Anda di halaman 1dari 26

TUGAS INDIVIDU

MATEMATIKA DISKRIT
“GRAPH BERARAH DAN NETWORK”

DISUSUN OLEH

AUCI PERNIA
NIM. 19205007

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Armiati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Soal Latihan

1. Sebuah graph berarah D di sebut beraturan-k jika


id ( u )=od ( u ) =k , ∀ u ∈ V ( D)

a. Berikan sebuah contoh graph berarah dengan n titik beraturan-1


b. Berikan sebuah contoh graph berarah dengan n titik beraturan-k

Penyelesaian:

a.

V1

V2 V4

V3

b. Misalkan K = 2

V2
V3

V4 V5
2. Misalkan D graph berarah dengan n titik dan n ganjil. Jika setiap titik D
mempunyai derajat-keluar berupa bilangan ganjil, maka tunjukkan bahwa
terdapat sebanyak ganjil titik D dengan derajat-masuk ganjil.
Penyelesaian:

V V2 V
1 3

V5

Id (v) = V1 + V2 + V3 + V4 + V5
= 1+1+1+1+1
=5
V(d) ganjil

3. Jika D graph-Euler-berarah, tunjukkan D terhubung kuat.


Penyelesaian:

V1 V2

V3 V4

Pada graph diatas D terhubung kuat karena untuk setiap dua titik Vi dan
Vj di D terdapat lintasan berarah dai Vi ke Vj.
4. Misalkan k adalah bilangan bulat positif. Jika D adalah graph berarah
sedemikian hingga id( v )≥ k , untuk setiap titik v pada D, buktikan bahwa
D memuat sikel berarah dengan panjang minimal k+1
Penyelesaian:
Pembuktian Tidak Langsung
Misalkan sikel berarah yang dibentuk oleh graph berarah sedemikian
hingga id( v )≥ k , untuk setiap titik v pada D, panjang minimalnya
bukanlah k + 1 tetapi k. Maka apabila ada suatu graph berarah seperti
berikut

V1 V2

Pada gambar terlihat bahwa id ( v ) =1 dan panjang sikel tersebut adalah 2


dan tidak mungkin panjang sikel yang dibentuk adalah 1 karena setiap titik
memiliki id ( v ) =1. Jadi, pengandaian kita salah, maka haruslah panjang
sikel yang dibentuk oleh graph berarah D sedemikian hingga id( v )≥ k ,
untuk setiap titik v pada D, paling kurang adalah k +1 .

5. Misal d sebuah graph berarah terubung lemah dengan paling sedikit dua
titik. Buktikan bahwa D memuat jejak-Euler-berarah jika dan hanya jika D
mempunyaidua titik u dan v sedemikian hingga
od ( u )=id ( u ) +1 dan id ( v ) =od ( v ) +1 dan untuk setiap titik D yang lain
berlaku od ( w )=id (w). Lebih jauh, jejak-euler-buka berawal di titik u dan
berakhir di titik v
Penyelesaian:
Misalkan D adalah sebuah graph berarah terhubung lemah dengan paling
sedikit dua titik. Pandang dua buah titik pada graph D yaitu u dan v,
karena D merupakan sirkit euler maka setiap kita melewati titik u maka
kita menggunakan satu busur untuk menuju titik u dan satu busur untuk
meninggalkan titik u menuju titik v. Sehingga jika terdapat dua titik maka
banyaknya busur yang keluar dari titik u sama dengan banyaknya busur
yang meningkan titik u. Jadi od ( w )=id(w), jika kita melewati busur yang
sama hanya sekali, jika kita melewati bususr yang sama lebih dari sekali,
misalkan seperti gambar di bawah ini

u v

od ( u )=1 , id ( u )=2 dan od ( v )=2 , id ( v )=1, sehingga oleh karena itu dapat
kita simpulkan bahwa jika kita melewati suatu busur pada sirkuit Euler
lebih dari sekali maka berlaku od ( u )=id ( u ) +1 dan id ( v ) =od ( v ) +1

