Anda di halaman 1dari 3

Manusia Makhluk Berakal

1. Manusia: -Apa itu manusia


-Manusia perspektif Al-Qur’an
2. Akal: -definisi
-Perbedaan akal dengan otak
-Fungsi akal
-Akal perspektif Al-Qur’an
1. Apa itu manusia?
Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk
yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain.

Berdasarkan kajian biologis pada fisiologi tubuh dan otak dan anatominya, pada


hakekatnya manusia adalah mahluk hidup istimewa dengan raga (tubuh) dengan
kemampuannya dalam melakukan aktivitas bergerak, bertutur/kemampuan bahasa
yang berkembang, dengan dibekali tempat akal dan budi yang
membuat manusia dapat berpikir.

Islam memandang bahwasannya manusia adalah salah satu dari ciptaan Allah yang
memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lain. Manusia merupakan makhluk yang
diciptakan dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia di dalam
kehidupannya memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.
Dimensi vertikal ialah hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta yang bersifat
peribadatan atau ubudiyah. Adapun dimensi horizontal ialah hubungan manusia
dengan lingkungan sekitarnya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk
lainnya yang disebut dengan hubungan mu’amalah.
Kelebihan manusia yang menjadi keuggulan dari makhluk lainnya ialah manusia
diberikan akal dan pikiran yang dengan keduanya, manusia dijadikan sebagai
seorang pemimpin atau khalifah di muka bumi.

2. Apa itu akal?


Ialah daya pikir yang berada di dalam jiwa manusia. Akal menjadi kunci bagi manusia
dalam mendapatkan pengetahuan dari interaksi yang dilakukan dengan lingkungan
sekitarnya, karena dengan mempergunakan akal, manusia dapat berpikir logis dan
mendapatkan ilmu pengetahuan dari lingkungan sekitarnya.

Perbedaan antara akal dengan otak


Akal ialah daya pikir dari seseorang, adapun otak ialah tempat daya pikir tersebut
berada dan berproses.
Kedudukan akal di dalam Al-Qur’an
Di dalam AL-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan dari
akal dan celaan bagi orang-orang yang tidak menggunakan akalnya delam bertindak.
Di dalam Al-Qur’an kata “akal” memiliki berbagai bentuk baik dengan menggunakan
pola kata kerja, baik lampau atau pun saat ini dan yang akan datang, maupun dalam
bentuk kata benda. Setiap pola-pola tersebut memiliki maknanya masaing-masing.
Diantaranya, apa bila menggunakan pola kata kerja saat ini dan yang akan datang,
memiliki maknya berkesinambungan, yaitu seorang muslim harus sesntiasa
menggunakan akalnya dalam segala sesuatu.

3. Manusia Makhluk yang Berakal


Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sempurna, salah satu bentuk
kesempurnaan manusia adalah ia memiliki akal yang menjadikannya bisa menilai
antara kebaikan dan keburukan, yang menjadikannya bisa memamahami segala
sesuatu, bisa memahami berbagai bentuk ilmu pengetahuan. Tetapi kehebatan dan
kelebihan akal tidak menjadikannya sebagai sumber utama dalam melakukan atau
menentukan sesuatu, akal yang ada harus dibimibing dan dikendalikan oleh sesuatu
yang sifatnya absolut, yaitu dalil. Karena, meskipun akal memiliki kelebihan, namun
sejatinya ia juga memiiliki kekurangan. Ia tidak bisa menalar hal-hal yang di luar
kemampuannya, seperti hal-hal yang bersifat metafisisk yang tidak dapat dicerna
oleh panca indra, maka untuk melengkapi dan menutupi kekurangan itu, seorang
manusia harus menundukkan akalnya di bawah dalil yang ada, tidak selalu
mendewakan wakal semata.
Seorang manusia dikatakan berakal bukan hanya mereka yang mampu
menggunakan akalnya dengan baik untuk mempelajari ilmu atau untuk memahami
sesuatu saja, namun lebih dari itu seorang manusia dikiatakan berakal apabila ia
memiliki perangai dan tingkah laku yang baik, karena ilmu yang benar dan baik
apabila diamalkan akan memberikan pengaruh dan efek terhadap perbuatan
seseorang yang mempelajarinya.

Anda mungkin juga menyukai