Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VI/No.

7/Sept/2018

DELIK PERMUFAKATAN JAHAT DALAM KITAB KUHPidana menentukan bahwa, “Mencoba


UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA1 melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk
Oleh: Mario Mangowal2 itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan
ABSTRAK itu, bukan semata-mata disebabkan karena
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk kehendaknya sendiri.”3
mengetahui bagaimana luas cakupan delik-delik Contoh percobaan misalnya seseorang telah
permufakatan jahat (samenspannning) dalam melepaskan tembakan dengan maksud untuk
KUHPidana. Dengan menggunakan metode membunuh seorang lain, tapi tembakan itu
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: meleset dan tidak mengenai sasarannya.
Cakupan delik permufakatan jahat Dalam hal ini si penembak diancam pidana
(samenspanning) sebagai perluasan tindak karena percobaan pembunuhan. Dalam hal ini,
pidana, tidak meliputi semua kejahatan dalam pelaku telah menunjukkan niat berupa adanya
Buku II KUHPidana, melainkan hanya untuk permulaan pelaksanaan, yaitu melepaskan
delik-delik yang disebut hanyalah beberapa tembakasn ke arah seorang lain, tetapi tidak
tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110 selesai, yaitu tidak terjadi pembunuhan, di
(makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat kuyar dari kehendak pelaku, yaitu tembakannya
dan benda rahasia berkenaan dengan meleset. Perbuatan pelaku telah benar-benar
pertahanan negara), Pasal 125 (memberi membahayakan kepentingan hukum orang lain,
bantuan kepada musuh dalam masa perang), hanya karena kebetuklan saja, misalnya karena
dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan pelaku kurang mahir menembak, sehingga
kepada negara sahabat). tujuan tidak tercapat.
Kata kunci: Delik, permufakatan jahat. Perluasan tindak pidana berupa percobaan
melakukan kejahatan ini merupakan hal yang
PENDAHULUAN dapat dimaklumi karena apa yang dilakukan
A. Latar Belakang pelaku telah benar-benar secara langsung
Rumusan-rumusan tindak pidana, antara membahayakan kepentingan hukum. Tidak
lain yang dapat ditemukan dalam Kitab selesainya tindak pidana (delik) tersebut
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana), bukanlah karena si pelaku menyesal atas
khususnya dalam Buku II (Kejahatan) dan Buku perbuatannya melainkan karena faktor atau
III (Pelanggaran), pada umumnya faktor-faktor di luar kehendak si pelaku itu
mengancamkan pidana terhadap perbuatan- sendiri.
perbuatan yang sudah sepenuhnya selesai. Selain percobaan, dalam Buku I KUHPidana
Dalam hal ini ada suatu kepentingan hukum terdapat juga perluasan tindak pidana yang lain
orang lain yang sudah dilanggar dan orang lain yang disebut permufakatan jahat (Bld.:
itu mengalami kerugian. Contohnya, Pasal 338 samenspanning). Dalam Pasal 88 KUHPidana
KUHPidana, tidank pidana pembunuhan, ditentukan bahwa, “Dikatakan ada
mengancamkan pidana terhadap perbuatan permufakatan jahat, apabila dua orang atau
dengan sengaja merampas nyawa seorang lain. lebih telah sepakat akan melakukan
Dalam hal ini kepentingan hukum seorang lain, kejahatan”.4
yaitu yang berupa nyawanya, dirampas oleh Jika dalam percobaan telah ada permulaan
pelaku tindak pidana. pelaksanaan dari pelaku, maka dalam
Tetapi, KUHPidana dalam Buku I (Ketentuan permufakatan jahat belum ada suatu
Umum) juga mengenal perluasan terhadap permulaan pelaksanaan, malahan belum ada
tindak pidana (delik). Sekalipun tindak pidana perbuartan persiapan, melainkan baru ada
itu belum sepenuhnya selesai, pidana telah juga kesepakatan akan melakukan kejahatan. Dalam
diancamkan terhadap pelakunya. Contohnya sistem KUHPidana, pembentuk undang-undang
perluasan berupa percobaan (Bld.: poging) ternyata tidak selalu mau menunggu sampai
melakukan tindak pidana. Pasal 53 ayat (1)
3
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
1
Artikel (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
2
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat, S1 pada Fakultas Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 33.
4
Hukum Unsrat, S2 Pascasarjana Unsrat Ibid., hlm. 45.

