Anda di halaman 1dari 27

Patofisiologi Konsep Keperawatan Pada Anak

Dan Asuhan Keperawatan Dengan Intervensi Pemberian Kemoterapi

Diajukan Sebagai Tugas Keperawatan Anak II

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7 :

Syukrizal (1907201068)

Karlina (1907201054)

Mirauzah (1907201061)

Iklimawati (1907201006)

Cut Dilla Fazira (1907201047)

Dosen Pembimbing :

Ns. Inong Sri Rahayu, M.kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LHOKSEUMAWE 2021
BAB I

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Kemoterapi


Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker seperrti radiasi
atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti
obat yang menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah
menyebar jauh ke tempat lain (Rasjidi, 2007).
Obat-obat anti kanker dapat digunakan sebagai terapi tunggal (Aktive single
agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatnya
potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah
satu obat sensitif terhadap obat lainnya.
B. Tujuan penggunaan kemoterapi
 Terapi adjuvant
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi , dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
 Terapi neodjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan masa tumor,
biasanya kombinasi dengan radioterapi.
 Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk
diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
 Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
 Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi (Rasjidi, 2007).
C. Manfaat kemoterapi
Adapun manfaat kemoterapi sebagai berikut :
1. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis.
Kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.
2. Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker agar
tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
3. Mengurangi gejala
Apabila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti
meringankan rasa sakit dan memberikan perasaan lebih baik serta menperkecil
ukuran kanker pada daerah yang diserang.
D. Syarat pasien yang layak mendapatkan tindakan kemoterapi
 Jumlah lekosit ˃=3000/ml.
 Jumlah trombosit ˃= 120.0000/ul.
 Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb ˃ 10 gram %.
 Creatinin clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (tes faal ginjal).
 Bilirubin ˃2 mg/dl. SGOT dan SGPT dalam batas normal (tes faal hepar).
 Elektrolit dalam batas normal.
 Keadaan umum cukup baik
E. Cara pemberian kemoterapi
a. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya
adalah chlorambucil dan etoposide (vp-16).
b. Pemberian secara intra-muskular
Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak
diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberiandua-tiga kali berturut-turut
yang dapat diberikan intra-muskulus antara lain bleomicin dan methotrexate.
c. Pemberian intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau diberikan
secara infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang paling
umum dan banyak digunakan.
d. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup
banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat filter, serta
memerlukan keterampilan tersendiri.
F. Cara kerja kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur.
Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain akan
mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak terkontrol,
yang pada akhirnya akan terjadi suatu masa yang dikenal sebagai tumor (Rasjidi,
2007).
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu :
1. Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat ketika ada sinyal untuk berkembang, sel
ini akan memasuki fase G1.
2. Fase G1, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang diperantarai oleh beberapa
protein penting untuk bereproduksi. Fase ini berlangsung 18-30 jam.
3. Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel berlangsung selama 18-
20 jam.
4. Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlangsung 2-10 jam.
5. Fase M sel dibagi menjadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-60 menit.
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai
target dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi
aktif pada saat sel sedang bereproduksi (bukan pada fase G0), sehingga sel tumor
yang aktif merupakan target utama dari kemoterapi namun sel yang sehat juga
bereproduksi, maka tidak tertutup kemungkinan mereka juga akan berpengaruh oleh
kemoterapi, yang akan muncul sebagai efek samping obat (Rasjidi, 2007).
G. Efek samping kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi meliputi, anemia, trombositopenia, leucopenia,
mual dan muntah, alopesia (rambut rontok), stomatitis, reaksi alergi, neurotoksik, dan
ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan subkutan yang berakibat
timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi jaringan) (Rasjidi, 2007).
a) Efek kemoterapi secara fisik
Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain
dampak terhadap fisik dan psikologis kemoterapi memberikan efek nyata kepada
fisik pasien, setiap orang memiliki variasi yang berbeda dalam merespon obat
kemoterapi, efek fisik yang tidak diberikan penanganan yang baik dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien, adapun dampak kemoterapi adalah sebagai