6. Buktikan bahwa setiap turnamen memuat sebuah lintasan-Hamilton


berarah.
Penyelesaian:
Turnamen adalah Graph berarah tanpa gelung sedemikian hingga setiap
dua titik yang berbeda u dan v dihubungkan oleh ( u , v ) saja atau busur
( v , u) saja.
Lintasan/ Sikel Hamilton adalah sebuah lintasan/ sikel yang memuat
ssemua titik sebuah graph.
Lintasan/ Sikel adalah sebuah jejak tertutup yang titik awal dan semua
titik internalnya berbeda.
Dari Defenisi Turnamen, Sikel Hamilton dan Sikel di atas terlihat bahwa
pastilah sebuah turnamen memuat sebuah lintasan yang berarah yang
memuat semua titik karena setiap 2 titik hanya dihubungkan oleh sebuah
busur yaitu misalnya (u , v ) saja atau (v , u) saja.

7. Jika turnamen terhubung kuat dengan n titik, buktikan bahwa T memuat


sikel berarah dengan panjang 3, 4, 5, .... n
Penyelesaian:
Jika turnamen T terhubung kuat dengan n titik, maka berdasarkan soal no
6 pastilah turnamen T tersebut memuat sikel Hamilton (Lintasan/ Sikel
Hamilton adalah sebuah lintasan/ sikel yang memuat ssemua titik sebuah
graph). Panjang dari sikel hamilton sama dengan banyak titiknya. Jadi
terbukti bahwa “Jika turnamen T terhubung kuat dengan n titik, buktikan
bahwa T memuat sikel berarah dengan pnjang 3,4,5,...,n”
Contoh :
V1

V2 V3

Turnamen T

Dari gambar diatas terlihat bahwa banyaknya titik yaitu 3 dan panjang
lintasannya juga 3. Gambar di atas sekaligus juga merupakan Graph
Hamilton

8. Buktikan turnamen T hamilton jika dan hanya jika T terhubung kuat.


Penyelesaian:
Jika T Hamiltonian, maka lintasan itu menyediakan jalur terarah dari titik
mana saja ke titik mana pun, sehingga G terhubung kuat.
Sekarang asumsikan bahwa T terhubung kuat, dan misalkan E(T)
menunjukkan himpunan sisi T. Pertama kita membuktikan bahwa T
memang mengandung siklus. Memang, jika tidak, maka xy ϵ E(T) dan yz ϵ
E(T) akan menyiratkan xz ϵ E(T), jadi T akan menjadi turnamen transitif.
Dalam turnamen seperti itu, simpul dapat didaftar dari kiri ke kanan
sehingga ij ϵ E (T) jika dan hanya jika j ada di kanan i. Namun, turnamen
semacam itu tidak terhubung dengan kuat karena tidak ada jalur yang
mengarah ke kanan. Jadi T memang memiliki siklus.
Misalkan C = y1y2 ....yk menjadi siklus dengan panjang maksimal di T,
dan asumsikan C bukan siklus Hamilton. Karena T terhubung kuat, ia
memuat sisi dari C ke beberapa titik x yang tidak dalam C. Kita dapat
mengasumsikan tanpa kehilangan generalitas bahwa tepi ini adalah y1x.
Jika xy2 adalah sisi, maka y1xy2y3 ....yk akan menjadi siklus yang
memiliki lebih banyak simpul daripada C. Oleh karena itu, y2x harus
menjadi sisi, dan demikian pula, y3x, y4x, ..., ykx semuanya harus sisi.
Misalkan Z adalah himpunan semua simpul z sehingga y1z ϵ E(T). Lalu
yiz ϵ E(T) untuk semua z ϵ Z dan semua i ϵ [k] dengan argumen yang sama
dengan yang kita terapkan untuk yix pada paragraf sebelumnya. Biarkan zt
menjadi ujung, dengan z ϵ Z, dan t bukan anggota Z menyiratkan bahwa
ty1 ϵ E(T). Maka, bagaimanapun, xzty1y2y3 ........ yk adalah siklus yang
lebih panjang dari C. Hal ini tentu kontradiksi dengan pernyataan awal,
sehingga pembuktian benar. Lebih jelasnya lihat pada gambar dibawah.

9.
Misalkan
D
gaph

berarah. Jika pada D terdapat busur (u,v) dan bususr (v,w) maka (u,w) juga
busu pada D. Graph berarah D yang demikian disebut graph transitif
a. Buktikan bahwa tunamen T transitif jika dan hanya jika T memuat
tepat satu lintasan-Hamilton-berarah
b. Buktikan bahwa turnamen T transitif jhj T tidak memuat sikel-berarah

Penyelesaian:

a. Perhatikan gambar berikut:

Lintasan berarah yang terdapat pada D adalah { u , v , w }. Karena lintasan


berarah { u , v , w } memuat setiap titik di D maka disebut lintasan
Hamilton, sehingga hanya terdapat satu lintasan berarah pada D yang
Hamilton.
b. Misalkan D transitif. Karena tidak ada lintasan tertutup berarah yang
menghubungkan w dengan u maka D tidak memuat sikel Hamilton.

10. Gunakan algoritma Hopcroft dan Tarjan untuk memberi orientasi pada
setiap si Graph G berikut agar diperoleh graph berarah terhubung kuat.

Penyelesaian:
Graph G sebagai input algoritma
Step 1: pilih titik v1dan label v1dengan λ(v1) = 1
L = {v1}
U = {v2, v3, v4, v5, v6}
Γ

=
Step 2: Pilih v1∈ L berlabel maksimum, v2 ∈ U sedemikian hingga v1v2∈
E(G).
Label v2 dengan λ(v2) = λ(v1) + 1 = 1 + 1 = 2
L = {v1} U {v2} = {v1, v2}
U = {v2, v3, v4, v5, v6} − {v2} = {v3, v4, v5, v6}
Orientasi sisi v1v2 pada graph G dari titik v1ke titik v2
Γ

= U {(v1, v2)} = {(v1, v2)}
Step 3: L = {v1, v2} ≠V(G) kembali ke step 2
Step 2: Pilih v2∈ L berlabel maksimum, v4 ∈ U sedemikian hingga v2v4∈
E(G).
Label v4 dengan λ(v4) = λ(v2) + 1 = 2 + 1 = 3
L = {v1, v2} U {v4} = {v1, v2, v4}
U = {v3, v4, v5, v6} − {v4} = {v3, v5, v6}
Orientasi sisi v2v4 pada graph G dari titik v2 ke titik v4
Γ
= {(v1, v2)} U {(v2, v4)} = {(v1, v2), (v2, v4) }s
Step 3: L = {v1, v2, v4)} ≠ V (G) kembali ke step 2

Step 2: Pilih v4∈ L berlabel maksimum, v3 ∈ U sedemikian hingga v4v3∈


E(G).
Label v3 dengan λ (v3) = λ(v4) + 1 = 3 + 1 = 4
L = {v1, v2, v4} U {v3} = {v1, v2, v4, v3}
U = {v3, v5, v6} − {v3} = {v5, v6}
Orientasi sisi v4v3 pada graph G dari titik v4 ke titik v3
Γ
= {(v1, v2), (v2, v4)} U {(v4, v3)} = {(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3)}
Step 3: L = {v1, v2, v4, v3)} ≠ V (G) kembali ke step 2
Step 2: Pilih v3∈ L berlabel maksimum, v5 ∈ U sedemikian hingga v3v5∈
E(G).
Label v5 dengan λ (v5) = λ (v3) + 1 = 4 + 1 = 5
L = {v1, v2, v4, v3} U {v5} = {v1, v2, v4, v3, v5}
U = {v5, v6} − {v5} = {v6}
Orientasi sisi v3v5 pada graph G dari titik v3 ke titik v5
Γ
={(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3)} U {(v3, v5)} = {(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3),
(v3, v5)} }
Step 3: L = {v1, v2, v4, v3, v5}≠ V (G) kembali ke step 2

