Anda di halaman 1dari 7

Zakat

Penerima zakat Jenis zakat Zakat konsumtif


Fakir Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya Umumnya disalurkan dalam
Miskin Zakat atas uang dan surat berharga lainnya bentuk santunan fakir
Amil Zakat perniagaan miskin, beasiswa
Mualaf Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan pendidikan, dan pelayanan
Riqab (budak) Zakat peternakan dan perikanan kesehatan, sedangkan
Gharimi Zakat pertambangan Zakat produktif
Fisabilillah Zakat perindustrian Umumnya disalurkan dalam

Ibnu sabil, Zakat pendapatan dan jasa bentuk modal usaha.

Zakat rikaz

Zakat profesi Zakat sewa tanah Zakat ke masjid


Nishab 85 gram emas, haul Muazarah: pemilik tanah 5%, penyewa tanah 1. 4 mazhab tidak
1 tahun. Bisa perbulan. 5%. boleh.
Pemilik 10%, penyewa 10%. 2. Boleh jika darurat.

Bank

Bank Rente (bunga) Fee


Konvensional: bunga produktif Konsumtif: haram Biaya administrasi:
Islam: tanpa bunga. Produktif: boleh 1. Haram. 2. Boleh.
Nikah

Monogami Poligami Mut’ah


Boleh: keharmonisan Boleh: 1. Memperoleh anak. 2. Terhindar zina sebab hyper sex Haram
rumah tangga. istri berpenyakit. 3. Perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Tafsir Al-qur’an

Muhkamat (jelas, konkret) Tafsir (maknazahir). Ta’wil makna (batin). Terjemah


Mutasyabihat (samar, abstrak) (alih bahasa)
Pendekatan tafsir al-qur’an
Al-matsur/alriwayah (hadist,atsar,alqur’an)
Tafsir bi al-ra’y atau tafsir Bi al-dirayah (Nalar, Ijtihad Ahli tafsir)
Tafsir bi al-isyarah atau Tafsir isyari (Ta’wil)
Metode tafsir
Tahlili (analisis, Ijmali (umum mudah Muqoran (perbandingan Maudhui’ (tematik)
terperinci) dipaham) ayat dengan ayat/hadist
Fungsi hadis terhadap Al-qur’an
Taqrir/ta’kid Bayan tafsir Bayan Tasyri (Cipta Bayan nasakh (membatalkan atau
(penguat) (penjelas) hukum syariat) Menghapus)

TAKHSHISH AL-`AMM Pada fungsi ini, hadis mengkhususkan (mengecualikan) ayat-ayat Alquran
yang bersifat umum. Sebagian ulama menyebut fungsi ini dengan bayan takhshish.
TAFSIL AL-MUJMAL Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat Alquran yang masih
global, baik menyangkut masalah ibadah maupun hukum. Sebagian ulama menyebutnya bayan tafshil atau
bayan tafsir.
TAQYID AL-MUTHLAQ Maksud dari taqyid al-Muthlaq adalah hadis berfungsi membatasi kemutlakan
ayat-ayat Alquran. Alquran pada sebagian ayatnya menunjukkan ketentuan yang bersifat mutlak. Pada
kondisi ini, hadis setema yang spesifik berperan membatasinya, sehingga sebagian ulama menyebut fungsi
ini dengan bayân taqyîd.
Hadist

Shahih
Sanadnya bersambung (ittishal al-sanad)
Moralitas para perawinya baik (’adalah al-ruwwat)
Intelektualitas para perawinya mumpuni (dhabt al-ruwwat)
Tidak janggal (’adam al-syudzudz)
Tidak cacat (’adam al-’illah)

