Anda di halaman 1dari 157

ASUHAN KEBIDANAN COUNTINUITY OF CARE PADA NY U 22 TAHUN

G1P0A0Ah0 DI PMB KUSWATININGSIH SLEMAN YOGYAKARTA

Studi Kasus Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Ahli
Madya Kebidanan di Polteknik Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

DISUSUN OLEH

WENSDIKA PUTRI RAMADHANI

20801

POLITEKNIK KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2023
PERSETUJUAN

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN COUNTINUITY OF CARE PADA NY U DI PMB


KUSWATININGSIH YOGYAKARTA TAHUN 2023

Telah disetujui dan disah kan pada tanggal 12 Juni 2023

Diajukan oleh:

WENSDIKA PUTRI RAMADHANI

NIM : 20801

Menyetujui

Ka. Prodi D III Kebidanan Pembimbing Tugas Akhir

Erma Nur Fauziandari.,S.ST.,M.Kes Amri Wulandari.,S.ST.,MH


NIDN : 0522058201 NIDN : 0504058801

i
PENGESAHAN

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN COUNTINUITY OF CARE PADA NY U 22 TAHUN


G1P0A0Ah0 DI PMB KUSWATININGSIH SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh: WENSDIKA PUTRI RAMADHANI


NIM: 20801
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal:15 Juni 2023
SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

Penguji I

Murti Krismiyati,S.ST,M.Kes

NIDN : 0505057003

Anggota II

Amri Wulandari, S.ST,MH

NIDN: 0504058801

Anggota III

Kuswatiningsih,S.Tr.Keb,Bdn

Mengetahui,
Direktur
Poltekkes Karya Husada Yogyakarta Ka. Prodi DIII Kebidanan

Drs. Moebari, M.Kes Erma Nur Fauziandari,S.ST,M.Kes


NIDN : 0515115401 NIDN : 0522058201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
studi kasus. “Asuhan Kebidanaan Continuity Of Care Pada Ny U di PMB
Kuswatiningsih.”
Studi kasus ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Diploma III Politeknik Kesehatan Karya Husada Yogyakarta. Dalam karya tulis
ini mengalami berbagai kesulitan, namun berkat bimbingan dan petunjuk serta
dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu hingga terselesainya penulisan
ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Drs. Moebari, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Karya Husada
Yogyakarta;
2. Erma Nur Fauziandari, S.ST.M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
kebidanan;
3. Amri Wulandari.,S.ST.,MH selaku pembimbing studi kasus
4. Murti Krismiyati ,S.ST.M.Kes selaku penguji I studi kasus
5. Kuswatiningsih,S.Tr.Keb,Bdn selaku Pimpinan Praktik Mandiri Bidan
6. NY U selaku pasien dalam studi kasus
7. Teman-teman kebidanan angkatan tahun 2020 atas dukungan dan bantuan
dalam menyusun usulan studi kasus;
8. Kepada orang tua saya Bapak Dedy Wensdianto dan Ibu Eka Hermawanti
yang telah memberikan doa dan dukungan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan Studi Kasus ini. Harapan penulis semoga Studi Kasus ini
bermanfaat.

iii
ASUHAN KEBIDANAN COUNTINUITY OF CARE PADA NY U 22 TAHUN
G1P0A0Ah0 DI PMB KUSWATININGSIH SLEMAN YOGYAKARTA

INTISARI

Latar Belakang: Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan


masalah besar. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Sleman Tahun 2021 sebanyak
8 kasus dari 13.462 kelahiran hidup dengan angka kematian ibu melahirkan
sebesar 59.43 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan studi pendahuluan di
PMB Kuswatiningsih di Sleman,tercatat data cakupan kunjungan ibu hamil
trimester III (K4) sebanyak 223 pasien, persalinan tercatat sebanyak 301 pasien
pada tahun 2022, 64 orang dirujuk karena terdapat permasalahan dalam
persalianan diantaranya ada riwayat sesar 15 pasien, KPD 6 pasien, preeklamsi 8
pasien, presentasi bokong 1 pasien, dirujuk dengan alasan lainnya sebanyak 32
pasien. Ibu nifas normal tercatat sebanyak 301 pasien, kunjungan KB sebanyak
2150 pasien, dan kunjungan BBL sebanyak 300 kasus di rujuk 1 dengan kasus
Asfiksia.
Tujuan Penelitian: Dilaksanakannnya asuhan kebidanan komprehensif masa
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB pada ibu hamil di PMB
Kuswatiningsih
Metode Peneltian : Suatu Jenis Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
kualitatif berupa embedded case study (studi kasus) yang artinya penelitian ini
difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih yaitu menggunakan metode
Continuity of Care (COC). Waktu studi kasus ini mulai dari bulan maret 2023
sampai Juni 2023 dengan subyek penelitian adalah Ny “U” umur 22 tahun
G1P0A0AH0.
HASIL: Setelah diberikan asuhan kebidanan countinuty of care dari hamil sampai
dengan KB dengan penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus dan kewenangan
bidan serta asuhan komplementer pijat ibu hamil, yoga ibu hamil, manajemen
nyeri persalinan, nipple stimulation, field massage, pijat oksitosin sehingga
didapatkan hasil kondisi pasien dalam batas normal.
Kesimpulan: Setelah di berikan asuhan berkelanjutan maka ibu dapat melalui
masa kehamilan, persalinan, nifas,dengan baik tanpa adanya komplikasi yang
berarti. Bayi dalam kondisi sehat.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan merupakan kegiatan dalam lingkup kebidanan dalam

memberikan pelayanan kepada klien yang memiliki masalah atau kebutuhan

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana (Kemenkes, 2016). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

resiko ibu pada selama masa kehamilan sampai paska persalinan yang

dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kurang

baik keluarga menjelang kehamilan, berbagai macam komplikasi dalam

kehamilan dan persalinan, penggunaan fasilitas kesehatan dan obsetri yang

rendah (Profil Data Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia masih tinggi, AKI dan AKB meningkat di karenakan komplikasi

kehamilan sampai dengan kelahiran anak.Kejadian anemia atau kekurangan

darah pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak

48,9% (menurut Kemenkes RI tahun 2019).

Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang dapat meningkatkan

AKI. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan postpartum

karena kadar Hb yang kurang dapat mempengaruhi kerja otot rahim dan

mengakibatkan gangguan kontraksi saat bersalin yang mana dapat

mengakibatkan janin mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin sehingga

1
2

dapat meningkatkan risiko terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

yang mana BBLR tersebut dikategorikan pada bayi dengan berat lahir di <

2500 gram. Perdarahan postpartum sebagai jenis perdarahan yang

meningkatkan kematian ibu. Penyebab utama terjadinya perdarahan adalah

anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil (Hani Nurul

Hidayah, 2018). Pada tahun 2022 diperkirakan AKI Indonesia belum

mencapai target yang ditentukan yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup (KH)

dari target 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian pula AKB pada

tahun 2022 menunjukkan angka 24 per 1000 yang artinya setiap 1000

kelahiran yang mati adalah 24 jiwa (Kemenkes 2022, Kepala BKKBN 2022).

Pada tahun 2021 AKI di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 131

kasus dari sebanyak 38.587 kelahiran hidup diantaranya penyebab kematian

ibu paling banyak ditemukan di DIY adalah karena covid (80), penyakit lain-

lain (23), perdarahan (13), hipertensi dalam kehamilan (9), gangguan sistem

peredaran darah (6). Demikian juga pada Tahun 2021 AKB di DIY sebanyak

270 kasus lebih rendah dibandingkan AKB Tahun 2020 (Buku profil

kesehatan DIY, 2021).

Profil kesehatan wilayah Sleman tahun 2021 menyebutkan bahwa jumlah

AKI sebanyak 8 kasus dari 13.462 kelahiran hidup.. Sedangkan, AKB

sebanyak 55 kasus dari 13.462 kelahiran hidup (Buku profil kesehatan DIY,

2021).
3

Jumlah kematian ibu Tahun 2019 sebanyak 8 kasus dari 13.462 kelahiran

hidup dengan angka kematian ibu melahirkan sebesar 59.43 per 100.000

kelahiran hidup. Hasil audit matemal perinatal menyatakan bahwa diagnosis

penyebab kematian Ibu di Kabupaten Sleman adalah karena Pre-eklamsi

berat, sepsis, leptosprosis, diabetes melitus, jantung, infeksi (hospital

pneumonia), tumor otak dan perdarahan. Angka kematian Bayi Tahun 2019

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2018. Jumlah

kematian bayi Tahun 2019 sebanyak 55 kasus dari 13.462 kelahiran hidup

dengan angka kematian Bayi melahirkan sebesar 4.08 per 1.000 kelahiran

hidup. Hasil audit maternal perinatal menyatakan Penyebab Kematian Bayi di

Kabupaten Sleman antara karena asfiksia 13 kasus, BBLR 8 kasus, BBLR 2

kasus, kelainan kongenital 8 kasus, sepsis 1 kasus, kelainan saluran cerna 1

kasus, prematur 4 kasus, disebabkan oleh lain-lain (Dinkes Sleman 2020).

Menurut (Kementrian PPN/Bappenas RI, 2020) dalam hal ini pemerintah

telah menetapkan beberapa program, salah satunya program Sustainable

Development Goal (SDG’s) yang dalam hal ini berfokus pada tujuan SDG’s

nomor 3 yaitu kehidupan sehat dan sejahtera pada tahun 2030 program

tersebut salah satunya dibuat sebagai upaya pemerintah untuk menurunkan

AKI agar AKI mencapai 95% atau 70 Kematian Ibu per 100.000 kelahiran

hidup dan menurunkan Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 KH..

Hal tersebut juga senada dengan beberapa target SDG’s antara lain yaitu:

1. 3.1 pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang

dari 70 per 100.000 kelahiran hidup;


4

2. 3.2 pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang

dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka

Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup)

dan Angka Kematian Balita 25 per 1000;

3. 3.7 pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan

kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana,

informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam

strategi dan program nasional.

Pemerintah telah melakukan upaya lainnya untuk meningkatkan kesehatan

ibu dan anak sebagaiana telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.

71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN), menerangkan bahwa JKN adalah jaminan perlindungan

kesehatan yang dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan dimulai dari

Fasilitas Kesehatan (Faskes) tingkat pertama jika perlu akan dirujuk kepada

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan

yang berlaku. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan

kesehatan non spesialistik yang menangani kasus medis yang dapat secara

tuntas diselesaikan di pelayanan tingkat pertama (Permenkes, 2013).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh di mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu

mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya

keluarga berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil


5

mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan

melakukan asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman,

mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan

kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetrik, neonatal esensial dasar

dan komprehensif (Prawirohardjo, 2019).

Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan, dan gangguan sistem peredaran darah. Sedangkan penyebab

kematian bayi terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR).

Penyebab kematian lainnya di antaranya asfiksia, infeksi, kelainan kongenital,

tetanus neonatorium, dan lainnya. Kondisi ini yang membuat masyarakat

sangat khawatir dengan fenomena ini, maka dari itu peran serta masyarakat

dalam upaya yang dilakukan pemerintah indonesia dalam penurunan AKI dan

AKB cukup optimal, yaitu dengan pengembangan pemberdayaan masyarakat

di bidang kesehatan, program keterpaduan Keluarga Berencana (KB) dan Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu). Upaya kesehatan ibu yang dimaksud antara

lain: pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid

wanita usia subur dan ibu hamil. Untuk pelayanan kesehatan ibu bersalin, ada

pelayanan kesehatan ibu nifas, puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan

program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi , dan pelayanan

kontrasepsi. program tersebut diharapkan mampu menurunkan angka

kematian ibu (Profil Kesehatan Indonesia,2020).

Praktek Mandiri Bidan (PMB) Kuswatiningsih adalah salah satu PMB

yang berada di wilayah kabupaten Sleman. Berdasarkan studi pendahuluan


6

yang telah dilakukan pada tanggal 16 Januari 2023 di PMB Kuswatiningsih,

didapatkan data ditahun 2022 adalah sebagai berikut: kunjungan ibu hamil

trimester III K4 sebanyak 223 kasus, persalinan tercatat sebanyak 301 pasien

pada tahun 2022. Dari 301 persalinan normal, 64 pasien dirujuk karena

terdapat permasalahan dalam persalinan diantaranya ada ibu memiliki riwayat

sesar sebanyak 15 pasien, KPD sebanyak 6 pasien, pre eklamsi sebanyak 8

pasien, presentasi bokong (presbo) 1 pasien, dirujuk dengan alasan lainnya

sebanyak 32 pasien. Ibu nifas tercatat sebanyak 301 pasien, kunjungan KB

sebanyak 2150 pasien, dan kunjungan BBL sebanyak 300 pasien dirujuk 1

pasien dengan kasus Asfiksia.

Dari studi pendahuluan diatas maka penulis tertarik mengambil

studi kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF

CARE PADA NY U DI PMB KUSWATININGSIH SLEMAN

YOGYAKARTA TAHUN 2023”

B. Rumusan Masalah

Bagimanakah asuhan kebidanan Continuity Of Care pada NY U di PMB

Kuswatiningsih tahun 2023?

C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah

1. Tujuan Umum

Memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil TM III,

ibu bersalin, ibu nifas, BBL, dan pelaksanaan Keluarga Berencana (KB)
7

secara berkesinambungan atau Continuity of Care pada ibu di PMB

Kuswatiningsih.Dengan menggunakan pendekatan managemen kebidanan

dan dokumentasi dengan pendekatan metode 7 Langkah Varney serta

laporan perkembangan menggunakan SOAP.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mampu:

a. Melakukan pengkajian data pada ibu dari hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir, dan KB secara komprehensif.

b. Melakukan penginterpretasian data pada ibu dari hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

c. Melakukan identifikasi masalah potensial pada ibu dari hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

d. Melakukan penyusunan tindakan segera pada ibu dari hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

e. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu dari hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

f. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu dari hamil,

bersalin, nifas, bayi lahir, dan KB secara komprehensif.

g. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu dari hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB secara komprehensif.

h. Melakukan pendokumentasian dengan SOAP


8

D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Akademik

Menambahkan referensi dan penerapan khususnya dalam

memberikan asuhan ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL,

dan pelaksanaan KB secara berkesinambungan atau Continuity of

Care pada NY U di PMB Kuswatiningsih, menambah bahan bacaan

di perpustakaan.

b. Bagi Penulis

Menerapkan teori hasil asuhan kebidanan dan mengimplementasikan

kepada klien secara nyata tentang asuhan kebidanan secara Continuity

of Care pada ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL, dan

pelaksanaan KB pada NY U di PMB Kuswatiningsih dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kebidanan

Diharapkan dapat berkontribusi bagi pendidikan kebidanan, terutama

tentang pelayanan pada ibu hamil, persalinan, bayi baru lahir, masa

nifas, neonatus dan KB secara Continuity of Care.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang

up to date tentang pelayanan pada ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu

nifas, BBL, dan pelaksanaan KB di PMB Kuswatiningsih sebagai

tempat penelitian dan pihak yang terlibat.


9

c. Bagi Pasien/Klien

Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa pentingnya

pemeriksaan dan pemantauan kesehatan khususnya asuhan kebidanan

ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL, dan pelaksanaan KB

di PMB Kuswatiningsih agar dapat melayani dengan baik dengan

adanya pelayanan Continuity of Care sehingga dapat mengantisipasi

bila terjadi kelainan atau penyulit.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian

Masa kehamilan yaitu dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus adalah kira-kira 280 hari, dan tidak lebih 300 hari (43 minggu).

Kehamilan 40 minggu ini disebut matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih

dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36

minggu disebut kehamilan prematur (Sri Wulandari, 2021).

b. Fisiologi Kehamilan

Menurut (Megasari, 2015) bertemunya sel sperma laki laki dengan sel

telur ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan, proses

inilah yang mengawali suatu kehamilan. Proses terjadinya kehamilan harus

ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konspsi), implantasi (nidasi), yaitu

pelekatan embrio 11 pada dinding rahim, hingga pembentukan plasenta.

1. Ovulasi

Ovulasi adalah proses ketika sel telur yang sudah matang dikeluarkan

dari ovarium atau indung telur ke tuba falopi untuk dibuahi hanya 420

buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

10
11

2. Spermatozoa

Sel sperma laki-laki yang berfungsi dalam proses fertilisasi, sebagian

besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang

dapat mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat

genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu

untuk mengadakan konsepsi.

3. Pembuahan (Konsepsi)

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/koitus) terjadi

ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita,

dimana akan melepaskan cairan mani berisi sel sel sperma ke dalam

saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi dalam masa ovulasi,

maka ada kemungkinan sel sperma dlm saluran reproduksi wanita akan

bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

Pertemuan sel sperma dan sel telur inilah yang disebut sebagai

konsepsi/fertilisasi.

4. Nidasi

Nidasi atau implantasi Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi ke dalam endometrium. Umumnya nidasi terjadi pada depan

atau belakang rahim dekat fundus uteri. Terkadang pada saat nidasi

terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut tanda

Hartman.
12

5. Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah

nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia

plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.

6. Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi

Pertumbuhan dan perkembangan embrio dimulai dari trimester 1 sampai

dengan trimester 3.

c. Anatomi Fisiologis

Menurut (Sri Wulandari,2021) perubahan fisiologis adalah dengan terjadinya

kehmailan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang

mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan petumbuhan janin

dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon

estrogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian

tubuh dibawah ini:

Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus adalah struktur yang hampir solid dengan berat sekitar 70 gram

dan rongga berukuran 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus

berubah menjadi organ muskular dengan dinding relatif tipis yang

mampu menampung janin, plasenta, dan carian amnio.

2. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung terlur yang yang mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinnuya sampai


13

terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini

tidak lepas dari kemapuan vil korealis yang mengeluarkan hormon

korionik gonadotropin.

3. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.

vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiru-biruan (livide),

serta warna portio juga tampak lebih merah kebiru-biruan (livide).

4. Payudara atau mamae

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudarannya menjadi

lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan

vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih

besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan

berwarna kekuningan yang disebut kolostrom dapat keluar.

5. Serviks

Serviks melunak, memendek, dan melebar (terbuka), sehingga

memudahkan ibu melahirkan bayi. Inkompeten serviks merupakan

kondisi di mana terbukanya serviks yang terlalu awal di kehamilan, tanpa

ada tanda/gejala kontraksi maupun persalinan (Retno, 2021).

Sistem Pencernaan

Nafsu makan pada akhir kehamilan akan meningkat dan sekresi usus

berkurang. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior, sehingga

aktivitas peristaltik menurun yang mengakibatkan bising usus menghilang dan

konstipasi umumnya akan terjadi (Wagiyo dan Putrono, 2016; Syaiful &

Fatmawati, 2019).
14

Sistem Pernafasan

Pada kehamilan lanjut ibu cenderung menggunakan pernafasan dada daripada

pernafasan perut, hal ini disebabkan oleh tekanan ke arah diafragma akibat

pembesaran rahim (Wagiyo dan Putrono, 2016; Syaiful & Fatmawati, 2019).

Sistem Kardiovaskuler

Aliran darah meningkat dengan cepat seiring dengan pembesaran uterus.

(Cunningham, 2014).

Sistem Endokrin

Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulai menghasilkan estrogen dan

progesterone dan setelah plasenta terbentuk menjadi sumber utama kedua

hormone tersebut. Kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang

lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung berdebar-debar

(palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan suasana hati. Kelenjar

paratiroid ukurannya meningkat karena kebutuhan kalsium janin meningkat

sekitar minggu ke 15-35. Pada pankreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan

lebih banyak insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat

(Kumalasari, 2015)

Sistem Muscoloskeletal

Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah

menyebabkan isi perut menonjol digaris tengah. Umbilikus menjadi lebih

datar atau menonjol. Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali

tetapi, pemisahan otot (diastasis recti) menetap. Dilain pihak, sendi tubuh

wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam

abdomen. (Syaiful dan Fatmawati, 2019).


15

Sistem Perkemihan

Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kepala janin mulai turun ke

pintu atas panggul dan kandung kemih akan mulai tertekan kembali. Selain

itu juga terjadi hemodilusi yang menyebabkan metabolisme air menjadi

lancar (Wagiyo dan Putrono, 2016; Syaiful & Fatmawati, 2019).

d. Perubahan Psikologis

Menurut (Elizabeth, 2013) perubahan psikologis ibu hamil dimulai dari

trimester I sampai dengan trimester III yaitu:

1. Kehamilan trimester I

Trimester pertama sering dianggap periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan wanita terhadap kenyataan ini dan arti

semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting

pada trimester pertama kehamilan.

Seabagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang

kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami

kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Hingga kini

masih diragukan bahwa seorang wanita lajang bahkan telah

merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah berusaha keras

untuk hamil tidak mengatakan pada dirinya sedikitnya satu kali bahwa ia

sebenarnya berharap tidak hamil. Keseragaman kebutuhan ini perlu

dibicarakan dengan wanita karena ia cenderung meyembunyikan

ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena persaan tersebut

bertentangan dengan apa yang menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia


16

tidak dibantu memahami dan menerima ambivalensi dan perasaan negatif

tersebut sebagai suatu hal yag normal dalam kehamilan, maka ia akan

merasa sangat bersalah jika nantinya bayi yang ia kandung meninggal

saat dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal.

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri. Beberapa wanita,

terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha

keras untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa

dirinya telah hamil dan mencari bukti kehamilan tiap jengkal pada

tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat

menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan berkembang dengan

baik. Hal ini akan terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa

kali mengalami keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional

wanita yang cemas akan memungkinkan terjadinya keguguran kembali

atau terotoma.

2. Kehamilan trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang

baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun trimester

kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur dan paling banyak

mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua

fase yaitu pra queckening dan pasca queckening. Queckening

menunjukkan adanya kenyataan kehidupan yang terpisah, yang menjadi

dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya


17

pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi

dirinya sendiri yang berbeda dari ibunya.

3. Kehamilan trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehiduapan bayi dan kehidupannya

sendiri, seperti apakah banyinya nanti akan lahir abnormal, terkait

persalinan dan menejemen nyeri, kehilangan kendali, hal-hallain yang

tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau

bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar. Atau

apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendengan bayi.

e. Ketidaknyamanan pada kehamilan

Selama proses kehamilan itu berlangsung terjadi perubahan

secara fisik yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan terutama

trimester III seperti sering buang air kecil, sesak nafas, nyeri punggung,

nyeri ulu hati, konstipasi, insomnia, dispnea, ketidaknyamanan pada

perineum, kram otot betis, varises, edema pergelangan kaki, mudah lelah,

kontraksi Braxton hicks, mood yang tidak menentu, dan peningkatan

kecemasan. Peningkatan berat badan, peningkatan tinggi fundus uteri,

dan pembesaran perut (Oktaviani, 2018).

Ketidaknyaman pada kehamilan trimester III, yaitu :


18

1. Nyeri punggung

Terjadi karena pusat keseimbangan badan bergeser maju searah

dengan tulang belakang dan beban rahim berada di atas daerah pelvis

akan menyebabkan pelvis bergeser ke depan sehingga pinggang

semakin melengkung (Gozali et al., 2020).

2. Hemoroid

Disebabkan peningkatan tekanan intra karena pertumbuhan janin

serta adanya perubahan hormone progesteron menyebabkan vena

hemoroidalis menjadi lebar (Sjamsuhidayat, 2011).

3. Sering buang air kecil (BAK)

Posisi janin yang sudah berada di bawah panggul dan memberi

tekanan pada kandung kemih (Diny Kurniawati, 2015).

4. Sesak nafas

Penyebabnya adalah sebelum janin mendekati panggul, kepalanya

seperti berada di bawah tulang rusuk dan menekan diafragma,

sehingga kebanyakan ibu hamil mengalami sesak napas

(Tampubolon, 2018).

5. Keputihan

Terjadi karena leher rahim dan dinding vagina menjadi lebih lunak

dari keadaan sebelum hamil, sehingga aliran darah dan cairan pada

alat reproduksi wanita mengalami peningkatan (Tyastuti, 2016).

f. Tanda bahaya ibu hamil TM III

Tanda-tanda bahaya ibu hamil trimester III menurut (Retnaningtyas, 2022).


19

yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut, adalah :

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada

kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada

kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa

berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama harus selalu

dipikirkan bahwa itu bersumber pada kelainan plasenta.

2. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala

menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang sakit

kepala hebat ini mungkin menemukan bahwa pengelihatannya kabur.

Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan ini adalah gejala dari

preeklamsia.

3. Pengelihatan kabur

Penglihatan kabur yaitu masalah visual yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual (pengelihatan) yang

mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada bayangan. Penyebabnya

karena pengaruh hormonal, ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Perubahan

pengelihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan

mungkin suatu tanda dari pre-eklamsia.

4. Nyeri perut hebat

Nyeri pada abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang tidak

berhubungan dengan persalinan normal. Nyeri abdomen yang mungkin


20

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri

abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat.

5. Keluar cairan pervaginam

Keluar cairan pervaginam Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau

amis dan berwarna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban.

Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan

preaterm dan komplikasi infeksi intrapartum.

g. Kebutuhan dasar ibu hamil

Kebutuhan dasar menurut (Dartiwen, 2019) yaitu :

1. Kebutuhan oksigen

Kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat kira-kira 20%, sehingga

untuk memenuhi kebutuhannya itu, ibu hamil harus bernapas lebih dalam

dan bagian bawah thorax nya juga melebar.

Pada kehamilan 32 minggu ke atas, usus-usus tertekan oleh uterus

yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma sulit bergerak

dan tidak jarang ibu hamil mengeluh sesak napas dan pendek napas.

Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen

ibu hamil dapat tidur dengan posisi miring ke arah kiri untuk

meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi plasenta dengan mengurangi

tekanan pada vena asenden, melakukan senam hamil, posisi tidur dengan

kepala lebih tinggi, berhenti makan sebelum kenyang, dll.


21

2. Kebutuhan nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan akan zat gizi meningkat. Hal

ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang janin,

pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan laktasi, baik untuk ibu

maupun janin. Selama kehamilan, terjadi peningkatan sekitar 80.000

kkal, sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kkal/hari.

Kebutuhan protein sekitar 9 gram/hari, lemak, mineral (Fe, kalsium,

natrium), vitamin (A, D, E, K, B Kompleks, C dan Asam folat), dan Air.

3. Kebutuhan personal hygine

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan/hygiene terutama

perawatan kulit. Pasalnya, pada masa kehamilan fungsi ekskresi dan

keringat bertambah. Untuk itu, digunakan atau diperlukan pula sabun

yang lembut atau ringan.

Personal hygiene lainnya yang tidak kalah penting untuk

diperhatikan selama hamil ialah terjadinya karies yang berkaitan dengan

emesis dan hiperemesis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan

timbunan kalsium disekitar gigi. Memeriksakan gigi pada masa

kehamilan diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi

sumber infeksi.

4. Kebutuhan pakaian

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan

yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita dianjurkan mengenakan

bra yang menyokong payudara dan memakai sepatu dengan hak yang

tidak terlalu tinggi karena titik berat wanita hamil berubah. Pakaian
22

dalam yang dikenakan harus selalu bersih dan menyerap keringat.

Dianjurkan pula memakai dari bahan katun yang dapat menyerap

keringat.

5. Kebutuhan seksual

Hubungan seksual tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali pada

keadaan-keadaan tertentu, seperti terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri,

panas), sering terjadi abortus/premature, terjadi perdarahan pervaginam

saat koitus dan pengeluaran cairan (air ketuban) yang mendadak.

Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum kehamilan 16

minggu dan pada hamil tua, karena akan merangsang kontraksi.

6. Kebutuhan istirahat

Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan dan

baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan

panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh pingsan.

Tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.

h. Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian. Antenatal Care

Antenatal Care / ANC sering disebut dengan perawatan kehamilan.

Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang

disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Dalam proses

kehamilan terdapat mata rantai yang saling berkesinambungan, terdiri

dari mulai ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan

ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi)


23

pada rahim, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai kehamilan matur atau aterm (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).

2. Tujuan Antenatal Care

Tujuan Asuhan kehamilan pada kunjungan awal yaitu mengumpulkan

informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan dalam

membangun membina hubungan yang baik saling percaya antara ibu dan

bidan, mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi, menggunakan data

untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan,

merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Istri Bartini, 2012).

Menurut Rukiah (2013) tujuan dilakukannya pemeriksaan antenatal

yaitu:

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan

sosial ibu dan bayi.

c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.


24

3. Standar Pelayanan Minimal

Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar pelayanan

yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan, dan minimal 2 kali

pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali pada trimester

pertama ( kehamilan hingga 12 minggu ) , 1 kali pada trimester kedua (

kehamilan diatas 12 minggu sampai 26 minggu ) , 3 kali pada trimester

ketiga ( kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu ) (Buku KIA

Terbaru Revisi tahun 2020).

Menurut ( Permenkes, 2016 ) standar pelayanan antenatal care adalah

pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria

10 T yaitu :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Ukur tekanan darah

c) Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/LILA)

d) Pemeriksaan puncak rahim ( tinggi fundus uteri )

e) Tentukan presentasi janin dan denyut janin ( DJJ )

f) Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus

toksoid (TT ) bila diperlukan.

g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

h) Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (

Hb), pemeriksaan golongan darah ( bila belum pernah dilakukan

sebelumnya ), pemriksaan protein urin ( bila ada indikasi ) yang

pemberian pelayanan disesuaikn dengan trimester kehamilan.

i) Tatalaksana/penanganan kasus sesuia kewenangan.


25

j) Temu wicara ( konseling )

i. Asuhan pada kehamilan

Menurut (Sukamto, 2019) tujuan asuhan pada kehamilan adalah :

1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi

dengan pendidikan kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran

bayi juga harus dilakukan dektesi abnormalitas atau komplikasi dan

penatalaksanaan komplikasi medis, bedahm atau obsetri selama

kehamilan.

2. Pada asuhan kehamilan juga dikembangkan persiapan persalinan serta

kesiapan menghadapi komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk

menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak

secara fisik, psikologis dan sosial dan memepersiapkan rujukan apabila

diperlukan.

j. Komplementer dalam Kehamilan

Asuhan komplementer yang dapat diberikan kepada ibu hamil antara lain:

1. Pijat ibu hamil

Pijat ibu hamil untuk mengurangi spasme otot yang dialami oleh

ibu hamil dapat menggunakan dua cara yaitu dengan terapi farmakologi

dan non farmakologi.Terapi non farmakologi adalah terapi yang tanpa

menggunakan obat-obatan kimia atau yang disebut dengan pengobatan

komplementer (Kartikasari dan Nuryanti, 2016).

Terapi pijat ibu hamil atau massage ibu hamil merupakan suatu

teknik dengan sentuhan pada bagian tubuh tertentu yang bertujuan untuk
26

meringankan rasa tidak nyaman selama masa kehamilan berlangsung

(Diana, 2017).

Menurut Becker, (2007), terapi pijat ibu hamil ialah suatu

sentuhan yang lembut pada tubuh ibu hamil dengan menggunakan lebih

banyak teknik effleurage atau mengusap, selain itu gerakan terapi pijat

yang diterapkan pada ibu hamil sedikit berbeda dari terapi pijat biasa,

dimana terapi pijat yang dilakukan penuh dengan pertimbangan, seperti

memperhitungkan tekanan serta gerakan yang diberikan karena ada

beberapa titik pijat yang boleh dan tidak boleh diambil pada ibu hamil

agar tidak mengganggu perkembangan janin.

2. Antenatal yoga

Menurut (Fitriana, 2021) gerakan antenatal yoga dapat

mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil karena dapat meningkatkan

sirkulasi darah ke hipotalamus sehingga mempengaruhi sistem saraf

parasimpatis dan berdampak pada organ jantung yaitu menormalkan

tekanan darah dan pernafasan.

Senam yoga mempengaruhi hipotalamus untuk menekan

sekresi Corticotropin Releasing Hormon(CRH) yang akan

mempengaruhi kelenjar hipofisis lobus anterior untuk menekan

pengeluaran Adrenocorticotropic Hormon(ACTH) sehingga produksi

hormon adrenal dan kortisol menurun serta memerintahkan kelenjar

hipofisis lobus anterior mengeluarkan hormon endorphin. Senam

yoga yang akan menghambat peningkatan saraf simpatis sehingga

hormon penyebab disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya.


27

Sistem saraf parasimpatis memberi sinyal untuk

mempengaruhi pengeluaran katekolamin. Akibatnya terjadi penurunan

detak jantung, irama nafas, tekanan darah, ketegangan otot, tingkat

metabolism, dan produksi hormone penyebab kecemasan atau stress.

2. Persalinan

a. Pengertian

Menurut (Eka,2019) persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui

jalan lahir atau jalan lain.

Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai

berikut:

1. Persalinan spontan

Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang

berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, baik itu

induksi, vakum atau metode lainya. Persalinan spontan benar-benar

hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk mendorong keluarnya

bayi. Persalinan spontan dapat dapat dilakukan dengan presentasi

belakang kepala (kepala janin lahir terlebih dahulu) maupun presentasi

bokong (sungsang).

2. Persalinan anjuran (induksi)

Persalinan anjuran adalah persalinan yang baru dapat berlangsung setelah

permulannya dianjurkan dengan suatu perbuatan atau tindakan, misalnya

dengan pemecahan ketuban atau memberi suntikan oksitosin.


28

3. Persalinan tindakan

Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal

secara sepontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi

adanya penyulit persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan

menggunakan alat bantu.

b. Tanda awal persalinan

Menurut (Sulfianti, 2020) tanda awal persalinan yaitu:

1. Lightening

Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP).

2. Perubahan serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin "matang”. Kalau tadinya selama

masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,

sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan

mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit

dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada ndividu

wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu

multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm. sedangkan pada

primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks

diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks.

Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum

persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk

persalinan.
29

3. Kontraksi palsu

Kontraksi palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang

memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan

palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri,

yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun,

kontraksi palsu juga mengindikasi bahwa persalinan sudah dekat.

4. Ketuban pecah dini

Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila

terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban Pecah

Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih

80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami

KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.

c. Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)

Menurut (Sulfianti, 2020) tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu) yaitu :

1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih

hebat

2. Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagia ibu hamil mengeluarakan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka

ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Apabila

persalinan tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan

tertentu, misalnya ekstrasi vakum atau sectio cecasr.


30

3. Keluar lendir dan darah keluar banyak

4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan

lengkap.

d. Faktor-faktor persalinan

Menurut (Legawati, 2018) faktor-faktor persalinan adalah:

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya atau yang

menentukan diagnosis persalinan adalah passage (panggul ibu), power

(kekuatan) termasuk kekuatan dari kontraksi uterus dan kekuatan mengejan

ibu, passanger (buah kehamilan), psikologis (ibu yang akan melahirkan) dan

penolong. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan karena ketidaksesuaian

yang satu akan berdampak terhadap yang lain, terlebih bagi penolong

persalinan harus memperhatikan kelima faktor tersebut, agar persalinan dapat

terjadi sesuai yang diharapkan, berjalan dengan lancar tanpa komplikasi.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi persalinan adalah sebagai

berikut:

1. Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna dan tenaga mengejan.


31

2. Passager

Passager yaitu faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi,

bagian terbawah, dan posisi janin.

3. Passage

Passage yaitu jalan lahir, dibagi menjadi bagian keras yaitu tulang-tulang

panggul (rangka panggul) dan bagian lunak yaitu otot-otot, jaringan-

jaringan dan ligamen-ligamen.

Menurut (Jenny J.S. Sondakh 2013) bidang hodge dipelajari untuk

menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul

dalam persalinan, yaitu:

a) Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan

promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas

panggul.

b) Bidang Hodge II:bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak

setinggi bagian bawah simfisis.

c) Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I dan

II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.

d) Bidang Hodge IV:bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, III,

terletak setinggi os coccygis.

4. Psikologi

Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Dukungan

mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh

pada kelancaran proses persalinan.


32

5. Penolong

Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki penolong,

diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak

terjadi sehingga memperlancar proses persalinan.

e. Perubahan fisiologis persalinan

Tahapan Persalinan Menurut (Sulfianti dkk, 2020) tahapan persalinan dibagi

menjadi 4 kala, yaitu :

1. Kala I

Persalinan yang dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat

(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai

serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase

laten dan fase aktif.

a. Fase laten

1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan

sampai pembukaan 3 cm.

2. Pada umumnya berlangsung 8 jam

b. Fase aktif đibagi menjadi 3 fase, yaitu :

1. Fase aksclerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm.

2. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan serviks

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

3. Fase deselarasi Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam

waktu 2 jam dari pembukaan 9 menjadi 10 cm.


33

2. Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut

sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II (dua) ditentukan

melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah : Pembukaan serviks

telah lengkap (10 cm) dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui

introitus vagina.

Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada

multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah

masuk dalam dasar panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengedan.

Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air

besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan melebar dengan

membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian

kepala janin tampak di vulva saat ada his. Jika dasar panggul sudah

berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his.

Kekuatan his dan mengedan maksimal kepala dilahirkan dengan

sub oksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu, melewati perineum.

Selelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk

mengeluarkan anggota badan bayi.

Mekanisme persalinan normal menurut (Mochtar Rustam, 2011) yaitu:


34

a. Engagement yaitu turunnya kepala janin pada PAP pada

primigravida pada bulan terakhir kehamilan pada multigravida pada

saat persalinan.

b. Desent yaitu kepala janin semakin turun dari PAP jika bentuk

panggul, ukuran panggul dan ukuran kepala janin tidak normal maka

penurunan kepala akan lambat.

c. Flexion yaitu kepala janin ada di bawah PAP, jika sempurna maka

dagu janin akan menyentuh thorax.

d. Internal rotation yaitu dagu janin yang menyentuh thorax terjadai

putaran paksi dalam karena adanya his, mutlak terjadi biasanya

memutar pada saat di hodge 3.

e. Extention yaitu kepala janin menyentuh dasar panggul kepala akan

mendangak.

f. External rotation yaitu putaran paksi luar yang semula extention

kemudian memutar melahirkan bahu depan dan belakang.

g. Ekspulsi yaitu bayi sudah mendangak maka akan hemoklion (tempat

pemusatan bahu depan bayi akan keluar).

Bahwa setelah terjadinya mekanisme persalinan normal, selanjutnya

dilakukan penilaian Apgar Score. Menurut (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/214/2019 tentang Pedoman

Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia) Apgar Score

merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi

5 variabel pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot, dan

iritabilitas reflek. Apgar dilakukan pada:


35

a. 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

memulai perubahan.

b. Menit ke-5 nilai Apgar 0 – 3.

c. Menit ke-10, penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai

yang rendah dan perlu tindakan resutisasi. Penilaian menit ke-10

memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang. Nilai yang

rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.

3. Kala III

Persalian kala III dimulai segera setelah bayi baru lahir dan berakhir

dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak

lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit

setelah bayi lahir dan keluar secara spontan atau dengan tekanan dari

fundus uteri.

4. Kala IV

Persalinan Kala IV persalinan di mulai setelah lahimya plasenta sampai 2

jam post partum. Bahwa yang harus diperhatikan pada kala IV menurut

antara lain:

a) Kontraksi uterus harus baik

b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain

c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

d) Kandung kencing harus kosong

e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma

f) Resume keadaan umum bayi

g) Resume keadaan umum ibu


36

f. Partograf`

Partograf adalah catatan grafis kemajuan persalinan yang relevan tentang

kesejahteraan ibu dan janin. Yang Memiliki garis tindakan dan garis

peringatan untuk dimulainya intervensi tambahan oleh untuk kemajuan

persalinan dalam mencegah gangguan persalinan, yang merupakan penyebab

utama kematian ibu dan bayi, terutama di negara berkembang (Ayenew &

Zewdu, 2020).

Menurut (Sarwono, 2008) yang harus di isi dalam catatan grafis kemajuan

persalinan meliputi:

1. Detak jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering

jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,

menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kiri menunjukan

DJJ. Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan

angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan tiitk yang satu

dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus. Penolong harus

waspada bila DJJ dibawah 120 atau di atas 160.

2. Warna/jumlah cairan ketuban

Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai air

ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan dalam kotak yang

sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

U : selapu ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih


37

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir atau

kering.

3. Penyusupan (Molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi

dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan

kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic

Disproportion – CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar

terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala

janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat

dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat

dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak bisa

dipisahkan.

4. Pembukaan serviks

Saat ibu dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan

setiap pemeriksaan. Tanba “X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai
38

dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan-

temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase

aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap

pemeriksaan dengan garis utuh.

5. Penurunan bagian terendah atau presentasi janin

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih

sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian

terbawah atau persentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan

pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah

atau presentasi janin. Namun kadang kala, turunnya bagian

terbawah/presentasi janin baru saja terjadi setelah pembukaan servik 7

cm.

Penurunan kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi simphisis pubis.

Dibagi menjadi 5 kategori dengan symbol 5/5 samapi 0/5. Simbol 5/5

menyatakan bahwa kepala janin belum memasuki tepi atas simphisis

pubis; sedangkan symbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin

sudah tidak dapat lagi dipalpasi diatas simphisis pubis. Kata-kata

“turunnya kepala” dan garis terputus dari 0-5, tertera disis yang sama

dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (o) pada garis waktu

yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda

(o) di nomor 4. Hubungkan tanda (o) dari setiap pemeriksaan dengan

garis terputus.
39

6. Kontraksi uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak dengan tulisan

“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak

menyatakan satu kontrasksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan

mengisi angka pada kotak yang sesuai. Nyatakan lamanya kontraksi

dengan:

Beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya kurang dari 20 detik.

Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20-40 detik.

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya

lebih dari 40 detik.

7. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk

mencatatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.

a. Oksitoksin

Jika tetesan (drip) oksitoksin sudah mulai, dokumentasi setiap 30

menit jumlah unit oksitoksin yang diberikan per volume cairan IV dan

dalam satuan tetesan per menit.

b. Obat-obatan lain dan cairan IV


40

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV

dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

8. Catatan keadaan ibu

Bagian terbawah jalur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat

kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu

selama persalinan yang harus di isi meliputi nadi, tekanan darah dan suhu

tubuh

Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan

tekanan darah ibu.

a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan

(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada

kolom waktu yang sesuai.

b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda

panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.

c. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi

peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan

catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

9. Volume urin, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2 jam (setiap kali ibu

berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.


41

g. Asuhan kebidanan persalinan

Pelayanan Asuhan Kebidanan pada seorang ibu bersalin dikenal dengan

istilah Asuhan Persalinan Normal atau APN merupakan langkah-langkah

pelayanan kepada ibu bersalin terstandar dan harus dipatuhi oleh bidan baik

di institusi maupun di fasilitas pelayanan pribadi atau Praktik Mandiri Bidan

(PMB) JNPK-KR, 2017).

1) Asuhan kebidanan persalinan kala I adalah observasi TTV selama satu

jam sekali, observasi HIS dan DJJ selama 30 menit sekali dan VT (

pemeriksaan dalam ) selama 4 jam sekali.

2) Asuhan kebidanan persalinan kala II adalah 60 langkah APN menurut

(PMB) JNPK-KR, 2017) sebagai berikut :

1. Melihat tanda dan gejala kala II

Mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang

semakin meningkat pada rektum atau vaginanya, perineum

menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

2. Menyiapkan pertolongan persalinan

Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu

tertutup kedap air, tutup kepala, masker dan kaca mata.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
42

mengeringkan tangandengan handuk satu kali pakai/pribadi yang

bersih.

5. Memakai sarung tangan dengan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkan

kembalidi partus set.

7. Menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan perlengkapan,

bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul

oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai

di dalam partus set.

8. Mematahkan ampuloksitosin 10 unit dan menempatkan tabung

suntik steril sekalipakaidalampartus set.

9. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik, membersihkan

vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke

belakang dengan menggunakan kapas/kassa yang sudah dibasahi air

DTT. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh

kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas/kassa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan

jika terkontaminasi.

10. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi
43

11. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

12. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

13. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya

14. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.

15. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran : Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran. Mendukung dan memberi

semangat atas usaha ibu meneran.

16. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya. Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.

17. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu. Menganjurkan asupan cairan per oral. Menilai DJJ setiap 5

menit. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara atau 60

menit untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak memiliki

keinginan untuk meneran.


44

18. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi

tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. Jika bayi belum lahir

atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit

meneran, merujuk ibu dengan segera.

19. Persiapan pertolongan kelahiran bayi Jika kepala bayi telah

membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di

atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

20. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

21. Membuka partus set

22. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

23. Menolong kelahiran bayi Saat kepala bayi membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan

kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

24. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

kassa yang bersih.

25. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran

bayi: Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
45

lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi

dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

26. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara

spontan.

27. Lahir bahu Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

28. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan

lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu

anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu

posterior.

29. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyanggah tubuh bayi saat dilahirkan.

30. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. Setelah tubuh dari

lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari

punggung ke arah kakibayi untuk menyangganya saat pungung kaki

lahir. Pegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu

melahirkan bayi.

31. Penanganan bayi baru lahir. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30

detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi


46

kepala bayi sedikit rendah dari tubuhnya (bila bayi mengalami

asfiksia lakukan resusitasi). Penanganan bayi baru lahir. Menilai bayi

dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit rendah dari tubuhnya

(bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi).

32. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu- bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/I.M

33. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan pengurutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

34. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

35. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas ambil tindakan yang sesuai.

36. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

37. Oksitosin Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

38. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik


47

39. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di 1/3 atau paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

40. Penegangan tali pusat terkendali, memindahkan klem pada tali pusat.

41. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain.

42. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan

cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

43. Mengeluarkan plasenta setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk

meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke

arah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang,

pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. Jika

plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama

15 menit: Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M, menilai


48

kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan teknik aseptik jika perlu

44. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua

tangan dan denganhati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin. Dengan lembutperlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT

atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibudengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forsep DTTatau steril

untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

45. Pemijatan uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga

uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

46. Menilai perdarahan, Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang

menempel pada ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk

memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15

detik, maka ambil tindakan yang sesuai.

47. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

48. Melakukan prosedur pascapersalinan. Menilai ulang uterus dan

memastikannya berkontraksi dengan baik


49

49. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan

klorin 0,5%, membilas kedua tangan dengan air DTT dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

50. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali

DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

51. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

52. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5%.

53. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

54. Menganjurkan ibu untuk mulai memberikan ASI.

55. Menganjurkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam: 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

Setiap 15 menit pada 1 jampertama pascapersalinan. Setiap 20-30

menit pada jam kedua pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi

dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk

penatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang

memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal

dan menggunakan teknik yang sesuai.

56. Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

57. Mengevaluasi kehilangan darah, memeriksa tekanan darah, nadi, dan

keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama


50

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pascapersalinan.

58. Kebersihan dan keamanan, menempatkan semua peralatan di dalam

larutan klorin 0,5% untuk dokumentasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi. Membuang bahan-bahan

yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang

sesuai.Membersihkan ibu dengan menggunakanair DTT.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering. Memastikan bahwa ibu

nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

59. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.Mendekontaminasi daerah yang digunakan

untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan

air bersih. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan dengan

sabun dan air mengalir.

60. Dokumentasi, melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

Selain 60 langkah APN.

3) Menurut (Hilwah Nora, 2012) asuhan kebidanan persalinan kala III yang

diberikan kepada ibu yaitu dengan Manajemen Aktif kala III dengan

langkah-langkah sebagai berikut :


51

a. Menyuntikan Oksitosin

1. Meraba abdomen untuk memastikan tidak ada janin kedua

2. Memberitahu ibu akan disuntik

3. Menyuntikan oksitosin 10 unit pada paha bagian luar dan

melakukan aspirasi dulu

b. Penegangan Tali Pusat Terkendali

1. Memindahkan klem pada tali pusat 5 – 10 cm didepan vulva

2. Meletakan tangan kiri pada pinggir atas syimpisis, menahan

bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali

pusat dengan klem.

c. Mengontrol tanda – tanda pelepasan plasenta

Melahirkan Plasenta dan Masase Fundus Uteri

1. Saat uterus berkontraksi, tangan kanan menarik ke bawah ke

atas sesuai sumbu ibu sambil tangan kiri menekan bawah ke

arah dorso cranial dan ibu meneran pelan-pelan

2. Setelah plasenta tampak di vulva, pegang plasenta dengan kedua

tangan dan putar searah untuk mencegah selaput ketuban robek

3. Segera plasenta lahir melakukan masase fundus uteri sambil

memeriksa kelengkapan plasenta

4. Masukan plasenta ke tempat yang tersedia

5. Memeriksa perdarahan dan robekan jalan lahir atau perenium

d. Pasca tindakan

1. Posisikan ibu dengan aman dan nyaman


52

2. Memastikan kontraksi uterus baik dan ajari ibu melakukan

masase

3. Menyampaikan pada ibu bahwa tindakan sudah selesai

4. Membereskan alat dan mencuci tangan

5. Dokumentasi

4) Asuhan kebidanan persalinan dan pemantuan pada kala IV adalah :

a. Lakukan rangasangan taktil (seperti pemijatan ) pada uterus, untuk

merangsang uterus berkontrksi

b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara

melintang antara pusat dan fundus uteri

c. Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan

d. Priksa perenium dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserai

atau episiotomi).

h. Asuhan Komplementer

Asuhan komplementer yang diberikan di kala I pada ibu menurut

(Sugianti dan Joeliatin, 2019) yaitu bisa diberikan adalah manajemen nyeri

persalinan. Pemijatan atau Massage manajemen nyeri persalinan adalah

tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon

atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi

guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan

sirkulasi.

Gerakan- gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh

telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang


53

menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, meremas-remas, dan gerakan meliuk-

liuk.

Nyeri persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang luar biasa dan

intensitas nyeri yang dirasakan sangat berbeda – beda. Bahkan pada ibu yang

sama pun derajat nyeri yang dirasakan pada setiap persalinan atau kala

persalinan tidak serupa. Nyeri pada proses persalinan di akibatkan

peregangan dan robekan selama kontraksi serviks.

Penanganan nyeri secara non farmakologis dalam kehamilan dan

persalinan merupakan suatu metode Effleurage. metode effleurage merupakan

teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan

melingkar dibeberapa bagian tubuh atau usapan sepanjang punggung dan

ekstremitas.

Effleurage pada abdomen biasanya digunakan dalam metode Lamaze

untuk mengurangi nyeri pada persalinan normal (Kennet, 1994). Effleurage

merupakan salah satu metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri

selama persalinan yang terdaftar dalam Summary of Pain Relief Measures

During Labor, dimana pada kala I fase latent (pembukaan 0-3 cm) dan fase

aktif (pembukaan 4-7 cm) aktifitas yang bias dilakukan oleh pasien persalinan

adalah Effleurage. Menurut (Dyah, 2018) Pola teknik Effleurage yang bias

dilakukan mengurangi nyeri persalinan akibat kontraksi uterus adalah:

1. Menggunakan dua tangan Dengan kedua telapak jari-jari tangan lakukan

usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari

abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simphisis pubis,

arahkan kesamping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke


54

umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis,

bentuk pola gerakannya seperti “Kupu-kupu”.

2. Menggunakan Dua Tangan Dengan menggunakan kedua telapak jari-jari

tangan lakukan usapan ringan, tegas, konstan dan lambat dengan

membentuk pola “dua buah lingkaran kecil” yang sejajar oleh

masingmasing tangan diatas perut bagian bawah. Usapan tegas dan

konstan dengan stimulasi berkekuatan ringan sampai moderat.

3. Menggunakan satu tangan Dengan menggunakan ujung-ujung jari

tangan lakukan usapan ringan, tegas, konstan dan lambat dengan

membentuk pola gerakan seperti angka “8 telentang” diatas perut bagian

bawah.

4. Teknik yang bisa dilakukan keluarga dan petugas

Melakukan usapan dengan menggunakan seluruh telapak tangan pada

lengan atau kaki dengan lembut.

Selain ada juga Ashuan komplementer yang diberikan di Kala II adalah

Stimulasi puting susu dengan diberikan Rangsangan puting susu dapat

mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin

sehingga terjadi kontraksi rahim dan akan mengalami persalinan cepat

(Rahayu, YP 2018).

3. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil ,masa post partum
55

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013). Masa nifas adalah

kembali seperti sebelum hamil.

Pada masa nifas jika perdarahan telah berhenti maka coitus bisa dilakukan

pada 3-4 minggu post partum. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat

dilakukan setelah masa nifas, berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka

plasenta baru sembuh (proses penyembuhan pada post partum sampai dengan

6 minggu) (Ambarwati, 2009).

b. Tujuan masa nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai

berikut: (Buku Ajar Nifas dan Menyusui, 2017).

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi,KB, dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-

hari.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksankan perannya dalam situasi keluarga dan budaya

khusus

6. Imunisasi ibu terhadap tetanus.


56

7. Mendorong pelaksanaan metode vang sehat tentang pemberian makan

anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antar ibu

dan anak.

8. Mempercepat involusi alat kandungan.

9. Melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan.

10. Melancarkan pengeluaran Lochea, meningkatkan kelancaran peredaran

darah sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa

metabolisme.

c. Tahapan masa nifas

1. Puerperium dini

kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.

2. Puerperium intermedial

kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6- 8 minggu.

3. Remote puerperium

waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna baik

selama hamil atau sempurna berminggu-minggu, berbulan-bulan atau

tahunan.

d. Perubahan fisiologis masa nifas

Perubahan fisiologis masa nifas menurut (Nurun Ayati Khasanah dan

Sulistyawati, 2017) adalah:


57

1. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur- angsur mengecil sampai keadaan

sebelum hamil.

2. Lochea

Lochea yaitu cairan/ secret berasal dari kavum uteri dan vagina selama

masa post partum, (wahyuningasih, 2019). Berikut ini, beberapa jenis

lokhea :

a) Lokhea Rubra berwarna merah kehitaman karena berisi darah segar

dan sisa-sisa selaput ketuban yang berlangsung 2 hr post partum.

b) Lokhea Sanguilenta berwarna merah kecoklatan berisi darah dan

berlangsung 3-7 hr post partum.

c) Lokhea Serosa berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7-14 hr

post partum.

d) Lokhea Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua

berlangsung 14 hr-2 mg berikutnya.

e) Lochea purulenta terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Lochiostasis : lochea yang tidak lancar keluarnya

3. Vagina dan perineum

Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran nullipara, hymen tampak sebagai tonjolan

jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkula mitiformis. Minggu


58

ke 3 rugae vagina kembali. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan

serta udem akan berangsur-angsur pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi.

Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan.

4. Payudara

Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya

mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan

efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan, sel ini yang menghasilkan

ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, oksitosin

merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi

ASI

5. Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.

Ada 2 mekanisme : produksi susu, sckresi susu atau let down. Selama

kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya

mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan

efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan, sel ini yang menghasilkan

ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, oksitosin

merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi

ASI

6. Sistem pencernaan

Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi

persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi

terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka jahit perineum.

Perubahan tanda-tanda vital :


59

a) Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5℃ setelah 2

jam post partum normal.

b) Nadi dan Pernapasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi waspada

mungkin ada perdarahan, pernapasan akan sedikit meningkat setelah

persalinan lalu kembali normal.

c) Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa

hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai. BB turun rata-rata

4.5 kg.

e. Perubahan psikologis masa nifas

Perubahan psikologis masa nifas menurut (Nurun Ayati Khasanah dan

Sulistyawati, 2017). Nifas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan,

pemenuhi nutrisi, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan

kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dknganan yang tersedia untuk

ibu.

1. Fase Taking in

Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama prose

persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup

istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung.Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga

komunikasi yang baik.


60

2. Taking Hold

Fase taking Hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnnya dalam merawat bayinya.Oleh karena itu ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik

untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3. Letting Go

Fase letting go yaitu priode menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memerlukan

istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus

untuk dapat merawat bayinya.

f. Tanda bahaya nifas

Menurut (Suparmi et al., 2018) tanda bahaya nifas meliputi :

1. perdarahan lewat jalan lahir

2. keluar cairan berbau dari jalan lahir

3. bengkak di wajah, kaki, dan tangan, atau sakit kepala

4. kejang

5. demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari

6. payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

7. ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi).


61

g. Kunjungan masa nifas

Adapun kunjungan nifas menurut Kementerian Kesehatan RI (2020 ) adalah:

1. Kunjungan nifas pertama/KF1 (6 jam – 2 hari postpartum)

Pada kunjungan pertama, asuhan yang perlu dilakukan adalah melakukan

pencegahan perdarahan dan meberikan konseling pencegahan akibat

atonia uteri, mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan jika diperlukan, pemberian ASI awal, memberikan

edukasi tentang cara mepererat 18 hubungan ibu dan bayi, menjaga bayi

agar tetap sehat dan mencegah hipotermi (Sari & Rimandini, 2014)

2. Kunjungan nifas kedua/KF2 (3 - 7 hari postpartum)

Pada kunjungan kedua, asuhan yang dilakukan meliputi memastikan

involusi uteri tetap berjalan normal, kontraksi uterus baik, TFU di bawah

umbilicus, dan tidak ada perdarahan yang abnormal, menilai adanya

infeksi dan demam, memastikan ibu dapat beristirahat dengan baik,

mengonsumsi nutrisi dan cairan yang cukup, dan dapat menyusui

bayinya dengan baik, serta memberikan konseling tentang perawatan

bayi baru lahir (Sari & Rimandini, 2014)

3. Kunjungan nifas ketiga/KF3 (8 hari – 28 hari postpartum)

Asuhan yang diberikan pada kunjungan ketiga sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan kedua

4. Kunjungan nifas keempat (29 hari – 42 hari postpartum)

Pada kunjungan keempat, asuhan yang diberikan adalah memberikan

konseling KB secara dini dan menanyakan hal-hal yang menyulitkan ibu

selama masa nifas (Sari & Rimandini, 2014).


62

h. Asuhan Komplementer

1. Pijat oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costaekelima-

keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormone prolaktin dan

oksitosin setelah melahirkan (Amri, Benny, Erma, 2016). Pijat oksitosin

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi

ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang sisi tulang belakang

sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan okstosin setelah melahirkan. Pijat

oksitosin tidak dapat dilakukan oleh ibu karena pijat oksitosin ini

dilakukan disepanjang tulang belakang ibu. Oleh karena itu, ibu

membutuhkan dukungan keluarga dalam pelaksanaan pijat oksitosin

khususnya keluarga paling terdekat dengan ibu yaitu suami. Manfaat dari

penerapan pijat oksitosin berfungsi untuk meningkatkan hormon

oksitosin yang dapat menyenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis

keluar (Syamsuddin dan Samsiani, 2020).

2. Pijat laktasi

Merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu

mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan

terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan (antenatal),

sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan

pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun


63

(postnatal). Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh

ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dan

ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah

persalinan, dan masa menyusui bayi (Syamsuddin dan Samsiani 2020).

3. Aroma terapi lavender

Aroma terapi ini memberikan manfaat untuk relaksai, perbaikan mood

dan peningkatan gelombang alpha sangat bermanfaat dalam kondisi

relaks mendorong aliran energy kreativitas dan perasaan segar dan sehat.

Kondisi gelombang alpha ideal untuk perenungan, memecahkan masalah

visualisai, bertindak sebagai gerbang kreativitas seseorang. Minyak

lavender salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek

menenangkan (Argi,2013)

4. Bayi baru lahir

a. Pengertian

Neonatus adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra kehidupan ektrauterin. Beralih dari

ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologis (Sulfianti,

2021).

b. Ciri-ciri bayi baru lahir

Ciri-ciri bayi baru lahir menurut (Aisyah, 2018) yaitu:

1. Berat Badan 2500-4000 gr

2. Panjang Badan lahir 48 - 52 cm


64

3. Lingkar dada 30 -38 cm

4. Lingkar kepala 33 - 35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit -menit pertama kira-kira 180 x/menit

kemudian menurun sampai 120 -140 x/menit

6. Pernafasan pada menit -menit pertama cepat kira-kira 80 x/menit

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan

diliputi vernix caseosa

8. Rambut lanugo tidak terlihat Kuku telah agak panjang dan lemas

9. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (perempuan) dan

testis sudah turun (pada anak laki- laki)

10. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

11. Reflek moro sudak baik

12. Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekoneum berwarna hitam kecoklatan.

c. Mekanisme Suhu Tubuh

Menurut ( Saifuddin,2014) Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu

lingkungan yang lebih rendah dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi

dibiarkan dalam suhu kamar maka akan kehilangan panas mil konveksi.

Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini

menyebabkanpenurunan suhu tubuh bayi sebanyak 2 C dalam waktu 15 menit

4 kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir

kehilangan panas tubuhnya:

1. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak


65

langsung dengan tubuh bayi.

2. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan

dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan

menjadi uap).

3. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak

(jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).

4. Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih

dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

berbeda).

Mencegah hipotermia pada BBL juga bisa dicegah dengan IMD. Sentuhan

skin to skin pada dada ibu dapat menghangatkan bayi dan selama bayi

merangkak mencari payudara dapat mempercepat pengeluaran

kolostrum sebagai sumber antibodi bayi (Podungge, Yusni, 2018).

d. Penanganan segera setelah lahir

Penanganan segera setelah bayi lahir menurut (Ii, 2020) adalah:

1. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

a) Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi

didada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan

kemudian selimuti keduanya agar bayi tidak kedinginan

b) Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk merangsang

bayi mendekati puting.


66

c) Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya

d) Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama

menyusu hingga 1 jam, dekatakan bayi pada puting agar proses

menyusu pertama dapat terjadi.

e) Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur dan memberikan

Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan

sesegera mungkin,meskipun ibu melahirkan dengan cara opersai atau

tindakan lain

f) Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi

medis yang jelas.

2. Pemberian vit K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg IM di

paha kiri segera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir

akibat defesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru

lahir. ½ jam setelah lahir di injeksi vitamin K.