Step 2: Pilih v5∈ L berlabel maksimum, v6 ∈ U sedemikian hingga v5v6∈


E(G).
Label v6 dengan λ(v6) = λ(v5) + 1 = 5 + 1 = 6
L = {v1, v2, v4, v3, v5} U {v6} = {v1, v2, v4, v3, v5, v6}
U = {v6} − {v6} = ∅
Orientasi sisi v5v6 pada graph G dari titik v5 ke titik v6
Γ
= {(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3), (v3, v5)} U {(v5, v6)}
= {(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3), (v3, v5), (v5, v6)}
Step 3: L = {v1, v2, v4, v3, v5, v6} = V(G). Lanjut ke step 4
Step 4: Graph berarah yang dibangun oleh
Γ
= {(v1, v2), (v2, v4), (v4, v3), (v3, v5), (v5, v6)}
beserta label titik-tititknya tampak pada gambar berikut
V1;1
V2;
2

V6;6
 
V4;3   V3;4
   
V5;5

Terdapat 6 sisi G yang belum diberi orientasi (arah) yaitu sisi-sisi :

{v1, v2}, {v1, v5}, {v1, v6},{v2, v3},{v2, v5},{v4, v5}

Selanjutnya

λ(v2) > λ(v1) dibuat orientasi dari v2 ke v1diperoleh busur (v2,v1)

λ(v5) > λ(v1) dibuat orientasi dari v5 ke v1diperoleh busur (v5,v1)

λ(v6) > λ(v1) dibuat orientasi dari v6 ke v1diperoleh busur (v6,v1)

λ(v3) > λ(v2) dibuat orientasi dari v3 ke v2diperoleh busur (v3,v2)

λ(v5) > λ(v2) dibuat orientasi dari v5 ke v2diperoleh busur (v5,v2)

λ(v5) > λ(v4) dibuat orientasi dari v5 ke v4 diperoleh busur (v5,v4)

Dengan demikian diperoleh sebuah graph berarah D terhubung kuat yang


merupakan sebuah orientasi graph G sebagai berikut
V1;1
V2;2

V6;6
 
V4;3   V3;4
   
V5;5

D terhubung kuat dan sebuah orientasi G

11. Misalkan f sebuah flow pada network N dari titik sumber s ke titik tujuan
dan B(X,X1) sebuah pemutus-(s,t) pada N
a. Jika f ( a )=c ( a ) , ∀ a ∈ B( X , X 1) dan f ( a )=0 , ∀ a a ∈ B ( X , X 1 ) ,
tunjukkan f flow maksimum dan B(X,X1) pemutus-(s,t) minimum
b. Tunjukkan konversi pernyataan juga benar.

Penyelesaian:

Berdasarkan teorema : Misalkan N sebuah network dengan titik

sumber s dan titik tujuan t., B(X, X1) sebuah pemutus-(s,t) pada N dan

f(s,t) = f(X,X1)-f(X1,X) ≤ c(X,X1).

Dari teorema diatas nilai sebarang flow pada suatu network N dari

sumber s ke titik tujuan t tidak akan melebihi kapasitas sebarang

pemutus (s,t) pada N. Jadi berapa pun nilai flow tidak akan melebihi
sekecil-kecilnya nilai kapasitas pemutus (s,t). Jadi karena f(s) = c(a)

maka f akan maksimum dan B(x,X1) akan minimum.

12. Gunakan algoritma untuk mengkonstruksi flow maksimum dari titik


sumber ke titik tujuan t pada network N berikut

Penyelesaian:

v1 6;2 v3
9;4 7;5
vs 4;2 3;2 3;1 vt
7;4 6;3
v2 5;4 v4

Gambar 1 : Flow f0 pada N dengan nilai 8

Step 1 : Dimulai dengan f0 bernilai 8 seperti tampak pada gambar di atas

Step 2 : Routin-Pelabelan

2.1 Label s = ( s, +, ∞). Himpunan titik terlabel L = {s}.


Himpunan titik teramati = T = {}

2.2 Pilih titik pada L-T {s}


Pilih titik s.

 (s,1) , c(s,1) = 9, f(s,1) = 4, c(s,1) > f(s,1)


ε(1 )=min (ε( s), c( s,1)−f ( s,1)) = min ( ∞ ,5) = 5

Label titik 1 = (s ,+,5)

 (s,2) , c(s,2) = 7, f(s,2) = 4, c(s,2) > f(s,2)


ε(2 )=min (ε( s),c( s, 2)−f ( s ,2)) = min ( ∞ ,3) = 3

Label titik 2 = (s,+,3)

L = {s,1,2} dan T = {s}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,2}.

Pilih titik 1.

 (1,3) , c(1,3) = 6, f(1,3) = 2, c(1,3) > f(1,3)


ε(3)=min(ε (1 ), f (1,3)) = min (5,4) = 4

Label titik 3 = (1 ,+,4)

L= {s,1,2,3} dan T = {s,1}

2.2 Pilih titik pada L-T = {2,3}.

Pilih titik 3.

 (4,3) , f(4,3) = 1, f(4,3) > 0


ε ( 4 )=min (ε(3 ), f (4,3 )) = min (4,1) = 1

Label titik 4 = (3 ,-,1)

 (3,t) , c(3,t) = 7, f(3,t) = 5, c(3,t) > f(3,t)


ε(t )=min (ε(3 ), f (3 ,t )) = min (4,2) = 2

Label titik t = (3,+,2)


L = {s,1,2,3,4,t} dan T = {s,1,3}

Diperoleh pelabelan titik seperti tampak pada gambar berikut :

(s,+,5) (1,+,4)
V1 6;2 V3
9;4 7;5
(3,+,2)
(s,+,infinit) 3;1
4;2 Vt
Vs 3;2

6;3
7;4
V2 5;4 V4
(s,+3) (3,-,1)

Gambar 2 : Pelabelan titik N

Karena titik t terlabel dengan nilai label adalah 1, maka lanjut ke STEP 3

Step 3 : Prosedur-balik : Titik t dilabel dari titik 3,

Titik 3 dilabel dari titik 1,

Titik 1 dilabel dari s.

Sehingga lintasan-peningkatan : P =(s,1,3,t)

i(s,1) = c(s,1) – f(s,1) = 9 – 4 = 5

i(1,3) = c(1,3) – f(1,3) = 6 – 2 = 4

i(3,t) = c(3,t) – f(3,t) = 7 - 5 = 2

Sehingga inkremen P adalah i(P) = min {5,4,2} = 2

dengan i(P) = 2

Step 4 : Terapkan Rutin-Peningkatan:


 Nilai flow pada busur (3,t) ditambah 2; f(3,t) + 2 = 5+ 2 = 7
 Nilai flow pada busur (1,3) ditambah 2; f(1,3) + 2 = 2 + 2 = 4
 Nilai flow pada busur (s,1) ditambah 2; f(s,1) + 2 = 4+ 2 = 6

Nilai flow pada busur yang lain tetap

Diperoleh flow baru, namakan flow f1 dengan nilai = 8 + i(P) = 10, seperti
pada gambar berikut :

v1 6;4 v3
9;6 7;7
vs 4;2 3;2 3;0 vt
7;4 6;3
v2 5;4 v4

Gambar 3 : Flow f1 pada N dengan nilai 10

Step 1 : Flow f yang baru adalah flow f1.

Step 2 : Terapkan Routin-Pelabelan diperoleh pelabelan seperti berikut :

2.1 Label s = ( s, +, ∞). Himpunan titik terlabel L = {s}.


Himpunan titik teramati = T = {}

2.2 Pilih titik pada L-T {s}

Pilih titik s.

 (s,1) , c(s,1) = 9, f(s,1) = 6, c(s,1) > f(s,1)


ε(1 )=min (ε( s), c( s,1)−f ( s,1)) = min ( ∞ ,5) = 5

Label titik 1 = (s ,+,5)

 (s,2) , c(s,2) = 7, f(s,2) = 4, c(s,2) > f(s,2)


ε(2 )=min (ε( s),c( s, 2)−f ( s ,2)) = min ( ∞ ,3) = 3
Label titik 2 = (s,+,3)

L = {s,1,2} dan T = {s}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,2}.

Pilih titik 2.

 (2,3) , c(2,3) = 3, f(2,3) = 2, c(2,3) > f(2,3)


ε(3 )=min(ε (2 ), c(2,3 )−f (2,3)) = min (3,1) = 1

Label titik 3 = (2 ,+,1)

 (2,4) , c(2,4) = 5 f(2,4) = 4, c(2,4) > f(2,4)


ε( 4 )=min (ε(2 ), c(2,4 )−f (2,4 )) = min (3,1) = 1

Label titik 4 = (2 ,+,1)

L= {s,1,2,3,4} dan T = {s,2}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,3,4}.

Pilih titik 4.

 (4,t) , c(4,t) = 6, f(4,t) = 3, c(4,t) > f(4,t)


ε(t )=min (ε(4 ), c (4 ,t )−f ( 4 , t )) = min (1,3) = 1

Label titik t = (4,+,1)

L = {s,1,2,3,4,t} dan T = {s,1,4}

Diperoleh pelabelan titik seperti tampak pada gambar berikut :

(s,+,5) (2,+,1)
V1 6;4 V3
9;6 7;7
(4,+,1)
(s, 3;1
4;2 Vt
+,infinit))
Vs 3;2

6;3
7;4
V2 5;4 V4
(s,+,3) (2,+,1)
Gambar 4 : Pelabelan titik N

Karena titik t terlabel dengan nilai label adalah 3, maka lanjut ke STEP 3

Step 3 : Prosedur-balik : Titik t dilabel dari titik 4,

Titik 4 dilabel dari titik 2,

Titik 2 dilabel dari s.

Sehingga lintasan-peningkatan : P =(s,2,4,t)

i(s,2) = c(s,2) – f(s,2) = 7 – 4 = 3

i(2,4) = c(2,4) – f(2,4) = 3 – 2 = 1

i(4,t) = c(4,t) – f(4,t) = 6 - 3 = 3

Sehingga inkremen P adalah i(P) = min {3,1,3} = 1

dengan i(P) = 1

Step 4 : Terapkan Rutin-Peningkatan:

 Nilai flow pada busur (4,t) ditambah 1; f(4,t) + 1 = 3 + 1 = 4


 Nilai flow pada busur (2,4) ditambah 1; f(2,4) + 1 = 4 + 1 = 5
 Nilai flow pada busur (s,2) ditambah 1; f(s,2) + 1 = 4 + 1 = 5

Nilai flow pada busur yang lain tetap

Diperoleh flow baru, namakan flow f1 dengan nilai = 10 + i(P) = 11, seperti
pada gambar berikut :
v1 6;4 v3
9;6 7;7
vs 4;2 3;2 3;1 vt
7;5 6;4
v2 5;5 v4

Gambar 5 : Flow f2 pada N dengan nilai 11

Step 1 : Flow f yang baru adalah flow f2.

Step 2 : Terapkan Routin-Pelabelan diperoleh pelabelan seperti berikut :

2.1 Label s = ( s, +, ∞). Himpunan titik terlabel L = {s}.


Himpunan titik teramati = T = {}

2.2 Pilih titik pada L-T {s}

Pilih titik s.

 (s,1) , c(s,1) = 9, f(s,1) = 6, c(s,1) > f(s,1)


ε(1 )=min (ε( s), c( s,1)−f ( s,1)) = min ( ∞ ,3) = 3

Label titik 1 = (s ,+,3)

 (s,2) , c(s,2) = 7, f(s,2) = 4, c(s,2) > f(s,2)


ε(2 )=min (ε( s),c( s, 2)−f ( s ,2)) = min ( ∞ ,3) = 3

Label titik 2 = (s,+,3)

L = {s,1,2} dan T = {s}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,2}.

Pilih titik 2.

 (2,3) , c(2,3) = 3, f(2,3) = 2, c(2,3) > f(2,3)


ε(3 )=min(ε (2 ), c(2,3 )−f (2,3)) = min (3,1) = 1
Label titik 3 = (2,+,1)

L= {s,1,2,3} dan T = {s,2}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,3}.

Pilih titik 3.

 (4,3) , f(4,3) = 1, f(4,3) > 0


ε( 4 )=min (ε(3 ), f (4,3 )) = min (1,1) = 1

Label titik 4 = (3 ,-,1)

L= {s,1,2,3,4} dan T = {s,2,3}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,4}.

Pilih titik 4

 (4,t) , c(4,t) = 6, f(4,t) = 3, c(4,t) > f(4,t)


ε(t )=min (ε(4 ), c (4 ,t )−f ( 4 , t )) = min (1,3) = 1

Label titik t = (4,+,1)

L = {s,1,2,3,4,t} dan T = {s,2,3,4}

Diperoleh pelabelan titik seperti tampak pada gambar berikut :

(s,+,3) (2,+,1)
V1 6;4 V3
9;6 7;7
(4,+,1)
(s, 3;1
4;2 Vt
+,infinit))
Vs 3;2

6;4
7;5
V2 5;5 V4
(s,+,3) (3,-,1)
Gambar 6 : Pelabelan titik N

Karena titik t terlabel dengan nilai label adalah 3, maka lanjut ke STEP 3

Step 3 : Prosedur-balik : Titik t dilabel dari titik 4

Titik 4 dilabel dari titik 3,

Titik 3 dilabel dari 2.

Titik 2 dilabeli s

Sehingga lintasan-peningkatan : P =(s,2,3,4,t)

i(s,2) = c(s,2) – f(s,2) = 7 – 4 = 3

I(2,3) = c(2,3) – f(2,3) = 3 – 2 = 1

i(4,3) = (4,4) = 1

i(4,t) = c(4,t) – f(4,t) = 6 - 3 = 3

Sehingga inkremen P adalah i(P) = min {3,1,1,3} = 1

dengan i(P) = 1

Step 4 : Terapkan Rutin-Peningkatan:

 Nilai flow pada busur (4,t) ditambah 1; f(4,t) + 1 = 3 + 1 = 5


 Nilai flow pada busur (4,3) dikurangi 1 ; f(4,3) - 1 = 1 - 1 = 0
 Nilai flow pada busur (2,3) ditambah 1; f(2,3) + 1 = 2 + 1 = 3
 Nilai flow pada busur (s,2) ditambah 1; f(s,2) + 1 = 5+ 1 = 56

Nilai flow pada busur yang lain tetap


Diperoleh flow baru, namakan flow f2 dengan nilai = 11+ i(P) = 12, seperti
pada gambar berikut :

v1 6;4 v3
9;6 7;7
vs 4;2 3;3 3;0 vt
7;6 6;5
v2 5;5 v4

Gambar 7 : Flow f3 pada N dengan nilai 12

Step 1 : Flow f yang baru adalah flow f3

Step 2 : Terapkan Routin-Pelabelan diperoleh pelabelan seperti berikut :

2.1 Label s = ( s, +, ∞). Himpunan titik terlabel L = {s}.


Himpunan titik teramati = T = {}

2.2 Pilih titik pada L-T {s}

Pilih titik s.

 (s,1) , c(s,1) = 9, f(s,1) = 6, c(s,1) > f(s,1)


ε(1 )=min (ε( s), c( s,1)−f ( s,1)) = min ( ∞ ,3) = 3

Label titik 1 = (s ,+,3)

 (s,2) , c(s,2) = 7, f(s,2) = 6, c(s,2) > f(s,2)


ε(2 )=min (ε( s),c( s, 2)−f ( s ,2)) = min ( ∞ ,1) = 1

Label titik 2 = (s,+,1)

L = {s,1,2} dan T = {s}

2.2 Pilih titik pada L-T = {1,2}.

Pilih titik 1
 (1,3) , c(1,3) = 6, f(1,3) = 4, c(1,3) > f(1,3)
ε(3 )=min(ε (2 ), c(2,3 )−f (2,3)) = min (1,2) = 1

Label titik 3 = (1,+,1)

L= {s,1,2,3} dan T = {s,2}

Diperoleh pelabelan titik seperti tampak pada gambar berikut :

(s,+,3) (1,+,1)
V1 6;4 V3
9;6 7;7

(s, 3;0
4;2 Vt
+,infinit))
Vs 3;3

6;5
7;6
V2 5;5 V4
(s,+,1)

Gambar 8

Karena semua titik N yang terlabel telah teramati dan titik t tidak terlabel,
maka STOP!!

Kesimpulan : Flow f3 adalah flow maksimum pada N dengan nilai 12. B


({s,1,2,3},(4,t)} =

{(2,4),(3,t)} adalah pemutus (s,t) minimum dengan kapasitas 12.

13. Buatlah algoritma untuk mencari sebuah flow. Maksimum pada network N
yang memiliki beberapa titik sumber dan beberapa titik-titik tujuan,
Penyelesaian:
Input : Network N = (V, Γ )dengan titik sumber s dan titik tujuan t.

Step 1 : Misalkan f sebuah flow dari s ke t pada N.


(Boleh dimulai dengan flow f bernilai nol, yaitu f (i , j ) = 0 , ∀(i , j)∈
Γ)

Dilanjutkan ke Routin-Pelabelan.

Step 2 :Routin-Pelabelan

2.1
v
: Label s
= ( s , + , ε ( s) = ~) . Titik vs telah terlabel dan belum
“teramati”.

Note : Sebuah titik v dikatakan telah teramati jika semua titik yang dapat
dilabel dari titik v sudah terlabel.

2.2 : Pilih sebarang titik yang terlabel tetapi belum teramati, misalkan titik
v
tersebut x

Untuk
∀ v y ∃ ( y , x) ∈ Γ,
vy belum berlabel dan f(y,x) > 0 maka

label
v y = ( x , − , ε ( y) ) dengan ε( y ) = min { ε ( x ) , f ( y , x ) } .

Sekarang titik
v y telah terlabel, tetapi belum teramati.

Untuk
∀ v y ∃ ( x , y) ∈ I , v y belum berlabel dan c (x , y ) > f ( x , y )
maka

label

v y = ( x , + , ε ( y) ) dengan ε( y ) = min { ε ( x) , c( x , y) −f ( x , y ) } .

Sekarang titik
vy terlabel, tetapi belum teramati.

Ubahlah label
vx dengan cara melingkari tanda + atau -.

Sekarang titik
vx terlabel dan teramati.

2.3: Ulangi step 2.2 sampai :


v
(1) titik t terlabel, atau

v
(2) semua titik terlabel telah teramati tetapi titik t tak terlabel.

v
(1) Jika titik t terlabel, lanjut ke Step 3.

(2) Jika semua titik terlabel telah teramati tetapi titik


vt tak terlabel, maka
STOP: “flow f adalah flow maksimum pada network N”

Step 3 : Dengan prosedur “balik”, temukan lintasan-peningkatan P dengan i(P)


v
adalah label t .

Step 4 : Tingkatkan nilai flow f sebesar label


vt berdasarkan lintasan-
peningkatan P dengan menggunakan “Routine-Peningkatan”.

Routine-Peningkatan

4.1 Misal : ¿ = t lanjutkan ke step 4.2

4.2 Jika label v z = ( q , + , ε(t )) tingkatkan nilai f ( q , z) dengan ε(t ) = i( P )

Jika label v z = ( q , − , ε (t ) ) turunkan nilai f ( z , q ) dengan ε(t ) = i( P)

4.3 Jika q = s, hapus semua label.

Pada tahap ini diperoleh flow baru dengan nilai = i(P) + nilai
flow flama. Ganti flow f dengan flow f yang baru, dan kembali ke step 1.
14. Carilah sebuah flow maksimum dari titik-titik sumber s1 dan s2 ke titik-
titik tujuan t1, t2, dan t3 pada network N berikut.

Penyelesaian:

Anda mungkin juga menyukai