41
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

benar-benar ada permulaan pelaksanaan dari penambahan, antara lain perubahan nama
suatu perbuatan. Dalam hal-hal tertentu, menjadi Wetboek van Strafrecht atau Kitab
dipandang sudah cukup alasan untuk Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi bagian
mengancamkan pidana jika telah ada terbesar teks pasal-pasal di dalamnya masih
permufakatan untuk melakukan kejahatan. dalam bahasa Belanda.
Dengan demikian, pembentuk undang-undang Sekarang ini sejumlah ahli hukum pidana
berpandangan bahwa adakalanya Indonesia telah membuat terjemahan-
permufakatan itu sendiri (an sich) sudah terjemahan terhadap KUHPidana (WvS)
merupakan suatu hal yang berbahaya, sehingga tersebut. Terjemahan-terjemahan ini sangat
sudah pantas untuk dijadikan delik selesai. membantu praktik hukum pidana, tetapi di lain
Perbedaan lainnya yaitu percobaan berlaku pihak tak dapat dihindarkan bahwa di sana sini
untuk semua kejahatan yang dirumuskan dalam terdapat perbedaan-perbedaan dalam
Buku II (Kejahatan), kecuali kalau dalam pasal penerjemahan. Salah satu istilah di dalamnya
KUHPidana itu ditentukan lain. Misalnya, untuk yang terjemahannya berbeda-beda, yaitu istilah
penganiayaan, dalam Pasal 351 ayat (5) “samenspanning”6 yang dapat ditemukan
KUHPidana ditentukan bahwa, percobaan dalam Pasal-pasal 88, 110, 125, 139c, 164, 457
untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. dan 462 KUHPidana.
Di pihak lain permufakatan jahat hanya Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
dberlakukan untuk tindak-tindak pidana yang Nasional (BPHN) telah menerjemahkan istilah
tertentu saja yang ditunjuk secara tegas oleh “samenspanning” secara berbeda-beda, yaitu :
KUHPidana, jadi bukan berlaku untuk semua - diterjemahkan sebagai “permufakatan
kejahatan. jahat” untuk Pasal-pasal 88, 110, 116,
125, 139c, 457 dan 462 KUHPidana; dan
B. Rumusan Masalah - diterjemahkan sebagai “permufakatan”
Rumusan masalah dalam penulisan karya saja untuk Pasal 164 KUHPidana.
ilmiah ini adalah: Bagaimana luas cakupan Selain terjemahan sebagai permufakatan
delik-delik permufakatan jahat dan permufakatan jahat, terjemahan yang lain
(samenspannning) dalam KUHPidana? lagi dapat ditemukan pada terjemahan
KUHPidana oleh Andi Hamzah. Andi Hamzah
C. Metode Penelitian dalam terjemahannya telah menerjemahkan
Penelitian untuk penulisan skripsi ini ini istilah “samenspanning” dalam pasal-pasal itu
merupakan suatu penelitian hukum normatif. dengan istilah: “berkomplot”.7
Dengan demikian, penelitian ini terutama Jadi, ada tiga macam kemungkinan untuk
merupakan penelitian yang bersifat hukum menerjemahkan istilah “samenspanning”,
positif yang meletakkan hukum positif dipusat yakni: - permufakatan, permufakatan jahat, dan
penelitian. berkomplot. Ketiga macam terjemahan ke
dalam Bahasa Indonesia ini seharusnya
PEMBAHASAN mempunyai arti yang sama sebab ketiga-
KUHPidana yang digunakan di Indonesia tiganya merupakan terjemahan dari istilah
sampai sekarang ini pada dasarnya yaitu bahasa Belanda yang sama, yaitu istilah
kodifikasi hukum pidana peninggalam masa “samenspanning”. Dalam penulisan ini akan
Pemerintah Hindia Belanda, yaitu Wetboek van digunakan istiah permufakatan jahat yang telah
Strafrecht voor Nederlands Indie yang lebih lazin digunakan sekarang ini.
diundangkan dalam Staatsblad 1915 No. 732, Pengertian permufakatan jahat dalam
mulai berlaku 1 Januari 1918.5 Setelah ditemukan dalam Pasal 88 yang terletak dalam
Indonesia merdeka kodifikasi hukum pidana ini Buku I Bab IX yang berjudul “Arti Beberapa
dinyatakan tetap berlaku dengan Undang- Istilah Yang Dipakai dalam Kitab Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana. Walaupun telah 6
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
diadakan sejumlah perubahan, pencabutan dan Indonesia, op.cit., hlm. 201.
7
Andi Hamzah, Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
5
I Made Widnyana, Asas-asas Hukum Pidana, Fikahari Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 70, 77, 81, 85, 89,
Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 5 208, 210.

42
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

Undang”. Pasal 88 KUHPidana, menurut ataupun persetujuan yang sah menurut


terjemahan Tim Penerjemah BPHN, berbunyi hukum, karena ini merupakan persetujuan
sebagai sebagai berikut, “Dikatakan ada yang tidak halal (ongeoorloofd). 10
permufakatan jahat, apabila dua orang atau Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1320
lebih telah sepakat akan melakukan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
kejahatan”.8 (Burgerlijk Wetboek), syarat-syarat sahnya
Dari rumusan Pasal 88 KUHPidana tampak suatu perjanjian adalah :
bahwa ada permufakatan jahat a. sepakat pihak yang mengikatkan diri;
(samenspanning) apabila: b. kecakapan membuat perjanjian;
1. Dua orang atau lebih; c. hal tertentu;
2. Telah sepakat; d. sebab (isi perjanjian) yang halal.11
3. Akan melakukan kejahatan.
Permufakatan jahat memerlukan setidak- Menurut Moch.Anwar, perjanjian yang
tidaknya 2 (dua) orang, sebab paling sedikit membentuk permufakatan jahat tidaklah
permufakatan itu dilakukan 2 (dua) orang. Jika tunduk pada pengertian perjanjian menurut
hanya 1 (satu) orang saja, tidak mungkin ada hukum perdata (Pasal 1320 KUHPerdata),
permufakatan, melainkan hanya berupa janji sebab perjanjian untuk melakukan kejahatan
pada diri sendiri semata-mata. Cukup adanya 2 jelas-jelas adalah perjanjian yang tidak sah,
(dua) orang saja sudah memenuhi syarat untuk yaitu tidak memenuhi syarat sebab (isi
terjadinya suatu permufakatan jahat, tidak perjanjian) yang halal menurut Pasal 1320
perlu harus 3 (tiga), 4 (empat) orang dan huruf d KUHPerdata.
seterusnya. Dalam KUHPidana, istilah permufakatan
Dengan demikian, sudah ada permufakatan jahat (samenspanning) dapat ditemukan dalam
jahat jika hal melakukan kejahatan telah beberapa pasal, yaitu Pasal 88, 110, 116, 125,
diperjanjikan (overeengekomen) oleh dua orang 139c, 164, 457 dan 462. Di antara pasal-pasal
atau lebih. Untuk adanya perjanjian melakukan ini, Pasal 88 hanyalah memberikan penafsiran
kejahatan haruslah di antara mereka telah otentik tentang istilah “samenspanning”
terdapat kata sepakat. Dengan demikian sudah (permufakatan jahat); Pasal 164 berkenaan
ada permufakatan jahat yang dapat dipidana, dengan orang yang mengetahui adanya
sekalipun belum ada perbuatan percobaan permufakatan jahat, jadi yang bersangkutan
(poging) bahkan belum ada perbuatan sendiri tidak terlibat dalam permufakatan jahat
persiapan (voorbereiding).9 itu; sedangkan pasal 457 dan 462 adalah
Jadi, sudah cukup jika 2 (dua) orang atau berkenaan dengan delik yang diawali dengan
lebih itu setelah melalui suatu perundingan permufakatan, jadi kegiatan mereka tidak
akhirnya bersepakat untuk melakukan suaru hanya sampai permufakatan semata-mata
kejahatan yang tertentu. Tidak diperlukan melainkan dilanjutkan dengan perbuatan.
adanya tindakan lain lagi sebagai persiapan Dengan demikian, delik-delik yang
untuk melakukan kejahatan. sepenuhnya memuat rumusan tentang
Perjanjian untuk melakukan kejahatan di sini permufakatan jahat sebagai delik (tindak
bukanlah dalam arti perjanjian (overeenkomst) pidana) yang berdiri sendiri, yaitu ketentuan
menurut hukum perdata. Moch. Anwar dalam Pasal 110, 116, 125 dan 139 KUHPidana.
menulis, Oleh karenanya, hanya empoat pasal ini saja
Untuk samenspanning perlu adanya yang akan dibahas oleh penulis berikut ini.
persetujuan (overeenkomst) antara 2 orang 1. Pasal 110 ayat (1) KUHPidana.
atau lebih untuk melakukan kejahatan. Dalam Pasal 110 ayat (1) ditentukan bahwa
Sudah barang tentu tidak perlu disyaratkan, permufakatan jahat untuk melakukan
bahwa persetujuan tersebut diadakan kejahatan menurut Pasal 104, 106, 107 dan
berdasarkan ketentuan pengertian
(begripsbepaling) dalam hukum perdata 10
H.A.K. Moch.Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus
(KUHP Buku II), Alumni, Bandung, 1979, hlm. 229.
8 11
Tim Penerjemah BPHN, loc.cit. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
9
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Hukum Perdata, cet.40, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009,
Indonesia, loc.cit. hlm. 339.

43
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

108 diancam berdasarkan ancaman pidana Mengenai arti istilah “merampas


dalam pasal-pasal tersebut. Jadi, untuk kemerdekan” ini dijelaskan oleh R.
mempelajari delik permufakatan jahat ini Soesilo,
haruslah diketahui rumusan Pasal-pasal 104, Merampas kemerdekaan = tidak perlu
106 dan 107 KUHPidana. mengikat atau menutup dalam kamar
a. Permufakatan jahat untuk melakukan yang sempir, sehingga tidak dapat
kejahatan menurut Pasal 104 bergerak sama sekali, sudah cukup
KUHPidana. misalnya dengan menculik, menyuruh
Pasal 104 KUHPidana menentukan bertempat tinggal di suatu rumah besar
bahwa makar dengan maksud untuk atau istana, bungalow atau ruangan lain
membunuh, atau merampas yang cukup luas untuk hidup atau
kemerdekaan, atau meniadakan bergerak dengan leluasa akan tetapi
kemampuan Presiden atau Wakil dengan dijaga sehingga kemerdekaan
Presiden memerintah, diancam dengan terbatas.14
pidana mati atau pidana penjara seumur Dengan dengan merampas kemerdekaan
hidup atau pidana penjara sementara mencakup semua perbuatan yang
paling lama 20 tahun. mengakibatkan dibatasinya kemerdekaan
KUHPidana tidak memberikan definisi Presiden atau Wakil Presiden.
apa yang dimaksud dengan istilah makar. 3) meniadakan kemampuan memerintah
Oleh S.R. Sianturi dikatakan bahwa “apa dari Presiden atau Wakil Presiden.
yang dimaksud dengan makar tidak Mengenai hal ini diberikan keterangan
diatur dalam KUHP. Yang diatur pada oleh Soesilo sebagai berikut,
Pasal 87 KUHP ialah kapan dikatakan ada Menjadikan tidak cakap memerintah =
makar.”12 Dalam Pasal 87 KUHPidana dapat dilakukan dengan macam2 cara
hanya diberikan keterangan bahwa, misalnya saja dengan kekerasan
dikatakan ada makar untuk melakukan (pukulan2), atau memberikan obat atau
suatu perbuatan, apabila niat untuk itu bahan2 (minuman, makanan atau
telah ternyata dari adanya permulaan suntikan) yang merugikan kesehatan,
pelaksanaan, seperti dimaksud dalam baik jasmani maupun rokhani, sehingga
Pasal 53. menjadi sakit lumpuh, tidak dapat
Menurut keterangan dalam Kamus Besar berfikir dan sebagainya. 15
Bahasa Indonesia, suatu kamus umum Untuk dapat dipidana berdasarkan Pasal
untuk bahasa Indonesia, pengertian 104 KUHPidana ini, harus ada permulaan
“makar” adalah “1 akal busuk; tipu pelaksanaan, sebagaimana ditentukan
muslihat; … 2 perbuatan (usaha) dng oleh Pasal 87 KUHPidana, yang
maksud hendak menyerang (membunuh) menyatakan bahwa ada makar untuk
orang, dsb …; 3 perbuatan (usaha) melakukan suatu perbuatan apabila niat
menjatuhkan pemerintah yg sah”.13 untuk itu telah ternyata dari adanya
Yang dilarang dan diancamkan pidana permulaan pelaksanaan seperti
oleh Pasal 104 KUHPidana adalah dimaksud dalam Pasal 53 KUHPidana.
perbuatan makar (penyerangan) dengan Tetapi, jika pasal 104 ini dihubungkan (di-
maksud untuk : juncto-kan) dengan Pasal 110 ayat (1)
1) membunuh Presiden atau Wakil KUHPidana maka syarat harus adanya
Presiden; atau, permulaan pelaksanaan ini menjadi tidak
2) merampas kemerdekaan Presiden berlaku. Sudah merupakan suatu delik
atau Wakil Presiden. selesai (vooltooid delict) jika dua orng
atau lebih telah berjanji dengan adanya
kesepakatan untuk membunuh,
12
merampas kemerdekaan atau
S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya,
Alumni AHM-PTHM, Kakarta, 1983, hlm. 6.
13 14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-komentarnya Lengkap
Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hal. 108.
15
hlm. 702. Ibid.

