Anda di halaman 1dari 92

HALAMAN JUDUL

PERAN SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF EDUCATION


ORGANIZATION (SEAMEO) DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIKAN USIA DINI DI INDONESIA

THE ROLE OF SOUTHEAST ASIAN MINISTERS OF


EDUCATION ORGANIZATION (SEAMEO) ON IMPROVING
THE QUALITY OF EARLY EDUCATION IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

Khoirunnisa
NIM. 172030008

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Peran Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO)


Dalam Pendidikan Usia Dini di Indonesia
The Role Of Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo) on
Improving The Quality Of Early Education in Indonesia

Oleh:

Khoirunnisa
NIM. 172030008

Telah Diujikan pada Tanggal

.......................................................................

Menyetujui,

Pembimbing 1

Dr. Ade Priangani M.Si


NIDN. 0411066901

Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional

Dr. M. Budiana, S.IP., M.Si Drs. Alif Oktafian M.H


NIDN. 0402047002 NIDN. 0411106701

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil penelitian
saya sendiri. Adapun semua referensi maupun kutipan baik langsung maupun tidak
langsung dari hasil karya ilmiah terdahulu, telah saya sebutkan sumbernya sesuai
dengan etika ilmiah. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti hasil meniru atau
plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya, saya bersedia menerima sanksi penangguhan gelar kesarjanaan dan
menerima sanksi dari lembaga yang berwenang.

Bandung, juni 2021

khoirunnisa
NIM. 172030008

iii
HALAMAN PENGHARGAAN/MOTO DAN DEDIKASI

“MENCAPAI TUJUAN DENGAN CARA BERKOMITMEN


TERHADAP PILIHAN, MENJALANKAN PILIHAN DENGAN RASA
TANGGUNG JAWAB, MENERIMA KEADAAN DENGAN RASA
SYUKUR”

Skripsi ini dipersembahkan untuk

diri saya sendiri, dan kedua orangtua yang saya

cintai

serta sahabat yang terus mendukung saya

iv
ABSTRAK

Berlandaskan bahwa semua manusia mempunyai hak untuk mendapatkan


pendidikan yang layak maka pendidikan usia dini menjadi salah satu agenda global
PBB poin 4. Pendidikan menjadi salah satu prioritas utama yang berpengaruh dalam
pembentukan karakter yang sesuai dengan idiologi serta identitas bangsa dan juga
pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia agar
bangsanya dapat hidup sejahtera. Indonesia sebagai negara anggota kedua
organisasi tersebut berhak mendapat bantuan, khususnya dalam penanganan
persoalan pendidikan usia dini di Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan akan
sistem pendidikan di Indonesia, ada permasalahan tidak setara nya akses
Pendidikan, kualitas guru yang rendah dan infrastruktur yang tidak mendukung,
Dalam cakupan Asia Tenggara organisasi internasional di bidang
Pendidikan bernama Southeast Asian Ministers of Education Organizasion
(SEAMEO) membahas tentang permasalahan Pendidikan yang terjadi di Kawasan
Asia Tenggara yang pada akhirnya akan menyatakan sebuah solusi bersama agar
masalah yang terjadi dapat selesai, resolusi ini lalu akan di implementasikan oleh
kementerian terkait negara anggota.
Penelitian ini akan berfokus ke area prioritas pertama yaitu pendidikan anak
usia dini. SEAMEO membantu Indonesia dalam penanganan persoalan pendidikan
usia dini lewat badan fungsional yaitu SEAMEO CECCEP. Indonesia yang
bergabung dalam SEAMEO pun mengimplementasikan program rekomendasi
SEAMEO periode tahun 2016 sampai 2020 ada 10 rekomendasi program dari
SEAMEO. Program tersebut dapat terimplementasikan dan berkontribusi dalam
meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini ditandai dengan meningkatnya
jumlah murid di sekolah regular dengan melihat adanya peningkatan jumlah
sekolah penyelenggaraan pendidikan berkembang nya materi pengajaran dan
pembelajaran atas bantuan penelitian dan inovasi SEAMEO CECCEP maka
anggaran terhadap penyelenggaraan sekolah pendidikan usia dini pun menjadi lebih
efektif karena tertuju kepada sekolah dan guru, untuk meningkatkan kualitas guru
dalam menyelenggarakan pendidikan usia dini dan berbagi ide tentang praktik
dalam menyampaikan materi pelajaran maupun pengajaran. Dalam program ini
mengharuskan pemerintah turut membantu, melatih dan memantau pusat
pendidikan anak usia dini untuk memastikan bahwa program menyeluruh
terlaksana dan sesuai target.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana peran
SEAMEO dalam meningkatkan kualitas pendidikan usia dini di Indonesia, dalam
penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori yaitu teori kerjasama
internasional, organisasi internasional dan pendidikan khususnya pendidikan anak
usia dini karena dinilai perlu untuk menjadi dasar pemahaman penulis melihat dari
isi permasalahan penelitian.

Kata kunci : SEAMEO, Pendidikan anak usia dini, Indonesia

v
ABSTRACT

Based on that all human beings have the right to get a proper education,
early childhood education is one of the UN's global agenda point 4. Education is
one of the main priorities that influences the formation of character in accordance
with the ideology and identity of the nation and is also ultimately used to increase
human resources. human resources so that the nation can live in prosperity.
Indonesia as a member country of the two organizations has the right to receive
assistance, especially in handling early childhood education issues in Indonesia.
Based on observations of the education system in Indonesia, there are problems
with unequal access to education, low teacher quality and unsupportive
infrastructure.
Within the scope of Southeast Asia, an international organization in the field
of Education called the Southeast Asian Ministers of Education Organization
(SEAMEO) discusses educational problems that occur in the Southeast Asian
Region which will ultimately state a joint solution so that the problems that occur
can be resolved, this resolution will then be implemented. by the relevant ministries
of member countries.
This research will focus on the first priority area, namely early childhood
education. SEAMEO assists Indonesia in handling early childhood education issues
through its functional body, SEAMEO CECCEP. Indonesia which joined
SEAMEO also implemented the SEAMEO recommendation program for the period
2016 to 2020, there were 10 program recommendations from SEAMEO. The
program can be implemented and contribute to improving the quality of early
childhood education, marked by an increase in the number of students in regular
schools by seeing an increase in the number of schools providing education. It also
becomes more effective because it focuses on schools and teachers, to improve the
quality of teachers in providing early childhood education and sharing ideas about
practices in delivering subject matter and learning. This program requires the
government to assist, train and monitor early childhood education centers to ensure
that the comprehensive program is implemented and on target.
The purpose of this research is to find out the profile of SEAMEO, explain
the condition of early childhood education in Indonesia, how the role of SEAMEO
in improving the quality of early childhood education in Indonesia, SEAMEO's
obstacles in helping early childhood education problems in Indonesia, SEAMEO's
strategy in helping early childhood education problems in Indonesia. Indonesia, the
effectiveness of the SEAMEO program in helping early childhood education issues
in Indonesia.
In this study the author uses several theories, namely the theory of
international cooperation, international organizations and education, especially
early childhood education because it is considered necessary to be the basis for the
author's understanding of the content of the research problem.

Keywords : SEAMEO, Early Childhood Education, Indonesia

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis

panjatkan atas ke-Hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan

salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke

jalan yang di Ridhoi Allah SWT. Skripsi yang berjudul “PERAN SOUTHEAST

ASIAN MINISTERS OF EDUCATION ORGANIZATION (SEAMEO)

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DI INDONESIA” merupakan salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana

Program Strata Satu (S-1) Hubungan Internasional.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak pengetahuan

baru, pelajaran, bimbingan, masukan, motivasi yang sangat berharga yang

membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan adanya keterbatasan yang

dimiliki penulis. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik untuk skripsi ini agar

menjadi karya tulis yang lebih baik lagi.

Penulis juga menyadari banyaknya hambatan, kekurangan, serta

keterbatasan yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi di kala Pandemik Covid-19.

Namun dengan segala bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi profesi ini. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang membantu penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini yaitu :

1. Dr. M Budiana, S.IP., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pasundan Bandung.

vii
2. Drs. Kunkunrat, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

3. Dra. Yulia Segarwati, M.Si. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Social

dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

4. Drs. RH Sumardani, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

5. Drs. Alif Oktavian, M.H, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas

Pasundan Bandung.

6. Tine Ratna Poerwantika, S.IP., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan Bandung.

7. Dr. Ade Priangani M.Si, Selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu serta pikirannya dalam membantu penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis juga

sangat merasa terbantu dengan adanya bimbingan - bimbingan yang

dilaksanakan selama ini dan arahan selama proses perkuliahan

khususnya proses perwalian.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional yang sudah memberikan ilmunya kepada penulis sehingga

penulis mampu menjalani perkuliahan dengan baik.

9. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan Bandung.

viii
10. Khoirunnisa, selaku penulis dalam skripsi yang telah berjuang dalam

menjalani segala proses perkuliahan.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya

kepada pihak - pihak yang telah menyemangati penulis dalam Menyusun skripsi

ini, yaitu :

1. Kedua orang tua, bapak dan ibu. Terima kasih atas segala dukungan

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Doa papa dan mama yang selalu menenangkan hati dan jiwa penulis.

Terima kasih atas segala saran yang mengarahkan penulis menjadi

manusia yang lebih berguna bagi sekitarnya.

2. Sahabat terbaik penulis yang selalu bersama selama perkuliahan di

dalam maupun luar kelas, Gania dan Zihan. Terima kasih atas segala

kebaikan dan kemurahan hati kalian selama empat tahun memberikan

pengalaman terbaik dalam hidup penulis, sukses selalu.

3. Teman teman kelas A dan HI UNPAS Angkatan 17. Terima kasih telah

memberikan suasana yang menyenangkan di dalam maupun luar kelas.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bentuk kebaikan

semua pihak yang telah membantu dan turut mendoakan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan almamater kampus tercinta.

Bandung, 2021

khoirunnisa

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGHARGAAN/MOTO DAN DEDIKASI .............................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABLE ................................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
1.2.1 Pembatasan Masalah ..........................................................................6
1.2.2 Perumusan Masalah ...........................................................................7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ...............................................................................7
1.3.2 Kegunaan Penelitian...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................9
2.1 Literature Review ..................................................................................... 9
2.1 Kerangka Teoritis ................................................................................... 11
2.2.1 Kerjasama Internasional ...................................................................12
2.2.2 Organisasi Internasional ...................................................................14
2.2.3 Pendidikan ........................................................................................21
2.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 31
2.4 Verifikasi Variabel dan Indikator ........................................................... 31
2.5 Skema dan Alur Penelitian ..................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................34
3.1 Paradigma Penelitian .............................................................................. 34
3.1.1 Paradigma Neoliberal Institusionalisme ..........................................34
3.2 Tingkat Analisis...................................................................................... 36
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data ......................................... 37
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................37
3.4.2 Teknik Analisa Data .........................................................................37
3.5 Lokasi Penelitian dan Lamanya Penelitian............................................. 39
3.5.1 Lokasi Penelitian ..............................................................................39
3.5.2 Lama Penelitian ................................................................................39
3.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................41

x
4.1 Profil SEAMEO...................................................................................... 41
4.2 Persoalan Pendidikan anak usia dini di Indonesia .................................. 42
4.3 Peran SEAMEO meningkatkan kulitas Pendidikan usia dini di Indonesia
44
4.3.1 Implementasi Program SEAMEO dalam membantu persoalan
pendidikan anak usia dini di indonesia…………………………..47
4.3.2 Kendala SEAMEO dalam membantu persoalan pendidikan usia
dini di Indonesia….………………………………………………58
4.3.3 Strategi SEAMEO dalam membantu persoalan pendidikan usia
dini di Indonesia.…………………………………………………58
4.3.4 Efektifitas program SEAMEO dalam membantu persoalan
pendidikan usia dini di Indonesia………………………………...69
BAB V KESIMPULAN .........................................................................................71
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 71
4.2 Saran ....................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................76

xi
DAFTAR TABLE

Table 2.1 Table Verifikasi Variabel dan Indikator ............................................... 31

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi internasional sendiri mempunyai peran sebagai wadah dalam

upaya meningkatkan kualitas negara anggotanya salah satunya dengan cara

mengadakan berbagai forum, konferensi dan konvensi internasional, salah satu

permasalahannya ialah kepentingan di bidang pendidikan. Pendidikan masuk dalam

salah satu pasal UDHR khususnya pasal 26. Deklarasi ini membuktikan bahwa

negara - negara anggota meyakini bahwa mendapatkan pendidikan merupakan hak

asasi manusia yang patut dihormati. Dalam deklarasi tersebut disebutkan bahwa

negara harus mewajibkan pendidikan di tingkat dini dan dasar, sedangkan

pendidikan teknik dan kejuruan wajib terbuka bagi semua orang sesuai dengan

minatnya masing - masing. Isi konteks pembelajaran dalam sistem pendidikan harus

mengutamakan sikap toleransi dan persahabatan antara bangsa. Pendidikan sendiri

terbagi menjadi beberapa bagian salah satunya ialah pendidikan anak berdasarkan

UDHR pasal 26.

Organisasi internasional global yang berfokus pada pendidikan adalah the

united nation educational, scientific and cultural organizasion (UNESCO) dalam

pertemuan forum pendidikan dunia tahun 2000 di Dakkar menghasilkan enam

kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (the dakkar frame work

for action education for all). Salah satu poin penting dari kesepakatan tersebut

adalah : “Memperluas dan meningkatkan perawatan dan pendidikan anak usia dini

1
(PAUD) terutama untuk anak - anak yang sangat rentan dan kurang beruntung”

(UNESCO 2000). Sedangkan dalam cakupan Asia Tenggara bernama Southeast

Asian Ministers of Education Organizasion (SEAMEO) di dirikan pada tahun 1965.

Dalam penelitian ini penulis akan lebih fokus pada organisasi SEAMEO. SEAMEO

mengadakan pertemuan setiap dua tahun untuk membahas permasalahan

pendidikan di Asia Tenggara, yang akan dihadiri oleh SEAMEO Council

(SEAMEC). SEAMEC adalah badan pembuat kebijakan SEAMEO yang mengikat

bagi anggotanya termasuk program dan anggaran organisasi dengan persetujuan

para dewan (Indriani, 2019)

Forum SEAMEO membahas tentang permasalahan pendidikan yang terjadi

di Kawasan Asia Tenggara yang pada akhirnya akan menyatakan sebuah solusi

bersama agar masalah yang terjadi dapat selesai, resolusi ini lalu akan di

implementasikan oleh kementerian terkait negara anggota, maka dari itu

perkembangan implementasi ini juga akan diserahkan kembali ke SEAMEO

sebagai hasil dari resolusi dan akan dikaji kembali agar resolusi tersebut menjadi

lebih baik lagi dalam hal efisiensi dan efektifitas di tahun - tahun berikutnya.

Untuk mencapai tujuan ini, SEAMEO telah menetapkan agenda prioritas

yang terkait dengan situasi regional dan internasional. Agenda prioritas terbaru

yang telah disepakati para Menteri Pendidikan Asia Tenggara adalah Seven Priority

Areas yang berlaku mulai dari tahun 2015 hingga 2035. Agenda ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di kawasan tersebut. Oleh karena

itu, seluruh negara di Kawasan Asia Tenggara diharapkan lebih memperhatikan

pelaksanaan ketujuh agenda prioritas untuk mempersiapkan generasi yang

2
kompetitif di dunia (SEAMEO, SEAMEO 7 Priority Areas Implementation by

SEAMEO Member Countries, 2017).