3. Pemberian obat tetes/salep mata

Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu

dan keluarga memomong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut

menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus

diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran upaya profilaksis

infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah

kelahiran.

4. Pemberian imunisasi
67

1 jam setelah lahir dan pemberian Vit K injeksi hepatitis B IM dipaha

kanan untuk mencegah penyakit hati.

5. Refleks pada bayi baru lahir

Ada beberapa aktivitas refleks menurut yang terdapat pada bayi baru

lahir. Refleks tersebut antara lain :

a) Refleks Moro

Bayi mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari lalu

mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk

seseorang.

b) Refleks Rooting

Timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi akan

memutar kepala seakan-akan mencari putting susu. Refeleks rooting

berkaitan erat dengan refleks menghisap dan dapat dilihat jika pipi

atau sudut mulut bayi dengan pelan disentuh bayi akan menengok

secara spontan kearah sentuhan, mulutnya akan memulai menghisap.

Refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.

c) Refleks Suckıng

Timbul bersamaan dengan refleks rooting untuk menghisap puting

susu dan menelan ASI.

d) Refleks Graps

Timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi maka bayı

akan menutup telapak tangannya telapak tangan bayi, bayi akan

menggenggam erat jari-jari

e) Refleks Babinsky
68

Terjadi bila ada ransangan pada telapak kaki. Ibu jari akan bergerak

keatas dan jari-jari lain membuka. Refleks ini akan menghilang

setelah berusia 1 tahun.

f) Refleks Tonickneck

Refleks tonik leher kadang disebut dengan fencing position karena

bayi berpose mirip atlet anggar. Refleks ini biasanya terjadi saat bayi

berbaring telentang. Si Kecil akan menolehkan kepalanya ke satu sisi

dengan tangan terentang.

g) Refleks Walking

Stepping reflex atau walking reflex biasa juga disebut dengan dancing

reflex. Refleks stepping adalah jenis reflek pada bayi yang akan

membantunya merangkak ke payudara setelah melahirkan ketika

dibaringkan di perut Mama.

e. Kunjungan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus

sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik

di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah (Ii, 2020).

Pelaksanaan pelayanan kunjungan neonatus :

1. Kunjunga neonatal ke-1 (KN 1)

KN 1 Dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Asuhan yang

diberikan yaitu melakukan pemeriksaan bayi baru lahir (BBL),


69

pemberian ASI Eksklusif, menjaga bayi tetap hangat, perawatan bayi,

dan tanda bahaya BBL.

2. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan ke-7 setelah lahir.

Asuhan yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan ulang, pemberian

ASI Eksklusif, perawatan bayi dan mengenali tanda bahaya pada bayi.

3. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan ke-28 setelah lahir.

Asuhan yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan ulang, pemberian

ASI Eksklusif, perawatan bayi dan mengenali tanda bahaya pada bayi.

f. Komplementer untuk Bayi Baru Lahir

1. Asuhan komplementer yang diberikan di KN 1

Field masage adalah memfokuskan pemberian stimulasi pada area dada

dan perut. Masage ini dapat meningkatkan kerja organ-organ pencernaan

dan proses menelan pada neonatus sehingga terjadi peningkatan

metabolisme dalam tubuh (Qamariah, Andaruni, dan Alasiry 2018).

2. Asuhan komplementer yang diberikan di KN 2

Field masage adalah memfokuskan pemberian stimulasi pada area dada

dan perut. Masage ini dapat meningkatkan kerja organ-organ pencernaan

dan proses menelan pada neonatus sehingga terjadi peningkatan

metabolisme dalam tubuh (Qamariah et al. 2018).


70

3. Asuhan komplementer yang diberikan di KN 3

Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua yang dikenal manusia dan yang

paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan

yang di praktekkan sejak berabad - abad silam lamanya. Bahkan

diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan,

mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan

proses kelahiran manusia (Carolin, Suprihatin, dan Agustin 2020).

5. Keluarga berencana

a. Pengertian IUD Post Plasenta

IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit

setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam maupun seksio

sesarea, IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan

berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi (Saifuddin et

al, 2006).

b. Cara pemasangan IUD Post Plasenta

Setelah plasenta dilahirkan dan sebelum perineorafi, pemasang

melakukan kembali toilet vulva dan mengganti sarung tangan dengan

yang baru. Pemasang memegang AKDR dengan jari telunjuk dan jari

tengah kemudian dipasang secara perlahan-lahan melalui vagina dan

servik sementara itu tangan yang lain melakukan penekanan pada

abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus untuk memastikan

AKDR dipasang di tengah-tengah yaitu di fundus uterus. Tangan

pemasang dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina. Jika AKDR ikut

tertarik keluar saat tangan pemasang dikeluarkan dari vagina atau AKDR
71

belum terpasang di tempat yang seharusnya, segera dilakukan perbaikan

posisi AKDR (BKKBN, 2014).

c. Kontraindikasi

Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pasca plasenta

Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut Rusmini,

dkk. (2017) dan Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu:

1) Menderita anemia, penderita kanker atau infeksi traktus genetalis

2) Memiliki kavum uterus yang tidak normal

3) Menderita TBC pevic, kanker serviks dan menderita HIV/AIDS

4) Ketuban pecah sebelum waktunya

5) Infeksi intrapartum

6) Perdarahan post partum

d. Keuntungan pemasangan AKDR pasca plasenta

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu:

1) Dapat efektif segera setelah pemasangan

2) Metode jangka panjang

3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil

6) Tidak ada efek samping hormonal 12


72

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

9) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah

haid terakhir)

10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

11) Mencegah kehamilan ektopik

e. Efek samping pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pasca


plasenta
1) Efek samping dan komplikasi pemasangan AKDR pasca plasenta

menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu:

2) Perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan

akan berkurang setelah tiga bulan) b. Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan (spotting)antar menstruasi

4) Saat haid lebih sakit

5) Merasakan sakit dan kejang selama tiga sampai lima hari setelah

pemasangan

6) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia

7) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya

benar)
73
74

B. Alur Pikir

ASUHAN KEBIDANAN

Kehamilan Fisiologi

Penerapan Asuhan Kebidanan dan Bersalin


Asuhan Komplementer Pada Ibu Hamil Pemberian manajemen nyeri
TM III pada ibu bersalin dan
1. Kunjungan I (UK 34 – 36 minggu) pemantauan kala I- IV
2. Kunjungan II ( UK 36 – 38
minggu)
3. Asuhan Komplementer : yoga ibu
hamil,massage ibu hamil.

Bayi Baru Lahir Nifas


Asuhan Kebidanan Fisiologis pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas:
BBL: 1. Kunjungan I : 6 jam PP
1. Observasi 2. Kunjungan II : 7 hr PP
2. Pemeriksaan fisik 3. Kunjungan III : 2 minggu PP
3. Asuhan komplementer: field 4. Kunjungan IV : 6 minggu PP
massage, pijat bayi. 5. Komplementer pada ibu nifas:
massage ibu nifas, pijat
oksitosin, pijat laktasi, dan
aroma terapi lavender.
KB
Kunjungan I: Konseling KB
Kunjungan II: Pelayanan

Menciptakan keamanan dan


kenyamanan bagi ibu dan
bayi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Studi Kasus

Studi kasus ini menggunakan metode continuity of care. Continuity of care

dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan yang berkelanjutan yang

menyeluruh mulai dari kehamilan persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir

serta pelayanan keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan

kesehatan perempuan khususnya dan keadaan pribadi individu (Oktaviani,

2021).

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di PMB Kuswatiningsih dengan alamat

Ketandan, Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan studi kasus ini di lakukan pada tanggal 20 Maret-22

April tahun 2023.

C. Subjek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini ialah NY U umur 22 tahun

GIP0Ab0Ah0 di PMB Kuswatiningsih.

74
75

D. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari mengamati atau melakukan

pemeriksaan sendiri terhadap pasien yang akan diteliti. Data primer

tersebut di peroleh melalui :

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu kaidah yang paling biasa yang

digunakan dalam penelitian, wawancara digunakan untuk mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan fakta, kepercayaan, keinginan,

perasaan, dan sebagainya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan

penelitian (Listia Dwi Febriati, 2021).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merusak sebuah komponen pengkajian kesehatan

yang bersifat objektif yang dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan terhadap tubuh pasien dengan cara melihat keadaan tubuh

pasien (inpeksi), meraba suatu system atau organ yang diperiksa

(palpasi), mengetuk suatu system atau organ yang akan diperiksa

(perkusi), dan mendengarkan atau auskultasi menggunakan doppler.

Pemeriksaan yang akan dilakukan saat kunjungan yaitu pemeriksaan

fisik head to toe, penimbangan berat badan, pemeriksaan leopold,

pemeriksaan vital sign, pemeriksaan DJJ, serta pemeriksaan

laboratorium.

c. Observasi

Observasi adalah proses dari pengumpulan data dari melihat atau


76

mengamati perilaku dalam situasi tertentu setelah itu mencatat peristiwa

tersebut dengan sistematis (Swarjana, 2012). Observasi yang akan

dilakukan pada kasus yang akan diambil meliputi kunjungan ANC,

bersalin, nifas, BBL dan KB.

2. Data Sekunder

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi. Pola penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan dokumentasi buku KIA dan data

rekam medis (Oktaviani, 2021)

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat

Format asuhan kebidanan menurut (Anggito and Setiawan, 2018) yaitu

yang digunakan dalam pengambilan data meliputi format asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga

Berencana. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik :

a. Pada ibu hamil

Alat yang digunakan berupa stestoskop, tensimeter, thermometer, pita

LILA, metline, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, jangka

panggul, doppler, bak instrument, bengkok,sarung tangan dan HB

sahli.

b. Pada ibu bersalin

Alat yang digunakan yaitu sarung tangan pendek, sarung tangan


77

panjang, spuit, APD, benang jahit, partus set (gunting plasenta,

gunting episiotomi, klem, ½ koher, kassa, kom betadine) bengkok,

bak instrument, oksitosin 10 Internasional Unit, waslap dan lidokain.

c. Pada bayi baru lahir

Alat yang digunakan berupa APD, stetoscop, termoter, lampu sorot,

arloji, pita lila, metlin, timbangan, alat ukur panjang badan, kain

bedong, spuit.

d. Pada ibu nifas

Alat yang digunakan adalah APD, tensimeter, thermometer, stetoskop,

larutan NaCl, kassa, arloji, BAK instrument, kom kecil.

e. Alat yang digunakan untuk KB

lembar balik, infrom conset, contoh-contoh KB.

f. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :

catatan medik atau status pasien, buku KIA.

2. Metode Pengumpulan Data

Menurut (Rahayu, 2016) metode pengumpulan data meliputi:

a) Metode wawancara

wawancara yang dilakukan pada pasien seperti lembar anamnesa

pasien.

b) Metode pengukuran

Dalam hal ini penulis melakukan pemeriksaan yang diperlukan dan

berkaitan dengan masalah yang ditelitinya misalnya pengukuran LILA,

DJJ, HIS dll.


78

c) Metode dokumentasi

Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang

berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar,

tabel atau daftar periksa dan film dokumen. Dalam kasus ini penulis

mendapatkan data dari buku KIA dan rekam medis.

F. Analisa Data

Analisis data menurut (Sukma, 2020) adalah proses pengolahan data dengan

tujuan untuk menemukan informasi yang berguna yang dapat dijadikan dasar

dalam pengambilan keputusan untuk solusi suatu permasalahan. Proses

analisis ini meliputi kegiatan pengelompokkan data berdasarkan

karakteristiknya, melakukan pembersihan data, mentransformasi data,

membuat model data untuk menemukan informasi penting dari data tersebut.

Menurut model tersebut, kegiatan analisi data dilakukan dalam 3 tahap

yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan

mengolah data, dengan demikian data yang telah direduksi akan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Data dalam buku KIA meliputi golongan darah dan riwayat pemeriksaan

selama hamil. Penulis ambil data berupa identitas pasien, HPL, HPHT,

riwayat penyakit dan kunjungan selama hamil.


79

2. Penyajian data (Data Display)

Teknik pengkajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan

memberikan gambaran peneliti secara menyeluruh. Dengan kata lain

menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh. Dalam studi kasus ini

penulis menyajikan data dalam bentuk asuhan kebidanan pada ibu hamil

sampai dengan KB.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion DrawingVerification)

Verifikasi adalah penarikan kesimpulan dalam peneliti yang menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal setelah peneliti ada di

lapangan. Dalam studi kasus ini data berupa asuhan yang diberikan

kepada responden selama hamil sampai dengan KB yang tersaji dalam

bentuk diagnosa pasien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bab ini penulis membahas mengenai hasil studi kasus Asuhan Kebidanan

Komprehensif dan berkesinambungan dengan komplementer berbasis keluarga

pada Ny U umur 22 tahun G1P0Ab0Ah0 dari umur kehamilan 37 minggu dan 38

minggu, persalinan, bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana (KB) di PMB

Kuswatiningsih Ketandan, Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Asuhan Kehamilan

Hasil studi kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan kehamilan

normal pada Ny. U umur 22 tahun G1P0A0AH0 yang telah dilakukan

sebanyak 2 kali kunjungan yaitu kunjungan pertama pada tanggal 20 Maret

2023, Kunjungan kedua pada tanggal 27 Maret 2023 didapatkan data

subjektif dengan hasil:

a. Data Subyektif

1) Keluhan
Umur Kehamilan Keluhan
37 minggu Badannya pegal-pegal
38 minggu Kenceng-kenceng
Tabel 4.1 Keluhan selama Kunjungan

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada kunjungan pertama

ibu mengatakan badannya pegal-pegal, kemudian pada kunjungan

kedua ibu merasakan kenceng-kenceng. Dan ibu mengatakan HPHT

ibu adalah 6 Juli 2022.

80
81

2) Kunjungan kehamilan
Umur Kehamilan Tanggal Umur Kehamilan
37 minggu 20 Maret 2023 37 Minggu
38 minggu 27 Maret 2023 38 Minggu
Tabel 4.2 Usia Kunjungan Kehamilan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kunjungan di lakukansebanyak 2

kali.

b. Data Objektif

Hasil studi kasus yang telah dilakukan 2 kali kunjungan pada tanggal 22

Maret 2023, dan 30 Maret 2023 didapatkan data objektif dengan hasil.

1) Tanda-tanda Vital
TD Nadi Respirasi
Umur Suhu (̊c)
(MmHg) (x/menit) (x/menit)
Kehamilan
37 minggu 121/80 36,6 84 20
38 minggu 110/63 36,4 80 20

Tabel 4.4 Tanda-tanda Vital

Dari tabel tanda-tanda vital di atas tekanan darah ibu yaitu pada

kunjungan I dan II berkisar antara 110/63-121/80 mmhg, suhu36.6-

36.4 oc, Nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit dan dalambatas

normal.

2) Pemeriksaan Antropometri
Kunjungan Berat Badan Lila IMT
Berat badan sebelum 43 Kg
hamil
Umur Kehamilan 37 54 Kg 26 cm 22,8
minggu
Umur Kehamilan 38 55 Kg 27 cm 23,2
minggu
Tabel 4.5 Pemeriksaan Antropometri

Dari data diatas dilihat bahwa, berat ibu sebelum hamil adalah 45 Kg.

Pada kunjungan I berat ibu 54 Kg dan Kunjungan II berat ibu adalah


82

55 Kg total kenaikan berat badan ibu adalah 12 Kg. Pada kunjungan I

lila ibu 26 cm dan II lila ibu adalah 27 cm serta IMT dalam batas

normal.

3) Palpasi Leopold
Leopold I Leopold II Leopold Leopold IV
Umur
III
Kehamilan
37 minggu Bokong PUKI Preskep Divergen
38 minggu Bokong PUKI Preskep Divergen

Tabel 4.6 Palpasi leopold

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa bagian terendah adalah

kepala janin. Pada kunjungan pertama dan kedua kepala janin sudah

masuk panggul.

4) Pemeriksaan TFU dan TBJ

TFU Leopold TFU Mc TBJ


Umur
Donald
Kehamilan
37 minggu 2 jari dibawah 28 cm 2.635 gram
Px
38 minggu 3 jari dibawah 31 cm 3.100 gram
Px
Tabel 4.7 Pemeriksaan TFU

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan TFU yang

dilakukan sebanyak 2 kali kunjungan. Pada kunjungan pertama tinggi

fundus uteri ibu yaitu 2 jari dibawah Px dan TFU Mcdonald 2 8 cm,

pada kunjungan ke 2 tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Px TFU

Mcdonald 31cm . Taksiran Berat Janin (TBJ) ibu dalam batas

normal.
83

5) Denyut Jantung Janin


Pungtum
Umur Frekuensi Kekuatan
Maksimum
Kehamilan
37 minggu 130 x/menit Kuat, Teratur Dibawah pusat
perut sebelah
kiri
38 minggu 142 x/ menit Kuat, Teratur Dibawah pusat
perut sebelah
kiri

Tabel 4.8 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin

Dari tabel di atas dapat disimpulkan selama kunjungan dilakukan

pemeriksaan denyut jantung janin, dengan hasil DJJ dalam batas

normal yaitu berkisar antara 130-142 x/menit, terdengar kuat, jelas

dan teratur, dengan pungtum maksimum berada di bawah pusat perut

sebelah kanan.

6) Pemeriksaan Laboratorium
HB Protein urine Glukosa Urine
Umur
Kehamilan
37 minggu 12,5 gr/dL Negatif Negatif
38 minggu Tidak Negatif Negatif
dilakukan

Tabel 4.9 Pemeriksaan Laboratorium

Dari tabel diatas dapat disimpulkan pada kunjungan I dan II

didapatkan hasil protein urine dan glukosa urine negatif dan pada

kunjungan I didapatkan hasil HB ibu normal.

7) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1) Kunjungan I (Senin, 20 Maret 2023)

Dari data objektif dan data subjektif dapat di simpulkan bahwa

diagnose yaitu “Seorang ibu Ny U umur 22 tahun G1P0A0AH0

umur kehamilan 37 Minggu, janin hidup tunggal, presentasi


84

kepala, punggung kanan, kepala sudah masuk panggul, dengan

kehamilan normal”

Asuhan yang diberikan yaitu:

a. Melakukan observasi keadaan umum,tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik.

b. Melakukan palpasi Leopold I-IV , TFU McDonald,denyut

jantung janin,

c. Melakukan pemeriksaan laboraturium.

d. Menjelaskan kepada ibu tentang pola istirahat ibu

e. Menjelaskan kepada ibu tentang gerakan janin,

f. Mengingatkan ibu tentang KB paska salin

g. Memberitahu ibu tentang yoga ibu hamil

h. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya ibu trimester 3

i. Melakukan pemijatan pada ibu hamil

j. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau

segera jika ada keluhan.

1) Kunjungan II ( Senin, 27 Maret 2023)

Dari data subyektif dan obyektif dapat ditarik diagnosa yaitu

"Seorang ibu Ny.U umur 22 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan

38 minggu, janin tunggal hidup, preskep dengan kehamilan

normal.

Asuhan yang diberikan yaitu :

a. Melakukan observasi keadaan umum dan vital sign ibu

b. Melakukan palpasi leopold, TFU Mc. Donald, DJJ


85

c. Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak cemas

d. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan

e. Mengingatkan ibu tanda bahaya trimester III

f. Mengingatkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup

g. Memberitahu ibu tentang P4K

h. Memberikan asuhan Yoga ibu hamil

i. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau

jika ada keluhan

2. Asuhan Persalinan

a. Data Subyektif

1) Keluhan yang dirasakan ibu selama persalinan


Kala Keluhan
I Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng
teratur sejak 15 April 2023 jam 13:00
II Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin
bertambah dan ibu mengatakan ada dorongan
ingin segera meneran dan rasa seperti ingin BAB
III Ibu mengatakan sudah lega bayinya lahir tapi
perutnya mulas
IV Ibu mengatakan lega bayi dan plasenta sudah
lahir dan perutnya masih mulas
Tabel 4.10 Keluhan Selama Persalinan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari setiap keluhan yang

di alami ibu termasuk fisiologis atau normal.