44
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

meniadakan kemampuan memeerintah Menurut pasal 110 ayat (1) KUHPidana,


Presiden atau Wakil Presiden. permufakatan jahat untuk melakukan
Permufakatan jahat ini bukan saja kejahatan-kejahatan ini juga diancam
dijadikan delik selesai, melainkan dengan pidana yang sama. Hal-hal yang
ancaman pidananya juga disamakan telah dikemukakan di atas mengenai
dengan perbuatan yang telah permufakatan jahat juga berlaku
dilaksanakan sepenuhnya. Ini berarti berkenaan dengan hal ini.
bahwa karena delik dalam Pasal 104 c. Permufakatan jahat untuk melakukan
diancam dengan pidana mati, penjara kejahatan menurut Pasal 107
seumur hidup atau penjara sementara KUHPidana.
paling lama 20 tahun maka Pasal 170 KUHPidana menentukan
permufakatan jahat untuk melakukan bahwa makar dengan maksud untuk
perbuatan-perbuatan ini juga diancm menggulingkan pemerintah, diancam
dengan pidana yang sama. dengan pidansa penjara paling lama 15
b. Permufakatan jahat untuk melakukan tahun (ayat 1), dan bahwa para
kejahatan menurut Pasal 106 pemimpin dan para pengatur makar
KUHPidana. tersebut dalam ayat (1), diancam dengan
Dalam Pasal 106 KUHPidana ditentukan pidana penjara seumur hidup atau
bahwa makar dengan maksud supaya pidana penjara sementara paling lama 20
seluruh atau sebgian wilayah begara tahun (ayat 2). Yang berkenaan dengan
jatuh ke tangan musuh atau memisahkan kemungkinan permufakatan jahat
sebagian dari wilayah negara, diancam sebagai suatu delik, yaitu ayat (1) dari
dengan pidana penjara seumur hidup pasal ini, yakni makar yang mempunyai
atau pidana penjara sementara paling maksud untuk menggulingkan
lama 20 tahun. Makar yang dilarang pemerintah.
dalam pasal ini makar yang dilandasi Dalam Pasal 88bis KUHPidana diberikan
maksud : keterangan bahwa dengan penggulingan
1) supaya seluruh atau sebgian wilayah pemerintah dimaksudkan meniadakan
negara jatuh ke tangan musuh. atau mengubah secara tidak sah bentuk
Maksud menyerahkan “seluruh” pemerintahan menurut Undang-undang
wilayah negara ke tangan musuh, Dasar.
berarti maksud supaya negara Mengenai pengertian meniadakan atau
Indonesia berakhir sebagai negara menghancurkan bentuk pemerintahan
yang berdaulat dan selanjutnya menurut Undang-undang Dasar,
berada di bawah penjajahan suatu dijelaskan oleh Wirjono sebagai berikut,
negara asing. Dengan perkataan … menghapuskan sama sekali bentuk
“sebagian”, berarti bagian dari Pemerintahan menurut Undang-undang
wilayah Indonesia, misalnya pulau Dasar, dan digantikannya dengan bentuk
jawa atau bagian dari pulau Jawa. lain sama sekali, seperti misalnya bentuk
2) supaya memisahkan sebagian dari Republik menjadi bentuk Kerajaan atau
wilayah negara. Memisahkan konkritnya misalnya menghapuskan
sebagian dari wilayah negara berarti sama sekali Undang-undang Dasar dan
membuat bagian daerah itu menjadi menggantikannya dengan suatu Undang-
suatu negara yang berdaulat sendiri, undang Dasar baru. 16
misalnya memisahkan daerah Mengenai pengertian dari mengubah
Minahasa dari wilayah Republik secara tidak sah bentuk pemerintahan
Indonesia untuk menjadi negara yang menurut Undang-undang Dasar,
berdiri sendiri. Perbedaannya dengan dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro,
sub (a) di atas adalah bahwa di sini Mengubah bentuk Pemerintahan
bagian wilayah Indonesia tidak menurut Undang-undang Dasar adalah
dimaksudkan untuk ditaklukkan di
16
bawah penjajahan suatu negara asing. Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, op.cit., hlm. 207.