Ada tujuh agenda yang sangat penting dalam menjalankan organisasi ini

yakni : Pendidikan dan pengasuhan anak usia dini (Early childhood care and

Education/ECCE), penyebutan berbagai hambatan inklusi (Addressing barriers to

inclusion), ketahanan dalam menghadapi keadaan darurat (resiliency in the face of

emergencies), promosi pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (Promoting

technical and vocational education and training), revitalisasi pelatihan guru

(revitalizing teacher education), integrasi pendidikan tinggi dan penelitian

(harmonizing higher education and research), dan adopsi kurikulum abad 21

(adopting a 21st century curriculum) (SEAMEO, SEAMEO Seven Priority Areas +

Action agenda 2016-2020, 2018)

Khusus untuk menangani permasalan perawatan dan pendidikan anak usia

dini terdapat pusat regional yang bernama SEAMEO regional centre for early

childhood care education and parenting (CECCEP) didirikan tahun 2017 sebagai

bentuk realisasi program tujuh area prioritas SEAMEO. Pusat ini berada di daerah

Lembang, Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. SEAMEO CECCEP ini juga

bekerjasama dengan pusat regional lain agar resolusi dan program yang dihasilkan

bersifat komprehensif dan sesuai pula dengan pembangunan berkelanjutan.

Perkembangan anak usia dini yang merupakan kunci kehidupan produktif

disebut sebagai fase kritis yang dapat menjadi landasan bagi kebahagiaan dan

pembelajaran di masa depan. Studi menunjukan bahwa setengah dari kemampuan

intelektual seseorang berkembang pesat pada usia empat tahun. Intervensi di masa

3
anak usia dini ini meninggalkan bekas yang bertahan lama pada kapasitas

intelektual, kepribadian dan perilaku sosial.

Pada saat yang sama, berlakunya Undang - Undang nomor 02 tahun 2018

tentang standar pelayanan minimal menunjukkan bahwa pemerintah dan

masyarakat Indonesia peduli dengan pendidikan anak usia dini. Buktinya,

pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki kewajiban untuk memberikan

pelayanan dasar dalam hal pendidikan dan untuk pendidikan anak usia dini (PAUD)

pemerintah kabupaten/kota memiliki kewajiban menyelenggarakan satu tahun

PAUD bagi anak - anak Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mendukung adanya pengembangan pendidikan

anak usia dini, progresnya masih bisa dibilang lambat karena pemerintah lebih

memprioritaskan pendidikan dasar dan menengah (Newberry, 2010) dilihat dari

permasalahan seperti kualitas guru yang rendah, tidak setara nya akses dan juga

sedikitnya pusat pendidikan anak usia dini dan sampai sekarang pun masih terjadi.

Posyandu sendiri sebagai salah satu upaya Indonesia untuk menyelesaikan

masalah ini sudah terlihat efektif dalam meningkatkan partisipasi publik terhadap

program kesehatan dan perawatan terutama berkaitan dengan penurunan angka

kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian balita

(AKABA) (RI, 2011). Posyandu juga menyediakan sarana alternatif dalam

keterbatasan pendanaan dan sumber daya di wilayah setempat. Komitmen

Posyandu akan memberikan pengajaran terhadap orang tua dan anak menjadi salah

satu keuntungan yang didapat dari pendidikan anak usia dini, kolaborasi dengan

Instansi kesehatan merupakan alternatif yang menjanjikan.

4
Indonesia sendiri telah berupaya untuk meningkatkan pelayanan PAUD,

pada tahun 2016 juga Indonesia menggandeng world bank dan pemerintah

Australia untuk melaksanakan program PAUD generasi cerdas desa, program ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan anak usia dini

khususnya kalangan masyarakat kurang mampu dan juga di daerah pedesaan, dalam

rangka meningkatkan kesempatan menyejahterakan mereka sendiri di masa

mendatang. Program ini akan memungkinkan para guru di desa untuk menerima

pelatihan berstandar nasional dalam Pengajaran Pendidikan anak usia dini (Bank,

2016)

Berinvestasi dalam Pendidikan anak usia dini dapat menjadi cara yang

ampuh untuk mengurangi kesenjangan yang sering membuat anak - anak dengan

status sosial dan ekonomi yang rendah dirugikan namun malah sedikit anak yang

menghadiri program prasekolah. Studi menunjukkan bahwa pengembalian

investasi semacam itu paling tinggi di antara anak - anak miskin yang program -

program ini dapat berfungsi sebagai batu loncatan keluar dari kemiskinan atau

pengucilan (Octarra, 2018)

Adanya organisasi yang berkaitan dengan kerjasama dalam bidang

pendidikan ilmu pengetahuan dan budaya atau dikenal dengan SEAMEO tentunya

dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sehingga mampu

bersaing dalam Era Modern. SEAMEO sebagai organisasi internasional yang

mempunyai fokus di bidang pendidikan sudah menjadi kewajibannya untuk

membantu negara anggotanya yang mempunyai permasalahan pendidikan dengan

memberikan resolusi kebijakan untuk hasil jangka panjang maupun melaksanakan

5
program yang dinilai dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Penelitian ini

akan berfokus menganalisis “Peran SEAMEO dalam meningkatkan kualitas

pendidikan usia dini di Indonesia”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemahaman saya terhadap latar belakang menimbulkan

beberapa pertanyaan dapat disebutkan sebagai :

1. Bagaimana kerjasama yang dilakukan SEAMEO dalam meningkatkan kualitas

pendidikan usia dini di indonesia?

2. Bagaimana permasalahan pendidikan usia dini di Indonesia?

3. Bagaimana program SEAMEO berperan terhadap pendidikan usia dini di

Indonesia?

1.2.1 Pembatasan Masalah

Batasan masalah sangat berguna dalam proses penulisan karya

ilmiah, melalui batasan masalah, penulis membahas hal - hal yang menjadi

pokok bahasannya, sehingga tidak akan keluar dari bahasan yang

seharusnya dilakukan. Pada penulisan karya ilmiah ini, materi yang

terkumpulkan terbatas pada semua aspek yang berkaitan dengan organisasi

regional yang bekerja sama dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan

dan budaya atau yang lebih dikenal dengan Southeast Asian Ministers of

Education (SEAMEO). Fokus penelitian adalah yang menyangkut

implementasi program SEAMEO dan perannya dalam meningkatkan

6
kualitas pendidikan usia dini di Indonesia. Adapun periode penelitian dari

tahun 2015-2019

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka

penulis mencoba merumuskan permasalahan yang terjadi sebagai berikut

“Bagaimana peran SEAMEO meningkatkan kualitas Pendidikan usia dini

di Indonesia”

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam sebuah penelitian tujuan yang ingin dicapai harus konsisten dengan

masalah yang ditetapkan. Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan,

dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rangkaian Peran Southeast Asian

Minister of Education (SEAMEO) dalam Pendidikan usia dini di Indonesia.

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat diutarakan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama yang dilakukan SEAMEO

dalam mencapai tujuannya khususnya meningkatkan kualitas

pendidikan usia dini di Indonesia

2. Untuk mengetahui persoalan pendidikan usia dini di Indonesia

3. Untuk mengetahui bagaimana program SEAMEO berperan terhadap

pendidikan usia dini di Indonesia.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian :

7
1. Menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan peneliti secara

akademis dan praktis mengenai peran SEAMEO dalam

meningkatkan kualitas pendidikan usia dini di Indonesia

2. Hasil dari penelitian ini penulis harap dapat memberikan manfaat

bagi pihak pihak yang menaruh perhatian terhadap masalah

pendidikan usia dini di Indonesia.

3. Untuk penulis penelitian ini sebagai salah satu media untuk

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan

diaplikasikan dalam bentuk tulisan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literature Review

Dalam penelitian yang diangkat oleh penulis mengenai “Peran Southeast

Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) dalam meningkatkan

kualitas pendidikan usia dini di Indonesia”. Sebagai bahan pertimbangan pada

penelitian ini dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan

dengan penelitian yang penulis lakukan, lebih tepatnya tiga penelitian. Penelitian -

penelitian terdahulu tersebut disebutkan sebagai berikut:

Review 1 : “Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO)

Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Poin 4.2 Periode

2017-2018” karya Wina Sumiati. Literatur pertama berfokus dalam memaparkan

analisis ilmiah dari program dan layanan ECCE yang berkualitas oleh SEAMEO.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teori yang digunakan

penulis lebih berfokus ke masyarakat dengan menggunakan Perspektif

Konstruktivisme, Teori Human Development dan People Centered Development

yang mana semuanya berkesinambungan dengan tujuan Sustainable Development

Goals. Penulis berpendapat bahwa upaya yang dilakukan SEAMEO telah tepat

seperti menjalin kerjasama dengan organisasi internasional lain seperti Asia-Pacific

Regional Network for Early Childhood, Politechnic University of Philippine, Aide

et Action Internasional dan Organisation Mondiale pour l’Education Prescolaire

(OMEP) dalam rangka mempercepat pencapaian target. Penulis juga menganalisis

9
tiga kegiatan utama SEAMEO yakni Research dan Development, Capacity

Building, dan Advocacy and Partnership (Sumiati, 2018) Literatur ini lebih

berfokus pada pembahasan pendidikan dan perawatan anak usia dini dan

kontribusinya sebagai Sustainable Development Goals. Sedangkan penelitian saya

lebih terfokus pada pembahasan meningkatkan kualitas Pendidikan usia dini di

Indonesia.

Review 2 : “Upaya Southeast Asian Ministers Of Education (SEAMEO)

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Asia Tenggara pada era ASEAN

Economic community “karya Ryan Erick Wardina. Literatur kedua berfokus dalam

memaparkan analisis ilmiah dari upaya SEAMEO untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Asia Tenggara di era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dalam

melihat pertumbuhan ekonomi perlu juga pertumbuhan sumber daya manusia.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian descriptive kualitatif. Dalam literatur

ini penulis menggunakan konsep regionalism dan teori organisasi internasional,

menggunakan konsep regionalisme sebagai landasan dasar era MEA bentuk dalam

upaya kawasan berusaha bersaing dengan negara maju luar kawasan dan

menggunakan teori organisasi internasional dalam menjelaskan peran dan fungsi

SEAMEO. Penulis menjelaskan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan di Asia Tenggara SEAMEO membuat seven priority agenda yang

menjadi prioritas utama SEAMEO 20 tahun sehingga menganalisis data pendidikan

setiap negara anggota dan menjelaskan hambatan dan tantangan nya (Wardiqa,

2017) Literatur ini berfokus pada pembahasan pada era MEA, SEAMEO

10
melakukan upaya yang berupa seven priority agenda dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan di Asia Tenggara.

Review 3 : “ Kontribudi Southeast Asian Ministers of Education

Organization (SEAMEO) Dalam Pendidikan Inklusif di Indonesia” karya Raina

vega. Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam literatur ini

penulis menggunakan teori Kerjasama internasional dan organisasi intenasional.

Literatur ini menjelaskan bagaimana keadaan internal suatu negara yaitu penerapan

pendidikan inklusif di Indonesia menjadi pengambilan kebijakan luar negeri

Indonesia yang dibawa ke organisasi internasional yaitu SEAMEO. SEAMEO

membuat seven priority agenda yang berfokus ke area prioritas kedua yaitu

addressing barriers to inclusion yang mana berarti akan berupaya mengatasi

hambatan inklusifitas dan akses pendidikan dasar di asia Tenggara melalui inovasi

penyampaian dan manajemen pendidikan untuk membentuk keadaan yang lebih

inklusif serta akses terhadap pendidikan dasar bagi kelompok yang terpinggirkan

(vega, 2020). Sedangkan penelitian saya berfokus dalam salah satu point seven

priority agenda yaitu prioritas pertama ; achieve universal education for early

childhood dan menganalisisnya secara mendalam khususnya dalam meningkatkan

kualitas pendidikan usia dini di Indonesia

2.1 Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis yang penulis gunakan untuk pemahaman dasar

permasalahan penelitian ini ada tiga teoritis yaitu; (1) Kerjasama Internasional; (2)

Organisasi Internasional; dan (3) Pendidikan. Penggunaan teori kerjasama

11
internasional diharapkan agar penulis dapat lebih memahami bagaimana kerjasama

internasional, khususnya dalam penelitian ini kerjasama regional terbentuk sebagai

upaya untuk mencapai kepentingan nasional negara pihak. Penggunaan teori

organisasi internasional diharapkan agar penulis dapat lebih memahami bagaimana

peran sebuah organisasi internasional dalam upayanya membantu negara anggota

mencapai kepentingan nasionalnya. Penggunaan teori pendidikan diharapkan agar

penulis dapat lebih memahami hakikat pendidikan sehingga lebih memahami

permasalahan yang terjadi.

2.2.1 Kerjasama Internasional

Penelitian ini menggunakan teori kerjasama internasional.

Kerjasama internasional dapat dinyatakan sebagai hubungan antara negara

satu dengan negara lain dan upaya untuk memenuhi kepentingan nasional

dan kepentingan bersama negara - negara di dunia. Ada berbagai cakupan

dalam kerjasama internasional yaitu kerjasama di bidang politik, pertahanan

dan keamanan, budaya dan ekonomi, tergantung pada politik luar negeri

masing - masing negara. Menurut teori ini neo liberal meremehkan anarki

terutama dalam hal “kecurangan” di dalam kerjasama yang merupakan

rintangan terbesar di antara aktor - aktor yang rasional dan egois, kerjasama

menjadi tidak efektif ketika ada pihak yang melakukan kecurangan karena

mereka beranggapan bahwa tidak ada otoritas pusat di dalam dunia

internasional (Ikbar, 2014)

Dilandasi oleh pemahaman bahwa negara maupun organisasi saling

membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan dan kepentingan yang

12
sama maka terjadi peningkatan kerjasama antara negara dan negara yang

melibatkan institusi atau organisasi internasional untuk memanfaatkan

forum institusi atau organisasi demi mendapatkan informasi dalam

kerjasama menjadi lebih mudah (Keohane , 2001)

Dalam bukunya Keohane dan Robert Axelrod berusaha menjelaskan

bahwa ada tiga alasan terjadinya keberhasilan kerjasama yaitu jumlah aktor

yang terlibat ,masalah kepentingan yang sama, serta Shadow of the future

(Axelrod Robert, 1985). Ada empat factor yang mempengaruhi yaitu adanya

informasi tentang tindakan aktor, jangka waktu harapan masa depan,

keteraturan situasi dan kondisi dan umpan balik dalam suatu kerjasama.

Meletakkan konsep masyarakat politik internasional proses integrasi untuk

menciptakan kesatuan melalui multilateralisme dalam organisasi

internasional, rezim internasional dan aktor internasional (James E

Dougherty, 1997)

Kerjasama internasional dapat didorong oleh empat factor yaitu (1)

Kemajuan di bidang teknologi sehingga berkembang nya bentuk hubungan

karena arus informasi yang semakin mudah didapat dan meningkatkan

ketergantungan suatu negara terhadap negara lainnya; (2) Kemajuan dan

pembangunan di bidang ekonomi; (3) Kemauan bersama untuk saling

melindungi dalam bentuk kerjasama internasional; (4) Kesadaran dan

kemauan untuk berunding dalam memudahkan upaya pemecahan masalah

bersama.