86

b. Data Objektif

1) Kala I

a) Tanda-tanda Vital
Tekanan
Tanggal Waktu Nadi Respirasi Suhu
Darah
15 April 17:35 117/81 80 20 36,4
2023
15 April 21:35 120/80 90 20 36,8
2023
Tabel 4.11 Observasi Tanda Vital

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tanda vital ibu

dalam keadaan normal yaitu tekanan darah dari 111/81-120/80

mmHg, nadi berkisar antara 80-90 x/menit, respirasi berkisar

20x/menit, dan suhu 36,4-36,8 c.

b) Pemeriksaan Leopold

Leopold Hasil
Leopold I Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong) TFU pertengahan px
Leopold II Perut bagian kiri ibu teraba keras
memanjang (punggung), perut bagian
kanan teraba kecil-kecil (ekstermitas)
Leopold III Teraba bulat, keras, melenting
(kepala), kepala sudah tidak dapat di
goyangkan
Leopold IV Divergen, kepala sudah masuk
panggul 3/5 bagian

Tabel 4.12 Pemeriksaan Leopold


Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan

leopold pada ibu adalah normal.

c) Taksiran Berat Janin

Pengukuran TFU Mc.donald diperoleh 31 cm

TBJ = 3100 gram

Taksiran berat janin ibu di dapat 3.100 gram. Dan dapat


87

disimpulkan janin Ny U berat badan dalam batas normal.

d) Denyut Jatung Janin

Waktu frekuensi Jumlah Kekuatan


Tanggal
15 April 13.35 Teratur 141x/menit Kuat
2023
15 April 17:35 Teratur 132x/menit Kuat
2023
15 April 21:35 teratur 138x/menit Kuat
2023
Tabel 4.13 Observasi Denyut Jantung Janin

Dari pemeriksaan detak jantung janin di atas dapat di simpulkan

bahwa denyut jantung janin dalam keadaan normal, dengan

frekuensi teratur dan kuat.

e) Kontraksi/His

Waktu Frekuensi Lama Dalam Kekuatan


Tanggal
15 April 13.35 3x 30 10 menit Kuat
2023 detik
15 April 17:35 3x 35 10 Kuat
2023 detik menit
15 21:35 5x 45 10 Kuat
April detik menit
2023
Tabel 4.14 Observasi Kontraksi/His

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa observasi kontraksi

pada ibu dalam batas normal.

f) Pemeriksaan Dalam

PD Waktu Pembuka Indikasi


Tanggal
an
15 April PD I 13.35 WIB 3 cm Fase laten
2023
15 April PD II 17:35 WIB 5 cm Fase Aktif
2023
15 April PD III 21:35 WIB 10 cm Fase Aktif
2023
Tabel 4.15 Pemeriksaan Dalam
88

Dari tabel di atas hasil pemeriksaan dalam Ny U adalah hal yang

normal.

g) Penurunan Kepala, Moulage, dan Air Ketuban

PD Waktu Penurunan Moulage Air


Kepala Ketuban
PD I 13.35 Hodge III - Utuh
PD II 17:35 Hodge 0 Utuh
III+
PD 21:35 Hodge IV 0 Jernih
III
Tabel 4.17 Penurunan Kepala, Moulage, dan air ketuban

Dari tabel di atas penurunan kepala janin normal dari Hodge

III menjadi Hodge IV, tidak ada Moulage, dan air ketuban pada

PD I utuh, pada PD II utuh, dan PD III jernih.

2) Kala II

a) Pemeriksaan kala II

Pada pukul 21:35 WIB ibu mengatakan kenceng- kenceng

semakin bertambah dan ibu mengatakan, keluar cairan seperti

air ketuban, ada dorongan ingin meneran dan rasa seperti ingin

BAB. Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat tanda- tanda kala

II yaitu:
89

Tanggal Waktu Inspeksi DJJ Kontraksi PD


15 April 21:35 a. Dorongan DJJ 138 x/ Kontraksi 5 x vulva uretra
2023 untuk menit, kuat, dalam 10 tenang, dinding
meneran teratur, di menit selama vagina licin,
b. Tekanan puntum maxim 45 detik portio tidak
pada anus um puka teraba,pembuka
c. Perineum an 10 cm,
menonjol selaput ketuban
d. Vulva (-), presentasi
membuka belakang kepala,
penurunan
kepala Hodge
IV, UUK jam
12, moulage 0,
sarung tangan
lendir darah(-
),air ketuban
(+).
Tabel 4. 18 Pemeriksaan Kala II

Setelah melakukan pemeriksaan kala II, memberitahu ibu hasil

pemeriksaan bahwa ibu telah memasuki persalinan, pembukaan

sudah lengkap dan ibu akan segera melahirkan. Bidan

mendekatkan partus set kedekat ibu, memimpin ibu untuk

meneran pada saat ada his, memberitahu ibu cara meneran yang

benar. Kala II yang di alami ibu adalah hal yang normal karena

bayi lahir atas usaha ibu meneran dan adanya kontraksi adekuat

5x/10 menit/45 detik dengan presentasi kepala.

3) Kala III

Segera setelah bayi lahir Bidan memberitahukan bahwa ibu akan

memasuki persalinan kala III atau melahirkan plasenta atau ari-ari.

Memastikan tidak ada janin kedua, kemudian pada pukul 22.07 WIB

dilakukan penyuntikan oksitosin sebanyak 10 IU secara IM.


90

Kemudian memantau tanda-tanda pelepasan plasenta, uterus

globuler, tali pusat memanjang, terdapat semburan darah spontan

dan singkat. Plasenta lahir 22.17 WIB dengan kotiledon lengkap,

selaput ketuban lengkap, dan tidak ada yang tertinggal memsangkan

IUD Postplasenta. Kemudian mengobservasi Tinggi Fundus Uteri

(TFU), perdarahan, kontraksi, luka jalan lahir, dan mengajarkan ibu

massase perut.

Waktu TD N R S TFU Kontraksi Perdarahan Rupture


22: 17 100/70 84 21 36,6 2 jari Keras ±120 cc Derajat
bawah II
pusat

Tabel 4.20 Pemeriksaan Kala III

Dari tabel di atas pemeriksaan kala III didapat hasil tanda- tanda

vital normal, kontraksi uterus keras, perdarahan ± 120 cc, terdapat

laserasi jalan lahir derajat II.

4) Kala IV

Jam ke Waktu TD N S TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


Uterus Kemih
1 22:32 100/70 88 36,6 2 jari di Keras Kosong ± 15 cc
mmHg bawah
pusat
22:47 100/70 88 2 jari di Keras Kosong ± 15 cc
mmHG bawah
pusat
23:02 100/70 84 2 jari di Keras Kosong ± 20 cc
mmHg bawah
pusat
23:17 110/70 84 2 jari di Keras Kosong ± 15 cc
mmHg bawah
pusat
2 23:47 120/70 83 36,6 2 jari di Keras Kosong ± 15 cc
mmHg bawah
pusat
91

00:17 120/80 80 2 jari di Keras Kosong ± 20 cc


bawah
pusat
Total ± 100
cc

Tabel 4.21 Observasi Kala IV

Dari tabel 4.21 observasi kala IV Ny. U dapat disimpulkan dalam

batas normal, total perdarahan selama 2 jam pemantauan di dapatkan

hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi berkisar antara 80-88

x/menit, suhu 36,6°C, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras,

kandung kemih kosong dan perdarahan sebanyak 100 cc.

5) Lama Persalinan dan Perdarahan

Kala Lama Persalinan Perdarahan


I 8 jam Lendir bercampur
darah
II 32 Menit ±100 cc
III 10 Menit ±120 cc
IV 2 Jam ±100 cc
Total 8 Jam 44 menit ±320 cc
Tabel 4.22 Lama Persalinan dan Perdarahan

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa lama persalinan normal

terjadi pada Primigravida, jumlah perdarahan ada Ny U dari kala I

sampai kala IV masih dalam batas normal.


92

6) Asuhan yang diberikan Selama Persalinan

KALA Asuhan yang Diberikan


I 1. Memeritahu ibu dan keluarga
hasilpemeriksaan
2. Memposisikan ibu senyaman
mungkin
3. Menghadirkan suami dan keluarga
4. Menganjurkan ibu untuk
makan dan minum di sela-sea
tidak his
5. Mengajarkan suami ibu nipple
stimulation
6. Memberikan asuhan manajemen
nyeri
7. Mengobsevasi his, djj, nadi, td, suhu
8. Siapkan partus set, perlengkapan
resusitasi, dan perlengkapan ibu dan
bayi
II 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil
Pemeriksaan
2. Memposisikan ibu senyaman
mungkin
3. Mengajarkan ibu untuk meneran yang
baik dan benar
4. Mengobservasi djj setelah his hilang
5. Mendekatkan partus set dekat ibu
6. Melakukan pertolongan persalinan
dengan 60 langkah Apn
III 1. Memberitahu ibu tentang
keadaannya sekarang
2. Melakukan manajemen aktif kala III
3. Memasangkan IUD postplasenta
4. Mengobservasi tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus,
perdarahan, dan, robekan jalan
lahir di mukosa dan kulit vagina
(derajat II)
IV 1. Memberitahu ibu keadaanya
sekarang
2. Mengajarkan kepada ibu
untuk memasase perutnya
3. Melakukan penjahitan
perenium
4. Mengajarkan kepada ibu
cara membersihkan area
genetalia
5. Mengobservasi kala IV
93

Tabel 4.23 Asuhan yang diberikan selama Persalinan

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Data Subyektif

1) Keluhan

Waktu Kunjungan Keluhan


0 jam Bayi Ny U sudah BAB saat
lahir
7 jam (KN I) Ny U mengatakan ASI nya
belum lancar, bayinya sudah
BAK
6 hari (KN II) Ibu mengatakan anaknya sehat
sudah BAB, BAK, menyusu
dengan kuat, tali pusat
sudah lepas.
Tabel 4.24 Keluhan BBL

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa bayi sudah bisa

menyusu dengan baik dan sudah BAB dan BAK, bayi sehat dan

tidak ada perdarahan tali pusat.

2) Apgar Score

1 menit 5 menit 10 menit


Jantung 2 2 2
Pernafasan 2 2 2
Tonus otot 2 2 2
Reflek 2 2 2
Warna kulit 1 2 2
Jumlah 9 10 10
Tabel 4.25 Apgar Score

Dari tabel diatas dapat disimpulkan apgar score Bayi Ny U pada

menit pertama 9, kelima 10, kesepuluh 10. Penilaian dalam batas

normal.
94

3) Reflek Bayi

Reflek 0 jam
Reflek Moro Positif
Reflek Rooting Positif
Reflek Sucking Positif
Reflek Graps Positif
Reflek Babybsky Positif
Reflek Walking Positif
Reflek Tonicneck Positif
Tabel 4. 26 Reflek Bayi

Dari tabel diatas dapat disimpulkan reflek Bayi Ny U positif dan bisa

dikatakan normal.

4) Tali Pusat Bayi

Kunjungan Tali Pusat Aroma


0 jam Basah Tidak berbau

KN I (7 jam) Basah Tidak berbau

KN II (6 hari) Sudah -
lepas
Tabel 4.25 Tali Pusat Bayi
Dari tabel diatas dapat disimpulakan tali pusat tidak ada tanda-tanda

infeksi

5) Pemeriksaan Antropometri

Kunjungan BB PB LK LD LL
0 jam 3100 50 33 33 11
KN I ( 7 jam) 3100 50 33 33 11
KN II (6 hari) 3150 50 - - -
Tabel 4.26 Pemeriksaan Antropometri

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bayi Ny U hasil pemeriksaan

dalam batas normal.

6) Eliminasi Bayi
BAB BAK
Kunjungan Frekuensi Warna Frekuensi Warna
0 jam 1 kali kehitam belum
95

an
KN I (7 - - 2 kali Kuning
jam) jernih
KN II (6 3 kali Kuning 4-6 kali Kuning
hari) jerami jernih

Tabel 4.27 Eliminasi bayi

Berdasarkan tabel diatas eliminasi Bayi Ny U dalam batas normal.

7) Asupan yang masuk untuk bayi

Waktu Kunjungan Intake


0 Jam Bayi di IMD 1 jam, ASI (+)
colostrum
KN I (7 jam) Bayi sudah menetek, ASI
colostrum
KN II (6 hari) Bayi menetek dengan baik, ASI
lancar
Tabel 4.28 Intek Bayi

Berdasarkan dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil intek

bayi Ny U KN I-II pemenuhan kebutuhan cairan bayi terpenuhi

dalam batas normal.

8) Asuhan Yang diberikan

Kunjungan Asuhan yang diberikan


0 jam 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya
2. Melakukan IMD
3. Memberitahu ibu tentang cara merawat
bayinya
4. Memberitahu ibu akan dilakukan
penyuntikan vitamin K
5. Memberitahu ibu bayiinya diberi saleb mata

KN I ( 7 jam) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya


2. Memberitahu ibu cara memandikan bayi
3. Memberitahu ibu tentang ASI eksklusif
4. Memberitahu ibu tentang teknik menyusui
5. Memberitahu ibu akan dialkukan imunisasi
Hb0
6. Memberitahu ibu bayinya akan diberikan
field massage
7. Memberitahu ibu perawatan tali pusat
96

8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada


bayi baru lahir
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 6 hari lagi atau jika ada
keluhan

KN II (6 hari) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


2. Memberitahu ibu tentang personal hygiene
3. Memberikan KIE tentang ASI eksklusif
Tabel 4.29 Asuhan yang diberikan pada BBL
4. Asuhan Nifas

1) Data Subjektif

Hasil studi kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas normal pada Ny U

umur 22 tahun P1A0AH1 yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu

kunjungan I pada tanggal 16 April 2023, dan kunjungan ke II pada

tanggal 22 April 2023 didapat data subjektif dengan hasil:

Keluhan

Kunjungan Tanggal Hari Keluhan


2 jam 16 April 2023 2 jam Perutnya masih
Postpartum Jam 00.21 Postpartum terasa mulas
I 16 April 2023 1 hari ASI ibu belum lancar
Jam 07.30 Postpartum
II 22 April 2023 6 hari Kelelahan mengurus
Postpartum bayinya
Tabel 4.30 Keluhan Nifas

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan I ASI belum

lancar dan kunjungan ke II ibu mengatakan kelelahan mengurus bayinya.

2) Data Objektif

Hasil studi kasus yang telah dilakukan 2 kali kunjungan I pada tanggal

13 April 2023, lalu pada kunjungan II dilakukan pada tanggal 22 April

2023 di dapatkan data objektif dari hasil pemeriksaan fisik serta tanda-

tanda vital ibu yaitu:


97

a. Tanda-tanda vital

Kunjungan Tanggal TD Nadi Suhu Pernafasan


2 jam 16 April 110/ 83 36,2 21
Postpartum 2023 70
Jam 00.21
I 16 April 110/ 80 36,4 20
2023 82
Jam 07.30
II 22 April 110/ 82 36,4 21
2023 80
Tabel 4.32 Tanda Vital
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda vitalibu

dalam batas normal

b. Mata

Kunjungan Tanggal konjungtiva Sklera


2 jam 16 April 2023 Merah muda Putih
Postpartum Jam 00.21
II 16 April 2023 Merah muda Putih
Jam 07.30
III 22 April 2023 Merah muda Putih
Tabel 4.33 Pemeriksaan Mata

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan I dan II pada

pemeriksaan mata ibu yaitu konjungtiva dan sklera dalam kondisi

normal.

c. Payudara
Keme Benjolan Nyeri Pengeluaran
Kunjungan Putting Susu ASI
rahan abnormal ASI
2 jam Tidak Menonjol Tidak Tidak Tidak Belum lancar Kolostrum
Postpartum lecet ada
II Tidak Menonjol Tidak Tidak Tidak Lancar Kolostrum
lecet ada
III Tidak Menonjol Tidak Tidak Tidak Lancar Transisi
lecet ada
Tabel 4.34 Payudara

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan payudara


98

dan pengeluaran ASI ibu dalam batas normal.

d. Involusi uteri

Waktu TFU Kontraksi Kandung kemih


2 jam 2 jari dibawah pusat Keras Kosong
1 hari 2 jari dibawah pusat Keras Kosong
6 hari 3 jari dibawah pusat keras Kosong
Tabel 4.35 involusi uteri

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa involusi uteri terdiri dari

fundus uteri kontraksi, dan kandung kemih berjalan normal.

e. Genetalia

Kunjungan Tanggal Luka Lochea Perdarahan


perineum
2 jam 13 April Derajat II Rubra 20 cc
Postpartum 2023
Jam 00.21
I 13 April Derajat II Rubra 35 cc
2023
Jam 07.30
II 22 April Kering 10 cc
2023 Sanguinolenta
Tabel 4.36 Pemeriksaan Genetalia

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan genetalia

pada setiap kunjungan dalam kondisi normal.

f. BAK dan BAB

BAK BAB
Kunjun
Frekue Warna Konsi Bau Frekuen warna Konstsiste Bau
gan
nsi stensi si nsi
2 jam Belum - - - Belum - - -
Postpartum BAK Kuning Cair Khas BAB Tidak Tidak ada Tidak
I 1x Jernih urin Belum ada ada

II ±5-6 Kuning Cair Khas 1x/ hari Kuning Lembek Khas


x/hari jernih urin kecoklat feses
an
Tabel 4.37 BAK dan BAB
99

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan I dan III pada

pemeriksaan BAK dan BAB dalam kondisi normal

3) Asuhan yang diberikan

Kunjungan Konseling
I ( 2 jam 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
postpartum) 2. Menjelaskan kepada ibu tentang
involusi uteri
3. Menjelaskan kepada ibu tentang ASI
eksklusif
4. Mengajarkan kepada ibu teknik
menyusui
5. Memberitahu ibu pola istirahat ibu
nifas

II (1 hari 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


Postpartum) 2. Memberitahu ibu tentang personal
hygiene
3. Memberitahu ibu tentang perawatan
luka jalan lahir
4. Memberitahu ibu nutrisi ibu nifas
5. Memberitahu ibu akan dilakukan
pemijatan oksitosin
6. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas
7. Memberitahu ibu jadwal kunjungan
ulang
III (6 Hari 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Postpartum) 2. Memberitahu ibu psikologis ibu nifas
3. Memberitahu ibu tentang berapa lama
masa nifas
4. Ajarkan ibu melakukan brease care
5. Memberitahu ibu tentang cara bersuci
dan kapan diperbolehkan berhubungan
suami istri kembali
6. Memberitahu ibu akan dilakukan
pengecekan benang IUD Postplasenta
Tabel 4.39 Asuhan yang diberikan
100

5. Asuhan Keluarga Berencana

Pada Ny. U umur 22 tahun P1A0Ah1 telah dilakukan pemasangan IUD

Postplasenta yaitu alat kontrasepsi yang dipasangkan dalam waktu 10 menit

setelah lepasnya plasenta (15 April 2023).

a) Tanda-tanda Vital

Tanggal TD Nadi Suhu Pernafasan


22 April 110/80 82 36,4 21
2023
Tabel 4.40 Tanda-tanda Vital

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan pada akseptor

KB hasil tanda-tanda vital dalam batas normal.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan


Kepala Bersih, tidak ada ketombe
Muka Simetris, tidak ada jerawat
Mata Simetris, kunjungtiva merah
muda, sklera putih
Mulut Bersih, tidak ada sariawan
Hidung Simetris, tidak ada polip
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
Payudara Simetris, puting susu menonjol,
ASI positif
Abdomen Tidak ada bekas operasi, kandung
kemih kosong, TFU tidak teraba
Genetalia Tidak ada bekas luka, tidak ada
Odem dan tidak ada varises, lochea
serosa
Ekstermitas kulit bersih, tidak ada odem dan
varises
Tabel 4.41 Pemeriksaan Fisik

Dari tabel diatas didapatkan bahwa pemeriksaan fisik ibu dalam batas

normal.
101

c) Asuhan yang Diberikan

Waktu Asuhan yang diberikan


22 April 2023 Cek benang IUD
Jam 22.31 WIB
Tabel 4.42 Asuhan yang diberikan

B. PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian pada Ny U umur 22 tahun G1P0A0AH0 dengan kehamilan

Normal yang dilaksanakan di PMB Kuswatiningsih pada tanggal 20 Maret 2023

sampai 27 Maret 2023. Data yang diperoleh data subyektif dan data obyektif

sebagai berikut:

1. Asuhan Kehamilan

a. Data Subyektif

1) Keluhan

Berdasarkan tabel 4.1 tentang keluhan pada kunjungan pertama

ibu mengatakan badannya pegal-pegal. Setelah dilakukan anamnesa

ibu sudah melakukan kunjungan ANC sebanyak 8 kali. Hal ini sesuai

dengan teori oleh (Ambarwati, 2011), Menyebutkan bahwa kunjungan

ANC selama kehamilan minimal 4x ke petugas kesehatan dengan

pembagian waktu 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua,

dan 2x pada trimester ketiga.

Berdasarkan tabel 4.1 tentang keluhan pada kunjungan ke II (38

minggu) ibu mengeluh kenceng-kenceng hal ini merupakan keluhan

yang normal pada kehamilan, seperti teori yang diungkapkan oleh

(Fatimah, 2019) kenceng-kenceng terjadi karena adanya peningkatan

hormone prolactin yang berfungsi untuk persiapan menyusui.


