7/Sept/2018
41
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
benar-benar ada permulaan pelaksanaan dari penambahan, antara lain perubahan nama
suatu perbuatan. Dalam hal-hal tertentu, menjadi Wetboek van Strafrecht atau Kitab
dipandang sudah cukup alasan untuk Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi bagian
mengancamkan pidana jika telah ada terbesar teks pasal-pasal di dalamnya masih
permufakatan untuk melakukan kejahatan. dalam bahasa Belanda.
Dengan demikian, pembentuk undang-undang Sekarang ini sejumlah ahli hukum pidana
berpandangan bahwa adakalanya Indonesia telah membuat terjemahan-
permufakatan itu sendiri (an sich) sudah terjemahan terhadap KUHPidana (WvS)
merupakan suatu hal yang berbahaya, sehingga tersebut. Terjemahan-terjemahan ini sangat
sudah pantas untuk dijadikan delik selesai. membantu praktik hukum pidana, tetapi di lain
Perbedaan lainnya yaitu percobaan berlaku pihak tak dapat dihindarkan bahwa di sana sini
untuk semua kejahatan yang dirumuskan dalam terdapat perbedaan-perbedaan dalam
Buku II (Kejahatan), kecuali kalau dalam pasal penerjemahan. Salah satu istilah di dalamnya
KUHPidana itu ditentukan lain. Misalnya, untuk yang terjemahannya berbeda-beda, yaitu istilah
penganiayaan, dalam Pasal 351 ayat (5) “samenspanning”6 yang dapat ditemukan
KUHPidana ditentukan bahwa, percobaan dalam Pasal-pasal 88, 110, 125, 139c, 164, 457
untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. dan 462 KUHPidana.
Di pihak lain permufakatan jahat hanya Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
dberlakukan untuk tindak-tindak pidana yang Nasional (BPHN) telah menerjemahkan istilah
tertentu saja yang ditunjuk secara tegas oleh “samenspanning” secara berbeda-beda, yaitu :
KUHPidana, jadi bukan berlaku untuk semua - diterjemahkan sebagai “permufakatan
kejahatan. jahat” untuk Pasal-pasal 88, 110, 116,
125, 139c, 457 dan 462 KUHPidana; dan
B. Rumusan Masalah - diterjemahkan sebagai “permufakatan”
Rumusan masalah dalam penulisan karya saja untuk Pasal 164 KUHPidana.
ilmiah ini adalah: Bagaimana luas cakupan Selain terjemahan sebagai permufakatan
delik-delik permufakatan jahat dan permufakatan jahat, terjemahan yang lain
(samenspannning) dalam KUHPidana? lagi dapat ditemukan pada terjemahan
KUHPidana oleh Andi Hamzah. Andi Hamzah
C. Metode Penelitian dalam terjemahannya telah menerjemahkan
Penelitian untuk penulisan skripsi ini ini istilah “samenspanning” dalam pasal-pasal itu
merupakan suatu penelitian hukum normatif. dengan istilah: “berkomplot”.7
Dengan demikian, penelitian ini terutama Jadi, ada tiga macam kemungkinan untuk
merupakan penelitian yang bersifat hukum menerjemahkan istilah “samenspanning”,
positif yang meletakkan hukum positif dipusat yakni: - permufakatan, permufakatan jahat, dan
penelitian. berkomplot. Ketiga macam terjemahan ke
dalam Bahasa Indonesia ini seharusnya
PEMBAHASAN mempunyai arti yang sama sebab ketiga-
KUHPidana yang digunakan di Indonesia tiganya merupakan terjemahan dari istilah
sampai sekarang ini pada dasarnya yaitu bahasa Belanda yang sama, yaitu istilah
kodifikasi hukum pidana peninggalam masa “samenspanning”. Dalam penulisan ini akan
Pemerintah Hindia Belanda, yaitu Wetboek van digunakan istiah permufakatan jahat yang telah
Strafrecht voor Nederlands Indie yang lebih lazin digunakan sekarang ini.
diundangkan dalam Staatsblad 1915 No. 732, Pengertian permufakatan jahat dalam
mulai berlaku 1 Januari 1918.5 Setelah ditemukan dalam Pasal 88 yang terletak dalam
Indonesia merdeka kodifikasi hukum pidana ini Buku I Bab IX yang berjudul “Arti Beberapa
dinyatakan tetap berlaku dengan Undang- Istilah Yang Dipakai dalam Kitab Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana. Walaupun telah 6
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
diadakan sejumlah perubahan, pencabutan dan Indonesia, op.cit., hlm. 201.
7
Andi Hamzah, Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
5
I Made Widnyana, Asas-asas Hukum Pidana, Fikahari Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 70, 77, 81, 85, 89,
Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 5 208, 210.
42
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
43
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
44
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
45
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
46
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
47
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
Perbedaan dengan pasal-pasal sebelumnya, pidana, tidak meliputi semua kejahatan dalam
yaitu jika Pasal 110, 116 dan 125 terletak Buku II KUHPidana, melainkan hanya untuk
dalam Bab I Buku Kedua yang berjudul delik-delik yang disebut hanyalah beberapa
“Kejahatan terhadap Keamanan Negara”, tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110
maka Pasal 139c ini terletak dalam Bab III (makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat
yang berjudul “Kejahatan-kejahatan dan benda rahasia berkenaan dengan
terhadap Negara Sahabat dan terhadap pertahanan negara), Pasal 125 (memberi
Kepala Negara Sahabat serta Wakilnya”. bantuan kepada musuh dalam masa perang),
Pasal 139a serupa dengan Pasal 106 dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan
sedangkan Pasal 139b serupa dengan Pasal kepada negara sahabat).
107, hanya bedanya pasal 139a dan 139b ini Delik-delik permufakatan jahat hanyalah
mengenai wilayah dan bentuk pemerintahan beberapa tindak pidana yang disebut dalam
negara sahabat. Pasal 110, Pasal 116, Pasal 125, dan Pasal 139c
Dengan demikian, dalam KUHPidana, istilah KUHPidana masih tetap relevan untuk masa
“samenspanning” terdapat dalam pasal- sekarang karena delik-delik itu membahayakan
pasal 88, 110, 116, 125, 139c, 164, 457 dan keamanan negara dan juga negara sshabat.
462, tetapi sebagai tindak pidana (delik)
permufakatan jahat yang berdiri sendiri DAFTAR PUSTAKA
hanyalah Pasal-pasal 110, 116, 125 dan 139c Anwar, H..K. Moch., Hukum Pidana Bagian
KUHPidana. Khusus (KUHP Buku II), Alumni, Bandung,
Bahasan menunjukkan bahwa tidak semua 1979.
kejahatan dalam Buku II KUHPidana memiliki Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2,
ketentuan tentang permufakatan jahat Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
untuk melakukan tindak pidana itu. Bemmelen, J.M. van, Hukum Pidana 1. Hukum
Perluasan tindak pidana berupa Pidana Material Bagian Umum,
permufakatan jahat hanya dikenakan untuk terjemahan Hasnan, Binacipta, Jakarta,
beberapa tindak pidana tertentu saja. 1984.
Hal ini berkenaan dengan tujuan tujuan Hamzah, Andi, Kitab Undang-undang Hukum
diadakannya delik-delik permufakatan jahat Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.
yang dikatakan oleh Wirjono Prodjodikoro, Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
“Diadakannya tindak pidana Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta,
“permufakatan” ini, menandakan 1987.
pentingnya tindak pidana yang Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2,
bersangkutan, yang seberapa mungkin Bina Aksara, Jakarta, 1984.
diberantas pada waktu baru direncanakan, Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet,4, Rajawali
agar dapat “in de kiem gesmoord” (ditumpas Pers, Jakarta, 2013.
pada waktu masih menjadi benih yang Prodjodikoro, Wirjono, Prof.,Dr,SH, Asas-asas
belum berbuah).”19 Hukum Pidana di Indonesia, cet.3, PT
Dengan demikian, yang memiliki perluasan Eresco, Jakarta-Bandung, 1981.
berupa permufakatan jahat hanyalah beberapa ______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110 Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
(makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat Bandung, 2012.
dan benda rahasia berkenaan dengan Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
pertahanan negara), Pasal 125 (memberi Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
bantuan kepada musuh dalam masa perang), 1983.
dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan Soesilo, R., KUHP Serta Komentar-komentarnya
kepada negara sahabat). Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,
Bogor, 1991.
PENUTUP Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Cakupan delik permufakatan jahat Undang Hukum Perdata, cet.40, Pradnya
(samenspanning) sebagai perluasan tindak Paramita, Jakarta, 2009.
19
Prodjodikoro, Loc.cit.
48
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 7/Sept/2018
49