berikut (Ambarwati, 2014).
 Mual dan muntah
 Konstipasi
 Neuropati perifer
 Toksisitas kulit
 Kerontokan rambut
 Penurunan berat badan
 Kelelahan
 Penurunan nafsu makan
 Perubahan rasa dan nyeri
b) Efek samping psikologi
Wijayanti (2007) menyebutkan beberapa dampak psikologi pasien kanker
diantaranya sebagai berikut :
1. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah kondisi psikologis yang disebabkan oleh gangguan
motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman di luar kontrol
organisme. Ketidakberdayaan pada penderita kanker bisa terjadi karena proses
kognitif pada penderita yang berupa pikiran bahwa usahanya selama ini untuk
memperpanjang hidupnya atau mendapatkan kesembuhan, ternyata
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (perasaan mual, rambut
rontok, diare kronis , kulit menghitam, pusing, dan kehilangan energi). Efek
samping yang tidak diinginkan dapat muncul berupa proses emosi dimana
penderita merasa bahwa mereka hanya dijadikan sebagai objek uji coba dokter.
Proses kognisi dan emosi inilah seorang penderita melakukan suatu reaksi
penolakan sebagai gangguan dalam hal motivasi. Munculnya ketidakberdayaan
ini mampu menimbulkan suatu bentuk tingkah laku yang dapat dilihat oleh
semua orang. Bentuk tingkah laku ini bisa seperti marah dan seolah mencoba
mengontrol lingkungan untuk menerima keberadaan mereka. Ketidakberdayaan
dapat menyebabkan penderita kanker mengalami dampak psikologis lain yaitu
depresi (Wijayanti, 2007).
2. Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan psikologis yang disebabkan oleh adanya rasa
khawatir yang terus-menerus ditimbulkan oleh adanya adanya inner conflict.
Dampak kecemasan yang muncul pada penderita kanker adalah berupa
rasa takut bahwa usianya akan singkat (berkaitan dengan inner conflict).
Inner conflict berupa kegiatan untuk menjalani pengobatan agar bisa sembuh
tetapi tidak mau menerima adanya risiko bagi penampilannya. Risiko disini
dapat berupa rambut rontok dan kulit menghitam akibat kemoterapi, atau
hilangnya payudara akibat operasi. Kecemasan dapat digolongkan dalam bentuk
covert behavior, karena merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses
inner conflict. Kecemasan dapat pula muncul sebagai reaksi terhadap diagnosis
penyakit parah yang dideritanya. Sebagai seseorang yang awalnya merasa tidak
dapat disembuhkan, tentu saja muncul penolakan yang berupa ketidakpercayaan
terhadap diagnosa.
3. Rasa malu
Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup
perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita kanker muncul karena
ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dan kerusakan
dalam organ.
4. Harga diri
Sebagai penderita penyakit terminal seperti kanker, disebutkan bahwa pada diri
penderita mengalami perubahan dalam konsep diri . harga diri merupakan
bagian dari konsep diri, apabila konsep diri menurun diartikan bahwa harga
dirinya juga menurun. Terjadinya penurunan diri sejalan dengan memburuknya
kondisi fisik, yaitu pasien tidak dapat merawat diri sendiri dan sulit
menampilkan diri secara efektif. Ancaman paling berat pada psikologisnya
adalah kehilangan harga diri. Penurunan dan kehilangan harga diri merupakan
reaksi emosi yang muncul pada perasaan penderita kanker.
5. Stres
Stres yang muncul sebagai dampak pada penderita kanker memfokuskan
pada reaksi seseorang terhadap stressor. Stressor dalam hal ini adalah penyakit
kanker. Stres yang muncul ini merupakan bentuk manifestasi perilaku yang
tidak muncul dalam perilaku yang nampak (covert behavior). Stres ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah dukungan sosial.
Dukungan sosial sangat berguna untuk menjaga kesehatan seseorang
dalam keadaan stres.
6. Depresi
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa, dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Salah satu akibat
dari kecemasan yang berupa usianya akan singkat, menjadikan perasaan putus
asa dalam diri penderita kanker. Ketidakberdayaan yang menjadi dampak
psikologis memicu timbulnya perasaan depresi. Penderita kanker payudara
umumnya mengalami depresi dan hal ini tampak nyata terutama
disebabkan karena rasa nyeri yang tidak teratasi dengan gejala sebagai berikut:
Penurunan gairah hidup, perasaan menarik diri, ketidak kemampuan,
dan gangguan harga diri.Somatis berupa berat badan menurun drastis dan
insomnia. Rasa lelah dan tidak memiliki daya kekuatan.
7. Amarah
Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul suatu ekspresi
emosional tidak sengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak
menyenangkan dan disebut sebagai amarah. Semua suasana sensori ini
dapat berpadu dalam pikiran orang dan membentuk suatu reaksi yang disebut
marah. Reaksi amarah yang muncul ini tentu saja dapat terjadi pada penderita
kanker, karena suatu penyakit merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.
Munculnya reaksi marah pada penderita kanker dapat muncul karena perasaan
bahwa banyak kegiatan hariannya yang diinterupsi oleh penyakit yang
membuatnya tidak berdaya. Reaksi marah yang muncul bisa berupa reaksi
motorik (overt behavior) seperti tangan mengepal, perubahan raut muka
seperti alis mengkerut.

c) Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :


 Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh
tertentu.
 Dosis.
 Jadwal pemberian
 Pemberian (intra vena, intra muskular, peroral, per drip infus).
 Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada
organ tertentu.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN ANAK DENGAN POST KEMOTERAPI
1) Pengkajian
 Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya.
 Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter
misalnya kembar.
 Kaji tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas,
infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemarahan atau hitam tanpa pus.
 Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan kelelahan, pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak nafas cepat.
 Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, pendarahan membran
mukosa, pembentukan hematoma, kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulla,
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
 Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi sekitar
rektal dan nyeri.
2) Analisa data keperawatan
Data subjektif
 Lelah
 Pusing
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Priapismus
 Hilangnya nafsu makan
 Demam
 Nyeri tulang dan persendian
Data objektif
 Pembengkakan kelenjar lympa
 Anemia
 Pendarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel-sel muda
3) Diagnosa keperawatan
 Kelemahan / keletihan
 Risiko cidera
 Risiko infeksi
 Nyeri akut
4) Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL NOC NIC
1. Kelemahan/ keletihan  Endurance  Observasi adanya
 Concentrasion pembatasan klien dalam
 Energy conservation melakukan aktivitas.
 Nutritional status : energy  Dorong anak untuk
Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan terhadap
 Memverbalisasikan keterbatasan.
peningkatan energy untuk  Kaji adanya faktor yang
merasa lebih baik. menyebabkan kelelahan.
 Menjelaskan penggunaan  Monitor nutrisi dan sumber
energy untuk mengatasi energy yang ade kuat.
kelelahan.  Monitor klien adanya
 Kecemasan menurun kelelahan fisik dan emosi secara
 Glukosa darah adekuat berlebihan.
 Kualitas hidup meningkat  Monitor respon
 Istirahat cukup kardiovaskuler terhadap aktivitas.
 Mempertahankan  Monitor pola tidur dan
kemampuan untuk lamanya tidur/istirahat klien.
berkonsentrasi.  Dukung klien dan keluarga
untuk mengungkapkan perasaan
berhubungan dengan perubahan
hidup yang disebabkan keletihan.
 Bantu aktivitas sehari-hari
 Tingkatkan baring dan
pembatasan aktivitas (tingkatkan
periode istirahat).
 Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatnya asupan
makanan yang berenergi tinggi.
 Behavior management
 Activity terapy
 Energy management
 Nutrition management
2. Risiko cidera  Risk control Manajemen lingkungan
Kriteria hasil  Sediakan lingkungan yang
 Klien terbebas dari cidera. aman untuk klien.
 Klien mampu menjelaskan  Identifikasi kebutuhan
cara metode untuk mencegah keamanan klien, sesuai kondisi
injury/cidera. fisik dan fungsi kognitif klien dan
 Klien mampu menjelaskan riwayat penyakit terdahulu.
faktor risiko dari lingkungan/  Menghindarkan lingkungan
perilaku personal. yng berbahaya (misalnya
 Mempunyai gaya hidup memindahkan perabotan).
untuk mencegah injury.  Menyediakan tempat tidur
 Menggunakan fasilitas yang bersih.
kesehatan yang ada.  Menempatkan sekitar lampu
 Mampu mengamati ditempat yang mudah dijangkau
perubahan status kesehatan. klien.
 Membatasi pengunjung.
 Menganjurkan keluarga
untuk menemani klien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan.
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan.
 Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
3. Risiko infeksi Immune status Kontrol infeksi
Knowledge : infection control  Bersihkan lingkungan setelah
Risk control dipakai klien lain.
Kriteria hasil :  Pertahankan teknik isolasi.
 Klien bebas dari tanda dan  Apabila perlu batasi
gejala infeksi. pengunjung.
 Mendeskripsikan proses  Instruksikan kepada
penularan penyakit, faktor yang pengunjung untuk mencuci tangan
mempengaruhi penularan serta sebelum berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya. meninggalkan klien.
 Menunjukkan kemampuan  Gunakan sabun antimikroba
untuk mencegah timbulnya untuk mencuci tangan.
infeksi.  Cuci tangan setiap sebelum
 Jumlah leukosit dalam dan sesudah melakukan tindakan
batas normal. keperawatan.
 Menunjukkan perilaku  Gunakan baju, sarung tangan
hidup sehat. sebagai alat perlindung.
 Pertahankan lingkungan
aseptic selama pemasangan alat.
 Ganti letak intra vena perifer
dan line control dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum.
 Tingkatkan intake cairan.
 Berikan terapi antibiotic
apabila perlu.
4. Nyeri akut Pain level Pain management
Pain control  Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secara komprehensif termasuk
 Mampu mengontrol nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
(penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor
menggunakan teknik untuk presipitasi.
mengurangi nyeri, mencari  Observasi reaksi nonverbal
bantuan). dari ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri  Gunakan teknik komunikasi
berkurang dengan menggunakan terapeutik untuk mengetahui
management nyeri pengalaman nyeri pada klien.
 Mampu mengenali nyeri  Kaji kultur yang
(skala, intensitas, frekuensi dan mempengaruhi respon nyeri.
tanda nyeri).  Evaluasi pengalaman nyeri
 Menyatakan rasa nyaman masa lampau.
setelah nyeri berkurang.  Evaluasi bersama klien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa
lampau.
 Bantu klien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
dukungan.
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebingungan.
 Kurangi faktor prespitasi
nyeri.
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan
interpersonal).
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukkan intervensi.
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologis.
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN APLIKASI (KASUS)
1) Pengkajian keperawatan
i. Pengumpulan data
ii.Identitas klien

Nama : An. G

Umur : 8 tahun

Tanggal lahir : 16 Agustus 2008

Jenis kelamin : perempuan

Status kawin : belum kawin

Agama : islam

Pendidikan : SD

Anak ke- : ke-2

Alamat : pasar lama. Pasar lama muaro air haji, linggo sari
baganti, kabupaten pesisir selatan

Tanggal masuk RS : 30 Mei 2017

Tanggal pengkajian : 30 Mei 2017

Diagnosa medis : ALL (leukemia limfoblastik akut)

No MR : 977092

Ruang rawat : ruang rawat kronis IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M.
Djamil padang.

i. Identifikasi penanggung jawab


Nama : Ny. F
Umur : 42 Tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : pasar lama, pasar lama muaro air haji, linggo sari baganti,
kabupaten pesisir selatan.

ii. Riwayat kesehatan


Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan Utama
An. G dibawa ke RSUP Dr. M. Djamil padang melalui poliklinik pada tanggal
30 mei 2017 dengan keluhan anak tampak pucat dan nafsu makan berkurang
sebelum masuk ke rumah sakit.
2) Keluhan saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 mei 2017, ibu F mengatakan
anak tampak pucat dan nafsu makan berkurang. Ibu mengatakan anak tidak ada
demam. Anak sekarang menjalankan kemoterapi minggu ke-10 fase konsolidasi.
 Riwayat kesehatan dahulu
Ibu F mengatakan anaknya sudah didiagnosis menderita leukimia pada bulan
januari 2017 dan sudah menjalani kemoterapi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan anak,
penyakit infeksi lainnya.
 Riwayat imunisasi
Imuninasi anak tidak lengkap.
 Riwayat perkembangan anak
Berguling : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Tersenyum pertama kali : 4 bulan
Bicara pertama kali : 8 bulan kata ‘maaa’ ‘paa’
Berpakaian tanpa bantuan : 36 bulan
Kesimpulannya : An. G tidak mengalami keterlambatan
perkembangan.
 Lingkungan
Rumah : permanen, lantai keramik
Sampah : dibuang di TPA dan di angkut
setiap pagi oleh petugas.
Jamban : didalam rumah
Perkarangan : luas dan masih bertanah
Sumber air minum : air galon
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : kadang-kadang
Kesimpulannya : hygiene kurang dan sanitasi
lingkungan baik
 Pengkajian khusus
Pemeriksaan fisik

NO Pemeriksaan fisik hasil


1. Kesadaran Kompos mentis
GCS = E4 M6 V5
2. Tanda-tanda vital Nadi = 96×/mnt
Suhu = 36,3°C
RR = 21×/mnt
3. posture BB sekarang = 22 kg
TB = 110 cm
4. kepala Bentuk normal
Benjolan tidak ada
Rambut jarang dan rontok
5. Mata Simetris, konjungtiva subanemis
Sklera tidak ikterik
Reflek cahaya ada
Konjungtiva tidak anemis
6. Hidung Simetris
7. Mulut Mukosa bibir kering dan pucat
Rongga mulut bersih
8. Telinga Simetris
Bersih, pendengaran baik
Posisi puncak pina sejajar dengan
kontus mata
9. leher Tidak ada pembesaran pada kelenjar
getah bening
10. Thorak I = simetris ki = ka, tidak adanya
pergerakan dinding dada kedalam saat
bernafas.
Pa = fremitis ki = ka
Pe = sonor
A = bronkovesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
11. Jantung I = iktus cordis tidak terlihat
Pa = iktus kordis teraba 1 jari medial
Pe = tidak dilakukan
A = irama jantung reguler
12. Abdomen I = distensi (-) simetris
A = bissing usus (+)
Pa = nyeri (-)
Pe = thympani
13. Kulit Turgor kembali cepat
Oedema tidak ada
14. Ekstremitas atas Capillary reffil ˃ 2 detik
Akral hangat
Pada ekstremitas kiri tampak luka bekas
pemasangan infus yang menyebabkan
gatal-gatal dan kulit sekitarnya
kemerahan.
15. Ekstremitas bawah Capillary reffil ˃2 detik
Akral hangat
Tidak ada edema
16. Genitalia Bentuk normal
Genitalia bersih
 Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi dan cairan
Sehat : makanan biasa dengan nasi lauk dan sayuran, porsi
tidak habis. Minum air putih ± 500cc.
Sakit : diet makanan TKTP 1600 kkal, porsi tidak habis.
Istirahat yang cukup
Sehat : siang = pola tidur teratur 2-3 jam, malam = pola tidur
teratur tidur 8-9 jam.
Sakit : siang = pola tidur teratur, tidak ada gangguan,
malam = pola tidur teratur, tidak ada gangguan.
Eliminasi
Sehat : BAK = 5 kali sehari, warna kuning bening, lebih
kurang 400 cc, / kali. BAB = 1-2 kali sehari, warna kuning, konsistensi padat.
Sakit : BAK = lebih dari 3 kali, 100 cc, warna kuning,
menggunakan pampers. BAB = 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.
Personal hygiene
Sehat : An. G mandi di kamar mandi 2 kali sehari pagi dan
sore
Sakit : An. G di lap di atas tempat tidur oleh ibu 2 kali sehari
menggunakan washlap, gosok gigi pagi hari.
Aktivitas bermain
Sehat : anak bermain di lantai rumah, kadang bermain sendiri
dan kadang dengan orang tua dan teman-temannya.
Sakit : An. G bermain di atas tempat tidur bersama orang
tuanya
Rekreasi
Sehat : Ada
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 1 juni 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 10,4 g/dl 10,2 -15,7 g/dl
Leukosit 3.630/mm³ 5.000- 17.000 g/dl
Eritrosit 3,7 juta 4,0 – 5,2 juta
Trombosit 225.000/mm³ 150.000-50.000/mm³
Hematroklit 34 % 37-43 %
Retikulosit 3,1 % 0,5-2%
Hitungan jenis
Basofil 0% 0-2 %
Eosinofil 1% 1-4 %
N. Batang 1% 0-5 %
N. Segmen 39 % 29-65 %
Limfosit 59 % 29-65 %
Monosit 0% 2-11 %
Sel patologis Tidak ditemukan

 Terapi medis
a. MTX IT 12 gr
b. MTX HD 17 gr IV
c. Leucovenn 8 × 12 gr IV
d. Ondansentron

