Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME HAM DAN KEBHINEKAAN

“Budaya demokrasi menuju masyarakat Madani (Makna, Ciri – Ciri, Proses

Menuju Masyarakat Madani), Pemilu Sebagai Sarana Demokrasi Di Indonesia,

Penerapan Perilaku Demokrasi Dalam Kehidupan Dekeluarga, Disekolah,

Masyarakat, Dan Negara Serta Pemilu 2014 Dalam Rangka Budaya Politik

Bangsa”

OLEH:

NINING YULIANTI FITRI

NIM: 19129141

19 BB 05

DOSEN PENGAJAR:

Dra. Reinita, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PADANG

2020

A. Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani (Makna, Ciri – Ciri, Proses

Menuju Masyarakat Madani)

1. Makna Masyarakat madani

Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil
society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah
societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya istilah civil
society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang terutama bercirikan
kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara serta
keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi masyarakat.

Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga,


masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat berbudaya. Istilah
civil society berasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei artinya kota Ilahi. Asal kata
civil adalah civilization yang artinya peradaban. Civil society secara sederhana dapat
diartikan sebagai masyarakat beradab.

2. Ciri – Ciri Masyarakat Madani

Menurut Bahmueller (dalam Suyatmi 2011) ada beberapa ciri-ciri masyarakat


madani, di antaranya yaitu sebagai berikut:

a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok minoritas ke dalam

masyarakat.

b. Melalui kontak sosial dan aliansi sosial


c. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi

dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

d. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara

dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

e. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena

keanggotaan organisasi-organisasi volunteer( sukarela ) mampu memberikan

masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

f. Tumbuh kembangnya kreativitas yang pada mulanya terhambat oleh rezim

rezim otoriter.

g. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu

individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan

diri sendiri.

h. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial

dengan berbagai ragam perspektif.

Adapun suatu masyarakat juga dapat dikatakan madani apabila telah


memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :

a. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasikan kepada publik.

b. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga


muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi
dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan
kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan
menerima perlakuan demokratis dari orang lain.

c. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik


dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.

d. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang


majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan
merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

e. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang


proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.

f. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari


rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat
memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.

g. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.


Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan
dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

3. Proses Menuju Masyarakat Madani

Terdapat beberapa proses yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat


madani, yakni pelaksanaan democratic governance (pemerintahan demokratis yang
dipilih dan berkuasa secara demokratis) dan democratic civilian (masyarakat sipil
yang sanggup menjunjung nilai-nilai keamanan sipil (civil security), tanggung jawab
sipil (civil responsibility), dan ketahanan sipil (civil resilience).

Menurut Suyatmi (2011) ada tujuh prasyarat agar terciptanya masyarakat


madani, yaitu sebagai berikut :

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam


masyarakat.

b. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugastugas kehidupan
dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antarkelompok.

c. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan atau dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

d. Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat dan lembagalembaga


swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum, sehingga isu-isu kepentingan bersama
dan kebijakan publik dapat dikembangkan.

e. Adanya persatuan antarkelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling


menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan.

f. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga


ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.

g. Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan-jaringan


kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi
antarmasyarakat secara teratur, terbuka, dan terpercaya.

B. Penerapan Perilaku Demokrasi Dalam Kehidupan Dekeluarga, Disekolah,

Masyarakat, Dan Negara

Menurut Kemendikbud(2012:15-16) penerapan perilaku demokrasi dapat


dilakukan dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan keluarga.

Contoh demokrasi dalam keluarga

sebagai berikut:

a. Menghargai pendapat semua anggota keluarga.

b. Tidak memaksakan kehendak kepada sesama anggota keluarga.


c. Menghargai adanya perbedaan karakter/sikap sesama anggota keluarga.

d. Melakukan musyawarah dalam pembagian kerja.

e. Terbuka dalam memecahkan masalah.

f. Saling menyayangi sesama anggota keluarga.

2. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan sekolah.

Terapkanlah demokrasi dalam:

a. pemilihan ketua kelas dan pemilihan ketua OSIS yang diselenggarakan secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil selaras dengan asas pemilu

yang demokratis.

b. pembagian tugas piket sehari-hari di kelas dilaksanakan secara konsisten.

c. mentaati peraturan yang diberlakukan sekolah. Apabila ada persoalan yang

berhubungan dengan kepentingan bersama di sekolah, sebaiknya diselesaikan

secara demokratis.

d. Memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengajukan gagasan, pikiran

atau pendapat demi kebaikan dan kemajuan.

3. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan masyarakat.

Contoh demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:

a. membiasakan diri membentuk pimpinan organisasi melalui pemilihan;

b. bersedia dipilih menjadi pimpinan dan bersedia dipimpin;

c. bersedia menerima segala bentuk perbedaan yang ada dalam masyarakat;

d. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dan menghindari segala


bentuk kekerasan terhadap orang lain;

e. tidak mencampuri urusan pribadi orang lain;

f. kesediaan hidup bersama dengan semua warga tanpa membeda-bedakan;

g. menyelesaikan masalah dengan mengutamakan kesepakatan atau

musyawarah.

h. bersedia mengakui kesalahan sendiri.

4. Pelaksanaan demokrasi di lingkungan negara.

Contoh penerapan budaya demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara

adalah sebagai berikut.

a) Berani bertanggung jawab terhadap sikap dan perbuatan yang dilakukan,

b) Tidak memberi contoh perilaku kekerasan kepada warga,

c) Tidak saling menghujat, memfitnah, mengatakan buruk kepada sesama

pemimpin,

d) Sikap terbuka dan tidak berbohong kepada publik,

e) Sikap mengedepankan kedamaian pada masyarakat,

f) Perilaku taat pada hukum dan peraturan perundang-undangan,

g) Mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah-masalah

kenegaraan,

h) Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab kepada publik,

i) Bersedia para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai

pendapat warganya, dan

j) Bersedia menerima kekalahan secara dewasa dan ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai