Anda di halaman 1dari 7

26 Maret 2022

Ny. A, 38 tahun, P3A0, Post partum.

Data penatalaksanaan

Farmakologi:

- IVFD RL 500 mL 10 tpm


Obat pulang:

- Amoxicilin 2 x 500 mg tab


- Asam mefenamat 2 x 500 mg tab
- Metronidazole 2 x 500 mg tab
- Omeprazole 2 x 20 mg tab (Sebelum makan)
Edukasi:

- Mengedukasi pasien untuk membersihkan daerah kemaluan seperti biasa, luka bekas jahitan boleh terkena air dan harus
dibersihkan sesering mungkin agar luka cepat sembuh, serta mengganti pembalut sesering mungkin.
- Mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk merangsang air susu keluar dari payudara. Memberitahu
untuk tidak khawatir apabila ASI sedikit, nantinya akan bertambah banyak seiring bertambahnya hari, menyarankan untuk dilakukan
pompa asi apabila asi masih terus sedikit. Mengajarkan cara memberikan ASI dan cara menggendong bayi yang benar saat menyusui,
agar terjadi sentuhan antara bayi dan ibunya. Memberitahukan ibu agar memberi ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi, selain itu meneruskan pemberian ASI sampai dengan usia anak 2 tahun dengan makanan
samping.
- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi tidak boleh menggunakan gurita karena ikatan yang kencang pada gurita dapat membuat
ruang gerak dada bayi menjadi sempit dan dapat membuat bayi menjadi sesak napas.
- Memberitahukan ibu bahwa bayi sudah diberikan suntikan imunisasi HB-0, sembari menunjukkan tabel imunisasi yang ada di buku
pink (mmberitahukan juga pentingnya imunisasi bayi bayi) agar diperhatikan oleh ibu dan memeriksa bayi setiap bulan di posyandu
untuk melihat tumbuh kembang serta pemberian imunisasi.
- Menyarankan ibu untuk selalu menjemur bayi nya pada pagi hari selama 15 menit dengan mata di tutup oleh kain yang berfungsi
dalam pemberian vitamin D.

Data ringkasan penyakit

S: Pasien datang ke Puskesmas Wanakerta dan melahirkan bayinya, bayi lahir di depan IGD waktu datang pertama kali ke puskesmas Wanakerta
(25 Maret pukul 18.30). Saat ini pasien tidak memiliki keluhan seperti mual dan muntah, nyeri perut, serta perdarahan hebat dari jalan lahir.
Pasien juga sudah dapat makan dengan baik, dan sudah memberikan ASI kepada bayinya.

O:

Keadaan umum : tampak sehat, kesadaran: kompos mentis (E4M6V5)

TD: 124/85 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 15x/menit, Suhu: 36,3

Pemeriksaan fisik:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (-)

thorax : gerak napas teraba simetris, fremitus taktil kanan sama dengan kiri, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), Wheezing (-/-), bunyi jantung
s1 dan S2 reguler.

abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, nyeri tekan (-)

Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan genitalia eksterna : jahitan rapat, perdarahan (+) 50 ml sejak 8 jam yang lalu.

LATAR BELAKANG

ASI merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi baru lahir. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terjadi sangat pesat dalam waktu 2 tahun
pertama kehidupan (1000 hari) atau sering disebut juga dengan golden period, dengan demikian ASI sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan perkembangan ini apalagi untuk perkembangan otak anak. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI secara eksklusif yaitu selama 6 bulan
pertama kehidupan tanpa memberikan makanan ataupun asupan lain kepada bayi, selain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, system
pencernaan bayi yang juga masih berkembang sehingga bayi belum mampu untuk mencerna makanan lain ditambah dengan pertimbangan
kemungkinan adanya bakteri pada makanan, dimana ASI merupakan makanan yang steril bagi bayi. Posisi pemberian ASI pun juga penting
untuk diperhatikan yaitu bagi kenyamanan antara ibu dan bayi serta mempertimbangkan saluran napas bayi juga agar bagi dapat bernapas
dengan baik saat menyusu dan posisi yang tidak terlalu mendatar atau horizontal agar ASI dapat masuk ke dalam lambung dengan baik, melihat
bahwa sphincter LES pada bayi yang masiih lemas sehingga dapat terjadi reflux dan menghindari terjadinya aspirasi pada bayi, dengan demikian
setelah menyusui, baiknya bayi di gendong dengan posisi kepala di atas dan kaki di bawah agar ASI dapat turun ke pencernaan. Selain itu
memberitahukan juga kepada ibu bahwa ASI dapat diberikan dalam waktu 2 tahun dan setelah 6 bulan, bayi secara perlahan diberikan MPASI.

GAMBARAN PELAKSANAAN

Pelaksanaan edukasi dilakukan pada saat dilakukan pemeriksaan post partum pada ibu dan juga bayi yang dilahirkannya. Memberitahukan
kepada ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif yaitu 6 bulan disertai dengan cara pemberian ASI yang benar agar terjadi sentuhan antara
bayi dan ibu pada saat proses pemberian ASI serta posisi muka bayi agar jalur napas juga diperhatikan saat pemberian ASI. Selain itu juga
menjelaskan fungsi dari ASI dan adanya perkembangan otak yang pesat selama 2 tahun pertama kehidupan bayi, sehingga anak dapat
bertumbuh dengan baik.
4 Maret 2022

Ny. E, 32 tahun, P2A0, Post partum.

Data penatalaksanaan

Farmakologi:

- IVFD RL 500 mL 10 tpm


Obat pulang:

- Amoxicilin 2 x 500 mg tab


- Asam mefenamat 2 x 500 mg tab
- Metronidazole 2 x 500 mg tab
- Omeprazole 2 x 20 mg tab (Sebelum makan)
Edukasi:

- Mengedukasi pasien untuk membersihkan daerah kemaluan seperti biasa, luka bekas jahitan boleh terkena air dan harus
dibersihkan sesering mungkin agar luka cepat sembuh, serta mengganti pembalut sesering mungkin.
- Mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk merangsang air susu keluar dari payudara. Memberitahu
untuk tidak khawatir apabila ASI sedikit, nantinya akan bertambah banyak seiring bertambahnya hari, menyarankan untuk dilakukan
pompa asi apabila asi masih terus sedikit. Mengajarkan cara memberikan ASI dan cara menggendong bayi yang benar saat menyusui,
agar terjadi sentuhan antara bayi dan ibunya. Memberitahukan ibu agar memberi ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi, selain itu meneruskan pemberian ASI sampai dengan usia anak 2 tahun dengan makanan
samping.
- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi tidak boleh menggunakan gurita karena ikatan yang kencang pada gurita dapat membuat
ruang gerak dada bayi menjadi sempit dan dapat membuat bayi menjadi sesak napas.
- Memberitahukan ibu bahwa bayi sudah diberikan suntikan imunisasi HB-0, sembari menunjukkan tabel imunisasi yang ada di buku
pink (mmberitahukan juga pentingnya imunisasi bayi bayi) agar diperhatikan oleh ibu dan memeriksa bayi setiap bulan di posyandu
untuk melihat tumbuh kembang serta pemberian imunisasi.
- Menyarankan ibu untuk selalu menjemur bayi nya pada pagi hari selama 15 menit dengan mata di tutup oleh kain yang berfungsi
dalam pemberian vitamin D.

Data ringkasan penyakit

S: Pasien datang ke Puskesmas Wanakerta dan melahirkan bayinya, dengan usia kehamilan 36-37 minggu (06.30 WIB). Saat ini pasien tidak
memiliki keluhan seperti mual dan muntah, nyeri perut, serta perdarahan hebat dari jalan lahir. Pasien juga sudah dapat makan dengan baik,
dan sudah memberikan ASI kepada bayinya.

O:

Keadaan umum : tampak sehat, kesadaran: kompos mentis (E4M6V5)

TD: 122/82 mmHg, HR: 79x/menit, RR: 14x/menit, Suhu: 36,5

Pemeriksaan fisik:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (-)

thorax : gerak napas teraba simetris, fremitus taktil kanan sama dengan kiri, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), Wheezing (-/-), bunyi jantung
s1 dan S2 reguler.

abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, nyeri tekan (-)

Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan genitalia eksterna : jahitan rapat, perdarahan (+) 25 ml sejak 2 jam yang lalu.

LATAR BELAKANG

ASI merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi baru lahir. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terjadi sangat pesat dalam waktu 2 tahun
pertama kehidupan (1000 hari) atau sering disebut juga dengan golden period, dengan demikian ASI sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan perkembangan ini apalagi untuk perkembangan otak anak. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI secara eksklusif yaitu selama 6 bulan
pertama kehidupan tanpa memberikan makanan ataupun asupan lain kepada bayi, selain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, system
pencernaan bayi yang juga masih berkembang sehingga bayi belum mampu untuk mencerna makanan lain ditambah dengan pertimbangan
kemungkinan adanya bakteri pada makanan, dimana ASI merupakan makanan yang steril bagi bayi. Posisi pemberian ASI pun juga penting
untuk diperhatikan yaitu bagi kenyamanan antara ibu dan bayi serta mempertimbangkan saluran napas bayi juga agar bagi dapat bernapas
dengan baik saat menyusu dan posisi yang tidak terlalu mendatar atau horizontal agar ASI dapat masuk ke dalam lambung dengan baik, melihat
bahwa sphincter LES pada bayi yang masiih lemas sehingga dapat terjadi reflux dan menghindari terjadinya aspirasi pada bayi, dengan demikian
setelah menyusui, baiknya bayi di gendong dengan posisi kepala di atas dan kaki di bawah agar ASI dapat turun ke pencernaan. Selain itu
memberitahukan juga kepada ibu bahwa ASI dapat diberikan dalam waktu 2 tahun dan setelah 6 bulan, bayi secara perlahan diberikan MPASI.

GAMBARAN PELAKSANAAN

Pelaksanaan edukasi dilakukan pada saat dilakukan pemeriksaan post partum pada ibu dan juga bayi yang dilahirkannya. Memberitahukan
kepada ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif yaitu 6 bulan disertai dengan cara pemberian ASI yang benar agar terjadi sentuhan antara
bayi dan ibu pada saat proses pemberian ASI serta posisi muka bayi agar jalur napas juga diperhatikan saat pemberian ASI. Selain itu juga
menjelaskan fungsi dari ASI dan adanya perkembangan otak yang pesat selama 2 tahun pertama kehidupan bayi, sehingga anak dapat
bertumbuh dengan baik.
(9 April 2022)

Data dasar pasien

Ny. F, 23 tahun, P1A0, Post partum.

Data penatalaksanaan

Farmakologi:

- IVFD RL 500 mL 10 tpm


Obat pulang:

- Amoxicilin 2 x 500 mg tab


- Asam mefenamat 2 x 500 mg tab
- Metronidazole 2 x 500 mg tab
- Omeprazole 2 x 20 mg tab (Sebelum makan)
Edukasi:

- Mengedukasi pasien untuk membersihkan daerah kemaluan seperti biasa, luka bekas jahitan boleh terkena air dan harus
dibersihkan sesering mungkin agar luka cepat sembuh, serta mengganti pembalut sesering mungkin.
- Mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk merangsang air susu keluar dari payudara. Memberitahu
untuk tidak khawatir apabila ASI sedikit, nantinya akan bertambah banyak seiring bertambahnya hari, menyarankan untuk dilakukan
pompa asi apabila asi masih terus sedikit. Mengajarkan cara memberikan ASI dan cara menggendong bayi yang benar saat menyusui,
agar terjadi sentuhan antara bayi dan ibunya. Memberitahukan ibu agar memberi ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi, selain itu meneruskan pemberian ASI sampai dengan usia anak 2 tahun dengan makanan
samping.
- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi tidak boleh menggunakan gurita karena ikatan yang kencang pada gurita dapat membuat
ruang gerak dada bayi menjadi sempit dan dapat membuat bayi menjadi sesak napas.
- Memberitahukan ibu bahwa bayi sudah diberikan suntikan imunisasi HB-0, sembari menunjukkan tabel imunisasi yang ada di buku
pink (mmberitahukan juga pentingnya imunisasi bayi bayi) agar diperhatikan oleh ibu dan memeriksa bayi setiap bulan di posyandu
untuk melihat tumbuh kembang serta pemberian imunisasi.
- Menyarankan ibu untuk selalu menjemur bayi nya pada pagi hari selama 15 menit dengan mata di tutup oleh kain yang berfungsi
dalam pemberian vitamin D.

Data ringkasan penyakit

S: Pasien datang ke Puskesmas Wanakerta dan melahirkan bayinya, bayi lahir pada pukul 15.45 (8 April 2022). Saat ini pasien tidak memiliki
keluhan seperti mual dan muntah, nyeri perut, serta perdarahan hebat dari jalan lahir. Pasien juga sudah dapat makan dengan baik, dan sudah
memberikan ASI kepada bayinya.

O:

Keadaan umum : tampak sehat, kesadaran: kompos mentis (E4M6V5)

TD: 124/85 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 15x/menit, Suhu: 36,3

Pemeriksaan fisik:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (-)

thorax : gerak napas teraba simetris, fremitus taktil kanan sama dengan kiri, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), Wheezing (-/-), bunyi jantung
s1 dan S2 reguler.

abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, nyeri tekan (-)

Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan genitalia eksterna : jahitan rapat, perdarahan (+) 50 ml sejak 8 jam yang lalu.
KASUS 86 : Post partum (27 April 2022)

Data dasar pasien

Ny. D, 31 tahun, P3A0, Post partum.

Data penatalaksanaan

Farmakologi:

- IVFD RL 500 mL 10 tpm


Obat pulang:

- Amoxicilin 2 x 500 mg tab


- Asam mefenamat 2 x 500 mg tab
- Metronidazole 2 x 500 mg tab
- Omeprazole 2 x 20 mg tab (Sebelum makan)
Edukasi:

- Mengedukasi pasien untuk membersihkan daerah kemaluan seperti biasa, luka bekas jahitan boleh terkena air dan harus
dibersihkan sesering mungkin agar luka cepat sembuh, serta mengganti pembalut sesering mungkin.
- Mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk merangsang air susu keluar dari payudara. Memberitahu
untuk tidak khawatir apabila ASI sedikit, nantinya akan bertambah banyak seiring bertambahnya hari, menyarankan untuk dilakukan
pompa asi apabila asi masih terus sedikit. Mengajarkan cara memberikan ASI dan cara menggendong bayi yang benar saat menyusui,
agar terjadi sentuhan antara bayi dan ibunya. Memberitahukan ibu agar memberi ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi, selain itu meneruskan pemberian ASI sampai dengan usia anak 2 tahun dengan makanan
samping.
- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi tidak boleh menggunakan gurita karena ikatan yang kencang pada gurita dapat membuat
ruang gerak dada bayi menjadi sempit dan dapat membuat bayi menjadi sesak napas.
- Memberitahukan ibu bahwa bayi sudah diberikan suntikan imunisasi HB-0, sembari menunjukkan tabel imunisasi yang ada di buku
pink (mmberitahukan juga pentingnya imunisasi bayi bayi) agar diperhatikan oleh ibu dan memeriksa bayi setiap bulan di posyandu
untuk melihat tumbuh kembang serta pemberian imunisasi.
- Menyarankan ibu untuk selalu menjemur bayi nya pada pagi hari selama 15 menit dengan mata di tutup oleh kain yang berfungsi
dalam pemberian vitamin D.

Data ringkasan penyakit

S: Pasien datang ke Puskesmas Wanakerta dan melahirkan bayinya (27 April). Saat ini pasien tidak memiliki keluhan seperti mual dan muntah,
nyeri perut, serta perdarahan hebat dari jalan lahir. Pasien juga sudah dapat makan dengan baik, dan sudah memberikan ASI kepada bayinya.

O:

Keadaan umum : tampak sehat, kesadaran: kompos mentis (E4M6V5)

TD: 124/85 mmHg, HR: 84x/menit, RR: 15x/menit, Suhu: 36,3

Pemeriksaan fisik:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (-)

thorax : gerak napas teraba simetris, fremitus taktil kanan sama dengan kiri, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), Wheezing (-/-), bunyi jantung
s1 dan S2 reguler.

abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, nyeri tekan (-)

Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan genitalia eksterna : jahitan rapat, perdarahan (+) 50 ml sejak 8 jam yang lalu.
KASUS 88 : Post partum (4 Mei 2022)

Data dasar pasien

Ny. A, 39 tahun, P3A0, Post partum.

Data penatalaksanaan

Farmakologi:

- IVFD RL 500 mL 10 tpm


Obat pulang:

- Amoxicilin 2 x 500 mg tab


- Asam mefenamat 2 x 500 mg tab
- Metronidazole 2 x 500 mg tab
- Omeprazole 2 x 20 mg tab (Sebelum makan)
Edukasi:

- Mengedukasi pasien untuk membersihkan daerah kemaluan seperti biasa, luka bekas jahitan boleh terkena air dan harus
dibersihkan sesering mungkin agar luka cepat sembuh, serta mengganti pembalut sesering mungkin.
- Mengajarkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk merangsang air susu keluar dari payudara. Memberitahu
untuk tidak khawatir apabila ASI sedikit, nantinya akan bertambah banyak seiring bertambahnya hari, menyarankan untuk dilakukan
pompa asi apabila asi masih terus sedikit. Mengajarkan cara memberikan ASI dan cara menggendong bayi yang benar saat menyusui,
agar terjadi sentuhan antara bayi dan ibunya. Memberitahukan ibu agar memberi ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan lain kepada bayi, selain itu meneruskan pemberian ASI sampai dengan usia anak 2 tahun dengan makanan
samping.
- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi tidak boleh menggunakan gurita karena ikatan yang kencang pada gurita dapat membuat
ruang gerak dada bayi menjadi sempit dan dapat membuat bayi menjadi sesak napas.
- Memberitahukan ibu bahwa bayi sudah diberikan suntikan imunisasi HB-0, sembari menunjukkan tabel imunisasi yang ada di buku
pink (mmberitahukan juga pentingnya imunisasi bayi bayi) agar diperhatikan oleh ibu dan memeriksa bayi setiap bulan di posyandu
untuk melihat tumbuh kembang serta pemberian imunisasi.
- Menyarankan ibu untuk selalu menjemur bayi nya pada pagi hari selama 15 menit dengan mata di tutup oleh kain yang berfungsi
dalam pemberian vitamin D.

Data ringkasan penyakit

S: Pasien datang ke Puskesmas Wanakerta dan melahirkan bayinya (4 April pukul 12.40). Saat ini pasien tidak memiliki keluhan seperti mual dan
muntah, nyeri perut, serta perdarahan hebat dari jalan lahir. Pasien juga sudah dapat makan dengan baik, dan sudah memberikan ASI kepada
bayinya.

O:

Keadaan umum : tampak sehat, kesadaran: kompos mentis (E4M6V5)

TD: 126/76 mmHg, HR: 82x/menit, RR: 14x/menit, Suhu: 36,2

Pemeriksaan fisik:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (-)

thorax : gerak napas teraba simetris, fremitus taktil kanan sama dengan kiri, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), Wheezing (-/-), bunyi jantung
s1 dan S2 reguler.

abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, nyeri tekan (-)

Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan genitalia eksterna : perdarahan (+) 50 ml.

Anda mungkin juga menyukai