102

Kenceng-kenceng terjadi juga bisa karena kehamilan ibu sudah 38

minggu dan sudah mendekati persalinan. Cara mengatasinya yaitu ibu

bisa beristirahat sejenak dari aktivitas berat, dan menarik nafas

panjang agar rileks saat kenceng-kenceng. Hal ini sesuai dengan teori

dari (Dr. Hindarto, 2020) perut kenceng-kenceng pada TM III

disebabkan karena ukuran rahim yang semakin lamasemakin

membesar sehingga akan menekan dinding-dinding perut dan

menimbulkan keluhan perut kenceng-kenceng. Cara mengatasinya

yaitu dengan istirahat yang cukup, hindari berada dalam satu posisi

dalam waktu yang lama.

b. Data Obyektif

a) Tanda-tanda vital

Berdasarkan tabel 4.3 tentang tanda-tanda vital dapat

disimpulkan dimana kunjungan I sampai kunjungan ke II didapatkan

hasil tekanan darah berkisar 110/63 mmHg sampai 121/80 mmHg

yang menunjukkan bahwa tekanan darah normal. Hal ini sesuai

dengan teori yang diungkapkan oleh (Vivian, 2013) bahwa tekanan

darah sistoli normal 100-140 mmHg dan tekanan diastolic normal

sekitar 80-90 mmHg. Kenaikan tekanan darah dan tekanan diastole

yang mencapai >140/90 mmHg maka ibu dikatakan preeclampsia.

Pemeriksaan nadi selama kunjungan berkisar 80x-84x/menit hal

ini merupakan normal. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh (Prawiroharjo, 2010) bahwa denyut nadi normal berkisar 60-

90x/menit, nadi >100x/menit disebut tachycardi, seangkan


103

<50x/menit disebut bradikardi.

Pemeriksaan suhu selama kunjungan dalam batas normal yaitu

berkisar (36,4-36,6°C). hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh (Fatimah, 2019) bahwa suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5°C.

Suhu tubuh akan mengalami peningkatan selama kehamilan. Jika

suhu >38,0°C maka ibu dikatakan demam.

Pemeriksaan pernafasan selama kunjungan dalam batas normal

berkisar 20x/menit. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh (Rukiyah, 2010) bahwa system respirasi pada ibu hamil berubah

untuk memenuhi kebutuhan O2. Pembesaran uterus terutama pada

bulan-bulan terakhir kehamilan dimana frekuensi lebih cepat dan

kebutuhan oksigen yang meningkat kurang lebih 20% untuk

metabolisme janin.

b) Pemeriksaan Antropometri

Berdasarkan tabel 4.4 tentang pemeriksaan berat badan ibu

sebelum hamil adalah 43 kg sampai menjelang persalinan yaitu 55

kg, sehingga dapat disimpulkan ibu naik sebanyak 12 kg.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Monica, dkk. 2020)

bahwa kenaikan berat badan ibu saat hamil terdiri dari dua

komponen besar, yaitu komponen yang berhubungan langsung

dengan produk kehamilan dan komponen yang berhubungan dengan

perkembangan jaringan maternal. Pertambahan berat badan selama

kehamilan sebagian besar merupakan komponen uterus dan isinya,

payudara, peningkatan volume darah, cairan ekstraseluler


104

ekstravaskular, dan sebagian kecil diakibatkan oleh perubahan

metabolisme, seperti penambahan air selular, penumpukan lemak,

protein baru yang disebut cadangan ibu.

Berdasarkan tabel 4.4 pada kunjungan pertama dan kedua

pengukuran Lila ibu adalah 26-27 cm, hal ini menunjukan bahwa

Lingkar lengan atas ibu dalam batas normal. Pengukuran LILA

adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur.

Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan

risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan pita ukur. Apabila

LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko

KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita

itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan

keadaan tersebut ( Kemenkes RI, 2010).

c) Palpasi Leopold

Berdasarkan tabel 4.5 tentang pemeriksaan leopold, didapat

hasil pada pemeriksaan leopold I teraba bokong janin, leopold II

teraba punggung janin di sebelah kiri dan kanan ekstermitas, leopold

III teraba kepala, leopold IV sudah masuk panggung, hal ini

dikatakan normal sesuai teori yang diungkapkan oleh (Kuswanti,

2014) bahwa jika pemeriksaan leopold I jika teraba bulat lunak,

maka idealnya dibagian ini teraba bokong janin. Pemeriksaan

leopold II akan teraba bagian keras dan lebar maka diartikan sebagai

punggung janin. Pemeriksaan Leopold III normalnya bagian ini

teraba bulat, keras maka bagian terbawah ini adalah kepala.


105

Pemeriksaan Leopold IV apabila masuk hingga rongga panggul,

biasanya kepala janin akan sulit teraba.

d) Pemeriksaan TFU Leopold, TFU MC Donald, dan TBJ

Berdasarkan tabel 4.6 Tinggi Fundus uteri ibu Mc Donald pada

kunjungan I dan ke II pada umur kehamilan ke 37 minggu TFU

McDonald yaitu 28 cm dan umur kehamilan 38 minggu TFU

McDonald yaitu 31 cm. Menurut teori yang di ungkapkan oleh (sari,

Anggita dkk, 2015) tinggi fundus uteri ibu hamil dengan umur

kehamilan 38-40 minggu yaitu sebesar 33 cm sampai 37 cm,

sehingga dapat disimpulkan bahwa Tinggi Fundus Uteri ibu tidak

sesuai dengan umur kehamilan.

Berdasarkan Tabel 4.6 Tinggi Fundus Uteri (TFU) ibu pada

kunjungan pertama umur kehamilan 37 minggu yaitu 2 jari bawah

Px dan pada kunjungan kedua 38 minggu yaitu 3 jari bawah Px.

Menurut Kriebs Gegor dalam (Jamil, 2016) Tinggi Fundus uteri ibu

pada kehamilan 36-38 adalah 1 jari di bawah Prosesus xifoideus, dan

umur kehamilan 40 minggu yaitu 2-3 jari di bawah Prosesus

xifoideus.

Pada kunjungan I dan II Taksiran Berat Janin ibu dalah 2.635-

3.100 gram. Menurut Saifuddin dalam (Ifalahma & Wulandari,

2015) berat badan bayi baru lahir normal adalah sekitar 2500- 4000

gram. Jika terlalu kecil dikhawatirkan organ tubuhnya tidak dapat

tumbuh dengan sempurna sehingga dapat membahayakan kondisi

bayi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa janin ibu memiliki


106

taksiran berat janin dalam batas normal.

e) Denyut Jantung Janin

Berdasarkan tabel 4.7 tentang denyut jantung janin. Pada

pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) pada kunjungan I sampai II

berkisar antara 145-150x/menit dihitung sekama 1 menit penuh

caranya dengan tangan kiri memegang arloji tangan kanan

memegang nadi ibu, dapat disimpulkan bahwa kunjungan I sampai II

denyut jantung janin dalam batas normal.

Hal ini sesuai dengan teori menurut (Kusmiyati, 2011) bahwa

DJJ normal 120-160x/menit, dikatakan takikardi apabila lebih dari

160x/menit dan dikatakan bradikardi bila kurang dari 120x/menit.

Denyut jantung janin kurang dari 120x/menit dan lebih dari

160x/menit waspadai terjadi gawat janin. Denyut jantung janin

dianggap sebagai faktor untuk mengukur kesejahteraan janin. Salah

satu faktor yang mempengaruhi DJJ diantaranya yaitu kecemasan

selama kehamilan. Jika ibu hamil selama kehamilannya cemas, maka

denyut jantungnya akan meningkat.

f) Pemeriksaan Laboratorium ( HB, Protein urin, Glukosa urin)

Berdasarkan tabel 4.9 pada kunjungan I di dapat HB ibu yaitu

12,5 gr%. Hasil menunjukan HB ibu normal. Sedangkan

pemeriksaan protein urin ibu dan glukosa urin ibu negatif.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Manuaba,

2010) bahwa HB normal adalah 11gr%, anemia ringan 9-10gr%,

anemia sedang 7-8gr%, dan anemia berat kurang dari 7gr%. Fungsi
107

HB pada kehamilan untuk menyuplai oksigen ke seluruh jaringan

tubuh. Tujuan pemeriksaan HB pada kehamilan adalah untuk

mengetahui kadar HB jika dibawah 11gr% maka ibu tersebut

mengalami anemia. Anemia menurut teori yang diungkapkan

(Susanto, dkk, 2017) anemia merupakan penyakit kekurangan sel

darah merah. Apabila jumlah sel darah merah berkurang, asupan

oksigen dan aliran darah menuju otak juga semakin berkurang.

Selain itu sel darah merah juga mengandung hemoglobin yang

berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Apabila hal

tersebut terjadi, seseorang dapat merasakan pusing bahkan pingsan.

Menurut (Aryanti, 2017) anemia pada kehamilan sangat

berbahaya bagi ibu dan janinnya. Dampak anemia pada ibu hamil

adalah abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang

janin dalam rahim, rentan terkena infeksi, perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini, saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan

HIS, kala pertama dalam persalinan dapat berlangsung lama dan

terjadi premature terlantar, pada nifas bisa terjadi subinvolusi uteri

yang menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi

puerperium, serta berkurangnya produksi ASI.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin <11gr%, pada trimester II kadar hemoglobin <10,5gr%.

Anemia kehamilan disebut "potentional danger to mother and child'

(potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam


108

pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010).

Berdasarkan tabel 4.8 tentang pemeriksaan protein urine pada

kunjungan pertama didapatkan hasil negative, kunjungan kedua

didapatkan hasil protein urine negative, dan kunjungan ketiga tidak

dilakukan pemeriksaan protein urine hal ini dikatakan normal sesuai

dengan teori (Dartiwen, dkk 2019) mengungkapkan protein urine

bertujuan untuk mengetahui kadar protein urine dan juga dapat

mengetahui apakah ibu mengalami preeklampsia yang ditandai

dengan adanya tekanan darah tinggi, oedem, dan terdapat protein

dalam urine timbul karena kehamilan.

Berdasarkan tabel 4.8 tentang pemeriksaan glukosa urine pada

kunjungan pertama didapatkan hasil glukosa urine negative, pada

kunjungan kedua didapatkan hasil glukosa urine negative dan pada

kunjungan ketiga tidak dilakukan pemeriksaan glukosa urine hal ini

dikatakan normal sesuai dengan teori (Dartiwen, dkk 2019) bahwa

pemeriksaan glukosa urine bertujuan untuk mendiagnosa penyakit

diabetes gestasional, yaitu suatu intoleransi karbohidrat yang terjadi

atau pertama kali diketahui saat kehamilan berlangsung.

g) Pijat ibu hamil

Pijat ibu hamil untuk mengurangi spasme otot yang dialami oleh

ibu hamil dapat menggunakan dua cara yaitu dengan terapi

farmakologi dan non farmakologi.Terapi non farmakologi adalah

terapi yang tanpa menggunakan obat-obatan kimia atau yang disebut

dengan pengobatan komplementer (Kartikasari dan Nuryanti, 2016).


109

Terapi pijat ibu hamil atau massage ibu hamil merupakan suatu

teknik dengan sentuhan pada beberapa bagian tubuh yaitu pada

tangan, kaki, punggung yang bertujuan untuk meringankan rasa tidak

nyaman selama masa kehamilan berlangsung (Diana, 2017). Pijat ibu

hamil dilakukan pemijatan dibagian tangan, kaki, punggung,

tengkuk. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemijatan ibu

hamil berkisar 10-15 menit. Pijat ibu hamil dilakukan pada beberapa

bagian tubuh antara lain kaki, punggung, tangan, wajah dengan

durasi kurang lebih 10-15 menit alasan diberikan pemijatan pada ibu

hamil adalah untuk mengurangi ketegangan pada badan ibu dan

membuat lebih rileks.

h) Yoga ibu hamil

Melakukan latihan yoga pada saat hamil, akan mempersiapkan

tubuh maupun pikiran untuk siap dan tegar menghadapi persalinan.

Manfaat yoga antenatal dikatakan dapat memudahkan proses

persalinan, mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental sang

ibu untuk menghadapi persalinan, melancarkan sirkulasi darah dan

asupan oksigen ke janin, selain itu dengan melakukan yoga dapat

melatih otot otot tubuh melalui gerakan tubuh disertai teknik

pengaturan nafas dan pemusatan konsentrasi, fisik akan lebih sehat,

bugar, kuat dan emosi akan lebih stabil. Yoga yang dilakukan selama

kehamilan akan mengurangi terjadinya komplikasi (Wiadnyana,

2011).

Alasan diberikannya yoga yaitu karena ibu sudah mendekati


110

masa persalinan, dan sudah merasakan kenceng- kenceng. Yoga

tidak hanya mengajarkan tentang gerakan senam, tapi juga cara

mengatur pernafasan dan relaksasi. Agar ibu tidak cemas dan

mampu melewati persalinan dengan baik.

2. Asuhan Persalinan

a. Data Subyektif

1) Keluhan

Berdasarkan tabel 4.10 Asuhan Kebidanan pada ibu

bersalin Ny U dilakukan dengan melakukan pemantauan dalam

proses persalinan yaitu kala I, kala II, kala III, sanapai kala IV.

Data diperoleh berdasarkan data subyektif yaitu data yang

diperoleh dari keterangan pasien, buku KIA, dan rekam medis

sedangkan data objektif dari hasil pemeriksaan. Hasil yang

diperoleh adalah:

Data subyektif yang ditemukan pasien mengatakan

sekarang berusia 22 tahun yang merupakan masa reproduksi

sehat adalah antara 20-35 tahun sejalan dengan teori (Jidah,

2018) usia 20-35 tahun merupakan usia ideal untuk hamil dan

melahirkan, namun pada periode ini diharapkan wanita dapat

menjarangkan kehamilan dengan jarak dua kehamilan antara

empat sampai lima tahun. Dengan usia kehamilan 40 minggu 5

hari yang merupakan kehamilan cukup bulan untuk melakukan

persalinan normal menurut ( Sarwono, 2011) kehamilan cukup

bulan adalah 37-40 minggu 6 hari.


111

Pada tanggal 15 April 2023 pukul 13:35 WIB pasien

datang ke PMB Kuswatiningsih diantar oleh suami dan

keluarganya. Ny. U mengeluh kenceng-kenceng teratur sejak

sore pada pukul 13:00 WIB disertai pengeluaran lendir

bercampur darah sedikit pada celana dalam. Kencang-kencang

pada Ny U merupakan hal yang normal karena kehamilan sudah

cukup bulan menurut teori yang dikemukakan oleh (Rohani

dalan Ii et al., 2015) ada beberapa teori tentang kontaksi yang

dialami ibu antara lain adalah pertama, teori distensi rahim

yaitu otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus terus membesar dan

menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.

Kedua, teori penurunan progesteron adalah proses penuaan

plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron

mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitive

terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

Ketiga, teori oksitosin adalah internal oksitosin dikeluarkan

oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan

esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot

rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.


112

Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas

sehingga persalinan dimulai.

Keempat, teori prostaglandin yaitu konsentrasi

prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang

dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil

dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai

pemicuterjadinya persalinan.

b. Data Objektif

1) Kala I

a) Tanda-tanda vital

Berdasarkan tabel 4.11 tentang tanda-tanda vital Ny U

dalam keadaan normal 111/76 mmhg, nadi berkisar 82-

88x/menit, respirasi 20-21x/menit suhu 36,5- 36,7oC

Menurut (Sumarah,2011) ada sedikit peningkatan tanda

tanda vital selama proses persalinan kala 1 yangn Pertama

tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikansistolik rata-rata 10 sampai 20 mmH dan kenaikan

diastolik rata-rata 5 sampai 10 mmg. Diantara kontraksi-

kontraksi uterus, tekanan darah akan turn seperti sebelum

masuk persalinan dan akan naik lagi
 bila terjadi kontraksi.

Kedua suhu badan sedikit meningkat selama persalinan

dan suhu akan mencapai tertinggi selama persalinan


113

maupun setelah persalinan.
 Kenaikan normal selama tidak

melebihi 0,5 hingga 1 derajat celcius. Ketiga denyut jantung

diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama

periode persalinan atau sebelum mask persalinan. Denyut


jantung yang sedikit naik merupakan kenaikan yang normal,

meskipun
 demikian perl pemeriksaan secara berkala

untadanyauk mengidentifikas infeksi. Keempat pernafasan

terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum


persalinan yang disebaban adanya rasa nyeri, kekhawatiran

serta penggunaan teknik pernafasan yang salah.

b) Pemeriksaan Leopold

Berdasarkan tabel 4.12 tentang Pemenksaan Loepold di

dapatkan leopold I terdapat bokong. leopold II Puki,

leopold III kepala, leopold IV kepala sudah masuk masuk

panggul, dan kepala sudah tidak dapat digoyangkan yang

diketahui pada saat pemeriksaan leopold I,II,III dan

diperkuat dengan pemeriksaan leopold IV dimana ujung

kedua tangan pemeniksa tidak bertemu dan hasilnya

adalah divergent. Dan tafsiran berat badan janin (TBJ)

3,100 gram, Menurut Saifuddin dalam (Ifalahma &

Wulandari, 2015) berat badan bayi baru lahir normal adalah

sekitar 2500-4000 gram. Sehingga dapat disimpulkan


114

bahwa taksiran berat janin ibu normal.

c) Denyut Jantung Janin

Berdasarkan tabel 4.13 Berdasarkan tabel 4.4 tentang

denyut jantung janin observasi seriap 30 menit sekali.

Denyut jantung janin di ukur dengan menggunakan dopler.

Frekuansi normal adalah 120-160 kali permenit.

(Kusmiyati, 2011) Dari hasil pemeriksaan DJJ dapat di

simpulkan bahwa kisaran denyut jantung janin (DJJ) Ny. U

dalam batas normal.

d) Kontraksi/His

Berdasarkan tabel 4.14 tentang kontraksi, di dapat hasil

observasi kontraksi/His pada Ny. U setiap 1 jam sekali

untuk mengetahui kesejahteraan janin. Di dapatkan hasil

kontaksi pada pukul 13.35 WIB adalah sebanyak 2x dengan

durasi 35 detik selama 10 menit sedang, kemudian

mengalami peningkatan hingga pada pukul 21.35 WIB his

sebanyak 5x dengan durasi 45 detik selama 10 menit dan

kuat. Dari hasil observasi kontraksi yang di lakukan di

dapatkan kontraksi Ny. U adalah normal. Menurut

Yanti(2010), his adalah kontraksi uterus karena otot-otot

polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan

sifat- sifat : kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian

diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim

menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.


115

Kavum uteri menjadi lebih kecil janin dan kantong amnion

kerah bawah rahim dan serviks.

e) Pemeriksaan Dalam

Berdasarkan tabel 4.15 tentang pemeriksaan dalam di

lakukan sebanyak 3 kali pemeriksaan dalam pada pukul

13.35 WIB di dapatkan hasil vulva uretra tenang, dinding

vagina licin, portio lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban

(+), presentasi belakang kepala, penurunan kepala Hodge

III, air ketuban (-), stld (+) 17.35 WIB di dapatkan hasil

vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak,

pembukaan 5 cm, selket (+), presbelkep, penurunan pd

Hodge III+, UUK jam 1, moulage 0, air ketuban (-), stld

(+). Pada pukul 21.35 WIB atas indikasi nyeri perut

bertambah dan kencang - kencang semakin kuat, di

dapatkan hasil vulva uretra tenang, dinding vagina licin,

portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selket (-),

presbelkep, penurunan pd Hodge IV, UUK jam 12,

moulage 0, air ketuban (+), stld (-)

Hasil pemeriksaan Ny. U adalah fisiologis karena ini

merupakan kehamilan keduanya di mana menurut (Jannah,

2014) Penurunan Kepala, Molage, Air Ketuban.

Berdasarkan tabel 4.16 tentang penurunan kepala di

dapat kan hasil penurunan kepala pada pemeriksaan


116

pertama pada pukul 13.35 WIB di hodge III, pada

pemeriksaan kedua yang di lakukan pada pukul 17.35 WIB

di hodge III+ dan pada pemeriksaan dalam ketiga yang

dilakukan pada pukul 21.35 WIB di hodge IV Pada

primigravida menurut (Jannah, 2015), masuknya kepala ke

dalam pintu atas panggul biasanya telah terjadi pada bulan

terkhir kehamilan. Akan tetapi, pada multigravida, hal itu

baru terjadi pada saat persalinan. Masuknya kepala ke

dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya di sertai dengan

sutura sagitalis yang melintang dan refleksi yang ringan.

Hasil pemeriksaan penurunan kepala janin adalah normal

karena mengalami penurunan kepala dari pemeriksaan

pertama dan kedua.