45
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

misalnya menghilangkan adanya diri pada gerombolan yang melawan


Menteri-menteri tau Kementerian- Pemerintah Indonesia dengan senjata.
kementerian dan digantikannya dengan Permufakatan jahat untuk melakukan
pejabat-pejabat semacam penasehat- kejahatan ini diancam dengan pidana
penasehat dari Kepala Negara, atau yang sama, yaitu paling lama penjara 15
misalnya menghilangkan Dewan (lima belas) tahun.
Pertimbangan Agung atau Badan
Pengawas Keuangan. 17 2. Pasal 116 KUHPidana.
Jadi, dalam perbuatan “mengubah” tidak Dalam Pasal 116 KUHPidana ditentukan
terjadi penghapusan sepenuhnya bentuk bahwa permufakatan jahat untuk
pemerintahan yang ada melainkan hanya melakukan kejahatan sebagaimana
perubahan bagian-bagiannya saja. dimaksudkan dalam pasal 113 dan 115,
Menurut Pasal 110 ayat (1) KUHPidana, diancam dengan pidana penjara paling lama
permufakatan jahat untuk melakukan 1 tahun.
kejahatan-kejahatan ini juga diancam Pasal 116 KUHPidana ini berbeda dengan
dengan pidana yang sama. Di sini juga Pasal 110 ayat (1) KUHPidana. Jika menurut
penulis tidak akan menguraikan lagi Pasal 110 ayat (1) KUHPidana permufakatan
mengenai permufakatan jahat dalam jahatnya sama dengan ancaman pidananya
kaitan dengan Pasal 107 KUHPidana, dengan delik pokoknya, maka permufakatan
sebab pengertian permufakatan jahat ini jahat menurut Pasal 116 ini adalah lebih
telah diuraikan di atas, sehingga apa yang ringan ancaman pidananya daripada pidana
diuraikan di situ berlaku juga terhadap pokok yang ditentukan dalam pasal 113 dan
bagian ini. 115. Pidana penjara maksimum dalam Pasal
d. Permufakatan jahat untuk melakukan 113 adalah 4 tahun dan dalam Pasal 115
kejahatan menurut Pasal 108 adalah 3 tahun, sedangkan permufakatan
KUHPidana. jahat untuk melakukan kejahatan-kejahatan
Dalam Pasal 108 ayat (1) KUHPidana tersebut hanyalah maksimum 1 tahun
ditentukan bahwa barang siapa bersalah penjara saja.
karena pemberontakan, diancam dengan a. Permufakatan jahat untuk melakukan
pidana penjara paling lama 15 tahun : 1. kejahatan pasal 113 KUHPidana.
Orang yang melawan pemerintah Dalam pasal 113 ayat (1) ditentukan
Indonesia dengan senjata; 2. Orang yang bahwa barang siapa dengan sengaja,
dengan maksud melawan Pemerintah untuk seluruhnya atau sebagian
Indonesia menyerbu bersama-sama atau mengumumkan, atau memberitahukan
menggabungkan diri pada gerombolan maupun menyerahkan kepada orang
yang melawan Pemerintah dengan yang tidak berwenang mengetahui,
senjata. Selanjutnya dalam ayat (2) surat-surat, peta-peta, rencana-rencana,
ditentukan bahwa para pemimpin dan gambar-gambar atau benda-benda yang
para pengatur pemberontakan diancam bersifat rahasia dan bersangkutan
dengan penjara seumur hidup atau dengan pertahanan atau keamanan
pidana penjara paling lama 20 tahun. Indonesia terhadap serangan dari luar,
Yang berkenaan dengan delik yang ada padanya atau yang isinya,
permufakatan jahat adalah ayat (1) dari bentuknya atau susunannya benda-
pasal ini. Jadi, diancam dengan pidana benda itu diketahui olehnya, diancam
penjara paling lama 15 tahun: dengan pidana penjara paling lama 4
1) orang-orang yang mengadakan tahun.
permufakatan jahat untuk melawan Pasal ini merupakan salah satu pasal
pemerintah Indonesia dengan senjata; yang termasuk rangkaian Pasal 113
2) orang-orang yang mengadakan sampai 116 yang oleh Wirjono
permufakatan jahat untuk menyerbu Prodjodikoro dinamakan “menyiarkan
bersama-sama atau menggabungkan surat-surat rahasia”. 18
17 18
Prodjodikoro, Op.cit., hal. 208. Ibid., hal. 212.

46
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

Pasal 113 mengancamkan pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam


terhadap seseorang yang menyimpan Pasal 124, diancam dengan pidana penjara
atau mengetahui isi surat (atau benda paling lama 6 tahun. Pasal 124 KUHPidana
lainnya) yang bersifat rahasia tentang sendiri memberikan ketentuan,
pertahanan atau keamanan negara (1) Barangsiapa dalam masa perang
terhadap serangan dari luar, kemudian dengan sengaja memberi bantuan
memberitahukan atau menyerahkannya kepada musuh atau merugikan nehara
kepada orang yang tidak berwenang. terhadap musuh, diancam dengan
Permufakatan jahat untuk melakukan pidana penjara 15 tahun.
kejahatan ini merupakan suatu tindak (2) Diancam dengan pidana penjara
pidana dan diancam dengan pidana seumur hidup atau selama waktu
penjara maksimum 1 tahun. tertentu paling lama 20 tahun jika si
b. Permufakatan jahat untuk melakukan pembuat :
kejahatan pasal 115 KUHPidana. 1. memberitahukan atau menyerahkan
Pasal 115 KUHPidana menentukan kepad musuh peta, rencana, gambar
bahwa barang siapa melihat atau atau penulisan mengenai bngunan-
membaca surat-surat atau benda-benda bangunan tentara;
rahasia sebagaimana dimaksudkan dalam 2. menjadi mata-mata musuh, atau
Pasal 113, untuk seluruhnya atau memberi pondokan kepadanya.
sebagian, sedangkan diketahui tau (3) Pidana mati atau pidana penjar seumur
selayaknya harus diduganya bahwa hidup atau selama waktu tertentu
benda-benda itu tidak dimaksud untuk paling lama 20 tahun dijatuhkan jika si
diketahui olehnya, begitu pula bila pembuat :
membuat atau menyuruh membuat 1. memberitahukan atau menyerahkan
salinan atau ikhtisar dengn huruf atau kepada musuh, menghancurkan
dalam bahasa apapun juga, membuat atau merusak sesuatu tempat atau
atau menyuruh buat teraan, gambaran pos yang duperkuat atau diduduki,
atau jika tidak menyerahkan benda- suatu alat perhubungan, gudang
benda itu kepada pejabat kehakiman, persediaan perang, atau kas perang
kepolisian atau pamongpraja, dalam hal ataupun Angkatan Laut, Angkatan
benda-benda itu jatuh ke tangannya, Darat atau bagian daripadanya,
diancam dengan pidana penjara paling merintangi, menghalang-halangi
lama 3 tahun. atau menggagalkan suatu usaha
Pasal ini juga berkenaan dengan surat untuk menggenangi air atau karya
atau benda lainnya yang bersifat rahasia tentara lainnya yang direncanakan
dan berkenaan dengan pertahanan atau atau diselenggarakan untuk
keamanan Indonesia terhadap serangan menangkis atau menyerang;
dari luar. Dilarang oleh pasal ini adalah 2. menyebabkan atau memperlancar
perbuatan seseorang yang sebenarnya timbulnya huru hara,
tidak berhak, tapi secara tidak sah telah pemberontakan atau desersi di
membaca, membuat salinan atau ikhtisar kalangan angkatan perang.
atau tidak menyerahkannya kepada Permufakatan jahat untruk melakukan
petugas hukum yang berwenang pada kejahatan ini diancam pidana sekalipun
waktu ia menemukan surat-surat pidana maksimumnya lebih rendah daripada
sedemikian. delik pokoknya.
Dalam pasal ini terdapat permufakatan
jahat untuk membuat salinan atau 4. Pasal 139c KUHPidana.
ikhtisar dari surat atau barang tersebut. Pasal 139c KUHPidana menentukan bahwa
permufakatan jahat untuk melakukan
3. Pasal 125 KUHPidana. kejahatan sebagaimana dirumuskan dalam
Pasal 125 KUHPidana menentukan bahwa pasal-pasal 139a dan 139b, diancam dengan
permufakatan jahat untuk melakukan pidana penjara paling lama 1 tahun 6 bulan.

47
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

Perbedaan dengan pasal-pasal sebelumnya, pidana, tidak meliputi semua kejahatan dalam
yaitu jika Pasal 110, 116 dan 125 terletak Buku II KUHPidana, melainkan hanya untuk
dalam Bab I Buku Kedua yang berjudul delik-delik yang disebut hanyalah beberapa
“Kejahatan terhadap Keamanan Negara”, tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110
maka Pasal 139c ini terletak dalam Bab III (makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat
yang berjudul “Kejahatan-kejahatan dan benda rahasia berkenaan dengan
terhadap Negara Sahabat dan terhadap pertahanan negara), Pasal 125 (memberi
Kepala Negara Sahabat serta Wakilnya”. bantuan kepada musuh dalam masa perang),
Pasal 139a serupa dengan Pasal 106 dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan
sedangkan Pasal 139b serupa dengan Pasal kepada negara sahabat).
107, hanya bedanya pasal 139a dan 139b ini Delik-delik permufakatan jahat hanyalah
mengenai wilayah dan bentuk pemerintahan beberapa tindak pidana yang disebut dalam
negara sahabat. Pasal 110, Pasal 116, Pasal 125, dan Pasal 139c
Dengan demikian, dalam KUHPidana, istilah KUHPidana masih tetap relevan untuk masa
“samenspanning” terdapat dalam pasal- sekarang karena delik-delik itu membahayakan
pasal 88, 110, 116, 125, 139c, 164, 457 dan keamanan negara dan juga negara sshabat.
462, tetapi sebagai tindak pidana (delik)
permufakatan jahat yang berdiri sendiri DAFTAR PUSTAKA
hanyalah Pasal-pasal 110, 116, 125 dan 139c Anwar, H..K. Moch., Hukum Pidana Bagian
KUHPidana. Khusus (KUHP Buku II), Alumni, Bandung,
Bahasan menunjukkan bahwa tidak semua 1979.
kejahatan dalam Buku II KUHPidana memiliki Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2,
ketentuan tentang permufakatan jahat Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
untuk melakukan tindak pidana itu. Bemmelen, J.M. van, Hukum Pidana 1. Hukum
Perluasan tindak pidana berupa Pidana Material Bagian Umum,
permufakatan jahat hanya dikenakan untuk terjemahan Hasnan, Binacipta, Jakarta,
beberapa tindak pidana tertentu saja. 1984.
Hal ini berkenaan dengan tujuan tujuan Hamzah, Andi, Kitab Undang-undang Hukum
diadakannya delik-delik permufakatan jahat Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.
yang dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro, Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
“Diadakannya tindak pidana Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta,
“permufakatan” ini, menandakan 1987.
pentingnya tindak pidana yang Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2,
bersangkutan, yang seberapa mungkin Bina Aksara, Jakarta, 1984.
diberantas pada waktu baru direncanakan, Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet,4, Rajawali
agar dapat “in de kiem gesmoord” (ditumpas Pers, Jakarta, 2013.
pada waktu masih menjadi benih yang Prodjodikoro, Wirjono, Prof.,Dr,SH, Asas-asas
belum berbuah).”19 Hukum Pidana di Indonesia, cet.3, PT
Dengan demikian, yang memiliki perluasan Eresco, Jakarta-Bandung, 1981.
berupa permufakatan jahat hanyalah beberapa ______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110 Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
(makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat Bandung, 2012.
dan benda rahasia berkenaan dengan Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
pertahanan negara), Pasal 125 (memberi Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
bantuan kepada musuh dalam masa perang), 1983.
dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan Soesilo, R., KUHP Serta Komentar-komentarnya
kepada negara sahabat). Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,
Bogor, 1991.
PENUTUP Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Cakupan delik permufakatan jahat Undang Hukum Perdata, cet.40, Pradnya
(samenspanning) sebagai perluasan tindak Paramita, Jakarta, 2009.
19
Prodjodikoro, Loc.cit.

48
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018

Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum


Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
Pustaka, Jakarta, 2002.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana,
Fikahari Aneska, Jakarta, 2010.

49

Anda mungkin juga menyukai