Pembagian hadist

Hadits Mutawatir
Mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain.
Hadits Mutawatir Lafzi
Hadits yang lafad-lafad para perawi itu sama, baik hukum maupun ma’nanya.
Hadits Mutawatir Ma’nawy
Hadis yang berlainan bunyi lafaz dan maknanya, tetapi dapat diambil dari kesimpulannya atau satu makna
yang umum.
Hadits Mutawatir Amaly
Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan telah mutawatir di antara kaum
muslimin bahwa Nabi melakukannya atau memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu
Hadis Ahad
Hadits yang tidak berkumpul padanya syarat-syarat mutawatir.
Pembagian Hadits Ahad:
Hadits Masyhur
Hadits yang di riwayatkan oleh tiga orang atau lebih,serta belum mencapai derajat Mutawatir.
Hadits ‘Azis
Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, walupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah
saja,kemudian setelah itu,orang-orang pada meriwayatkannya.
Hadits gharib
Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja
penyendirian dalam sanad itu terjadi.
Hadits Gharib
Bermakna yang asing, bersendirian, atau yang jauh dari kerabatnya.
Menurut istilah, hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan bersendirian oleh satu orang, walaupun
hanya pada satu tingkatan sanad.
Hadits gharib kadang diistilahkan juga dengan “al-Fard”, walaupun sebagian ulama membedakan antara
keduanya.

Hadist Hasan
Rawinya tidak kuat hafalan.
Syarat-syarat Hadist Hasan:
1. Para perawinya yang adil,
2. Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,
3. Sanad-sanadnya bersambung,
4. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,
5. Tidak mengandung illat.
Pembagian hadist hasan:
1. Hadist Hasan Li-Dzatih.
2. Hadist Hasan Li-Ghairih.
Hadist Dhaif
Hadist yang lemah, Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat
Hadist Hasan.
Pembagian Hadits Dhaif:
Dhaif dari sudut sandaran matannya:
1. Hadits Mauquf. (sahabat)
2. Hadist Maqhtu. (tabi’in).
Dhaif dari sudut matannya:
Hadits Syadz, ialah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah atau terpercaya, akan tetapi
kandungan haditsnya bertentangan dengan (kandungan Hadits) yang diriwayatkan oleh para perawi yang
lebih kuat ketsiqahannya.
Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara bergantian. Terjadi pada
sanad/matan:
1. Hadits Maqlub
Hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahkan hadits lain), disebabkan mendahulukandan
mengakhirkan.
2. Hadits Mudraf
Hadits yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
3. Hadits Mushahhaf Hadits
Hadits yang terdapat perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena didalamnya
terdapat beberapa huruf yang diubah. Pengubahan ini juga bias terjadi pada lafadz atau pada makna,
sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda dari makna, dan maksud semula.
Dhaif dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-sama:
1. Hadits Maudhu
Hadits yang disanadkan dari Rasululah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak
mengatakan, melakukan dan menetapkan.
2. Hadits Munkar
Hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/jujur”.
Dhaif dari segi persambungan sanadnya:
1. Hadits Mursal
Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi‟in. Yang dimaksud gugur disini ialah nama sanad terakhir, yakni
nama sahabat yang tidak disebutkan, padahal sahabat adalah orang pertama menerima Hadits dari
Rasulullah SAW.
2. Hadits Mungqathi‟
Ialah Hadits yang gugur pada sanadnya. Seorang perawi atau pada sanad tersebut disebutkan seorang yang
tidak dikenal Namanya.
3. Hadits Mu‟dhal
Hadits yang gugur dua sanadnya atau lebih, secara berturut-turut, baik (gugurnya itu) antara sahabat
dengan tabi‟in, atau antara tabi‟in dengan tabi‟in.
Jarh wa ta’dil

Ilmu jarh wa ta’dil berarti ilmu yang membahas tentang kritik adanya aib (cacat) atau memberikan pujian
pujian adil kepada seorang rawi.
Dr. ‘Ajjaj al-Khathib mendefinisikannya sebagai berikut :
‫ْث قَبُوْ ِل ِر َوايَتِ ِه ْم َأوْ َر ِّدهَا‬
ُ ‫ث فِي َأحْ َوا ِل الرُّ َوا ِة ِم ْن َحي‬
ُ ‫ْال ِع ْل ُم الَّ ِذيْ يَ ْب َح‬
“Adalah suatu ilmu yang membahas perihal para rawi dari segi-segi diterima atau ditolak riwayat mereka”
Ilmu al-jarh wa at-ta’dil bermanfaat untuk menetapkan apakah periwayatannya seorang rawi dapat
diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabila seorang rawi dinilai oleh para ahli sebagai seorang rawi
yang cacat, periwayatannya harus ditolak, dam apabila seorang rawi dipuji sebagai seorang yang adil,
niscaya periwayatannya diterima, selama syarat-syarat yang lain untuk menerima hadist tersebut
terpenuhi.
.Takhrijul Hadist

Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadis di dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan
martabatnya sesuai keperluan.
Tujuan pokok men-tahrij hadis adalah untuk mengetahui sumber asal hadis yang ditakhrij.
Tujuan lainnya, untuk mengetahui keadaan hadis tersebut yang berkaitan dengan maqbul dan mardud-nya.
Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh lewat takhrij hadis:
1. Diketahui letak hadis yang dikaji pada sumber-sumber primer,
2. Diketahui apakah asosiasi ungkapan atau perbuatan yang dinyatakan sebagai sebuah hadis itu benar-
benar merupakan sebuah hadis atau bukan,
3. Diketahui kualitas hadis.
4. Dengan membandingkan riwayat-riwayat yang ada, akan diketahui arti kata yang asing atau gharîbah,
5. Kondisi yang melatar belakangi disabdakannya hadis (asbâb wurûd),
6. Kondisi para perawi hadis,
7. Adanya kemungkinan hadis itu direvisi atau merevisi hadis lain (nâsikh wa mansûkh),
8. Mendapat ketersambungan pada sanad yang terjadi keterputusan (inqithâ’),
9. Meningkatkan kualitas sanad dengan adanya dukungan berupa sanad-sanad lainnya,
10. Mendapat kejelasan identitas dan kualitas perawi yang mubham dan majhûl,
11. Menghilangkan akibat yang muncul dari tadlîs,
12. Mengidentifikasi dan mengetahui adanya penambahan sanad yang berasal dari perawi (mudraj dan
ziyâdah al-tsiqât),
13. Mendapati matan secara lengkap dan utuh dari hadis yang diringkas,
14. Mengidentifikasi dan mengetahui mana matan yang diriwayatkan secara redaksional dan mana yang
secara substantif,
15. Mendapatkan informasi tambahan seputar tempat dan waktu terjadinya hadis.
Rijal Al-hadist

‫العلم الذىبحث فيه عن احوال الرواة وسيرهم من الصحابة والتابعين واتباع التابعين‬
“Ilmu pengtahuan yang dalam pembahasannya , membicarakan hal ihwal dan sejarah
kehidupan para rawi dari golongan sahabat, tabi’in dan tabi;it tabi’in”
Tujuan Ilmu Rijal al-Hadits
Mengetahui dan meneliti riwayat hidup keadaan tokoh-tokoh perawi dalam sanad hadits yang
dapat diterima atau tidak.
Manfaat Mempelajari Ilmu Rijal al-Hadits:
1. Sebagai alat untuk mengetahui apakah hadits ini dapat diterima atau ditolak;
2. Memberikan pengetahuan tentang hadits yang lebih dahulu dating dan hadits yang datang
kemudian;
3. Memberikan pengetahuan tentang tersambung atau terputusnya sanad dalam hadits;
4. Menyikap data-data perawi hadits;
5. Dapat mengetahui sikap dan pandangan para ahli hadits yang menjadi kritikus terhadap
perawi yang menjadi sand hadits dan sikap mereka dalam menjaga otensitas hadits;
6. Memberikan pengetahuan tentang kualitas dan otensitas hadits.

Anda mungkin juga menyukai