 Analisa Data

NO Analisa data penyebab masalah


1. DS : imunosupresi Resiko infeksi
- Ibu mengatakan anaknya pucat
sebelum masuk rumah sakit.
- Ibu mengatakan anaknya akan
menjalani kemoterapi.
DO :
- Anak tampak pucat
- Nadi : 94 ×/ menit
- Suhu : 36,3°C, pernafasan 21×/
menit
- Leukosit 3.630/ mm³
2. DS : Kurangnya asupan Ketidakseimbangan
- Ibu mengatakan nafsu makan makanan nutrisi kurang dari
anaknya berkurang. kebutuhan tubuh
- Ibu mengatakan anak tidak
menghabiskan porsi makanan
DO :
- Anak tampak malas makan
- Diet yang diberikan tidak tampak
tidak makan.
- BB 22 kg
- Membran mukosa bibir An G
tampak kering dan pucat
3. DS : imunodefisiensi Kerusakan integritas
- Ibu mengatakan pada tangan kiri kulit
anak terdapat bintik-bintik dan
kemerahan.
- An. G mengatakan tangan kiri
merasa gatal.
- Ibu mengatakan tangan kiri anak
terdapat luka bekas pemasangan
infus sebelumnya.
DO :
- Anak tampak menggaruk tangan
kiri.
- Pada ekstremitas kiri tampak bekas
luka pemasangan infus yang
menyebabkan gatal-gatal dan kulit
sekitarnya kemerahan.

 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Kerusakan integritas kulit

 Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Risiko infeksi Status imunitas Kontrol infeksi
Kriteria hasil : 1. bersihkan
1. fungsi lingkungan dengan
gastrointestinal baik setelah digunakan
2. Fungsi respirasi setiap pasien.
3. suhu tubuh 2. batasi pengunjung
4. integritas kulit 3. tempatkan isolasi
5. jumlah sel darah sesuai tindakan
putih absolut pencegahan yang
6. jumlah sel darah sesuai
putih diferensial 4. ajarkan cara cuci
tangan bagi tenaga
Respon pengobatan kesehatan.
Kriteria hasil : 5. anjurkan pasien dan
1. perubahan gejala pengunjung untuk
yang diharapkan mencuci tangan
2. pemeliharaan 6. jaga lingkungan
kadar darah yang aseptik yang optimal
diharapkan 7. tingkatkan intake
3. respon perilaku nutrisi
yang diharapkan 8. berikan terapi
4. reaksi alergi antibiotik yang sesuai
5. interaksi 9. ajarkan pasien dan
pengobatan. anggota keluarga
mengenai bagaimana
Status nutrisi menghindari infeksi.
Kriteria hasil :
1. asupan gizi Manajemen nutrisi
2. asupan makanan 1. identifikasi adanya
3. asupan cairan alergi atau intoleransi
4. energi makanan yang dimiiki
5. rasio berat pasien.
badan/ tinggi badan 2. instruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi.
3. ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
mengkonsumsi
makanan.

Monitor tanda-tanda
vital
1. monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan.
2. pemantauan suhu
tubuh secara terus-
menerus dengan tepat.
3. monitor dan
laporkan tanda dan
gejala leukemia.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Nutritional status Nutrition management
dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil : 1. kaji adanya alergi
1. asupan nutrisi makan
2. asupan makanan 2. tanyakan makanan
3. asupan cairan yang disukai pasien
3. kolaborasi dengan
4. energy ahli gizi untuk
5. berat/ tinggi menentukan jumlah
badan kalori dan nutrisi yang
6. bentuk otot dibutuhkan pasien
7. hidrasi 4. berikan makan yang
terpilih (sudah
Nutritional status dikonsultasikan dengan
food and fluid ahli gizi)
intake 5. monitor jumlah
Kriteria hasil : nutrisi dan kandungan
1. asupan makanan kalori
oral. 6. berikan informasi
2. asupan cairan mengenai kebutuhan
silang (NGT/OGT). nutrisi anak.
3. asupan cairan
oral. Nutrition monitoring
4. asupan nutrisi 1. berat badan pasien
parenteral. dalam batas normal.
2. monitor adanya
Nutritional status : penurunan berat badan
nutrient intake 3. monitor interaksi
Kriteria hasil : anak selama makan
1. asupan kalori 4. monitor perubahan
2. asupan protein kulit dan monitoring
3. asupan lemak pigmentasi
4. asupan 5. monitor turgor kulit
karbohidrat. 6. monitor mual dan
5. asupan serat muntah
6. asupan vitamin 7. monitor
7. asupan mineral pertumbuhan dan
8. asupan besi perkembangan
9. asupan kalsium 8. monitor pucat,
10. asupan sodium kemerahan dan
kekeringan pada
Weight : body mess konjungtiva
Kriteria hasil :
1. berat badan
2. ketebalan lipatan
kulit subskapularis
3. persentase lemak
tubuh
4. lingkar kepala
(cm)
5. tinggi badan/ cm
6. berat badan
percm
3. Nyeri akut Tissue integrity : Pressure management
skin and mucous 1. anjurkan pasien
membranes untuk menggunakan
Kriteria hasil : pakaian yang longgar
1. integritas kulit 2. hindari kerutan pada
baik bisa tempat tidur
dipertahankan 3. jaga kebersihan kulit
(sensasi, agar tetap bersih dan
elastiksitas, kering
temperature, 4. mobilisasi pasien
hidrasi, (ubah posisi pasien
pigmentasi). setiap 2 jam sekali)
2. tidak ada luka/ 5. monitor kulit akan
lesi pada kulit adanya kemerahan
3. perfusi jaringan 6. oleskan lotion atau
baik minyak baby oil pada
4. menunjukkan daerah yang tertekan
pemahaman dalam 7. monitor aktivitas dan
proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit dan mencegah 8. monitor status nutrisi
terjadinya cedera pasien
berulang. 9. memandikan pasien
5. mampu dengan sabun dan air
melindungi kulit hangat
dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatan
alami.

 Implementasi keperawatan

No Hari/ tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Selasa/ 30 mei Risiko infeksi 1. Membersihkan S:
2017 lingkungan dengan 1. Ibu F
Baik. mengatakan An. G
2. Membatasi tampak pucat
pengunjung 2. Ibu mengatakan
3. Mengajarkan An. G akan
pasien dan keluarga menjalani
cuci tangan kemoterapi
4. Meningkatkan minggu ke-10
intake nutrisi O:
dengan Anak tampak
cara perbanyak pucatAnak akan
makan buah. menjalanikemotera
5. Memberikan pi
terapi sesuai dengan Suhu 36,6 °C,
order dokter nadi
6. Memonitor tanda 100x/i,pernapasan
– tanda vital seperti 22x/i
suhu, nadi dan A : Masalah belum
pernapasan teratasi
7. Memantau suhu P : Intervensi
secara terus dilanjutkan
menerus
2. Ketidakseimban 1. Mengkaji anak S:
gan nutrisi mempunyai alergi Ibu F mengatakan
kurang dari terhadap makanan An. G kurang
kebutuhan tubuh 2. Berkolaborasi nafsu makan dan
dengan ahli gizi tidak
untuk menghabiskan
menentukan jumlah makanannya.
kalori dan nutrisi O:
yang dibutuhkan 1. BB: 22 kg
anak 2. Kulit tampak
3. Menilai jumlah pucat
nutrisi dan 3. Diet makanan
kandungan biasa TKTP 1600
kalori yang kkal
dibutuhkan anak 4. Porsi diet tidak
4. Memberikan habis
informasi kepada A: Masalah belum
orang tua mengenai teratasi
kebutuhan anak P: intervensi
terhadap nutrisi. dilanjutkan
5. Memantau
interaksi anak
selama makan
6. Mencatat jumlah
makanan yang
dihabiskan oleh
anak setiap kali
makan
7.mempersiapkan
lingkungan yang
aman pada saat
anak makan seperti
menghilangkan
bau- bau yang dapat
menghilangkan
nafsu makan anak
8. Memantau anak
mual muntah
selama
makan
9. Menganjurkan
ibu untuk terus
memberikan air
putih
Kerusakan integritas 1. menjaga S:
kulit kebersihan kulit Ibu F mengatakan
agar tetap bersih tangan kiri
dan kering An. G gatal-gatal
2. memonitor kulit Ibu F mengatakan
akan adanya terdapat
kemerahan luka bekas
3. mengoleskan pemasangan infus
lotion atau minyak O:
baby/baby oil pada 1. Pada
daerah yang ekstremitas kiri
tertekan tampak
4. memonitor luka bekas
aktivitas dan pemasangan infus
mobilisasi yang
pasien menyebabkan
5. memonitor status gatal- gatal
nutrisi pasien dan kulit
6. menganjurkan sekitarnya
keluarga kemerahan
memandikan 2. An.G tidak ada
pasien dengan alergi makanan
sabun dan air A: masalah belum
hangat teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai