 Tahap 3: Comprehensive Multidisciplinary Intervention
Tahapan ini berfokus pada program modifikasi perilaku yang terstruktur. Program ini meliputi:
Pemantauan makanan, rencana diet jangka pendek, pengaturan tujuan aktivitas fisik , keterlibatan orang
tua, terutama untuk anak usia 12 tahun dan lebih muda, tim multidisipliner dengan penyedia yang
berpengalaman dalam obesitas, konselor tingkah laku, ahli diet terdaftar, dan spesialis olahraga.
 Tahap 4: Tertiary Care Intervention (select patients)
Tahapan ini berfokus pada lanjutan diet dan konseling aktivitas fisik seperti pada
tahapan lainnya. Pada tahap ini seorang anak dapat ditawari diet rendah kalori dan
obat-obatan mungkin ditawarkan. Dalam beberapa kasus obesitas berat di mana tidak
ada respon terhadap intervensi perilaku, ada pusat khusus keunggulan yang dapat
menawarkan operasi bariatric.
5. Intervensi Gizi
Rekomendasi:
 Memberikan intervensi kepada pasien dan keluarganya untuk membatasi konsumsi
minuman manis.
 Memberikan intervensi kepada pasien dan keluarganya untuk mengonsumsi makanan-
makanan yang mengandung zat gizi non-energi lebih banyak daripada zat gizi energy
untuk sarapan harian.
 Petugas klinik memberikan nasehat kepada pasien dan keluarganya untuk membatasi
makan di restoran, terutama restoran cepat saji.
 Memberi saran kepada pasien dan keluarganya agar ketika tiba waktu makan keluarga,
pengasuh dan anak diajak untuk makan bersama.
 Petugas klinik mengedukasi pasien dan keluarganya untuk makan dengan pola rendah
zat gizi energy.
 Petugas klinik sebaiknya terus mempromosikan susu dan produk olahannya kepada
pasien dan keluarganya untuk kebutuhan gizi termasuk kalsium, vitamin D, dan zat gizi
mikro lainnya yang berperan untuk kesehatan tulang, serta potassium untuk kesehatan
tekanan darah.
 Petugas klinik sebaiknya terus mempromosikan diet tinggi serat kepada pasien dan
keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan kepadatan nutrisi, dan
mempromosikan profil lipid yang sehat, kerja sistem pencernaan secara normal serta
toleransi glukosa.

6. Aktivitas Fisik
Rekomendasi:
 Petugas klinik mendukung anak/remaja untuk melakukan aktivitas fisik sedang selama
60 menit setiap harinya.
 Petugas klinik mengidentifikasi hambatan anak/remaja atau orang tuanya yang mungkin
saja bertentangan dengan peningkatan aktivitas fisik seperti kendala waktu, takut
terluka, kendala finansial dan keselamatan.
 Petugas klinik sebaiknya menyarankan orang tua agar menjadi panutan yang baik.

7. Manajemen perilaku
Rekomendasi:
 Perlu dilakukan intervensi gaya hidup untuk berat badan lebih atau obesitas pada
remaja
 Petugas klinik sebaiknya membantu menetapkan perilaku target.
 Petugas klinik sebaiknya mendukung pemantauan diri
 Petugas klinik sebaiknya bekerja sama dengan sang anak/remaja atau pengasuh utama
dewasa (PUD) untuk menentukan tujuan.
 Petugas klinik sebaiknya mengajarkan anak/remaja dan PUD mengenai kontrol stimulus
 Petugas klinik sebaiknya mempromosikan lebih mengenai manajemen diri pada anak
dan PUD
 PUD harus berpartisipasi dalam proses penanganan
 PUD harus diajarkan tentang praktik pengasuhan positif dan strategi manajemen
kontingensi
 PUD harus memodelkan hidup sehat
 Remaja dan PUD sebaiknya diajarkan keterampilan menyelesaikan masalah

8. Weight Loss Medication


Pengobatan sebaiknya mempertimbangkan adanya penyakit komorbid pada anak yang obesitas
untuk memodifikasi program gaya hidup yang meliputi diet, aktivitas fisik, dan modifikasi
perilaku. Kami menekankan bahwa farmakoterapi sebaiknya diberikan hanya melalui petugas
medis yang memiliki pengalaman dalam mengatasi obesitas dan sadar akan kemungkinan
reaksi-reaksi yang akan diberikan oleh pasien

9. Follow –Up and Long Term Management


Strateginya meliputi:
 Diperlukan kombinasi pendekatan diet, aktivitas fisik, dan perilaku.
 Melakukan evaluasi terhadap pengukuran tubuh, diet dan aktivitas fisik dalam interval
tertentu
10.

Anda mungkin juga menyukai