Berdasarkan tabel 4.16 tentang molage atau

penyusupan yang dilakukan pada saat pemeriksaan dalam

didapatkan hasil tidak ada Penyusupan (0). Penyusupan

adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi

dapat menyesuai-kan diri dengan bagian Keras Panggul

ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang

tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi

tulang panggul (CPD). Ketidak mampuan akomodasi akan

benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup

tidak dapat dipisahkan. Menurut (Depkes RI, 2016)

Indikator yang di gunakan adalah, 0: tulang-tulang kepala


117

janin terpisah sutura dengan mudah dapat dipalpasi, 1:

tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan, 2:

tulang- tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih

dapat dipisahkan, 3: tulang-tulang kepala janin tumpang

tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil yang di dapatkan

pemeriksaan dalam tidak di temukan adanya penyusupan

kepala pada janin/ Moulage atau penyusupan adalah 0.

Berdasarkan tabel 4.16 tentang air ketuban, pada

pukul 13.35 WIB dan 17.35 WIB dilakukan pemeriksaan

dalam dan didapat hasil air ketuban masih utuh. Ketuban

akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir

atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan

ketika pembukaan sudah lengkap. Nilai air ketuban setiap

kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air

ketuban jika selaput ketuban pecah. U: Ketuban utuh

(belum pecah), J: Ketuban sudah pecah dan air ketuban

jernih, M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

meconium, D: Ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah, K: Ketuban sudah pecah dan tidak

ada air ketuban ("kering"). Ketuban pecah maka

ditargetkan persalinan dapat beralngsung dalam 24 jam.

2) Kala II

a. Pemeriksaan Kala II

1. Pemeriksaan Kala II
118

Kala II merupakan kala pengeluaran bayi dimulai

dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus

dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran

akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Diagnosis persalinan ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati,

2013 ).

Berdasarkan tabel 4.17 Menurut (Prawirohardjo,

2012) kala II dimulai dengan pembukaan lengkap

serviks 10 cm dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala

II ditandai dengan kepala janin yang telah turun masuk

keruang panggul sehingga ada rasa ingin meneran,

perineum menonjol, vulva vagina, dan anus membuka,

jumlah pengeluaran air ketuban meningkat, his lebih

kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali, pembukaan

sudah lengkap 10 cm. sesuai dengan yang dikeluhkan

Ny.U yaitu ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin

bertambah dan ibu mengatakan ada dorongan ingin

segera meneran dan rasa seperti ingin BAB pada

reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Tekanan pada

rectum dan anus terbuka, serta vulva membuka dan


119

perenium menegang.

Hal ini sesuai dengan yang di keluhkan Ny. U yaitu

ibu mengatakan nyeri perut bertambah dan kencang

kencang semakin kuat, ada rasa dorongan yang kuat

untuk meneran saat kontaksi terjadi pada pukul 21.35

WIB. Setelah di lakukan pemeriksaan terdapat tanda-

tanda kala II yaitu adanya dorongan untuk meneran,

terdapat tekanan pada anus perinium menonjol dan

vulva membuka. Setelah di lakukan pemeriksaan dalam

pada Ny. U di dapatkan hasil. vulva uretra tenang,

dinding vagina licin, portio lunak, pembukaan 10 cm,

selket (-), presbelkep, penurunan pd Hodge IV, UUK

jam 12, moulage 0, air ketuban (+), stld (-).

Kemudian memimpin ibu untuk mengejan pada

saat ada His, mendatangkan pendamping selama proses

melahirkan yakni suami Ny.U memberitahu ibu cara

meneran yang benar dan pada saat tidak ada his ibu

dapat minum sebagai pemenuhan nutrisi dan penjaga

privasi pasien.

3) Kala III

Kala III atau pelepasan uri adalah periode yang di mulai

ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya

sudah di lahirkan pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus,


120

memberitau ibu bahwa ia akan disuntik segera (dalam 1 menit

pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada

1/3 bagian atas paha bagian luar. Setelah itu tunggu sampai

terjadi tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang,

uterus teraba globuler, semburan darah singkat.

Kemudian tangan kiri bidan berada diatas tepi atas sympisis

mendorong kearah dorsokranial, tangan kanan mengarahkan

kearah sumbu ibu, saat plasenta sudah berada didepan vulva

tangkap dengan kedua tangan dan putar sarah jarum jam agar

tidak ada bagian placenta yg tertinggal, plasenta lahir lengkap

pada pukul 22.17 WIB dan mengecek kelengkapan kotiledon

dan selaput ketuban. Setelah di pastikan kotiledon dan selaput

ketuban lengkap bidan mengobservasi Tinggi Fundu Uterus

(TFU), perdarahan, kontraksi luka jalan lahir, dan mengajarkan

ibu massase perut. Lama kala III pada primigrafida dan

multigrafida hampir sama berlangsung kurang lebih 10 menit.

Dari hasil pemeriksaan Ny. U Lama Kala III adalah 10 menit

adalah normal, lama kala III pada primigrafida dan multigrafida

hampir sama berlangsung kurang lebih 10 menit (Sulistyawati,

2013).

4) Kala IV

a) Observasi Kala IV

Berdasarkan tabel 4.19 observasi kala IV pada


121

persalinan Ny. U adalah observasi 2 jam post partum.

Observasi 2 jam post partum bertujuan untuk mencegah

terjadinya komplikasi pada ibu pasca bersalin yang

disebabkan oleh infeksi, perdarahan, dan eklamsi post

partum. Selain observasi asuhan yang di berikan pada saat

kala IV adalah pemantauan observasi 2 jam postpartum ini

meliputi pemantauan perdarahan, kontraksi uterus, serta

tanda vital. Observasi 2 jam post partum dilakukan setiap

15 menit pada 1 jam pertama post partum dan 30 menit

pada 1 jam kedua post partum. Hasil pemantauan 2 jam

kala IV Ny. U di simpulkan dalam batas normal, total

perdarahan selama 2 jam pemantauan. Tekanan darah

dalam batas normal, nadi 85-86 x/menit, dan suhu dari

36,3°c, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong,

perdarahan 100cc.

Menurut (manuaba,2010) kala IV dimaksudkan

untuk melakukan observasi karena pendarahan post partum

paling sering terjadi 2 jam pertama.Observasi yang

dilakukan meliputii tingkat kesadaran

penderita,pemeriksaan tanda tanda vital : tekanan darah,

nadi dan pernafasan,kontraksi uterus ,terjadi pendarahan

pendarahan dianggap mash normal jika jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500cc (manuaba,2010).

b) Lama Persalinan dan perdarahan


122

Berdasarkan tabel 4.20 tentang Lama persalinan Ny.

U berlangsung selama 8 jam 44 menit mulai dari kala I

sampai dengan kala IV kala I berlangsung selama 8 jam

menurut teori (Siswosudarmo, 2010) pada primigravida

kala I berlangsung selama 8-12 jam. Lama persalinan kala II

berlangsung selama 32 menit tidak megalami kesenjangan

waktu yang banyak, sesuai lama kala II menurut

(Siswosudarmo, 2010) berlangsung sekitar 1/2 jam atau 30

menit. Sedangkan pada kala III berlangsung selama 10

menit sesuai dengan (APN, 2014) lama kala III adalah 10

menit. Dan kala IV selama 2 jam, sesuai observasi kala IV

selama 2jam.

Berdasarkan tabel 4.20 Darah yang keluar pada kala

I sampai IV adalah sebanyak ±320 cc. Pada kala II

sebanyak ±100 cc, kala III ±120 cc. Menurut

(Siswosudarmo, 2010) jumlah darah pada Kala III yang

keluar setelah janin lahir rata-rata berkisar dari 200-400 ml.

bila lebih dari 500 ml maka di anggap patologis dan di

kenal dengan perdarahan postpartum. Dan kala IV sebanyak

±100 cc selama observasi 2 jam postpartum. Darah yang

keluar paling banyak terjadi pada kala IV saat penjahitan

luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pemeriksaan pada Ny. U

darah yang keluar dari kala I sampai III adalah normal,

pengeluaran darah sebanyak ±220 cc dan pada kala IV


123

adalah ±100cc.

c) Asuhan komplementer yang diberikan

Pertama endorphin massage merupakan sebuah

terapi sentuhan atau pijatan ringan yang cukup penting

diberikan pada ibu hamil di waktu menjelang hingga

saatnya melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh

untuk melepaskan senyawa endorfin yang merupakan

pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman.

Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak

manfaatnya.

Manfaat endorphin massage antara lain, membantu

dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran nyeri dengan

meningkatkan aliran darah ke area yang sakit, merangsang

reseptor sensori di kulit dan otak dibawahnya, mengubah

kulit, memberikan rasa sejahtera umum yang dikaitkan

dengan kedekatan manusia, meningkatkan sirkulasi lokal,

stimulasi pelepasan endorfin, penurunan katekiolamin

endogen rangsangan terhadap serat eferen yang

mengakibatkan blok terhadap rangsang nyeri.

Hal ini sejalan dengan teori (Lany,2013)

endorphine massage merupakan sebuah terapi sentuhan

atau pijatan ringan yang merangsang tubuh melepaskan

senyawa endorphine. Endorphine massage ini sangat

bermanfaat karena dapat memberikan kenyamanan, rasa


124

rileks dan juga ketenangan sehingga nyeri dapat berkurang.

Kedua memberikan ibu nipple stimulation hal ini

dilakukan agar pembukaan persalinan ibu cepat bertambah,

karena memberi ibu nipple stimulation membuat kontraksi

ibu bertambah dan dapat mempercepat proses persalinan.

Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang

terjadinya pembukaan, baik secara farmakologis maupun

non farmakologis. Metode nonfarmokologi yang bisa

digunakan untuk merangsang pelepasan oksitosin secara

alamiah, salah satunya dengan menggunakan metode nipple

stimulation. Stimulasi ini dapat mengurangi lamanya proses

persalinan kala I fase aktif, karena dapat memicu pelepasan

hormon oksitosin sehingga merangsangotot polos uterus

untukmeningkatkan kekuatan dan frekuensi kontraksi otot

uterus untuk mendorong janin lebih kuat menuju serviks

sehingga pembukaan serviks terjadi lebih cepat

(Mozurkewich et al., 2011).

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Data Subyektif

a) Keluhan

Berdasarkan tabel 4.24 pada kunjungan BBL 0 jam tidak

ada keluhan dan bayi sudah BAB, pada kunjungan ke II ibu

mengatakan bayinya sudah menyusu, namun belum BAK.

Dikunjungan ke III ibu mengatakan bahwa bayinya sehat sudah


125

BAB, dan BAK, dan tali pusat sudah lepas.

2. Data obyektif

a) Apgar Score

Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa apgar skore

bayi baru lahir pada menit pertama 9, menit kelima 10 dan menit

kesepuluh adalah 10. Apgar skore pada bayi Ny U dalam

keadaan normal. Hal tersebut dilihat dari teori, Dewi (2012)

dimana ciri-ciri bayi baru lahir dengan apgar skore 7-10.

Menurut Dewi (2012) apgar skore dinilai dari warna kulit,

denyut jantung, tonus otot, aktifitas, dan pernafasan. Penilaian

ini di gunakan untuk menilai bayi asfiksia atau tidak. Aspek

yang dinilai adalah warna kulit, nilai 2 jika warna kulit seluru

tubuh bayi kemerahan, nilai 1 jika seluruh tubuh merah dan

pada ekstermitas kebiruan, dan nilai 0 jika seluruh tubuh biru.

Denyut jantung normar 100-160x/menit, aspek yang dinilai dari

denyut jantung bayi adalah nilai 2 jika >100x/menit, nilai 1 jika

<100x/menit dan nilai 0 jika tidak ada denyut jantung. Untuk

mengetahut detak jantung bayi dapat dilakukan dengan

menggunakan stetoskop, diletakan pada data bagian atas sebelah

kiri. Aktifitas pada bayi dapat di nilai dengan angka 2 jika

gerakan aktif dan fleksi sempurna, nilai angka 1 jika sedikit

gerakan dan sebagian fleksi, nilai angka 0 jika lemah atau tidak
126

bergerak. Pernafasan dinilai dari tangisan bayi, diberikan angka

2 jika bayi menangis kuat, beri angka 1 jika menangis lemah

atau nafas mengap-mengap, beri angka 0 jika bayi tidak ada

respon terhadap stimulus atau diam.

b) Reflek bayi

Hasil pemeriksaan reflek pada Bayi Ny. U positif dan bisa

dikatakan normal. Hal ini menandakan bayi tersebut tidak ada

masalah dalam sistem saraf. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

menurut (Dewi, 2010) reflek moro pada bayi positif yang

ditandai dengan menggerakkan kedua tangan seperti gerakan

memeluk saat diberi rangsangan mendadak, reflek ini akan

hilang diusia 3-6 bulan, bila tidak ada respon atau menetap

kemungkinan menunjukkan adanya fraktur atau cidera pada

bagian tubuh tertentu.

Reflek rooting pada bayi postif yang ditandai dengan

bayi menoleh saat pipinya disentuh, reflek ini akan menetap

pada usia 3-4 bulan, bila tidak ada respon atau menetap

kemungkinan ada kelainan motoric. Reflek sucking pada bayi

positif ditandai dengan bayi berusaha menghisap jika ada yang

menyentuh pipinya, reflek ini akan menghilang usia 3-4 bulan

bila menetap atau tidak ada respon kemungkinan saluran

pernafasan dan kelainan pada mulut termasuk pada langit-langit

mulut. Reflek graping pada bayi positif ditandai dengan tangan

bayi menggenggam dengan kuat, reflek ini menetap diusia 1-2


127

tahun bila tidak ada respon atau menetap kemungkinan ada

kelainan pada saraf otak. Reflek babynsky pada bayi positif

ditandai dengan jari-jari kaki membuka bila disentuh, reflek ini

akan menetap diusia 1-2 bulan namun bila tidak ada respon atau

menetap kemungkinan menunjukkan kelainan pada saraf otak.

Reflek tonic neck bayi positif ditandai dengan saat kepala bayi

menoleh dalam posisi ditelengkupkan akan tampak gerakan

berlawanan arah antara kepala dan tubuhnya, reflek ini akan

hilang diusia 7 bula bila waktu lahir menunjukkan respon yang

stereotip (justru searah) bertandakerusakan otak berat.

c) Tali Pusat Bayi

Sesuai dengan hasil pemeriksaan tali pusat bayi Ny. U

tidak ada infeksi dan tali pusat sudah puput atau lepas pada

hari ke tiga. Hal ini sesuai dengan teori perawatan tali pusat.

Perawatan tali pusat harus dalam keadaan bersih dan terhindar

dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar

akan berdampak positif yaitu tali pusat akan lepas pada hari ke

5-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan perawatan tali pusat yang

tidak benar akan mengalami penyakit tetanus neonatorum dan

dapat mengakibatka kematian pada bayi (Depkes, 2011).

d) Antropometri

Antropometri Bayi Ny. U dapat dikatakan normal dan

sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi

baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dengan kehamilan


128

37-42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram dan tanpa tanda-tanda asfiksia dan penyakit penyerta

lain (Wahyuni, 2011).

Berdasarka hasil pemeriksaan berat badan Bayi Ny. U umur

0 jam 3,100 gram, umur 7 jam 3,100 gram, umur 6 hari 3,150

gram.

e) Eliminasi

Bayi Ny. U buang air kecil pertama kali pada usia 7 jam

hasil ini sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir sebaiknya

berkemih dalam waktu 24 jam setelah kelahiran (Wahyuni,

2011) dan normalnya bayi akan BAK 5-6 kali perhari dan BAB

3-4 kali per hari.

Pada Kunjungan 0 jam bayi sudah BAB. Pertumbuhan bayi

dipengaruhi oleh faktor asupan gizi pada bayi, yaitu jika

pemberian ASI terpenuhi maka eliminasi akan normal,

keunggulan dan manfaat pemberian ASI colostrum yaitu

mengandung zat kekebalan terutama ASI untuk melindungi bayi

dari berbagai infeksi terutama diare,membantu mengeluarkan

mekoniumyaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam

kehijauan, laktoferin pada asi sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan tubuh yang mengikat zat besidisaluran

pencernaan (Marmi, 2015).

f) Asupan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan tabel 4.28 hasil pemenuhan kebutuhan cairan


129

Bayi Ny U dalam batas normal dan sudah terpenuhi. Setelah

bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi

akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,

menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60

dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu

dari satu payudara (Kementerian KesehatanRI, 2012).Pada bayi

Ny. U IMD berhasil pada menit ke 8 bayi harus disusui segera

mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam pertama) dan

dilanjutkan selama 6 bulan pertama, kolostrum harus diberikan

tidak boleh dibuang. Bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6

bulan pertama, hal ini berarti tidak boleh memberikan makanan

apapun pada bayi selain ASI tersebut. Bayi harus disusui kapan

saja ia mau (on demand) akan merangsang payudara

memproduksi ASI yang adekuat. Untuk mendapatkan ASI

dalam jumlah cukup, seorang ibu perlu menjaga kesehatanya

sebaik mungkin, makan dengan giziseimbang, dan istirahat yang

cukup. Bayi perlu minum dalam jumlah cukup, jumlah rata-rata

susu seorang bayi cukup ASI selama 2 minggu pertama

sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam.

Hal ini sejalan dengan teori (Wiji,2013) ASI Eksklusif

adalah menyusui bayi secara murni, yang dimaksud secara


130

murni adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan apapun dan tanpa pemberian makanan

tambahan lain.

3.) Asuhan Komplementer

Memberikan field massage pada bayi Ny . U di bagian

dahi, pertengahan alis, perut bayi dengan usapan lembut hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kerja organ-organ pencernaan

hal ini sesuai dengan teori dari (Qamariah, Andaruni, dan

Alasiry 2018) Field massage adalah memfokuskan pemberian

stimulasi pada area dada dan perut. Masage ini dapat

meningkatkan kerja organ-organ pencernaan dan proses

menelan pada neonatus sehingga terjadi peningkatan

metabolisme dalam tubuh.

4. Asuhan Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelm

hamil Puerperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa

postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari

Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-

organ yang berkaitan dengan kandungan (Asih dan Risneni, 2016). Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari). Data yang diperoleh ketika ibu masih

berada di PMB Kuswatiningsih yaitu pada 2 jam post partum pertama, 7

jam post partum pertama, 6 hari postpartum.


131

1) Data Subyektif

a. Keluhan

Berdasarkan tabel 4.30 pada pemeriksaan 2 jam dan 7

jam hasil pemeriksaan ibu mengatakan perutnya mules. Pada

kunjungan hari ke 6 ibu mengatakan kelelahan mengurus

bayinya. Mules yang dirasakan ibu merupakan hal fisiologis

dimana proses kembalinya uterus dalam bentuk sebelum

hamil(Asih dan Risneni, 2016). Pada kunjungan hari ke 9 ibu

mengeluh kelelahan mengurus bayinya. Menurut (Anita, 2014)

perubahan psikologis pada masa nifas terjadi karena pengalaman

selama persalinan, tanggungjawab peran sebagai ibu, adanya

anggota keluarga baru (bayi), dan peran baru sebagai ibu bagi

bayi.

Hubungan awal antara orang tua dan bayi (bounding

attachment) dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk status

sosial ekonomi ibu, budaya, pengalaman melahirkan dan riwayat

keluarga. Adaptasi psikologis post partum, ibu biasanya

mengalami penyesuaian psikologis selama masa nifasnya. Ibu

yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme

penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik dan

ketidaknyamanan selama masa nifas termasuk kebutuhan untuk


132

mengembalikan figur seperti sebelum hamil serta perubahan

hubungan dengan keluarga.

Adapun beberapa tahapan psikologis ibu nifas Menurut

(Yanti & Sundawati, 2011) Fase-fase yang akan dialami oleh

ibu pada masa nifas antara lain yang pertama adalah Fase taking

in Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah

melahirkan. Ibu fokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung

pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,

kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah

istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini

adalah : Kekecewaan pada bayinya ,Ketidaknyamanan sebagai

akibat perubahan fisik yang dialami,rasa bersalah karena belum

bisa menyusui bayinya,kritikan suami atau keluarga tentang

perawatan bayinya. Kedua, Fase taking hold Fase ini

berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah

tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi

yang baik, dukungan dan pemebrian penyuluhan/pendidikan

kesehatan tentang perawatan luka jahitan, senam nifas,


133

pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-

lain. Ketiga adalah Fase letting go Fase ini merpuakan fase

menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat

menyesuaikan siri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi

peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa

percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan dirinya dan bayinya. Kebutuhan akan istirahat masih

diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

2) Data Objektif

Berdasarkan tabel 4.32 tentang tanda-tanda vital dapat

disimpulkan dimana kunjungan I sampai kunjungan ke III

didapatkan hasil tekanan darah berkisar 100/70 mmHg sampai

120/80 mmHg yang menunjukkan bahwa tekanan darah bu normal.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Vivian, 2013)

bahwa tekanan darah sistoli normal 100-140 mmHg dan tekanan

diastolic normalsekitar 60-90 mmHg.

Pemeriksaan nadi selama kunjungan berkisar 80x/menit hal

ini merupakan normal. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh (Prawiroharjo, 2010) bahwa denyut nadi normal berkisar 60-

90x/menit, nadi >100x/menit disebut tachycardi, seangkan

<50x/menit disebut bradikardi.

Pemeriksaan suhu selama kunjungan dalam batas normal

yaitu berkisar (36,3-36,4°C). hal ini sesuai dengan teori yang


134

diungkapkan oleh (Fatimah, 2019) bahwa suhu tubuh normal adalah

36,5-37,5°C. Suhu tubuh akan mengalami peningkatan selama

kehamilan. Jika suhu >38,0°C maka ibu dikatakan demam.

Pemeriksaan pernafasan selama kunjunngan dalam batas

normal berkisar (19-20x/menit). Hal ini sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh (Martalia, 2017) bahwa respirasi normal berkisar

antara 18-24 x/ menit. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan

normal. Dikarenakan ibu dalam masa pemulihan/ kondisi istirahat.

Bila ada respirasi cepat pada postpartum (>30x/menit) mungkin

karena adanya tanda-tanda syok.

Pada mata ibu berdasarkan tabel 4.33 warna konjungtiva dan

sklera ibu pada 2 jam post partum sampai 9 minggu post partum

konjungtiva merah muda dan sklera berwarna putih. Hal yang dialami

ibu normal karena menurut Khatijah, dkk (2010) mengatakan

konjungtiva merupakan lekukan pada mata, normalnya konjungtiva

itu berwarna kemerahan, pada keadaan tertentu (misal pada anemia)

konjungtiva akan bewarna pucat yang disebut dengan konjungtiva

anemis.

Pada payudara ibu berdasarkan tabel 4.34, ASI kolostrum

sudah keluar lancar pada 2 jam, 7 jam. Kolostrum merupakan cairan

pertama yang diperoleh oleh bayi dari ibunya. Kolostrum

mengandung protein, mineral dan kaya akan antibodi dibandingkan

ASI yang sudah matang. Kolostrum merupakan cairan dengan

viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. ASI mulai ada


135

kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4. Kolostrum berubah menjadi

ASI yang matang kira-kira pada hari ke-15. Cairan berwarna kuning

atau jernih, merupakan bahan yang sangat kaya akan anti infeksi,

dapat membersihkan alat pencernaan bayi dari zat- zat mengandung

proline-rich yang tidak berguna. Kolostrum juga polypeptides (PRP)

yang dapat membantu menormalkan system imun yang terlalu aktif

ataupun kurang aktif (Nanny, 2011).

Selanjutnya ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai

hari ke-10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak

dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobin dan

protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. ASI

matur disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur

tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relative konstan,

tidak menggumpal ketika dipanaskan.

Air susu pertama yang mengalir pertama kali disebut

Foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah

lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air. Selanjutnya, air

susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan

nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.

Pada uterus ibu berdasarkan tabel 4.35 didapatkan hasil

bahwa tinggi fundus uteri pada 2 jam TFU berada di 1 jari dibawah

pusat, pada 7 jam berada di 2 jari dibawah pusat, pada 6 hari tidak

teraba, Hal ini sesuai dengan teori menurut Maritalia (2017) tinggi
136

fundus uteri setelah kelahiran setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat

dengan berat uterus 750 gram, satu minggu setelah melahirkan tinggi

fundus uteri petengahan pusat dan simpisis dengan berat 500 gram,

pada akhir minggu kedua tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat 350 gram.

Pemulihan tinggi fundus uteri disebabkan karena adanya

adanya kontraksi. Jika penurunan TFU tidak sesuai maka dapat

menyebabkan perdarahan hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor

seperti tertinggalnya sebagian sisa plasenta dalam uterus. Sisa

plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada

dinding uterus mengakibatkan kontraksi uterus tidak adekuat

sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak

dapat berkontraksi/terjepit dengan sempurna (Maritalia, 2017).

Berdasarkan tabel 4.35 didapatkan hasil pemeriksaan

kontraksi 2 jam post partum keras, 6 jam post partum keras, 6 hari

post partum keras tapi dalam hingga 2 minggu post partum sudah

tidak teraba kontraksi lagi, menurut saya dalam hal ini kontraksi

yang dialami ibu normal karena kontraksi harus terjadi pada ibu

yang setelah melahirkan untuk dapat mengembalikan bentuk uterus

dan mencegah perdarahaan yang bisa terjadi akibat sisa-sisa plasenta

dan menurut (Devi, 2013) Hormon oksitosin yang terlepas dari

kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses homeostatis.


137

Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan.

Selama 1 sampai 2 jampertama masa nifas intensitas kontraksi uterus

bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali

menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.

Pada genetalia ibu berdasarkan tabel 4.36 ibu memiliki

rupture perineum derajat II, hal ini normal karena ibu sudah pernah

melahirkan. Pada kunjungan 2 jam dam 7 jam lochea ibu berwarna

merah kehitaman yaitu lochea rubra. Pada kunjungan 9 hari lochea

ibu berwarna kecoklatan yaitu lochea Serosa. Hal ini normal seperti

yang di ungkapkan (Rahayu,2017) lochea adalah cairan secret yang

berasal dari cavum uteri dan vagina. Lochea rubra kruenta timbul

pada hari 1-2 postpartum, terdiri dari darah segar bercampur sisa-

sisa selaput ketuban sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo

dan mekonium. Selanjutnya lochea sanguinolenta timbul pada hari

ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik lochea

sunguinolenta berupa darah bercampur lender. Lochea serosa

merupakan cairan berwarna agak kekuningan, timbul setelah 1

minggu postpartum. Terakhir yaitu lochea alba timbul setelah 2

minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih

Pada eliminasi ibu berdasarkan tabel 4.37 pemeriksaan BAB

dan BAK dari 2 jam sampai 14 hari dalam batas normal. 2jam, 7

jam, ibu sudah BAK namun belum BAB. Kemudian pada

pemeriksaan 9 hari sudah BAB dan BAK, dan tidak ada keluhan.

Pada pemeriksaan 2 jam ibu sudah diberikan konseling tentang


138

kebutuhan nutrisi dan cairan seperti makan yang mengandung serat

tinggi seperti sayuran dan buah-buahan agar BAB nya lancar serta

makanan yang mengandung tinggi protein seperti putih telur, ikan,

daging. Hal ini sesuai pendapat Maritalia (2017), Buang Air Besar

(BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari pertama

postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot

selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan

kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap

timbulnya rasa nyeri disekitar anus/perineum setiap kali akan BAB

juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-faktor tersebut

sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas pada

minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih

kembali setelah tonusotot kembali normal.

3) Coitus setelah masa nifas

Pada saat nifas ibu diperbolehkan berhubungan suami istri

yaitu pada minggu ke 3 sampai ke 4 hal ini sejalan dengan teori dari

(Ambarwati, 2009).Pada masa nifas perdarahan telah berhenti maka

coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Ada juga yang

berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas,

berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh

(proses penyembuhan pada post partum sampai dengan 6 minggu).

4) Asuhan Komplementer

Memberikan ibu pemijatan oksitosin yang bertujuan untuk

merangsang hormon oksitosin pada tubuh ibu dan untuk


139

mengrdukasi suami ibu agar dapat melakukan pemijatan dirumah.

Merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran

produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang sisi

tulang belakang sampai tulang costae kelima-keenam dan

merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan okstosin

setelah melahirkan. Pijat oksitosin tidak dapat dilakukan oleh ibu

karena pijat oksitosin ini dilakukan disepanjang tulang belakang ibu.

Oleh karena itu, ibu membutuhkan dukungan keluarga dalam

pelaksanaan pijat oksitosin khususnya keluarga paling terdekat

dengan ibu yaitu suami. Manfaat dari penerapan pijat oksitosin

berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat

menyenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar (Syamsuddin

dan Samsiani, 2020)

5. Asuhan Keluarga Berencana

Pada Asuhan Keluarga Berencana ibu sudah memutuskan bahwa

ingin menggunakan alat kontrasepsi berupa KB IUD Post placenta

dikarenakan ibu masih menyusui anaknya, dan sudah diberikan KIE

tentang KB IUD Post placenta.

Intra Uteri Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang

ditempatkan di dalam Rahim yang berjangka panjang dapat sampai 10

tahun dan dapat dipakai oleh semua usia perempuan usia reproduksi.

Cara kerja IUD yaitu mencegah pertemuan sperma dengan sel telur

sehingga kehamilan tidak terjadi. Cara pemakaian IUD dipasang pada


140

rongga Rahim wanita pada saat sedang haid atau pada saat masa nifas.

Efek samping Kb IUD adalah perdarahan, infeksi,kram/nyeri haid,

Keputihan (Putri & Oktaria, 2016).

Bahwa pemasangan KB IUD postplasenta memiliki efek

samping yang mungin akan dialami oleh ibu efek samping KB IUD

antara lain. Pertama kram perut, terdapat flek dalam beberapa minggu,

haid lebih lama dan banyak. Hal ini sejalan dengan teori (Suratun, dkk,

2010) efek samping KB IUD berupa nyeri dan kram perut kerap terjadi

selama pemasangan maupun setelahnya. Kram yang dirasakan dapat

bersifat ringan hingga berat. Intensitas kram akan berkurang secara

bertahap, tetapi dapat juga bertahan hingga beberapa minggu, darah haid

yang lebih banyak dari sebelum menggunakan KB IUD hal ini termasuk

fisiologis.

Asuhan kebidanan yang diberikan bidan kepada ibu dalam hal ini adalah

Ny U di mana asuhan kebidanan yang diberikan mulai dari asuhan kebidanan

kehamilan, asuhan kebidanan persalinan, asuhan kebidanan bayi baru lahir,

asuhan kebidanan pada ibu nifas, dan asuhan keluarga berencana merupakan

kewenangan bidan berdasarkan peraturan perundang-undangan dalam hal ini

adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan,

menyatakan kewenangan yang diberikan oleh bidan antara lain adalah asuhan

kebidanan pada masa kehamilan normal, asuhan kebidanan pada masa

persalinan dan menolong persalinan normal, asuhan kebidanan pada ibu nifas.

Selanjutnya kewenangan terkait dengan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir fisiologis diatur dalam Pasal 20 ayat (1), (2), dan (3). Selain asuhan
141

tersebut , bidan juga berwenang memberikan asuhan pada keluarga

berencana, diatur dalam PMK No 28 tahun 2017 Pasal 18 disebutkan bahwa

dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk

memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan

pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana. Sehingga asuhan

kebidanan yang diberikan kepada Ny U merupakan tindakan yang telah diatur

dan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen asuhan kebidanan secara Countinuty Of Care pada NY U usia

22 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan 37 minggu dan 38 minggu hingga

KB di PMB Kuswatiningsih, dapat disimpulkan sebagai berikut

a. Telah dilakukan pengkajian pada Ny U umur 22 tahun G1P1A0AH0

dari hamil hingga KB didapatkan hasil anamnese pemeriksaan fisik

dalam batas normal

b. Interpretasi data dasar pada Ny U umur 22 tahun G1P0A0AH0 dari

hamil hingga KB dalam keadaan normal

c. Identifikasi diagnose potensial pada Ny U umur 22 tahun

G1P0A0AH0 dari hamil hingga KB didapatkan hasil tidak didapat

diagnose potensial.

d. Identifikasi tindakan segera pada Ny U umur 22 tahun G1P0A0AH0

dari hamil hingga KB hasil tidak didapat tindakan segera.

e. Perencanaan Asuhan pada Ny U umur 22 tahun G1P0A0AH0

dengan pemeriksaan tanta-tanda vital, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan Leopold, tinggi fudus uteri, denyut jantung janin,

142
143

TFU McDonald, pemeriksaan laboratorium, asuhan komplementer dan

KIE pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, KB

f. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny U umur 22 tahun

G1P0AB0AH0 umur kehamilan 37 minggu dan 38 minggu hingga

KB

1) Hasil anamnese pada Ny U usia 22 tahun G1P0AB0AH0 umur

kehamilan 38 minggu dalam batas normal. Keadaan umum ibu

baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, hasil

pemeriksaan laboraturium ibu dalam batas normal, ibu mengeluh

kencang-kencang telah diberikan asuhan komplementer yoga

pada ibu hamil dengan tujuan untuk membuat ibu hamil lebih

rileks.

2) Hasil anamnese pada Ny U usia 22 tahun G1P0AB0AH0 umur

kehamilan 40 minggu 5 hari dalam batas normal, hasil

pemeriksaan dalam pada jam 13.35 WIB di dapatkan hasil vulva

uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak, pembukaan 3

cm, selaput ketuban (+), presentasi belakang kepala, penurunan

kepala Hodge III, sarung tangan lender darah (+), air ketuban (-

),17.35 WIB di dapatkan hasil vulva uretra tenang, dinding

vagina licin, portio lunak, pembukaan 5 cm, selaput ketuban (+),

presentasi belakang kepala, penurunan kepala Hodge III+, UUK

jam 1, moulage 0, sarung tangan lender darah (+), air ketuban (-

). Pada pukul 21.35 WIB atas indikasi nyeri perut bertambah dan

kencang - kencang semakin kuat, di dapatkan hasil vulva uretra


144

tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10

cm, selaput ketuban (-), presbelkep, penurunan pd Hodge IV,

UUK jam 12, moulage 0, sarung tangan lender darah (-),sarung

tangan lendir darah (-), air ketuban (+) memberikan asuhan

komplementer manajemen nyeri kebidanan dan nipple

stimulation, kala II bayi lahir spontan menangis, jenis kelamin

laki-laki apgar score 90/10/10 dalam keadaan sehat, kala III

melakukan manajemen aktif kala III, massase fundus uteri,

mengecek perdarahan, kontraksi dalam batas nornam terdapat

luka jalan lahir di mukosa dan kulit vagina (derajad II), kala IV

melakukan penjahitan jalan lahir dengan teknik jelujur.

3) Hasil anamnese pada bayi Ny U umur 0 jam lahir spontan apgar

score 9/10/10 diberikan asuhan komplementer pada saat 7 jam

yaitu field massage, kondisi umum bayi dan tanda-tanda vital

bayi dalam batas normal.

4) Hasil anamnese ibu nifas Ny U umur 22 tahun P1AB0AH1

keadaan umum ibu baik, tanda tanda vital ibu dalam batas

normal , perdarahan ibu dalam batas normal, kontraksi keras,

tinggi fundus uteri ibu 2 jari dibawah pusat ibu mengeluh ASI

nya belum lancar diberikan pijat oksitosin untuk merangsang

hormon oksitosin dalam tubuh ibu dan perlahan ASI akan lancar,

ibu merasa lebih rileks

5) Hasil anamnese KB Ny U umur 22 tahun P1AB0AH1 keadaan

umum ibu baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, tinggi
145

fundus uteri ibu 2 jari dibawah pusat , ibu terpasang KB IUD

posplasenta, memberikan KIE tentang efek samping kontrasepsi

dan cara cek benang IUD, ibu suda paham tentang KIE yang

dijelaskan

g. Evaluasi ibu mengerti bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh bidan dari hamil sampai dengan KB dalam batas normal

dan ibu sudah memahami KIE yang disampaikan oleh bidan

h. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan pada Ny U dengan

bentuk SOAP

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang di peroleh, maka

bebrapa saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi Akademik

Diharapkan dapat referensi dan penerapan khususnya dalam

memberikan asuhan ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL,

dan pelaksanaan KB secara berkesinambungan atau Continuity of

Care pada NY U di PMB Kuswatiningsih, menambah bahan

bacaan di perpustakaan Bagi instituasi

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menerapkan teori hasil asuhan

kebidanan dan mengimplementasikan kepada klien secara nyata

tentang asuhan kebidanan secara Continuity of Care pada ibu

hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL, dan pelaksanaan KB


146

pada NY U di PMB Kuswatiningsih dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

3. Bagi Kebidanan

Diharapkan dapat berkontribusi bagi pendidikan kebidanan,

terutama tentang pelayanan pada ibu hamil, persalinan, bayi baru

lahir, masa nifas, neonatus dan KB secara Continuity of Care.

4. Bagi Klien/pasien

Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa

pentingnya pemeriksaan dan pemantauan kesehatan khususnya

asuhan kebidanan ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu nifas, BBL,

dan pelaksanaan KB di PMB Kuswatiningsih agar dapat melayani

dengan baik dengan adanya pelayanan Continuity of Care sehingga

dapat mengantisipasi bila terjadi kelainan atau penyuli.


147

Daftar Pustaka

A. Ayenew, Biruk Ferede Zewdu. 2020. Partograph utilization as a decision-


making tool and associated factors among obstetric care providers in
Ethiopia: a systematic review and meta-analysis. PMCID: PMC7640697.
DOI: 10.1186/s13643-020-01505-4.

Amri, Benny, Erma. 2016. Studi Komparasi Teknik Marmet Dan Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Primipara Di Rumah Sakit
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anggito, Albi & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Sukabumi: CV Jejak

Bartini, Istri. 2012. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal.
Yogyakarta: Nuha Medika.

B Hurlock, Elizabeth, 2013, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta.

BPS Provinsi Jawa Tengah. Publikasi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2020.

Dartiwen dkk, 2019, Asuhan kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta. CV Andi


Offiset.

Diana, S. 2017. Pengaruh Pijat Bumil Terhadap Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil
Trimester III Di BPM Bidan A Desa Karang Nongko Kec. Songko Kabupaten
Mojokerto. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit. Hal:154-156.

Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Profil Kesehatan tahun


2021.

Dyah Permata Sari, Zulfa Rufaida, Sri Wardini PujiLestari. 2018. Nyeri Bersalin.
STIKes Majapahit Mojokerto.

Eka Nurhayati. 2019. Patologi & Fisiologi Persalinan Distosia dan Konsep
Dasar Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
148

Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin. Mewujudkan Kehamilan yang Sehat Melalui


Optimalisasi Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil. Community Empowerment.

Hani Nurul Hidayah, Fitiria Primi Astuti, Chikchik Nirmasari. 2018. Hubungan
Anemia pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum di RSUD
Ambarawa. Jurnal Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Hilwah Nora. 2012. Manajemen Aktif Persalinan Kala Tiga. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. Vol 12, No 3. 2012.

Jenny J. S. Sondakh. 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.

Kartikasari & Nuryanti. 2016. Pengaruh Endorphin Massage terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Punggung Ibu Hamil. Lamongan: STIKES
Muhammadiyah.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia RI tahun 2019. Profil Kesehatan


Indonesia tahun 2019.

Kementerian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2020. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).

Kementerian PPN/BAPPENAS Republik Indonesia. Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan (TPB)/Suistainable Development Program (SDG’s). 2020.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/214/2019 tentang


Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta: Salemba Medika.

Legawati. 2018. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka
Media.

Listia Dwi Febriati. Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal Atau Konseling


(Kip/K) Oleh Bidan Pada Asuhan Antenatal Care. Jurnal Kebidanan
Indonesia. Vol 12 No 1. Januari 2021 (1 - 15).
149

Manahan P. Tampubolon. 2018. Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok.


Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Megasari, Miratu, Dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:


Cv Budi Utama.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 2. EGC.


Jakarta.

Nurun Ayati Khasanah, Wiwit Sulistyawati; editor, Riza Perdana. 2017. Buku
Ajar Nifas dan Menyusui. Cetakan pertama. Surakarta : Kekaya Group.

Oktaviani, Ika. 2021. “Volume 1 Kebidanan Teori dan Asuhan.” 5(01):33–39.

Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Minimal Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan


pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Putrono, Wagiyo, Ns. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi
Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakata: CV. Andi.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo S, 2019. Ilmu Kebidanan. Cetakan 2. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo.

R, Sjamsuhidajat dan De Jong Wim (ed). 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Retnaningtyas, Erma, Retno Palupi, Yoni Siwi, Anggrawati Wulandari, Husnul


Qoriah, Dewi Rizka, Risma Qori, Mustika Sabdo, dan Saryati Malo. 2022.
“3), 4), 5), 6), 7), 8) Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Sejarah
artikel Diterima.” (2):25–30.

Rukiah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. (2013). Asuhan


150

Kebidanan Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika
Aditama.

Sri Wulandari. Ketidaknyamanan Fisik dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester
III di Wilayah Puskesmas Berbah Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 12 No 1. Januari 2021 (54 - 67).

Swarjana, I. K. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI


OFFSET.

Syaiful, Y., & Fatmawati, L. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya:


CV Jakad Publishing.

Tyastuti, Siti dan Wahyuningsih, Heni Puji. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Jakarta. Kemenkes RI

Wahyuningsih, Sri. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.


Yogyakarta : Deepublish Publisher.
151

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai