Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

FILSAFAT ILMU KEBIDANAN

“ESSAY PENJELASAN TENTANG PENDIDIKAN DAN PELAYANAN


KEBIDANAN DIPANDANG DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI”

NAMA MAHASISWA :

SRI KURNIANINGSIH (22152010021P)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO

2023
I. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha


memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia. Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan
kehidupan manusia termasuk masalah kehidupan dalam bidang pendidikan titik
jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat sistematis integral menyeluruh dan
mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan dengan cara ilmiah, objektif
Memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia,
demikian halnya untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang
pendidikan.
Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya
Nalar manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang
tergantung sepenuhnya pada kemampuan daya Nalar manusia. Kemampuan
berpikir atau bernalar merupakan satu bentuk akal pikiran manusia melalui
pengetahuan yang diterima melalui panca indra diolah dan ditunjukkan untuk
mencapai suatu kebenaran.
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi seringkali diidentifikasikan
dengan metafisika yang juga disebut dengan proto filsafat atau filsafat yang
pertama persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam
bidang filsafat, yang membahas tentang realitas.
Ilmu kebidanan merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
persalinan hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya.
Ilmu kebidanan terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan
kehamilan persalinan baik pada keadaan normal maupun abnormal. Ilmu
kebidanan juga membahas segala sesuatu yang terjadi pada sepanjang daur hidup
wanita dari lahir sampai meninggal. Ilmu kebidanan digunakan oleh profesi bidan
untuk melaksanakan tugasnya. Kebidanan sebagai profesi yang mandiri
memerlukan pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman
kepada filsafat ilmu sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan
spesifikasi pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Ilmu kebidanan
memiliki sejarah, ontologis dan aksiologinya sendiri.
II. ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan.
Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri). Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang :
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal
atau jamak
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara umum relevansi ontologis bagi ilmu adalah bahwa ontologi


dapat dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk
memperbaharui asumsiasumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologis juga
merupakan sarana ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah
secara ilmiah. Asumsi – asumsi yang selama ini tidak dipertayakan lagi oleh
ilmu, teryata masih masih dipertayakan oleh ontologis sehingga bisa
dipertanggung jawab kebenarannya. Ontologis bersikap kritis dan spekulatif
dalam membahas realitas.

Ontologis juga relevan dalam merefleksikan problem pembagunan,


pembagunan selama ini terbukti belum mewujudkan masyarakat adil dan
makmur kegagalan ini tidak terlepas dari konsep ontologis yang melandasi
konsep pembagunan di Indonesia. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa
dimensi ontologis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang eksitensi
ilmu pengetahuan, dengan demikian dimensi ontologis memberikan dasar
yang fundamental terhadap konsisitensi pengembagan dan penerapan ilmu
pengetahuan. landasan ontologis ini membawa implikasi bagi landasan
epistemologis dan aksiologis ilmu. Ketiga landasan ini senantiasa terkait dan
saling mempegaruhi.

Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan


keilmuannyahanya beradapada daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman
manusia.Objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengelaman
( Penciptamanusia) dan pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan
ilmunya pada pengatahuan lain. Ilmu merupakan salah satu pengetahuan dari
sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidpan dalam batas
batas ontologytertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang
bersifat empirisini secara konsisten dengan asas epistemologis keilmuan yang
mensyaratkanadanya verifikasi dalam proses penemuan dan penyusunan
pernyataanyang bersifat benar secara ilmiah.
Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri
memerlukan pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan
berpedoman kepada filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau
karakteristik dan spesifikasi pengetahuan yang berdimensi dan besifat ilmiah.
Ilmu kebidanan mempunyai beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik
obyek formal maupun obyek material yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Objek material ilmu kebidanan
Obyek material ilmu kebidanan adalah substansi dari obyek
penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek materia dalam disiplin
keilmuan kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak
dibawah lima tahuan (balita) dan wanita secara utuh (holistih) dalam
siklus kehidupannya ( kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasa lansia dini dan lansia lanjut) terutama dalam masa reproduksi
pada masa pra konsepsi, masa kehamilan, masa melahirkan, masa
nifas/masa menyusui dan bayi baru lahir.
 Objek formal ilmu kebidanan
Obyek formal ilmu kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada
obyek penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertenu. Obyek
formal dari disiplin keilmuan kebidanan adalah mempertahankan status
kesehatan reproduksi yaitu kesejahteraan wanita sejak lahir sampai
masa tuanya termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan
janinnya pada pra konsepsi masa kehamilan, masa persalinan, masa
nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang sejahtera pada
ibu dan janinnya dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara
bayinya secara optimal.

Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan


konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas,
berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan fikiran dasar obyek
forma dan obyek materia dalam mengisi kerangka konseptual ilmu kebidanan,
maka ilmu kebidanan ini dapat menerima dan menerapkan unsur pengetahuan
dari berbagai disiplin ilmu yang lain sesuai dengan kebutuhan ilmu kebidanan
itu sendiri, maka disusunlah tubuh pengetahuan kebidanan (Body of midwifery
knowledge) yang dikelompokan menjadi empat yaitu :

1) Ilmu Dasar yang diantaranya anatomi, psikologi, Mikrobiologi,


parasitologi, patofisiologi, fisika, biokimia\
2) Ilmu sosial yang diantaranya, pancasila dan wawasan nusantara, bahasa
indonesia, bahasa inggris, sosiologi, antropologi, psikologi, administrasi
dan kepemimpinan, ilmu komunikasi, humaniora, pendidikan (Prinsip
Belajar dan Mengajar)
3) Ilmu terapan yang diantaranya, kedokteran, farmakologi, epidemiologi,
statistik, tenik kesehatan dasar (TKD)/Keperawatan dasar, paradigma
sehat, ilmu Gizi, hukum kesehatan, kesehatan masyarakat, metode riset
4) Ilmu kebidanan
III. EPISTEMOLOGI
Epistemologi dari bahasa yunani episteme (pengetahuan) dan Logos (ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis
pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan
dan dibahas dalam bidang Filsafat,1 misalnya tentang apa itu pengetahuan,
bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungan dengan kebenaran
dan keyakinan.
Epistemologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat
dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indra dengan berbagai metode, diantaranya : metode induktif, metode
deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Landasan epistemology ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode
ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah
Landasan efistemologis ilmu tercermin secara operasional dalam metode
ilmiah. Padadasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan
menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan:
1. Kerangka pemikiran, yang bersifat logis dengan argumentasi yang
bersifatkonsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil
disusun
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran
tersebut
3. Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji
kebenaran pernyataan secara faktual. Secara akronim metode ilmiah
terkenal sebagai logica – hypotetico – verifikatif atau deducto – hypotetic
– verfikati

Kerangka pemikiran yang bersifat logis adalah argumentasi yang bersifat


rasional dalammengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verfikasi
secara empiris berartievaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis
terhadap kenyataan faktual.Verifikasi ini menyatakan bahwa ilmu terbuka
untuk kebenaran lain selain yangterkandung dalam hipotesis (mungkin fakta
menolak pernyataan hipotesis). Kebenaranilmiah dengan keterbukaan terhadap
kebenaran baru mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya secara berulang
(siklus) berdasarkan berfikir kritis.

Disamping sikap moral yang secara implisit terkait dengan proses logico-
hypotetico-verifikatif tersebut terdapat azas moral yang secara eksplisit
merupakan yang bersifatseharusnya dalam efistemologis keilmuan. Azas
tersebut menyatakan bahwa dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya
ilmiah harus ditujukan untuk menemukankebenaran yang dilakukan dengan
penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentinganlangsung tertentu dan hak
hidup yang berdasarkan argumentasi secara individual.

IV. AKSIOLOGI
Aksiologi merupakan nilai kegunaan ilmu. Ilmu akan berguna bagi
perkembangan peradaban manusia. Di dalam kehidupan, ilmu akan saling terkait
dengan moral. Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk
menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih
lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sejarah
kemanusiaan dihasi oleh semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya
demi mempertahankan apa yang dianggap benar. Peradaban telah menyaksikan
Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar. Sejarah tidak berhenti
disini, kemanusiaan tidak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran.
Tanpa landasan moral, ilmuwan rawan sekali dalam melakukan prostitusi
intelektual
Aksiologis keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengetahuan ilmiah baik secara internal, eksternal maupun sosial. Nilai internal
berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
tanpa mengesampingkan fitrah manusia. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai
yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Nilai sosial menyangkut
pandangan masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi
tertentu. Oleh karena itu, kode etik profesi merupakan suatu persyaratan mutlak
bagi keberadaan suatu profesi. Kode etik profesi ini pada hakekatnya bersumber
dari nilai internal dan eksternal dari suatu disiplin keilmuan. Bangsa indonesia
berbahagia karena kebidanan sebagai suatu profesi dibidang kesehatan telah
memiliki kode etik yang mutlak diaplikasikan kedalam praktek klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
keuntungan/berfaedah bagi manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan
sebagai saran atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia dan kelestarian/ keseimbangan
alam. Untuk kepentiungan manusia tersebut maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh dan disusun merupakan milik bersama, dimana setiap orang berhak
memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti ilmu tidak
mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama.
DAFTAR PUSTAKA

Jujun s. suriasumantri. 2017. Filsafat Ilmu. Universitas Gajah Mada Yogyakarta : Yogyakarta

Riana Ulfah. 2020. Konsep Kebidanan .Bandung : Media Sains Indonesia

Nurrobikha, Asmawati. 2015. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: Deepublish

Nur Sri Hayati. 2021. Konsep Manusia Berdasarkan Tinjauan Filsafat. Institut Agama Islam
Negeri Padangsidimpuan : Padangsidempuan

Anda mungkin juga menyukai