SISTEM KOLOID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Nabila
Manda
Heni Lusiana
Komang Suci
Nur Rismawati
Intan Nuraini
Ira Maelani Putri
Tyo Dodi Handoko
I Gede Yudhistira Suadnyana
XI MIPA 2
SMA NEGERI 10 LUWU UTARA
SISTEM KOLOID
D. PEMBUATAN KOLOID
Ada dua metode pembuatan koloid, yaitu dengan cara kondensasi dan dispersi. Berikut ini adalah
penjelasannya.
1. Pembuatan Koloid dengan Cara Kondensasi
Proses pembuatan koloid dengan metode kondensasi adalah menggabungkan ion, atom,
molekul, atau partikel yang kecil menjadi ukuran yang lebih besar.
Contoh pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah :
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contohnya,
saat pembuatan sol emas yang dilakukan dengan mereduksi garamnya. Lalu, menggunakan
reduktor formaldehida, maka reaksi kimianya dapat dituliskan:
Contoh lain reaksi redoks dalam pembuatan koloid dapat ditemukan pada reaksi kimia
pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida dan belerang dioksida.
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi suatu zat yang membutuhkan air pada prosesnya.
Contoh reaksi hidrolisis adalah saat pembuatan sol Fe(OH)3 yang terbuat dari larutan
FeCl3. FeCl3 ditambahkan pada air panas dalam prosesnya, sehingga menghasilkan sol
Fe(OH)3.
Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
c. Dekomposisi Rangkap
Pembuatan koloid dengan teknik dekomposisi rangkap. Misalnya, saat membuat sol AgCl
dengan cara mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer. Rumus reaksi
kimianya dapat dituliskan :
d. Penggantian Pelarut
Selain menggunakan cara-cara kimia, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan
menggantikan pelarut. Misalnya, saat membuat larutan jenuh asam asetat, lalu
dicampurkan dengan alkohol yang akan membentuk koloid berupa gel.
Selain itu, saat kamu membuat sol belerang. Belerang bersifat mudah larut pada etanol dan
sukar larut pada air. Untuk membuat sol belerang, nantinya akan dilarutkan dalam etanol
terlebih dahulu.
Kemudian, larutan belerang dan etanol tersebut dimasukkan ke dalam air sedikit demi
sedikit. Partikel belerang akan menggumpal dan berbentuk sol dalam air.
2. Pembuatan Koloid dengan Cara Dispersi
Pembuatan koloid secara dispersi adalah memecahkan berbagai partikel kasar menjadi
berukuran koloid. Setelah itu, partikel tersebut didispersikan dalam medium pendispersinya.
Ada tiga teknik pembuatan sistem koloid dengan metode dispersi, yaitu mekanik, peptisasi,
dan busur Bredig. Berikut adalah contoh pembuatan koloid dengan cara dispersi.
a. Teknik Mekanik
Teknik mekanik dalam pembuatan koloid ini akan menggerus butir-butir kasar dengan
penggiling koloid hingga tingkat kehalusan tertentu. Kemudian, butiran halus tersebut
dicampur dengan medium dispersi. Misalnya, saat membuat sol belerang. Awalnya,
belerang yang berbentuk serbuk digerus dan dicampurkan dengan air.
b. Teknik Peptisasi
Teknik peptisasi merupakan salah satu teknik pembuatan koloid yang berasal dari butir-
butir kasar atau endapan yang pada prosesnya dibantu oleh zat pemeptisasi. Zat inilah yang
memecahkan butiran kasar menjadi butiran koloid. Contohnya, saat pemecahan zat protein
dalam tubuh yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
4. PENJERNIHAN AIR
Penerapan sifat koloid dalam proses penjernihan air adalah :
Adsorpsi.
Koagulasi.
Pembahasan :
Penggunaan tawas merupakan contoh penerapan dua sifat koloid sekaligus, yakni adsorpsi
dan koagulasi. Air yang keruh dapat dijernihkan dengan penambahan tawas. Kegunaan utama
tawas adalah untuk menjernihkan air.
Peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat disebut adsorpsi. Suatu sistem koloid
mempunyai kemampuan mengadsorpsi sebab zat-zat dalam bentuk koloid memiliki bentuk
permukaan yang sangat luas. Apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid,
maka partikel koloid tersebut akan bermuatan listrik. Hal itulah yang dapat mengakibatkan
terjadinya pengikatan kotoran-kotoran dalam air.
Partikel-partikel koloid dapat mengalami koagulasi atau penggumpalan dengan penambahan
suatu elektrolit. Tawas (atau alum) mempunyai rumus kimia K₂SO₄.Al₂(SO₄)₃.24H₂O.
Terdapat ikatan ion karena mengandung kation logam (K dan Al) sehingga bersifat elektrolit.
Koloid Al(OH)₃ yang terbentuk akan mengadsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan
kotoran-kotoran dalam air. Jadi, setelah peristiwa adsorpsi dilanjutkan dengan penggumpalan
kotoran-kotoran dalam air dalam ukuran molekul cukup besar dan memudahkan untuk
disingkirkan dalam pembersihan air, misalnya penjernihan air kolam yang dilakukan secara
rutin.
Catatan:
Bedakan adsorpsi dengan absorpsi. Absorbsi adalah penyerapan hingga ke bagian dalam di
bawah permukaan suatu zat.
Bedakan tawas dengan kaporit. Kaporit (nama dagang) atau kalsium hipoklorit (nama
IUPAC) adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(ClO)₂. Terdapat ikatan ion
karena mengandung kation logam (Ca) sehingga bersifat elektrolit. Kaporit digunakan
sebagai zat disinfektan air.