13
Ada beberapa bentuk kerjasama internasional yaitu bilateral,

regional dan multilateral. Pada penelitian ini saya akan berfokus dalam

kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara. Kerjasama regional ialah

kerjasama internasional yang negara anggotanya dibatasi atas kedekatan

wilayah dan geografis. Negara luar kawasan juga boleh bergabung namun

sebagai negara asosiasi. Ada yang beranggapan bahwa kerjasama regional

terbentuk karena sebagai bentuk pertahanan diri dari arus globalisasi yang

berupaya mendominasi maka dari itu terbentuk kerjasama regional untuk

menetapkan identitas bersama.

Ada beberapa faktor pendukung terjadinya kerjasama regional yaitu

(1) Yang pasti adalah kedekatan wilayah sehingga secara teknis tidak perlu

biaya yang banyak saat menghadiri forum internasional; (2) Kebudayaan

dan kebiasaan yang tergolong mirip antara negara anggota; (3) Terdapat

kemiripan secara historis sehingga ada keinginan untuk membangun

wilayah secara bersama - sama; dan (4) Terbentuknya penetapan bersama

di kawasan sehingga meminimalisir terjadinya konflik dalam kawasan.

2.2.2 Organisasi Internasional

Rudi berpendapat bahwa definisi organisasi internasional

didasarkan pada kerja sama yang melintasi batas - batas negara yang

didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan untuk

berlangsung berkepanjangan serta melaksanakan fungsinya secara

berkesinambungan dan melembaga, guna mengusahakan tercapainya tujuan

14
- tujuan dan menemukan kesepakatan bersama baik antara pemerintah

dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah dan

negara yang berbeda (Rudy, 2005)

2.2.2.1 Bentuk Organisasi Internasional

Organisasi internasional pun terdiri dari dua bentuk yaitu

International Govermental Organization (IGO) dan Non-

Govermental Organization (NGOs) lalu yang membedakan diantara

keduanya menurut Birkin ialah IGO dibentuk atas dasar kesepakatan

bersama antara pemerintah suatu negara sedangkan NGO dibentuk

atas dasar kesepakatan bersama antar

korporasi/individual/perusahaan yang mempunyai kepentingan

yang sama. NGO dapat melakukan suatu kegiatan yang melewati

batas wilayah negara, namun tidak dibentuk oleh pemerintah. NGO

dan Transnational Corporation (TNCs) merupakan bagian internal

dari sistem politik internasional (Barkin 2006)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa IGO

adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan kesepakatan antara

negara, sedangkan NGO berdasarkan kesepakatan antar individu.

IGO dibagi atas empat kategori berdasarkan keanggotaannya dan

tujuannya (Wolfe Coloumbis, 1990):

1. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya

terbatas. Organisasi ini memiliki fungsi dan fungsi tertentu.

15
Dan dapat juga disebut sebagai badan fungsional dalam

sistem politik internasional.

2. Organisasi dengan keanggotaan dan tujuan umum. Fungsi

umum organisasi meliputi hal - hal seperti keamanan,

kerjasama sosial ekonomi, perlindungan hak - hak asasi

manusia dan pembangunan serta pertukaran kebudayaan

3. Organisasi dengan keanggotaan dan tujuan terbatas.

Organisasi yang membagi organisasi sosial, ekonomi dan

militer sebagai unit fungsional di dalam anggotanya.

4. Organisasi dengan keanggotaan terbatas dan tujuan umum.

Organisasi tersebut merupakan organisasi regional yang

anggotanya ditentukan oleh kondisi geografis, fungsi dan

tanggung jawab nya bersifat umum.

2.2.2.2 Peran Organisasi Internasional

Organisasi internasional sendiri mempunyai tiga peran penting,

3 peran penting tersebut menurut Clive Archer adalah sebagai

berikut :

1. Aktor, organisasi internasional juga dapat menjadi aktor

yang autonomous bertindak sebagai organisasi internasional

dan tidak lagi terbatas untuk mewujudkan kepentingan

anggotanya.

16
2. Instrumen, yaitu untuk mencapai kesepakatan, untuk

mengurangi intensitas konflik dan mengkoordinasikan

tindakan.

3. Arena, untuk berhimpun, berkonsultasi dan memulai

pengambilan keputusan bersama atau perjanjian

internasional.

2.2.2.3 Fungsi Organisasi Internasional

Menurut Clive Archer ada Sembilan fungsi dari organisasi

internasional yakni sebagai berikut; (1) artikulasi dan agregasi

kepentingan nasional negara - negara anggota; (2) hasilkan norma -

norma; (3) rekrutmen; (4) sosialisasi nilai; (5) pembuatan keputusan;

(6) penerapan keputusan;(7) penilaian/penyelarasan keputusan; (8)

tempat memperoleh informasi dan (9) operasionalisasi; antara lain

pelayanan teknis, penyedia bantuan.

2.2.2.4 Klasifikasi organisasi internasional

Selain itu organisasi internasional dapat di

klasifikasikan sesuai dengan kebutuhan atau cara peninjauan

organisasi tersebut (suwandi, 2004) sebagai berikut :

1. Klasifikasi organisasi internasional permanen

dan tidak permanen.

Perbedaan antara organisasi internasional

permanen dan organisasi internasional non-

permanen tampak jelas dari tahap operasional

17
organisasi internasional. Organisasi internasional

permanen ialah organisasi yang didirikan untuk

jangka waktu yang tidak terbatas, seperti PBB. Disisi

lain, organisasi internasional non-permanen ialah

organisasi internasional dengan periode yang di

tentukan, seperti untuk 3 (tiga) tahun atau 5 (lima)

tahun dan sebagainya, atau tujuan organisasi tersebut

sudah tercapai maka organisasi itu bubar.

2. Klasifikasi organisasi internasional publik

dan swasta.

Organisasi internasional publik yang

beranggotakan negara didasari atas kesepakatan

antara negara - negara anggota. Organisasi ini

berhubungan dengan pemerintah dan pemerintah

posisinya sebagai aktor yang mempunyai hak dan

kewajiban.

Disisi lain, organisasi internasional swasta

dapat melibatkan lembaga swasta dan organisasi dari

berbagai negara. Organisasi internasional swasta

tersebut dilindungi oleh hukum nasional negara

anggota sedangkan organisasi internasional publik

dilindungi oleh hukum internasional.

3. Klasifikasi organisasi universal dan terbatas.

18
Klasifikasi ini didasarkan pada sistem

keanggotaannya, yang membedakan antara

organisasi internasional universal dan terbatas.

Organisasi internasional yang universal adalah

organisasi nasional yang datanya dari semua negara.

Peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional

juga bersifat universal, suatu peraturan dari hukum

dunia (world law)

Kalinya organisasi bersifat terbatas

anggotanya didasari pada kriteria - kriteria tertentu,

Schemers menyebutnya closed organizations.

Organisasi internasional terbatas ini dapat

dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu; (1)

organisasi regional; (2) organisasi dengan latar

belakang yang sama; (3) organisasi fungsional.

4. Klasifikasi yang didasari pada sifat organisasi

yaitu supra nasional.

Organisasi supra nasional adalah organisasi

kerjasama di bidang legislatif, yudikatif dan

eksekutif, termasuk pada level warga negara.

Organisasi internasional yang bersifat supra nasional

memiliki kewenangan untuk membuat keputusan

yang mengikat secara langsung dan mengeluarkan

19
peraturan kepada negara - negara anggota atau

perusahaan di negara negara anggota. Persyaratan

organisasi yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi

supra nasional yaitu:

a. Keputusan tersebut mengikat negara anggota;

b. Alat pendukung keputusan tidak hanya

mengandalkan kerja sama semua anggota.

c. Organisasi memiliki kekuasaan untuk

membuat aturan yang secara langsung

mengikat orang - orang dari negara anggota.

Kewenangan yang demikian mungkin dapat

mendesak fungsi pemerintahan tanpa

kerjasama dengan pemerintah nasional

negara anggota;

d. Organisasi harus memilki kewenangan untuk

melaksanakan keputusan ini;

e. Keuangan organisasi bersifat otonom dan

berasal dari dana yang disediakan oleh negara

anggota;

f. Penarikan diri secara universal tidak

mungkin.

5. Klasifikasi berbasis fungsi.

20
Organisasi fungsional yang memiliki

kekhususan dalam bidang fungsi spesifik dari suatu

organisasi sering disebut sebagai organisasi teknis.

Klasifikasi berdasarkan fungsi khusus dapat dibagi

menjadi empat fungsi; (1) fungsi pengadilan (judicial

institution); (2) fungsi administratif (administration

institution); (3) fungsi legislative semu (Quasi

international legislation); dan (4) fungsi serba guna

(comprehensive).

2.2.3 Pendidikan

Pendidikan sangat luas dan dapat berupa ilmu yang diperoleh

melalui interaksi dengan orang lain. Pendidikan dapat ditempuh secara

formal melalui lembaga mulai dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi

dan secara informal dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Rini,

2013)

Salah satu sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003

mengatur pendidikan bertujuan untuk menciptakan suasana belajar dan

proses pembelajaran, agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan

potensi nya dan memungkinkan mereka memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa

peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

21
potensinya melalui proses pembelajaran pada suatu bentuk, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

Terdapat enam fungsi pendidikan (Departemen pendidikan

Nasional) yaitu :

1. Mengenalkan peraturan dan penanaman disiplin kepada anak

2. Mengenalkan anak pada dunia sekitarnya

3. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik

4. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar

5. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi

6. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan

yang dimiliki anak

Maka hakikat pendidikan dapat diuraikan dengan tabel dan uraian

berikut (Rini, 2013) :

1. Manusia mencari proses yang berkesinambungan. Manusia

merekonstruksi pengalaman dan proses pertumbuhan yang

22
mengarah pada pertumbuhan lebih lanjut. Hal ini disebut

process of continues reconstruction of express.

2. Korelasi ini sejak masa kanak - kanak, remaja hingga dewasa

atau dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dan

kebutuhan dunia kerja, sehingga korelasi tersebut berkaitan

dengan kelangsungan pendidikan.

3. Keinginan manusia harus selaras dengan tanggung jawab

manusia dan pendidikannya, termasuk pendidikan formal dan

masyarakat.

4. Masa penyesuaian adalah masa fleksibilitas yang disesuaikan

dengan kebutuhan diri pada saat itu. Artinya menusia harus

mampu dan mau menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya.

Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, desa, kota. Tingkat

pendidikan atau pendidikan rendah, miskin atau kaya. Selain itu

harus beradaptasi dengan tempat atau lingkungan geografis.

5. Manusia berusaha secara sadar untuk mempersiapkan siswa

melalui bimbingan pembelajaran agar dapat menguasai

keterampilan sesuai dengan peran yang harus dimainkan

manusia.

2.2.3.1 Pendidikan anak usia dini

Pasal 1 tahun 2003 undang - undang nomor 20 sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah pelatihan bagi tumbuh kembang jasmani dan rohani anak

23
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, untuk mempersiapkan

anak untuk memasuki sekolah. Perawatan anak usia dini juga

berperan penting dalam mencapai hasil pendidikan anak usia dini

yang optimal. Menurut pendidikan kebududayaan nomor 37 tahun

2014, pendidikan anak usia dini ditujukan untuk merangsang dan

memaksimalkan perkembangan anak. (Kemendikbud 2014)

Dr. Benyamin S. Bloom mengemukakan bahwa

pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai

50% (Cropley, 1999). Ini berarti bahwa pendidikan anak harus

berusia 0 sampai 4 tahun. Tanpa tingkat pembelajaran ini, otak anak

tidak akan terstimulasi secara maksimal. Jika tingkat ini tidak dapat

tercapai, perkembangan otak anak tersebut tidak berkembang secara

normal dan optimal.

Studi fakultas kedokteran Universitas Baylor menunjukan

bahwa lingkungan memainkan peran yang sangat penting dalam

membentuk perkembangan optimal dari sikap, kepribadian dan

kemampuan anak. Artinya jika anak tidak memiliki lingkungan yang

baik untuk merangsang perkembangan otaknya, maka

perkembangan otaknya akan 20 - 30% lebih kecil dari ukuran

normal anak.

Pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tergantung

faktor keturunan (genetik), lingkungan dan cara perawatan

kesehatan dan konvergensi (kombinasi antara bakat dan

24
lingkungan), ada yang cepat dan ada yang lambat,. Oleh karena itu,

penanganan pada anak tidak bisa bersifat umum, perhatian khusus

harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

(Direktorat Tenaga Teknis, 2003)

Ide tentang pendidikan anak usia dini telah bercampur

dengan paradigma kapitalis manusia melihat bahwa jasa pendidikan

anak usia dini sebagai investasi masa depan lalu kebijakan dan

prioritas di tingkat nasional pun merangkul ide tersebut (Octarra H.

, 2018). Peran keluarga tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah

di didik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal

(Direktorat pendidikan nasional, 2012)

Perkembangan anak usia dini yang merupakan kunci

kehidupan produktif disebut sebagai fase kritis yang dapat menjadi

landasan bagi kebahagiaan dan pembelajaran di masa depan. Studi

menunjukan bahwa setengah dari kemampuan intelektual seseorang

berkembang pesat pada usia empat tahun. Intervensi di masa anak

usia dini ini meninggalkan bekas yang bertahan lama pada kapasitas

intelektual, kepribadian dan perilaku social.

Program pengembangan pendidikan anak usia dini juga

dilihat sebagai upaya untuk mempromosikan perkembangan anak

secara menyeluruh seperti meningkatkan sinergi antara kesehatan

yang baik gizi yang baik dan stimulasi kognitif untuk perkembangan

yang sehat pada usia dini.

25
Adapun tujuan PAUD dapat dijelaskan menjadi empat

tujuan utama (Risaldy, S. & Idris, M.H , 2014) :

1. Sebagai kerangka dasar bagi anak untuk beradaptasi dengan

lingkungan serta pertumbuhan dan perkembangan

selanjutnya.

2. Intervensi dini, pemberian stimulasi edukasi, agar potensi -

potensi terpendam anak dapat tumbuh.

3. Mengembangkan potensi - potensi yang sudah terlihat pada

anak.

4. Mampu mendeteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan

dalam pertumbuhan serta perkembangan potensi - potensi

yang dimiliki anak usia dini.

Lalu selain tujuan PAUD juga mempunyai tiga fungsi utama

(Risaldy, S. & Idris, M.H , 2014) yaitu :

1. Fungsi adapatasi atau social

PAUD memainakan peran yang berguna dalam situasi

dan kondisi anak - anak. Setelah itu, anak - anak

menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi di sekitarnya

sebagai pengenaan berbagai pola sikap, perilaku, kebiasaan

dan sifat orang disekitar yang dapat membantu memahami

aspek psikologi dan lingkungan sosial anak.

2. Fungsi pengembangan

26
PAUD berperan dalam menumbuh kembangkan

berbagai potensi yang dimiliki anak dengan memberi suatu

situasi atau lingkungan edukatif sehingga potensi tersebut

dapat berkembang optimal dan bermanfaat bagi anak itu

sendiri dan lingkungannya.

3. Fungsi bermain

PAUD berperan sebagai tempat bermain anak - anak,

bermain merupakan hak anak sepanjang rentang hidupnya

melalui bermain anak - anak bisa mendapatkan banyak

pengetahuan dan melalui kegiatan bermain neuron - neuron

otak pada anak berkembang dengan pesat.

Contoh pendidikan usia dini di Asia Tenggara seperti,

Thailand, Malaysia, dan Singapore :

1. Thailand

Di Thailand, isu mengenai perkembangan anak usia dini

telah menjadi agenda perencanaan nasional dalam rencana

pembangunan sosial ekonomi nasional kesepuluh (2007-2011).

Dalam rencana tersebut, Thailand secara khusus menyebutkan

tujuan yang ingin dicapai, yaitu meningkatkan proporsi balita yang

menjamin perkembangan normal dari 67,7% pada tahun 2007

menjadi lebih dari 80% pada tahun 2011. Tingkat pemberian ASI

pada bayi enam bulan dari yang awalnya 14,7% menjadi lebih dari

30%.

27
Upaya meningkatkan perlindungan terhadap anak usia dini.

Thailand telah berhasil mencapai beberapa hal, yaitu:

a. Buku pegangan tentang kesehatan ibu dan anak yang berisi

prinsip - prinsip dan praktek - praktek yang tidak boleh dan

boleh dilakukan dalam pengasuhan anak telah berhasil

dikembangkan.

Telah berhasil menghasilkan buku pedoman kesehatan ibu

dan anak, yang mungkin sesuai atau tidak sesuai untuk anak

- anak. Dan tindakan perlindungan.

b. Program pengasuhan juga menerapkan pola asuh dari tiga

semester pertama dan kemudian dilanjutkan hingga anak

berusia tiga tahun sebelum dan sesudah melahirkan.

c. Program “family love bonding hospital program” yang

mendorong rumah sakit untuk menyediakan fasilitas yang

ramah anak, aman bagi ibu dan dapat melibatkan masyarakat

pun telah berhasil diwujudkan.

Selain pencapaian tersebut ada beberapa hal yang membuat

rencana aksi sulit dicapai, misalnya :

a. Kurangnya pemahaman tentang pengasuhan dalam

mempromosikan perkembangan anak.

b. Ketidaksetaraan akses yang dimiliki masyarakat terhadap

layanan pendidikan anak usia dini.

28
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan oleh

penduduk yang kurang beruntung.

d. Layanan kesehatan hanya menyediakan vaksinasi saja.

e. Sektor pemerintahan kekurangan tenaga medis.

f. Kurangnya kunjungan rumah untuk pengasuhan anak pasca

persalinan.

Dewan Menteri yang diketuai oleh Perdana Menteri

mengumumkan undang - undang dalam bentuk kebijakan dan

strategi jangka panjang pada bulan Mei 2007. Menurut kebijakan ini

kegiatan pendidikan anak usia dini dibagi menjadi dua kelompok.

Usia 0-3 tahun dan 3-5 tahun. Kebijakan dan strategi jangka panjang

untuk pendidikan anak usia dini grup usia 0-5 tahun (2007-2016)

memberikan panduan yang berguna dan sangat dibutuhkan untuk

layanan pendidikan anak usia dini dengan fokus pada perlindungan,

keamanan dan semua hal yang dapat menyeimbangkan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Malaysia

Di negara tersebut undang undang pengasuhan anak 1984,

revisi pada 2007, menjamin kualitas pendidikan anak usia dini.. UU

550 yang merupakan undang - undang pendidikan nasional secara

resmi memasukkan pendidikan prasekolah kedalam sistem

pendidikan. Kurikulum pendidikan anak usia dini secara resmi

dimulai pada tahun 2003. Pendidikan awal di Malaysia dibagi

29
menjadi dua kelompok 0 – 4 tahun dan 4 - 6 tahun. kelompok usia 4

- 6 tahun di bawahi Kementerian pendidikan, Kementerian

pembangunan daerah dan pedesaan (MRRD) dan Departemen

kesatuan dan integrasi nasional. Sementara kelompok usia 0-4 tahun

di bawahi Kementerian pembangunan masyarakat, keluarga dan

perempuan, dan MRRD. MRRD di akui sebagai penggagas

pendidikan prasekolah di Malaysia.

Di Malaysia kebijakan mengenai pelayanan kesehatan anak

dipromosikan melalui program - program yang meliputi kunjungan

rutin dan pemeriksaan kesehatan anak, imunisasi, pematauan dan

penilaian status gizi dan pertumbuhan dan pengetahuan kesehatan

anak.

3. Singapura

Di negara ini, Undang - Undang pusat pengasuhan anak dan

peraturan pusat pengasuhan anak tahun 1988 mulai berlaku untuk

mengontrol, mengizinkan dan mengatur pusat pengasuhan anak usia

18 bulan sampai tujuh tahun. Pusat pengasuhan anak ini telah

disahkan oleh Kementrian masyarakat, pemuda dan olahraga.

Taman kanak - kanak telah terdaftar oleh Kementrian pendidikan.

Sejak januari 2022, Singapura juga mulai mensertifikasi pendidikan

prasekolah.

30
2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis yang telah penulis

paparkan, maka penulis mencoba menarik hipotesis sebagai berikut : “Dengan

adanya Peran SEAMEO berupa Program Pelatihan Konsultasi, Penelitian

dan Inovasi, maka hal tersebut dapat terimplementasikan dalam

meningkatkan kualitas Pendidikan Usia Dini di Indonesia ditandai oleh

pengembangan materi pengajaran dan pembelajaran pengembangan

kapasitas pihak sekolah dan guru dan pengembangan fasilitas Pendidikan

Usia Dini”.

2.4 Verifikasi Variabel dan Indikator

Table 2.1 Table Verifikasi Variabel dan Indikator

Variabel dalam hipotesis Indikator Verifikasi


(Teoritis) (Empiris) (Analisis)
Variabel bebas : 1. Adanya Program 1. Adanya data terkait
Implementasi program pelatihan konsultasi program pelatihan,
SEAMEO dalam penelitian dan konsultasi, penelitian,
dan inovasi dari
Pendidikan usia dini di inovasi dari
SEAMEO untuk
Indonesia SEAMEO untuk Indonesia
Indonesia a. Action Agenda
for the SEAMEO 7
Priority Areas 2018
b. SEAMEO 7
Priority Areas
Implementation by
SEAMEO Member
Countries 2017
c. Executive
Summary Report: A
Year of
Accomplishments
2019

31
d. SEAMEO
CECCEP Annual
Report 2018/2019
e. SEAMEO SEN
Annual Report
2016/2017
f. SEAMEO SEN
Annual Report
2018/2019
g. SEAMOLEC
Annual Report
2018/2019
SEAMOLEC Annual
Report 2017/2018
Variabel terikat : 1. Masih banyak pihak 1. Adanya data terkait
Meningkatkan kualitas sekolah dan guru hambatan penerapan
Pendidikan usia dini di kesulitan dalam pendidikan usia dini
indonesia mengajar dan di Indonesia dari
mendidik murid di pihak sekolah
sekolah pendidikan 2. Problematika
usia dini penyelenggaraan
2. Masih sedikitnya pendidikan usia dini
pusat pengajaran dan di Indonesia
pembelajaran 3. Menciptakan
pendidikan usia dini Kesetaraan yang
di Indonesia responsif melalui
3. Masih sedikitnya pendidikan usia dini
fasilitas pengajaran (inovasi untuk anak
dan pendukung sekolah
pembelajaran yang Indonesia,2020)
dibutuhkan murid 4. Membangun masa
usia dini dalam depan anak usia dini
aktivitas luar kelas. 5. Problematika
penyelenggaraan
pendidikan usia dini
di Indonesia
6. Permasalahan -
permasalahan yang
dihadapi sekolah
penyelenggara
pendidikan usia dini

32
7. Adanya data terkait
sedikitnya pusat
pengajaran dan
pembelajaran
pendidikan usia dini
di Indonesia

2.5 Skema dan Alur Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis penulis menggambarkan sebuah skema

untuk peneliti maupun pembaca agar lebih mudah memahami konteks dan isi

penelitian ini.

Persoalan Pendidikan usia dini di Indonesia


¯
Southeast Asian Ministers Of Education Organization
¯
Kerjasama Pendidikan (terlaksananya program)
¯
Implementasi program SEAMEO untuk Indonesia 2015 - 2020
¯
Peningkatan kualitas Pendidikan usia dini di Indonesia

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Menurut Thomas Kuhn orang pertama yang memperkenalkan istilah

paradigma di dalam bukunya berjudul “The structure of scientific revolution” arti

paradigma merupakan konsep dasar atau landasan berpikir yang digunakan sebagai

model atau acuan para ilmuan dalam melakukan studinya (Kuhn, 2013)

Paradigma merupakan suatu pijakan dasar untuk menjelaskan fenomena -

fenomena dan masalah - masalah tertentu. Paradigma juga bisa diartikan secara

sederhana sebagai bidang studi, termasuk kesepakatan tentang kerangka

konseptual, petunjuk metodologis dan teknik analisis (Mas'oed, 1990)

Berdasarkan definisi dan pengertian diatas paradigma penelitian dibutuhkan

agar penulis mempunyai kerangka dan landasan pola pikir yang pas dalam melihat

pokok persoalan di penelitian, khususnya terkait objek dan subjek persoalan.

3.1.1 Paradigma Neoliberal Institusionalisme

Penelitian ini penulis akan menggunakan paradigma sebagai satu

kesatuan dari semua kerangka teoritis yang penulis gunakan. Pemikiran Neo

liberalism institusionalisme merupakan sebuah pola yang menggambarkan

tentang bagaimana kerjasama internasional dapat terbentuk dari kesamaan

kepentingan, aturan dan institusi. Neo liberal Institusionalisme juga

mengutamakan nilai - nilai keuntungan absolut untuk semua pihak yang

bekerjasama.

Kerjasama internasional sangat diutamakan karena jika bekerjasama

akan meningkatkan peluang terjadinya perdamaian internasional. Neo

34
liberalism Institusionalisme berfokus pada bidang ekonomi dan pasar global

ekonomi, politik serta permasalahan lain seperti hak asasi manusia. Neo

liberal Institusionalisme berusaha melihat sebuah organisasi internasional

dibentuk oleh negara - negara merdeka yang memiliki tujuan di mana

organisasi ini bisa mengawasi aktivitas dan memberikan respon terhadap

aktivitas tersebut. (Keohane R. O., 2005)

Paradigma ini mempunyai argumen pokok dalam melihat

pertumbuhan regionalisme yaitu ; (1) semakin tinggi interdependensi

semakin tinggi pula tuntutan untuk bekerjasama dan institusi dipercaya

dapat membantu negara - negara menghadapi persoalan yang sama. (2)

Neoliberal Institusionalisme memandang negara sebagai aktor yang

dominan dalam memainkan peran sebagai pembuat keputusan; (3) institusi

mempunyai eksistensi yang penting karena institusi dapat memberikan

keuntungan kepada negara anggota maupun memberikan pengaruh terhadap

aktor lainnya.

Paradigma ini dinilai paling tepat dalam melihat persoalan penelitian

skripsi ini sesuai dari teori yang digunakan khususnya dalam melihat

pencapaian kerjasama internasional dengan membuat kesepakatan bersama

atas naungan dan asuhan organisasi internasional karena pendekatan ini

lebih cenderung membahas tentang hal yang bersifat low politik khususnya

bidang sosial-budaya maka penelitian ini akan berusaha membahas

bagaimana sebuah organisasi internasional menjadi instrumen negara

anggota dalam mencapai tujuannya yang merupakan tujuan bersama semua

negara anggota.

35
3.2 Tingkat Analisis

Pada penelitian kali ini peneliti memilih tingkat analisis negara karena

dalam level analisis ini penerapan mengenai perilaku negara dipengaruhi oleh

faktor - faktor internal berdasarkan negara tersebut. Menurut Rourke, pada level

analisis negara yang diperlukan peneliti merupakan pemahaman mengenai

bagaimana aktor (Birokrat, kelompok kepentingan, badan legislative) pada suatu

negara berperan dalam pengambilan suatu kebijakan luar negeri (Rouke, 2009).

Tingkat analisis negara akan memperoleh penjelasan yang tidak terlalu makro

misalnya tingkat analisis sistem dan tidak juga terlalu mikro misalnya tingkat

analisis individu.

Tingkat analisis ini juga akan menjelaskan mengenai bagaimana keadaan

internal suatu negara yaitu penerapan pendidikan usia dini di Indonesia sebagai

aktor dalam pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia yang dibawa ke

organisasi internasional yaitu SEAMEO.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan merupakan metode penelitian Deskriptif

yaitu suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena yang

terjadi misalnya program, aktivitas, karakteristik, hubungan lalu

menginterpresentasikan fenomena tersebut.

Metode Deskriptif menurut Nazir adalah suatu metode pada penelitian

status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang ( (Nazir, 2005)

36
Penulis menggunakan metode ini agar bisa nemenjelaskan mengenai

program - program yang dilaksanakan SEAMEO dalam upayanya membantu

meningkatkan kualitas pendidikan usia dini di Indonesia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik kumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah studi

kepustakaan dengan cara mengumpulkan data - data dari literatur seperti

buku, jurnal, makalah, media massa maupun literatur online dari internet

yang sesuai dengan pembahasan penelitian ini.

3.4.2 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini merupakan

Teknik analisis kualitatif. Data pada penelitian kualitatif diperoleh dengan

menggunakan macam teknik pengumpulan data misalnya data dari buku dan

data dari WEB.

Dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman, aktifitas

pada analisis data kualitatif terbagi sebagai tiga tahapan, yaitu tahap reduksi

data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi

a. Reduksi data

Reduksi data adalah contoh analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga menemukan kesimpulan

akhir. Reduksi data berarti merangkum, menentukan data - data yang utama,

memfokuskan dalam hal - hal yang penting yang sesuai dengan pola tema.

37
Dalam mereduksi data setiap peneliti akan mencapai sebuah tujuan. Tujuan

utama dari penelitian kualitatif adalah pada sebuah temuan. Oleh karenanya

bila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang

ditinjau asing. Tidak dikenal belum mempunyai pola justru itulah yang

dijadikan perhatian penelitian dalam melakukan reduksi data.

b. Penyajian data

Penyajian data adalah aktifitas menampilkan data atau sekumpulan

informasi yang sudah disusun sehingga masih ada kemungkinan untuk

menarik kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks,

naratif, dan tabel dengan adanya penyajian data maka akan lebih

mempermudah untuk mengetahui apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami tersebut.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu teknik analisis

kualitatif yang bisa digunakan dalam mengambil tindakan. Kesimpulan

awal yang dikemukakan akan mengalami perubahan apabila tidak

ditemukan bukti mendukung yang cukup kuat pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Namun bila kesimpulan yang dikemukakan dalam tahap awal

didukung oleh bukti - bukti yang falid dan konsisten maka kesimpulan

tersebut bisa dikatakan kesimpulan yang kredibel.

38
3.5 Lokasi Penelitian dan Lamanya Penelitian

3.5.1 Lokasi Penelitian

Karena menggunakan teknik penelitian studi kepustakaan maka

lokasi penelitian ini penulis akses dari :

Google scholar

Perpustakaan nasional Indonesia.

3.5.2 Lama Penelitian

Lamanya penelitian ini terhitung dari bulan Juni sampai bulan

September 2020, sekitar 4 bulan.

3.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini ditulis berdasarkan pedoman penelitian

yang diberikan oleh pihak kampus dalam seminar penelitian yang dapat dijelaskan

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan bagaimana latar belakang masalah, lalu pencarian dan

identifikasi masalah, penjelasan bagaimana pembatasan masalah agar lebih

spesifik, lalu merumuskan permasalahan nya dalam perumusan masalah serta

menjelaskan pula tentang tujuan dan kegunaan penelitian terhadap para penulis

maupun pembaca.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang tinjauan atas penelitian sebelumnya yang

mempunyai pembahasan yang sama penjelasan teori yang dirujuk dalam

pembahasan penelitian menguraikan bagaimana hipotesis penelitian serta

39
menjelaskan variabel yang ada di penelitian yang akhirnya akan diuraikan sebagai

sebuah gambar skema untuk memudahkan pembaca tentang bahasan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai penjelasan dasar dari pola penelitian yang dipakai

dalam proses penelitian misalnya paradigma penelitian, tingkat analisis penelitian,

metode penelitian ,teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan data tentang bagaimana kerjasama yang dilakukan

SEAMEO dalam mencapai tujuannya khususnya meningkatkan kualitas

pendidikan usia dini di Indonesia ,Untuk mengetahui persoalan pendidikan usia dini

di Indonesia, untuk mengetahui bagaimana program SEAMEO berperan terhadap

pendidikan usia dini di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN

Bab penutup dari penulisan skripsi yang menjelaskan beberapa kesimpulan

dari data penelitian yang diambil berdasarkan pemikiran penulis terkait hipotesis

penelitian, serta menuangkan saran - saran yang dipandang perlu.

40
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil SEAMEO

SEAMEO merupakan organisasi antar pemerintah yang didirikan sebagai

hasil dari pertemuan di Bangkok, 30 November pada tahun 1965, pada Menteri

Pendidikan Laos, Malaysia, singapura, Thailand dan Republik Vietnam (Selatan).

Saat itu Ketua Komisi Nasional UNESCO dan Penasihat Khusus untuk Presiden

Amerika Serikat bekerjasama regional dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan

dan budaya pada wilayah tersebut (SEAMEO, 2019)

Sebagai organisasi yang berupaya meningkatkan kapasitas dan

mengembangkan potensi masyarakat, SEAMEO mendukung pembangunan

bersama masyarakat di wilayah Asia Tenggara untuk memperoleh kehidupan yang

lebih baik pada kualitas dan kesetaraan dalam pendidikan, pendidikan kesehatan

preventif, budaya dan tradisi, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa,

pengetesan kemiskinan dan pertanian dan sumber daya alam.

SEAMEO memiliki visi “Organisasi terkemuka untuk meningkatkan

pemahaman regional dan kerjasama dalam pendidikan, ilmu pengetahuan dan

budaya agar kualitas hidup yang lebih baik di Asia Tenggara” dan mempunyai misi

“Untuk meningkatkan pemahaman regional, kerjasama dan persatuan tujuan

diantara negara - negara anggota untuk kualitas hidup yang lebih baik melalui

pembentukan jaringan dan kemitraan, penyediaan forum di antara pembuat

41
kebijakan dan pakar, dan promosi pengembangan sumberdaya manusia yang

berkelanjutan”

SEAMEO juga membentuk pusat regional yang mencakup 26 bidang

pendidikan yang berfungsi sebagai peneliti dalam menganalisis berbagai masalah

pendidikan dan pelaksana program SEAMEO. 26 pusat regional SEAMEO terbagi

di beberapa negara Asia Tenggara ; 7 di Indonesia, 1 di Singapura, 1 di laos, 2 di

Vietnam, 1 di Myanmar, 3 di Filipina, 3 di Malaysia, 6 di Thailand, 1 di kamboja,

1 di Brunei. Pusat regional SEAMEO sendiri mempunyai jabatan struktural yang

terdiri dari tiga jabatan struktural utama yaitu direktur, deputi direktur program, dan

deputi direktur administrasi.

4.2 Persoalan pendidikan anak usia dini di Indonesia

Berdasarkan hasil pengamatan akan sistem pendidikan di Indonesia, ada

permasalahan tidak setara nya akses pendidikan, kualitas guru yang rendah dan

infrastruktur yang tidak mendukung (Wahab, 2010). Bahasan tentang kebijakan

pendidikan anak usia dini dan proyek inisiatif kerja sama Luar Negeri telah

menghasilkan banyak kesempatan untuk anak kecil dari keluarga yang kurang

mampu atau tinggal di daerah terpencil untuk mendapatkan pendidikan dan

pengetahuan lewat sekolah formal (Octarra H. , 2018)

Netti Herawati, Ketua umum himpunan Pendidik PAUD seluruh Indonesia

menyebutkan, ada delapan masalah dalam dunia pendidikan anak, khususnya

pendidikan prasekolah (Pires, 2018). Menurutnya, kedelapan isu tersebut adalah;

Pertama bahwa tingkat pendidikan guru dengan hanya 23,06% yang bergelar

42
sarjana S1. Disisi lain, menurut standar nasional Pendidikan, guru PAUD harus

memiliki minimal S1 PAUD/Psikologi/Kependidikan baik formal maupun

nonformal. Kedua, kualitas program dan lembaga PAUD dan masih sepertiga anak

usia 3 - 6 tahun belum mendapat layanan PAUD saat ini. Isu ketiga adalah

keterlibatan keluarga tidak sesuai dengan lembaga PAUD. Padahal PAUD adalah

bangunan pondasi bangsa dan tumbuh kembang anak. Isu keempat adalah

pembelajaran PAUD yang seharusnya 80% diharapkan dapat membangun sikap

namun saat ini justru difokuskan pada pembelajaran yang bernuansa akademik. Isu

kelima adalah investasi dibidang pendidikan. Isu ke enam adalah masalah gizi. Isu

ketujuh adalah status guru PAUD nonformal yang belum dianggap sebagai guru.

Masalah ke delapan adalah tantangan eksternal undang - undang guru dan dosen

yang masih di kotonome hingga saat ini setelah berjalan 10 tahun. Permasalahan

yang dihadapi dunia dibidang pendidikan anak usia dini mengemuka dan

disampaikan pada Rakernas II Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

PAUD Indonesia yang digelar di Jakarta pada tanggal 3 sampai 5 Maret (Tribun

News, 2016)

Permasalahan tersebut juga menjadi hambatan bagi negara di masa

mendatang yang menilai bahwa pendidikan menjadi salah satu prioritas utama yang

berpengaruh dalam pembentukan karakter yang sesuai dengan idiologi serta

identitas bangsa dan juga pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan sumber

daya manusia agar bangsanya dapat hidup sejahtera (Muhardi, 2004). Tingkatan

sumber daya manusia ini sendiri dapat dilihat dari berbagai aspek dari aspek

ekonomi sumberdaya manusia ini terlihat dari produktivitasnya menghasilkan

43
sebuah ide dan produk dari aspek sosial terlihat dari terbentuknya kelompok

manusia yang hidup secara harmonis dan damai dan dari aspek politik terlihat

bagaimana terbentuknya pemerintahan yang bersih.

Terjadi pula permasalahan tentang pendidikan anak usia dini (PAUD) yang

terjadi di Indonesia, dilansir dari data Nurturing-Care pada tahun 2015 anak usia

dini di Indonesia beresiko besar 45% mendapatkan pengembangan yang buruk.

Lalu sebanyak 36% anak usia dini juga mengalami under-five stunting, suatu

kondisi anak kurang mendapatkan nutrisi dan juga sering terkena infeksi. Kemudian

juga 7% dari ibu, merupakan ibu yang bisa dibilang masih relatif muda, yang

melahirkan pada umur 18 tahun. Angka kematian komplikasi dari proses kehamilan

sampai kelahiran ialah 177/100.000 kasus (Early, 2019)

4.3 Peran SEAMEO meningkatkan kualitas pendidikan usia dini di

Indonesia

Pada tahun 2015, SEAMEO menyatakan tujuh area prioritas sebagai

resolusi 20 tahun yang disebut sebagai berikut (SEAMEO, 2015)

1. Achieving universal early childhood care and education (mencapai

perawatan dan pendidikan usia dini yang universal)

Mencapai Pendidikan pra sekolah dasar universal pada tahun 2030 dengan

target khusus untuk anak - anak yang kurang beruntung seperti anak - anak miskin;

masyarakat pedesaan; etnis dan bahasa yang terpinggirkan; dan anak - anak

penyandang disabilitas menjadi manfaat paling besar.

44
2. Addressing barriers to inclusion. (penanganan hambatan pendidikan

inklusi)

Mengatasi hambatan untuk inklusi dan akses ke peluang belajar dasar semua

peserta didik melalui inovasi dalam penyampaian dan manajemen pendidikan untuk

menyediakan akses peluang pembelajaran bagi kelompok yang sebenarnya tidak

dapat diakses dan rentan.

3. Resiliency in the face of emergencies (ketahanan dalam menghadapi

keadaan darurat)

Mempersiapkan pemimpin sekolah, guru, siswa dan masyarakat setempat

untuk mengelola dan memelihara pemberian layanan pendidikan selama keadaan

darurat misalnya konflik, cuaca ekstrim dan bencana alam.

4. Promoting technical and vocational education and training

(mempromosikan pendidikan dan pelatihan teknik dan vokasi)

Mempromosikan TVET diantara pelajar, guru dan orang tua dengan

investasi yang lebih terlihat dan kurikulum yang relevan yang berfokus pada

kreativitas dan inovasi dengan jalur yang jelas menuju pembelajaran seumur hidup,

pendidikan tinggi dan tenaga kerja regional, keterampilan dan mobilitas peserta

didik

5. Revitalizing teacher education (revitalisasi pendidikan guru)

Menjadikan mengajar professi pilihan pertama melalui reformasi

manajemen dan pengembangan sistem guru yang komprehensif, strategis dan

berbasis praktik melalui persiapan yang lebih professional dikelola pra-jabatan dan

45
dalam jabatan, mengikuti kerangka kerja kompetensi guru yang ekslipsit dan dibagi

bersama serta serangkaian standar yang berlaku di seluruh wilayah.

6. Harmonizing higher education and research (harmonisasi perguruan

tinggi dengan riset penelitian)

Harmonisasi pendidikan tinggi dan penelitian yang didukung oleh

penelitian, sehingga negara - negara anggota baru investasi dalam memperkuat

lembaga pendidikan tinggi dan setiap fasilitas berkoordinasi dan menetapkan

standar kualitas dengan yang lain, dan mengidentifikasi kebutuhan yang paling

penting.

7. Adopting a 21st century curriculum (beradaptasi dengan kurikulum abad

ke 21) dalam hal dunia digital dan internet of things.

Mengejar reformasi melalui analisis sistematis pengetahuan, keterampilan

dan nilai - nilai yang harus merespon secara efektif terhadap perubahan kondisi

global, khususnya terhadap kompleksitas yang semakin meningkat dari ekonomi

Asia Tenggara, sosial budaya dan lingkungan politik, mengembangkan guru yang

di ilhami dari cita - cita ASEAN untuk membangun komunitas ASEAN.

Dari salah satu poin area prioritas SEAMEO salah satunya ialah mencapai

perawatan dan pendidikan anak usia dini yang universal artinya merata di seluruh

wilayah Asia Tenggara. Indonesia sendiri mendapatkan 10 rekomendasi program

untuk mencapai tujuan tersebut yang mana periode implementasinya dari tahun

2016 – 2020 sebagai bentuk evaluasi dan transparansi maka SEAMEO juga

membuat publikasi akan implementasi program di semua negara anggota.

46
SEAMEO Council adalah badan pembuat kebijakan tertinggi organisasi dan

juga badan ini menunjuk Direktur Sekretariat SEAMEO, SEAMEO Council terdiri

dari 11 Menteri pendidikan negara anggota yang akan menyetujui rekomendasi

SEAMEO secretariat.

Lalu dewan SEAMEO juga merekomendasi 5 hal terkait 7 area prioritas

SEAMEO (SEAMEO, 2015) yaitu :

1. Memanfaatkan 21 SEAMEO regional centre sebagai mekanisme untuk

mengimplementasikan tujuh wilayah prioritas di tingkat nasional,

regional dan seterusnya dan bersinergi dengan ASEAN.

2. Menghubungkan ketujuh area prioritas dengan kurikulum dan bergerak

menuju kewarganegaraan global.

3. Keterlibatan orang tua dalam sistem pendidikan melalui inisiatif

“Bermitra dengan orang tua” untuk menumbuhkan pemahaman bersama

tentang pendidikan yang berkualitas bagi orang tua dalam pendidikan

anak - anak mereka.

4. Mempromosikan standar kompetensi guru dan pemimpin sekolah di

negara anggota SEAMEO.

5. Memobilisasi dan berbagi pengetahuan, keterampilan dan praktik

terbaik diantara negara - negara anggota SEAMEO, seperti di bidang

Technical Vocational Education and Training, kompetensi digital, abad

ke-21 dan keterampilan kerja.

SEAMEO juga membentuk pusat regional yang mencakup 26 bidang

pendidikan yang berfungsi sebagai peneliti dalam menganalisis berbagai masalah

47
pendidikan dan pelaksana program SEAMEO. SEAMEO Regional centre yang

khusus menangani permasalahan pendidikan dan perawatan anak usia dini bernama

SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care and Education and Parenting

(SEAMEO CECCEP, 2019)

4.3.1 Implementasi program SEAMEO dalam membantu persoalan

Pendidikan usia dini di Indonesia

Setelah memahami organisasi SEAMEO maka berdasarkan

landasan konseptual yang telah dijelaskan dapat diketahui bahwa SEAMEO

sedang membangun norma, aturan dan prinsip di wilayah Asia Tenggara

sebagai satu kesatuan masyarakat regional khususnya di bidang pendidikan

usia dini lewat kebijakan - kebijakan yang mengikat dan badan fungsional

sebagai pelaksana program. Sejauh ini Indonesia telah

mengimplementasikan 10 program dan kegiatan utama SEAMEO untuk

menyelesaikan permasalahan perawatan dan pendidikan anak usia dini

(SEAMEO, SEAMEO 7 Priority Areas Implementation by SEAMEO

Member Countries, 2017)

4.3.1.1 Mengembangkan pembelajaran dan bahan ajar berbasis

bahasa daerah

Indonesia mempunyai lebih dari 740 bahasa daerah,

menjadikan negara dengan bahasa paling beragam di seluruh Asia.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di semua tingkat

pendidikan dan bahasa daerah menjadi bahasa kedua di beberapa

tingkatan pendidikan. Bahasa daerah lebih sering digunakan sebagai

48
sarana komunikasi masyarakat. Sebagian besar orang Indonesia

berbicara bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dengan berbagai

tingkat kemahiran. Bahasa seperti Jawa, Madura dan Sunda untuk

26 contoh, dituturkan oleh puluhan juta orang dan beberapa bahasa

lainnya memiliki jutaan penutur asli (Maryanto, 2008)

Maka salah satu program SEAMEO terkait hal ini ialah

mengembangkan materi pembelajaran dan pengajaran untuk

pendidikan usia dini berdasarkan bahasa daerah. Selain itu juga

materi pendidikan yang didasari bahasa daerah dapat melestarikan

bahasa daerah itu sendiri karena ada bukti tertulis nya dalam

program ini bahasa daerah yang ditargetkan ialah 50 bahasa daerah.

Periode program ini di tahun 2016 sampai 2020. Yang bertanggung

jawab akan program ini ialah Direktorat Jenderal Pendidikan Usia

Dini dan Pendidikan Masyarakat sampai pada tahun 2017 sudah

terbentuk materi pembelajaran dan pengajaran dalam 8 bahasa

daerah (SEAMEO, SEAMEO 7 Priority Areas Implementation by

SEAMEO Member Countries, 2017)

4.3.1.2 Scale-up Nutrition (SUN) untuk siswa PAUD

Gerakan scaling up Nutrition (SUN) adalah upaya baru

untuk menghilangkan semua bentuk Malnutrisi, berdasarkan prinsip

bahwa setiap orang memiliki hak atas makanan dan nutrisi yang

baik. Indonesia diharuskan untuk menyediakan makanan bergizi

sekaligus mempromosikan gaya makanan yang sehat. Program ini

49
merangkul 100 pusat pendidikan anak usia dini tahun 2017.

Pelaksana program ini Direktorat jenderal Pendidikan anak usia dini

dan Pendidikan masyarakat. Dilansir dari data UNICEF telah terjadi

penurunan angka resiko anak hampir meninggal dari tahun 2015

sampai tahun 2018 sebanyak 3% dan penurunan angka resiko anak

berusia 1 - 4 tahun meninggal dari tahun 2015 sampai 2018 sebanyak

0,69 % (UNICEF 2020)

Indonesia harus menggerakkan gerakan ini karena ada bukti

untuk menunjukkan bahwa menghilangkan kekurangan gizi pada

anak - anak memiliki banyak manfaat (Haddad, 2013):

1. Tingkatkan produk nasional bruto sebesar 11% di Afrika dan

Asia.

2. Cegah kematian anak lebih dari sepertiga per tahun.

3. Tingkatkan pencapaian sekolah.

4. Meningkatkan upah 5 - 50%.

5. Anak - anak yang bergizi baik 33% lebih mungkin untuk

keluar dari kemiskinan sebagai orang dewasa.

6. Memberdayakan perempuan menjadi 10% lebih mungkin

menjalankan bisnis mereka sendiri.

7. Menghancurkan siklus kemiskinan antar generasi.

4.3.1.3 Meningkatkan program holistik integratif pendidikan

anak usia Dini

50
Dalam program ini mengharuskan pemerintah untuk

membantu, melatih dan memantau pusat pendidikan anak usia dini

untuk memastikan bahwa program menyeluruh terlaksana dan

sesuai target. Targetnya ialah pelayanan anak dan orang tua di

sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Upaya untuk mendukung pengembangan anak usia dini

memerlukan tindakan terkoordinasi untuk memastikan perawatan

kesehatan, nutrisi yang memadai, pendidikan berkualitas, dukungan

untuk orang tua dan perlindungan hak - hak anak. Pendekatan yang

menyeluruh meningkatkan peluang anak untuk menyelesaikan

sekolah dengan kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik dan

akhirnya dapat berkontribusi secara positif kepada masyarakat

mereka (UNESCO, 2014) Periode implementasi program ini dari

tahun 2016 sampai 2020 dan mencakup workshop di 34 provinsi

sebanyak 504 kabupaten.

4.3.1.4 Model pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan

(ESD) pembelajaran melalui bermain

Semua anak memiliki hak serta tanggung jawab untuk di

didik tentang pembangunan berkelanjutan dan anak usia dini

memiliki kapasitas terbesar untuk belajar tentang fondasi sikap dan

nilai - nilai yang mendasar sehingga karakter pun akan terbentuk.

Transformasi pendidikan mengharuskan adanya integrasi antara

perawatan dan pendidikan bersama dengan kesehatan, keselamatan

51
dan ketentuan bermain sejak lahir dan seterusnya melalui

pengaturan pra sekolah dasar, di rumah dan di komunitas

masyarakat (Siraj-blatchford,J & Pramling-Samuelsson, I, 2016)

Program ini mengharuskan adanya pelatihan kepada para

guru PAUD di tingkat kabupaten untuk mengintegrasikan model

pengajarannya dengan pendidikan pembangunan berkelanjutan.

Target dari program ini ialah 2418 guru di 403 kabupaten namun

sampai tahun 2017 telah terlaksana pelatihan kepada 1645 guru di

200 kabupaten.

4.3.1.5 Mengembangkan bahan ajar untuk pendidikan anak

usia dini

Materi pembelajaran mendukung pembelajaran siswa dan

meningkatkan peluang keberhasilan siswa. Materi akan disesuaikan

dengan pemahaman guru untuk pembelajaran siswa di kelas maupun

luar kelas yang mereka gunakan. Materi pembelajaran juga dapat

menambah struktur penting untuk perencanaan pelajaran dan

penyampaian instruksi sesuai dengan jenis gaya belajar (Right,J. ,

2018)

Program ini mengharuskan Indonesia untuk

mengembangkan materi pembelajaran dan pengajaran pendidikan

usia dini. Materi pembelajaran guru dan murid perlu dikembangkan

agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan komunikasi

khususnya dengan teknologi internet sehingga materi dapat di akses

52
lebih mudah oleh khalayak luas masyarakat. Materi ini menjadi satu

paket yang akan disebarkan ke seluruh kabupaten di Indonesia dan

yang bertanggung jawab atas program ini ialah pusat kurikulum dan

pembukuan yang dibantu oleh SEAMEO Regional Centre for

Quality Improvement for Teacher and education personel in

Mathematic (SEAQIM) dan SEAMEO Regional Centre for Quality

Imporovment for Teacher and education personnel in science

(SEAQIS).

4.3.1.6 Mengembangkan alat bantu/toolkit belajar PAUD

Penelitian yang telah melakukan survei lebih dari 800 pusat

pendidikan anak usia dini menyatakan bahwa banyak guru

menyebutkan bahwa penggunaan perangkat teknis seperti tablet atau

papan tulis telah meningkatkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran di kelas mereka. Teknologi bisa digunakan guru untuk

merancang lingkungan belajar karena guru dapat membawa sumber

daya baru ke dalam kelas dan memberi anak - anak pengalaman yang

unik dan lebih interaktif seperti menggunakan aplikasi

(Steinhoff,A., 2016)

Program ini mengharuskan pemberian peralatan

pembelajaran yang dirasa perlu untuk menstimulasi kognitif anak.

Peralatan ini dapat berupa perangkat elektronik untuk mengajarkan

tentang pembelajaran teknologi bisa juga seperti plastik bekas untuk

digunakan dalam pembelajaran reduce, recycle, and reuse sebagai

53
tempat untuk menanam tanaman dan peralatan lainnya. Karena

perlunya penyesuaian peralatan dengan materi pembelajaran maka

yang bertanggung jawab ialah pusat kurikulum dan pembukuan

yang dibantu oleh SEAQIM dan SEAQIS.

4.3.1.7 Mengembangkan pusat pengembangan profesional guru

Program ini mengharuskan Indonesia untuk

mengembangkan pusat untuk menyebarluaskan informasi kepada

guru PAUD dengan cakupan nasional. Dengan berkembang nya

teknologi maka arus informasi pun menjadi semakin lebih lebar dan

untuk mencegah adanya informasi palsu yang beredar maka

diperlukan suatu pusat informasi yang kredibel selain itu pusat ini

juga memudahkan komunikasi ketika ada sosialisasi materi baru,

pelatihan maupun workshop, dan juga bisa menjadi wadah

pertukaran ide antara guru dan pengajaran menjadi lebih efisien dan

efektif dan meningkatkan SDM guru itu sendiri. Sebagai realisasi

program ini terbentuklah website bernama ruang guru PAUD asuhan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan indonesia, 2020). Ruang guru PAUD ini

mempunyai empat ruang interaktif yang disebut rumah anak yaitu

ruang video, ruang lagu, ruang ceria dan ruang permainan.

4.3.1.8 Mengembangkan pusat rujukan PAUD (berbahasa

Inggris)

54
Mengembangkan pusat rujukan pengembangan perawatan

anak dan pendidikan anak usia dini. Pusat ini didirikan sebagai

tempat untuk melatih para guru namun menggunakan bahasa inggris

sebagai bahasa pengantarnya. Pemahaman guru akan bahasa inggris

dapat meningkatkan kualitas guru khususnya ketika ada tamu

peneliti dari luar negeri menjadi lebih mudah untuk bertukar ide dan

pikiran di satu tempat. Implementasi ini diuji cobakan di 10

kabupaten terpilih dengan jumlah 60 guru sebagai target dari

program ini. Sampai pada tahun 2016 telah terdaftar 15 pusat

rujukan pengembangan pendidikan anak usia dini untuk anak

berkebutuhan khusus dengan 30 guru terdaftar dan 15 pusat

pendidikan anak usia dini sesuai di kabupaten terpilih dengan 60

guru terdaftar.

4.3.1.9 Memperkuat keterlibatan orang tua untuk

meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan

anak - anak mereka

Dengan terlibatnya orang tua dalam pendidikan anak maka

hubungan keduanya akan lebih bermakna khususnya sinergi dengan

guru akan menjadi lebih baik khususnya untuk mengadvokasi anak

mereka dan memberikan perawatan terbaik untuk anak mereka

(Kickwood, 2016). Hubungan orang tua dan sekolah sangat berarti

bagi keluarga karena keduanya membutuhkan pengalaman (Zhang,

2015). Orang tua yang berpartisipasi dalam sekolah berbasis

55
keterlibatan orang tua memiliki anak yang dengan tingkat

kompetensi melek huruf yang lebih tinggi. Orang tua diberikan

strategi dan sumber daya untuk digunakan bersama anak mereka di

rumah, strategi ini termasuk membaca dan bermain kata atau belajar

kata (Crosby,S.A., , 2015)

Program ini ada untuk mendorong sekolah berinisiatif untuk

memfasilitasi keterlibatan orang tua akan pendidikan dan aktivitas

anak di sekolah. Periode implementasi program ini dari tahun 2016

- 2019, sampai pada tahun 2017 program ini telah menyebar ke 34

provinsi namun mencakup 160 kabupaten dari targetnya 530

kabupaten.

4.3.1.10 Peningkatan kapasitas orang tua dalam keluarga

di tingkat provinsi dan kabupaten

Program ini mengharuskan adanya peningkatan kapasitas

orang tua dalam pendidikan keluarga di tingkat provinsi dan

kabupaten. Program ini juga terbagi menjadi empat aktivitas utama

pendidikan keluarga. Aktivitas pertama yaitu ditujukan untuk

pelatihan calon pelatih yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan

setempat. Calon pelatih biasanya masih lulusan SMA ataupun S1

bukan di jurusan pendidikan, hasil yang diharapkan dari pelatihan

ini bisa bermanfaat banyak dalam peningkatan kualitas PAUD,

khususnya memperluas akses guru PAUD mendapatkan pelatihan

yang bermutu guna meningkatkan kompetensi guru, mutu layanan

56
PAUD dan perkembangan anak usia dini (Tempo.co., 2018). Jumlah

pelatih yang mengikuti program ini sebanyak 300 pelatih dari 34

provinsi di Indonesia dan 1500 calon pelatih dari 530 kabupaten.

Aktivitas kedua yaitu pelatihan tiga hari untuk kepala

sekolah, aktivitas ini ditargetkan mendapat partisipasi 28.000 kepala

sekolah dari mulai pendidikan anak usia dini, dasar dan menengah

pertama yang berasal dari 530 kabupaten dalam jenjang periode

implementasi 2016 – 2019, namun sampai tahun 2017 yang telah

berpartisipasi hanya 8000 kepala sekolah dari 160 kabupaten.

Aktivitas ketiga yaitu mengembangkan website yang

berisikan berita ataupun jurnal tentang masalah - masalah perihal

pengasuhan anak, pemerintah harus bisa beradaptasi dengan

perkembangan teknologi dan komunikasi salah satu hal positif nya

ialah mudahnya akses masyarakat terhadap sumber daya yang

berbasis Daring. Sebagai bentuk realisasi program ini maka

terbentuk lah website “sahabat keluarga” (kementrian pendidikan

dan kebudayaan indonesia, 2020). Dalam website tersebut terdapat

blog “keluarga hebat” yang berisikan para orang tua berbagi cerita

tentang pengasuhan anak, ada blog “sekolah sahabat keluarga” yang

berisikan tentang suasana dan program sekolah yang melibatkan

orang tua dan yang terakhir ada blog “Pustaka” yang berisikan

berita, publik kasih dan jurnal tentang masalah-masalah pengasuhan

anak.

57
Aktivitas ke empat yaitu mengembangkan materi

pembelajaran untuk orang tua, materi pembelajaran dapat berupa

buku, video, permainan dan lain lain. Implementasinya sampai saat

ini telah tercipta 37 buku panduan untuk orang tua dan dapat di akses

di website “sahabat keluarga”.

4.3.2 Kendala SEAMEO dalam membantu persoalan pendidikan

usia dini di Indonesia

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas

pendidikan anak usia dini di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan Revitalisasi dan reinvestasi di beberapa program

seperti Posyandu dan BKB untuk lebih meningkatkan lagi kualitas

dan efektivitasnya.

2. Kurangnya koordinasi antara pihak swasta dan pemerintah.

3. Suboptimal akses dan kualitas deteksi dini serta intervensi

penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan di level dasar.

4. Rumah sakit provinsi dan kabupaten belum tersedia sebagai rujukan.

5. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam keluarga dan

masyarakat tentang praktik pengasuhan dan perkembangan anak usia

dini.

4.3.3 Strategi SEAMEO dalam membantu persoalan pendidikan

usia dini di Indonesia

Salah satu pusat regional yang fokus dalam permasalahan

perawatan dan pendidikan anak usia dini ialah SEAMEO Regional Centre

58
for early childhood care and education and parenting (SEAMEO

CECCEP), SEAMEO CECCEP tugasnya dibantu oleh regional center

contohnya seperti SEAMEO Regional Centre for food and nutrition

(SEAMEO REFCON) dalam hal mengurangi angka Malnutrisi anak usia

dini.

SEAMEO CECCEP Mempunyai misi sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian yang mendukung advokasi dan peningkatan

kapasitas para pemangku kepentingan PAUD dan pendidikan

keluarga.

2. Mendukung pembangunan kebijakan dan program ditingkat regional.

3. Membangun kerjasama dengan para pengambil kebijakan, kalangan

professional dan praktisi.

Mendukung tercapainya pembangunan manusia yang

berkelanjutan SEAMEO CECCEP juga mempunyai berbagai fungsi

yaitu :

1. Menjadi pusat penelitian dalam bidang PAUD dan pendidikan

keluarga..

2. Menghubungkan hasil penelitian dengan Lembaga - lembaga PAUD

dan pendidikan keluarga

3. Membangun kapasitas para pengambil kebijakan, profesional,

praktisi dari pemangku kepentingan lainnya dibidang PAUD dan

pendidikan keluarga.

59
4. Membangun fasilitas pembelajaran yang berkualitas dan responsif

dan berpihak kepada semua anak.

5. Melaksanakan penelitian yang relevan, menyebarluaskan hasil

penelitian dan memberikan rekomendasi serta solusi untuk

menghadapi tantangan abad 21

6. Memberikan bantuan teknis dan advokasi untuk meningkatkan

kualitas PAUD dan Pendidikan keluarga

Ada beberapa tema prioritas di SEAMEO CECCEP yang

pertama khusus tentang perawatan dan pendidikan anak usia dini yang

menyangkut tentang hak kesejahteraan anak, kurikulum dan Pedagogi,

lingkungan belajar yang berkualitas, kebijakan dan program

pembelajaran abad 21, dan partisipasi dan akses di PAUD (SEAMEO

CECCEP, 2019)

Tema pertama yaitu kesejahteraan anak di pusat ini pemahaman

akan kesejahteraan anak menyangkut hal-hal tentang memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang anak yang meliputi kebutuhan psikologis,

sosial, emosional, kognitif dan spiritual. Saat ini juga mengadopsi

standarisasi yang dibuat oleh UNICEF tentang kesejahteraan anak -

anak yang mencakup materi, kesehatan, pendidikan, hubungan keluarga

dan teman, perilaku dan subyektif atau hobi. Hal ini dipertimbangkan

tidak hanya dari perspektif orang dewasa tetapi juga dari perspektif

anak.

60
Tema kedua yaitu kurikulum dan pedagogi yang dimaksud ialah

berusaha menggabungkan program dan praktikum kurikulum dan

pedagogi yang terbaik dalam mendukung pembelajaran dan

perkembangan anak di PAUD, karena kurikulum dan pedagogi

merupakan sebuah proses dalam pembentukan anak. Penelitian

menunjukkan bahwa kurikulum PAUD yang efektif dirancang dengan

prinsip pengalaman langsung, memperluas pemahaman anak dan

mengembangkan makna maupun nilai, pengalaman aktivitas dan

pengalaman baru yang relevan dengan konteks sosial anak serta sesuai

dengan perkembangan anak dan prinsip yang berfokus pada kontinuitas.

Untuk meningkatkan kualitas kurikulum dan pedagogi kompetensi dan

keahlian guru perlu dikembangkan. Pada saat yang sama guru PAUD

perlu dibekali dengan keterampilan untuk bisa menghadapi berbagai

keadaan darurat.

Tema ketiga yaitu lingkungan belajar yang berkualitas

terbentuknya lingkungan belajar berkualitas ditunjukkan untuk

memahami hubungan antara lingkungan dan pendekatan sekolah dengan

kesejahteraan anak. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan PAUD

yang berkualitas tinggi akan memberikan dasar yang kuat untuk

pendidikan dan perkembangan anak di masa depan. Memahami apa

yang membuat lingkungan belajar berkualitas, dengan landasan dasar

bahwa sekolah adalah sistem yang kompleks dan dinamis yang

menggabungkan lapisan elemen mikro, kualitas guru, infrastruktur dan

61
fasilitas, hubungan guru ke siswa dan guru ke guru dan pengalaman anak

- anak dengan teman sebaya mereka. Yang utama memiliki sekolah yang

berkualitas adalah untuk menyediakan lingkungan belajar yang efektif

dan aman bagi semua anak.

Tema yang ke empat yaitu kebijakan dan program pembelajaran

abad 21, kebijakan dan program pembelajaran pendidikan merupakan

salah satu rencana strategis yang dilakukan negara dalam hal proses

perkembangan kualitas PAUD secara keseluruhan. Penelitian

menunjukkan hubungan antara kebijakan dan program yang

diselenggarakan di sekolah. Pada saat yang sama penelitian tentang

program yang relevan juga dapat menjadi sebuah umpan balik masukan

terhadap kebijakan sehingga kebijakan pendidikan lebih banyak

program pembelajaran. Penelitian dibidang ini akan fokus pada

eksplorasi pengembangan kurikulum multikultural, inklusif dan

sensitive gender serta menganalisis dan membandingkan kebijakan

pemerintah tentang PAUD di Asia Tenggara.

Tema kelima yaitu keadilan sosial ataupun partisipasi dan akses

PAUD adalah inti dari tema pusat SEAMEO. Tema ini di fokuskan

untuk memastikan tersedianya akses universal antara anak ke PAUD,

dengan perhatian khusus diberikan kepada anak dari latar belakang

kurang mampu dan terpinggirkan, seperti anak dari masyarakat adat,

anak dari latar belakang etnis minoritas, anak dari latar belakang

keluarga miskin ,anak jalanan, anak - anak yang berbicara dalam

62
berbagai bahasa, anak kebutuhan khusus, anak pengungsi dan anak dari

daerah konflik. Ini akan berfokus pada penelitian terhadap anak - anak

yang terpinggirkan, mengeksplorasi pengetahuan anak - anak ini dan

bagaimana hal ini dapat membantu guru PAUD mengembangkan model

pembelajaran yang responsif secara sosial dan budaya.

Beberapa tema prioritas di SEAMEO CECCEP yang kedua

khusus tentang pendidikan pengasuhan yang meliputi hal mengenai

partisipasi anak dalam pendidikan pengasuhan, pengasuhan abad 21,

dan keterlibatan orang tua keluarga dan masyarakat dengan pendidikan,

program pendidikan pengasuhan yang inklusif dan sensitif secara

budaya, dan keluarga yang mengasuh (SEAMEO CECCEP, 2020)

Tema pertama yaitu partisipasi anak adalah tema yang berbicara

tentang salah satu prinsip paling dasar dari konvensi hak - hak anak yaitu

anak dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan

mengemukakan pendapatnya dan yang terpenting pendapat tersebut

harus didengar. Partisipasi anak mencakup hak untuk secara aktif

terlibat dalam pengalaman menjadi orang tua, memperluas pandangan

pikiran dan pengalaman anak tentang proses masukan. Dalam tema ini

orang dewasa terutama orang tua akan belajar bagaimana anak - anak

melihat peran orang tua mereka sejauh mana, hal ini dapat

meningkatkan gaya pengasuhan mereka.

Tema kedua yaitu pengasuhan abad ke 21 ditandai dengan

perubahan dan tantangan sosial yang dinamis dan cepat berubah.

63
Kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi, informasi tentang

perang dan konflik yang terjadi di dunia yang semakin marak,

menciptakan tantangan dalam mengasuh anak khususnya dalam

pemberian arahan setelah masuk informasi ke dalam pikiran anak. Oleh

karena itu ada kebutuhan bagi orang tua untuk menegosiasikan praktik

pengasuhan mereka dengan memasukkan pengetahuan baru tentang

tantangan ini. Abad ke 21 juga diwarnai dengan perubahan struktur dan

jenis keluarga padahal praktik pengasuhan kolaboratif yang melibatkan

kakek nenek misalnya sering terjadi.

Tema ketiga yaitu keterlibatan orang tua, keluarga dan

masyarakat dengan pendidikan meliputi hal tentang melibatkan orang

tua, keluarga dan komunitas dalam proses pengasuhan anak karena

dinilai sangat penting untuk kesejahteraan dan perkembangan

pendidikan anak. Dalam tema ini terletak prinsip menjangkau orang tua

dalam program sekolah, karena seringkali orang tua menolak mengikuti

kegiatan sekolah karena hambatan social dan ekonomi tertentu. Dengan

demikian tema ini bergerak dari menyalahkan orang tua ke pendekatan

yang lebih responsif dalam mencari program yang bisa meningkatkan

keterlibatan dan kontribusi orang tua secara aktif.

Tema ke empat yaitu program pendidikan pengasuhan secara

budaya mengingat setiap pengasuhan dan komunitas memiliki nilai nya

tersendiri yang memang mempengaruhi cara orang tua dan anak

berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Perlunya

64
mengidentifikasi nilai dan kearifan yang dijunjung komunitas dalam

kaitannya dengan pengasuhan yang tepat akan memungkinkan

pengembangan program pengasuhan yang lebih relevan secara budaya.

Tema ini khususnya penting untuk melibatkan orang tua dan latar

belakang kurang mampu seperti orang tua dari masyarakat adat, orang

tua dan latar belakang sosial ekonomi rendah, orang tua dari kelompok

minoritas dan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus.

Tema kelima yaitu pengasuhan yang diartikan sebagai

pendekatan integratif dan holistik terhadap pengasuhan yang

menempatkan kebutuhan anak sebagai pusatnya. Hal ini bertujuan untuk

menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar anak yang meliputi kebutuhan

jasmani berupa kesehatan gizi dan emosional. Tema ini berfokus pada

perlindungan semua anak dari pola asuh yang negatif karena sudah

seharusnya menekankan pada pola asuh yang positif dan tidak ada

toleransi terhadap hukuman fisik. Ini juga menyadarkan dan mengenali

perbedaan budaya saat mentafsirkan pengertian mengasuh.

SEAMEO CECCEP melaksanakan tiga program utama dalam

upaya mencapai tujuannya yaitu program penelitian dan pengembangan,

program pengembangan kapasitas dan advokasi dan kemitraan

(SEAMEO CECCEP, 2020)

Program yang pertama yaitu program penelitian dan

pengembangan dalam program ini metodologi penelitian meliputi

aktivitas studi literatur, studi banding, penelitian perilaku dan

65
pengembangan model kurikulum. Di sektor PAUD akan ada studi

banding tentang kesejahteraan anak-anak di seluruh negara anggota

SEAMEO, penelitian perilaku dan pengembangan model kurikulum

PAUD berbasis lingkungan, dll. Sedangkan di sektor pengasuhan akan

dilakukan studi literatur tentang pengaruh teknologi informasi maupun

komunikasi terhadap cara pengasuhan, penelitian ini akan dijadikan

sebagai dasar untuk mengembangkan model bagaimana meminimalkan

pengaruh buruk teknologi, selain itu akan dilakukan studi banding

tentang pengetahuan, sikap dan praktik pengasuhan antara perkotaan

dan pedesaan di negara anggota SEAMEO, dll. Hasil penelitian akan

disebarluaskan melalui seminar dan konferensi serta melalui jurnal

internasional. Unit penelitian dan pengembangan akan bertanggung

jawab atas semua kegiatan penelitian dan pengembangan termaksud

penelitian kolaborasi dengan lembaga lain.

Program yang kedua yaitu program pengembangan kapasitas

program ini menyediakan dua mekanisme dalam rangka pengembangan

kapasitas yaitu (1) pelatihan, baik in-house training, online based

training dan mengunjungi trainer atau narasumber dan (2) lokakarya.

Program pengembangan kapasitas ini ada pada peningkatan kompetensi

guru PAUD dalam berbagai aspek yang meliputi pengembangan

kurikulum, kualitas lingkungan pembelajaran dan pembelajaran abad

ke-21.

66
Dalam penyelenggaraan penelitian berbasis online SEAMEO

CECCEP akan bekerja sama dengan SEAMOLEC, maka

pengembangan modul pelatihan dan pedoman lokakarya akan dilakukan

secara internal di bawah unit pengembangan kapasitas dan melalui

konsultasi dengan unit penelitian dan pengembangan serta tenaga ahli

eksternal terutama dari universitas yang bermitra dengan SEAMEO. Ini

juga di fokuskan untuk pengembangan internal kapasitas staf internal

SEAMEO CECCEP, yang dilakukan selain dari peningkatan kapasitas

yang disediakan di luar pusat SEAMEO. Pengembangan kapasitas

internal akan berupa in-class training baik manajemen maupun

pengetahuan teknis tentang PAUD dan pengasuhan, serta on the job

training ke institusi pendidikan lain.

Program yang ketiga yaitu program advokasi dan kemitraan

program ini puncaknya berada di pertemuan para pakar yang

diselenggarakan setahun sekali oleh SEAMEO CECCEP akan

mengundang pakar di daerah untuk berdiskusi, berbagi dan

presentasikan hasil studi bertema PAUD dan pengasuhan antar satu

sama lainnya. Dalam pertemuan ini juga terdapat pertemuan konsultasi

untuk informasikan dan meyakinkan pembuat kebijakan untuk

mengadopsi serta mendukung kebijakan dan program PAUD dan

pengasuhan yang telah diteliti oleh SEAMEO CECCEP dibantu oleh

individu maupun institusi mitra termasuk lembaga pemerintah dan

lembaga individu atau swasta sekaligus mencari mitra baru yang

67
mempunyai kepentingan yang sama di bidang PAUD dan pengasuhan.

Dalam pelaksanaannya kegiatan sektor tema utama PAUD dan

pengasuhan dapat terjadi sebagai suatu kegiatan tunggal seperti

konferensi.

SEAMEO CECCEP mempunyai tiga pendekatan program

utama yang akan dipaparkan dalam gambar berikut :

Pada tanggal 17 sampai 18 Oktober 2019 SEAMEO CECCEP

bekerjasama dengan Tanoto foundation dan Universitas Ahmad Dahlan

mengimplementasikan ICECCEP ke-1 (Konferensi internasional

tentang pendidikan dan pengasuhan anak usia dini) dengan tema “

Menjelajahi praktik, strategi dan pendekatan kesejahteraan anak-anak di

Era revolusi industri 4.0” dilaksanakan di Bandung. Ada 7 ruang

68
lingkup konferensi yang dilaksanakan dalam 5 sesi pleno dan 3 kelas

parallel (SEAMEO CECCEP, 2019) yaitu :

1. Tahapan perkembangan anak untuk orang tua dan pengertian

guru

2. Peran orang tua dalam memastikan kesejahteraan anak

3. Intervensi pendidikan yang tepat untuk pembelajaran awal

4. Program parenting, pembuatan kebijakan dan implementasi

5. Pendidikan seksual dan kesehatan untuk anak-anak di usia awal

6. Masalah kritis tentang ECCE dan pola asuh di abad ke-21

7. Multikulturalisme, gender dan kesetaraan dalam pengaturan

perawatan dan pendidikan anak usia dini

4.3.4 Efektifitas program SEAMEO dalam membantu persoalan

Pendidikan usia dini di Indonesia

Dari sekian banyak program dapat disimpulkan bahwa program

tersebut dapat terimplementasikan dan berkontribusi dalam

meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini ditandai dengan

meningkatnya jumlah murid di sekolah regular dengan melihat adanya

peningkatan jumlah sekolah, penyelenggaraan pendidikan, berkembang

nya materi pengajaran dan pembelajaran atas bantuan penelitian dan

inovasi SEAMEO CECCEP, terjadi peningkatan kapasitas sekolah dan

guru oleh bantuan pelatihan dan penelitian dari SEAMEO CECCEP,

dan juga inovasi dalam menyediakan materi pembelajaran secara

Daring dan terakhir dibantu oleh penelitian dan konsultasi SEAMEO

69
CECCEP maka anggaran terhadap penyelenggaraan sekolah pendidikan

usia dini pun menjadi lebih efektif karena tertuju kepada sekolah dan

guru, kepada sekolah untuk membangun fasilitas kebutuhan sekolah dan

kepada guru untuk meningkatkan kualitas guru dalam

menyelenggarakan Pendidikan usia dini dan berbagi ide tentang praktik

terbaik dalam menyampaikan materi Pengajaran maupun pembelajaran.

70
BAB V

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Pertama, SEAMEO merupakan organisasi antar pemerintah yang didirikan

sebagai hasil dari pertemuan di Bangkok, 30 November pada tahun 1965, pada

Menteri Pendidikan Laos, Malaysia, singapura, Thailand dan Republik Vietnam

(Selatan). SEAMEO terus berupaya mencapai tujuannya dengan melakukan

berbagai program selain menjalankan program SEAMEO juga membentuk badan

badan fungsional baru yang dinilai penting dalam rangka meningkatkan kerjasama

regional di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dalam Strategic Dialog education

Ministers (SDEM) SEAMEO membuat rencana strategis jangka panjang rencana

ini berupa agenda dan tujuan yang disebut sebagai 7 Priority Areas yang mana

menjadi tujuan utama SEAMEO dalam periode 2015 – 2035, 7 prioritasnya ialah ;

(1) Achieving universal early childhood care and education, (2) Addressing

barriers to inclusion, (3) Resiliency in the face of emergency, (4) Promoting

technical and vocational education and training, (5) revitalizing teacher education,

(6) Harmonising higher education and research, dan (7) Adopting a 21st Century

curriculum.

Penelitian ini akan berfokus ke area prioritas pertama yaitu pendidikan anak

usia dini. SEAMEO memasukkan pendidikan anak usia dini dalam area prioritas

nya tahun 2015 sampai 2035. Masuknya pendidikan anak usia dini dalam prioritas

organisasi menjadikan SEAMEO akan memprioritaskan kasus pendidikan anak

71
usia dini di wilayah Asia Tenggara dan menuntut agar negara anggota untuk

mengimplementasikan program rekomendasinya.

Pendidikan anak usia dini dimulai dari dalam kandungan hingga enam tahun

target dari ilmu pendidikan ini ialah orang tua dan lembaga pendidikan dalam

memfasilitasi perkembangan otak anak. Pendidikan anak usia dini dinilai penting

karena pada masa inilah perkembangan otak terjadi secara cepat sehingga perlunya

lingkungan keluarga, institusi pendidikan maupun lingkungan yang baik agar

perkembangan menjadi lebih maksimal.

Dalam perjalanannya SEAMEO mempunyai badan fungsional yang fokus

utamanya untuk mencapai tujuan di area prioritas pertama yaitu SEAMEO

Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO

CECCEP).

ada beberapa tema prioritas di SEAMEO CECCEP yang pertama khusus

tentang perawatan dan pendidikan anak usia dini yang menyangkut tentang hak

kesejahteraan anak, kurikulum dan pedagogi, lingkungan belajar yang berkualitas,

kebijakan dan program pembelajaran abad 21, dan partisipasi dan akses di PAUD.

Beberapa tema prioritas di SEAMEO CECCEP yang kedua khusus tentang

pendidikan pengasuhan yang meliputi hal mengenai partisipasi anak dalam

pendidikan pengasuhan, pengasuhan abad 21, dan keterlibatan orang tua keluarga

dan masyarakat dengan pendidikan, program pendidikan pengasuhan yang inklusif

dan sensitive secara budaya, dan keluarga yang mengasuh.

SEAMEO CECCEP melaksanakan tiga program utama dalam upaya

mencapai tujuannya yaitu program penelitian dan pengembangan, program

72
pengembangan kapasitas dan advokasi dan kemitraan . Program yang pertama yaitu

program penelitian dan pengembangan dalam program ini metodologi penelitian

meliputi aktivitas studi literatur, studi banding penelitian perilaku dan

pengembangan kurikulum. Program yang kedua yaitu program pengembangan

kapasitas program ini menyediakan dua mekanisme dalam rangka pengembangan

kapasitas yaitu (1) pelatihan baik Inhouse training, online base training dan

mengunjungi trainer atau narasumber dan (2) lokakarya. Program yang ketiga yaitu

program advokasi dan kemitraan program ini puncaknya berada di pertemuan para

pakar yang diselenggarakan setahun sekali oleh SEAMEO CECCEP akan

mengundang pakar di daerah untuk berdiskusi berbagi ilmu dan presentasikan hasil

studi bertema PAUD dan pengasuhan antar satu sama lainnya.

Kedua, kondisi pendidikan anak usia dini di Indonesia saat ini masih

mempunyai berbagai permasalahan di bidang pendidikan anak usia dini seperti

infrastruktur yang tidak mendukung, malnutrisi anak ,kematian komplikasi karena

kehamilan dan masalah lainnya. Ada 8 masalah dalam Pendidikan pra sekolah.

Pertama tingkat pendidikan guru dengan hanya 23,06% yang bergelar sarjana S1

disisi lain, menurut standar nasional pendidikan guru PAUD harus memiliki

minimal S1 kependidikan/psikolog/PAUD baik formal maupun nonformal, Kedua

kualitas program dan lembaga PAUD dan masih sepertiga anak usia 3 sampai 6

tahun belum mendapat layanan PAUD saat ini. Ketiga keterlibatan keluarga tidak

sesuai dengan lembaga PAUD. Padahal PAUD adalah bangunan fondasi bangsa

dan tumbuh kembang anak. Keempat pembelajaran PAUD yang seharusnya 80%

diharapkan dapat membangun sikap namun saat ini justru di fokuskan pada

73
pembelajaran yang bernuansa akademik. Kelima investasi di bidang pendidikan.

Keenam masalah gizi. Yaitu suatu kondisi anak kurang mendapatkan nutrisi dan

juga sering kena infeksi. Ketujuh status guru PAUD nonformal yang belum

dianggap sebagai guru. Kedelapan tantangan eksternal undang-undang guru dan

dosen yang masih di kotonome hingga saat ini setelah berjalan 10 tahun.

Di Thailand, isu mengenai perkembangan anak usia dini telah menjadi

program perencanaan nasionalnya yang tercantum dalam Thailand’s tenth nasional

socioeconomic development plan (2007-2011). Berfokus pada perlindungan,

keamanan dan segala hal yang dapat menyimpangkan proses tumbuh kembang

anak. Di negara ini undang-undang tahun 1984 tentang pusat pengasuhan anak yang

diamandemen tahun 2007 menjamin kualitas pendidikan anak usia dini. Di

Malaysia kebijakan mengenai layanan kesehatan anak dipromosikan melalui

program-program yang meliputi kunjungan rutin dan pemeriksaan kesehatan anak,

imunisasi, pemantauan dan evaluasi mengenai status nutrisi dan pertumbuhan dan

pengetahuan kesehatan. Di negara ini undang undang pusat pengasuhan anak untuk

mengontrol, memberi izin dan mengatur pusat pengasuhan anak usia delapan bulan

sampai tujuh tahun.

Pendidikan menjadi salah satu prioritas utama yang berpengaruh dalam

pembentukan karakter yang sesuai dengan idiologi serta identitas bangsa dan juga

pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia agar

bangsanya dapat hidup sejahtera, sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut

perlu bantuan negara lain dalam menganalisis dan pembentukan inisiatif program

baru yang akan diintegrasikan dengan program yang lama sebagai bentuk dari

74
peningkatan kualitas program. Indonesia yang bergabung dalam SEAMEO pun

mengimplementasikan program rekomendasi SEAMEO periode tahun 2016 sampai

2020 ada 10 rekomendasi program dari SEAMEO yaitu Mengembangkan

pembelajaran dan bahan ajar berbasis bahasa daerah, Scale-up Nutrition (SUN)

untuk siswa PAUD, Meningkatkan program holistik integratif Pendidikan Anak

Usia Dini, model pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD)

pembelajaran melalui permainan, Mengembangkan bahan ajar untuk pendidikan

anak usia dini, Mengembangkan alat bantu/toolkit belajar PAUD.

Hasil dari implementasi Indonesia 10 program tersebut menunjukkan hasil

yang kurang baik dilihat dari data yang ada khususnya dalam program pelatihan

calon guru maupun kepala sekolah namun program lainnya dapat dibilang cukup

baik. mengimplementasikan rekomendasi program SEAMEO tersebut, dan open

library tentang pendidikan anak usia dini dapat dengan mudah di akses sehingga

dalam hal integrasi teknologi dalam memfasilitasi materi pendidikan anak usia dini

sudah dibilang bagus.

4.2 Saran

Diharapkan Indonesia dapat melaksanakan program ini dengan lebih baik

lagi sehingga target dari tiap program tercapainya dan hasilnya lebih maksimal.

75
DAFTAR PUSTAKA

Indriani. (2019, july 23). Negara anggota SEAMEO perlu berkolaborasi


tingkatkan pendidikan. Retrieved from antaranews.com:
https://www.antaranews.com/berita/972502/negara-anggota-seameo-perlu-
berkolaborasi-tingkatkan-pendidikan
SEAMEO. (2018, juni 24). SEAMEO Seven Priority Areas + Action agenda
2016-2020. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.se
ameo.org/SEAMEOWeb2/images/stories/Publications/Centers_Pub/SEA
MEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%252
0Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ah
UKEwialpjg
Newberry, J. (2010). The global child and non-govermental governance of the
family in post-Suharto Indonesia. Retrieved from economy and society:
https://doi.org/10.1080/03085147.2010.486217
RI, K. K. (2011). kelompok Kerja Operasional (Pokjanal Posyandu). In pedoman
umum pengelola posyandu .
Bank, T. W. (2016, april 26). 25 district in Indonesia to join New program to
improve Early Childhood Education Services. Retrieved from World
Bank: https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2016/04/26/25-
districts-in-indonesia-to-join-new-program-to-improve-early-
childhoodeducation-services
Octarra, H. (2018). old, borrowed and renewed : A review of early childhood
education policy in post-Reform Indonesia. Retrieved from policy Futures
in Education: https://doi.org/10.1177/1478210317736207
Sumiati, W. (2018). upaya Southeast Asian Ministers of education (SEAMEO)
Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Poin 4.2
Periode 2017-2018. "Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44489/2/WINA
%20SUMIATI-FISIP.pdf.
Wardiqa, R. E. (2017). Upaya southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO)
dalam meningkatkan Mutu Pendidikan di Asia Tenggara pada Era ASEAN
Economic. "Universitas Jember.
vega, R. (2020, september 20). Kontribusi SEAMEO dalam pendidikan inklusif di
indonesia.

76
Ikbar, Y. (2014). Metodologi dan teori Hubungan Internasional . Bandung :
Refika Aditama .
Keohane , R. J. (2001). Power and Interdependence . New york : Longman
Publishing .
Axelrod Robert, R. (1985). achieving cooperation under Anarchy. In s. a.
intstitutions, world politics.
James E Dougherty, R. (1997). Theories of international relations. In A. c. survey,
4th edition. New york: Longman Publishing.
Rudy, T. M. (2005). Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika
Aditama .
Wolfe Coloumbis, T. A. (1990). Introduction to Internasional Relations. In P. a.
Justice. london: Prentice Hall Internasional.
Rini, Y. S. (2013). Pendidikan; hakekat, tujuan dan proses. Retrieved from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20Yuli%20Sectio
%20Rini,%20M.Hum./PENDIDIKAN%20HAKEKAT,%20TUJUAN,%2
0DAN%20PROSES%20Makalah.pdf
Departemen pendidikan Nasional. (n.d.). kurikulum 2004. In Standar Kompetensi
Taman Kanak-kanak dan Raudatul athfal. jakarta: Direktorat Jnderal
Pendidikan TK dan SD.
Cropley, A. (1999). creativity and cognition. Retrieved from roeper reviev:
https://doi.org/10.1080/02783199909553972
Direktorat Tenaga Teknis. (2003). pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-6
tahun. In D. P.-D. nasional. Jakarta.
Octarra, H. (2018). old, borrowed and renewed : A review of early childhood
education policy in post-reform Indonesia . Retrieved from policy futures
in education 2018: https://doi.org/10.1177/1478210317736207
Direktorat pendidikan nasional. (2012). Kurikulum 2004. In standard kompetensi
taman kanak-kanak dan raudhatul athfal. jakarta: Direktorat jenderal
pendidikan anak usia dini, nonformal dan informal.
Risaldy, S. & Idris, M.H . (2014). Panduan Mengatasi permasalahan anak usia
dini. jakarta: P.T luxima metro media.
Kuhn, T. S. (2013). the structure of Scientific Revolutions.
Mas'oed, M. (1990). Ilmu hubungan Internasional. In Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

77
Keohane, R. O. (2005). After Hegemony. In Cooperation and Discord in the
World political economy .
Rouke, J. T. (2009). international Politics on the world. McGraw-Hill.
Nazir, M. (2005). Metode penelitian. bogor: Ghalia indonesia.
SEAMEO. (2019, desember 31). SEAMEO. Retrieved from ABOUT SEAMEO -
History: : https://www.seameo.org/Main_about/89
SEAMEO. (2015). background SEAMEO 7 PRIORITY AREAS inception of
SEAMEO's.
SEAMEO CECCEP. (2019, desember 19). SEAMEO CECCEP. Retrieved from
1ST ICECCEP (INTERNATIONALCONFERENCE ON EARLY
CHILDHOOD CARE EDUCATION AND PARENTING): :
http://seameoceccep.org/web/2019/11/19/1st-iceccep-international-
conference-on-earlychildhood-care-education-and-parenting/
Wahab, R. (2010). Menegakkan sistem pendidikan nasional berdasarkan pancasila
9(6;7),1-9. Retrieved from menegakkan sistem pendidikan nasional
berdasarkan pancasila .
Pires, C. (2018). pendidikan anak usia dini . jurnal golden age, 01(2), 82-89.
Tribun News. (2016, march 10). Himpaudi : 8 masalah pendidikan anak usia dini.
Retrieved from Tribunnews.com:
https://www.tribunnews.com/nasional/2016/03/10/himpaudi-8-
masalahpendidikan-anak-usia-dini
Muhardi. (2004). Kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa
indonesia 478-492. Retrieved from
https://doi.org/10.3171/jns.2000.93.supplement 3.0047
Early, F. O. (2019). Nurturing Care .
SEAMEO CECCEP. (2020, september 10). key theme on early childhood care
and education . Retrieved from SEAMEO Regional Centre for early
childhood care and education and parenting (SEAMEO CECCEP) website
: http://seameo-ceccep.org/web/about/key-themes/
Maryanto. (2008). language policy in indonesian education : regional and local
languages as oral languages of instruction . Regional Consultative
Workshop on “Using the Mother Tongue as Bridge Language of
Instruction in Southeast Asian Countries: Policy, Strategies and Advocacy.
Haddad, L. (2013). Child Growth = Sustainable Economic Growth . Retrieved
from Why we should invest in nutrition:

78
https://www.scribd.com/document/139698866/Child-Growth-Sustainable-
Economic-Growth-Why-we-should-invest-in-Nutrition
UNESCO. (2014). holistic early childhood development index (HECDI)
framework. a techinical guide.
Siraj-blatchford,J & Pramling-Samuelsson, I. (2016, october 2). Education for
sustainable development in early childhood care and education : an
Introduction . Retrieved from https://doi.org/10.1007/978-3-319-42208-
4_1
Right,J. . (2018, june 27). the importance of learning of materials in teaching.
Retrieved from the classroom:
https://www.theclassroom.com/importancelearning-materials-teaching-
6628852.html
Steinhoff,A. (2016, july 24). the use of technology in early childhood classrooms.
Retrieved from novak djokovic foundation:
https://novakdjokovicfoundation.org/use-technology-early-
childhoodclassrooms/
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan indonesia. (2020). anggun PAUD.
Retrieved from Direktorat jenderal pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat: : http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/
Kickwood, D. (2016, november 4). Understanding the power of parent
involvement . Retrieved from national association for the education of
young children (NAEYC):
https://www.naeyc.org/resources/blog/understanding-power-parent-
involvement
Zhang, Q. (2015). Defining 'Meaningfulness' : Enabling Preschoolers to get the
most out of parental involvement. Retrieved from Australasian journal of
early childhood, 40(4),112-120.:
https://doi.org/10.1177/183693911504000414
Crosby,S.A., , R. &. (2015). A 3-year study of a school-based parental
onvolvement program in early literacy. Retrieved from journal of
education research, 108(2), 165-172:
https://doi.org/10.1080/00220671.2013.867472
Tempo.co. (2018, july 14). PCP Diklat Berjenjang PAUD dan Dikmas Menjawab
tantangan. Retrieved from Tempo.co.:
https://nasional.tempo.co/read/1146169/pcp-diklat-berjenjang-paud-
dandikmas-menjawab-tantangan/full&view=ok

79
kementrian pendidikan dan kebudayaan indonesia. (2020). Sahabat keluarga.
Retrieved from Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php
SEAMEO. (2017, juni 24). Retrieved from SEAMEO 7 Priority Areas
Implementation by SEAMEO Member Countries:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.se
ameo.org/SEAMEOWeb2/images/stories/Publications/Centers_Pub/SEA
MEO_Education_agenda/03%2520SEAMEO%25207%2520Priority%252
0Implementation%2520by%2520Member%2520Countries.pdf&ved=2ah
UKEwialpjg

80

Anda mungkin juga menyukai